bab iv hasil dan pembahasan a. jenis pelanggaran dalam

17
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam Pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi Papua Ditinjau Dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilu. Pemilu diselenggarakan oleh negara, namun secara spesifik kemudian didelegasikan kepada institusi tertentu. Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia pernah dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) dan Lembaga Pemilihan Umum (LPU). Kemudian berdasarkan perubahan UUD 1945, Pemilu diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Dalam kedudukannya sebagai lembaga (organ), penafsiran organ UUD 1945 terkelompok ke dalam dua bagian, yaitu main state organ (lembaga negara utama), dan auxiliary state organ (lembaga penunjang atau lembaga bantu). Komisi Pemilihan Umum merupakan organ konstitusi yang masuk dalam auxiliary state organ. Ketika penyelenggaraan pemilu dilaksanakan oleh sebuah lembaga negara, maka kegiatan penyelenggaraan Pemilu oleh komisi pemilihan umum tersebut mengandung kegiatan atau tindakan administrasi negara. Terkait dengan masalah administrasi negara, di dalam pelaksanaan kegiatan atau aktivitas penyelenggaraan Pemilu, terdapat pengaturan mengenai pelanggaran administrasi dan sengketa tata usaha negara. 46 46 HAS Natabaya, Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia (Jakarta: Tatanusa, 2008), halaman 213.

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Pelanggaran Dalam Pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi Papua

Ditinjau Dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 Tentang

Pemilu.

Pemilu diselenggarakan oleh negara, namun secara spesifik kemudian

didelegasikan kepada institusi tertentu. Penyelenggaraan Pemilu di

Indonesia pernah dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) dan

Lembaga Pemilihan Umum (LPU). Kemudian berdasarkan perubahan UUD

1945, Pemilu diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang

bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Dalam kedudukannya sebagai lembaga

(organ), penafsiran organ UUD 1945 terkelompok ke dalam dua bagian,

yaitu main state organ (lembaga negara utama), dan auxiliary state organ

(lembaga penunjang atau lembaga bantu). Komisi Pemilihan Umum

merupakan organ konstitusi yang masuk dalam auxiliary state organ. Ketika

penyelenggaraan pemilu dilaksanakan oleh sebuah lembaga negara, maka

kegiatan penyelenggaraan Pemilu oleh komisi pemilihan umum tersebut

mengandung kegiatan atau tindakan administrasi negara. Terkait dengan

masalah administrasi negara, di dalam pelaksanaan kegiatan atau aktivitas

penyelenggaraan Pemilu, terdapat pengaturan mengenai pelanggaran

administrasi dan sengketa tata usaha negara.46

46

HAS Natabaya, Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia (Jakarta: Tatanusa,

2008), halaman 213.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

34

Kegiatan penyelenggaraan Pemilu di Negara Indonesia sendiri diatur

dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu Pasal 286

sebagai berikut :

Pasal 286

(1) Pasangan Calo, calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD

Kabupaten/Kota, pelasana kampanye, dan/atau tim kampanye

dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi

lainnya untuk memengaruhi Penyelenggara Pemilu dan/atau

Pemilih.

(2) Pasangan Calon serta calon anggota DPR, DPD, DPRD Provisi,

dan DPRD Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan pelanggaran

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan rekomendasi

Bawaslu dapat dikenai sanksi administratif pembatalan sebagai

Pasangan Calon serta calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi,

dan DPRD Kabupaten/Kota oleh KPU.

(3) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan

pelangaran yang terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif.

(4) Pemberian sanksi terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) tidak menggugurkan sanksi pidana.

Permasalahan mengenai pelanggaran administrasi dan sengketa tata

usaha negara Pemilu, telah terjadi berulang kali dari setiap Pemilu. Dalam

pemilu sebelumnya, permasalahan yang terjadi hampir serupa, yaitu

masalah verifikasi, daftar pemilih, kampanye, dan rekapitulasi. Penanganan

permasalahan tersebut juga masih berkisar pada perbedaan pendapat antara

pelaksana Pemilu (KPU) dan pengawas (Bawaslu), hubungan dengan

penegak hukum lainnya, serta permasalahan keterbatasan waktu.47

Demokratisasi di Indonesia kemudian diperkuat dengan adanya

pemilihan kepala daerah secara langsung atau yang lebih dikenal

dengan Pilkada mulai tahun 2005 dan geliat Pilkada akhir-akhir ini

semakin dinamis. Pilkada merupakan institusi demokrasi lokal yang

47

Ibid.

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

35

penting karena dengan Pilkada, kepala daerah yang akan memimpin

daerah dalam mencapai tujuan desentralisasi akan terpilih melalui

tangan-tangan masyarakat lokal secara langsung.48

Dalam suatu negara demokrasi, peranan lembaga penyelenggara

pemilu merupakan salah satu persyaratan penting untuk mencapai

pemilu yang demokratis. Selain itu, diperlukan regulasi tentang

lembaga penyelenggara pemilu yang jelas agar terdapat kepastian

hukum dalam hubungan checks and balances antar lembaga penyelenggara

pemilu itu sendiri. Namun, hubungan yang seimbang antar lembaga

penyelenggara pemilu itu sendiri tidak akan berfungsi dengan baik

apabila terdapat ketidakjelasan pengaturan mengenai lembaga

penyelenggara pemilu itu sendiri.49

Dalam pelaksanaan Pilkada serentak di Indonesia ada tiga jenis

pelanggaran menurut undang-undang, namun dari segi materinya, terdapat

enam macam, yakni:50

1. Pelanggaran pidana pemilu (tindak pidana pemilu).

2. Sengketa dalam tahapan/proses pemilu, pelanggaran administrasi

pemilu, pelanggaran kode etik.

3. Perselisihan hasil pemilu dan sengketa hukum lainnya.

Salah satu prasyarat negara demokrasi, alangkah baiknya jika

pengadilan khusus pilkada serentak merupakan bagian terpenting dalam

mengawal proses demokrasi. Karena peradilan khusus pemilu

48

Ibid. 49

Lusy Liany,Desain Hubungan Kelembagaan Penyelenggara Pemilihan

Umum,Jurnal Cita Hukum,Volume 4, Nomor 1Juni 2016, halaman 52. 50

Ibid.

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

36

merupakan sebuah ius constituendum (cita hukum) yang tujuannya untuk

memproteksi hak konstitutional warga negara dan peserta pemilihan

umum, untuk memberikan ruang hukum kepada pihak-pihak yang

dirugikan dalam penyelenggaraan Pilkada serentak untuk mendapatkan

kepastian hukum dalam kehidupan negara demokrasi, sekaligus sebaga

upaya untuk mempercepat penyelesaian sengketa atau kasus-kasus

selama proses pemilihan umum berlangsung.51

Para ahli ilmu politik meyakini pemilu memiliki beberapa

fungsi:

a. Pertama, sebagai mekanisme pemilihan penyelenggara Negara.

b. Kedua Pemilu memiliki fungsi sebagai mekanisme pendelegasian

sebagian kedaulatan rakyat kepada peserta pemilu (calon anggota

legislatif maupun calon pejabat eksekutif).

c. Ketiga, pemilu sebagai mekanisme yang mampu menjamin

adanya perubahan politik (sirkulasi elit dan perubahan pola dan

arah kebijakan publik) secara periodik.

d. Keempat, pemilu sebagai sarana penyelesaian konflik dengan cara

memindahkan berbagai macam perbedaan dan pertentangan

kepentingan yang ada di masyarakat ke dalam lembaga legislatif dan

eksekutif untuk dimusyawarahkan, diperdebatkan, dan diselesaikan

secara terbuka dan beradab.52

Dalam penelitian ini kita akan membahas mengenai jenis pelanggaran

dalam pilkada Kabupaten Deiyai ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7

51

Ibid 52

Ramlan Surbakti, Transformasi Bawaslu dan Partisipasi Masyarakat Dalam

Pengawasan Pemilu (Jakarta:Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2015), halaman 7.

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

37

tahun 2017. Proses panjang pelaksanaan Pilkada Kabupaten Deiyai 2018,

akhirnya tiba pada Putusan di Mahkamah Konstitusi Nomor 75/PHP BUB-

XVI/2018.

Pelaksanaan PSU telah dilaksanakan sesuai putusan Mahkamah

Konstitusi nomor 35/PHP.BUP-XVI/2018 digelar secara aman, lancar dan

kondusif, dengan supervisi KPU dan Bawaslu dari pusat hingga daerah, dan

pengamanan ketat dari Kepolisian dan TNI. Hingga saat ini masyarakat

tetap menahan diri menjaga keamanan, sekalipun jadwal putusan MK belum

dikeluarkan. Namun kami tidak bisa menahan pendukung kami, jika putusan

sengketa pilkada tersebut, mencederai aspirasi rakyat. Sebelumnya,

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Deiyai, Propinsi Papua

tak kunjung usai. Setelah sebelumnya dalam pilkada serentak pada 27 Juni

2018, dimenangkan calon bupati dan wakil bupati yang maju dari jalur

independen, Ateng Edowai - Hengky Pigai, muncul gugatan sengketa

pilkada ke Mahkamah Konstitusi (MK) oleh paslon nomor urut 4, Inarius

Douw -Anakletus Doo dan paslon nomor urut 3, Dance Takimai -Robert

Dawapa. Dalam sidang sengketa pilkada, Rabu (12/9), Mahkamah

Konstitusi (MK) memerintahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Kabupaten Deiyai Provinsi Papua, untuk melakukan pemungutan suara

ulang di 12 TPS.

Pemungutan suara ulang pun dilakukan pada 16 Oktober 2018,

hasilnya pun tidak jauh berbeda, calon Independen nomor urut 1, Ateng

Edowai -Hengki Pigai meraih suara 19.300 suara, Keni Ikomou-Abraham

Tekege meraih 7.552, Dance Takimai – Robert Dawapa 15.230 dan Inarius

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

38

Douw – Anaklektus Doo 18.916 suara. Meskipun 2 paslon nomor urut 2

dan 3 menerima, namun hasil ini juga tidak membuat pasangan calon bupati

dan wakil bupati nomor urut 4 Inarius Douw – Anaklektus, puas. Gugatan

sengketa kembali dilayangkan ke MK. Sidang sengketa Pilkada yang digelar

kedua kalinya dilakukan pada 1 November 2018. 53

Putusan MK untuk perkara ini terkait dengan hasil pemungutan suara

ulang atau PSU di beberapa wilayah Kabupaten Deiyai yang kembali

diperkarakan pasangan Inarius-Anakletus. Pasangan Inarius-Anakletus,

melalui kuasa hukumnya M Salman Darwis berpendapat telah terjadi

pelanggaran dan kecurangan yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Deiyai

bersama-sama dengan paslon nomor urut 1 dalam Pilkada Kabupaten

Deiyai, Ateng Edowai - Hengky Pigai.

Inarius - Anakletus menduga KPU tidak bersikap independen karena

berpihak pada paslon nomor urut 1, karena KPU diduga memanipulasi hasil

kesepakatan masyarakat Kampung Komauto, Distrik Kapiraya, yang

memberikan 1.208 suara kepada paslon nomor urut 1. Selain itu, KPU

beserta paslon nomor urut 1 diduga menggunakan kekerasan dan intimidasi

kepada masyarakat Kampung Diyai 1, untuk melakukan manipulasi hasil

kesepakatan masyarakat Kampung Diyai I, Distrik Tigi Barat memberikan

2.000 suara kepada Paslon Nomor Urut 1.

Berdasarkan hasil tersebut, Salman mengatakan pihak pemohon

seharusnya ditetapkan sebagai pemenang dalam Pilbup Kabupaten Deiyai

Tahun 2018 dengan akumulasi perolehan 17.346 suara ditambah 3.273

53

Putusan di Mahkamah Konstitusi Nomor 75/PHP.BUP-XVI/2018.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

39

menjadi 20.619 suara. Karena itu, Inarius - Anakletus meminta mahkamah

untuk membatalkan Keputusan KPU Kabupaten Deiyai Nomor:

30/HK.03.1-Kpt/9128/KPU-Kab/X/2018 tentang Penghitungan Suara dari

Setiap Distrik di Tingkat Kabupaten dalam Pilbup Kabupaten Deiyai,

mendiskualifikasi Paslon Nomor Urut 1 karena melakukan pelanggaran

terstruktur, sistematis, dan masif.

Dimana dalam pemungutan suara ulang yang diputus Mahkamah

Konstitusi dalam Putusan Mahkamah konstitusi Nomor 35/PHP.BUP-XIV-

2018 dinyatakan bahwa terdapat beberapa pelanggaran, yaitu:

1. Termohon tidak bersikap independen dengan berpihak kepada

pasangan calon nomor urut 1; Ateng Edowai-Hengky-Pigai.

2. KPU Kabupaten Deiyai melakukan pemberhentian antar waktu

terhadap penyelenggara pemilihan ditingkat kampung.

3. Termohon memanipulasi hasil kesepakatan kampung komaoto distrik

kapiraya yang memberikan suara sebanyak 1208 suara kepada

pemohon.

4. Dengan menggunakan kekerasan dan intimidasi termohon beserta

pasangan calon nomor urut1; Ateng Edowai-Hengky-Pigai

memanipulasi kesepakatan masyarakat kampung deiyai 1, distrik tigi

barat yang memberikan suara sebanyak 2000 suara kepada pemohon.

Selain itu, pemohon juga meminta Mahkamah untuk menetapkan

perolehan suara hasil Pilkada Kabupaten Deiyai Tahun 2018 yang benar

menurut pemohon, yaitu Ateng Edowai dan Hengky Pigai (paslon nomor

urut 1) memperoleh 17.605 suara, Keni Ikamou dan Abraham Tekege

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

40

(Paslon Nomor Urut 2) memperoleh 7.548 suara, Dance Takimai dan Robert

Dawapa (paslon nomor urut 3) memeroleh 15.226 suara, dan pemohon

memperoleh 20.619 suara.

Menurut Peneliti, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1)

Undang Undang Dasar 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, serta juga Pasal 12

ayat (1) huruf d Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah

memeriksa, mengadili dan memutus perselisihan tentang Pemilihan Umum

Mahkamah juga pernah memutus terkait perkara sengketa PHPUD, dengan

pertimbangan hukum bahwa dalam mengawal konstitusi Mahkamah tidak

dapat membiarkan dirinya oleh keadilan prosedural semata-mata, melainkan

juga keadilan substansial Bahwa perkara yang diajukan oleh Pemohon ini

nadalah perkara mengenai Sengketa Hasil Pemilihan Umum Kepada Daerah

dan Wakil Kepala Daerah Tingkat Kabupaten Deiyai tahun 2018 beserta

segala pelanggaran hukum terhadap asas-asaas Pemilihan Umum yang

langsung, jujur, adil, bebas dan rahasia sesuai dengan Pasal 2 Undang-

Undang RI Nomor 7 tahun 201754

Terkait dengan itu, pihaknya sudah mengajukan gugatan ke

Mahkamah Knstitusi (MK) yang saat ini sedang dalam proses. Karena itu ia

meminta agar proses pemilukada Putaran II distop sebelum ada jawaban dari

MK. Selanjutnya meminta kepada KPU Provinsi Papua segera

menikdaklanjuti Surat Panwas Pusat membentuk Dewan Kehormatan KPU

54

Ramlan Surbakti, Perekayasaan Sistem Pemilihan Umum (Jakarta: Kemitraan,2008),

halaman 23.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

41

Papua untuk memeriksa dugaan pelanggaran hukum dan kode etik, lalu

memberikan klarifikasi kepada semua pihak. Selanjutnya melakukan PAW

kepada Ketua dan anggota KPU Deyiai. Sehingga pemilukada ulang bisa

dimulai dari tahap verifikasi. Sebab jika Pilkada putaran II dipaksakan akan

menjadi preseden buruk. “Sama saja kita meletakkan dasar yang buruk

untuk Pilkada ke Deiyai, yang akan berdampak pada kelangsungan

pembangunan ke depan di Kabupaten Deyiai. Sebaliknya, jika ini dimulai

dari awal (diulang) dengan cara yang benar berarti pemerintah meletakkan

pondasi yang benar, dengan demikian apa yang dicita-citakan rakyat yaitu

kehidupan yang sejahtera dapat tercapai.55

Jika proses Pilkada ini dilakukan secara benar, maka siapun yang

terpilih nantinya harus didukung semua pihak, sebab itulah yang terbaik

dari semua kandidat. Hal ini juga bisa membuktikan bahwa Intelektual

Deiyai bisa melaksanakan Pilkada yang benar sama dan sejajar dengan

daerah lainnya di Indonesia. Karena itu, untuk menjamin kepastian hukum

kedepan, Pilkada Deiyai harus dilaksanakan lembaga penyelenggara KPU

yang bersih, menjalankan pesta demokrasi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku, sehingga produk yang terpilih merupakan putra-

putra terbaik Deiyai yang didukung masyarakat Kabupaten Deiyai di atas

pemilihan yang adil dan bermartabat.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap event Pilkada turut serta

berimplikasi kepada beragam tindak pelanggaran pemilu, kekisruhan dalam

pelaksanannya, serta juga menimbulkan kondisi yang tidak aman bagi

55

Ibid.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

42

masyarakat. Hal ini merupakan kerawanan yang kerap kali muncul dan

terjadi dari setiap momen-momen politik seperti ini. Namun kita tidak dapat

alergi terhadap hal-hal yang semacam ini, karena bagaimanapun inilah

tantangan besar yang mau tak mau akan dihadapi oleh suatu negara dalam

membangun demokrasi yang baik.56

KPU mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan Pemilu

berdasarkan ketentuan Pasal 22E UUD 1945 ayat (5) yang menyebutkan:

“Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang

bersifat nasional, tetap, dan mandiri”. Dengan demikian, KPU merupakan

sebuah alat perlengkapan negara atau institusi yang melaksanakan kegiatan

pemerintahan, dalam hal ini adalah menyelenggarakan Pemilihan Umum.

Untuk menyelenggarakan Pemilu, KPU memiliki wewenang menerbitkan

peraturan dan keputusan dalam lingkup tahapan penyelenggaraan pemilihan

umum, yaitu tahap sebelum pemungutan suara (pre-electoral period), tahap

saat pemungutan suara (electoral period) dan tahap setelah berlangsungnya

pemungutan suara (post-electoral period).57

Pelaksanaan tahapan-tahapan tersebut harus sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan asas-asas umum pemerintahan yang baik (general

principle of good administration). Keputusan penyelenggaraan pemilihan

umum termasuk administratievebeschikking dan merupakan perbuatan

hukum publik bersegi satu (eenzijdige publikrechtelijke handeling).Namun

demikian, keputusan KPU dapat dibedakan menjadi keputusan hasil

pemilihan umum (the election result decision) dan keputusan bukan hasil

56

Ibid. 57

Ibid.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

43

pemilihan umum (the election unresult decision). Hal ini terkait dengan

kewenangan lembaga yang menangani sengketanya. Keputusan hasil

pemilihan umum (the election result dispute) menjadi wewenang

Mahkamah Konstitusi, sedangkan sengketa keputusan bukan hasil

pemilihan umum (the election unresult dispute) menjadi wewenang

Peradilan Tata Usaha Negara dan Mahkamah Agung.58

Selanjutnya pengertian pelanggaran administrasi Pemilu adalah

pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang

berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan

penyelenggaraan Pemilu di luar tindak pidana Pemilu dan pelanggaran kode

etik penyelenggara Pemilu. Dengan demikian dari seluruh tahapan tersebut,

ketika ada tata cara, prosedur, atau mekanisme yang dilanggar, dapat disebut

dengan pelanggaran administrasi Pemilu.59

Sengketa tata usaha negara Pemilu merupakan sengketa yang timbul

antara: KPU dan Partai Politik calon Peserta Pemilu yang tidak lolos

verifikasi sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU tentang penetapan

Partai Politik Peserta Pemilu. KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/

Kota dengan calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD

kabupaten/ kota yang dicoret dari daftar calon tetap.60

58

Ibid. 59

Nasir, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (Jakarta: Djambatan, 2003), halaman

7. 60

Ibid.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

44

B. Proses Penyelesaian Pelanggaran Pilkada Kabupaten Deiyai Ditinjau

Dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilu.

Sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU tentang penetapan

daftar calon tetap Kewenangan untuk menyelesaikan sengketa Pemilu

berada pada Bawaslu yang dapat mendelegasikannya kepada Bawaslu

Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas

Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri. Bawaslu memeriksa

dan memutus sengketa Pemilu paling lama 12 (dua belas) hari sejak

diterimanya laporan atau temuan. Penyelesaian sengketa Pemilu oleh

Bawaslu dilakukan melalui tahapan:61

1. Menerima dan mengkaji laporan atau temuan.

2. Mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa untuk mencapai

kesepakatan melalui musyawarah dan mufakat

Dalam hal tidak tercapai kesepakatan antara pihak yang bersengketa

Bawaslu memberikan alternatif penyelesaian kepada pihak yang

bersengketa. Keputusan Bawaslu mengenai penyelesaian sengketa Pemilu

merupakan keputusan terakhir dan mengikat, kecuali keputusan terhadap

sengketa Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi Partai Politik Peserta

Pemilu dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan

DPRD kabupaten/kota. Sengketa Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi

Partai Politik Peserta Pemilu dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD,

DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota diselesaikan terlebih dahulu di

Bawaslu. Dalam hal sengketa Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi

61

Ramlan Surbakti, Transformasi Bawaslu dan Partisipasi Masyarakat Dalam

Pengawasan Pemilu,Op.Cit.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

45

Partai Politik Peserta Pemilu dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD dan

DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota tidak dapat diselesaikan, para

pihak yang merasa kepentingannya dirugikan oleh keputusan KPU dapat

mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan tinggi tata usaha negara.

Seluruh proses pengambilan keputusan Bawaslu wajib dilakukan melalui

proses yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketentuan lebih

lanjut mengenai tata cara penyelesaian sengketa Pemilu diatur dalam

Peraturan Bawaslu.62

Penyelesaian sengketa proses pemilu merupakan amanat Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang diemban

Bawaslu dalam menegakkan keadilan pemilu. Putusan yang ditetapkan

harus sesuai dengan amanat undang-undang demi tegaknya keadilan pemilu

itu sendiri.Sengketa di Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota

dapat diselesaikan melalui Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTUN)

sesuai dengan ketentuan undang-undang. Ada dua implikasi penting dalam

konteks ini terkait dengan mekanisme penyelesaian sengketa pemilu.

Pertama, Bawaslu RI tidak bisa campur tangan langsung dalam penyelesain

sengketa yang ditangani jajaran dibawahnya, sehingga Bawaslu RI harus

menempuh mekanisme tidak langsung dalam melakukan pembinaan pada

jajaran dibawahnya seperti melalui penerbitan Peraturan Bawaslu No 8

tahun 2015 tentang Penyelesaian Sengketa Pemilihan, atau melalui

penguatan kapasitas melalui pelatihan dan bimbingan teknis. Bawaslu juga

dapat melakukan pembinaan dengan menggunakan mekanisme

62

Ibid.

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

46

mengirimkan tim ahli untuk mem-backup jajarannya dalam menyelesaikan

sengketa pemilihan. Kedua, kapasitas dan kapabilitas ketua dan anggota

Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota akan sangat menentukan

kualitas penyelesaian sengketa pemilu, padahal tidak semua anggota

bawaslu provinsi dan panwaslu Kabupaten/kota memiliki pengalaman

dalam penyelesaian sengketa pemilu. Penyelesaian sengketa pemilu tidak

hanya membutuhkan pengetahuan yang memadai tapi juga skill yang cukup

untuk bernegosiasi dan mengelola kepentingan-kepentingan yang saling

bertentangan.63

Kedudukan Hukum Bahwa karena Pemohon adalah sebagai Pasangan

Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilukada

Kabupaten Deiyai Tahun 2018 yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan

Umum Kabupaten Deiyai sebagai salah satu pasangan calon peserta dalam

Pemilukada Kabupaten Deiyai Tahun 2018 dan para Pemohon merasa

kepentingannya dirugikan, maka sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf a

Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum

Kepala Daerah, Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) dan

sah-sah saja Pemohon mengajukan permohonan keberatan kepada

Mahkamah Konstitusi. Untuk itu terhadap dalil Pemohon yang terkait

dengan kedudukan hukum (legal standing) tidak perlu Pihak Terkait jawab

atau tanggapi, dan Pihak Terkait menyerahkan kepada Majelis Hakim

Mahkamah Konstitusi untuk menilai -apakah Pemohon memiliki kedudukan

63

Ibid.

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

47

hukum (legal standing) atau tidak dalam perkara ini. Tenggang Waktu

Pengajuan Permohonan Terkait dengan tenggang waktu mengajukan

permohonan keberatan ke Mahkamah Konstitusi telah diatur secara tegas

dan jelas dalam ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), Peraturan

Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara

Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah. Terhadap

apakah Pemohon dalam mengajukan permohonanya telah sesuai dengan

ketentuan hukum yang ada atau tidak, dan atau telah sesuai dengan tenggang

waktu pengajuan permohonan atau tidak. Dalam hal ini Pihak terkait

mempercayakan sepenuhnya kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi,

untuk menilainya. Pihak Terkait yakin bahwa Mahkamah Konstitusi akan

menerapkan hukum secara konsisten dalam pelaksanaannya, dalam

pengertian jika permohonan keberatan yang diajukan oleh Pemohon telah

lewat waktu atau telah melampaui tenggang waktu yang diberikan oleh

Undang-Undang, maka dengan sendirinya Mahkamah Konstitusi akan

secara konsisten menolaknya.64

a. Dalam Objek Permohonan Dalam Eksepsi: Permohonan Permohon

tidak jelas atau bersifat kabur (obscuur libel).

b. Bahwa substansi permohonan Pemohon tidak termasuk objek

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah karena keberatan

yang diajukan tidak mengamanatkan ketentuan Pasal 106 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, ketentuan Pasal 74 dan Pasal

75 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, dan ketentuan Pasal 4

64

Putusan di Mahkamah Konstitusi Nomor 31/PHPU.D-X/2012.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

48

ayat (2) dan Pasal 6 ayat (2) PMK Nomor 15 Tahun 2008, yang pada

pokoknya menentukan objek sengketa dalam Pilkada di Mahkamah

Konstitusi adalah hanya keberatan berkenaan dengan hasil

penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon",

oleh karena itu sudah sepantasnyalah keberatan dari Pemohon ini

untuk ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima karena

permohonan Pemohon sangat ilusi dan kabur (obscuur libel) bahkan

cenderung dipaksakan untuk dijadikan dasar diajukannya permohonan

keberatan ini oleh Pemohon (vide Bukti PT-1).

c. Bahwa Pihak terkait memandang objek keberatan Pemohon kabur dan

tidak jelas karena Pemohon sama sekali tidak mempersoalkan hasil

penetapan perhitungan suara, namun hanya mempermasalahkan

proses distribusi administrasi Pemilukada di Kabupaten Deiyai.

Bahwa karena tidak jelasnya objek keberatan Pemohon, sudah

sepatutnyalah Majelis Mahkamah Konstitusi yang mulia untuk

menyatakan tidak diterimanya permohonan Pemohon a quo Dalam

Pokok Permohonan .

d. Bahwa Pihak Terkait menolak seluruh dalil-dalil Pemohon yang

dikemukakan pada permohonannya kecuali yang diakui secara tegas

oleh Pihak Terkait di dalam tanggapan ini.

e. Bahwa Pihak terkait menyatakan bahwa Termohon telah

melaksanakan tahapan Pemilukada Kabupaten Deiyai dengan

konsisten dalam menjalankan semua tahapan dari mulainya

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Pelanggaran Dalam

49

pendaftaran sampai dengan pelaksanaan rekapitulasi penghitungan

suara ditingkat TPS sampai dengan Tingkat Kabupaten.

f. Bahwa dengan mengendepankan asas Pemilu yang Jurdil, Termohon

telah mengumumkan hasil perolehan suara untuk masing-masing.

g. Bahwa dengan hasil perolehan suara maka Pihak Terkait berhak untuk

lolos ke puturan kedua dengan total suara yang diraih.

h. Bahwa Pemohon memposisikan dirinya sebagai dukun Pilkada yang

dapat menerawang tanpa ada fakta dan bukti yang akurat.

i. Bahwa hilangnya suara Pemohon itu ditingkat mana dan dilakukan

dengan cara apa dan oleh siapa, serta dialihkan kepada siapa tidak

disebutkan dengan detail.65

65

Putusan di Mahkamah Konstitusi Nomor 31/PHPU.D-X/2012.