bab iv hasil dan pembahasan iv.1 pembuatan larutan...

Download Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Pembuatan Larutan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/626/jbptitbpp-gdl-susiherawa-31294-5... · Bab IV Hasil dan Pembahasan ... Dinatrium monohidrogen

If you can't read please download the document

Upload: lamtram

Post on 06-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 17

    Bab IV Hasil dan Pembahasan

    IV.1 Pembuatan Larutan Buffer

    Semua zat yang digunakan untuk membuat larutan buffer dapat larut dengan

    sempurna. Larutan yang diperoleh jernih, homogen, dan tidak berbau. Data

    setiap larutan penyusun larutan buffer terangkum pada Tabel IV.1 berikut:

    Tabel IV.1 Data zat penyusun larutan buffer

    pH Untuk Konsentrasi Teori Eksperimen

    No. Jenis Zat

    1 M 0,1 M 1 M 0,1 M1. Asam sitrat dihidrat 1,54 2,04 2,05 2,57

    2. Natrium sitrat dihidrat 9,70 9,20 8,12 7,18

    3. Natrium dihidrogen fosfat 3,60 4,10 4,48 4,57

    4. Dinatrium monohidrogen fosfat 10,60 10,11 9,41 8,98

    5. Kalium dihidrogen fosfat 3,60 4,10 4,02 4,72

    6. Natrium hidroksida 14 13 13,44 12,49

    Zat yang bersifat asam selain asam sitrat dihidrat adalah garam asam natrium

    dihidrogen fosfat dan kalium dihidrogen fosfat sedangkan yang bersifat basa

    selain natrium hidroksida adalah garam basa natrium sitrat dihidrat dan dinatrium

    monohidrogen fosfat. Harga pH yang diperoleh untuk setiap zat penyusun larutan

    buffer dengan konsentrasi berbeda hampir sama namun masih ada dalam batas

    kapasitas buffer. Setiap larutan buffer tersebut memiliki pH tertentu yang tidak

    banyak berubah terhadap konsentrasi (perhitungan secara teori ada di dalam

    Lampiran B).

    Berdasarkan data pada Tabel IV.1 di atas diperoleh bahwa untuk zat yang bersifat

    asam ketika diencerkan 10x dengan akuades yaitu dari konsentrasi 1 M ke 0,1 M

    mengalami kenaikan pH sedangkan yang bersifat basa mengalami penurunan pH.

    Hal tersebut bersesuaian dengan pernyataan skala pH yaitu jika pH zatnya rendah

    dan bersifat asam (pH

  • 18

    pHnya. Begitu pula untuk zat yang bersifat basa (pH>7) ketika diencerkan

    dengan akuades berusaha untuk mencapai pH air yang netral dengan cara

    menurunkan pH. Pernyataan tersebut dapat ditunjukkan dalam gambar berikut:

    Untuk membuat satu larutan buffer dapat diperoleh dari berbagai macam

    campuran. Larutan buffer yang berasal dari senyawa sitrat dapat menghasilkan

    pH 4 dan 6 sedangkan yang berasal dari senyawa fosfat menghasilkan pH 410.

    Untuk setiap larutan buffer yang dibuat memiliki harga pH berbeda (perhitungan

    secara teori ada di dalam Lampiran E). pH larutan buffer ditentukan dari harga

    Ka dan perbandingan asam lemah dengan basa konjugasinya sedangkan kapasitas

    buffer ditentukan pada jumlah asam/basa yang ditambahkan ke dalam larutan

    buffernya.

    Larutan buffer pH 4 dapat dibuat dengan dua komposisi berbeda yaitu yang

    pertama campuran asam lemah dengan basa konjugasi dari larutan asam sitrat

    dihidrat dengan natrium sitrat dihidrat konsentrasi 1 M dan yang kedua campuran

    larutannya sama dengan di atas tetapi konsentrasinya 0,1 M. pH yang diperoleh

    relatif sama yaitu sedikit ada di bawah 4. pH yang diperoleh relatif sama yaitu

    sedikit ada di atas 4.

    Larutan buffer pH 6 juga dapat dibuat dari campuran yang sama dengan larutan

    buffer pH 4 tetapi konsentrasinya berbeda. Dari campuran tersebut diperoleh tiga

    komposisi berbeda yaitu campuran larutan asam sitrat dihidrat 0,1 M dengan

    natrium sitrat dihidrat 1 M; larutan natrium dihidrogen fosfat dengan dinatrium

    monohidrogen fosfat konsentrasi 1 M; campuran garam asam dengan basa kuat

    yaitu larutan kalium dihidrogen fosfat dengan natrium hidroksida 1 M. pH yang

    diperoleh dari campuran senyawa sitrat lebih sedikit di bawah 6 dibandingkan

    yang berasal dari senyawa fosfat sedikit di atas 6.

    0 7 14 Asam Basa

    Netral

  • 19

    Larutan buffer pH 8 dibuat dari campuran larutan senyawa fosfat yang sama

    dengan larutan buffer pH 6 tetapi volume yang ditambahkan berbeda. Dari

    campuran tersebut diperoleh dua komposisi berbeda yaitu larutan natrium

    dihidrogen fosfat dengan dinatrium monohidrogen fosfat konsentrasi 1 M; larutan

    kalium dihidrogen fosfat dengan natrium hidroksida konsentrasi 1 M.

    Larutan buffer pH 10 dibuat dari campuran larutan yang sama dengan larutan

    buffer pH 6 dan 8 tetapi volume yang ditambahkan berbeda. Dari campuran

    tersebut hanya diperoleh satu komposisi yaitu larutan kalium dihidrogen fosfat

    dengan natrium hidroksida konsentrasi 1 M.

    Ada kecenderungan larutan buffer yang dibuat dari senyawa sitrat memiliki harga

    pH lebih rendah dibandingkan dari senyawa fosfat. Untuk larutan buffer sitrat,

    terjadi penurunan pH sekitar 0,30,4 satuan sedangkan buffer fosfat menunjukkan

    peningkatan pH sekitar 0,20,8 satuan. Asam sitrat dan natrium sitrat yang dibuat

    dari konsentrasi 1 M dan 0,1 M relatif sama. Larutan buffer dengan konsentrasi

    1 M dan 0,1 M menghasilkan pH yang sama dan tidak mempengaruhi perubahan

    pH. Hal tersebut disebabkan karena senyawa sitrat memiliki tiga gugus karboksil

    (-COOH) yang dapat melepaskan proton dalam larutan dan memiliki harga Ka

    yang lebih besar/lebih bersifat asam dibandingkan dengan senyawa fosfat (harga

    Ka dapat dilihat pada Tabel A.3 di Lampiran A).

    Adanya perbedaan nilai pH dari setiap larutan buffer yang dibuat dalam penelitian

    ini berkaitan dengan asam lemah yang digunakan adalah berupa asam triprotik

    yaitu asam sitrat dihidrat dan asam fosfat yang memiliki harga Ka lebih dari satu

    (Ka1>Ka2>Ka3) di mana untuk kedua larutan tersebut yang banyak mempengaruhi

    pH berasal dari Ka2 karena Ka2 dapat menjelaskan pembentukan satu ion dari ion

    yang lainnya. Harga pH antara teori dan eksperimen diperoleh selisih cukup besar

    pada ion sitrat yaitu kondisi fisiknya padatan coklat muda, seharusnya padatan

    putih.

    Pada larutan buffer pH 4 dipengaruhi konsentrasi di mana dengan pengenceran

    10x (1 M menjadi 0,1 M) masih memiliki pH relatif sama. Umumnya campuran

    larutan buffer itu berasal dari asam lemah dengan basa konjugasinya namun untuk

  • 20

    larutan buffer pH 6, 8, dan 10 berasal dari campuran larutan kalium dihidrogen

    fosfat dan natrium hidroksida, -OH yang berasal dari natrium hidroksida bereaksi

    dengan kalium dihidrogen fosfat menghasilkan ion monohidrogen fosfat sehingga

    terbentuk campuran buffer. Perbedaan ini disebabkan oleh sifat dari natrium

    hidroksida yang merupakan basa kuat ketika dicampurkan dengan kalium

    dihidrogen fosfat yang bersifat asam lemah, natrium hidroksida tersebut dapat

    menyeimbangkan H+ dari kalium dihidrogen fosfat sehingga mampu berfungsi

    sebagai larutan buffer. Pada larutan buffer fosfat (pH 610), campurannya yang bersifat buffer bukan basa kuat NaOH dengan KH2PO4 melainkan campuran

    reaksi: H2PO4- + -OH HPO42- + H2O (II.25)

    Secara singkat dapat dilihat pada Tabel IV.2 berikut ini :

    Tabel IV.2 Data pH setiap larutan buffer

    pH pH Buffer

    Larutan Buffer Teori Eksperimen

    Larutan asam sitrat dihidrat 0,1 M dan natrium sitrat dihidrat 0,1 M

    4,74 3,71

    4 Larutan asam sitrat dihidrat 1 M dan larutan natrium sitrat dihidrat 1 M

    4,74 3,73

    Larutan asam sitrat dihidrat 0,1 M dan natrium sitrat dihidrat 1 M

    5,74 5,64

    Larutan kalium dihidrogen fosfat 1 M dan natrium hidroksida 1 M

    6,73 6,49

    6

    Larutan natrium dihidrogen fosfat 1 M dan dinatrium monohidrogen fosfat 1 M

    7,21 6,65

    Larutan kalium dihidrogen fosfat 1 M dan natrium hidroksida 1 M

    7,69 7,77

    8 Larutan natrium dihidrogen fosfat 1 M dan dinatrium monohidrogen fosfat 1 M

    8,05 8,01

    10 Larutan kalium dihidrogen fosfat 1 M dan natrium hidroksida 1 M

    10,45 10,85

    Konsentrasi NaOH yang ditentukan dari hasil standarisasi dengan larutan asam

    oksalat dihidrat 0,0500 M adalah sebesar 0,1107 M dan konsentrasi HCl dari hasil

    titrasi dengan NaOH yaitu sebesar 0,0920 M (perhitungan dalam Lampiran C.2).

    Konsentrasi NaOH yang diperoleh tidak tepat 0,1 M sehingga mempengaruhi juga

    konsentrasi HCl. Hal ini disebabkan sifat dari larutan NaOH itu sendiri yang

    higroskopis, mudah terurai, tidak stabil di udara/bereaksi dengan CO2.

  • 21

    IV.2 Uji Kemampuan Larutan Buffer Mempertahankan pH

    IV.2.1 Cara Variasi Kontinyu

    Larutan buffer pH 4 yang digunakan berasal dari larutan asam sitrat dihidrat dan

    natrium sitrat dihidrat konsentrasi 0,1 M dengan pH 3,65. Batasan kapasitas

    buffer yang dimilikinya yaitu 2,654,65. Dengan cara variasi kontinyu untuk

    larutan buffer pH 4 baik melalui penambahan asam maupun basa diperoleh

    komposisi volume larutan buffer dan asam/basaa yaitu sebanyak 30:20.

    Penambahan asam/basa yang lebih banyak dari komposisi ini, sudah tidak mampu

    mempertahankan pHnya pada daerah kapasitas buffer. Kemampuan larutan buffer

    mempertahankan pH dapat dibuktikan dengan pengenceran 10x. Penambahan

    asam/basa ke dalam larutan buffer yang sudah diencerkan tersebut sesuai dengan

    komposisi yang ada dalam batasan kapasitas buffer yaitu 30:20. Secara rinci

    dapat dilihat data pH untuk larutan buffer pH 4 yang tertera dalam Tabel IV.3

    berikut ini:

    Tabel IV.3 Pengukuran pH larutan buffer pH 4

    Komposisi Volume (mL)

    pH

    HCl 0,0920 M NaOH 0,1107 M Buffer HCl/ NaOH

    pH Buffer

    I II Rata-rata

    I II Rata-rata

    45 5 3,49 3,48 3,49 4,02 4,01 4,02 40 10 3,20 3,19 3,20 4,15 4,15 4,15 30 20 3,02 3,00 3,01 4,50 4,50 4,50 25 25 2,46 2,46 2,46 5,60 5,60 5,60 20 30 2,11 2,11 2,11 6,32 6,32 6,32 10 40 0,84 0,84 0,84 11,99 12,00 12,00 5 45

    3,65

    0,61 0,60 0,61 12,70 12,71 12,71

    Aluran pH terhadap volume penambahan asam/basa menunjukkan pola perubahan

    pH larutan buffer. Pola perubahan pH pada larutan buffer 6, 8, dan 10 mirip

    dengan pH 4 tetapi berbeda pada komposisi dan bentuk simetrisnya. Pola yang

    diperoleh untuk larutan buffer pH 4, 8, dan 10 adalah bentuknya tidak simetris

    sedangkan pH 6 simetris. Bentuk simetris menunjukkan adanya kesetaraan antara

    perubahan penambahan volume asam/basa terhadap perubahan pH larutan

    buffernya.

  • 22

    Bentuk kurva untuk penambahan HCl pada larutan buffer pH 4 adalah landai di

    mana menurun perlahanlahan hampir linier sedangkan penambahan NaOH

    awalnya meningkat perlahan kemudian berubah cukup besar sebanyak 5,68 pada

    komposisi 20:30 ke 10:40 sehingga menghasilkan kurva yang curam. Komposisi

    30:20 untuk penambahan HCl merupakan komposisi maksimum yang masih

    mampu mempertahankan pH di mana dengan penambahan HCl mengakibatkan

    jumlah larutan asam sitrat dihidrat bertambah dan ion sitrat (natrium sitrat

    dihidrat) berkurang. Perubahan tersebut menekan larutan asam sitrat dihidrat

    untuk terionisasi menjadi H3O+ dan ion sitrat, yang menyebabkan terjadi

    kesetimbangan H3O+ dalam larutan. Kesetimbangan ini menyebabkan pHnya

    tidak banyak berubah. Larutan buffer ini ketika ditambahkan HCl, H3O+ dari HCl

    mulamula bereaksi dengan natrium sitrat dihidrat yang menyebabkan pH buffer

    mulai turun perlahan. Semakin banyak HCl yang ditambahkan ke dalam larutan

    buffer maka pH terus turun karena HCl sudah tidak bereaksi dengan natrium

    sitrat dihidratnya yang habis sehingga dalam larutan yang tersisa yaitu HCl dan

    asam sitrat dihidrat. Oleh karena larutan buffer ini bersifat asam maka dengan

    penambahan asam tidak terjadi perubahan pH yang drastis sehingga kurvanya

    landai.

    Komposisi 30:20 tepatnya dalam grafik sekitar 28:22 merupakan komposisi

    maksimum yang masih mampu mempertahankan pH di mana dengan penambahan

    NaOH mengakibatkan jumlah larutan asam sitrat dihidrat berkurang dan ion sitrat

    (natrium sitrat dihidrat) bertambah. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya

    kesetimbangan antara ion sitrat dengan asam sitrat dihidratnya sehingga pH tidak

    terlalu besar perubahannya. Larutan buffer ini ketika ditambahkan NaOH, OH

    dari NaOH mulamula bereaksi dengan asam sitrat dihidrat yang menyebabkan

    pH buffer mulai naik perlahan. Semakin banyak NaOH yang ditambahkan ke

    dalam larutan buffer maka pH terus naik karena NaOH sudah tidak bereaksi

    dengan asam sitrat dihidratnya yang habis sehingga dalam larutan yang tersisa

    yaitu natrium sitrat dihidrat dan NaOH. Oleh karena larutan buffer ini bersifat

    asam maka dengan penambahan basa yang makin banyak menyebabkan

    perubahan pH yang drastis sehingga kurvanya curam. Komposisi volume yang

    diperoleh dari aluran grafik lebih teliti dibandingkan yang ada dalam Tabel IV.3.

  • 23

    Untuk lebih memahami penjelasannya, dibuat grafik antara pH terhadap volume

    asam/basa seperti tertera dalam Gambar IV.1 berikut ini:

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    14.00

    0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00

    Volume HCl/NaOH (mL)

    pH

    HCl 0,1 MNaOH 0,1 M

    Gambar IV.1 Pola Perubahan pH Larutan Buffer pH 4

    Larutan buffer pH 8 dan 10 memiliki kemiripan dengan larutan buffer pH 4 dari

    bentuknya yang tidak simetris. Namun dengan melihat komposisi dan kurvanya

    berbeda. Untuk kurvanya saling bertolak belakang di mana pada larutan buffer

    pH 4, kurva yang curam terjadi pada saat penambahan basa sedangkan larutan

    buffer pH 8 dan 10 sebaliknya. Dengan penambahan asam, larutan buffer pH 8

    dan 10 menghasilkan kurva yang curam (turun drastis) mulai pada komposisi

    buffer dengan asam/basanya ada di 30:20 ke 25:25 sebanyak 3,44 untuk larutan

    buffer pH 8 dan 40:10 ke 30:20 sebanyak 6,37 untuk larutan buffer pH 10.

    Adapun dengan penambahan basa, kedua larutan buffer ini menghasilkan kurva

    yang landai (naik perlahan). Larutan buffer pH 8 yang diuji berasal dari

    pengenceran 10x campuran larutan natrium dihidrogen fosfat dan dinatrium

    monohidrogen fosfat konsentrasi 1 M dengan pH 7,52. Adapun larutan buffer pH

    10 berasal dari pengenceran 10x campuran larutan kalium dihidrogen fosfat dan

    natrium hidroksida konsentrasi 1 M dengan pH 9,62. Kedua larutan buffer ini

    masingmasing memiliki batasan kapasitas buffernya dari 6,529,52 dan

    8,6210,62.

    (28:22)

    (30:20)

  • 24

    Dengan penambahan asam diperoleh komposisi volume larutan buffer dan

    asamnya yang masih dapat mempertahankan pH yaitu sebanyak 40:10 dan

    penambahan basa sebanyak 45:5 tepatnya sekitar 43:7 untuk larutan buffer pH 8.

    Adapun untuk larutan buffer pH 10, dengan penambahan asam ada pada

    komposisi 45:5 dan penambahan basa ada di 45:5 tepatnya sekitar 42:8.

    Komposisi ini merupakan komposisi maksimum yang dapat mempertahankan pH.

    Jika asam/basa yang ditambahkan lebih banyak dari komposisi ini maka sudah

    tidak bersifat buffer lagi. Kemampuan larutan buffer mempertahankan pH

    dibuktikan dengan pengenceran 10x. Penambahan asam/basa ke dalam larutan

    buffer yang sudah diencerkan tersebut sesuai dengan komposisi yang ada dalam

    batasan kapasitas buffer. Secara rinci dapat dilihat data pH untuk larutan buffer

    pH 8 dan 10 ada dalam Tabel F.2 dan F.3 (dalam Lampiran F). Pola perubahan

    pH yang diperoleh pada kedua larutan buffer ini tidak simetris (lihat Gambar

    IV.2.a dan IV.2.b).

    H3O+ dari HCl yang ditambahkan ke dalam larutan buffer pH 8 bereaksi dengan

    dinatrium monohidrogen fosfat yang menyebabkan pH buffer turun perlahan.

    Semakin banyak HCl yang ditambahkan ke dalam larutan buffer maka pH terus

    turun karena HCl sudah tidak bereaksi dengan dinatrium monohidrogen fosfatnya

    yang habis sehingga dalam larutan yang tersisa yaitu HCl dan natrium dihidrogen

    fosfat. Begitu pula dengan larutan buffer pH 10, di mana H3O+ dari HCl yang

    ditambahkan bereaksi dengan ion monohidrogen fosfat yang dihasilkan dari reaksi

    kalium dihidrogen fosfat dengan natrium hidroksidanya. Hal ini menyebabkan

    pH buffer terus turun perlahan dan menghasilkan kurva yang landai. Larutan

    buffer pH 10 memiliki kurva yang lebih curam dibandingkan dengan buffer pH 8.

    Hal ini berkenaan dengan sifat larutan buffer pH 10 yang lebih basa. Sifat basa

    ini berasal dari komponen penyusun larutan buffernya berupa kalium dihidrogen

    fosfat dan natrium hidroksida.

    Larutan buffer pH 6 yang diuji berasal dari pengenceran 10x campuran larutan

    natrium dihidrogen fosfat dan dinatrium monohidrogen fosfat konsentrasi 1 M

    dengan pH 6,02. Larutan ini memiliki batasan kapasitas buffer dari 5,027,02.

    Baik dengan penambahan asam ataupun basa ke dalam larutan ini, diperoleh pola

  • 25

    perubahan pH yang simetris (lihat Gambar IV.2.c). Bentuk simetris ini didukung

    dari kurva yang samasama curam (turun dan naik drastis) pada komposisi 40:10

    ke 30:20 sebanyak 3,17 untuk penambahan asam dan 4,50 untuk penambahan

    basa. Secara rinci dapat dilihat data pH untuk larutan buffer pH 6 yang tertera

    dalam Tabel F.1 (dalam Lampiran F).

    Komposisi 40:10 tepatnya dalam grafik sekitar 38:12 merupakan komposisi

    maksimum yang masih mampu mempertahankan pH ketika ditambahkan HCl.

    Begitu pula ketika ditambahkan NaOH yaitu ada pada komposisi 40:10. Namun

    ketika lewat dari komposisi ini, larutan sudah tidak bersifat buffer lagi karena

    H3O+ dari HCl sudah tidak bereaksi dengan dinatrium monohidrogen fosfat

    melainkan bereaksi dengan natrium dihidrogen fosfat. Begitu pula OH dari

    NaOH sudah tidak bereaksi dengan natrium dihidrogen fosfat melainkan bereaksi

    dengan dinatrium monohidrogen fosfat. Kemampuan larutan buffer

    mempertahankan pH dibuktikan dengan pengenceran 10x. Penambahan

    asam/basa ke dalam larutan buffer yang sudah diencerkan tersebut sesuai dengan

    komposisi yang ada dalam batasan kapasitas buffer.

    Larutan buffer yang sudah dibuat terbukti mampu mempertahankan pH ketika

    adanya penambahan asam/basa dengan perbandingan tertentu. Perbandingan mol

    asam/basa yang ditambahkan ke dalam larutan buffer tidak boleh melebihi dari

    2/3x mol larutan buffer untuk pH 4, 1/4x mol larutan buffer untuk pH 6, dan 1/9x

    mol larutan buffer untuk pH 10. Untuk larutan buffer pH 8, perbandingan mol

    asamnya yaitu 1/4x sedangkan perbandingan mol basanya yaitu 1/9x dari mol

    larutan buffernya.

    Berdasarkan Gambar IV.1 dan IV.2 diperoleh pola perubahan pH yang berbeda

    untuk setiap larutan buffer. Penambahan asam ke dalam larutan buffer dihasilkan

    kurva menurun landai pada pH 4 dan menurun curam pada pH 6, 8, dan 10.

    Penambahan basa ke dalam larutan buffer dihasilkan kurva meningkat curam

    untuk pH 4 dan 6 sedangkan meningkat landai untuk pH 8 dan 10. Untuk lebih

    memahami penjelasannya, dibuat grafik antara pH terhadap volume asam/basa

    seperti tertera dalam Gambar IV.2 berikut ini:

  • 26

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    14.00

    0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00

    Volume HCl/NaOH (mL)

    pH

    HCl 0,1 MNaOH 0,1 M

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    14.00

    0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00

    Volume HCl/NaOH (mL)

    pH

    HCl 0,1 MNaOH 0,1 M

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    14.00

    0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00

    Volume HCl/NaOH (mL)

    pH

    HCl 0,1 MNaOH 0,1 M

    Gambar IV.2 Pola perubahan pH larutan buffer pH 6, 8, dan 10

    a. Buffer pH 8 b. Buffer pH 10 c. Buffer pH 6

    b (42:8)

    (45:5)

    (43:7)

    (40:10)

    a

    c

    (40:10)

    (38:12)

  • 27

    IV.2.2 Cara Pengenceran

    Larutan buffer yang digunakan berasal dari senyawa sitrat dan fosfat. Senyawa

    sitrat menghasilkan pH lebih rendah sedangkan senyawa fosfat pHnya lebih

    tinggi. Dengan pengenceran, larutan buffer yang memiliki pH7 cenderung mengalami

    penurunan pH. Hal ini bersesuaian dengan penjelasan dalam skala pH.

    Untuk pH yang sama, larutan buffer sitrat memerlukan volume asam/basa yang

    lebih banyak dibandingkan buffer fosfat. Contohnya yaitu pada buffer pH 5,64

    memerlukan 8 mL HCl dan 1 mL NaOH sedangkan pH 6,65 memerlukan 2 mL

    dan 1 mL. Makin besar pH larutan buffer maka asam/basa yang ditambahkan

    makin sedikit. Untuk lebih jelas hasil uji kemampuan larutan buffer pH 410

    dalam mempertahankan pH dapat dilihat dalam Tabel IV.4 berikut ini:

    Tabel IV.4 Pengukuran pH larutan buffer setelah pengenceran dan penambahan

    HCl/NaOH

    pH Larutan Buffer pH Larutan Buffer Setelah Penambahan

    HCl 0,0920 M NaOH 0,1107 M

    No.

    Sebelum Pengenceran

    Sebelum Pengenceran

    Volume HCl (mL)

    pH Volume NaOH (mL)

    pH

    1. 3,73 3,95 11 2,72 11 4,74 2. 5,64 5,99 8 4,58 1 6,73 3. 6,65 6,76 2 2,00 1 11,19 4. 7,77 7,52 2 5,87 1 8,92 5. 9,10 8,60 1 7,07 1 10,94 6. 10,85 9,50 1 8,98 1 12,54

    Pengenceran larutan buffer sampai 100x (1 M menjadi 0,01 M) masih ada dalam

    daerah kapasitas buffer dengan mengalami perubahan sekitar 0,10,6 satuan

    kecuali pada pH 10,85 berubah sebesar 1,3 satuan. Dengan demikian faktor

    pengenceran tidak mengubah pH larutan buffer (masih ada dalam daerah kapasitas

    buffer). Hal tersebut disebabkan komponenkomponen yang ada dalam akuades

    dapat bereaksi dengan komponen asam dan basa dari larutan buffer.