bab iv hasil dan pembahasan -...

24
29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil pengumpulan data serta pembahasan terkait gambaran terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada aktivitas fisik anak Cerebral Palsy (CP) mulai dari tahap persiapan, orientasi, kerja dan terminasi pada anak CP tipe spastic hemiplegic berdasarkan lembar observasi pemberian terapi TENS, serta membahas respon setelah diberikan terapi TENS. 4.1 Karakteristik Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah orangtua yang memiliki seorang anak berusia enam tahun yang didiagnosa mengidap CP tipe spastic hemiplegic anak memiliki tanda lemahnya tangan dan kaki bagian kanan, terapis yang sedang memberikan terapi TENS pada anak CP. 4.2 Setting Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah An. A yaitu di kampung Widaran, Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali, Jawa Tengah. Setting atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS pada anak CP berada di ruang tamu, posisi dekat dengan listrik karena penggunaan alat TENS memerlukan aliran listrik.

Upload: truongdang

Post on 13-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil pengumpulan data serta

pembahasan terkait gambaran terapi Transcutaneus Electrical Nerve

Stimulation (TENS) pada aktivitas fisik anak Cerebral Palsy (CP)

mulai dari tahap persiapan, orientasi, kerja dan terminasi pada anak

CP tipe spastic hemiplegic berdasarkan lembar observasi pemberian

terapi TENS, serta membahas respon setelah diberikan terapi TENS.

4.1 Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah orangtua yang memiliki

seorang anak berusia enam tahun yang didiagnosa mengidap

CP tipe spastic hemiplegic anak memiliki tanda lemahnya tangan

dan kaki bagian kanan, terapis yang sedang memberikan terapi

TENS pada anak CP.

4.2 Setting Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di rumah An. A yaitu di kampung

Widaran, Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali, Jawa Tengah.

Setting atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi

TENS pada anak CP berada di ruang tamu, posisi dekat dengan

listrik karena penggunaan alat TENS memerlukan aliran listrik.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

30

Gambar 4.1 Ruang Tamu Rumah An. A dan Ny. Y

Namun An. A meminta terapi dilakukan didepan TV

sehingga diperlukan kabel roll untuk menyambungkan alat terapi

TENS dengan sumber listrik yang berada di dekat pintu menuju

kamar mandi.

4.3 Gambaran Umum Partisipan

4.3.1 Gambaran Anak CP dan Ny. Y (W1)

Partisipan dalam penelitian ini tinggal di Kampung

Widaran, Kabupaten Boyolali yang biasa dipanggil dengan

sebutan nama A. Ia adalah putra tunggal yang lahir pada

tanggal 05 April 2010. Ayah An. A sudah meninggal pada

tahun 2013 dan ibunya (35 tahun) yang biasa dipanggil Ny.

Y bekerja sebagai pedagang. Ayah dan ibu An. A terlahir

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

31

dari keluarga yang tidak memiliki penyakit keturunan

(degeneratif) lainnya. Ayah dan ibu an. A juga sama-sama

menamatkan pendidikan terakhirnya dijenjang Sekolah

Menengah Atas (SMA). Penghasilan yang diperoleh Ny. Y

perbulannya dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, terkhusus untuk An. A. seperti memenuhi

kebutuhan pendidikan, sandang, pangan, dan papan.

Ny. Y melalui proses persalinan normal saat

melahirkan An. A, namun mendapatkan kendala sehingga

proses persalinan dibantu dengan vacuum. Ketika

berumur kurang dari satu tahun An. A tidak melewati tahap

merangkak sebelum berjalan. Ny. Y membawa anaknya ke

Puskesmas namun perawat hanya menyarankan untuk

mengikuti program terapi tanpa menjelaskan penyakit

yang diderita An. A. Setelah mendengarkan saran dari

perawat akhirnya An. A diberikan terapi sinar selama

kurang lebih tiga bulan, namun orang tua An. A

memutuskan menghentikan terapi karena dirasa akan

membahayakan penglihatan An. A. Pada usia dua tahun

Ayah An. A meninggal dan Ny.Y menjadi orangtua tunggal

sekaligus tulang punggung keluarga. Setelah An. A

berusia dua tahun Ny. Y membawa An. A ke Rumah Sakit

karena tangan kanan dan kaki kanan An. A lemah. Dokter

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

32

menyarankan supaya An. A dibawa ke Pusat Terapi untuk

mengikuti program terapi, tetapi Ny. Y tidak membawa

anaknya ke sana karena keterbatasan biaya dan waktunya

habis untuk bekerja.

Bulan Desember 2015 nenek An. A mendapatkan

terapi sinar karena fraktur hip, seorang terapis datang

setiap dua kali satu minggu. Pada saat nenek An. A

diberikan terapi, Ny. Y menanyakan kondisi anaknya

apakah dapat diobati. Terapis lalu menyarankan An. A

untuk diberikan terapi Transcutaneus Electrical Nerves

Stimulation (TENS) dan Ny. Y menyetujuinya. Setelah

mendapatkan terapi TENS selama kurang lebih tiga bulan

yaitu dua kali dalam satu minggu, terlihat perubahan pada

aktivitas An. A seperti dapat menggengam bola dengan

tangan kanan, dapat mengayuh sepeda dan memegang

stang dengan kedua tangan. Ny. Y dan keluarga An. A

sering mengingatkan anak untuk menggunakan tangan

dan kaki kanannya agar terbiasa untuk digunakan.

4.3.2 Gambaran Terapis Anak CP (W2)

Partisipan dalam penelitian ini tinggal di Jalan

Lembayung, Kabupaten Boyolali yang biasa dipanggil

dengan sebutan S. Nn. S berusia 34 tahun. Latar

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

33

belakang pendidikan Nn. S adalah lulusan S1 Fisioterapi.

Beliau sudah bekerja disalah satu Rumah Sakit swasta di

Kabupaten Boyolali selama kurang lebih sepuluh tahun.

Selain bekerja di RS, Nn.S juga bekerja secara mandiri

(swasta) yaitu dengan datang kerumah dan memberikan

terapi kepada beberapa pasiennya termasuk An. A yang

sejak bulan desember telah mengikuti program terapi

TENS.

4.4 Deskripsi Tahap-Tahap Terapi TENS Pada Anak CP Tipe

Spastic Hemiplegic

4.4.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan

yang dilakukan terapis untuk mempersiapkan seperti alat

dan bahan dan kontrak waktu guna melancarkan jalannya

stimulasi terapi TENS pada anak CP. Waktu yang

digunakan terapis yaitu kurang lebih 30 menit. Kemudian

mempersiapkan alat dan bahan seperti menyediakan alat

TENS dan alat terapi latihan seperti bola, pensil, mobil-

mobilan. Sebelum melakukan terapi TENS, anak diajak

berbicara untuk membantu memusatkan perhatian saat

diberikan terapi. Pada tahap ini juga harus memastikan

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

34

bahwa anak dalam kondisi yang sehat dan mampu

diberikan terapi TENS.

4.4.2 Tahap Orientasi

Tahap orientasi merupakan tahap yang digunakan

terapis dan juga peneliti untuk melakukan pendekatan pada

anak CP. Tahap ini telah dilakukan disetiap pertemuannya

sebelum masuk pada Tahap Kerja dan Terminasi. Jika

pada pertemuan pertama dilakukan “memperkenalkan diri

dan menanyakan nama”, namun pada pertemuan kedua

hingga kedelapan peneliti tidak melakukannya lagi. Respon

anak pada terapis pada tahap ini selalu menunjukan respon

baik walaupun konsentrasi anak sedikit terganggu oleh

karena televisi namun pada saat anak diajak berbicara

konsentrasi anak menjadi terpusat hanya pada terapis.

4.4.3 Tahap Kerja

Tahap kerja adalah tahap dimana terapis akan memulai

terapi TENS dan memberikan terapi latihan. Pada tahap ini

terapis memasangkan satu pasang elektroda TENS pada

bagian sendi bahu, lengan dan pergelangan tangan anak

CP secara bergantian. Setiap sendi diberi waktu sekitar 10

menit tegangan listrik rendah yaitu tiga Hz dan

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

35

menyesuaikan saat anak merasa kurang nyaman.

Selanjutnya terapis memberikan terapi latihan setelah

terapi TENS selesai diberikan kepada anak CP, dimana

terapis melatih kekuatan tangan kanan anak menggunakan

alat atau mainan yang sudah dipersiapkan. Berikut gambar

terapis dan An. A yang sedang melakukan terapi pada

tahap kerja.

Gambar 4.2 Elektroda sedang ditempelkan pada bagian

bahu tangan kanan An. A.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

36

Gambar 4.3 Elektroda sedang ditempelkan pada bagian lengan tangan kanan An. A.

Gambar 4.4 Elektroda sedang ditempelkan pada bagian pergelangan kaki kanan An. A.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

37

Gambar 4.5 Terapis sedang memberikan terapi latihan dengan mengajari An. A untuk memindahkan bola kembali ketempatnya menggunakan tangan kanan.

Gambar 4.6 An. A mampu menggenggam bola menggunakan tangan kanan.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

38

Gambar 4.7 An. A sedang berusaha menggunakan tangan kanannya untuk mendorong mobil-mobilan.

Gambar 4.8 An. A sedang berusaha menggunakan tangan kanannya untuk memegang botol sambil minum.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

39

Pada tahap kerja anak mau mengikuti semua tahap-tahap

pemberian terapi TENS yang dilakukan terapis. An. A terlihat

sangat antusias dalam proses terapi dan berusaha untuk

menggunakan tangan kanannya, walaupun masih belum

sempurna anak mampu menggengam bola plastik,

memindahkan beberapa buah bola dan mendorong mobil-

mobilan.

4.4.4 Tahap Terminasi

Tahap terminasi merupakan proses dimana terapis

mengevaluasi An. A dan memberikan pujian An. A dalam

keberhasilannya dalam mengikuti proses terapi. Kemudian

terapis menanyakan perasaan An. A setelah mengikuti

terapi. Hal tersebut dilakukan terapis agar menubuhkan

rasa nyaman dan percaya An. A pada terapis di

pertemuan-pertemuan selanjutnya. Serta terapis juga

harus membuat kontrak pertemuan selanjutnya pada anak

dan orangtua.

4.5 Hasil Penelitian

Respon anak setelah diberikan terapi TENS pada penelitian

ini diperoleh berdasarkan lembar observasi pelaksanaan terapi

TENS (pertemuan I-VIII) dan wawancara ibu An. A (W1) dan

terapis (W2). Berdasarkan lembar observasi pertemuan I-VIII

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

40

bahwa setiap pertemuan anak mau mengikuti terapi secara

bertahap dan anak selalu mendapatkan terapi TENS kurang lebih

30 menit dan dilanjutkan dengan terapi latihan. Observasi pada

pertemuan pertama anak telah mendapatkan terapi TENS

kurang lebih empat bulan.

Observasi hari pertama setelah anak mendapatkan terapi

TENS, terapis memberikan terapi latihan menggunakan bola

plastik kecil. Ketika anak diinstruksikan untuk memindahkan

beberapa bola kekeranjangnya anak terlihat berusaha

menggunakan tangan kanannnya hasilnya beberapa bola

berhasil dipindahkan dan beberapa lainnya jatuh terlepas pada

genggaman anak. Selain latihan memindahkan bola anak juga

dilatih untuk membuka atau melepas pakaiannya sendiri.

Pertemuan Kedua, pertemuan kali ini anak diberikan terapi

latihan dengan belajar membuka pakaiannya sendiri. Terapis

mengajarkan anak untuk menarik baju menggunakan tangan

kanannya. Anak mengatakan bahwa dia kesulitan membuka

bajunya menggunakan tangan kanan. Selain itu anak diajari

untuk mengayuh sepeda menggunakan kaki kanannya,

walaupun masih dominan kaki kiri yang mengayuh, anak tetap

berusaha mengikuti instruksi terapis.

Pertemuan ketiga, setelah anak mendapatkan terapi TENS

anak melanjutkan terapi latihan. Dari hasil observasi selama dua

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

41

pertemuan ini, anak sudah mampu membuka pakaiannya sendiri

walaupun belum sempurna dan butuh bantuan orang lain, anak

sudah terlihat menggerakan tangan kanannya untuk berusaha

menarik pakaiannya. Selain itu anak memperlihatkan kepada

terapis bahwa dia mulai dapat mengayuh menggunakan kaki

kanannya, walaupun terlihat sangat berat untuk mengayuh

menggunakan kaki kanannya. Pada pertemuan keempat terapis

seperti biasa memberikan terapi TENS selama 30 menit. Setelah

diberikan terapi TENS An. A diberikan terapi latihan dengan

mengajarkan anak untuk menggunakan media disekitarnya

seperti remote televisi. Anak diajarkan menggenggam remote

menggunakan tangan kanan dan berusaha menggunakan jarinya

untuk mengganti program televisi. Anak terlihat kesulitan saat

akan menggenggam remote dan secara reflek tangan kirinya

membantu untuk menggengam remote.

Pertemuan ke lima melanjutkan pertemuan sebelumnya.

Setelah diberikan terapi TENS anak langsung melanjutkan

latihan untuk menggunakan remote dengan tangan kanannya.

Anak terlihat bosan karena kesulitan menggenggam dan lebih

memilih melihat televisi maka terapis mulai mengajak ngobrol

anak untuk membuat anak agar fokus pada latihan. Setelah

diajarkan kembali anak mulai dapat menggenggam remote

namun belum dapat mengganti program televisi.Terapis

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

42

berpesan pada keluarga dan anak untuk membiasakan diri anak

untuk menggunakan remote secara mandiri.

Pertemuan ke enam, seperti biasa anak mendapatkan terapi

TENS selama 30 menit. Terapi latihan kali ini menggunakan

pensil.Terapis mengajarkan kepada An. A untuk menggenggam

pensil menggunakan tangan kanannya, lalu melempar pensil

tersebut kearah terapis. Anak tidak tampak kesulitan saat

berusaha menggenggam pensil namun disaat anak akan

melempar pensil, anak belum bisa melakukannya karena pensil

masih tersangkut pada jari. Selanjutnya anak diajarkan bermain

mobil-mobilan menggunakan kedua tangannya. An. A mulai

mendorong mobil-mobilan tersebut menggunakan tangan

kanannya, walaupun masih dominan tangan kirinya terapis

berusaha untuk membiasakan anak mengguanakan tangan

kanannya untuk mendorong dan menarik mobil-mobilan.

Hasil observasi pertemuan ke tujuh, anak mendapatkan

terapi TENS selama 30 menit. Kali ini anak diberi terapi latihan

untuk menggenggam dan membuka tangan kanan sebanyak 10

kali. Konsentrasi anak sedikit terganggu karena terapi dilakukan

sambil melihat televisi,namun terapis berhasil mengembalikan

konsentrasi anak dan anak berhasil membuka dan mengepalkan

tangan kanannya. Terapi kedua yang diberikan hari ini adalah

menggenggam dan masih melempar pensil. Anak terlihat

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

43

antusias saat melempar pensil sambil bercanda dengan ibunya

walau anak terlihat sangat berusaha keras untuk melempar

pensil ke arah ibunya. Pertemuan ke delapan, pada pertemuan

ini seperti biasa anak mendapatkan terapi selama 30 menit, kali

ini anak diajari mengenal anggota tubuhnya dan tidak lupa

menggunakan tangan kanannya. Anak diminta memegang

anggota tubuh sesuai intruksi terapis. Respon anak sangat baik

walaupun konsentrasinya agak terganggu karena televisi. Anak

dapat melakukan sesuai intruksi terapis saat anak diminta

memegang anggota kepala secara acak dan anak mampu

memegangnya walaupun masih dibantu tangan kirinya sendiri.

Pada pertemuan kali ini peneliti melakukan wawancara kepada

ibu An. A dan terapis berdasarkan hasil percakapan wawancara

setelah terapi TENS diberikan kepada anak CP ibu maupun

terapis An. A mengatakan adanya perubahan yang signifikan.

4.5.1 Tema 1: An. A termasuk CP tipe Spastic Hemiplegic

Pada penelitian ini, W1 menjelaskan gambaran fisik

An. A yang merupakan ciri-ciri dari CP tipe spastic

hemiplegic. Berikut pernyataan W1 mengenai gambaran

fisik An. A:

“Yang dialami anak saya itu yang jelas itu tangan kanannya itu gak berfungsi sama tangan, kaki kirinya itu jalannya agak jinjit jadi sebelah kanan tangan sama kiri eh tangan sama kaki itutu agak lemah ,tapi untungnya itu anak

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

44

saya itu otaknya kata dokternya itu ini masih bersyukur bu ini tu anaknya befikirnya seperti anak-anak biasa, biasanya kalo penyakit kayak gini itu anaknya itu otaknya juga lemah (seperti down syndrome) gitu itu tapi anak ini enggak ,gitu jadi yang diserang sebelah kanan semua anak saya gitu loh mbak.” (W1.95)

Gambaran CP tersebut juga didukung oleh

keterangan dari W2 yang menjelaskan bagaimana CP

yang dialami An. A. Berikut pernyataan W2:

“Tidak sebegitu parah dari CP- CP yang pernah saya lihat ya mbak, karena anak ini cenderung lebih ke normalnya, dia masih berfikiran secara normal melakukan aktivitas-aktivitas biasa juga, seperti anak normal mungkin kekurangannya hanya ya tangan kanannya tidak bisa digunakan seperti tangan kiri.” (W2.115)

4.5.2 Tema 2: Adanya Miom dan Hambatan Persalinan

pada Ibu sebagai Faktor penyebab CP

Pada saat diwawancarai, W1 menyebutkan

penyebab CP yang dialami oleh anaknya berdasarkan

informasi yang didapatkan dari dokter. W1 menceritakan

bahwa ada miom dalam rahimnya dan proses

kelahirannya yang sulit sehingga memerlukan bantuan

alat vacuum. Maka dari itu, ada kemungkinan anaknya

terlahir cacat. Berikut ungkapan yang menjadi faktor

penyebab CP yang dialami anaknya:

“Kalau waktu mengandung itu normal-normal aja, ya pengennya cuman muntah aja ,lemes, sakit terus dari pertama sampai akhir mau sampai melahirkan, saya mau melahirkan itu aja dah gak kuat, gak kuat sampai di itu di apa namanya, divacuum kalau saya tahu divacuum begini hasilnya ya saya gak mau divacuum kalau tahu hasilnya

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

45

begitu ya maunya sih ,ya kalau tahunya begitu disesar aja hasilnya begitu itu tangan anak saya kok jadi lemah satunya. Tapi bu dokter sebelumnya sudah bilang nanti anak saya lahir itu agak cacat gitu karena dirahim saya itu ada tamunya, ada miomnya itu juga bikin saya susah punya anak, saya itu 3 tahun menikah baru punya anak ya begitulah mbak.” (W1.65)

“Saya gak tahu mbak penyebabnya CP itu apa. Tapi dokter yang nanganin saya waktu hamil itu bilang kalau nanti itu anak saya cacat agak lemah apa karena ada miom itu yang bikin anak saya kaya gitu, sama waktu lahirnya di vacuum yang bikin anak saya mental (terlempar) sampai 2x, dulu itu saya sampai kaya mau mati melahirkan anak saya.” (W1.105)

4.5.3 Tema 3: Gambaran Terapi TENS

Terapi TENS berfungsi untuk menstimulasi otot

syaraf yang lemah dengan cara menempelkan elektroda

ke bagian tubuh yang mengalami spastic (kekakuan).

Berikut pernyataan dari W1 dan W2 tentang terapi TENS:

“Terapi TENS itu anak saya pasangi kabel-kabel di tempel-tempelin disetrum-setrum seperti dipijet.”(W1.155)

“Terapi TENS itu adalah yang diberikan untuk menstimulasi otot otot pada anak.” (W2.45)

“Caranya ditempelkan pada sendi-sendi bahu, sendi-sendi lengan dan pergelangan tangan.” (W2.55)

Terapi TENS tidak memberikan efek samping

dalam penggunaannya. W1 menyatakan bahwa terapi

TENS tidak memiliki efek samping saat diberikan kepada

An.A. W1 juga telah menanyakan bagaimana keadaan An.

A ketika diberikan terapi TENS berikut pernyataannya:

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

46

“Ketika saya tanya kepada anak saya, “Bagaimana rasanya le?”, anak saya mengatakan enak seperti dipijitin, tidak sakit”. (W1.155)

W2 juga menjelaskan jika tidak ada efek samping dari

terapi TENS. Berikut penyataanya:

“Gak ada mbak karena TENS ini sendiri kan fungsinya untuk menstimulasi otak, menstimulasi otot.” (W2.215)

dan W2 menjelaskan frekuensi pemberian terapi TENS

kepada An. A dan Berikut pernyataannya:

“Saya menggunakanya intensitanya lebih dari 10 Hz saya hanya menggunakan pada anak 3 Hz sesuai dengan apa yang si anak rasakan, kalau yang anak rasakan tidak nyaman terasa sakit maka , intensitasnya saya turunkan.” (W2.205)

4.5.4 Tema 4: Terapi Latihan Mendukung Terapi TENS

Hasil wawancara terhadap W2 menjelaskan bahwa

selain diberikan terapi TENS, anak juga diberikan terapi

latihan dengan menggunakan tangan kanannya. Berikut

pernyataannya.

“Saya memberikan terapi latihannya seperti menggerakkan tangan-tangannya melatih anak itu memegang pensil, memegang bola, memegang bajunya sendiri, mengenal hidungnya sendiri, mengenal telinganya sendiri, bersalaman, ya seperti itu terapi yang saya lakukan dan memberi anak itu permainan misalkan mobil-mobilan dengan mobilnya sendiri terus, ya seperti itu ya mbak yang saya lakukan kurang lebihnya.” (W2.95)

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

47

4.5.5 Tema 5: Adanya Pengaruh Terapi TENS Terhadap

Aktivitas Fisik Anak CP

Berdasarkan hasil wawancara, W1 dan W2

mejelaskan bahwa terapi TENS sangat efektif dan mampu

mempengaruhi aktivitas fisik anak CP. Setelah

mendapatkan terapi TENS, anak mampu melakukan

aktivitas menggunakan tangan dan kaki kanannya. Berikut

percakapannya :

“Ya Puji Tuhan, sekarang dia bisa meganglah, megang-megang pakai tangan kanannya” (W1.245)

“Ya ada meski gak begitu, yang dulu gak bisa megar, kalau disuruh megang malah dilepaske dibuang , tapi sekarang enggak , meski ya megangnya sampai berat-berat gitu, berat gitu mbak.” (W1.255)

“Ya dulu dia gak bisa pegang stang sepedanya itu, dia kan punya sepeda onthel, gak bisa megang banget tapi setelah diterapi bisa megang stang sepedanya itu, bisa megang bola, terus tanganya itu sukanya kalau suruh megang malah dibuang sekarang malah enggak enggak kaku gitu itu.”(W1.265)

“Sangat efektif karena adanya terapi ini anak sudah bisa memegang pensil secara mandiri, memegang bola secara mandiri, membuka bajunya mandiri walaupun masih belum sempurna dan masih harus dibantu dengan tangan satunya.” (W2.125)

“Ada, anak tersebut saja menggunakan sepeda sudah menggunakan tangan dua yang semula satu dia bisa memegang sepeda dengan tangan dua, memegang pensil juga sudah bisa sendiri.” (W2.165)

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

48

4.6 Pembahasan

4.6.1 An. A termasuk CP tipe Spastic Hemiplegic

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap

dua partisipan, didapatkan tema pertama yaitu

gambaran CP. W2 mengatakan bahwa CP adalah

gangguan pada otak yang sering mengakibatkan

gangguan keseimbangan gerak dan postur tubuh. Hal

tersebut senada dengan pernyataan Campbell (2012),

bahwa CP merupakan sekelompok gangguan permanen

perkembangan gerakan dan postur tubuh,

menyebabkan keterbatasan aktivitas.

Selanjutnya, W1 mengatakan bahwa anaknya

mengalami kekakuan pada tangan dan kaki kanannya.

Hal ini didukung dengan pernyataan Mohammad (2006),

spastic hemiplegic adalah spastic yang biasanya

menyerang ekstremitas atas atau bawah, menyerang

lengan dan kaki pada salah satu sisi tubuh.

4.6.2 Adanya Miom dan Hambatan Persalinan pada Ibu

sebagai Faktor penyebab CP

Menurut W1, penyebab CP yang terjadi pada anaknya

disebabkan oleh adanya miom pada masa kehamilan.

Info tersebut W1 dapatkan dari dokter yang mengontrol

masa kehamilannya. Jeremy (2004) mengungkapkan

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

49

bahwa CP dapat disebabkan oleh gangguan dimasa

kehamilan yang sangat berisiko menyebabkan bayi CP.

Selanjutnya, W1 mengungkapkan bahwa ia

mengalami kesulitan dalam proses kelahiran, sehingga

memerlukan alat bantu berupa vacuum yang menjadi

salah satu faktor penyebab terjadinya CP. Menurut

peneliti, CP yang dialami oleh An. A disebabkan oleh

adanya miom pada masa kehamilan yang mengganggu

proses penyerapan nutrisi sehingga menyebabkan

gangguan perkembangan otak.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya CP adalah

proses kelahiran yang sulit yang memerlukan bantuan

alat vaccum. Pendapat ini didukung oleh pernyataan

Bajraszewski (2008), gangguan prenatal terjadi ketika

ibu hamil yang kurang mendapat asupan makanan

bergizi dan sakit ditengah kehamilan. Masalah terjadi

ketika perkembangan otak mulai terbentuk dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin. Proses persalinan

yang lama dan sulit sehingga perlu pertolongan dengan

alat bisa menyebabkan luka dikepala bayi dan dapat

mempengaruhi perkembangan otak.

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

50

4.6.3 Gambaran Terapi TENS

Sesuai dengan pernyataan W2, terapi TENS

diberikan untuk menstimulasi otot saraf pada anak CP

dengan cara ditempelkan pada permukaan kulit yang

berada pada sendi bahu, sendi lengan dan pergelangan

tangan. Besaran voltase alat TENS sebesar 10 Hz.

Namun, yang diberikan kepada An. A sebesar 3 Hz

sesuai dengan apa yang anak rasakan, jika anak merasa

tidak nyaman, maka intensitasnya diturunkan. Seperti

yang dikemukakan Johnson (2008) bahwa TENS

merupakan alat terapi yang digunakan untuk

merangsang syaraf melalui kulit menggunakan arus

listrik, tetapi listrik yang digunakan adalah arus listrik

rendah, sehingga arus yang dikeluarkan tidak berbahaya

bagi penggunanya.

Selain itu, W2 juga mengungkapkan bahwa

terapi TENS tidak memiliki efek samping dalam

penggunaanya. Senada dengan yang diungkapkan oleh

Mark (2001), terapi TENS merupakan terapi non-invasif,

mudah digunakan, dan tidak memiliki efek samping

seperti penggunaan obat-obatan.

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

51

4.6.4 Terapi Latihan Mendukung Terapi TENS

Berdasarkan hasil penelitian, W2 mengatakan

bahwa terapi latihan diberikan kepada An. A setelah

diberikan terapi TENS dengan cara menggerakkan

tangan kanannya, memegang pensil, memegang bola,

memegang bajunya sendiri, mengenal hidungnya

sendiri, mengenal telinganya sendiri, bersalaman dan

bermain mobil-mobilan.

Menurut peneliti, terapi latihan ini berguna untuk

melatih tangan dan kaki kanan anak yang pasif agar

menjadi lebih aktif dan mulai membiasakan diri

menggunakan tangan kanannya untuk melakukan

aktivitas fisik. Hal ini didukung oleh pernyataan Gardiner

(2006) yang menyebutkan bahwa terapi latihan adalah

salah satu cara untuk mempercepat pemulihan pasien

dari cedera dan penyakit yang dalam pelaksaannya

menggunakan gerakan-gerakan aktif maupun pasif.

Selain itu, Kwakkel (2004) menyatakan terapi latihan

adalah kegiatan fisik yang reguler dan dilakukan dengan

tujuan meningkatkan atau mempertahankan kebugaran

fisik atau kesehatan dan termasuk di dalamnya

fisioterapi.

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/4/T1_462012082_BAB IV.pdf · atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS

52

4.6.5 Adanya Pengaruh Terapi TENS Terhadap Anak CP

Setelah diberikan terapi TENS, terdapat perubahan

yang terlihat pada aktivitas anak CP. W1 dan W2

mengutarakan bahwa An. A sekarang sudah mampu

menggunakan tangan kanannya untuk memegang

sesuatu walaupun belum maksimal. Hasil penelitian ini

didukung oleh hasil penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Al-Abdulwahab (2010) tentang terapi TENS

terhadap Spastic Diplegia Cerebral Palsy, yang

memberikan perubahan yaitu penurunan kekakuan pada

pinggul dan peningkatan kemampuan berjalan.

W2 mengungkapkan bahwa terapi TENS sangat

efektif karena saat ini An. A sudah mampu

menggunakan tangan dan kaki kanannya walaupun

masih belum sempurna dan masih harus dibantu dengan

tangan satunya. Menurut peneliti, terapi TENS harus

dilanjutkan agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

Bakshi dkk (2014) juga mengemukakan dari hasil

penelitiannya jika terapi TENS memberikan perubahan

yang signifikan jika diberikan secara teratur kepada

penderita CP spastic.