bab iv hasil penelitian 4.1 gambaran umum puskesmas …repository.helvetia.ac.id/1008/3/bab iv - bab...
TRANSCRIPT
93
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Langsa Lama
4.1.1. Sejarah
Puskesmas Langsa Lama diresmikan pada 18 Februari 2011 dan terletak di Desa
Meurandeh Dayah Kecamatan Langsa Lama. Sampai saat ini Puskesmas Langsa Lama
telah memiliki fasilitas kesehatan telah dibenahi terutama fasilitas kesehatan untuk
mendukung pelayanan kesehatan di era JKN karena setiap tahun terjadi peningkatkan
jumlah kunjungan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
4.1.2. Visi dan Misi
Visi :
”Terwujudnya pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau menuju Langsa
Lama sehat dan Mandiri”.
Misi :
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat Langsa Lama dalam bidang kesehatan.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat masyarakat Langsa Lama.
c. Mengupayakan peningkatan kualitas hidup masyarakat langsa Lama.
d. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau seluruh
lapisan masyarakat Langsa Lama.
94
e. Melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dengan 5 S ( Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, Santun)
f. Meningkatkan kemitraan internal dan eksternal untuk mencapai tujuan bersama.
g. Meningkatkan mutu pelayanan seluruh program Puskesmas Langsa Lama.
h. Menyelenggarakan sistem informasi Puskesmas Langsa Lama yang bermutu.
4.1.3. Geografis
1. Kependudukan
Kecamatan Langsa Lama merupakan bagian dari Kota Madya Langsa. Wilayah
kerja Puskesmas Langsa Lama terdiridari 15 (Lima Belas) desa dengan luas wilayah
keseluruhan ± 44,00 km². Persebaran penduduk di Kecamatan Langsa Lama tahun 2016
untuk masing-masing Desa tidak merata. Desa Sidorejo memiliki penduduk terbanyak
yaitu sebanyak 3.417 jiwa. Sementara Desa yang paling sedikit dihuni oleh penduduk
adalah Desa Meurandeh Aceh yaitu 665 jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan Langsa
Lama tahun 2017 pada tahun 2016 kepadatan penduduk sebesar 664 jiwa/km2
,ini artinya
terjadi peningkatan yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk akibat
terjadinya perpindahan penduduk masuk ke dalam wilayah Kecamatan Langsa Lama dan
akibat pertumbuhan penduduk Kecamatan Langsa Lama sendiri. Jumlah penduduk
miskin Kecamatan Langsa Lama tahun 2015 sebanyak 10.469 jiwa.
2. Pendidikan
Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk yang dalam
hal ini didefinisikan penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis
huruf latin dan huruf lainnya. Persentase penduduk Kecamatan Langsa Lama yang
berumur 10 tahun keatas yang dapat membaca huruf latin tahun 2017 sebesar 81%.
95
Namun diharapkan pada masa yang akan datang, tidak akan ditemukan lagi penduduk
yang tidak/belum pernah sekolah.
Penduduk Kecamatan Langsa Lama mayoritas berpendidikan SLTA/MA, untuk
laki-laki sebanyak 2083 jiwa dan untuk perempuan sebanyak 1945 jiwa sedangkan
tingkat pendidikan minoritas yaitu tingkat perguruan tinggi untuk laki-laki sebanyak
169jiwa, dan perempuan sebanyak 170 jiwa.
4.1.3. Sumber Daya Puskesmas Langsa Lama
1. Ketenagaan
Jumlah ketenagaan Puskesmas Langsa Lama tahun 2017 sebanyak 71 orang.
Kriteria tenaga kesehatan untuk mendukung pelayanan kesehatan Puskesmas Langsa
Lama sebagai berikut.
Tabel 2.1 Jenis Tenaga Berdasarkan Ratio di Kecamatan Langsa Lama Tahun 2017
No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah RASIO/100000
PDDK
1 Tenaga Medis 4 6,2
2 Tenaga Kefarmasian/ Apoteker 5 7,7
3 Tenaga Gizi 2 3,1
4 Tenaga Keperawatan 24 36,9
5 Tenaga Kebidanan 23 35,4
6 Tenaga Kesmas 5 7,7
7 Tenaga Sanitasi 1 1,5
8 Tenaga Teknisi Medis 0 0,0
9 Analis 1 1,5
Total 65
96
Sumber : Bag. Kepegawaian PKM Langsa Lama, 2017
4.1.4. Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana kesehatan yang cukup secara jumlah/kuantitas dan
kualitas bangunan merupakan salah satu komponen lain di dalam sumber daya
kesehatan. Pembangunan sarana kesehatan harus dilengkapi dengan peralatan
medis, peralatan non medis, peralatan laboratorium beserta reagensia, alat
pengolah data kesehatan, peralatan komunikasi, kendaraan roda empat dan
kendaraan roda dua.
Di dalam kesehatan unit pelayanan kesehatan di bagi atas beberapa
kategori yaitu Pondok Bersalin Desa (Polindes), Puskesmas Pembantu (Pustu),
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit Umum dan unit
pelayanan tehnis lainnya. Situasi sarana kesehatan dasar di Puskesmas Langsa
Lama sebagai berikut.
Tabel 2.2 Jumlah Puskesmas, Pustu, Desa Siaga, Poskesdes, Polindes dan
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama Tahun
2017
No Kecamatan
Jumlah
Desa/
Kelurahan
Desa
Siaga Poskesdes Posbindu Posyandu
1 Langsa
Lama
15 15 12 15 25
Jumlah 15 15 12 15 25
97
Sumber : Bag. Kepegawaian PKM Langsa Lama, 2017
4.1.5. Ketersediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Ketersediaan obat di fasilitas kesehatan mencukupi dengan tingkat
kecukupan rata-rata per jenis obat terbanyak di fasilitas kesehatan antara lain
ketersediaan obat program seperti Vit. A, tablet fe, Zink, yang digunakan sesuai
dengan kebutuhan program, sementara alat kesehatan pada umumnya dikelola
oleh Dinas Kesehatan Kota Langsa untuk pelayanan dasar dan RSUD untuk
pelayanan rujukan. Penyediaan alat-alat kesehatan khusus disesuaikan dengan
kebutuhan dan ketersediaan operator serta tenaga tehnis yang kompeten. Alat
kesehatan berupa instrument, aparatus, mesin, dan atau implant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnostik,
menyembuhkan dan merawat orang sakit.
4.1.6. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
Posyandu dan posbindu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling
dikenal masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terutama
dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat,
penyelenggaranya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih dalam bidang
kesehatan dan keluarga berencana, dimana anggotanya berasal dari PKK, Tokoh
Masyarakat dan Pemudi.
4.2. Analisis Data Penelitian Kualitatif
98
4.2.1. Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini 6 orang terdiri dari dari 1 orang petugas
pengelola program gizi, 1 orang kepala puskesmas, dan 4 orang bidan. Semua
informan yang mengetahui dan menjalankan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) pada balita gizi kurang dan bertempat tinggal di Puskesmas Langsa Lama.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa indentitas informan berdasarkan umur
berada pada rentang usia 37-45 tahun yang termasuk usia masih golongan
produktif yaitu 20-50 tahun. Berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah
perempuan yang bekerja sebagai pengelola program gizi dan bidan desa Seulalah
yang memiliki cukup banyak balita gizi kurang sedangkan kepala puskesmas
berjenis kelamin laki-laki. Semua informan memiliki latar belakang sarjana
kesehatan. Berikut uraian indentitas pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Distribusi Identitias Diri Informan di Puskesmas Langsa Lama
Nama/
Kode
Umur (Thn)
Jenis Kelamin
Pendidikan Jabatan Ket.
Edi Syaputra (ES) 45 Laki-laki S1 Keperawatan
Kepala UPTD Puskesmas
PNS
Roslinda
Hutagaol (RH)
41 Perempuan D-III Gizi Pengelola Program Gizi
PNS
Keumala Sari (KS)
37 Perempuan D-III Kebidanan
Bidan Desa Seulalah
PNS
Siti Raya (SR)
39 Perempuan D-III Kebidanan
Bidan Desa Meurandeh Tengah
PNS
Julianti (J) 39 Perempuan D-III Kebidanan
Bidan Desa Asam Peutik
PNS
99
Eri Irawaty (EI)
35 Perempuan D-III Kebidanan
Bidan Desa Meurandeh
PNS
Selanjutnya responden yang dikaji adalah ibu dari balita status gizi kurang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama berjumlah 27
orang yang tinggal. Ibu lebih banyak berumur 31-40 tahun yaitu 14 orang
(51,9%), tamatan pendidikan SMA yaitu 12 orang (44,4%), pendapatan per bulan
sebesar Rp. 1 juta sampai dengan 2 juta yaitu 15 orang (55,6%) dan mempunyai
jumlah anak di atas 2 orang yaitu 21 orang (77,8%). Distribusi karakteristik ibu
disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Ibu dari Balita Status Gizi Kurang di di
Wilayah Puskesmas Langsa Lama Tahun 2018
No. Karakteristik f %
1. Umur (Tahun)
20-30 13 48,1
31- 40 14 51,9
2. Pendidikan
SD 5 18,5
100
SMP 10 37,1
SMA 12 44,4
3. Penghasilan
<Rp 1 juta 4 14,8
Rp 1 -2 juta 15 55,6
> Rp 2 juta 8 29,6
4. Jumlah Anak
≤ 2 orang 6 22,2
> 2 orang 21 77,8
Total 27 100,0
4.2.2. Hasil Wawancara Informan tentang Pelaksanaan PMT
Hasil wawancara tentang pemberian PMT pada balita gizi kurang di
wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama dikelompokkan berdasarkan sumber daya
manusia (tenaga kesehatan), dana, sarana serta prasarana diuraikan di bawah ini.
1. Sumber daya manusia
Hasil wawancara dengan informan tentang sumber daya manusia di
Puskesmas Langsa Lama diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada
matriks berikut ini.
101
Tabel 4.5 Matriks Jawaban Informan tentang Ketersediaan Tenaga
Kesehatan dalam Melaksanakan PMT di Wilayah Kerja
Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Untuk tenaga SDM di Puskesmas saat ini kita masih kurang karena yang satu lagi Tugas Belajar, sementara di desa kita menyiapkan kader-kader yang dilatih sesuai dengan kemampuan Puskesmas
2: RH Kalau menurut aturannya dalam satu Puskesmas itu ada 2 tenaga gizi, dimana Puskesmas Langsa Lama hanya 1 tenaga gizinya dan yang terlibat dalam kegiatan pemberian PMT biasanya bidan desa bekerjasama dengan tenaga gizinya
3: KS Ya terlibat di pemberian makanan tambahan itu, ada petugas program gizi dari Puskesmas, bidan desa dan kader ikut mendampingi bidan desanya.
Menurut saya sudah cukup bu, tidak ada kendalanya.
4 : SR Yang terlibat Bidan Desa sama petugas gizi Puskesmas
5 : J Petugas gizi puskesmas dan bidan desa.
6 : EI Dari puskesmas program gizi dan bidan desa saya sendiri
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa petugas gizi dalam mengelola pelayanan kesehatan gizi kepada masyarakat
masih kurang. Jumlah petugas gizi berjumlah 1 orang dan 1 orang lagi mendapat
izin tugas belajar. Untuk mendukung pelayanan kesehatan gizi bagi masyarakat,
maka petugas gizi memperberdayakan bidan desa saja. Sedangkan kader yang
jumlah cukup banyak tidak dilibatkan dalam PMT.
102
Hasil wawancara dengan informan tentang pemberian insentif kepada
tenaga kesehatan dalam PMT, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada
matrik berikut ini.
Tabel 4.6 Matriks Jawaban Informan tentang Pemberian Insentif kepada
Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban 1: ES Ya, diberikan insentif sesuai dengan kemampuan dan
sumber dana yang ada di Puskesmas
2: RH Tidak ada… Kami hanya dapat SPTnya saja tapi insentifnya tidak ada. SPTnya kan untuk keperluan kita memperpanjang STR itu berguna sekali
3: KS Tidak ada. Kalau saya tidak ada diberikan insentif dari dinas yang terkait.
4: SR Tidak ada
5: J Tidak pernah.
6: EI Tidak ada.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa imbalan tidak pernah diterima oleh informan, baik dari petugas gizi
maupun bidan desa. Walaupun keinginan informan untuk memperoleh insentif
sebagai alat motivator dalam bekerja perlu dipertimbangkan di kemudian hari.
103
Hasil wawancara dengan informan tentang kendala sumber daya manusia
dalam melaksanakan PMT pada balita gizi kurang, diperoleh informasi
sebagaimana dirangkum pada matrik berikut ini.
Tabel 4.7 Matriks Jawaban Informan tentang Kendala Sumber Daya
Manusia dalam Melaksanakan PMT di Wilayah Kerja
Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban 1: ES Kendalanya di lapangan kader yang dilatih sering kali di
desa pada tahun berikutnya diganti tanpa pemberitahuan kepada pihak Puskesmas. Itu kendala kita yang paling besar sehingga kita sulit memonotir secara langsung perkembangan di desa karena petugas kita terbatas
2: RH Untuk TPGnya …. Ya, dengan keterbatasan PTGnya ya bekerja semaksimal, walaupun dengan keterbatasan tenaga yang ada…keterlibatan tenaga kesehatan lainnya ada yang mau ada yang tidak. Itukan kendala kalau kita dalam melaksanakan kegiatan
3: KS Tidak ada kendalanya
4: SR Cukup saya sendiri sama petugas gizi Puskesmas.
5: J Tidak ada kendalanya, sudah cukup, petugas gizinya sudah ok.
6: EI Tidak ada masalah karena dari orang gizinya ada yang turun, kami juga turun.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa kendala yang dihadapi saat ini adalah keterterbatasan petugas gizi hanya 1
orang saja. Kemampuan dan keterbatasan ini membuat petugas gizi harus bekerja
keras untuk memantau PMT pada balita gizi kurang.
Hasil wawancara dengan informan tentang saran dan upaya dalam
mengatasi masalah sumber daya manusia dalam mendukung PMT pada balita gizi
kurang, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik berikut ini.
104
Tabel 4.8 Matriks Jawaban Informan tentang Saran dan Upaya Dalam
Mengatasi Masalah Sumber Daya Manusia di Wilayah Kerja
Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Kita mencoba meningkatkan SDM, salah satunya dengan meningkatkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kemudian kita ke depannya kita akan melakukan pelatihan kepada kader-kader yang di desa
2: RH Ya, mengharapkan bisa bekerjasama dengan bidan desa walaupun dengan keterbatasan tenaga yang ada…Ya, kita ikut terjun langsung, betul-betul minta tolonglah ama bidan desanya. Ya, dengan kata lain kalau misalnya berat anaknya bagus kan, ya bidan desa juga yang dapat reward. Itulah semaksimal mungkin dan sepintar-pintar kita, namanya juga kerja di lapangan ya begitu lah
3: KS Supaya diberikan insentif kepada petugas yang ikut terlibat
4: SR Tidak ada kendalanya.
5: J Tidak ada kendala
6: EI Diperbaiki sumber dayanya
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengatakan
bahwa upaya yang dilakukan untuk mengatasi keterbatasan tenaga kesehatan
dalam mengelola PMT dengan melakukan kerjasama tim dengan bidan desa yang
memiliki balita gizi kurang. Masalah keterbatasan tenaga kesehatan tersebut juga
dapat diatasi dengan memberdayakan para kader di desa masing-masing.
2. Dana
105
Hasil wawancara dengan informasn tentang dana untuk kegiatan PMT di
Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama diperoleh informasi sebagaimana
dirangkum pada matriks berikut ini.
Tabel 4.9 Matriks Jawaban Informan tentang Sumber Dana PMT di
Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Kita saat ini bersumber dana dari bantuan operasional kegiatan dari APBN. Itu untuk insentif petugasnya, kalau untuk PMTnya karena keuangan dan bantuan yang diberikan pemerintah ke Puskesmas selama ini paling kecil dalam arti untuk semua program tidak mencukupi, sehingga untuk PMTnya sendiri ditanggulangi oleh Desa yang bersangkutan
2: RH Beberapa tahun yang lalu ada pemberian PMT, tetapi sudah 3 tahun belakangan tidak ada, walaupun ada kasus anak gizi kurang, dananya tidak mencukupi untuk pemberian PMT. Jadi PMT diberikan kalau ada dana dari Dinas Kesehatan
3: KS Kalau masalah dana saya kurang tahu. Karena dari dinas kesehatan sudah dikasih seperti biskuit, dananya kami tidak tahu sumber dananya dari mana, yang pentingnya bendanya ada, dan kami distribusikan kepada bayi-bayi yang kurang gizi
4: SR Saya kurang tahu, selama ini PMT khan dari Puskesmas.
5: J Dari puskesmas, dana gak ada, cuma diberi biskuit dari Puskesmas.
6: EI Kalau sumber dana kami dikasih dari dinas hanya berupa biskuit aja.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengatakan
bahwa sumber dana yang digunakan dalam PMT berasal dari pusat, sedangkan
dana dari dinas kesehatan dan puskesmas tidak dialokasikan karena tidak
106
mencukupi. Bantuan dana dari desa yang memiliki balita gizi kurang juga tidak
terealisasi.
Hasil wawancara dengan informan tentang besar dana dalam
menyelenggarakan PMT pada bayi gizi kurang, diperoleh informasi sebagaimana
dirangkum pada matrik berikut ini.
Tabel 4.10 Matriks Jawaban Informan tentang Besar Dana PMT di
Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Kita di Puskesmas saat ini belum menyediakan karena keterbatasan dana. Minimal kalau kita sediakan 1 hari berati ada 3 kasus gizi kurang yang fokus kita, dananya hampir 18 juta tersedot untuk kegiatan PMT bagi gizi kurang, sehingga kita berinisiatif berkoordinasi dengan para Keucik untuk minta tolong agar mereka yang menyediakan dananya
2: RH Untuk sementara ini tidak ada untuk 3 tahun belakangan…
Kalau menurut peraturan yang sekarang, tahun 2018, ada aturannya Rp.30 ribu per orang per hari, jadi dikalikan kasusnya terus dikalikan 3 bulan. Dengan kata lain PMT lokal dananya dari Puskesmas, TPGnya yang membuat atau bekerjasama dengan kader atau dengan bidan desa membuat makanan lokal dengan dana yang tersedia Rp.30 ribu/orang/hari.
Dana dari puskesmas tidak ada.
Dana dari dinas...berupa biskuit tahun 2016 dan 2017 sudah dua tahun ini ada
3: KS Ya gak tahu bu saya
4: SR Tidak tahu juga.
5: J Gak tahu.
6: EI Tidak tahu
107
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa PMT diselenggarakan untuk meningkatkan bertambahan berat balita gizi
kurang menjadi status gizi baik. Besarnya dana yang diperlukan berkisar 18 juta
rupiah. Pihak puskesmas bekerjasama dengan Keucik (Kepala Desa) setempat
membantu menjadi donator dalam menutupi dana yang dibutuhkan.
Hasil wawancara dengan informan tentang kecukupan dana PM pada
balita gizi kurang, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik
berikut ini.
Tabel 4.11 Matriks Jawaban Informan tentang Kecukupan Dana PMT di
Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES PMT yang di posyandu Dananya dari Desa
2: RH Tidak cukup
3: KS Gak tahu bu saya
4: SR Tidak tahu
5: J Tidak tahu
6: EI Tidak tahu
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa kebutuhan dana PMT kurang memadai sehingga pihak puskesmas
bekerjasama dengan pihak kepala desa setempat.
Hasil wawancara dengan informan tentang alokasi dana PMT pada balita
gizi kurang, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik berikut ini.
108
Tabel 4.12 Matriks Jawaban Informan tentang Alokasi Dana PMT di
Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Tidak ada
2: RH Ya contohnya tadi itu yang dari puskesmas tadi PMT lokal dari dana Puskesmas, ataupun dengan kata lain sekarang dengan adanya Dana Desa bisa juga, tapi belum dilaksanakan. Dana kesehatan 10% di Desa tapi belum dilaksanakan
3: KS Gak tahu bu
4: SR Tidak tahu
5: J Gak ada, cuma biskuit aja, dari Desa juga gak ada.
6: EI Belum ada. Tapi dari Desa untuk tahun 2018 insya Allah akan diberikan dari Desa.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa dana yang disediakan untuk kegiatan PMT pada balita gizi kurang
bersumber dari dana puskesmas dan 10% dana kesehatan dari desa tempat balita
gizi kurang bertempat tinggal.
Tabel 4.13 Matriks Jawaban Informan tentang Kendala dan Saran terkait
Dana PMT di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Kita sudah mencoba berkoordinasi dengan Kadis masalah anggaran, mudah-mudahan tahun depan kita mendapatkan porsi yang lumayan sehingga semua kegiatan bisa dicover dengan bantuan operasional puskesmas
2: RH Kendalanya ....Selain dana, tenaga kesehatan juga kurang
Diharapkan dari Puskemas wilayah kerja sendiri menyediakan dana untuk anak-anak gizi kurang. Karena dana dari Dinas Kesehatan masih kurang pemberian dana
109
PMTnya tidak mencukupi dengan kasus gizi kurang yang ada.
3: KS Sarannya kalau bisa ya pemerintah itu memberikan insentif untuk bidan yang mensuplai makanan ke bayi gizi kurang. Kalau bisa makanannya ditambahin lagi biar anaknya cepat naik berat badannya ibu ?
4: SR Kalo dana selama ini kan dari Puskesmas, jadi saya tidak tahu. Kalau saran sih, diusulkan dana dari desa.
5: J Kalau bisa kedepannya harus ada karena sayang yang BGM harus dipantau gizi kurangnya supaya lebih baik lagi.
6: EI Kalau dari puskesmas, saya pinginnya sih nanti seminggu sekali atau sebulan sekali dibuka dapur umum khusus untuk anak-anak gizi kurang, jadi ibu bisa melihat makanan apa dan bagaimana memasakknya, jadi ada pengetahuan juga untuk ibunya
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa hal yang mendasar menjadi kendala dalam PMT pada balita gizi kurang
antara lain jumlah tenaga kesehatan kurang memadai, dana dari dinas kesehatan
tidak mencukupi dan dana dari puskesmas juga kurang untuk menutupi kegiatan
tersebut.
3. Sarana Prasarana
Berdasarkan hasil wawancara dengan informasn tentang ketersediaan
sarana prasarana dalam mendukung PMT pada balita gizi kurang di wilayah kerja
Puskesmas Langsa Lama diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada
matrik berikut ini.
110
Tabel 4.14 Matriks Jawaban Informan tentang Sarana dan Prasarana
PMT di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Untuk sarana dan prasarana saya rasa tidak ada masalah, semua mendukung, artinya fasilitas kita tersedia, hanya sumber dana yang belum tersedia secara maksimal. Ya, kita menggunakan ambulance untuk mendistribusikan biskuit
2: RH Seharusya : satu, harus ada transportasinya seperti ambulance, kedua alatnya harus mendukung tentunya timbangan. Pada saat ini menimbang PMT kita harus menimbang dia lebih awal, berat badan awal, biasanya 10 hari harus dipantau, apakah ada kenaikan, makanya harus ada timbangan dengan transportasinya.
Kalau di Puskesmas masih ada, karena kami khan gak mungkin bawa Dacin keliling 15 desa iya khan. Ya, gak mungkin saya keliling 15 desa bawa hanya roti dengan timbangan saja yang kurangnya mendukunglah sarana dan prasarananya
3: KS Menurutnya saya gak ada, semua sarana dan prasarananya sudah tersedia.
4: SR Sudah tersedia di Posyandu, timbangannya bagus, meja juga tersedia.
5: J Masih kurang bu, timbanganya gak ada jadi pakai Dacin aja bu, mejanya pun juga kurang.
6: EI Kalau untuk posyandu, yang harus ada dacin, ada timbangan untuk mengukur berat badannya.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa untuk mendukung PMT pada balita gizi kurang perlu didukung sarana
yang memadai seperti alat transportasi ambulance dan timbangan untuk memantau
berat badan balita. Kedua alat ini memang tersedia di puskesmas, tetapi dalam
111
pelaksanaannya timbangan tidak dibawa berkeliling desa. Alat transportasi yang
digunakan kendaraan roda dua.
Hasil wawancara dengan informan tentang pentingnya sarana dan
prasarana mendukung PMT pada balita gizi kurang diperoleh informasi
sebagaimana dirangkum pada matrik berikut ini.
Tabel 4.15 Matriks Jawaban Informan tentang Penting Sarana dan
Prasarana Mendukung PMT di Wilayah Kerja Puskesmas
Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Sangat penting, macam mana orang bekerja jika sarana dan prasarana tidak mendukung. Artinya semua lini harus saling bersinergi dalam meningkatkan kualitas pemberian PMT. Misalnya PMT sudah kita berikan, kita tidak melakukan monitor. Alat monitornya apa, kayak timbangan, itu juga harus kita sediakan, kalau tidak kita sediakan bagaimana kita mau memantau
2: RH Sangat penting, kenapa saya bilang sangat penting, karena di tanggal 1 saya beri, berarti di tanggal 9 atau 10 saya sudah selesai mendistribusikan kembali PMT yang harus saya berikan, tapi kejadiannya saya tidak efisien kerja saya. Mesti 3 hari ke belakang saya naik kereta saya khan kapasitasnya untuk 1 atau 2 orang. Hari berikutnya saya bekerja lagi turun ke lapangan itukan perlu waktu juga. Sedangkan di tempat kerja saya di puskesmas saya sendiri, bilamana ada kasus atau pelayanan khan terganggu di Puskesmas.
3: KS Sangat penting ya, karena untuk meningkatkan gizi anak itu. Biar supaya tidak ada anak yang gizi buruk
4: SR Sangat pentinglah bu, timbangannya untuk memantau berat badan balita.
5: J Sangat penting bu.
6: EI Sangat pentinglah bu, karena makanan tambahan itu kan menyangkut gizi. Gizi khan mempengaruhi tumbuh kembang. Kalau dari gizi saja tidak tercukupi berarti
112
tumbuh kembangnya tidak baik. Kalau kaitannya dengan sarana ya kita bisa mengukur tumbuh kembangnya.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa proses pendistribusian biskuit kepada keluarga sasaran memerlukan waktu
yang cukup lama karena luas wilayah kerja yang dijangkau dengan jarak yang
cukup jauh terdiri dari 15 desa. Biasanya untuk mendistribusikan perlu waktu
lebih dari satu minggu sehingga dapat mengganggu tugas lainnya di puskesmas.
Hasil wawancara dengan informan tentang kendala dalam menyediakan
sarana dan prasarana, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik
berikut ini.
Tabel 4.16 Matriks Jawaban Informan tentang Kendala Ketersediaan
Sarana dan Prasarana PMT di Wilayah Kerja Puskesmas
Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Untuk sarana dan prasarana, alhamdulillah, saat ini kita tidak ada kendala. Sudah teratasi di tahun 2017 kemaren
2: RH Kendalanya ya karena cuma saya sendiri yang melakukannya, sementara harus membawa biskuit itu dan mengganggu pelayanan lagi, khan saya hanya sendiri di puskesmas. Pelayanan saya bagaimana, makan waktu 4 sampai 5 hari mendistribusikan ke 15 desa, begitu
Ya kalau sendiri ya berhari-hari kalau transportasi tidak ada
Kadang-kadang ada yang molor, lupa, khan kegiatan kita
113
banyak bu
3: KS Tidak ada kendalanya, karena semuanya sudah ada yang mendukung, makanan sudah ada, alat untuk penimbangan ada, habis tempat untuk kita kunjungi itu terjangkau, jadi kita tidak ada masalah.
4: SR Tidak ada kendalanya bu, khan sudah tersedia
5: J Ya meja yang kurang tadi lah bu.
Biskuit Sudah cukuplah, tapi saya gak tahu berapa banyak, itu urusan petugas gizi lah.
6: EI Insya Allah, untuk saat ini tidak ada kendala. Sarana dan prasarana sudah cukup tersedia.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa keterbatasan sarana membuat pelayanan kesehatan lainnya tidak dapat
dilakukan. Pendistribusian biskuit memerlukan waktu cukup lama membuat
kegiatan pelayanan lainnya tertunda atau tidak tepat waktu sehingga dapat
menurunkan kinerja lainnya.
Hasil wawancara dengan informan tentang saran tentang sarana dan
prasarana untuk mendukung PMT pada balita gizi kurang, diperoleh informasi
sebagaimana dirangkum pada matrik berikut ini.
Tabel 4.17 Matriks Jawaban Informan tentang Saran Sarana dan
Prasarana PMT di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Kebetulan sarana kita ada yang sudah berumur tua, kita sudah menyurati dinas untuk pengadaan-pengadaan baru, untuk mempermudah kinerja kita di lapangan
2: RH Diharapkan pada saat waktu pendistribusian, transportasi ada di tempat, jadi bisa saya 1 hari untuk pendistribusian, waktu yang sudah ditentukan sesuai jadwal pendistribusian
114
supaya tidak terbengkalai pelayanan di puskesmas,begitu
3: KS Timbangannya cukup karena kita dikasih dari Puskesmas
4: SR Tidak ada saran, karena sudah cukup, timbangan ada, alat pengukur tinggi badan, dan meja.
5: J Tidak tahu.
6: EI Ya harus ada makanan tambahan yang cukup dan sarana dan prasaranya.
Saya tidak melakukan penyuluhan bu kalau di rumah, hanya waktu di Posyandu aja bu
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa untuk mengefektifkan pendistribusian, alat transportasi harus tersedia di
puskesmas dengan mengoptimalkan pemberian biskuit selama 1 hari sehingga
pelayanan di puskesmas tidak mengalami hambatan.
4.2.3. Hasil Wawancara tentang Faktor yang Memengaruhi Efektivitas
PMT
115
Hasil wawancara tentang faktor yang memengaruhi efektivitas PMT pada
balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama berdasarkan
pengiriman, penyimpanan, pendistibusian, pemberian, pemantauan dan evaluasi
diuraikan sebagai berikut.
1. Pengiriman/Penerimaan
Hasil wawancara dengan informasn tentang pengiriman dan penerimaan
biskuit berupa MT pada balita gizi kurang di Puskesmas Langsa Lama diperoleh
informasi sebagaimana dirangkum pada matriks berikut ini.
Tabel 4.18 Matriks Jawaban Informan tentang Pengiriman dan
Penerimaan PMT di Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban 1: ES Pengiriman terlambat setiap tahun. Diajukan tahun ini....
dikirim tahun depannya. Kita tiap bulan ada petugas gizi yang selalu memonitor apakah kondisi biskuit itu expirednya kapan, kemudian cara penyimpangan gimana, kita sudah memantaunya di ruang-ruang yang khusus
2: RH Pengiriman tidak sesuai dengan permohonan yang dikirim. Kalau di dinas kesehatan kami tidak, cuma waktu didistribusikan, ya kami periksa dulu barang kami, ada yang hancur atau tidak itu aja, apakah jumlahnya sesuai tidak dengan surat yang masuk, gitu aja
3: KS Ooo..itu datangnya selalu terlambat. Karena saya bukan orang gudang dan bukan orang gudang, jadi saya kurang ngerti itu, penyimpanannya macam mana di puskesmas
4: SR Kiriman dari dinas selalu terlambat. Tidak pernah saya lakukan, mungkin orang puskesmasnya yang ke dinas.
5: J Sering terlambat..bu. Tidak melakukan pemeriksaan
6: EI Biasanya terlambat setiap tahun...Tidak ada melakukan.
116
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa pengiriman MT berupa biskuit dari dinas ke puskesmas tidak sesuai
dengan permohonan yang diajukan. Biasanya pengajuan dibuat pada tahun
sebelumnya dan diterima pada tahun berikutnya. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan PMT hanya dilakukan setelah biskuit didistribusikan ke puskesmas.
Setiap bungkus biskuit diperiksa tanggal expired, tekstur biskuit dan cara
penyimpanannya dan jumlahnya.
Hasil wawancara dengan informan tentang kesesuaian kapasitas gudang
penyimpanan MT, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matriks
berikut ini.
Tabel 4.19 Matriks Jawaban Informan tentang Kesesuaian Kapasitas
Gudang Penyimpanan MT di Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Yang khusus untuk ruang PMT kita belum punya, cuman ada ruangan yang tidak terpakai, jadi kita manfaatkan untuk menyimpanm barang-barang tersebut.
Kapaasitas gudang sudah sesuai alokasi pengirimkan barang, ya semua dapat tercover
2: RH Sebetulnya gudang kami belum ada lho tempat penyimpanannya
Sebetulnya gudang kami belum ada lho tempat penyimpanannya. Kebetulan dikasih tempat sama kapus, ada ruangan rawat inap yang belum dipakai
3: KS Gak pernah lihat, gak pernah tahu saya
4: SR Gak tahu
5: J Tidak tahu
6: EI Tidak tahu
117
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa penyimpanan tempat khusus biskuit tidak ada di puskesmas, tetapi
diupayakan dengan memanfaatkan ruangan rawat inap yang tidak difungsikan
dengan terlebih dahulu dibersihkan. Ruang tersebut memiliki kapasitas yang
cukup untuk penyimpanan biskuit.
Hasil wawancara dengan informan tentang kendala dalam pemeriksaan
MP, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik berikut ini.
Tabel 4.20 Matriks Jawaban Informan tentang Kendala Dalam
Pemeriksaan Barang MT di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa
Lama
Informan Jawaban
1: ES Kendala secara teknis tidak ada, karena petugas sudah stay di tempat sehingga mempermudah pengontrolan
2: RH Oke, kalo misalnya barang PMT masuk, kita cek dengan kasus yang ada, dan biasanya kurang. Kita kan tidak langsung ambil alih, kita konfirmasi dulu dengan petugas gizi ke dinas kesehatan, misalnya, kak ini kurang barangnya, kasus saya 10, barang yang tersedia 5, bagaimana kak?. Langsung biasanya orang Dinas bilang : atur ajalah, yang penting dapat semuanya, atau utamakan dulu anak yang amat sangat kurang
3: KS Kurang paham
4: SR -
5: J -
6: EI Kurang paham
118
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa kendala yang dihadapi secara teknik tidak ada, namun setelah biskuit
sampai ke puskesmas, biasanya jumlah tidak sesuai dengan jumlah yang akan
diberikan kepada balita gizi kurang. Pemberian MT diupayakan kepada balita
yang mengalam gizi sangat kurang.
Hasil wawancara dengan informan tentang saran dalam pemeriksaan MT,
diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik berikut ini.
Tabel 4.21 Matriks Jawaban Informan tentang Saran Dalam Melakukan
Pemeriksaan MT di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Kita melakukan evaluasi terhadap pemberian MT yang dilakukan oleh petugas, misalnya bulan ini bayinya ada 5 orang, besoknya kita evaluasi, kalau ada peningkatan artinya terus kita pantau, kemudian droping barang kita kurangi nanti ke depannya kalau memang itu sudah mencukupi
2: RH Sebetulnya khan bu, laporan anak yang gizi kurang itu kami kirim setiap bulan. Dengan kata lain itulah
119
kebutuhan kami sebetulnya. Tapi kejadian yang ada atau yang nyata, barang atau makanan tambahan yang dikasih ama Dinas Kesehatan tidak sesuai dengan anak gizi kurang atau kasus yang ada di puskesmas, itu satu. Kedua, mengharapkan di tempat saya bertugas ada gudang penyimpanan barang yang sesuai standar gudang penyimpanan barang, bukan tempat kosong ruang rawat inap yang belum dipakai. Itulah pengharapan saya dengan sarananya, biar lancar, barang aman, kebutuhan ada, alatnya ada, jadi lancar semuanya sampai ke anaknya.
3: KS Bukan kerja saya
4: SR -
5: J -
6: EI Bukan kerja saya
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa tempat penyimpanan MT dibuat khusus gudang penyimpanan, biskuit yang
diberikan dari dinas kesehatan sesuai dengan jumlah kasus balita gizi kurang yang
ditangani dan peralatan lainnya.
2. Penyimpanan
Hasil wawancara dengan informasn tentang penyimpanan biskut sebagai
MT pada balita gizi kurang di Puskesmas Langsa Lama diperoleh informasi
sebagaimana dirangkum pada matriks berikut ini.
Tabel 4.22 Matriks Jawaban Informan tentang Kondisi Tempat
Penyimpanan Barang MT
120
Informan Jawaban
1: ES Kondisi bangunan permanen, tidak ada masalah dan dengan ventilasi, yang cukup, kemudian lantai yang dipasang keramik
2: RH Tidak memenuhi standar gudang yang sehat untuk menyimpan barang makanan tambahan. Tempatnya kan tidak langsung di lantai, tapi ini di lantai, jadi minimal harus ada papan supaya enggak lembab, dan karena ada kamar mandi maka lembab jadinya
3: KS Disimpan di rumahnya disimpan di lemari, dia tidak terlampau dengan cahaya,karena kalau terkena sinar matahari gizinya bisa berkurang.
Ada, karena sekali seminggu sekali saya datang kunjungan ke rumah sasaran
4: SR Di Puskesmas biasanya ditempatkan di ruangan rawat yang kosong, belum ada gudang khusus.
5: J Gak tahu
6: EI Yang saya tahu di simpan di ruang rawat yang kosong
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa tempat penyimpanan biskuit cukup baik, memiliki ventilasi dan lantai
terbuat dari keramik. Namum menempatkan biskuit yang dibungkus dalam kardus
di lantai ruang bekas rawat inap.
Hasil wawancara dengan informan tentang ciri-ciri barang MT yang rusak,
diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik berikut ini.
121
Tabel 4.23 Matriks Jawaban Informan tentang Ciri-Ciri Barang MT
Rusak di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama
Informan Jawaban
1: ES Belum pernah kita jumpai. Gak ada pernah expired, gak ada yang terbuka, dan kemudian tidak ada yang dimakan binatang-binatang rayap. Artinya semua barang yang dikasih itu tidak ada yang berkualitas buruk, artinya sudah memenuhi standar
2: RH Yang dikatakan rusak, ya kemasannya, contohnya ada yang gak robek atau tidak, trus bentuk makanannya hancur atau masih utuh, aromanya juga, dan kita lihat juga kedaluarsa jangan sampai lupa, itu juga paling penting.
3: KS Kebetulan waktu itu khan kita lihat lah, maksudnya kalau terlampau banyak kena cahaya khan bisa cepat rusak, tapi karena disimpan di lemari jadi bagus kondisinya.
4: SR Expired atau koyak bungkusnya..
5: J Sudah terbuka kemasannya dan expired.
6: EI Expired mungkin
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa ciri-ciri biskuit yang rusak antara lain tanggal expired, biskuit tidak
terbuka, kemasan tidak robek, dan memiliki aroma biskuit. Biskuit yang
diberikan dinas kesehatan berkualitas baik.
122
Hasil wawancara dengan informan tentang pelaporan barang MT pada
balita gizi kurang, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik
berikut ini.
Tabel 4.24 Matriks Jawaban Informan tentang Pelaporan Barang MT
Rusak
Informan Jawaban 1: ES Barang MT tidak ada yang rusuk…jadi tidak ada pelaporan
2: RH Ya tetap kami loporkan barang yang rusak yang sampai ke puskesmas biar orang dinas tahu, karena khan bahan itu tidak mungkin kita distribusikan ke anak. Jadi dengan kekurangan yang ada plus dengan kerusakan yang ada, biasanya kita laporkan..dilaporkan secara lisan
3: KS Kalao ada saya catat di buku laporan
4: SR Kami melapor ke puskesmas, tapi selama ini yang kami terima belum pernah rusak.
5: J Tidak memeriksa barang yang akan diteruskan ke keluarga sasaran.
6: EI Saya laporkan ke petugas gizi Puskesmas bahwa biskuit tidak layak untuk dimakan. Tapi selama ini tidak ada ditemui biskuit yang rusak.
123
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa apabila ada biskuit yang rusak, maka informan wajib membuat laporan
tentang kondisi biskuit dan disampaikan segera ke dinas kesehatan untuk segera
diganti dengan yang baru. Sampai saat ini laporan biskuit yang rusak tidak pernah
dibuat karena biskuit dalam kondisi baik.
Hasil wawancara dengan informasn tentang pemantauan penyimpnan
makanan tambahan di Puskesmas Langsa Lama diperoleh informasi sebagaimana
dirangkum pada matriks berikut ini.
Tabel 4.25 Matriks Jawaban Informan tentang Pemantauan Penyimpanan
Makanan Tambahan
Informan Jawaban
1: ES Yang kita lakukan dievaluasi tanggal masuknya barang tersebut, kemudian kapan dia didistribusikan selalu dilaporkan ke kita
2: RH Mencatat kedaluarsanya, dan kedua kita lihat lantainya lembab atau tidak, khan mempengaruhi penyimpannya, dan dicatat dalam laporan tersendiri
3: KS Itu bukan wewenag saya.
4: SR Saya tidak pernah ikut memantau.
5: J Tidak ada
6: EI Engga ada.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa pemantauan penyimpanan MT dilakukan pada saat biskuit masuk ke
puskesmas. Informan mencatat tanggal masuk, kadaluarsa biskuit, dan tempat
124
penyimpanan biskuit, dan dibuat catatan sebagai bahan laporan puskesmas yang
akan disampaikan ke Dinas Kesehatan Langsa.
Hasil wawancara dengan informan tentang kendalam penyimpanan biskuit
di puskesmas, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik berikut
ini.
Tabel 4.26 Matriks Jawaban Informan tentang Kendala Penyimpanan
Makanan Tambahan
Informan Jawaban 1: ES Kendalanya kita karena gedungnya bukan gedung ruangan
khusus tapi ruangan yang kita pinjam pakaikan.
2: RH Itu khan barangnya kami simpan di ruang rawat inap yang ada kamar mandinya. Itu tidak bisa sebetulnya, jangan lembab, sinar matahari harus cukup.
3: KS Klo di puskesmas tidak tau
4: SR Di Polindes kita tidak pernah menyimpan bu, kalau dikasih dari Puskesmas kita langsung antar terus ke sasaran.
5: J Tidak ada kendala
6: EI Kalau kendalanya karena tidak ada ruangan khusus, hanya disimpan di kotak-kotak aja, jadi harusnya ada ruangan khusus lah.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa tempat khusus penyimpanan MT tidak ada, maka disimpan pada ruang
rawat inap yang sinar matahari tidak langsung masuk ke ruangan.
Hasil wawancara dengan informan tentang saran penyimpanan MT,
diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik berikut ini.
125
Tabel 4.27 Matriks Jawaban Informan tentang Saran Penyimpanan
Barang MT
Informan Jawaban
1: ES Mudah-mudahan pemerintah mau membangun gedung ruangan khusus untuk penyimpanan, karena saya khawatirkan suatu saat ruangan itu digunakan untuk keperluan lain. Saran saya mudah-mudahan 2018 ini bisa terealisasi lah
2: RH Untuk kedepan ya, ada rak-rak untuk menyimpan barang, dan jangan dicampur atau satu tempat dengan barang yang lain
3: KS Apa saya….ya…tempat nya yang baik, agar biskuit tidak rusak
4: SR Ada gudang khusus untuk PMT, jadi gak di ruang pasien.
5: J Sebaiknya ada gudang khususnya.
6: EI Kalau menurut saya, haruslah ada lemari supaya terhindari dari tikus atau kecoa.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa tempat penyimpanan sebaiknya dibuat bangunan khusus memiliki rak-rak
barang dan tidak bercampur dengan barang lain serta dapat mencegah masuk ke
ruangan hewan lain seperti tikus dan kecoa karena bangunan tersebut suatu saat
digunakan untuk keperluan lainnya.
3. Pendistibusian
Hasil wawancara dengan informasn tentang pendistibusian biskut MT di
Puskesmas Langsa Lama diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada
matriks berikut ini.
126
Tabel 4.28 Matriks Jawaban Informan tentang Pencatatan dan Pelaporan
Makanan Tambahan
Informan Jawaban
1: ES Ada dilakukan pencatatan pelaporan dan berapa jumlah dan tanggal expired juga, dan tanggal kapan dikirim
2: RH Ya, pakai tanda terima
3: KS Ada dicatat di buku catatan saya sendiri. Ada laporannya
4: SR Tidak pernah kami lakukan, ya orang puskesmaslah yang mencatatnya.
5: J Ada melakukan pencatatan.
6: EI Kami tidak mencatat karena sudah ada dicatat oleh puskesmas, jadi kami cukup ngantarkan aja
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa setiap barang yang akan disampaikan kepada keluarga sasaran terlebih
dahulu dicatat dalam laporan untuk membuat laporan pertanggung jawab terhadap
kegiatan PMT pada balita gizi kurang.
Hasil wawancara dengan informan tentang keterlibatan petugas lain dalam
PMT, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik berikut ini.
127
Tabel 4.29 Matriks Jawaban Informan tentang Keterlibatan Petugas Lain
dalam Pemberian Makanan Tambahan
Informan Jawaban
1: ES Yang pertama tentunya petugas gizi dan bidan desa
2: RH Ya saya sendiri dan bidan desa
3: KS Yang terlibat bidan desa, saya beserta kader…mendampingi saya, terus menimbang balita di posyandu
4: SR Ya saya sendiri sama petugas gizi Puskemas.
5: J Bidan desa dengan petugas gizi puskesmas.
6: EI Bidan desa dengan petugas gizi
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa setiap kegiatan PMT, informan bekerjasama dengan bidan desa tempat
balita gizi kurang. Informan juga bekerjasama dengan kader kesehatan dalam
menimbang balita di posyandu.
Hasil wawancara dengan informan tentang pendistibusian MT pada
keluarga sasaran, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik berikut
ini.
Tabel 4.30 Matriks Jawaban Informan tentang Pendistribusian MT
Kepada Keluarga Sasaran
Informan Jawaban
1: ES Itu melalui data yang diambil dari petugas gizi dan bidan desa. Terutama PMT ini diberikan pada kasus-kasus yang memang BGMnya di bawah garis besar. Itu yang kita monitoring langsung, artinya petugas gizi yang lebih
128
memahami itu
2: RH Ya petugas gizi, yaitu saya sendiri. Jumlahnya setiap bulan 20 bungkus umur 6-11 bulan dan 30 bungkus untuk 12-59 bulan, tidak semua balita mendapat biskuit sesuai keinginan.
3: KS Mendistribusikannya saya dengan kenderaan sendiri, roda dua. Jumlah biskuit kurang..diberi setengah saja.
4: SR Naik kereta bu, itu kendaraan yang ada.
5: J Naik kereta dengan petugas gizi. Pemberian biskuit kurang dikasi.
6: EI Kami berikan kepada orang tuanya, setelah itu kami berikan saran supaya yang makan ini jangan dikasih ke saudara-saudara. Makanya kami bilang biskuitnya khusus kepada balita gizi kurang.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa balita yang mendapatkan biskuit dengan kriteria berat badan berada di
garis merah (BGM). Diharapkan biskuit yang diberikan dapat meningkatkan berat
badanya. Jumlah pemberian biskuit sebanyak 20 bungkus pada balita usia 0-11
bulan setiap bulan dan 30 bungkus untuk usia 12-59 bulan. Pemberian biskuit
tidak sesuai ketentuan pada Desa Seulalah dan Desa Meurandeh.
Namun tidak seluruhnya mendapat biskuit sesuai ketentuan tersebut. Tapi
Biasanya informan dan petugas lainnya menggunakan kendaraan roda dua untuk
memudahkan pemberian biskuit pada keluarga sasaran.
Hasil wawancara dengan informan tentang kendala dan saran dalam
pendistibusian MT, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada matrik
berikut ini.
129
Tabel 4.31 Matriks Jawaban Informan tentang Kendala dan Saran Dalam
Pendistribusian MT
Informan Jawaban
1: ES Saya rasa tidak ada kendala, cuman itulah tadi kekurangan petugas karena hanya ada 1 petugas kita
2: RH Ya diharapkan sepenuhnya bisa dilakukan dengan bidan desa, tapi bidan desa juga kan punya pekerjaan, punya keterbatasan juga, punya kesibukan. Harapan kami satu lagi sebetulnya kader posyandu, tapi itukan perlu pendampingan khusus atau sosialisasi untuk kader-kader, tapi untuk sementara belum dilakukan. Mereka hanya membantu di posyandu saja, belum paham sekali tentang pemberian makanan tambahan ini
3: KS Tidak ada kendala
4: SR Selama ini tidak ada kendala bu, kasus gizi kurangpun di tempat saya tidak banyak, jadi tidak ada kendala.
5: J Tidak ada.
6: EI Kami ngantarnya pake sepeda motor.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa selama mengikuti kegiatan PMT kendala yang dihadai adalah kurangnya
petugas kesehatan. Kebutuhan petugas tersebut sebenarnya dapat dipenuhi dengan
memberdayakan kader-kader posyandu karena jumlah mereka cukup banyak. Para
kader belum diberikan sosialiasi tentang PMT.
Hasil wawancara dengan informan tentang pemantauan pemberian atau
pendistribusian MT pada balita gizi kurang, diperoleh informasi sebagaimana
dirangkum pada matrik berikut ini.
130
Tabel 4.32 Matriks Jawaban Informan tentang Pemantauan
Pendistribusian MT Kepada Keluarga Sasaran
Informan Jawaban
1: ES Secara langsung kita tidak lakukan, cuma kita minta data dari petugas gizi. Itu yang mereka pantau, apakah ada perkembangan atau tidak. Kalau tidak, apa masalahnya, itu selalu kita mintakan laporan tiap logmin bulanan yang kita lakukan. Itu yang selalu kita evaluasi. Laporan dalam bentuk manual, farmot baku belum ada
2: RH Ya itu, per 10 hari kunjungan ulang. Pada saat pendistribusian yang kedua di tanggal 10 itu, disitulah sekalian kita pantau, sekalian kita tanya dulu dimakan gak biskuitnya atau tidak. Setelah itu kita timbang di posyandu, dari situ kita tahu dimakan enggak biskuitnya. Tapi kadang 1 bulan sekali baru dipantau karena jaraknya jauh.
3: KS Setiap seminggu sekali saya pantau makanannya, jadi setiap minggu saya pantau makanannya, apakah sudah habis, apakah belum. Apakah gak dimakan, kan saya tahu, 1 hari dia harus 2 bungkus, kalau seminggu itu harusnya dia 14 bungkus. Kalau misalnya 14 bungkus belum habis, berarti ia gak makan dong bu.
4: SR Tidak ada, saya cuma antar aja.
5: J Satu bulan sekali aja ketika di Posyandu. Saya tidak memantau ke rumah keluarga sasaran.
6: EI Kami datang ke keluarga sasaran 2 minggu sekali.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa pemantauan pemberian atau pendistribusian MT kepada kelompok sasaran
selama 10 hari sekali pada keluarga yang paling dekat dari puskesmas. Namun
setelah di cross cheks dari Informan lainnya bahwa pemantauan dilakukan 2
minggu sekali di Desa Meurendeh dan 1 bulan sekali di Desa Asam Peutik karena
131
jaraknya cukup jauh. Informan bertanya tentang pemberian biskuit kepada balita
gizi kurang. Informan dari Desa Seulalah mengatakan melakukan pemantauan
seminggu sekali tentang pola makan ibu kepada balita gizi kurang.
Hasil wawancara dengan informan tentang kendala dan strategi dalam
pemantau PMT pada balita gizi kurang, diperoleh informasi sebagaimana
dirangkum pada matrik berikut ini.
Tabel 4.33 Matriks Jawaban Informan tentang Kendala dan Strategi
dalam Melakukan Pemantauan PMT
Informan Jawaban
1: ES Kendalanya kita hadapi tentunya karena kekurangan petugas, jadi strategi yang kita lakukan meminimal pergerakan petugas ke tempat-tempat yang tidak perlu, misalnya Desa A itu tidak ada, memang ada pemantauan gizi tapi kita lebih penting ke Desa yang ada kasus gizi kurang
2: RH Waktu awal kita pemberian PMT, kita khan ada bertanya pola asuh dan asupan makanannya. Bagaimana kita memantau pemberian makanan tambahan ini dengan kenaikan berat badan dia per 10 hari bisa kita lihat. Ada kenaikan atau tidak, nanti kita kumulatif per sebulan, ada tidak naiknya. Dari situ bisa kita lihat. Kenapa 10 hari saya buat, supaya bisa kita pantau. Nanti akhir pada bulan pertama pada pemberian pertama, itu bisa kita lihat disitu ada kenaikan tidak, kalau tidak ada, apa salahnya, baru kita dapat disitu. Itulah pemantauan saya, maka dilakukan per 10 hari.
Ada lah, contohnya dibagi-bagi, gak ada kenaikan berat anaknya ketahuan selama 3 bulan
Kalau misalnya dia punya adik, dibagikan ke adiknya, ada saudara, khan gak semua lho anak yang dapat PMT ini rumah sendiri, ada tinggal bersama neneknya, satu
132
keluarga besar
Ya, enak rasanya ternyata, mamaknya pun mau makan juga ternyata. Itulah produk Kemenkes, bagus dan enak
3: KS Sebenarnya itu tugas program gzi,..saya hanya memberikan ke sasaran dan memantau saat kegiatan posyandu
4: SR Karena tidak dilakukan, gimana tahu kendalanya.
5: J Tidak ada karena tidak memantau.Cuma di Posyandu aja.
6: EI Gak ada sih, cuma kami yang makan itu harus sasarannya, tapi kalau berapa banyak harus dimakan kami gak ada beritahu.
Terkadang yang bersangkutan tidak ada di rumah, karena di sini ekonominya lemah, jadi sehari-hari sibuk pergi mencari uang tambahan.
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa pemberian MT kepada balita gizi kurang belum efektif karena biskuit
diberikan kepada anak lainnya dan dikonsumsi oleh orangtuanya karena
jumlahnya cukup banyak dan rasanya manis dan gurih.
Hasil wawancara dengan informan tentang aspek-aspek yang dinilai dalam
PMT pada balita gizi kurang, diperoleh informasi sebagaimana dirangkum pada
matriks berikut ini.
Tabel 4.34 Matriks Jawaban Informan tentang Aspek-Aspek yang Dinilai
dalam PMT
Informan Jawaban
1: ES Ya pertama, aspek legalnya petugas untuk melakukan
kegiatan. Itu kalau tidak ada berarti kita melanggar aturan.
Bagaimana memberikan pengetahuan kepada masyarakat
kalau kita gak punya Legal standing. Artinya legal dalam
133
melaksanakan kegiatan
2: RH Evaluasinya yaitu berat badannya, asupan makanannya
dan pola asuh mamaknya. Itu sudah mencakup seluruhnya.
Ya, iyalah biar kita tahu bulan pertama kita kasih ke bulan
ke dua ada kenaikan atau tidak dari berat awal badannya
3: KS Itu bukan tugas saya…….tapi saya memberikan
penyuluhan dan mencatat makan sehari-hari balita harus
cukup gizi, cukup protein, karena setiap hari dia makan
ikan, anaknya kan kecil, habis itu pencernaanya gak bagus
4: SR Penimbangan berat badan di Posyandu, ditimbang satu
bulan sekali.
5: J Ada penimbangan, dicatat dan dilaporkan ke petugas gizi
puskesmas yang datang ke Posyandu.
6: EI Yang pertama berat badannya, dilakukan penimbangan
setiap 1 bulan sekali. Kalau pencatatan dan pelaporan ada
sebulan sekali
Dari matriks jawaban di atas diketahui bahwa informan mengungkapkan
bahwa aspek yang dinilai dalam PMT terutama berat badan dan timbang tinggi
setelah ditimbang setiap bulan di posyandu. Selanjutnya pola asupan makan yang
diberikan kepada balita gizi kurang.
115
4.2.4. Identifikasi Tema Faktor yang Memengaruhi Efektivitas Pelaksanaan
PMT pada Balita Gizi Kurang
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diidentifikasi tema
tentang fakor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan PMT pada balita gizi
kurang sebagai berikut.
Tabel 4.35 Matriks Identifikasi Tema Faktor yang Memengaruhi
Efektivitas Pelaksanaan PMT pada Balita Gizi Kurang No
Tema Hasil Wawancara
ES RH KS SR J IE Hasil Pengiri
man/ Penerimaan
1. Pengiriman dan Pemeriksaan PMT
Terlambat dan Petugas gizi
Terlambat dan Petugas gizi di puskesmas
Terlambat dan Kurang ngerti
Terlambat dan Tidak pernah dilakukan
Terlambat dan Tidak dilakukan pemeriksaan
Terlambat dan Tidak ada dilakukan
Terlambat dan Petugas gizi
2. Kapasitas Gudang
Ruang khusus tidak ada
Bekas ruangan rawat inap
Gak pernah lihat, gak pernah tahu saya
Gak tahu
Tidak tahu
Tidak tahu
Ruangan rawat inap
3. Kendala Pemeriksaan Biskuit
Secara teknis tidak ada
PMT biasanya kurang
Kurang paham
Kurang paham
Kurang paham
Kurang paham
PMT kurang
4. Saran Pemeriksaan MT
Evaluasi pemberian MT
Ketersediaan gudang, alat transportasi
Bukan kerja saya
Bukan kerja saya
Bukan kerja saya
Bukan kerja saya
Ada gudang penyimpanan dan transportasi
Penyimpanan
5. Kondisi Tempat Penyimpanan
Bangunan permanen
Gudang tidak memenuhi standar
Di ruang rawat yang kosong
Gak tahu
Di ruang rawat yang kosong
ruang rawat inap
6. Ciri-Ciri Belum Kemasa Disim Expire Sudah Expir Tidak
116
Barang MT Rusak
pernah kita jumpai
n robek, bentuk hancur, kedaluarsa
pan di lemari
d atau koyak bungkusnya
terbuka kemasannya dan expired
ed ada biskuit rusak
Tabel 4.35 (Lanjutan)
N
o Tema
Hasil Wawancara
ES RH KS SR J IE Hasil 7. Pelapora
n Barang MT Rusak
Tidak ada yang rusuk
Dilaporkan ke dinas
Dicatat di buku laporan
Belum pernah rusak
Tidak memeriksa barang
Biskuit tidak rusak
Tidak ditemukan rusuk
8. Pemanta
uan
Penyimp
anan T
Tanggal
masuk
dan
kapan
didistrib
usikan
Kedalua
rsa,
ruang
penyim
panan
lembab
Buka
n
wewe
nag
Tidak
ikut
mema
ntau
Tidak
ada
Engg
a
ada.
Tanggal
masuk,
waktu
pendistri
buan,
kadaluar
sa,
tempat
penyimp
anan 9. Kendala
Penyimpanan Barang MT
Bukan gedung ruangan khusus
Ruangan lembab, kurang, sinar matahari
Tidak tau
Tidak pernah menyimpan
Tidak ada kendala
Tidak ada ruangan khusus
Tidak ada ruangan khusus
10. Saran Penyimpanan Barang MT
Membangun gedung
Ada rak-rak untuk menyimpan barang
Tempat yang baik
Ada gudang khusus
Gudang khususnya
Ada lemari
Ruangan khusus dengan rak-rak
Pendistibusian
11. Pencatatan dan Pelaporan MT
Ada Pakai tanda terima
Dicatat di buku
Tidak pernah
Ada pencatatan
Tidak mencatat
Dicatat dalam laporan
12. Keterlibatan Petugas dalam Pemberian MT
Petugas gizi dan bidan desa
Petugas gizi dan bidan desa
Petugas gizi, bidan desa, kader
Petugas gizi dan bidan desa
Petugas gizi dan bidan desa
Petugas gizi dan bidan desa
Petugas gizi dan bidan desa
13. Pendistribusian
Data yang
20 bungku
Jumlah
Naik kereta
Naik kereta
Berikan
Jumlah tidak
117
MT diambil dari petugas gizi
s umur 6-11 bulan dan 30 bungkus untuk 12-59 bulan
biskuit kurang
kepada orang tuanya
sesuai dan da yang sesuai
Tabel 4.35 (Lanjutan)
N
o Tema
Hasil Wawancara
ES RH KS SR J IE Hasil
14. Kendala dan Saran Dalam Pendistribusian MT
Kekurangan petugas
Pemberdayaan kader
Tidak ada kendala
Tidak ada kendala
Tidak ada
Sepeda motor
Tidak ada kendala (kendaraan roda dua)
15. Kendala
dan
Strategi
dalam
Melakuk
an
Pemanta
uan
Kurang
petugas,
menguta
makan
ke
daerah
sasaran
Biskuit
dimakan
anak
lain dan
ibu
Tuga
s
progr
am
gzi
Tidak
tahu
Meman
tau di
posyan
du
Tida
k
tahu
Kekura
ngan
tenaga,
diskuit
dimaka
n anak
lain
dan
ibu
16. Pemanta
uan
pendistri
busian
MT
Data
dari
petugas
gizi,
format
belum
ada
10 hari
kunjung
an atay
1 bulan
sekali,
timbang
di
posyand
u,
format
laporan
belum
ada
Setia
p
semi
nggu
Tidak
ada
Satu
bulan
sekali
di
posyan
du
2
min
ggu
seka
li
10
hari, 2
mingg
u dan 1
bulan,
format
lapora
n
belum
ada
17. Aspek-
Aspek
Dinilai
Legal
standing
Berat
badan,
asupan
makana
n, pola
asuh
Buka
n
tugas
saya
Penimb
angan
berat
badan
Penimb
angan
Ber
at
bad
an
berat
badan,
asupan
makan
an,
pola
asuh
118
4.3 Hasil Kuesioner tentang Faktor yang Memengaruhi Efektivitas
Pemberian Makanan PMT
Hasil pengumpulan data kepada ibu dari balita gizi kurang menggunakan
wawancara berpedoman kepada kuesioner tentang faktor yang memengaruhi
efektivitas PMT pada balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama
disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.36 Distribusi Jawaban Ibu tentang Faktor yang Memengaruhi
Efektivitas Pemberian Makanan PMT
No. Pertanyaan
Balita Naik BB Balita Tidak Naik
BB
Tidak Ya Tidak Ya
Penerimaan PMT dari petugas
f % % f f % % f
1 Apakah ibu menerima jumlah MT Balita (biskuit) dari tenaga kesehatan sesuai dengan usia balita (jika usia 6-11 bulan diberikan 20 bungkus) dan usia 12-59 bulan diberikan 30 bungkus setiap bulan?
0 0,0 9 100,0 9 50,0 9 50,0
2 Apakah ibu menerima MT Balita (biskuit) dengan bungkus baik (tidak rusak) ?
0 0,0 9 100,0 0 0,0 18 100,0
3 Apakah ibu menerima MT Balita (biskuit) tiap bungkus berisi 12
0 0,0 9 100,0 0 0,0 18 100,0
keping biskuit?
Tabel 4.36 (Lanjutan)
No. Pertanyaan
Balita Naik BB Balita Tidak Naik
BB
Tidak Ya Tidak Ya
Penyimpanan PMT di rumah tangga
4 Apakh ibu menyimpan biskuit tempat yang kering, bersih dan tertutup agar terhindar dari binatang pengganggu?
2 22,2 7 77,8 7 38,9 11 61,1
Tempat penyimpanan:
a. Kotak/lemari 13 orang (48,1%)
0 0,0 9 100,0 0 0,0 9 50,0
b. Toples 14 orang (51,9%)
0 0,0 0 0,0 0 0,0 9 50,0
Pemberian PMT kepada balita
5 Apakah ibu memberikan biskuit pada balita
3 33,3 6 66,7 14 77,8 4 22,2
usia 6-11 bulan diberikan 8 keping per hari atau 12 keping per hari balita usia 12-59 bulan?
6 Apakah biskuit diberikan kepada anggota keluarga lainnya?
7 77,8 2 22,2 11 61,1 7 38,9
a. Dimakan anak lainnya orang
0 0,0 1 50,0 0 0,0 4 42,9
b. Dimakan orangtua orang karena tidak habis dimakan
0 0,0 1 500 0 0,0 3 57,1
7 Apakah biskuit tetap diberikan pada bulan berikutnya atau terlambat?
1 11,1 8 88,9 2 11,1 16 88,9
Tabel 4.36 (Lanjutan)
No. Pertanyaan
Balita Naik BB Balita Tidak Naik
BB
Tidak Ya Tidak Ya
8. Apabila balita
sudah bertambah
berat badan pada
bulan berikutnya,
apakah ibu
mendapatkan
biskuit lagi?
2 22,2 7 77,8 - - - -
Kapan waktunya
biskuit dihentikan
pemberiannya:
a. setelah 1 bulan
lebih 3 33,3
b. setelah 2 bulan
lebihatau 3 bulan 6 66,7
Penyuluhan
9 Apakah ibu ke
posyandu untuk
mendapatkan
penyuluhan dari
tenaga kesehatan?
0 0,0 9 100,0 0 0,0 18 100,0
10 Apakah tenaga
kesehatan
memberikan
penyuluhan
kesehatan kepada
ibu di rumah?
0 0,0 9 100,0 0 0,0 18 100,0
Kapan penyuluhan
di rumah?
a. Sewaktu tenaga
kesehatan
membawa
biskuit ke
rumah
0 0,0 9 100,0 0 0,0 18 100,0
Penimbangan
balita
11 Apakah ibu setiap
bulan membawa
balita ke posyandu
untuk ditimbang?
0 0,0 9 100,
0 1 5,6 17 94,4
Tabel 4.36 (Lanjutan)
No. Pertanyaan
Balita Naik BB Balita Tidak Naik
BB
Tidak Ya Tidak Ya
12 Apakah ibu
membawa balita ke
posyandu selama 3
bulan terturut-turut
untuk memantau
pertambahan berat
badan?
0 0,0 9 100,
0 1 5,6 17 94,4
Pola Asuh
13. Apakah ibu
memberikan
makanan setiap
hari terdiri dari
nasi, sayur, lauk,
susu, buah, (kalau
usia bayi < 2 tahun
diberikn ASI)
5 55,6 4 44,4 18 100,0 0 0,0
14. Apakah ibu
memberikan
makanan tambahan
lain selain makanan
sehari-hari seperti
makanana roti,
puding, bubur
kacang ijo dan
makanan lainnya.
Sebutkan:
0 0,0 9 100,0 10 55,6 8 44,4
15. Jika sakit, apakah
balita dibedakan
makanannya
dengan makanan
anggota keluarga
2 22,2 7 77,8 16 88,9 2 11,1
lainnya?
16.
Apakah balita sakit
dibawa ke fasilitas
kesehatan?
3 33,3 6 66,7 6 33,3 12 66,7
Berdasarkan jawaban ibu dari balita status gizi kurang diketahui bahwa ibu
tidak mendapatkan biskuit sesuai dengan usia balita. Ibu dari balita naik berat
badan semuanya mendapatkan biskuit sebanyak 30 bungkus setiap bulan, tetapi
ibu dari balita tidak naik berat badannya ditemukan 9 orang (50%) tidak
mendapatkan 30 bungkus biskuit. Ibu dari balita naik berat badan dan balita tidak
naik berat badan mengatakan menerima biskuit dengan bungkus tidak rusak dan
tiap bungkus berisi 12 keping biskuit yang mengandung 540 kalori (45 kalori per
keping beskuit) sebanyak 9 orang sebanyak 27 orang.
Ibu dari balita naik berat badan mengatakan menyimpan biskuit pada
tempat yang kering, bersih dan tertutup agar terhindar dari binatang pengganggu
yaitu 7 orang (77,8) dan semuanya menyimpan di dalam kotak atau lemari yaitu 9
orang (100). Ibu dari balita tidak naik berat badan mengatakan menyimpan biskuit
pada tempat yang kering, bersih dan tertutup agar terhindar dari binatang
pengganggu yaitu 11 orang (61,1) dan diantaranya menyimpan di dalam kotak
atau lemari yaitu 9 orang (50%) dan di toples yaitu 9 orang (50%).
Ibu dari balita naik berat badan memberikan biskuit pada balita usia 6-11
bulan diberikan 8 keping per hari atau 12 keping per hari balita usia 12-59 bulan
yaitu 6 orang (66,7%), sedangkan ibu dari balita tidak naik berat badan yaitu 4
orang (22,2%). Ibu dari balita naik berat badan mengatakan biskuit diberikan
kepada anggota keluarga lainnya 2 orang terdiri dari diberikan kepada anak lain 1
orang (50%) dan dimakan ibu 1 orang (50%), sedangkan ibu dari balita tidak naik
berat badan memberikan bisukut kepada anggota lainnya 7 orang terdiri dari
diberikan kepada anak lain 4 orang (42,9%) dan dimakan ibu 3 orang (57,1%).
Ibu dari balita naik berat badan mengatakan biskuit tetap diberikan pada
bulan berikutnya yaitu 8 orang (88,9%) dan terlambat 1 orang (11,1%), sedangkan
ibu dari balita tidak naik berat badan mengatakan biskuit tetap diberikan pada
bulan berikutnya yaitu 16 orang (88,9%) dan terlambat 2 orang (11,1%). Ibu dari
balita naik berat badan mengatakan balita sudah bertambah berat badan pada
bulan berikutnya, apakah ibu mendapatkan setelah satu bulan lebih 3 orang
(33,3%) dan setelah 2 bulan lebih 6 orang (66,7%).
Semua ibu dari balita naik berat badan datang ke posyandu untuk
mendapatkan penyuluhan yaitu 9 orang (100%) sehingga membawa balita ke
posyandu yaitu 9 orang (100%) dan tenaga kesehatan memberikan penyuluhan
kesehatan kepada ibu di rumah yaitu 9 orang (100%). Demikian juga semua ibu
dari balita tidak naik berat badan datang ke posyandu untuk mendapatkan
penyuluhan yaitu 18 orang (100%) dan membawa balita ke posyandu yaitu 26
orang (94,4%) serta tenaga kesehatan memberikan penyuluhan kesehatan kepada
ibu di rumah yaitu 18 orang (100%). Ibu dari balita naik berat badan memberikan
makanan setiap hari terdiri dari nasi, sayur, lauk, susu, buah, (kalau usia bayi < 2
tahun diberikn ASI) yaitu 4 orang (44,4%) dan ibu tidak naik berat badan
semuanya tidak memberikan makanan tersebut yaitu 18 orang (100%).
Ibu memberikan makanan tambahan lain selain makanan sehari-hari
seperti makanana roti, puding, bubur kacang ijo dan makanan lainnya pada dari
balita naik berat badan yaitu 9 orang (100%), sedangkan balita tidak naik berat
badan yaitu 8 orang (44,4%). Ibu dari balita naik berat badan membedakan
makanan balita gizi kurang dengan anggota keluarga lainnya yaitu 7 orang
(77,8%), sedangkan ibu dari balita tidak naik berat badan yaitu 2 orang (11,1%).
Pada umumnya ibu membawa balita sakit dibawa ke fasilits kesehatan pada balita
naik berat badannya yaitu 6 orang (66,7%) dan balita tidak naik berat badannya
yaitu 12 orang (66,7%).
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Faktor yang Memengaruhi Efektivitas PMT pada Balita Gizi Kurang
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Puskesmas Langsa Lama untuk
mengatasi masalah balita status gizi kurang adalah melakukan program PMT.
Pemberian makanan tambahan khususnya bagi kelompok rawan merupakan salah
satu strategi suplementasi dalam mengatasi masalah gizi. Untuk mengatasi
kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu diselenggarakan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan.
Prinsip dasar pemberian MT anak balita adalah untuk memenuhi
kecukupuan gizi agar mencapai berat badan sesuai umur. Pemberian MT
diberikan kepada kelompok sasaran yaitu balita kurus 6-59 tahun. (43) Program
MT diberikan kepada balita kurus dan balita gizi kurang di Puskesmas Langsa
Lama. Program ini sudah dijalankan sejak tahun 2011 sampai sekarang.
Berdasarkan Peraturan Kemenkes RI tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis
Pemberian Makanan Tambahan (Balita-Ibu Hamil-Anak Sekolah) disebutkan
bahwa pelaksanaan program PMT terdiri dari pengiriman/penerimaan makanan
tambahan, penyimpanan makanan tambahan, pendistribusian makanan tambahan,
dan pemberian makanan tambahan.
Berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa setelah program PMT
diselenggarakan mulai bulan September sampai November 2017 diperoleh hasil
bahwa dari 27 balita gizi kurang yang mengikuti program tersebut, ternyata tidak
hanya 9 orang (33,3%) yang mengalami peningkatan berat badan, dan sisanya
sekitar 18 orang (66,7%) tidak mengalami peningkatan yang berarti. Hal ini dapat
diartikan bahwa program PMT tersebut belum berjalan efektif yang seyogianya
setiap balita mengalami peningkatan berat badan yang berarti (status gizi normal).
Untuk mengetahui lebih jauh tentang faktor yang memengaruhi efektivitaskan
PMT pada balita gizi kurang dijelaskan di bawah ini.
5.1.1 Pengiriman/Penerimaan Makanan Tambahan
Pada umumnya pengiriman MT berupa biskuit dari dinas ke puskesmas
tidak sesuai dengan surat permohonan pengajuan MT pada balita gizi kurang.
Biasanya pengiriman PMT tahun ini diajukan pada tahun sebelumnya.
Selanjutnya tahap awal yang dilakukan informan dalam program PMT adalah
melakukan memeriksa pengiriman biskuit dari Dinas Kesehatan Langsa ke
puskesmas. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan bahwa bahan makanan
tambahan yang akan diberikan kepada sasaran adalah berupa biskuit dari tiap 100
gram mengandung 540 kalori, 14 gram lemak, 9 gram protein, dan 71 gram
karbohidrat. Makanan Tambahan Balita diperkaya dengan 10 macam vitamin (A,
D, E, K, B1, B2, B3, B6, B12, Asam Folat) dan 7 macam mineral (Besi, Iodium,
Seng, Kalsium, Natrium, Selenium, Fosfor) (44).
Pemeriksaan biskuit tidak dilakukan informan di dinas kesehatan, tetapi
pemeriksaan mulai berlangsung setelah barang dikirim ke puskesmas dan
sekaligus membuat laporan pertanggung jawaban tentang jumlah dan kondisi
barang yang diterima yang selanjutnya dilaporkan segera ke dinas kesehatan.
Setelah informan membuat laporan atas pengiriman barang, ditemukan jumlah
biskuit tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Berdasarkan wawancara
pada tanggal 1 September 2018 kepada petugas gizi bahwa jumlah biskuit yang
diterima puskesmas sebanyak 1965 bungkus, sedangkan yang dibutuhkan 2.370
bungkus sehingga kekurangan sebanyak 405 bungkus.
Pelaksanaan PMT tidak terlepas dari beberapa kendala. Adiyasa (2010),
menemukan banyaknya kendala dalam pelaksanaan program PMT, diantaranya
masalah pendataan riil balita pada keluarga miskin, terbatasnya pengalokasian
bahan dari pusat, sulitnya pemantauan petugas dalam ketepatan konsumsi pada
sasaran, adanya keterlambatan formulir pencatatan dan pelaporan, dan
pelaksanaan program yang selalu di akhir tahun (67).
Bila ditinjau dari permasalahan jumlah pengiriman biskuit yang tidak
sesuai dari dinas, sangat disayangkan apabila program ini akan mengalami
kendala yang sangat besar. Bahan utama yaitu biskuit yang mengandung unsur
vitamin, mineral dan zat lainnya yang menjadi faktor penentu keberhasilan
program PMT tidak dapat dikonsumsi oleh balita sasaran sehingga berdampak
terhadap ketidakefektifan dalan meningkatkan berat badan balita sesuai dengan
tujuan program tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengiriman MT
tidak sesuai dengan permohonan yang diajukan puskesmas dan pemeriksaan
dilakukan bertepatan dengan bahan MT sampai di puskesmas dengan membuat
laporan bertanggung jawaban tentang jumlah dan kondisi biskuit tidak ditemukan
rusak (expired).
Berdasarkan hasil wawancara informan triangulasi yaitu ibu dari balita gizi
kurang mengatakan bahwa setelah biskuit diterima, pada umumnya ibu
memperoleh biskuit tidak sesuai dengan kebutuhan bayi selama 3 bulan
seharausnya tenaga kesehatan memberikan biskuit kepada balita usia 6-11 bulan
sebanyak 20 bungkus per bulan dan usia 12-59 bulan sebanyak 30 bungkus.
5.1.2 Penyimpanan Makanan Tambahan
Barang yang telah sampai ditempatkan pada gedung khusus yang ditandai
dengan ruangan tidak lembab dan cahaya masuk ke dalam ruangan. Kemudian
setiap biskuit yang masuk dicatat dan dilaporkan ke kepada puskesmas tentang
kondisi dan keadaan biskuit tersebut. Temuan di lapangan bahwa biskuit yang
dikirim tersebut jumlahnya belum sesuai kebutuhan program PMT dan tidak
ditemukan biskuit dengan bungkus rusak karena semua biskuit dimasukkan dalam
kardus besar. Informan juga menjelaskan bahwa setelah memeriksa biskuit
dengan menilai tanggal kadaluarsa, kemasan, tekstur sampai pengiriman terakhir
tidak ditemukan biskuit yang rusak.
Persyaratan tempat dan cara penyimpanan merupakan salah satu bagian
penting dalam prosedur pengelolaan MT sehingga tetap terjaga sampai kepada
sasaran. Adapun persyaratan gudang/tempat penyimpanan MT antara lain tempat
penyimpanan tidak bocor dan lembab ruangan mempunyai ventilasi dan
pencahayaan yang baik dan makanan tambahan hendaknya tidak diletakkan
langsung di lantai (57).
Berdasarkan ungkapan dari informan menjelaskan bahwa penyimpanan
biskuit belum sesuai dengan keputusan menteri kesehatan tersebut karena tempat
penyimpanan biskuit di puskesmas hanya berupa ruang rawat inap yang tidak
dipakai dan diletakkan di lantai ruangan karena tidak ada ruang khusus atau rak
khusus. Bahan makanan seperti biskuit yang disimpan terlalu lama di lantai dapat
menyebabkan mutu biskuit berkurang disebabkan lingkungan yang suhu yang
lembab karena langsung kontak dengan lantai yang berdekatan dengan kamar
mandi. Menurut Danarsi (2016) bahwa faktor penyimpanan bahan makanan juga
harus diperhatikan karena akan menentukan keamanan pangan dan mutu
mikrobiologinya. Penyimpanan bahan makanan mulai dari berupa bahan mentah
hingga menjadi produk MP-ASI bubur instan perlu diperhatikan. Tempat, suhu,
serta kemasan yang digunakan saat proses penyimpanan, pengolahan serta
pengemasan MP-ASI bubur instan harus terjaga kebersihannya agar tidak terdapat
cemaran mikrob (68).
Berdasarkan informan triangulasi yaitu kepala puskesmas bahwa dana
untuk membangun ruangan khusus tidak dialokasikan dan untuk ruangan tempat
penyimpanan sudah layak karena bangunan permananen dengan lantai keramik.
Kondisi inilah menjadi salah satu kendala yang belum dapat diselesaikan, dimana
diharapkan ruang tersebut dapat dikelola dengan membuat rak-rak penyimpanan
bsikuit sehingga paket biskuit tidak lagi ditempat di lantai untuk menghindari
tekstru biskuit tidak rusak karena lingkungan yang lembab.
Sedangkan tanggapan ibu dari balita gizi kurang berdasarkan hasil
kuesioner disebutkan bahwa penyimpanan biskuit pada tempat yang kering, bersih
dan tertutup agar terhindar dari binatang pengganggu seperti toples yaitu 14 orang
(51,9%) dan di lemari atau kotak yaitu 13 orang (48,1%). Penyimpanan di lemari
dan kotak tentunya bukanlah wadah yang dianjurkan karena masih dapat dimasuki
oleh hewan kecil seperti semut, kecoa atau sejenisnya, tetapi justru yang
diangjurkan adalah wadah berupa toples dengan penutup yang kuat.
Menurut penelitian Rukim (2011) melakukan penelitian pengaruh
penyimpanan dan kemasan terhadap mutu biskuit. Penyimpanan sampel pada
suhu ruang (27-290C) selama selang waktu 28 minggu dengan 15 kali titik uji
organoleptik serta 8 kali titik uji proksimat (kadar air, abu, protein, lemak),
ketengikan (kadar asam lemak bebas/ALB dan peroksida), dan mikrobiologi
(Total Plate Count/TPC). Hasil penelitian menjelaskan bahwa faktor lama
penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kadar asam lemak bebas dan kadar
peroksida biskuit, sedangkan faktor kemasan dan interaksi antara lama
penyimpanan dengan kemasan tidak berpengaruh nyata. Kadar asam lemak bebas
biskuit pada penyimpanan minggu ke-12 telah melebihi persyaratan biskuit
menurut Standar Malaysia. Kadar peroksida biskuit selama penyimpanan masih di
bawah persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI). Berdasarkan hasil uji kadar
air dan kadar asam lemak bebas pada biskuit kedua jenis kemasan, maka mutu
kimiawi biskuit masih dapat memenuhi persyaratan sampai penyimpanan 10
minggu (69).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyimpanan biskuit
di ruang rawat inap ditempatkan di lantai. Sedangkan penyimpanan biskuit di
rumah sasaran di dalam lemari dan kotak.
5.1.3 Pendistribusian Makanan Tambahan
Sebelum biskuit diberikan kepada keluarga sasaran terlebih dahulu
informan membuat laporan tentang biskuit yang masuk dan biskuit yang keluar
untuk dilaporkan kepala puskesmas setiap bulan. Apabila ada kendala misalnya
keterbatasan biskuit, maka informan melaporkan langsung kepala puskesmas dan
selanjutnya melayangkan surat ke Dinas Kesehatan Langsa atas kekurangan
biskuit tersebut. Dimana respons dari pejabat dinas agar biskuit yang dikirim ke
puskesmas dikelola dengan seoptimalnya.
Setelah informan membuat laporan tentang keberadaan biskuit keluar
untuk disampaikan ke keluarga sasaran, selanjutnya keterlibatan petugas lain
sebagai pendamping mendistribusikan MT tidak ada penunjukan secara khusus.
Puskesmas hanya menunjuk bidan desa yang berwewenang di masing-masing
desa yang ditemukan balita status gizi kurang masuk dalam daftar program PMT.
Dalam kegiatan pemberian makanan tambahan sangat diperlukan adanya petugas
pendamping, disamping membantu dalam pendistribusian biskuit juga petugas
ikut memantau apakah makanan sampai pada sasaran atau ikut dikonsumsi oleh
anggota keluarga lain atau tidak.
Menurut peraturan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Mayarakat. (2006),
Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI Lokal Tahun 2006
bahwa kader berfungsi memantau bagaimana anak mengkonsumsi makanan
tambahan setiap hari, mungkin diperlukan modifikasi makanan supaya anak mau
mengkonsumsi makanan tambahan sehingga kader bisa memastikan kalau anak
mengkonsumsi makanan selama 90 hari. Kader bersama bidan desa juga
melakukan pemantauan terhadap kesehatan anak termasuk adanya masalah yang
mungkin timbul akibat dari konsumsi makanan tambahan (76).
Pemberian makanan tambahan berupa biskuit pada balita gizi kurang di
Puskesmas Langsa Lama tidak semua balita sasaran memperoleh paket biskuit
tersebut untuk kebutuhan selama 90 hari atau 3 bulan. Terutama pada desa yang
jaraknya cukup jauh dari puskesmas. Hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah
biskuit dari Dinas Kesehatan Langsa. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil
wawancara ibu dari balita gizi kurang menyampaikan bahwa balita usia 12-59
bulan berjumlah 27 orang tidak mendapatkan 30 bungkus per bulan yaitu 9 orang
(33,3%). Hal ini disebabkan dana yang tersedia kurang mencukupi sehingga
biskuit yang sampai ke puskesmas tidak sesuai dengan kebutuhan balita gizi
kurang. Demikian juga halnya dalam penerimaan biskuit yang diberikan informan
kepada ibu sebanyak 3 orang menyatakan terlambat datang. Biskuit diberikan
biasanya pada awal bulan pada pemberian pertama kali namun pada bulan
berikutnya diberikan di pertengahan bulan. Artinya setelah biskuit habis dimakan
balita gizi kurang pada bulan pertama, selanjutnya balita tersebut tidak
mengkonsumsi biskuit karena terlambat datang sehingga dapat mengganggu
efektivitas penyerapan vitamin dan mineral yang terkandung dalam biskuit.
Sumber dana untuk pelaksanaan program PMT tahun 2017 berasal dari
dana pusat. Untuk dana operasional kegiatan diserahkan kepada setiap puskesmas,
tapi dari puskesmas juga tidak ada dana. Menurut Hiddayaturrahmi (2010) salah
satu yang menghambat manajemen pelaksanaan program gizi adalah karena
keterbatasan dana untuk program gizi (70).
Kendala yang ditemukan dalam pendistribusian MT ke keluarga sasaran
pada umumnya berupa tidak adanya kendaraan khusus untuk mengantar biskuit ke
rumah sasaran. Petugas gizi memanfaatkan kendaraan pribadi berupa sepeda
motor roda dua. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendistribusian memerlukan penambahan petugas dan kendaraan khusus untuk
mengantar biskuit ke rumah sasaran dan mengalokasikan dana operasional karena
transportasi menggunakan kendaraan pribadi.
5.1.4 Pemberian Makanan Tambahan
Program kesehatan Pemberian Makanan Tambahan dilakukan selama 3 bulan
yaitu bulan September sampai dengan November 2017. Sebagai tindak lanjut dari
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 terkait upaya perbaikan gizi masyarakat,
pemerintah telah menetapkan upaya kesehatan prioritas dalam pelayanan gizi, yaitu
melalui upaya penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Salah satunya melalui
program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) terutama kepada balita dari keluarga
miskin yang mengalami kekurangan gizi.
Setelah petugas memberikan biskuit kepada balita sasaran, selanjutnya ibu
memberikan biskuit kepada balita gizi kurang sesuai dengan anjuran tenaga
kesehatan yaitu jumlah yang dianjurkan adalah pada balita usia 6-11 bulan
diberikan 8 keping per hari atau 12 keping per hari balita usia 12-59 bulan.
Namun kenyataan di lapangan berdasarkan hasil wawancara dari ibu balita naik
berat badan semuanya mendapatkan biskuit sebanyak 30 bungkus setiap bulan,
tetapi ibu dari balita tidak naik berat badannya sebanyak 18 orang diantaranya
ditemukan 9 orang (50%) tidak mendapatkan 30 bungkus biskuit karena tempat
tinggal sasaran yang jauh dari puskesmas yang berdomisili di Desa Asam Peutik
dan Desa Seulalah.
Menurut Kusharto bahwa biskuit yang diberikan kepada balita gizi kurang
diperkaya dengan tepung ikan lele dumbo dan isolat protein kedelai merupakan
salah satu makanan fungsional berbasis protein ikan yang digunakan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh anak balita rawa gizi. (71). Mervina
menambahkan bahwa biskuit yang diberikapan kepada balita gizi kurang dapat
dikatakan sebagai pangan tinggi protein karena dapat memenuhi target 20%
protein berdasarkan AKG balita. Untuk memenuhi target tersebut, jumlah yang
harus dikonsumsi balita setiap harinya adalah 4 keping biskuit atau setara dengan
50 gram biskuit, yang dapat memberikan 280 kkal energi, 9.8 gram protein, 26.9
gram karbohidrat dan 10.6 gram lemak (72).
Selanjutnya pemberian biskuti pada bulan berikutnya ditemukan 3 balita
gizi kurang terlambat pemberian oleh petugas gizi yang biasanya diberikan awal
bulan, tetapi diberikan pertengahan bulan. Ini terjadi pada sasaran di Desa Asam
Peutik dan Desa Seulalah. Hal ini disebabkan kondisi jarak rumah sasaran yang
jauh dari puskesmas.
Hasil wawancara informan triangulasi yaitu ibu mengatakan bahwa
pemberian makanan tambahan selain biskuit kepada balita gizi dengan
melengkapi menu makanan yang baik dengan dikelalo secara baik pula. Ibu dari
balita naik berat badan memberikan makanan setiap hari terdiri dari nasi, sayur,
lauk, susu, buah, (kalau usia bayi <2 tahun diberikn ASI) yaitu 4 orang (44,4%),
sedangkan ibu balita tidak naik berat badan semuanya tidak memberikan makanan
tersebut yaitu 18 orang (100%).
Untuk meningkatkan motivasi ibu balita gizi kurang memberikan menu
makanan sehat maka informan menganjurkan agar keluarga sasaran dapat
menambah asupan gizi balita tersebut dengan menerapkan makanan mengandung
gizi seimbang terdiri dari nasi, sayur, lauk pauk, buah dan susu serta dapat
ditambah dengan makanan seperti puding, bubur kacang hijau dan lainnya. Ibu
dari balita naik berat badannya memberikan makanan tambahan lain selain
makanan sehari-hari seperti makanana roti, puding, bubur kacang ijo dan lainnya
yaitu 9 orang (100%), sedangkan ibu dari balita tidak naik berat badan
memberikan makanan tambahan tersebut yaitu 8 orang (44,4%). Informan juga
menganjurkan apabila balita menginginkan suatu makanan, orangtua dapat
membeli untuk memenuhi kalori dan vitamin agar berat badan meningkat.
Menurut penelitian Indriati (2015) bahwa pemberian paket makanan yang
dilakukan di Kabupaten Wonogiri sudah sesuai dengan petunjuk teknis PMT-P.
Dalam melakukan pendistribusian paket makanan tambahan juga sudah ada
penyuluhan, namun penyuluhan yang diberikan sebagian besar hanya bersifat
penjelasan secara umum mengenai PMT (73). Hasil wawancara triangulsi dari
semua ibu balita gizi mendapat biskuit mengatakan bahwa setiap datang ke
posyandu mendapatkan penyuluhan tentang menu makanan pada balita status gizi
kurang yaitu 27 orang (100%) dan juga mendapatkan penyuluhan tentang cara
mengelola makanan khusus pada balita status gizi kurang 27 orang (100%).
Petugas kesehatan memberikan penyuluhan sewaktu datang membawa biskuit.
Sesuai tanggapan ibu dari balita gizi kurang menjelaskan bahwa petugas
gizi datang ke rumah untuk memberikan penjelasan berupa menu makanan dan
kebutuhan gizi. Sementara tujuan dari PMT kepada balita gizi kurang selain
meningkatkan mutu gizi dari makanan yang dikonsumsi oleh balita melalui PMT
juga menanamkan perilaku gizi seimbang dengan pemberian penyuluhan atau
konseling tentang gizi.
Informasi yang disampaikan informan kepada keluarga sasaran belum
diterapkan kepada balita gizi kurang disebabkan selain pendapatan keluarga yang
rendah, juga kebiasaan makanan balita yang kurang mendukung. Sesuai dengan
pendapat Marfina (2014) bahwa keadaan ekonomi keluarga dapat ditinjau dari
pendapatan seseorang yang akan memberikan dampak kearah yang baik atau
kearah yang buruk, keadaan ekonomi akan berpengaruh terhadap penyediaan gizi
yang cukup, dimana kurangnya pendapatan akan menghambat aktivitas baik yang
bersifat materialistik maupun non materialistik. Disamping kebutuhan akan
sandang, pangan dan perumahan (42).
Hasdianah menambahkan bahwa
keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga turut menentukan
hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah
makanan. Selain itu, kebiasaan makanan anak juga dapat memengaruhi status gizi
anak (38).
Menurut Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (BOK) menjelaskan bahwa kegiatan
konseling dalam pelaksanaan PMT-P, materi konseling perlu diperjelas serta perlu
diperluas bukan hanya masalah gizi dan paket PMT tetapi perlu ditambahkan juga
tentang materi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Hal ini sesuai dengan
panduan pemberian makanan tambahan pemulihan dengan dana BOK (Bantuan
Operasional Kesehatan) (74).
Pemberian makanan tambahan selain biskuit yang
diberikan ibu kepada balita gizi kurang, belum sesuai dengan harapan. Ibu belum
melengkapi makanan yang terdiri dari nasi, sayur, buah, dan susu serta makanan
lainnya seperti puding, bubur kacang hijau atau lainnya. Walaupun informan telah
menganjurkan agar para orang tua dapat membeli makanan yang disukai balita
tersebut untuk mempercepat proses peningkatan berat badan.
Berbeda dengan penelitian Rauf dan Faramitha (2010) menunjukkan
dengan pemberian taburia selama 120 hari pada anak usia 12-24 bulan yang
mengalami gizi kurang dapat meningkatkan berat badan anak.15 Dengan
pemberian taburia yang tidak rutin setiap hari bahkan hanya 2 kali seminggu maka
dampaknya untuk meningkatkan berat badan menjadi terhambat (75).
Untuk menambahkan berat badan balita ibu juga memberikan ASI kepada
balita status gizi kurang berumur di bawah 2 tahun. Faktor penting yang
berpengaruh terhadap status gizi adalah terkait pola pengasuhan anak khususnya
terkait perilaku pemberian makan yang dilakukan oleh keluarga. Pola asuh anak
merupakan kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu
luang, perhatian, dukungan terhadap anak agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal, baik secara fisik, mental, dan sosial.
Berdasarkan wawancara bahwa pelaksanaan PMT terdiri dari tema yaitu
pengiriman, penyimpanan, pendistribusian, dan pemberian makanan yang
dilakukan oleh informan sebagai informan yaitu petugas pengelola gizi dengan
informan triangulasi yaitu kepala puskesmas dan ibu dari balita gizi kurang belum
efektif. Tema pengiriman biskuit, pelaporan, memeriksaan biskuit dan jumlah
biskuit belum sesuai dengan Peraturan Petunjuk Teknis Pemberian Makanan
Tambahan. Kendala yang dihadapi adalah laporan kebutuhan biskuit belum sesuai
dan respons dari pejabat dinas belum dapat mengoptimalkan dana maupun strategi
agar kebutuhan biskuit dapat terpenuhi. Hal yang sama juga dialami pada tema
penyimpanan yang belum memiliki gudang khusus memiliki ventilasi dan cahaya
yang cukup serta ketersediaan rak-rak penyimpanan, sampai sekarang belum
dibangun. Puskesmas hanya menyediakan bekas tempat ruang rawat inap untuk
menyimpan persediaan biskuit.
Pada kenyataannya pemantuan penyimpanan dan pendistribusian MT yang
dilakukan oleh informan itu sendiri. Keterlibatan bidan desa dan kader belum
diperkuat dengan petunjuk teknik yang ada sehingga kinerja informan belum
efisien dalam program PMT. Hal ini terlihat dari kegiatan pemantauan pemberian
biskuit kepada balita belum efektif karena biskuit diberikan kepada anak lainnya
dan dikonsumsi oleh orangtuanya karena jumlahnya cukup banyak dan rasanya
manis dan gurih. Menurut Lubis, dkk (2012) bahwa petugas gizi tidak mampu
melakukan pemantauan pemberian MT setiap hari karena keterbatasan tenaga
kesehatan lainnya sehingga pemberian MT tidak tepat sasaran (77).
Selain itu, bentuk laporan baku yang dimiliki oleh informan dalam
pelaksanaan pemantauan sesuai dengan panduan pemberian makanan tambahan,
namun untuk format-format yang diperlukan seperti format distribusi makanan,
format pemantauan sasaran, format pemantauan harian konsumsi makanan
tambahan, dan format pelaporan tidak seluruh dimemiliki puskesmas. Informan
membuat laporan biasa untuk memantau kegiatan program PMT tersebut.
Ketidakadaan format baku tersebut, dapat menghambat pemantauan dan
pelaporan. Sedangkan format – format tersebut diperlukan sebagai perangkat
untuk melakukan kegiatan monitoring dan melakukan pendokumentasian terhadap
pelaksanaan program PMT pada balita gizi kurang. Sesuai dengan ungkapan
informan triangulasi yaitu kepala puskesmas bahwa farmat pelaporan belum
dibuat secara sistematis sehingga format laporan bersifat biasa disesuaikan dengan
kondisi di lapangan.
Berkaitan dengan tema pendistribusian dan pemberian biskuit kepada
kelompok sasaran juga mengalami kendala yaitu kurangnya petugas yang terlibat
dalam pendistribusian dan penyuluhan. Seyogianya dengan luas wilayah kerja
yang begitu besar, sangat diperlukan para kader untuk memantau perkembangan
balita gizi kurang dalam mengkonsumsi biskuit dan penerapan menu makan
sehari-hari.
Selain itu, pentingnya disediakan kendaraan dengan petugas khusus
bertugas mendistribusikan biskuit ke setiap desa. Dampak dari kurangnya petugas
kesehatan tersebut menjadi hambatan dalam mengefektifkan pemberian biskuit
diberikan tepat sasaran, namun kenyataan dilapangan justrui biskuit diberikan
kepada bukan balita gizi kurang tetapi pada balita lainnya, bahkan ada juga ibu
mengkonsumsi biskuti dengan alasan balita tersebut tidak menghabiskan porsi
yang seharusnya dimakan setiap hari. Menurut Lubis, dkk (2012), adanya sumber
daya yang kurang, sarana dan prasarana yang minim, pendistribusian yang tidak
sesuai sasaran, pemantauan status gizi balita yang belum sesuai standar juga
merupakan kendala dalam pelaksanaan program PMT di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Labuhan (77).
Dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu dari balita gizi
kurang, informan hanya memberikan penyuluhan pada saat kegiatan posyandu
atau penimbangan balita yang diselenggarakan setiap bulan. Sedangkan kegiatan
penyuluhan di rumah dilakukan pada waktu informan datang berkunjung
membawa biskuit untuk diberikan kepada balita. Jika dihitung secara kuantiatif,
ada kecenderungn informan datang berkunjung ke rumah sasaran sebanyak 3 kali
atau 4 kali saja untuk memantau perkembangan berat badan balita tersebut.
Sesuai penelitian Erlita (2012) mengatakan dalam penyebaran makanan
tambahan di Purwantoro masih mengalami kendala yaitu keterlambatan dana yang
membiaya program tersebut, sehingga dalam penyebaran makanan tambahan di
lapangan sebagian tidak sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam Petunjuk
Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan (78). Dalam pencapaian
tujuan yang ditetapkan yaitu meningkatkan status gizi pada anak tersebut pada
umumnya belum efektif. Sesuai dengan survei awal yang dilakukan peneliti
bahwa balita gizi kurang mengikuti program PMT sebanyak 27 orang diantaranya
18 orang (66,7%) ditemukan tidak mengalami status gizi ke arah yang baik atau
berat badan tidak naik secara signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ke lima tema
faktor yang memengaruhi efektivitas PMT yang dikaji belum efektif dalam
meningkatkan status gizi balita. Penting di masa mendatang program PMT
dikelola dengan baik dengan melakukan strategis memberdayakan dan melatih
para kader yang jumlahnya cukup dengan mengalokasikan dana operasional.
Berbeda dengan penelitian Sugiyanti (2017) menyimpulkan hasil penelitiannya
program PMT-P sudah efektif dalam meningkatkan berat badan balita sasaran di
Kabupaten Tuban, walaupun masih terdapat kendala dalam pelaksanaan program
(79).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa ke lima tema evaluasi program PMT yang dikaji belum
efektif meningkatkan status gizi balita, dimana pengiriman MT berupa biskuit
tidak sesuai dengan permohonan yang diajukan puskesmas. Penyimpanan biskuit
di ruang rawat inap puskesmas ditempatkan di lantai dan di rumah sasaran di
dalam lemari dan kotak. Pendistribusian memerlukan penambahan petugas dan
kendaraan khusus untuk mengantar biskuit ke rumah sasaran dan mengalokasikan
dana operasional karena transportasi menggunakan kendaraan pribadi. Petugas
gizi memberikan pendidikan kesehatan berupa pengelolan makanan, menu
makanan yang dapat meningkatkan status gizi balita tetapi ibu memberikan
makanan tambahan kepada balita gizi kurang tidak mengandung gizi seimbang
terutama menu makanan balita menderita sakit. Laporan pemberian manakan
tambahan tidak sistematis karena kekurangan petugas dan tidak memperdayakan
kader dan bidan desa dalam kegiatan pemantauan pemberian MT agar lebih tepat
sasaran. Kemudian dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:
1. Pengiriman biskuit dari dinas ke puskesmas dilakukan pemeriksaan dengan
membuat laporan bertanggung jawaban tentang jumlah tidak sesuai kebutuhan
dan kondisi biskuit tidak rusak.
2. Penyimpanan biskuit di ruang rawat inap ditempatkan di lantai dan
penyimpanan di rumah sasaran di dalam lemari dan kotak.
3. Pendistribusian memerlukan penambahan petugas dan kendaraan khusus
untuk mengantar biskuit ke rumah sasaran dan mengalokasikan dana
operasional karena transportasi menggunakan kendaraan pribadi.
4. Pemberian biskuit kepada balita gizi kurang tidak sesuai dengan anjuran
bahwa biskuit juga diberikan kepada anak lain dan dimakan ibu. Pemberian
menu makanan kepada balita gizi kurang belum mengandung gizi baik seperti
susu, buah dan kacang hijau atau lainnya.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan kepada :
1. Kepala puskesmas membuat juknis tentang keterlibatan bidan dan kader dalam
memantau PMT dan memberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengelola menu makanan balita gizi kurang.
2. Kepala puskesmas mengoptimalkan salah satu ruang puskesmas sebagai
tempat penyimpanan biskuit sesuai ketentuan yang berlaku dan
mengalokasikan dana tambahan kepada petugas gizi sebagai dana tambahan
karena menggunakan kendaraan pribadi.
3. Kepala puskesmas meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memprioritas
program KIA terutama program kesehatan balita gizi kurang dengan
mengalokasi dana BOK melalui pemberian penyuluhan tentang pengelolaan
makanan balita gizi kurang kepada ibu secara berkala.
139
4. Tenaga kesehatan melakukan penyuluhan tentang pemberian makanan
tambahan secara berkala sebagai upaya peningkatan pengetahuan ibu dari
balita tentang manfaat biskuit dalam meningkatkan berat badan balita gizi
kurang.
5. Keluarga memiliki balita gizi kurang perlu meningkatkan pengetahuan tentang
pemberian makanan mengandung gizi sehat melalui kunjungan ke posyandu
secara rutin sehingga balita tidak mengalami gizi kurang.