bab ii tinjauan pustaka intravena /...

33
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Perawat Tentang Pemasangan Terapi Intravena / Infus Perawat profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya (Depkes RI, 2002). Menurut PerMenKes No HK.02.02/Menkes/148/1/2010, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut PP No. 32 th 1996 tentang tenaga kesehatan, perawat adalah seseorang yang telah lulus dan mendapatkan ijazah dari pendidikan kesehatan yang diakui pemerintah. Definisi perawat menurut ICN (international council of nursing) tahun 1965, perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit. Dari beberapa pengertian diatas pendidikan dan tingkat pengetahuan sangat penting untuk mencetak perawat

Upload: vuongthien

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan Perawat Tentang Pemasangan Terapi

Intravena / Infus

Perawat profesional adalah perawat yang bertanggung

jawab dan berwewenang memberikan pelayanan keperawatan

secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya (Depkes RI,

2002). Menurut PerMenKes No HK.02.02/Menkes/148/1/2010,

perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat

baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Menurut PP No. 32 th 1996 tentang

tenaga kesehatan, perawat adalah seseorang yang telah lulus

dan mendapatkan ijazah dari pendidikan kesehatan yang diakui

pemerintah. Definisi perawat menurut ICN (international council

of nursing) tahun 1965, perawat adalah seseorang yang telah

menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat

serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan

pelayanan keperawatan yan bertanggung jawab untuk

meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan

penderita sakit. Dari beberapa pengertian diatas pendidikan dan

tingkat pengetahuan sangat penting untuk mencetak perawat

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

11

yang profesional. Tingkat pengetahuan yang tinggi diperlukan

untuk profesi keperawatan untuk dapat memberikan pelayanan

keperawatan secara mandiri dengan baik dan dapat mampu

berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain.

Pengetahuan didapat dari proses pembelajaran baik secara

formal maupun informal. Pembelajaran formal seperti Program

Diploma 3 Keperawatan, Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

(PSIK), S2, maupun S3. Pembelajaran informal didapat dari

pendidikan informal, seperti pembelajaran klinik, pelatihan

khusus, seminar dan di dalam dunia kerja itu sendiri. Melalui

pembelajaran tersebut baik formal maupun informal perawat

seharusnya mempunyai dasar yang kuat dari segi pengetahuan

sehingga dapat mampu bekerja berdampingan dan sepadan

dengan tenaga kesehatan lainnya. Dengan pengetahuan yang

didapat tersebut perawat dituntut untuk dapat melakukan segala

bentuk tindakan keperawatan berdasar pada pengetahuan yang

didapatkan, termasuk dalam tindakan tindakan invasif seperti

pemasangan terapi intravena. Dalam pemasangan terapi

intravena perawat dituntut tidak hanya terampil, tetapi juga

harus mampu mengetahui, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dari setiap tahap-

tahap tindakan terapi intravena.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

12

Menurut Notoatmodjo (2003), yang dimaksud dengan

pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh

individu dimana pengetahuan ini akan menimbulkan suatu atau

pemahaman terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, raba, dan rasa. Sebagian besar domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Bloom dalam Hurlock (1999), menyatakan bahwa

pengetahuan yang tercakup dalam kognitif mempunyai enam

aspek, yaitu :

a. Tahu (know) ialah mengingat suatu materi yang yang telah

dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehension) ialah sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterprretasikan materi

secara benar

c. Aplikasi (aplication) ialah mampu menggunakan rumus-

rumus, metode, dan lain sebaginya dalam situasi yang lain.

d. Analisis (analysis) suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,

tetati masih didalam suatu struktur organisasi sikap tersebut

dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

13

e. Sintesis (syntesis) ialah menunjukkan kepada suatu

kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru

f. Evaluasi (evaluation) ialah berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, pengetahuan

perawat tentang terapi intravena dapat dijabarkan dari

bagaimana seorang perawat mengetahui, memahami,

mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi dari setiap

tahap-tahap tindakan terapi intravena. Dapat dijabarkan sebagai

berikut :

2.1.1. Mengetahui.

Perawat dituntut untuk dapat mengingat materi baik

berupa urutan prosedur, persiapan alat, jenis komplikasi,

dan lain-lain tentang terapi intravena yang yang telah

dipelajari sebelumnya di dalam proses pendidikan formal

maupun informal yang telah ditempuh.

2.1.2. Memahami

Perawat harus mampu untuk menjelaskan secara

benar tentang tentang tujuan pemberian terapi intravena,

memahami tipe dari cairan yang akan digunakan,

memahami pemilihan akses dan cara pemberian terapi

intravena, dan memahami perawatan terapi intravena,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

14

sehingga dapat menginterprretasikan materi secara

benar. Dapat dijabarkan sebagai berikut:

2.1.2.1. Memahami tujuan terapi intravena

Memahami tujuan pemberian terapi intravena:

1. Untuk menyediakan air, elektrolit, dan nutrient untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Untuk menggantikan air dan memperbaiki

kekurangan elektrolit.

3. Untuk menyediakan suatu medium untuk pemberian

obat secara intravena (Smeltzer, 2002).

2.1.2.2. Memahami tipe dari cairan

Dalam Perry & Potter (2005), Cairan intravena dibagi

dalam beberapa kategori seperti cairan isotonik,

hipotonik, dan hipertonik. Larutan elektrolit dianggap

isotonik jika kandungan elektrolit totalnya (anion

ditambah kation) kira-kira 310 mEq/L. Larutan elektrolit

dianggap hipotonik jika kandungan elektrolit totalnya

kurang dari 250 mEq/L. Larutan elektrolit dianggap hi

pertonik jika kandungan elektrolit totalnya melebihi 375

mEq/L. Perawat juga harus mempertimbangkan

osmolalitas suatu larutan, tetap mengingat bahwa

osmolalitas plasma adalah kira-kira 300 mOsm/L (SI :

300 mmol/L).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

15

1. Cairan isotonik

Cairan yang diklasifikasikan isotonik mempunyai

osmolalitas total yang mendekati cairan ekstraseluler

dan tidak menyebabkan sel darah merah mengkerut

atau membengkak. Komposisi dari cairan isotonik

meningkatkan volume cairan ekstraseluler. Satu liter

cairan isotonik meningkatkan cairan ekstraseluler

sebesar 1 liter. Meskipun demikian cairan ini

meningkatkan plasma hanya sebesar ¼ liter karena

cairan isotonic merupakan cairan kristaloid dan

berdifusi dengan cepat kedalam kompartemen cairan

ekstraseluler. Untuk alas an yang sama, 3 liter cairan

isotonik dibutuhkan untuk menggantikan 1 liter darah

yang hilang (Smeltzer, 2002).

Larutan dekstrosa 5% dalam air mempunyai

osmolalitas serum sebesar 252 mOsm/L. Sekali

diberikan, glukosa dapat langsung cepat

dimetabolisme dan larutan yang pada awalnya

merupakan isotonis kemudian berubah menjadi

cairan hipotonis, sepertiga ekstraseluler, dan 2/3

intraseluler. Karena itu, dekstrosa 5% dalam air

terutama dipergunakan untuk mensuplai air dan

untuk memperbaiki osmolalitas serum yang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

16

meningkat. Satu liter dekstrosa 5% dalam air

memberikan kurang dari 200 kkal dan merupakan

sumber kecil kalori untuk kebutuhan sehari-hari

tubuh (Smeltzer, 2002).

Normal saline (0,9 % Natrium klorida)

mempunyai osmolalitas total sebesar 308 mOsm/L.

Karena osmolalitasnya secara keseluruhan ditunjang

oleh elektrolit, larutan ini tetap dalam kompartemen

ekstraseluler. Untuk alasan ini, normal salin sering

digunakan untuk mengatasi kekurangan volume

ekstraseluler. Meskipun disebut sebagai “normal”,

cairan normal salin ini hanya mengandung natrium

dan klorida dan tidak merangsang CES secara nyata

(Smeltzer, 2002).

Larutan Ringer mengandung kalium dan kalsium

selain natrium klorida. Larutan Ringer Laktat juga

mengandung prekusor bikarbonat (Smeltzer, 2002).

2. Cairan hipotonik

Salah satu tujuan dari larutan hipotonik adalah

untuk menggantikan cairan seluler, karena larutan ini

bersifat hipotonis dibandingkan dengan plasma.

Tujuan lainnya adalah untuk menyediakan air bebas

untuk ekskresi sampah tubuh. Pada saat tertentu,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

17

larutan natrium hipotonik digunakan untuk mengatasi

hipernatremia dan kondisi hiperosmolar yang lain.

Larutan salin berkekuatan menengah (natrium

klorida 0,45%) sering digunakan. Infus larutan

hipotonik yang berlebihan dapat menyebabkan

terjadinya deplesi cairan intravascular, penurunan

tekanan darah, edema seluler, dan kerusakan sel.

Larutan ini menghasilkan tekanan osmotik yang

kurang dari cairan ekstraseluler (Smeltzer, 2002).

3. Cairan hipertonik

Dekstrosa 5% ditambahkan pada normal salin

atau larutan ringer, osmolalitas totalnya melebihi

osmolalitas ekstraseluler. Meskipun demikian,

dekstrosa dengan cepat dimetabolisme dan hanya

tersisa larutan isotonik. Oleh karena itu, efek

kompartemen intraseluler sifatnya hanya sementara.

Sama halnya dengan cairan dekstrosa yang

ditambahkan larutan elektrolit multiple hipotonik.

Dekstrosa 40% dalam air diberikan untuk membantu

memenuhi kebutuhan kalori. Larutan ini sangat

hipertonis dan harus diberikan pada vena sentral

(Smeltzer, 2002).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

18

Larutan salin juga tersedia dalam konsentrasi

osmolar yang lebih tinggi dari ekstraseluler. Larutan

ini menarik cairan dari intraseluler ke ekstraseluler

dan menyebabkan sel-sel mengkerut. Jika diberikan

dengan cepat atau dalam jumlah yang besar, dapat

menyebabkan kelebihan volume ekstraseluler,

kelebihan cairan sirkulatori dan dehidrasi. Larutan

hipertonik menghasilkan tekanan osmotik lebih tinggi

dari cairan ekstraseluler (Smeltzer, 2002).

2.1.2.3. Memahami pemilihan akses dan cara

pemberian terapi intravena

1. Akses pemberian terapi intra vena

Banyak tempat yang dapat digunakan untuk

terapi intravena. Vena di daerah ekstermitas dipilih

sebagai lokasi perifer dan pada mulanya merupakan

tempat satu-satunya yang digunakan oleh perawat.

Terdapat beberapa jalur penusukan yang biasa

dilakukan oleh perawat yaitu : lengan, punggung

tangan dan punggung kaki. Penggunaan vena

didaerah kaki biasanya digunakan pada pasien anak-

anak, tetapi pada orang dewasa juga dapat

digunakan pada kasus-kasus tertentu seperti resiko

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

19

tromboemboli. Vena-vena yang biasanya dihindari

adalah vena dibawah infiltrasi vena sebelumnya atau

dibawah area flebitis, vena yang sklerotik atau

bertrombus, lengan dengan pirai arteriovena atau

vistula, lengan yang mengalami edema, infeksi,

bekuan darah, atau kerusakan kulit, lengan yang

mengalami mastektomi.

Idealnya, kedua lengan dan tangan harus di

inspeksi dengan cermat sebelum melakukan pungsi

vena. Lokasi di pilih dimana tidak menggangu

mobilisasi fisik. Lokasi yang dipilih adalah yang

paling distal dari lengan dan tangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

tempat penusukan vena :

1. Kondisi vena

2. Jenis cairan atau obat yang akan diberikan

3. Lama terapi

4. Usia pasien

5. Riwayat kesehatan dan status kesehatan pasien

sekarang

6. Ketrampilan tenaga kesehatan (Smeltzer, 2002).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

20

Vena-vena yang dapat dijadikan sebagai tempat

penusukan :

1. Jalur akses Peripherally Inserted Central

Catheter (PICC or PIC line) dan Midline Catheter

(MLC)

Adalah terapi yang menggunakan kateter

sentral yang terpasang secara perifer (PICC)

atau katerer midline (MLC). PICC digunakan

pada pasien yang membutuhkan rawat jalan

dalam jangka waktu menengah sampai jangka

panjang. Tempat pemasangan PICC pada vena

fosa antekubital, diatas atau dibawah vena

basilica, sefalika, atau aksilaris. Vena basilica

merupakan vena yang lazim digunakan.

Sedangkan MLC digunakan pada pasien yang

tidak mempunyai akses perifer tetapi

membutuhkan antibiotika IV, darah dan nutrisi

parenteral. Tampat pemasangan MLC dilakukan

selebar 2-3 jari diatas fosa antekubital atau

selebar 1 jari dibawah fosa antekubital kedalam

vena sefalika, basilica atau kubital mediana.

2. Lengan : basilic vein (vena basilika), cephalic

vein (vena sefalika), median cubital vein (vena

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

21

kubital mediana), median vein of fore arm (vena

antebrakialis mediana), radial vein (vena

radialis), vena sefalika asesorius,

3. Punggung tangan : superficial dorsal veins (vena

metakarpal), dorsal vein arch (vena dorsalis),

vena digitalis

4. Punggung kaki : great saphenous vein, dorsal

plexus, dorsal arch (Perry & Potter, 2005).

2. Cara pemberian terapi intravena / Pungsi Vena

Kemampuan untuk memilih vena yang akan

digunakan untuk memberikan cairan dan obat

merupakan ketrampilan keperawatan yang

diharapkan. Termasuk dalam memilih tempat pungsi

yang sesuai dan jenis kanula, dan mahir/terampil

dalam teknik penusukan vena.

Vena harus dikaji dengan palpasi dan inspeksi.

Vena harus teraba kuat, elastic, besar, bulat, tidak

keras, datar, dan tidak bergelombang. Pedoman

umum untuk memilih kanul sebagai berikut :

a. Panjang kanul 1,8 cm – 3 cm

b. Kateter dengan diameter yang kecil untuk

memenuhi ruang minimal dalam vena

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

22

c. Ukuran 20-22 untuk kebanyakan cairan IV,

ukuran yang lebih besar digunakan pada larutan

yang mengiritasi atau kental. Ukuran 18 biasanya

digunakan untuk transfusi darah (Smeltzer,

2002). Ukuran kateter nomor 16 biasanya

digunakan untuk bedah mayor atau trauma,

ukuran kateter nomor 18 untuk produk darah,

ukuran kateter nomor 20-22 biasanya digunakan

pada kebanyakan pasien namun ukuran kateter

nomor 22 terutama digunakan pada anak-anak

dan orang tua, dan ukuran kateter nomor 24

biasanya digunakan pada pasien pediatrik dan

neonatus (Rocca, 1998).

2.1.2.4. Memahami Perawatan terapi intravena.

Mempertahankan terapi intravena yang sudah

terpasang merupakan tanggung jawab keperawatan

yang menuntut pengetahuan tentang larutan yang

sedang diberikan dan prinsip-prinsip aliran. Selain itu,

pasien harus dikaji dengan teliti dari komplikasi local

maupun sistemik (Smeltzer, 2002). Perawat setelah

selesai memasang harus selalu mengontrol dan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

23

merawat infus yang sudah terpasang. Yang harus

diperhatikan oleh perawat adalah :

1. Mengganti cairan jika sudah habis

2. Mendampingi aktivitas pasien agar tidak terganggu

dengan pemasangan infus (Perry & Potter, 2005).

3. Menjaga agar tetap steril

Penggunaan cairan antiseptik yang benar dibutuhkan

agar tetap menjaga terapi intravena/infus yang

terpasang maupun saat memasang infus tetap dalam

keadaan steril.

a. Cairan Anti septik

Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah

dan mengobati infeksi pada luka. Sediaan antiseptik

dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka

iris, luka lecet dan luka bakar ringan. Penerapan

antiseptik pada luka mungkin perlu diikuti tindakan

lain seperti pembersihan dan penutupan luka dengan

pembalut agar tetap bersih dan terjaga.

b. Jenis-jenis antiseptik

Ada banyak sekali agen kimia yang dapat

digunakan sebagai antiseptik. Beberapa antiseptik

yang umum digunakan adalah etakridin laktat

(rivanol), alkohol, yodium, dan hidrogen peroksida.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

24

Sebagian besar produk antiseptik di pasar

mengandung satu atau lebih campuran zat tersebut.

1. Etakridin laktat (rivanol)

Etakridin laktat adalah senyawa organik

berkristal kuning orange yang berbau

menyengat. Penggunaannya sebagai

antiseptik dalam larutan 0,1% lebih dikenal

dengan merk dagang rivanol. Tindakan

bakteriostatik rivanol dilakukan dengan

mengganggu proses vital pada asam nukleat sel

mikroba. Efektivitas rivanol cenderung lebih kuat

pada bakteri gram positif daripada gram negatif.

Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis

lain, rivanol memiliki keunggulan tidak mengiritasi

jaringan, sehingga banyak digunakan untuk

mengompres luka, bisul, atau borok bernanah.

2. Alkohol

Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol

membunuh kuman dengan cara menggumpalkan

protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri,

jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh

alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur

yodium) sangat umum digunakan untuk

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

25

mensterilkan kulit sebelum dan sesudah

pemberian suntikan dan tindakan medis lain.

Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka

terbuka karena menimbulkan rasa terbakar.

Jenis alkohol yang digunakan sebagai

antiseptik adalah etanol (60-90%), propanol (60-

70%) dan isopropanol (70-80%) atau campuran

dari ketiganya. Metil alkohol (metanol) tidak boleh

digunakan sebagai antiseptik karena dalam

kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan

saraf dan masalah penglihatan.

3. Yodium

Yodium atau iodine biasanya digunakan

dalam larutan beralkohol (disebut yodium tinktur)

untuk sterilisasi kulit sebelum dan sesudah

tindakan medis. Larutan ini tidak lagi

direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka

ringan karena mendorong pembentukan jaringan

parut dan menambah waktu penyembuhan.

Generasi baru yang disebut iodine

povidone (iodophore), sebuah polimer larut air

yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh

lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

26

penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit

yodium aktif yang dapat menciptakan efek

berkelanjutan.

Keuntungan antiseptik berbasis yodium

adalah cakupan luas aktivitas antimikrobanya.

Yodium membunuh semua patogen utama

berikut spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh

disinfektan dan antiseptik lain. Beberapa orang

alergi terhadap yodium. Tanda alergi

yodium adalah ruam kulit kemerahan, panas,

bengkak dan terasa gatal.

4. Hidrogen peroksida

Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan

untuk membersihkan luka dan borok. Larutan 3%

lebih umum digunakan untuk pertolongan

pertama luka gores atau iris ringan di rumah.

Hidrogen peroksida sangat efektif memberantas

jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan

oksigen. Namun, oksidasi kuat yang

ditimbulkannya merangsang pembentukan parut

dan menambah waktu penyembuhan. (Majalah

kesehatan.com, 2011).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

27

2.1.3. Mengaplikasi

Perawat diharap mampu untuk memahami dan

mengaplikasi Standar Operasional Prosedur Tindakan

Terapi Intravena sesuai dengan standard yang berlaku

di rumah sakit.

Ketampilan perawat dalam pemasangan terapi dapat

diukur dari bagaimana perawat tersebut melakukan

pemasangan infus sesuai dengan SOP yang berlaku.

Ketampilan tersebut meliputi ketrampilan dalam tahap

pre interaksi, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap

terminasi. Kemampuan untuk memilih vena yang akan

digunakan untuk memberikan cairan dan obat

merupakan ketrampilan keperawatan yang diharapkan.

Termasuk dalam memilih tempat pungsi yang sesuai

dan jenis kanula, dan mahir/terampil dalam teknik

penusukan vena.

1. Pengertian Terapi Intravena

Terapi intra vena adalah terapi yang bertujuan

untuk mensuplai cairan ketika pasien tidak mampu

mendapatkan cairan lewat mulut, untuk menyediakan

kebutuhan garam untuk menjaga keseimbangan

cairan, untuk menyediakan kebutuhan gula

(glukosa/dekstrosa) sebagai bahan bakar untuk

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

28

metabolisme, dan untuk menyediakan beberapa

jenis vitamin yang mudah larut melalui intravena

(Kozier, 1983).

2. Tujuan Terapi

Pemberian obat melalui terapi intravena memiliki

keuntungan dimana dalam situasi darurat ketika

obat-obat yang dapat bekerja cepat bias diberikan

melalui intravena. Sehingga efektifitas kerja obat bisa

langsung ke tujuan pengobatan (Perry & Potter,

2005). Sedangkan menurut Smeltzer 2002, tujuan

terapi intravena adalah untuk menyediakan air,

elektrolit, dan nutrient untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari, untuk menggantikan air dan memperbaiki

kekurangan elektrolit, dan untuk menyediakan suatu

medium untuk pemberian obat secara intravena.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terapi

Intravena

Faktor-faktor yang mempengaruhi termasuk jenis

larutan yang akan diberikan, lamanya terapi

intravena yang diharapkan, keadaan umum pasien.

Pertimbangan memilih tempat penusukan vena

sebaiknya melihat kondisi vena, jenis cairan atau

obat yang digunakan, lama terapi, usia/ukuran

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

29

pasien, riwayat kesehatan/status kesehatan pasien

sekarang, dan ketrampilan dan pengetahuan tenaga

kesehatan (smeltzer, 2002).

4. Tahap-Tahap Terapi Intravena

Tahap-tahap terapi intravena yang digunakan

diambil dari buku Fundamental Of Nursing Potter and

Perry dan mengambil SOP dari Rumah Sakit Citarum

Semarang, yang nanti akan menjadi bahan

perbandingan tentang prosedur terapi intravena.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

30

2.1.4. Memahami, mengevaluasi, menganalisis dan

mengidentifikasi komplikasi terapi intravena

Terapi intravena menimbulkan kecenderungan

menimbulkan berbagai bahaya seperti trombosis dan

emboli kateter. Selain itu juga dapat menyebabkan

komplikasi lokal maupun sistemik. Komplikasi sistemik

seperti kelebihan beban cairan, emboli udara,

septicemia, infeksi, lebih jarang terjadi tetapi seringkali

lebih serius dibanding komplikasi lokal seperti infiltrasi,

flebitis, tromboflebitis, dan hematoma.

1. Komplikasi terapi intravena

Komplikasi menurut smeltzer (2002) adalah :

A. Komplikasi lokal

Komplikasi lokal yang mungkin terjadi adalah:

a. Infeksi lokal

Infeksi lokal yang berhubungan dengan

terapi intravena dikarenakan terjadinya

kontaminasi pada saat persiapan,

pemasangan, pemberian obat intravena,

penggantian balutan, atau penggantian cairan

infus. Tanda dan gejala meliputi nyeri,

sumbatan aliran darah, bengkak, merah,

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

31

pengerasan dan panas pada tempat

penusukan.

b. Hematoma

Hematoma adalah darah yang

mengumpul dalam jaringan atau dibawah kulit

yang biasanya diakibatkan oleh pecahnya

pembuluh darah pada tempat penusukan

terapi intravena. Ditandai dengan perubahan

warna kulit, bengkak, dan nyeri.

c. Infiltrasi

Infiltrasi adalah masuknya cairan kedalam

jaringan sekitar (bukan pembuluh vena) yang

biasanya terjadi karena jarum melewati

pembuluh vena. Ditandai dengan edema,

ketidaknyamanan, dan rasa dingin didaerah

infiltrasi, tidak terdapat aliran darah dan

penurunan kecepatan aliran yang signifikan.

Jika larutan bersifat iritatif maka dapat

menyebabkan kerusakan jaringan. Tindakan

perawatannya dengan menghentikan terapi

dan mengganti jalur penusukan, kompres

dengan air hangat, dan meninggikan

ekstermitas agar cepat diserap oleh tubuh.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

32

d. Flebitis

Flebitis adalah suatu reaksi lokal yang

berupa peradangan pada pembuluh darah

vena di tunika intima yang ditandai dengan

panas, nyeri, bengkak, dan kemerahan

(Rubor, Dolor, Kalor, Tumor, Fungsi laesa)

dengan atau tanpa pus pada daerah

penusukan yang timbul 3 x 24 jam atau

kurang dari waktu tersebut bila infus masih

terpasang (Depkes RI, 2001).

e. Tromboflebitis

Tromboflebitis adalah adanya

peradangan pada pembuluh darah dan

adanya bekuan darah. Biasanya merupakan

gejala sisa dari kejadian flebitis. Ditandai

dengan nyeri yang terlokalisasi, kemerahan,

rasa hangat, bengkak, aliran melambat,

sianosis pada ekstermitas, imobilisasi

ekstermitas karena bengkak, demam,

malaise, dan lekositosis. Tindakan perawatan

dengan menghentikan terapi intravena,

memberikan kompres hangat, meninggikan

ekstermitas, mengganti jalur penusukan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

33

f. Bekuan pada jarum

Bekuan ini desebabkan karena selang IV

yang tertekuk, kecepatan aliran yang terlalu

lambat, kantong IV yang kosong/habis, atau

tidak memberikan aliran setelah pemberian

obat atau larutan intermiten. Tanda dan

gejalanya adalah penurunan kecepatan aliran

dan darah kembali ke selang IV.

Jika terjadi bekuan, jalur IV harus

dihentikan, perawat harus segera mengganti

infus yang lama dengan yang baru. Perawat

tidak boleh mengirigasi atau melakukan

pemijatan pada selang, tidak mengembalikan

aliran dengan meningkatkan kecepatan atau

menggantungkan cairan lebih tinggi, dan

tidak boleh melakukan aspirasi bekuan dari

kanul.

g. Ekstravasasi

Ekstravasasi adalah keluarnya cairan dari

pembuluh darah vena ke jaringan sekitar.

Ditandai dengan nyeri, rasa terbakar, kaku,

teraba dingin, aliran melambat / terhenti, dan

merembes/balutan basah.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

34

h. Trombosis

Thrombosis adalah adanya trauma pada

sel endothelial dinding vena yang

menyebabkan menempelnya fibrin dan sel

darah merah pada dinding tersebut yang

menyebabkan penyumbatan aliran darah

(smeltzer, 2002).

B. Komplikasi sistemik

a. Kelebihan beban cairan

Menyebabkan peningkatan tekanan darah

dan tekanan vena sentral, dipsnea berat, dan

sianosis. Tanda dan gejala tambahan

termasuk batuk dan kelopak mata yang

membengkak, berat badan meningkat, sakit

kepala. Penyebabnya kemungkinan karena

infus yang terlalu cepat, penyakit jantung,

hati, dan ginjal.

b. Emboli

Emboli adalah penyumbatan secara tiba-

tiba dari pembuluh darah vena oleh benda

asing seperti bekuan darah, maupun udara

ke aliran darah. Dapat ditandai dengan

dipsnea, sianosis, hipotensi, nadi lemah

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

35

cepat, hilangnya kesadaran, nyeri dada,

bahu, dan punggung bawah

c. Pulmonary edema

Dapat terjadi karena kelebihan cairan

yang diakibatkan oleh terlalu cepatnya cairan

infus yang menyebabkan tekanan ke vena

sentral meningkat dan menyebabkan edema

paru.

d. Septisemia

Septisemia adalah infeksi sistemik yang

disebabkan oleh adanya mikroorganisme

yang masuk kedalam tubuh. Ditandai dengan

kenaikan suhu tubuh mendadak, sakit

punggung, sakit kepala, peningkatan nadi

(takikardi), peningkatan frekuensi nafas,

mual, muntah, diare, demam, menggigil,

tremor, malaise umum, kolaps vascular (jika

parah), hipotensi.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

36

2.2. Infeksi Flebitis

2.2.1. Infeksi Nosokomial

Infeksi Flebitis merupakan satu dari infeksi

nosokomial. Menurut Bennet & Brachman (dalam Gould

D & Brooker C, 2003), infeksi yang di dapat di rumah

sakit (infeksi nosokomial) adalah infeksi yang tidak ada

atau berinkubasi pada saat masuk rumah sakit. Dengan

kata lain, Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang

terjadi di rumah sakit atau infeksi oleh kuman yang

didapat selama berada di rumah sakit. Infeksi

nosokomial tidak saja menyangkut penderita tetapi juga

yang kontak dengan rumah sakit termasuk staf rumah

sakit, sukarelawan, pengunjung dan pengantar.

Suatu Infeksi dikatakan di dapat rumah sakit apabila:

1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit

tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi

tersebut.

2. Pada waktu penderita dirawat di rumah sakit tidak

sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.

3. Tanda-tanda klinik tersesut baru timbul sekurang-

kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak dimulainya

perawatan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

37

4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi

sebelumnya.

5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah terdapat

tanda-tanda infeksi dan dapat dibuktikan infeksi

tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah

sakit yang sama pada waktu lalu, serta belum pernah

dilaporkan sebagai infeksi nosokomial. (Parhusip,

2005)

2.2.2. Flebitis

2.2.2.1. Pengertian flebitis

Flebitis adalah suatu reaksi lokal yang berupa

peradangan pada pembuluh darah vena di tunika

intima yang ditandai dengan panas, nyeri,

bengkak, dan kemerahan (Rubor, Dolor, Kalor,

Tumor, Fungsi laesa) dengan atau tanpa pus

pada daerah penusukan yang timbul 3 x 24 jam

atau kurang dari waktu tersebut bila infus masih

terpasang (Depkes RI, 2001).

Flebitis di definisikan sebagai inflamasi vena

yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun

mekanik. Hal ini dikarakteristikan dengan adanya

daerah yang memerah dan hangat di sekitar

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

38

daerah penusukan atau sepanjang vena, nyeri

atau rasa lunak di daerah penusukan atau

sepanjang vena, dan pembengkakan. Insiden

flebitis meningkat sesuai dengan lamanya

pemasangan jalur intravena, komposisi cairan,

atau obat yang diinfuskan (terutama pH dan

tonisitas), ukuran dan tempat kanula

dimasukkan, pemasangan jalur IV yang tidak

sesuai, dan masuknya mikroorganisme pada

saat penusukan.

Flebitis dapat dicegah dengan menggunakan

teknik aseptik selama pemasangan,

menggunakan ukuran kateter dan jarum yang

sesuai untuk vena, mempertimbangkan

komposisi cairan dan medikasi ketika memilih

daerah penusukan, mengobservasi tempat

penusukan akan adanya komplikasi apapun

setiap jam, dan menempatkan kateter atau jarum

dengan baik (Smeltzer, 2002).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

39

2.2.2.2. Penyebab Flebitis

a. Flebitis Kimia

1. pH dan osmolaritas cairan

pH dan osmolaritas cairan infus yang

ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi.

pH larutan dekstrosa berkisar antara 3 –

5, di mana keasaman diperlukan untuk

mencegah karamelisasi dekstrosa selama

proses sterilisasi autoklaf, jadi larutan

yang mengandung glukosa, asam amino

dan lipid yang digunakan dalam nutrisi

parenteral bersifat lebih flebitogenik

dibandingkan normal saline. Obat suntik

yang bisa menyebabkan peradangan

vena yang hebat, antara lain kalium

klorida, vancomycin, amphotrecin B,

cephalosporins, diazepam, midazolam

dan banyak obat khemoterapi. Larutan

infus dengan osmolaritas > 900 mOsm/L

harus diberikan melalui vena sentral.

2. Obat-obatan

Mikropartikel yang terbentuk bila

partikel obat tidak larut sempurna selama

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

40

pencampuran juga merupakan faktor

kontribusi terhadap flebitis.

3. Kateter yang terbuat dari silikon dan

poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding

politetrafluoroetilen (teflon) karena

permukaan lebih halus, lebih

thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi

untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat

dari polivinil klorida atau polietilen.

b. Flebitis Mekanis

Flebitis mekanis dikaitkan dengan

penempatan kanula. Kanula yang

dimasukkan ada daerah lekukan sering

menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula

harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan

difiksasi dengan baik (Smeltzer, 2002).

c. Flebitis Bakterial

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap

flebitis bakteri meliputi :

1. Teknik pencucian tangan yang buruk.

2. Kegagalan memeriksa peralatan yang

rusak atau tidak steril.

3. Teknik aseptik tidak baik

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

41

4. Teknik pemasangan kanula yang buruk

5. Kanula dipasang terlalu lama

6. Tempat suntik jarang diinspeksi visual

(Smeltzer, 2002).

2.2.2.3. Tanda dan Gejala Flebitis

Tanda dan gejala flebitis adalah :

a. Rubor (Kemerah-merahan)

Kulit kemerahan timbul dengan cepat di

atas vena.

b. Dolor (Nyeri)

Nyeri yang terlokalisasi.

c. Kalor (Panas)

panas tubuh cukup tinggi, pada saat

diraba terasa hangat

d. Tumor (Bengkak)

Pembengkakan / oedema dengan kulit

pucat, panas, dan keras.

e. Fungsi laesa (Perubahan fungsi).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Intravena / Infusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/626/3/T1_462007003_BAB II.… · Berdasarkan beberapa pengertian diatas, ... dan memahami perawatan

42

2.3. Kerangka Konseptual

Bagan 1.1 Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Ha: Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

perawat tentang pemasangan terapi intravena dengan angka

kejadian flebitis.

H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

perawat tentang pemasangan terapi intravena dengan angka

kejadian flebitis.

Pemberian Terapi Intravena

Pengetahuan Perawat

Terjadi flebitis

Tidak terjadi flebitis