bab iv hasil dan pembahasan - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 bab 4.pdf ·...

12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian adalah semua perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Berikut penulis sajikan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini: Tabel 4.1 Teknik Pengambilan Sampel No. Kriteria Jumlah 1 Perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015. 15 2 Perusahaan melakukan delisting selama periode penelitian tahun 2013-2015 - 3 Perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan selama periode penelitian tahun 2013-2015 (2) Sampel Penelitian 13 Perusahaan Lamanya Penelitian (2013-2015) 3 Tahun Jumlah Data (13 x 3) 39 Data Sumber: Data diolah (2017) Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 15 perusahaan, 2 diantaranya tereliminasi karena tidak menyajikan laporan keuangan selama periode penelitian tahun 2013-2015 sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 13 perusahaan dan penelitian dilakukan selama 3 tahun maka jumlah data dalam penelitian ini sebanyak 39 data. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Perhitungan Working Capital to Total Assets (WCTA) Working capital to total asset merupakan ukuran asset lancar perusahaan dengan total kapitalisasinya (Lakhsan, 2013).

Upload: others

Post on 19-Jan-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah semua perusahaan pembiayaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling. Berikut penulis sajikan teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini:

Tabel 4.1

Teknik Pengambilan Sampel

No. Kriteria Jumlah

1 Perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2013-2015.

15

2 Perusahaan melakukan delisting selama periode

penelitian tahun 2013-2015

-

3 Perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan

selama periode penelitian tahun 2013-2015

(2)

Sampel Penelitian 13 Perusahaan

Lamanya Penelitian (2013-2015) 3 Tahun

Jumlah Data (13 x 3) 39 Data

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa perusahaan pembiayaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia sebanyak 15 perusahaan, 2 diantaranya tereliminasi karena

tidak menyajikan laporan keuangan selama periode penelitian tahun 2013-2015

sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 13 perusahaan dan

penelitian dilakukan selama 3 tahun maka jumlah data dalam penelitian ini

sebanyak 39 data.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Perhitungan Working Capital to Total Assets (WCTA)

Working capital to total asset merupakan ukuran asset lancar perusahaan dengan

total kapitalisasinya (Lakhsan, 2013).

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

44

WCTA dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Berikut adalah perhitungan WCTA Adira Finance Tbk (ADMF) Tahun 2013:

30.616.759 – 24.637.651

WCTAADMF(2013) =

30.994.411

5.979.108

WCTAADMF(2013) =

30.994.411

WCTAADMF(2013) = 0,19

Adapun hasil perhitungan WCTA dari semua sampel dalam penelitian ini dapat

dilihat pada lampiran 3.

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 3 diketahui bahwa nilai minimum

WCTA sebesar -0,01 yang diperoleh dari IMJS pada tahun 2015, nilai WCTA

yang minus disebabkan karena current liabilities IMJS lebih besar dibandingkan

dengan current assets IMJS. Hal ini berarti bahwa modal kerja IMJS cenderung

dibiayai oleh current liabilities. Kegiatan operasi yang dibiayai oleh hutang akan

berdampak negatif terhadap profitabilitas perusahaan, karena semakin besar

penggunaan hutang akan semakin besar pula bunga yang harus dibayar

perusahaan dan hal tersebut dapat mengurangi keuntungan perusahaan.

4.2.2 Perhitungan Retained to Total Assets (RETA)

Rasio ini menunjukkan tingkat pertumbuhan sebuah perusahaan yang dapat diraih

tanpa harus meminjam dana atau pemasukan modal dari pihak lain. Rasio ini

merupakan indikator yang menunjukkan efisiensi manajemen dalam mengelola

produksi, penjualan, administrasi, dan aktivitas lainnya (Ray, 2011).

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

45

RETA Dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Berikut adalah perhitungan RETA Adira Finance Tbk (ADMF) Tahun 2013:

5.948.938

RETAADMF(2013) =

30.994.411

RETAADMF(2013) = 0,19

Adapun hasil perhitungan RETA dari semua sampel dalam penelitian ini dapat

dilihat pada lampiran 4.

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 4 diketahui bahwa nilai minimum

RETA sebesar 0,01 yang diperoleh dari IMJS pada tahun 2013, nilai RETA yang

kecil ini disebabkan karena retained earning tidak sebanding dengan total assets

yang dimiliki IMJS. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen tidak efisiensi dalam

mengelola produksi, penjualan, administrasi, dan aktivitas lainnya yang

mengakibatkan laba ditahan perusahaan rendah. Ketersediaan laba ditahan

perusahaan yang terus menurun mengakibatkan perusahaan harus mencari

tambahan dana untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan, karena pada

dasarnya laba ditahan perusahaan berfungsi untuk membiayai kegiatan operasi

perusahaan.

4.2.3 Perhitungan Earning Before Interest and Taxes to Total Assets

(EBITTA)

Earning Before Interest and Taxs to Total Asset (EBITTA) merupakan salah satu

rasio profitabilitas. Analisis ini digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam mengelola sumber dayanya secara efektif yang dapat dilihat

dari hasil penjualan dan investasinya (Ray, 2011).

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

46

EBITTA dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Berikut adalah perhitungan EBITTA Adira Finance Tbk (ADMF) Tahun 2013:

2.282.202

EBITTAADMF(2013) =

30.994.411

EBITTAADMF(2013) = 0,07

Adapun hasil perhitungan EBITTA dari semua sampel dalam penelitian ini dapat

dilihat pada lampiran 5.

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 5 diketahui bahwa nilai minuman

EBITTA sebesar 0,00 yang diperoleh dari VRNA pada tahun 2015 dan WOMF

pada tahun 2015, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam

mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak

sesuai dengan jumlah assets yang dimiliki perusahaan. Tidak digunakannya aset

perusahaan secara efektif mengindikasikan bahwa dana yang tersedia dalam

perusahaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kas yang tidak digunakan

secara efektif tersebut mengakibatkan laba yang dihasilkan juga tidak optimal.

4.2.4 Perhitungan Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities

(MVTL)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membiayai pendanaan

dengan menggunakan sumber dana untuk meningkatkan keuntungan pemegang

saham dan pihak eksternal. Ekuitas diukur dengan nilai pasar saham,. Sedangkan

liabilitas merupakan kombinasi dari kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.

Pengukuran ini menunjukkan berapa banyak penurunan nilai asset perusahaan

sebelum liabilitas melebihi asset sehingga terjadi kebangkrutan (Altman, 2008).

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

47

MVTL dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Berikut adalah perhitungan MVTL Adira Finance Tbk (ADMF) Tahun 2013:

8.100

MVTLADMF(2013) =

24.984.177

MVTLADMF(2013) = 0,00032

Adapun hasil perhitungan MVTL dari semua sampel dalam penelitian ini dapat

dilihat pada lampiran 6.

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 6 diketahui bahwa nilai minimal

MVTL sebesar 0,00002 yang diperoleh dari WOMF pada tahun 2015. Rendahnya

nilai MVTL menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai asset perusahaan yang

mengakibatkan total liabilities tidak sebanding dengan nilai market value of

equity. Hal ini mencerminkan bahwa harga saham perusahaan sudah tidak

diminati lagi oleh investor sehingga menyebabkan harga saham menurun dan

tidak sebanding dengan hutang yang dimiliki perusahaan.

4.2.5 Perhitungan Sales to Total Assets (STA)

Rasio perputaran modal ini merupakan rasio keuangan standar yang

menggambarkan kemampuan asset perusahaan dalam menghasilkan penjualan

(Altman, 2008). STA dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

48

Berikut adalah perhitungan STA Adira Finance Tbk (ADMF) Tahun 2013:

8.064.626

STAADMF(2013) =

30.994.411

STAADMF(2013) = 0,26

Adapun hasil perhitungan STA dari semua sampel dalam penelitian ini dapat

dilihat pada lampiran 7.

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 7 diketahui bahwa nilai minimum

STA sebesar 0,08 yang diperoleh dari DEFI pada tahun 2015. Rendahnya nilai

STA menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan asset perusahaan dalam

menghasilkan penjualan. Penjualan yang rendah mengakibatkan pendapatan

perusahaan juga menurun dan berdampak negatif terhadap pertumbuhan

profitabilitas perusahaan.

4.3 Analisis Tingkat Kebangkrutan

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Altman

mengembangkan model kebangkrutan dengan menggunakan lima rasio keuangan.

Adapun perhitungan analisis tingkat kebangkrutan dengan menggunakan metode

Altman Z-Score adalah sebagai berikut (Weston dan Copeland, 2010: 288):

Z-Score = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5

Keterangan:

X1 = Working Capital to Total Assets (WCTA)

X2 = Retained Earning to Total Assets (RETA)

X3 = Earning Before Interset and Tax to Total Assets (EBITTA)

X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (MVTL)

X5 = Sales to Total Assets (STA)

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

49

Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1. Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga

tidak mengalami kesulitan keuangan (sehat).

2. 1,81 < Z-Score < 2,99 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan

sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan

terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari

keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan

(grey area).

3. Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan

keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan

bangkrutnya sangat besar (berpotensi bangkrut).

Berikut adalah perhitungan analisis tingkat kebangkrutan Adira Finance Tbk

(ADMF) Tahun 2013:

Z-ScoreAMDF(2013) = 0,012 (0,19) + 0,014 (0,19) + 0,033 (0,07) + 0,006 (0,0032) + 0,999 (0,26)

= 0,002280 + 0,00266 + 0,00231 + 0,0000019 + 0,25974

= 0,27

Berdasarkan perhitungan tersebut maka diketahui nilai Z-Score ADMF pada tahun

2013 sebesar 0,27 yang berarti bahwa nilai tersebut berada di bawah 2,99

sehingga dapat disimpulkan bahwa ADMF pada tahun 2013 berada pada kategori

perusahaan yang berpotensi bangkrut.

Adapun hasil perhitungan analisis tingkat kebangkrutan dari semua sampel dalam

penelitian ini pada tahun 2013-2015 dapat dilihat pada tabel 4.2.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

50

Tabel 4.2

Hasil Perhitungan Analisis Tingkat Kebangkrutan Pada Tahun 2013-2015

No. Emiten

Nilai Z-Score Rata-

Rata Prediksi 2013 2014 2015

1

Adira Finance Tbk

(ADMF) 0,27 0,29 0,30 0,29

Berpotensi

Bangkrut

2

Buana Finance Indonesia Tbk

(BBLD) 0,18 0,18 0,18 0,18

Berpotensi

Bangkrut

3

BFI Finance Indonesia Tbk

(BFIN) 0,24 0,25 0,25 0,25

Berpotensi

Bangkrut

4

Batavia Prosperindo Finance Tbk

(BPFI) 0,27 0,22 0,26 0,25

Berpotensi

Bangkrut

5

Clipan Finance Indonesia Tbk

(CFIN) 0,18 0,18 0,19 0,18

Berpotensi

Bangkrut

6

Danasupra Erapacific Tbk

(DEFI) 0,12 0,19 0,10 0,14

Berpotensi

Bangkrut

7

Radana Bhaskara Finance Tbk

(HDFA) 0,16 0,15 0,18 0,16

Berpotensi

Bangkrut

8

Indomobil Multi Jasa Tbk

(IMJS) 0,18 0,18 0,19 0,18

Berpotensi

Bangkrut

9

Mandala Multifinance Tbk

(MFIN) 0,38 0,34 0,39 0,37

Berpotensi

Bangkrut

10

Tifa Finance Tbk

(TIFA) 0,18 0,16 0,12 0,15

Berpotensi

Bangkrut

11

Trust Finance Indonesia Tbk

(TRUS) 0,20 0,18 0,14 0,17

Berpotensi

Bangkrut

12

Verena Multi Finance Tbk

(VRNA) 0,19 0,19 0,20 0,19

Berpotensi

Bangkrut

13

Wahana Ottomitra Multiartha Tbk

(WOMF) 0,42 0,30 0,34 0,35

Berpotensi

Bangkrut

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa hasil perhitungan nilai Z-Score pada Adira

Finance Tbk (ADMF) tahun 2013 sebesar 0,27 dan meningkat menjadi 0,29 pada

tahun 2014 kemudian kembali meningkat menjadi 0,30 pada tahun 2015 dengan

nilai rata-rata Z-Score sebesar 0,29. Dengan demikian dapat diartikan bahwa

kinerja keuangan ADMF mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari

meningkatnya nilai Z-Score, akan tetapi nilai Z-Score tersebut masih dalam

kategori berpotensi bangkut.

Hasil perhitungan nilai Z-Score pada Buana Finance Indonesia Tbk (BBLD) tahun

2013 sebesar 0,18 dan nilai tersebut konstan sebesar 0,18 pada tahun 2014 dan

2015. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja keuangan BBLD tidak

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

51

mengalami perubahan yang ditunjukkan dari nilai Z-Score yang konstan dan nilai

tersebut berada dalam kategori berpotensi bangkut.

Hasil perhitungan nilai Z-Score pada BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) tahun

2013 sebesar 0,24 kemudian meningkat menjadi 0,25 pada tahun 2014 dan nilai

tersebut konstan sebesar 0,25 pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata Z-Score

sebesar 0,25. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja keuangan BFIN

mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari meningkatnya nilai Z-Score, akan

tetapi nilai Z-Score tersebut masih dalam kategori berpotensi bangkut.

Hasil perhitungan nilai Z-Score pada Batavia Properindo Finance Tbk (BPFI)

tahun 2013 sebesar 0,27 dan menurun menjadi 0,21 pada tahun 2014 kemudian

meningkat menjadi 0,25 pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata Z-Score sebesar

0,25. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja keuangan BPFI

berfluktuasi yang ditunjukkan dari penurunan dan peningkatan nilai Z-Score, akan

tetapi nilai Z-Score tersebut konstan berada dalam kategori berpotensi bangkut.

Hasil perhitungan nilai Z-Score pada Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) tahun

2013 sebesar 0,18 dan konstan sebesar 0,18 pada tahun 2014 kemudian meningkat

menjadi 0,19 pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata Z-Score sebesar 0,18.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja keuangan CFIN mengalami

peningkatan yang ditunjukkan dari meningkatnya nilai Z-Score, akan tetapi nilai

Z-Score tersebut masih berada dalam kategori berpotensi bangkut.

Hasil perhitungan nilai Z-Score pada Danasupra Erapacific Tbk (DEFI) tahun

2013 sebesar 0,12 dan meningkat menjadi 0,19 pada tahun 2014 kemudian

menurun menjadi 0,10 pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata Z-Score sebesar

0,14. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja keuangan DEFI berfluktuasi

yang ditunjukkan dari peningkatan dan penurunan nilai Z-Score, akan tetapi nilai

Z-Score tersebut berada dalam kategori berpotensi bangkut.

Hasil perhitungan nilai Z-Score pada Radana Bhaskara Finance Tbk (HDFA)

tahun 2013 sebesar 0,16 dan menurun menjadi 0,15 pada tahun 2014 kemudian

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

52

meningkat menjadi 0,18 pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata Z-Score sebesar

0,16. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja keuangan HDFA

berfluktuasi yang ditunjukkan dari penurunan dan peningkatan nilai Z-Score, akan

tetapi nilai Z-Score tersebut berada dalam kategori berpotensi bangkut.

Hasil perhitungan nilai Z-Score pada Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) tahun

2013 sebesar 0,18 dan nilai tersebut konstan sebesar 0,18 pada tahun 2014

kemudian meningkat menjadi 0,19 pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata Z-Score

sebesar 0,18. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja keuangan IMJS

mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari meningkatnya nilai Z-Score, akan

tetapi nilai Z-Score tersebut berada dalam kategori berpotensi bangkut.

Hasil perhitungan nilai Z-Score pada Tifa Finance Tbk (TIFA) tahun 2013 sebesar

0,18 dan menurun menjadi 0,16 pada tahun 2014 kemudian kembali menurun

menjadi 0,12 pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata Z-Score sebesar 0,15.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja keuangan TIFA mengalami

penurunan yang ditunjukkan dari menurunnya nilai Z-Score, dan nilai Z-Score

tersebut berada dalam kategori berpotensi bangkut.

Hasil perhitungan nilai Z-Score pada Trust Finance Indonesia Tbk (TRUS) tahun

2013 sebesar 0,20 dan menurun menjadi 0,18 pada tahun 2014 kemudian kembali

menurun menjadi 0,14 pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata Z-Score sebesar

0,17. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja keuangan TRUS mengalami

penurunan yang ditunjukkan dari menurunnya nilai Z-Score, dan nilai Z-Score

tersebut berada dalam kategori berpotensi bangkut.

Hasil perhitungan nilai Z-Score pada Verena Multi Finance Tbk (VRNA) tahun

2013 sebesar 0,19 dan nilai tersebut konstan sebesar 0,19 pada tahun 2014

kemudian meningkat menjadi 0,20 pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata Z-Score

sebesar 0,19. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja keuangan VRNA

mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari meningkatnya nilai Z-Score, akan

tetapi nilai Z-Score tersebut berada masih dalam kategori berpotensi bangkut.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

53

Hasil perhitungan nilai Z-Score pada Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF)

tahun 2013 sebesar 0,42 dan menurun menjadi 0,30 pada tahun 2014 kemudian

meningkat menjadi 0,34 pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata Z-Score sebesar

0,35. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja keuangan WOMF

berfluktuasi yang ditunjukkan dari penurunan dan peningkatan nilai Z-Score, akan

tetapi nilai Z-Score tersebut berada dalam kategori berpotensi bangkut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua perusahaan lembaga

pembiayaan yang menajdi sampel dalam penelitian ini berpotensi bangkrut,

dengan nilai rata-rata Z-Score terendah sebesar 0,14 yang diperoleh dari

Danasupra Erapacific Tbk (DEFI). Hal ini berarti bahwa kondisi keuangan DEFI

paling rendah dibandingkan dengan kedua belas perusahaan lembaga pembiayaan

lainnya. Pada tahun 2013 nilai Z-Score DEFI sebesar 0,12 meningkat menjadi

0,19 pada tahun 2014 kemudian menurun menjadi 0,10 pada tahun 2015.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan analisis kebangkrutan menggunakan metode Almant Z-Score

diketahui bahwa pada tahun 2013-2015 perusahaan lembaga pembiayaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia 100% berpotensi bangkrut. Hasil penelitian ini

mendukung fenomena yang menyatakan bahwa perusahaan pembiayaan berada di

ambang kebangkrutan sebagaimana informasi yang diperoleh dari

infobanknews.com dijelaskan bahwa hasil kajian biro riset info bank bertajuk

“Rating 173 Multifinance Versi Infobank 2015” menyatakan bahwa separuh

perusahaan pembiayaan yang beroperasi di Indonesia tengah mengalami kesulitan.

Sejumlah indikatornya terlihat dari penurunan pembiayaan dan perolehan labanya

yang tumbuh minus.

Faktor terbesar yang menyebabkan kesulitan keuangan tersebut disebabkan karena

MVETL perusahaan yang rendah. Rasio ini dihitung dengan membagi harga pasar

ekuitas dengan total hutang yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam membiayai pendanaan dengan menggunakan

sumber dana untuk meningkatkan keuntungan pemegang saham dan pihak

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repo.darmajaya.ac.idrepo.darmajaya.ac.id/570/6/15 Bab 4.pdf · mengelola sumber dayanya kurang efektif, karena laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan

54

eksternal. Ekuitas diukur dengan nilai pasar saham,. Sedangkan liabilitas

merupakan kombinasi dari kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.

Pengukuran ini menunjukkan berapa banyak penurunan nilai asset perusahaan

sebelum liabilitas melebihi asset sehingga terjadi kebangkrutan (Altman, 2000).

MVETL yang rendah mengindikasikan bahwa banyaknya penurunan nilai aset

perusahaan, karena nilai pasar ekuitas yang rendah dan hutang perusahaan yang

tinggi. Nilai pasar ekuitas yang rendah mengakibatkan perusahaan kekurangan

dana untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan yang berasal dari modal,

sehingga mengakibatkan perusahaan harus menambah hutang dan tingginya

hutang menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya bunga yang tinggi

juga atas hutang tersebut. Biaya bunga yang terlalu tinggi dapat menurunkan

tingkat profitabilitas perusahaan. Sehingga jika kondisi ini dibiarkan terus

menerus akan mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan.