bab iv hasil dan pembahasan a. orientasi kancah … · orang orang siswa yang dibagi dalam 3...
TRANSCRIPT
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang orientasi kancah
penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, hasil uji coba,
hasil uji asumsi, hasil uji hipotesa dan pembahasan.
A. ORIENTASI KANCAH PENELITIAN
Pertama kali yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti
harus menentukan tempat penelitian, penentuan subjek dan
persiapan segala sesuatu yang berhubungan dengan jalannya
penelitian. Untuk menentukan kancah penelitian, peneliti
terlebih dahulu mencari data jumlah SMA yang terdapat di
Salatiga. Setelah mengetahui jumlah tersebut, peneliti
melakukan undi terhadap jumlah SMA yang ada di salatiga.
Hasil dari undi acak itu diperoleh SMA Kristen 1 Salatiga
yang terambil sebagai sampel penelitian ini.
SMA Kristen 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah
favorite di Salatiga. Sekolah ini memiliki kurang lebih 500
orang orang siswa yang dibagi dalam 3 rombongan belajar,
yakni kelas X, kelas XI dan kelas XII. Sekolah ini juga
ditunjang dengan fasilitas yang mula-mula tersedia 10 ruang,
8 ruang untuk kelas dan 2 ruang untuk Kepala Sekolah, guru-
guru, serta Tata Usaha. Kemudian secara bertahap bangunan
ditambah dengan ruang Kepala Sekolah, ruang guru, ruang-
54
ruang kelas, kantin, wc dan kamar mandi, serta gedung pusat
pembelajaran 3 lantai (perpustakan dan laboratorium).
Setelah memperoleh ijin dari kepada sekolah dan
berkoordinasi dengan guru BK, peneliti kemudian
melakukan penelitian. Kancah penelitian yang digunakan
adalah 200 siswa remaja kelas X dan kelas XI yang berada
dalam rentang usia 15-18 tahun.
Sampel ini datang dari berbagai latar belakang kehidupan
keluarga yang beraneka ragam, yakni dari orang tua yang
secara ekonomi berkelimpahan, berkecukupan dan pas-pasan
dan terdapat pula anak yang berasal dari keluarga yang
kurang memerhatikan kepentingan anak dalam belajar. Ini
terlihat dari perkerjaan orangtua yang dicantumkan siswa
dalam angket yang disebarkan.
B. SUBJEK PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja SMA yang
berada di Salatiga. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
adalah remaja SMA yang memiliki orangtua lengkap dan
tinggal bersama orangtua. Sampel penelitian ini adalah siswa
SMA Kristen 1 Salatiga yaitu kelas X dan kelas XI. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling.
55
C. PROSEDUR PENELITIAN
Setelah dilakukannya proses pemilihan tempat dan
subjek penelitian, maka terdapat beberapa tahap yang
dilakukan oleh peneliti, yaitu dengan mempersiapkan tahap
persiapan, tahap pengumpulan data dan analisa data.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan awal yang peneliti lakukan adalah
mempersiapkan dua hal yaitu menyusun alat ukur tingkat
kesepian dan alat ukur attachment, kemudian
melaksanakan penelitian.
Alat ukur Tingkat Kesepian dimodifikasi oleh penulis dari
skala Gierveld dan Tillburg (1990). Jumlah item yang
diuji sebanyak 44 item yang terdiri dari 22 item
favourable dan 22 item unfavourable. Sedangkan alat
ukur attachment disusun berdasarkan aspek-aspek pada
teori dari Ainsworth yaitu secure, anxious, dan avoidant.
Jumlah item yang diujikan sebanyak 54 item dimana
semua item adalah item favourable.
2. Perijinan
Penulis melakukan perijinan untuk melakukan penelitian
pada tanggal 18 Maret 2013 kepada pihak SMA Kristen 1
Salatiga. Setelah peneliti mendapatkan ijin untuk
melakukan penelitian, peneliti menyebarkan skala
berkoordinasi dengan guru BK sesuai dengan surat ijin
penelitian no:10890/SMA K.1/TU/IV-2013.
56
3. Tahap Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan teknik uji coba terpakai
(try out terpakai). Total angket yang disebar sebanyak 200
eksemplar dari 200 eksemplar angket tersebut, dan 175
angket yang terkumpul merupakan total sampel yang
digunakan dalam penelitian ini. Proses pengumpulan data
dilakukan pada tanggal 1-8 April 2013 terhadap siswa
SMA Kristen 1 Salatiga. Untuk pengambilan data di SMA
Kristen 1 Salatiga, peneliti terjun langsung dengan
berkoordinasi bersama guru BK karena pengambilan data
menggunakan waktu pelajaran BK.
4. Tahap Analisa
Analisa yang dilakukan oleh peneliti atas beberapa
kegiatan yaitu sebagai berikut :
a. Peneliti mengecek kembali data yang telah terkumpul
b. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan proses
komputerisasi dengan menginput data dari angket
yang telah dikelompokkan ke dalam komputer untuk
dianalisa lebih lanjut.
c. Peneliti kemudian melakukan perhitungan Uji
Validitas dan Uji Reliabilitas dengan bantuan
program SPSS For Windows Versi 20.
d. Menafsirkan hasil analisa data
57
D. HASIL UJI COBA ANGKET
Hasil uji coba terhadap angket tingkat kesepian
dan angket attachment menggunakan uji coba terpakai.
Terdapat beberapa hal yang akan diuji dalam angket ini yaitu
Uji Seleksi Item (Uji Validitas), Uji Reliabilitas, Uji Hasil
Asumsi (Uji Normalitas), dan Uji Korelasi. Perhitungan uji
coba angket terpakai ini menggunakan bantuan SPSS for
windows versi 20.
1. UJI SELEKSI ITEM
a. Uji Seleksi Item Angket Tingkat Kesepian
Hasil perhitungan validitas untuk angket
tingkat kesepian diperoleh validitas angket
yang bergerak antara 0,309 sampai dengan
0,675. Berikut adalah hasil pengukuran item
valid tingkat kesepian.
Tabel 4.1
Item Valid Tingkat Kesepian
Dimensi Item
Jumlah Favourable Unfavourable
Karakteristik
emosi
4*,10*, 16,
22, 32, 38,
41*
1, 7, 13, 19,
29, 35,
44*
10
Bentuk
keterpisahan
sosial
2, 8, 14,
20,25*, 30,
36, 42
5, 11, 17, 23,
27, 33, 39* 13
Perspektif
waktu
6*, 12, 18,
24, 28, 34,
40
3, 9, 15, 21*,
26, 31, 37, 43 13
Total item valid 17 19 36
58
*) item gugur
Pada tabel di atas terdapat jumlah item valid
sebanyak 36 item dari jumlah total 44 item, 8
item gugur dikarenakan validitas item < 0,30
sehingga item digugurkan dan tidak
diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya.
Item yang digugurkan adalah item 4 (0,76),
item 6 (0,267) item 10 (0,234), item 21
(0,213), item 25 (0,205), item 39 (-0,639), item
41 (-0,496), dan item 44 (-0,425). Meskipun
terdapat 8 item yang gugur, hal tersebut tidak
menghilangkan indikator yang hendak diukur,
sehingga dapat dikatakan bahwa angket yang
digunakan sebagai skala dalam penelitian ini
adalah valid. Penentuan item tidak gugur
menggunakan ketentuan dari Azwar (2012)
yang menyatakan bahwa item pada skala
pengukuran dapat dikatakan memuaskan dan
memberikan kontribusi yang baik apabila
sebesar .
b. Uji Seleksi Item Angket Attachment
Hasil perhitungan angket attachment diperoleh
validitas angket yang bergerak antara 0,331
sampai dengan 0,669. Dari total 54 item alat
ukur angket attachment ada 13 item yang tidak
59
valid karena memiliki korelasi item total <
0,30.
Tabel 4.2
Item Valid Attachment
Aspek
Attachment
Jumlah Item
Favourable
Jumlah
item
valid
Secure
1, 2, 3, 4*, 5*, 6*, 7,
8, 9, 10, 11, 12, 13*,
14*, 15, 16, 17, 18,
19*, 20, 21
15
Anxious
22, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31*, 32,
33, 34, 35*, 36 13
Avoidant
37, 38, 39, 40, 41, 42,
43, 44, 45, 46, 47*,
48, 49*, 50*, 51*, 52,
53, 54* 13
Total item
valid 41 41
*) item gugur
Pada tabel di atas terdapat jumlah item valid
sebanyak 41 item dari jumlah total 54 item, 13
item gugur dikarenakan validitas item < 0,30
sehingga item digugurkan dan tidak diikutsertakan
dalam perhitungan selanjutnya. Item yang
digugurkan adalah item 4 (-0,224), item 5 (0,001),
item 6 (0,288), item 13 (0,292), item 14 (0,211),
60
item 19 (0,299), item 31 (0,177), item 35 (0,298),
item 49 (-0,565), item 50 (-0,279), item 51 (-
0,603), item 54 (-0,534) dan item 47 (0,291) yang
diperoleh dari dua kali proses seleksi item.
Meskipun pada tabel di atas tampak 13 item yang
dibuang, tetapi tidak menghilangkan indikator
yang hendak diukur, sehingga dapat dikatakan
bahwa angket yang digunakan sebagai skala
pengukuran dalam penelitian ini adalah valid.
Selanjutnya 13 item yang tidak valid di atas tidak
akan diikutkan lagi dalam perhitungan selanjutnya.
2. RELIABILITAS
Menurut Azwar (2012) reliabilitas
dinyatakan oleh keofisien reliabilitas yang
angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan
1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas
mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin
rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah
reliabilitasnya.
a. Reliabilitas Angket Tingkat Kesepian
Pada angket tingkat kesepian, pengujian
reliabilitas menggunakan Uji Alpha Cronbach,
dan diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,919.
61
Tabel 4.3
Hasil Reliabilitas Skala Angket Tingkat
Kesepian
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
,919 ,919 36
b. Reliabilitas Angket Attachment
Hasil perhitungan reliabilitas angket
attachment diperoleh reliabilitas sebesar 0,930
dengan menggunakan Uji Alpha Cronbach.
Tabel 4.4
Hasil Reliabilitas Skala Angket Attachment
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
,930 ,930 41
62
Menurut Azwar (2012) jika keofisien korelasi
Alpha lebih dari 0,8 maka menunjukkan bahwa
reliabilitas alat ukur termasuk dalam kategori baik.
Dari perolehan reliabilitas angket tingkat kesepian
dan angket attachment di atas, dapat disimpulkan
bahwa alat ukur kedua variable tersebut reliabel
dengan kategori tingkat reliabiltas yang baik yaitu
0,919 dan 0,930. Dari hasil perhitungan reliabilitas
dan validitas, maka angket tingkat kesepian dan
angket attachment dapat dikatakan memenuhi
validitas dan reliabilitas sebagai alat ukur.
E. UJI ASUMSI
Uji asumsi dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah
data yang telah memenuhi asumsi analisa sebagai syarat
untuk melakukan analisis dengan teknik korelasi Pearson
Product Moment. Untuk uji normalitas menggunakan
Kolmogorov-Smirnov.
1. Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
Uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji apakah
distribusi pengisian jawaban sampel normal atau tidak
pada alat ukur yang dipakai (angket Tingkat Kesepian
dan angket Attachment ). Aturan dalam pengujian ini
adalah apabila p < 0,05, maka distribusinya adalah tidak
63
normal, demikian pula sebaliknya apabila p > 0,05 maka
distribusinya adalah normal. Hasil Uji Kolmogorov-
Smirnov dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Uji Asumsi Variabel Tingkat Kesepian
Hasil Uji Normalitas yang diperoleh variabel
tingkat kesepian menunjukkan bahwa nilai keofisien
Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,631 dengan nilai
signifikan 0,821 (p > 0,05), sehingga dikatakan
distribusi jawaban sampel adalah berdistribusi
normal. Untuk memperjelas data disajikan dalam
bentuk tabel 4.5 :
Tabel 4.5
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KESEPIAN
N 166
Normal Parametersa,b
Mean 87,84
Std. Deviation 12,392
Most Extreme Differences
Absolute ,049
Positive ,049
Negative -,036
Kolmogorov-Smirnov Z ,631
Asymp. Sig. (2-tailed) ,821
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
64
b. Uji Asumsi Variabel Attachment
Hasil Uji Normalitas yang diperoleh
variabel tingkat kesepian menunjukkan bahwa nilai
keofisien Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,618
dengan nilai signifikan 0,839 (p > 0,05), sehingga
dikatakan distribusi jawaban sampel adalah
berdistribusi normal. Untuk memperjelas data
disajikan dalam bentuk tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ATTACHMENT
N 166
Normal Parametersa,b
Mean 132,21
Std. Deviation 14,365
Most Extreme Differences
Absolute ,048
Positive ,048
Negative -,064
Kolmogorov-Smirnov Z ,618
Asymp. Sig. (2-tailed) ,839
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
65
2. Analisa Deskriptif
Berdasarkan data item valid yang ada, maka
selanjutnya dibuat kategori. Dalam penelitian ini akan
dibuat sebanyak 3 kategori, yaitu kategori rendah,
sedang, dan tinggi. Berikut ini adalah formula yang
memudahkan pengkategorian tinggi rendahnya untuk
variabel tingkat kesepian.
2.1 Variabel Kesepian
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil
pengukuran variabel kesepian pada remaja
digunakan 3 (tiga) kategori, yaitu: tinggi, sedang
dan rendah. Karena itu akan disesuaikan dengan
tiga pola dalam skala attachment. Berikut adalah
hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal,
maksimal, dan standar deviasi sebagai hasil
pengukuran skala kesepian.
66
Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Skala
Kesepian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KESEPIAN 175 59 119 88,83 12,939
Valid N (listwise) 175
Berdasarkan tabel di atas, tampak skor empirik
yang diperoleh pada skala kesepian paling rendah
adalah 59 dan skor paling tinggi adalah 119, rata-
ratanya 88,83 dengan standar deviasi 12,939.
Nilai-nilai tersebut diperoleh dari 44 butir item
skala tingkat kesepian. Setiap butir item memiliki
pilihan jawaban sebanyak 4 dengan skoring dari 1
sampai dengan 4 maka peluang skor tertinggi
adalah 4 x 44 = 176 dan peluang skor terendah
adalah 1 x 44 = 44. Dengan adanya skor tertinggi,
skor terendah dan banyaknya kategori, maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut :
i = 44
67
dengan didapatkannya i dari penggunaan rumus di
atas maka frekuensi hasil pengukuran variabel
kesepian berdasarkan kategori tersebut disajikan
pada tabel 4.8:
Tabel 4.8
Kategori Kesepian
INTERVAL KATEGORI JUMLAH
44 – 88 Rendah 96
89 – 133 Sedang 79
134 – 176 Tinggi 0
TOTAL 175
Dari tabel di atas diketahui bahwa 96 siswa memiliki
tingkat kesepian pada kategori rendah, 79 siswa pada
kategori sedang dan tidak ada siswa yang memiliki
tingkat kesepian dalam kategori tinggi. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa lebih banyak siswa
di SMA Kristen 1 Salatiga yang dijadikan sampel
penelitian menempatkan kategori rendah dalam
tingkat kesepian.
2.2 Variabel Attachment
Untuk menentukan hasil pengukuran
variabel attachment dengan orangtua digunakan 3
(tiga) kategori, yaitu: secure, anxious dan avoidant.
Karena itu merupakan tiga pola yang terdapat
dalam attachment. Berikut adalah hasil
perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan
68
standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
kesepian.
Tabel 4.9
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Skala
Attachment
Berdasarkan tabel di atas, tampak skor empirik yang
diperoleh pada skala attachment paling rendah adalah
112 dan skor paling tinggi adalah 199, rata-ratanya
162,14 dengan standar deviasi 15,841. Nilai-nilai
tersebut diperoleh dari 54 butir item skala attachment.
Setiap butir item memiliki pilihan jawaban sebanyak
4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka
peluang skor tertinggi adalah 4 x 54 = 216 dan
peluang skor terendah adalah 1 x 54 = 54.
3. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan yanglinear antara kedua variabel
penelitian. Hubungan yang linear menggambarkan
bahwa perubahan pada variabel bebas akan cenderung
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
ATTACHMENT 175 91 112 199 162,14 15,841
Valid N
(listwise) 175
69
diikuti oleh perubahan variabel tergantung dengan
membentuk garis linear. Dari hasil uji linearitas
diperoleh diperoleh F beda = 1,594 dan nilai
signifikansi sebesar 0,021. Karena signifikansi lebih
dari 0,05 maka hubungan antara tingkat kesepian
dengan attachment adalah linear. Tabel uji linearitas
disajikan pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
KESEPIAN * ATTACHMENT
Between Groups
(Combined) 24428,925 54 452,388 55,201 ,000
Linearity 23736,697 1 23736,697 2896,363 ,000
Deviation from Linearity
692,229 53 13,061 1,594 ,021
Within Groups 909,683 111 8,195
Total 25338,608 165
70
F. UJI HIPOTESIS (UJI KORELASI)
Pengujian hipotesis dilakukan pada masing-masing tipe
dalam attachment dengan menggunakan teknik korelasi
Product Moment dari Karl Pearson.
Tabel 4.11
Uji Korelasi Secure Attachment dengan Kesepian
Correlations
SECURE KESEPIAN
SECURE
Pearson Correlation 1 -,968**
Sig. (2-tailed) ,000
N 166 166
KESEPIAN
Pearson Correlation -,968** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 166 166
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari hasil pengolahan data pada tabel di atas
menunjukkan nilai korelasi sebesar -0,968** dengan
signifikasi 0,000 yang bernilai kurang dari 0,05 sehingga
berarti adanya hubungan negatif antara secure
attachment dengan tingkat kesepian.
71
G. PEMBAHASAN
Untuk melihat hubungan antara tingkat kesepian dan
attachment dengan orangtua pada remaja SMA, peneliti
melakukan pengujian dengan menggunakan uji korelasi. Dari
perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa
adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kesepian pada
remaja SMA dengan secure attachment remaja-orangtua. Hasil
korelasi antara tingkat kesepian dengan secure attachment
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai
korelasi sebesar -0.968** dan signifikansi 0,000 yang bernilai
kurang dari 0.05, berarti adanya hubungan negatif antara secure
attachment dengan tingkat kesepian. Dengan demikian berarti
hipotesa dalam penelitian ini diterima, bahwa semakin lekat
remaja dengan orangtua (secure attachment) maka semakin
rendah tingkat kesepian pada remaja atau remaja tidak merasa
kesepian.
Kelekatan (attachment) dengan orangtua ini sangat
mempengaruhi kesepian yang dialami remaja dimungkingkan
karena adanya beberapa alasan, salah satunya menyangkut
keterbukaan remaja kepada orangtua. Sears (dalam Santrock,
2003) mengungkapkan bahwa orang yang kesepian sering kali
merasa terjebak dalam beban kewajiban yang dimiliki dalam
hubungan sosial. Tuntutan yang dialami remaja berbeda dengan
individu pada umumnya dan tuntutan-tuntutan tersebut dapat
menyebabkan perasaan kesepian pada diri remaja. Contoh yang
72
biasanya terjadi pada remaja SMA seperti tuntutan penerimaan
sebagai anggota dari kelompok yang sangat dikagumi atau
disegani di sekolah. Karena tuntutan lingkungan sosial yang
seperti itu remaja akan mencari hal-hal yang dapat memenuhi
tuntutan yang ada dalam kelompok tersebut supaya tidak
dikucilkan melalui orangtua mereka dengan meminta apa yang
mereka inginkan atau kelompok inginkan. Hal itu dapat terjadi
salah satunya karena kurangnya hubungan yang berarti dalam
keluarga terutama dengan orangtua.
Seperti yang dipaparkan oleh Sadler (2005) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi kesepian itu adalah attachment,
individu yang memiliki gaya kelekatan (attachment) secure lebih
tidak merasakan kesepian dibandingkan dengan dua gaya
kelekatan lainnya. Shaver & Mikulincer (2002) mengemukakan
secure attachment konsisten dikaitkan dengan rendahnya tingkat
kesepian, namun tidak pada anxious dan avoidant attachment
terkait dengan tinggi rendahnya tingkat kesepian.
Untuk remaja yang sangat lekat (secure) dengan orangtua,
terbiasa dengan adanya hubungan yang hangat dan kepercayaan
yang besar dengan orangtua, dengan mudah juga mereka
membagikan apa yang dirasakan dan dialaminya dalam
lingkungan sosial. Dengan demikian remaja tersebut merasa tidak
terbebani sehingga rendahnya tingkat kesepian yang dirasakan.
Namun sebaliknya yang terjadi pada dua tipe lainnya (anxious
dan avoidant) yang tidak memiliki kedekatan dengan orangtua,
73
remaja dalam tipe tersebut berkemungkinan untuk merasa sangat
kesepian ataupun bahkan tidak merasakan kesepian.
Rice (dalam Santrock, 2003) menjelaskan bahwa remaja
yang kehilangan dukungan dari orangtua akan mengalami
perasaan ditiggalkan atau sendirian sehingga akan mencari
dukungan itu dari lingkungan sosial lainnya. Hal tersebut bida
menjadi salah satu pilihan yang dilakukan oleh remaja ketika
mereka merasa orangtua tidak peduli dengan apa yang mereka
rasakan. Dari hasil pebelitian ini terlihat bahwa sangat penting
peran orangtua untuk terus memantau perkembangan diri
remaja, terkhusus dalam kesejahteraan psikologis pada diri
remaja, terutama remaja SMA karena pada masa remaja ini
pengaruh lingkungan sosial cukup besar.