bab iv hasil dan pembahasan iv.1 pembuatan larutan...
TRANSCRIPT
-
17
Bab IV Hasil dan Pembahasan
IV.1 Pembuatan Larutan Buffer
Semua zat yang digunakan untuk membuat larutan buffer dapat larut dengan
sempurna. Larutan yang diperoleh jernih, homogen, dan tidak berbau. Data
setiap larutan penyusun larutan buffer terangkum pada Tabel IV.1 berikut:
Tabel IV.1 Data zat penyusun larutan buffer
pH Untuk Konsentrasi Teori Eksperimen
No. Jenis Zat
1 M 0,1 M 1 M 0,1 M1. Asam sitrat dihidrat 1,54 2,04 2,05 2,57
2. Natrium sitrat dihidrat 9,70 9,20 8,12 7,18
3. Natrium dihidrogen fosfat 3,60 4,10 4,48 4,57
4. Dinatrium monohidrogen fosfat 10,60 10,11 9,41 8,98
5. Kalium dihidrogen fosfat 3,60 4,10 4,02 4,72
6. Natrium hidroksida 14 13 13,44 12,49
Zat yang bersifat asam selain asam sitrat dihidrat adalah garam asam natrium
dihidrogen fosfat dan kalium dihidrogen fosfat sedangkan yang bersifat basa
selain natrium hidroksida adalah garam basa natrium sitrat dihidrat dan dinatrium
monohidrogen fosfat. Harga pH yang diperoleh untuk setiap zat penyusun larutan
buffer dengan konsentrasi berbeda hampir sama namun masih ada dalam batas
kapasitas buffer. Setiap larutan buffer tersebut memiliki pH tertentu yang tidak
banyak berubah terhadap konsentrasi (perhitungan secara teori ada di dalam
Lampiran B).
Berdasarkan data pada Tabel IV.1 di atas diperoleh bahwa untuk zat yang bersifat
asam ketika diencerkan 10x dengan akuades yaitu dari konsentrasi 1 M ke 0,1 M
mengalami kenaikan pH sedangkan yang bersifat basa mengalami penurunan pH.
Hal tersebut bersesuaian dengan pernyataan skala pH yaitu jika pH zatnya rendah
dan bersifat asam (pH
-
18
pHnya. Begitu pula untuk zat yang bersifat basa (pH>7) ketika diencerkan
dengan akuades berusaha untuk mencapai pH air yang netral dengan cara
menurunkan pH. Pernyataan tersebut dapat ditunjukkan dalam gambar berikut:
Untuk membuat satu larutan buffer dapat diperoleh dari berbagai macam
campuran. Larutan buffer yang berasal dari senyawa sitrat dapat menghasilkan
pH 4 dan 6 sedangkan yang berasal dari senyawa fosfat menghasilkan pH 410.
Untuk setiap larutan buffer yang dibuat memiliki harga pH berbeda (perhitungan
secara teori ada di dalam Lampiran E). pH larutan buffer ditentukan dari harga
Ka dan perbandingan asam lemah dengan basa konjugasinya sedangkan kapasitas
buffer ditentukan pada jumlah asam/basa yang ditambahkan ke dalam larutan
buffernya.
Larutan buffer pH 4 dapat dibuat dengan dua komposisi berbeda yaitu yang
pertama campuran asam lemah dengan basa konjugasi dari larutan asam sitrat
dihidrat dengan natrium sitrat dihidrat konsentrasi 1 M dan yang kedua campuran
larutannya sama dengan di atas tetapi konsentrasinya 0,1 M. pH yang diperoleh
relatif sama yaitu sedikit ada di bawah 4. pH yang diperoleh relatif sama yaitu
sedikit ada di atas 4.
Larutan buffer pH 6 juga dapat dibuat dari campuran yang sama dengan larutan
buffer pH 4 tetapi konsentrasinya berbeda. Dari campuran tersebut diperoleh tiga
komposisi berbeda yaitu campuran larutan asam sitrat dihidrat 0,1 M dengan
natrium sitrat dihidrat 1 M; larutan natrium dihidrogen fosfat dengan dinatrium
monohidrogen fosfat konsentrasi 1 M; campuran garam asam dengan basa kuat
yaitu larutan kalium dihidrogen fosfat dengan natrium hidroksida 1 M. pH yang
diperoleh dari campuran senyawa sitrat lebih sedikit di bawah 6 dibandingkan
yang berasal dari senyawa fosfat sedikit di atas 6.
0 7 14 Asam Basa
Netral
-
19
Larutan buffer pH 8 dibuat dari campuran larutan senyawa fosfat yang sama
dengan larutan buffer pH 6 tetapi volume yang ditambahkan berbeda. Dari
campuran tersebut diperoleh dua komposisi berbeda yaitu larutan natrium
dihidrogen fosfat dengan dinatrium monohidrogen fosfat konsentrasi 1 M; larutan
kalium dihidrogen fosfat dengan natrium hidroksida konsentrasi 1 M.
Larutan buffer pH 10 dibuat dari campuran larutan yang sama dengan larutan
buffer pH 6 dan 8 tetapi volume yang ditambahkan berbeda. Dari campuran
tersebut hanya diperoleh satu komposisi yaitu larutan kalium dihidrogen fosfat
dengan natrium hidroksida konsentrasi 1 M.
Ada kecenderungan larutan buffer yang dibuat dari senyawa sitrat memiliki harga
pH lebih rendah dibandingkan dari senyawa fosfat. Untuk larutan buffer sitrat,
terjadi penurunan pH sekitar 0,30,4 satuan sedangkan buffer fosfat menunjukkan
peningkatan pH sekitar 0,20,8 satuan. Asam sitrat dan natrium sitrat yang dibuat
dari konsentrasi 1 M dan 0,1 M relatif sama. Larutan buffer dengan konsentrasi
1 M dan 0,1 M menghasilkan pH yang sama dan tidak mempengaruhi perubahan
pH. Hal tersebut disebabkan karena senyawa sitrat memiliki tiga gugus karboksil
(-COOH) yang dapat melepaskan proton dalam larutan dan memiliki harga Ka
yang lebih besar/lebih bersifat asam dibandingkan dengan senyawa fosfat (harga
Ka dapat dilihat pada Tabel A.3 di Lampiran A).
Adanya perbedaan nilai pH dari setiap larutan buffer yang dibuat dalam penelitian
ini berkaitan dengan asam lemah yang digunakan adalah berupa asam triprotik
yaitu asam sitrat dihidrat dan asam fosfat yang memiliki harga Ka lebih dari satu
(Ka1>Ka2>Ka3) di mana untuk kedua larutan tersebut yang banyak mempengaruhi
pH berasal dari Ka2 karena Ka2 dapat menjelaskan pembentukan satu ion dari ion
yang lainnya. Harga pH antara teori dan eksperimen diperoleh selisih cukup besar
pada ion sitrat yaitu kondisi fisiknya padatan coklat muda, seharusnya padatan
putih.
Pada larutan buffer pH 4 dipengaruhi konsentrasi di mana dengan pengenceran
10x (1 M menjadi 0,1 M) masih memiliki pH relatif sama. Umumnya campuran
larutan buffer itu berasal dari asam lemah dengan basa konjugasinya namun untuk
-
20
larutan buffer pH 6, 8, dan 10 berasal dari campuran larutan kalium dihidrogen
fosfat dan natrium hidroksida, -OH yang berasal dari natrium hidroksida bereaksi
dengan kalium dihidrogen fosfat menghasilkan ion monohidrogen fosfat sehingga
terbentuk campuran buffer. Perbedaan ini disebabkan oleh sifat dari natrium
hidroksida yang merupakan basa kuat ketika dicampurkan dengan kalium
dihidrogen fosfat yang bersifat asam lemah, natrium hidroksida tersebut dapat
menyeimbangkan H+ dari kalium dihidrogen fosfat sehingga mampu berfungsi
sebagai larutan buffer. Pada larutan buffer fosfat (pH 610), campurannya yang bersifat buffer bukan basa kuat NaOH dengan KH2PO4 melainkan campuran
reaksi: H2PO4- + -OH HPO42- + H2O (II.25)
Secara singkat dapat dilihat pada Tabel IV.2 berikut ini :
Tabel IV.2 Data pH setiap larutan buffer
pH pH Buffer
Larutan Buffer Teori Eksperimen
Larutan asam sitrat dihidrat 0,1 M dan natrium sitrat dihidrat 0,1 M
4,74 3,71
4 Larutan asam sitrat dihidrat 1 M dan larutan natrium sitrat dihidrat 1 M
4,74 3,73
Larutan asam sitrat dihidrat 0,1 M dan natrium sitrat dihidrat 1 M
5,74 5,64
Larutan kalium dihidrogen fosfat 1 M dan natrium hidroksida 1 M
6,73 6,49
6
Larutan natrium dihidrogen fosfat 1 M dan dinatrium monohidrogen fosfat 1 M
7,21 6,65
Larutan kalium dihidrogen fosfat 1 M dan natrium hidroksida 1 M
7,69 7,77
8 Larutan natrium dihidrogen fosfat 1 M dan dinatrium monohidrogen fosfat 1 M
8,05 8,01
10 Larutan kalium dihidrogen fosfat 1 M dan natrium hidroksida 1 M
10,45 10,85
Konsentrasi NaOH yang ditentukan dari hasil standarisasi dengan larutan asam
oksalat dihidrat 0,0500 M adalah sebesar 0,1107 M dan konsentrasi HCl dari hasil
titrasi dengan NaOH yaitu sebesar 0,0920 M (perhitungan dalam Lampiran C.2).
Konsentrasi NaOH yang diperoleh tidak tepat 0,1 M sehingga mempengaruhi juga
konsentrasi HCl. Hal ini disebabkan sifat dari larutan NaOH itu sendiri yang
higroskopis, mudah terurai, tidak stabil di udara/bereaksi dengan CO2.
-
21
IV.2 Uji Kemampuan Larutan Buffer Mempertahankan pH
IV.2.1 Cara Variasi Kontinyu
Larutan buffer pH 4 yang digunakan berasal dari larutan asam sitrat dihidrat dan
natrium sitrat dihidrat konsentrasi 0,1 M dengan pH 3,65. Batasan kapasitas
buffer yang dimilikinya yaitu 2,654,65. Dengan cara variasi kontinyu untuk
larutan buffer pH 4 baik melalui penambahan asam maupun basa diperoleh
komposisi volume larutan buffer dan asam/basaa yaitu sebanyak 30:20.
Penambahan asam/basa yang lebih banyak dari komposisi ini, sudah tidak mampu
mempertahankan pHnya pada daerah kapasitas buffer. Kemampuan larutan buffer
mempertahankan pH dapat dibuktikan dengan pengenceran 10x. Penambahan
asam/basa ke dalam larutan buffer yang sudah diencerkan tersebut sesuai dengan
komposisi yang ada dalam batasan kapasitas buffer yaitu 30:20. Secara rinci
dapat dilihat data pH untuk larutan buffer pH 4 yang tertera dalam Tabel IV.3
berikut ini:
Tabel IV.3 Pengukuran pH larutan buffer pH 4
Komposisi Volume (mL)
pH
HCl 0,0920 M NaOH 0,1107 M Buffer HCl/ NaOH
pH Buffer
I II Rata-rata
I II Rata-rata
45 5 3,49 3,48 3,49 4,02 4,01 4,02 40 10 3,20 3,19 3,20 4,15 4,15 4,15 30 20 3,02 3,00 3,01 4,50 4,50 4,50 25 25 2,46 2,46 2,46 5,60 5,60 5,60 20 30 2,11 2,11 2,11 6,32 6,32 6,32 10 40 0,84 0,84 0,84 11,99 12,00 12,00 5 45
3,65
0,61 0,60 0,61 12,70 12,71 12,71
Aluran pH terhadap volume penambahan asam/basa menunjukkan pola perubahan
pH larutan buffer. Pola perubahan pH pada larutan buffer 6, 8, dan 10 mirip
dengan pH 4 tetapi berbeda pada komposisi dan bentuk simetrisnya. Pola yang
diperoleh untuk larutan buffer pH 4, 8, dan 10 adalah bentuknya tidak simetris
sedangkan pH 6 simetris. Bentuk simetris menunjukkan adanya kesetaraan antara
perubahan penambahan volume asam/basa terhadap perubahan pH larutan
buffernya.
-
22
Bentuk kurva untuk penambahan HCl pada larutan buffer pH 4 adalah landai di
mana menurun perlahanlahan hampir linier sedangkan penambahan NaOH
awalnya meningkat perlahan kemudian berubah cukup besar sebanyak 5,68 pada
komposisi 20:30 ke 10:40 sehingga menghasilkan kurva yang curam. Komposisi
30:20 untuk penambahan HCl merupakan komposisi maksimum yang masih
mampu mempertahankan pH di mana dengan penambahan HCl mengakibatkan
jumlah larutan asam sitrat dihidrat bertambah dan ion sitrat (natrium sitrat
dihidrat) berkurang. Perubahan tersebut menekan larutan asam sitrat dihidrat
untuk terionisasi menjadi H3O+ dan ion sitrat, yang menyebabkan terjadi
kesetimbangan H3O+ dalam larutan. Kesetimbangan ini menyebabkan pHnya
tidak banyak berubah. Larutan buffer ini ketika ditambahkan HCl, H3O+ dari HCl
mulamula bereaksi dengan natrium sitrat dihidrat yang menyebabkan pH buffer
mulai turun perlahan. Semakin banyak HCl yang ditambahkan ke dalam larutan
buffer maka pH terus turun karena HCl sudah tidak bereaksi dengan natrium
sitrat dihidratnya yang habis sehingga dalam larutan yang tersisa yaitu HCl dan
asam sitrat dihidrat. Oleh karena larutan buffer ini bersifat asam maka dengan
penambahan asam tidak terjadi perubahan pH yang drastis sehingga kurvanya
landai.
Komposisi 30:20 tepatnya dalam grafik sekitar 28:22 merupakan komposisi
maksimum yang masih mampu mempertahankan pH di mana dengan penambahan
NaOH mengakibatkan jumlah larutan asam sitrat dihidrat berkurang dan ion sitrat
(natrium sitrat dihidrat) bertambah. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya
kesetimbangan antara ion sitrat dengan asam sitrat dihidratnya sehingga pH tidak
terlalu besar perubahannya. Larutan buffer ini ketika ditambahkan NaOH, OH
dari NaOH mulamula bereaksi dengan asam sitrat dihidrat yang menyebabkan
pH buffer mulai naik perlahan. Semakin banyak NaOH yang ditambahkan ke
dalam larutan buffer maka pH terus naik karena NaOH sudah tidak bereaksi
dengan asam sitrat dihidratnya yang habis sehingga dalam larutan yang tersisa
yaitu natrium sitrat dihidrat dan NaOH. Oleh karena larutan buffer ini bersifat
asam maka dengan penambahan basa yang makin banyak menyebabkan
perubahan pH yang drastis sehingga kurvanya curam. Komposisi volume yang
diperoleh dari aluran grafik lebih teliti dibandingkan yang ada dalam Tabel IV.3.
-
23
Untuk lebih memahami penjelasannya, dibuat grafik antara pH terhadap volume
asam/basa seperti tertera dalam Gambar IV.1 berikut ini:
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00
Volume HCl/NaOH (mL)
pH
HCl 0,1 MNaOH 0,1 M
Gambar IV.1 Pola Perubahan pH Larutan Buffer pH 4
Larutan buffer pH 8 dan 10 memiliki kemiripan dengan larutan buffer pH 4 dari
bentuknya yang tidak simetris. Namun dengan melihat komposisi dan kurvanya
berbeda. Untuk kurvanya saling bertolak belakang di mana pada larutan buffer
pH 4, kurva yang curam terjadi pada saat penambahan basa sedangkan larutan
buffer pH 8 dan 10 sebaliknya. Dengan penambahan asam, larutan buffer pH 8
dan 10 menghasilkan kurva yang curam (turun drastis) mulai pada komposisi
buffer dengan asam/basanya ada di 30:20 ke 25:25 sebanyak 3,44 untuk larutan
buffer pH 8 dan 40:10 ke 30:20 sebanyak 6,37 untuk larutan buffer pH 10.
Adapun dengan penambahan basa, kedua larutan buffer ini menghasilkan kurva
yang landai (naik perlahan). Larutan buffer pH 8 yang diuji berasal dari
pengenceran 10x campuran larutan natrium dihidrogen fosfat dan dinatrium
monohidrogen fosfat konsentrasi 1 M dengan pH 7,52. Adapun larutan buffer pH
10 berasal dari pengenceran 10x campuran larutan kalium dihidrogen fosfat dan
natrium hidroksida konsentrasi 1 M dengan pH 9,62. Kedua larutan buffer ini
masingmasing memiliki batasan kapasitas buffernya dari 6,529,52 dan
8,6210,62.
(28:22)
(30:20)
-
24
Dengan penambahan asam diperoleh komposisi volume larutan buffer dan
asamnya yang masih dapat mempertahankan pH yaitu sebanyak 40:10 dan
penambahan basa sebanyak 45:5 tepatnya sekitar 43:7 untuk larutan buffer pH 8.
Adapun untuk larutan buffer pH 10, dengan penambahan asam ada pada
komposisi 45:5 dan penambahan basa ada di 45:5 tepatnya sekitar 42:8.
Komposisi ini merupakan komposisi maksimum yang dapat mempertahankan pH.
Jika asam/basa yang ditambahkan lebih banyak dari komposisi ini maka sudah
tidak bersifat buffer lagi. Kemampuan larutan buffer mempertahankan pH
dibuktikan dengan pengenceran 10x. Penambahan asam/basa ke dalam larutan
buffer yang sudah diencerkan tersebut sesuai dengan komposisi yang ada dalam
batasan kapasitas buffer. Secara rinci dapat dilihat data pH untuk larutan buffer
pH 8 dan 10 ada dalam Tabel F.2 dan F.3 (dalam Lampiran F). Pola perubahan
pH yang diperoleh pada kedua larutan buffer ini tidak simetris (lihat Gambar
IV.2.a dan IV.2.b).
H3O+ dari HCl yang ditambahkan ke dalam larutan buffer pH 8 bereaksi dengan
dinatrium monohidrogen fosfat yang menyebabkan pH buffer turun perlahan.
Semakin banyak HCl yang ditambahkan ke dalam larutan buffer maka pH terus
turun karena HCl sudah tidak bereaksi dengan dinatrium monohidrogen fosfatnya
yang habis sehingga dalam larutan yang tersisa yaitu HCl dan natrium dihidrogen
fosfat. Begitu pula dengan larutan buffer pH 10, di mana H3O+ dari HCl yang
ditambahkan bereaksi dengan ion monohidrogen fosfat yang dihasilkan dari reaksi
kalium dihidrogen fosfat dengan natrium hidroksidanya. Hal ini menyebabkan
pH buffer terus turun perlahan dan menghasilkan kurva yang landai. Larutan
buffer pH 10 memiliki kurva yang lebih curam dibandingkan dengan buffer pH 8.
Hal ini berkenaan dengan sifat larutan buffer pH 10 yang lebih basa. Sifat basa
ini berasal dari komponen penyusun larutan buffernya berupa kalium dihidrogen
fosfat dan natrium hidroksida.
Larutan buffer pH 6 yang diuji berasal dari pengenceran 10x campuran larutan
natrium dihidrogen fosfat dan dinatrium monohidrogen fosfat konsentrasi 1 M
dengan pH 6,02. Larutan ini memiliki batasan kapasitas buffer dari 5,027,02.
Baik dengan penambahan asam ataupun basa ke dalam larutan ini, diperoleh pola
-
25
perubahan pH yang simetris (lihat Gambar IV.2.c). Bentuk simetris ini didukung
dari kurva yang samasama curam (turun dan naik drastis) pada komposisi 40:10
ke 30:20 sebanyak 3,17 untuk penambahan asam dan 4,50 untuk penambahan
basa. Secara rinci dapat dilihat data pH untuk larutan buffer pH 6 yang tertera
dalam Tabel F.1 (dalam Lampiran F).
Komposisi 40:10 tepatnya dalam grafik sekitar 38:12 merupakan komposisi
maksimum yang masih mampu mempertahankan pH ketika ditambahkan HCl.
Begitu pula ketika ditambahkan NaOH yaitu ada pada komposisi 40:10. Namun
ketika lewat dari komposisi ini, larutan sudah tidak bersifat buffer lagi karena
H3O+ dari HCl sudah tidak bereaksi dengan dinatrium monohidrogen fosfat
melainkan bereaksi dengan natrium dihidrogen fosfat. Begitu pula OH dari
NaOH sudah tidak bereaksi dengan natrium dihidrogen fosfat melainkan bereaksi
dengan dinatrium monohidrogen fosfat. Kemampuan larutan buffer
mempertahankan pH dibuktikan dengan pengenceran 10x. Penambahan
asam/basa ke dalam larutan buffer yang sudah diencerkan tersebut sesuai dengan
komposisi yang ada dalam batasan kapasitas buffer.
Larutan buffer yang sudah dibuat terbukti mampu mempertahankan pH ketika
adanya penambahan asam/basa dengan perbandingan tertentu. Perbandingan mol
asam/basa yang ditambahkan ke dalam larutan buffer tidak boleh melebihi dari
2/3x mol larutan buffer untuk pH 4, 1/4x mol larutan buffer untuk pH 6, dan 1/9x
mol larutan buffer untuk pH 10. Untuk larutan buffer pH 8, perbandingan mol
asamnya yaitu 1/4x sedangkan perbandingan mol basanya yaitu 1/9x dari mol
larutan buffernya.
Berdasarkan Gambar IV.1 dan IV.2 diperoleh pola perubahan pH yang berbeda
untuk setiap larutan buffer. Penambahan asam ke dalam larutan buffer dihasilkan
kurva menurun landai pada pH 4 dan menurun curam pada pH 6, 8, dan 10.
Penambahan basa ke dalam larutan buffer dihasilkan kurva meningkat curam
untuk pH 4 dan 6 sedangkan meningkat landai untuk pH 8 dan 10. Untuk lebih
memahami penjelasannya, dibuat grafik antara pH terhadap volume asam/basa
seperti tertera dalam Gambar IV.2 berikut ini:
-
26
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00
Volume HCl/NaOH (mL)
pH
HCl 0,1 MNaOH 0,1 M
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00
Volume HCl/NaOH (mL)
pH
HCl 0,1 MNaOH 0,1 M
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00
Volume HCl/NaOH (mL)
pH
HCl 0,1 MNaOH 0,1 M
Gambar IV.2 Pola perubahan pH larutan buffer pH 6, 8, dan 10
a. Buffer pH 8 b. Buffer pH 10 c. Buffer pH 6
b (42:8)
(45:5)
(43:7)
(40:10)
a
c
(40:10)
(38:12)
-
27
IV.2.2 Cara Pengenceran
Larutan buffer yang digunakan berasal dari senyawa sitrat dan fosfat. Senyawa
sitrat menghasilkan pH lebih rendah sedangkan senyawa fosfat pHnya lebih
tinggi. Dengan pengenceran, larutan buffer yang memiliki pH7 cenderung mengalami
penurunan pH. Hal ini bersesuaian dengan penjelasan dalam skala pH.
Untuk pH yang sama, larutan buffer sitrat memerlukan volume asam/basa yang
lebih banyak dibandingkan buffer fosfat. Contohnya yaitu pada buffer pH 5,64
memerlukan 8 mL HCl dan 1 mL NaOH sedangkan pH 6,65 memerlukan 2 mL
dan 1 mL. Makin besar pH larutan buffer maka asam/basa yang ditambahkan
makin sedikit. Untuk lebih jelas hasil uji kemampuan larutan buffer pH 410
dalam mempertahankan pH dapat dilihat dalam Tabel IV.4 berikut ini:
Tabel IV.4 Pengukuran pH larutan buffer setelah pengenceran dan penambahan
HCl/NaOH
pH Larutan Buffer pH Larutan Buffer Setelah Penambahan
HCl 0,0920 M NaOH 0,1107 M
No.
Sebelum Pengenceran
Sebelum Pengenceran
Volume HCl (mL)
pH Volume NaOH (mL)
pH
1. 3,73 3,95 11 2,72 11 4,74 2. 5,64 5,99 8 4,58 1 6,73 3. 6,65 6,76 2 2,00 1 11,19 4. 7,77 7,52 2 5,87 1 8,92 5. 9,10 8,60 1 7,07 1 10,94 6. 10,85 9,50 1 8,98 1 12,54
Pengenceran larutan buffer sampai 100x (1 M menjadi 0,01 M) masih ada dalam
daerah kapasitas buffer dengan mengalami perubahan sekitar 0,10,6 satuan
kecuali pada pH 10,85 berubah sebesar 1,3 satuan. Dengan demikian faktor
pengenceran tidak mengubah pH larutan buffer (masih ada dalam daerah kapasitas
buffer). Hal tersebut disebabkan komponenkomponen yang ada dalam akuades
dapat bereaksi dengan komponen asam dan basa dari larutan buffer.