bab iv hasil dan pembahasan -...

14
26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Komunitas Lesbi UKSW Identitas diri atau konsep diri seseorang diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain, konsep diri tersebut akan sangat berbeda dengan seseorang yang secara orientaasi seksual dianggap menyimpang dan ditolak oleh masyarakat. Komunitas lesbi yang ada di UKSW dapat dikatakan sebagai bagian dari proses penerimaan diri seorang lesbian dan proses eksistensi diri. Dengan adanya komunitas, lesbian secara personal juga akan belajar tentang keberadaan diri yang berbeda dari sisi orientasi seksual di tengah-tengah masyarakat maupun mahasiswa di lingkungan kampus. Komunitas lesbian yang berada di UKSW berdiri pada tahun 2006, komunitas ini awalnya merupakan tempat kumpul untuk saling berbagi berbagai persoalan. Sebagai suatu komunitas, komunitas lesbian sering melakukan berbagai acara dan kegiatan, salah satu kegitan yang pernah dilakukan adalah kegiatan usaha angkringan yang berada di area sekitar kampus yang dikelola secara langsung oleh anggota komunitas. Komunitas lesbian bersifat sangat tertutup dan rahasia karena komunitas lesbi mahasiswa UKSW tidak ingin identitas anggota komunitas sebagai seorang lesbian diketahui oleh masyarakat umum. Saat ini terdapat 40 hingga 50 anggota mahasiswi yang tergabung dalam komunitas lesbian di UKSW.

Upload: tranthu

Post on 26-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Komunitas Lesbi UKSW

Identitas diri atau konsep diri seseorang diperoleh melalui interaksinya

dengan orang lain, konsep diri tersebut akan sangat berbeda dengan seseorang yang

secara orientaasi seksual dianggap menyimpang dan ditolak oleh masyarakat.

Komunitas lesbi yang ada di UKSW dapat dikatakan sebagai bagian dari proses

penerimaan diri seorang lesbian dan proses eksistensi diri. Dengan adanya

komunitas, lesbian secara personal juga akan belajar tentang keberadaan diri yang

berbeda dari sisi orientasi seksual di tengah-tengah masyarakat maupun mahasiswa

di lingkungan kampus. Komunitas lesbian yang berada di UKSW berdiri pada tahun

2006, komunitas ini awalnya merupakan tempat kumpul untuk saling berbagi

berbagai persoalan. Sebagai suatu komunitas, komunitas lesbian sering melakukan

berbagai acara dan kegiatan, salah satu kegitan yang pernah dilakukan adalah

kegiatan usaha angkringan yang berada di area sekitar kampus yang dikelola secara

langsung oleh anggota komunitas. Komunitas lesbian bersifat sangat tertutup dan

rahasia karena komunitas lesbi mahasiswa UKSW tidak ingin identitas anggota

komunitas sebagai seorang lesbian diketahui oleh masyarakat umum. Saat ini

terdapat 40 hingga 50 anggota mahasiswi yang tergabung dalam komunitas lesbian

di UKSW.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

27

4.2. Profil Informan

Tabel 4.1

Profil Lesbian di UKSW

Inisial Usia Fakultas

A 28 Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi

C 21 Teknik Elektro

E 22 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

L 23 Sains Dan Matematika

R 24 Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi

K 27 Fakultas Hukum

Z 26 Fakultas Hukum

Sumber : Data Primer, 2016

Tabel 4.1 merupakan profil Informan yang terdiri dari 7 (tujuh) orang

Informan dan berasal dari 5 (lima) fakultas berbeda. Dari ketujuh Informan di atas

peneliti akan melakukan wawancara tentang bagaimana cara komunikasi anggota

lesbian yang berada di UKSW serta simbol-simbol apa yang digunakan dalam

melakukan komunikasi.

4.3. Komunikasi Komunitas Lesbi Salatiga

Aktifitas komunikasi kominitas lesbian yang berada di UKSW saat ini dapat

dikatakan telah mengalami perubahan, dimana komunikasi pada saat ini dilakukan

dengan menggunakan media sosial seperti facebook dan juga aplikasi mobile seperti

blackberry messenger, line, whatsApp dan berbagai aplikasi mobile lainnya. Selain

dari pada menggunakan aplikasi komunikasi pada umumnya, setiap anggota lesbi

juga menggunakan aplikasi komunikasi khusus yang diperuntukan untuk lesbian.

Wawancara A:

As merupakan salah satu mahasiswa UKSW yang menimbah ilmu di

Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi dan merupakan informan yang

bersedia untuk diwawancarai dalam penelitian yang lakukan. Guna

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

28

mengetahui tentang komunikasi As sebagai anggota lesbian yang berada di

UKSW peneliti memaparkan hasil wawancara sebagai berikut.

“…Komunikasi lebih banyak ketemu langsung kalo gak lewat handphone,

nah biasanya sich buat group di line, di WA (WhatsApp) juga iya ”

(Wawancara As, 17 Feb 2016)

Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa dalam

berkomunikasi antara As dengan sesama anggota komunitas lesbi, As lebih

senang dengan tatap muka langsung selain dari pada menggunakan

komunikasi group pada beberapa aplikasi di telepon selular.

Wawancara C :

Informan lain yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah C, kutipan

wawancara antara peneliti dengan C tentang Komunikasi antara sesama

anggota lesbi adalah sebagai berikut.

“…Komunikasi bisa lewat aplikasi bbm (blackberry messenger), WA

(WhatsApp), trus ada Brenda yang sekarang udah di upgrade jadi WAPA..”

(Wawancara C, 17 Feb 2016)

Hasil wawancara dengan C diketahui bahwa, C lebih menggunakan aplikasi

yang ada pada handphone. Berbeda dengan As, C juga menggunakan

aplikasi Brenda yang kini telah di perbarui dengan nama WAPA sebagai

media komunikasi. Brenda atau WAPA sendiri merupakan aplikasi

komunikasi yang dikhususkan untuk lesbian.

Wawancara E :

Informan berikutnya adalah E, kutipan wawancara antara peneliti dengan E

tentang Komunikasi antara sesama anggota lesbi adalah sebagai berikut.

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

29

“… Banyak sich media yang digunakan WA (WhatsApp), (blackberry

messenger), line juga ada, kemarin ada yang baru juga itu namayanya

Brenda tapi sudah di upgrade menjadi WAPA” (Wawancara E, 17 Feb

2016)

Hasil wawancara dengan E tidak jauh berbeda dengan Informan

sebelumnya, dalam melakukan komunikasi, E lebih sering menggunakan

aplikasi sosial media seperti WA, line dan juga aplikasi WAPA yang di

khususkan buat lesbian.

Wawancara L :

Informan berikutnya adalah L, kutipan wawancara antara peneliti dengan L

tentang Komunikasi antara sesama anggota lesbi adalah sebagai berikut.

“…Kalo komunikasi sich biasanya tatap muka langsung, chating-chating

facebook doang sich..” (Wawancara L, 17 Feb 2016)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas, L dalam berkomunikasi lebih

memilih untuk melakukan komunikasi langsung dan hanya menggunakan

facebook sebagai media komunikasi.

Wawancara R :

Informan berikutnya adalah R, kutipan wawancara antara peneliti dengan R

tentang Komunikasi antara sesama anggota lesbi adalah sebagai berikut.

“Biasanya kalo berkomunikasi kita menggunakan sosial media juga, hanya

saja, kita punya lebih dari satu akun, yang satu untuk dipakai untuk

komunikasi denga orang awan dan satunya untuk kita sesama lesbian…”

(Wawancara R, 17 Feb 2016)

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

30

Berdasarkan kutipan wawancara di atas diketahui bahwa dalam melakukan

komunikasi R juga menggunakan sosial media, akan tetapi berbeda dengan

Informan lainnya, R menggunakan dua akun sosial media. Satu akun untuk

berkomunikasi dengan orang awam dan satunya digunakan untuk

berkomunikasi dengan sesama lesbian. Menurut R, dengan menggunakan

dua akun maka kerahasiaan identitas dirinya sebagia seorang lesbian lebih

aman.

Wawancara K :

Informan berikutnya adalah K, kutipan wawancara antara peneliti dengan K

tentang Komunikasi antara sesama anggota lesbi adalah sebagai berikut.

“Kalo sesama teman yang dekat itu kita pake BBM atau WA, dengan teman-

teman yang dekat itu kita bikin group sendiri, trus aku juga ikut organisasi-

organisasi, jadi kalo aku buat dapat info dari sana itu pasti by email.”

(Wawancara K, 17 Feb 2016)

K merupakan Informan yang juga menggunakan media komunikasi BBM

dan WA dengan membuat group khusus untuk “teman-teman” dekatnya.

Selain menggunakan media BBM dan WA, K juga menggunakan email

untuk komunikasi dengan organisasi-organisasi lesbian lainnya.

Wawancara Z :

Informan selanjutnya adalah Z, kutipan wawancara antara peneliti dengan

Z tentang komunikasi antar sesama anggota lesbi adalah sebagai berikut:

“Kita ada organisasi, nah biasanya untuk informasi tentang kegiatan yang

akan di lakukan itu kita infonya lewat facebook. Kecuali kalo kita sudah

punya kontak personnya ya kita pasti bikin group di BBM dan WA juga.”

(Wawancara Z, 17 Feb 2016)

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

31

Z tidak berbeda dengan beberapa Informan sebelumnya, yang juga

menggunakan BBM dan WA sebagai channel komunikasi pribadi dan

menggunakan facebook untuk informasi kegiatan yang akan di adakan

komunitas atau organisasi.

4.4. Media Komunikasi Khusus Lesbian (WAPA)

WAPA merupakan salah satu aplikasi komunikasi khusus untuk kaum

lesbian yang popular digunakan oleh kaum lesbi yang berada di UKSW Salatiga.

Pengguna aplikasi WAPA diwajibkan untuk memberikah gambara tentang data diri

seperti nama (biasanya nama samaran), foto diri, dan juga karakter lesbian atau

gambaran tentang karakter lesbi yang dicari seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2 Profil Pengguna

Aplikasi WAPA berbeda dengan aplikasi komunikasi lain seperti BBM,

WAPA memberikan informasi lesbian berdasarkan jarak (member nearby).

Halaman tampilan member nearby dapat dilihat pada gambar berikut

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

32

Gambar 3 Members Nearby

Gambar 3 merupakan tampilan member nearby yang berisi tentang daftar

pengguna yang ditampilkan berasama-sama dengan nama, foto profil beserta jarak

antara member dan pengguna. Pengguna dapat melihat profil lengkap dari setiap

member dengan memilih foto dalam member list seperti pada gambar di atas.

Gambar 4 Profil Member Nearby

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

33

Gambar 4 merupakan profil pengguna yang dipilih dari member nearby.

Pada gambar terlihat nama, foto profil dan juga jarak. Terdapat juga informasi

tambahan tentang informasi “searching for”, yang pada gambar terlihat pengguna

menggunakan kata ‘F2F’.

4.5. Simbol Non Verbal dan verbal

Penggunaan simbol dalam komunitas lesbian merupakan salah satu strategi

komunikasi yang digunakan kaum lesbi. Fungsi bahasa atau simbol yang digunakan

adalah untuk menggerakan tanggapan yang sama dipihak individu yang berbicara

dan juga pihak lainnya. Simbol yang digunakan para kelompok lesbi hanya

diketahui oleh kalangan lesbi sendiri sebagai sesuatu yang disepakati bersama (Sari,

2012). Dalam wawancara yang dilakukan dengan Informan, ditemukan beberapa

simbol yang digunakan oleh komunitas lesbi dalam berkomunikasi.

“Ada beberapa simbol verbal yang kita gunakan seperti ‘F’, ‘B’, ‘A’, dan

juga ‘Non-L. F to F, F to B, F to A, dan sebagainya.’”

(Wawancara E, 17 Feb 2016)

Beberapa simbol yang dipaparkan dalam wawancara di atas hanya

digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik perilaku seorang lesbian seperti ‘F’

untuk Femme merupakan simbol yang digunakan untuk mengidentifikasi atau

mendeskripsikan seseorang lesbian yang memiliki sifat, gaya, perilaku feminim

atau berperan sebagai perempuan dalam suatu hubungan. Simbol ‘B’ atau Buchi

merupakan simbol yang digunakan untuk mengidentifikasi atau mendefinisikan

seorang lesbian yang sifat, gaya, perilaku tomboy atau berperan sebagai laki-laki

dalam suatu hubungan. Simbol ‘A’ atau Andro merupakan simbol yang digunakan

untuk mengidentifikasi atau mendefinisikan lesbian yang tidak sepenuhnya

berpenampilan seperti Femme atau Buchi. Simbol verbal lainnya yang digunakan

adalah ‘non-L’ atau no label yang merupakan simbol untuk mendefinisikan atau

mengidentifikasi lesbian yang tidak mau disebut sebagai Femme atau Buchi.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

34

Komunitas lesbian yang berada di UKSW tidak banyak menggunakan

simbol verbal seperti yang dilakukan komunitas lesbi lainnya. Penggunaan simbol

verbal digunakan hanya ketika beberapa anggota komunitas lesbian berada di

lingkungan masyarakat yang luas dan ingin memberitahukan sesuatu.

“Kalo yang pake simbol bahasa itu biasanya yang masih baru, yang masih

lata dan masih takut sehingga masih berusaha mendapatkan pengakuan

dari anggota komunitas dari dari lainnya”. (Wawancara R, 17 Feb 2016)

Bagi komunitas lesbian, komunikasi antara sesama komunitas lesbian

biasanya dilakukan dengan cara berbicara secara langsung tanpa menggunakan

simbol-simbol atau bahasa-bahasa khusus lainnya.

Terdapat dua simbol komunikasi non verbal lainnya yang digunakan oleh

komunitas lesbian UKSW dalam berkomunikasi yaitu dalam bentuk gestur dan

tanda (sign). Simbol non-verbal dalam bentuk penampilan biasanya digunakan

menunjukan karakteristik dari seorang lesbian. Misalnya, seorang lesbian dengan

karakter buchi akan cenderung berpenampilan seperti seorang laki-laki dengan

menggunakan kemeja lengan panjang atau lengann pendek, celana jeans yang

dikombinasikan dengan sepatu sport. Selain dengan menggunakan kemeja, seorang

lesbian dengan karakter buchi juga biasanya menggunakan kaos dengan gambar

atau design yang biasanya digunakan oleh para laki-laki. Penampilan seorang buchi

juga identik dengan potongan rambut yang pendek sehingga terlihat tomboi.

“biasanya kita melihatnya itu dari penampilan, karena penampilan itu

menunjukan karakter tipe atau jenis seorang lesbi. Kalo aku sendiri lebih

ke Buchi jadi penampilan ku lebih kelihatan seperti laki-laki gitu.”

(Wawancara E, 17 Feb 2016)

Berbeda dengan Buchi yang berpenampilan seperti seorang laki-laki,

karakteristik femme yang cenderung feminim biasaya berpenampilan seperti

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

35

perempuan pada umumnya. Karakter femme terkadang sulit dibaca jika hanya

dilihat dari penampilan saja.

“Karakter femme seperti aku biasanya sulit dikenali oleh orang awam atau

les yang masih awal. Karena penampilan gak jauh beda dengan perempuan

pada umumnya, seperti pake heels, gaun, rambut panjang. Kalo kita di

komunitas sudah bisa saling tahu mana yang buchi dan mana yang femme.

Tapi kalo kita yang femme bisa juga diketahui kalo jalan bareng dengan

buchi, karena pasti ada kecurigaan. ” (Wawancara K, 17 Feb 2016)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas, diketahui bahwa karakter femme

pada umumnya juga memeperhatikan cara mereka dalam berpenampilan, akan

tetapi penampilan seorang femme cenderung tidak dapat dibedakan dengan

perempuan pada umumnya. Kecurigaan seorang perempuan itu memiliki karakter

femme hanya jika sedang bersama-sama dengan seorang Buchi karena akan di

anggap sebagai pasangan.

Selain penampilan sebagai tanda atau simbol yang digunakan kaum lesbian

dalam berkomunikasi, lesbian juga menggunakan sentuhan dan tatapan mata

sebagai bentuk komunikasi. Saat ditanya tentang penggunaan gerak tubuh dalam

melakukan komunikasi, setiap Informan memiliki berbagai variasi bentuk-bentuk

komunikasi menggunakan gerak tubuh.

“aku menggunakan tatapan biasanya,misalnya kalo aku suka sama satu

cewe begitu biasanya aku sering tatap matanya lama-lama dan dalam

sambil senyum biar dia nyaman dan tahu kalo aku suka sama dia. Kalo dia

balas senyum biasanya aku langsung minta kenalan dan ngobrol-ngobrol.

Tapi kalo kita sesama anggota komunitas yang sudah saling tahu, biasanya

dengan menggunakan sentuhan ditangan, atau di leher untuk menunjukan

bahwa kita sedang suka” (Wawancara A, 17 Feb 2016)

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

36

Hasil kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa tatapan mata dan

sentuhan dapat dikatakan sebagai tanda atau simbol dalam melakukan komunikasi.

Tatapan mata dan senyuman digunakan untuk menunjukan rasa simpati atau suka

terhadap seseorang. Sedangkan sentuhan di tempat-tempat tertentu dapat

menunjukan rasa suka atau tertarik dengan seseorang.

Simbol lainnya yang digunakan lesbian dalam berkomunikasi adalah simbol

pelangi yang dipakai secara umum untuk kalangan lesbian atau LGBT (Lesbian

Gay Biseksual Transgender) secara luas.

“penggunaan bendera pelangi sich sudah pada banyak yang tahu, jadi

pernah kita ada acara dengan organisasi dan di luar dari tempat acara itu

dipasang bendera pelangi. Beberapa dari warga katanya sudah ngerti arti

bendera tersebut dan meminta untuk bendera seperti itu tidak digunakan

lagi.” (Wawancara C, 17 Feb 2016)

Penggunaan tanda bendera pelangi seperti yang diutarakan Informan di atas

merupakan penggunaan simbol yang digunakan secara universal oleh kelompok

lesbian, gay, biseksual dan transgender. Penggunaan bendera pelangi digunakan

untuk menujukan identitas seseorang atau kelompok tertentu kepada masyarakat.

4.6. Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Informan diketahui

bahwa komunikasi komunitas lesbian yang berada di UKSW dilakukan dengan

percakapan langsung. Percakapan langsung antar komunitas lesbi biasanya terjadi

dilakukan saat sedang kumpul bersama di café maupun di acara-acara khusus untuk

kaum lesbian. Selain percakapan secara langsung, komunikasi juga dilakukan

dengan menggunakan aplikasi komunikasi sebagai media komunikasi seperti

blackberry messenger (BBM), WhatsApp (WA) dan WAPA untuk komunikasi

terhadap sesama anggota maupun terhadap komunitas lainnya. Penggunaan media

sosial dilakukan dengan memanfaatkan fitur group dimana dengan memanfaatkan

fitur ini, anggota dapat melakukan pembatasan atau memilih anggota group mana

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

37

saja yang bisa bergabung dan melakukan komunikasi. Pesan yang disampaikan

dalam group dapat bersifat umum dalam artian pesan yang disampaikan dapat di

terima dan direspon oleh semua anggota group. Facebook sebagai suatu media

komunikasi sangatlah luas baik dari sisi jumlah pengguna maupun dari sisi variasi

konten sehingga dalam menggunakan media facebook anggota komunitas lesbian

cenderung hati-hati dalam penggunaannya. Anggota lesbian yang menggunakan

facebook sebagai media komunikasi memiliki dua akun, satu akun digunakan untuk

komunikasi dengan teman-teman pada umumnya dan akun lainnya digunakan

untuk berkomunikasi dengan sesama lesbian. Proses komunikasi yang dilakukan

secara langsung dan dengan penggunaan media sosial baik aplikasi maupun jejaring

sosial sebagai sarana komunikasi menunjukan bahwa komunitas lesbian yang

berada di UKSW menggunakan pola komunikasi primer dan sekunder.

Komunikasi primer yang terjadi pada komunikasi komunitas lesbian

dilakukan dengan menggunakan lambang non verbal ‘F’, ‘B’, ‘A’, dan ‘Non-L’

yang digunakan untuk mengidentifikasi atau memberi tanda karakteristik seorang

lesbian. Tanda ‘F’ singakatan dari kata femme dalam komunikasi menggambarkan

karakteristik seorang lesbian yang identik dengan penampilan yang feminim

sebagaimana perempuan pada umumnya dan dalam hubungan lesbian berperan

sebagai seorang perempuan. Tanda ‘B’ singkatan dari kata buchi dalam komunikasi

komunitas lesbian menggambarkan karakteristik seorang lesbian yang identik

dengan penampilan maskulin atau mirip laki-laki baik dari cara berpakaian maupun

potongan rambut, Buchi dalam hubungan lesbian berperan sebagai laki-laki. Tanda

‘A’ singkatan kata dari Andro dalam komunikasi antar lesbian menunjukan

karakteristik campuran antara femme dan Buchi, dalam hal berpenampilan, Andro

bisa saja bergaya tomboi tanpa menghilangkan karakter feminis seorang

perempuan. Dalam suatu hubungan, seorang Andro akan memilih lesbian dengan

karakter femme sebagai pasangan. Tanda selanjutnya yang digunakan dalam

komunikasi adalah ‘non-label’. Non-label adalah tanda yang digunakan untuk

mendefinisikan atau mengidentifikasi karakteristik lesbian yang tidak mau

dikategorikan baik sebagai femme maupun Buchi. Selain sebagai lambang non

verbal, ‘F’, ‘B’, ‘A’, dan ‘Non-L’ juga dapat dikatakan sebagai lambang verbal

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

38

sebagai bahasa yang digunakan untuk menggerakan tanggapan yang sama antara

pihak pemberi pesan dan penerima pesan. Kata atau bahasa yang digunakan untuk

menggambarkan pencarian karakter lesbian yang sering digunakan adalah ‘F 2 F’

yang bermakna femme mencari femme dalam menjalin hubungan, ‘F 2 B’ yang

bermakna femme mencari buchi dalam menjalin hubungan, ‘B 2 F’ yang bermakna

buchi mencari femme dalam menjalin hubungan, ‘F 2 A’ yang bermakna femme

mencari Andro dalam menjalin hubungan dan sebagainya.

Selanjutnya simbol non verbal lainnya yang digunakan seperti tatapan mata

dan senyum merupakan isyarat yang digunakan lesbian dalam berkomunikasi,

isyarat tatapan mata dan senyuman merupakan suatu usaha dari pemberi pesan

kepada penerima pesan yang menggambarkan rasa suka atau tertarik dengan

penerima senyuman. Tatapan mata dan senyuman dapat dikatakan sebagai sinyal

awal yang diberikan seorang lesbian kepada wanita yang belum dikenali

sebelumnya. Isyarat lainnya yang digunakan adalah sentuhan, sentuhan merupakan

isyarat lain yang digunakan untuk menujukan rasa tertarik dan suka kepada sesama

lesbian. Arti lain dari isyarat sentuhan pada pasangan lesbian, dapat diartikan

sebagai keinginan untuk melakukan hubungan sex.

Pola komunikasi sekunder yang memanfaatkan media sosial juga

menggunakan simbol verbal yang digunakan pada komunikasi primer. Perbedaan

mendasar pada kedua pola komunikasi ini adalah penggunaan media seperti

aplikasi sebagai sarana komunikasi. Penggunaan aplikasi komunikasi juga

dianggap aman karena para lesbian tidak ingin orientasi seksual mereka diketahui

secara luas. Selain dari penggunaan aplikasi komunikasi, terdapat juga informan

yang menggunakan jejaring sosial sebagai media komunikasi untuk bisa terhubung

dengan orang lain. Pemanfaatan jejaring sosial juga terjadi karena ruang lingkup

atau ruang gerak komunitas lesbian di lingkungan sosial sangatlah sempit. Sehingga

dengan memanfaatkan new media setiap anggota lesbian dapat lebih leluasa dalam

pergaulan atau berkomunikasi dengan sesama lesbian.

Sebagai bagian dari komunitas lesbian secara luas, komunintas lesbian yang

berada di UKSW juga menggunakan bendera pelangi sebagai icon LGBT (Lesbian,

Gay, Biseksual, Transgender). Bendera pelagi dalam lesbian mereprsentasikan

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12789/4/T1_362012015_BAB IV... · Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa

39

beberapa arti seperti life and sexuality, healing and energy, vitality and energy,

serenity and nature, harmony and artistry, spirit and gratitude. Bendera pelangi

sebagai icon LGBT secara simbolik sudah dimengerti secara luas oleh masyarakat.

Sejarah singkat bendera pelangi yang merupakan icon dari kelompok LGBT di buat

oleh seorang seniman dari San Fransisko, Gilbert Baker pada tahun 1978.

Pemilihan warna pada bendera LGBT saat ini telah direvisi beberapa kali.

Saussurian dalam teorinya mengatakan bahwa terdapat lima bahan dasar

dalam semiotika, yaitu tanda (sign), lambang (symbol), ikon (icon), indeks dan

isyarat (signal). Dalam penelitian diketahui bahwa terdapat penggunaan lambang

baik lambang verbal maupun lambang non-verbal yang digunakan dalam

berkomunikasi. Bahan dasar lainnya yang digunakan dalam komunikasi antar

lesbian adalah isyarat seperti tatapan mata dan sentuhan. Selain penggunaan

lambang dan isyarat, komponen semiotika yang digunakan adalah ikon bendera

pelangi sebagai ikon universal untuk LGBT. Pada penelitian yang dilakukan tidak

ditemukan penggunaan komponen indeks dan tanda.