bab iv hasil dan pembahasan 4.1 zona agroekologi...

108
14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan upaya manusia yang sifatnya terus-menerus dalam memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi populasi dan kegiatan manusia maka akan semakin meningkatkan intensitas penggunaan lahan yang mengkibatkan terjadinya degradasi lahan. Dalam hal ini diperlukan pengaturan penggunaan lahan pertaniannya sesuai kemampuan sumberdaya lahan yang ada melalui Zona Agroekologi (ZAE). ZAE adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak akan berbeda dengan nyata. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi dan tanah. Iklim merupakan peubah yang paling dominan dalam menentukan pertumbuhan tanaman. Komponen utama iklim dalam penentuan ZAE yaitu suhu udara yang berhubungan dengan ketinggian tempat , kelembaban udara serta curah hujan. Usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah. Bentuk wilayah lebih mudah dinyatakan dengan besarnya kemiringan lereng. Sifat-sifat tanah yang sangat menentukan dalam usaha pertanian adalah kemasaman dan atau tekstur dan atau drainase (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat & Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1999). Makin baik keadaan lahan maka makin banyak alternatif tanaman yang dapat dipilih. Dalam pemilihan tanaman yang sesuai untuk diusahakan pada suatu lahan, diperlukan data masukan tentang lereng, drainase, tekstur, kemasaman, serta dilengkapi dengan data rejim kelembaban atau curah hujan dan rejim suhu atau ketinggian tempat karena ZAE merupakan salah satu cara untuk menata penggunaan lahan melalui pengelompokan wilayah atas dasar kesamaan sifat dan kondisi wilayah. Salah satu tujuan pengelompokan ZAE untuk menetapkan area atau pemetaan pertanaman dan pengembangan komoditas sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Pengembangan komoditas tanaman sesuai dengan ZAE akan diperoleh usaha tani yang optimal dan berkelanjutan. Kabupaten Semarang secara administratif terbagi menjadi 19 kecamatan, 27 kelurahan dan 208 desa, berdasarkan dari karakteristik lahan yang ada maka Kabupaten Semarang memiliki keragaman ZAE yang dapat dilihat pada uraian berikut:

Upload: vuongmien

Post on 18-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Zona Agroekologi (ZAE)

Penggunaan lahan merupakan upaya manusia yang sifatnya terus-menerus dalam

memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi populasi dan kegiatan manusia maka akan semakin

meningkatkan intensitas penggunaan lahan yang mengkibatkan terjadinya degradasi lahan.

Dalam hal ini diperlukan pengaturan penggunaan lahan pertaniannya sesuai kemampuan

sumberdaya lahan yang ada melalui Zona Agroekologi (ZAE). ZAE adalah pengelompokan

suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman

tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak akan berbeda dengan nyata. Komponen utama

agroekologi adalah iklim, fisiografi dan tanah. Iklim merupakan peubah yang paling dominan

dalam menentukan pertumbuhan tanaman. Komponen utama iklim dalam penentuan ZAE

yaitu suhu udara yang berhubungan dengan ketinggian tempat , kelembaban udara serta curah

hujan. Usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah. Bentuk

wilayah lebih mudah dinyatakan dengan besarnya kemiringan lereng. Sifat-sifat tanah yang

sangat menentukan dalam usaha pertanian adalah kemasaman dan atau tekstur dan atau

drainase (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat & Proyek Pembinaan Kelembagaan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1999).

Makin baik keadaan lahan maka makin banyak alternatif tanaman yang dapat dipilih.

Dalam pemilihan tanaman yang sesuai untuk diusahakan pada suatu lahan, diperlukan data

masukan tentang lereng, drainase, tekstur, kemasaman, serta dilengkapi dengan data rejim

kelembaban atau curah hujan dan rejim suhu atau ketinggian tempat karena ZAE merupakan

salah satu cara untuk menata penggunaan lahan melalui pengelompokan wilayah atas dasar

kesamaan sifat dan kondisi wilayah. Salah satu tujuan pengelompokan ZAE untuk menetapkan

area atau pemetaan pertanaman dan pengembangan komoditas sesuai dengan daya dukung

lingkungannya. Pengembangan komoditas tanaman sesuai dengan ZAE akan diperoleh usaha

tani yang optimal dan berkelanjutan.

Kabupaten Semarang secara administratif terbagi menjadi 19 kecamatan, 27 kelurahan

dan 208 desa, berdasarkan dari karakteristik lahan yang ada maka Kabupaten Semarang

memiliki keragaman ZAE yang dapat dilihat pada uraian berikut:

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

15

4.1.1 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Ambarawa

Dari Tabel 2. menunjukkan bahwa Kecamatan Ambarawa, atas dasar fisiografi lahan

pada keragaman kelerengan terdapat beberapa zona yaitu II, III, IV dimana setiap zona

memiliki bentuk pengelolaan serta potensi pengembangan sistem pertanian tertentu sesuai

dengan daya dukung lingkungannya. Sementara itu berdasarkan ketinggian tempat memiliki

rejim suhu udara Panas hingga Sejuk sedangkan atas dasar karakteristik curah hujan memiliki

rejim kelembaban Lembab. Hal lainnya, dari karakteristik tanah memiliki kondisi drainase

yang Baik, tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran Agak masam hingga Masam serta

tekstur tanah Lempung berdebu, Lempung berpasir, dan Lempung liat berpasir.

Tabel 2. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Ambarawa

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Baran

15-25 (II)

1500-2500

(Lembab-Y)

550-700

(B-Sejuk) Baik (1)

Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung berpasir

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir

8-15 (III) IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

Bejalen 0-8 (IV) 1500-2000

(Lembab-Y)

475

(Panas-A) 525-1000

(Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

liat

berpasir

IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

IVYB1, Agak masam, Lempung liat berpasir

Kupang 0-8 (IV) 1500-2000

(Lembab-Y)

475 (Panas-A)

550-1000

(Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung liat

berpasir

IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Lempun6g berdebu

IVYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir,

Lempung berdebu

Lodoyong 0-8 (IV) 1500-2000

(Lembab-Y)

475

(Panas-A)

500-1000 (Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung liat

berpasir

IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

IVYB1, Agak masam, Lempung liat berpasir

Ngampin

15-25 (II)

1500-2000 (Lembab-Y)

475

(Panas-A) 650-1000

(Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Lempung

berpasir,

Lempung liat

berpasir

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir, Lempung liat berpasir

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir

IIIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam,

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

16

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Lempung berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir, Lempung liat berpasir

Panjang

15-25 (II)

1500-2000

(Lembab-Y)

475

(Panas-A)

600-1000 (Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung

liat berpasir

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir, Lempung liat berpasir

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir

IIIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir, Lempung liat berpasir

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir, Lempung liat berpasir

Pasekan

15-25 (II)

1500-3000 (Lembab-Y)

625-900 (Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Lempung

berpasir

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

Pojoksari 0-8 (IV) 1500-2000

(Lembab-Y)

475

(Panas-A)

500-1000 (Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berpasir, Lempung

liat

berpasir

IVYA1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir

IVYB1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir

Tambakboyo

8-15 (III)

1500-2000

(Lembab-Y)

475

(Panas-A)

525-1000 (Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

liat

berpasir

IIIYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir

IIIYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir

IVYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

Sumber: Hasil Analisis

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

17

Kecamatan Ambarawa memiliki karakteristik ZAE sebagai berikut:

1. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-40% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya sistem pertanian budidaya

tanaman tahunan. Subzona yang ada pada Zona II adalah :1) Subzona Y yaitu daerah dengan

curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab dengan curah hujan tahunan

antara 1500-3000 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl

atau rejim temperatur yang Sejuk serta, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik.

Adapun desa yang memiliki Zona II adalah Baran, Ngampin dan Pasekan.

2. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan di Zona III, sistem pertanian yang digunakan yaitu

wanatani dengan kombinasi tanaman tahunan produktif dan tanaman pangan, tanaman pakan

ternak dan tanaman pangan monokultur dengan menerapkan teknologi konsevasi. Subzona

yang ada pada Zona III adalah 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim

kelembaban udara yang Lembab, dengan curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm, 2)

Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl rejim temperatur yang

Sejuk serta, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik. Adapun desa yang memiliki Zona III

adalah Baran, Ngampin, Panjang, Pasekan dan Tambakboyo.

3. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman mencakup semua jenis komoditas, secara intensif baik untuk

tanaman semusim atau tahunan dengan menggunakan sistem monokultur ataupun

tumpangsari. Lahan pada Zona ini adalah lahan datar hingga agak datar. Subzona yang ada

pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim

kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm, 2) Subzona A

dengan ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur yang Panas dan subzona B dengan

ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur yang Sejuk serta 3) Subzona 1

dengan kondisi drainase yang Baik. Adapun desa yang memiliki Zona IV adalah Baran,

Bejalen, Kupang, Lodoyong, Ngampin, Panjang, Pasekan, Pojoksari dan Tambakboyo

(Syafruddin, dkk 2004).

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

18

4.1.2 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Bancak

Potensi suatu wilayah untuk pengembangan komoditas pertanian ditentukan oleh

kondisi fisik lahan seperti kelerengan, iklim dan tanah. Potensi wilayah dapat dilihat dari ZAE

sebagai contoh pada Tabel 3. memperlihatkan bahwa berdasarkan keragaman fisiografi lahan

di Kecamatan Bancak terdapat tiga zona agroekologi yaitu Zona II, III, IV. Sementara itu dari

sisi ketinggian tempat memiliki rejim suhu udara yang Panas hingga Sejuk dan atas dasar

karakteristik curah hujan maka Kecamatan Bancak memiliki rejim kelembaban yang Lembab.

Berdasarkan karakteristik tanah maka tingkat kemasaman tanah berada di kisaran Agak

masam dan kondisi drainase yang Baik hingga Buruk dan dari penentuan tekstur tanah adalah

kelas tekstur Lempung berdebu, Lempung berliat dan Liat.

Tabel 3. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Bancak

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Bancak

15-25 (II)

1500-2500 (Lembab-Y)

100-275 (Panas-A)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

Bantal

8-15 (III) 2000-2500

(Lembab-Y)

75-125

(Panas-A) Baik (1)

Agak

masam

Lempung

berdebu, Liat

IIIYA1, Agak masam, Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

Boto

8-15 (III)

2000-2500 (Lembab-Y)

475

(Panas-A) 500-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Buruk(2)

Agak masam

Lempung berdebu

IIIYA1, Agak masam, Lempung berdebu

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIIYA2, Agak masam, Lempung berdebu

IIIYB2, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung berdebu

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IVYA2, Agak masam,

Lempung berdebu

IVYB2, Agak masam,

Lempung berdebu

Jlumpang

8-15 (III) 2000-2500

(Lembab-Y)

100-150

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu, Liat

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

Lembu

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

125-325

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berliat, Liat

IIYA1, Agak masam,

Lempung berliat, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam,

Lempung berliat, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak

masam,Lempung berliat,

Liat

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

19

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Plumutan

15-25 (II)

2000-2500 (Lembab-Y)

75-250 (Panas-A)

Baik(1) Agak

masam

Lempung berliat,

Liat,

Lempung berdebu

IIYA1, Agak masam,

Lempung berliat, Liat,

Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berliat, Liat,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam, Lempung berliat, Liat,

Lempung berdebu

Pucung

15-25 (II)

2000-2500 (Lembab-Y)

175-450 (Panas-A)

Baik(1) Agak

masam Liat

IIYA1, Agak masam,Liat

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam, Liat

Rejosari

15-25 (II)

2000-2500 (Lembab-Y)

125-250 (Panas-A)

Baik(1) Agak

masam

Liat,

Lempung

berdebu

IIYA1, Agak masam,Liat,

Lempung berdebu

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Liat, Lempung berdebu

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam,

Liat, Lempung berdebu

Wonokerto

8-15 (III)

2000-2500

(Lembab-Y)

125-200

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2)

Agak

masam

Lempung

berdebu

IIIYA1, Agak masam, Lempung berdebu

IIIYA2, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung berdebu

IVYA2, Agak masam,

Lempung berdebu

Sumber: Hasil Analisis

Kecamatan Bancak memiliki karakteristik ZAE sebagai berikut:

1. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan derajat kemiringan lereng, maka lahan

pada Zona II, idealnya untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan

memperhatikan konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah:1)

Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang

Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm; 2) Subzona A dengan ketinggian tempat

<500 mdpl atau rejim temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara

500-1000 mdpl atau rejim temperatur Sejuk serta, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang

Baik. Adapun desa yang memiliki Zona II adalah Bancak, Lembu, Plumutan, Pucung dan

Rejosari.

2. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan dengan kondisi Zona III, idealnya digunakan untuk

penanaman sistem campuran antara tanaman keras atau tanaman tahunan produktif dengan

tanaman semusim atau pakan ternak. Subzona yang ada pada Zona III adalah 1) Subzona Y

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

20

yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab dengan

curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm, 2) Subzona A dengan ketinggian tempat <500

mdpl atau rejim temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-

1000 m dpl rejim temperatur Sejuk serta, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik, dan

beberapa tempat dengan Subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Adapun desa yang

memiliki Zona III adalah Bancak, Bantal, Boto, Jlumpang, Lembu, Plumutan, Pucung,

Rejosari dan Wonokerto.

3. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur dan tumpang sari. Lahan pada Zona IV adalah lahan datar

hingga agak datar. Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan

curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab dengan curah hujan tahunan

antara 1500-3000 mm, 2) Subzona A ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur yang

Panas dan subzona B dengan ketinggian tempat 500-1000 mdpl atau rejim temperatur yang

Sejuk serta 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik, dan beberapa tempat dengan

Subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Adapun desa yang memiliki Zona IV adalah

Bancak, Bantal, Boto, Jlumpang, Lembu, Plumutan, Pucung, Rejosari dan Wonokerto.

4.1.3 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Bandungan

Berdasarkan atas kondisi fisiografi lahan di Kecamatan Bandungan maka dapat

dibedakan menjadi 4 zona yaitu Zona I, II, III, IV. Sementara itu dari sisi ketinggian tempat,

Kecamatan Bandungan memiliki rejim suhu udara yang Sejuk hingga Dingin, sedangkan atas

dasar karakteristik curah hujan memiliki rejim kelembaban yang Lembab. Berdasarkan

karakteristik tanah maka Kecamatan Bandungan memiliki kondisi drainase yang Baik, tingkat

kemasaman tanah berada pada kisaran Agak masam serta tekstur tanah Lempung berdebu,

Lempung, Lempung berpasir dan Liat. Disamping itu masing-masing zona dapat dibagi lagi

menjadi subzona.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

21

Tabel 4. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Bandungan

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Bandungan

>40 (I)

2000-3000 (Lembab-Y)

700-1000

(Sejuk-B) 1000-1925

(Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung,

Lempung berpasir

IYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung berpasir

IYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Lempung

berpasir

15-25 (II)

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Lempung

berpasir

IIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung

berpasir

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung berpasir

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung berpasir

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Lempung

berpasir

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung

berpasir

Banyukuning

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y) >3000

(Basah-X)

800-1000

(Sejuk-B) 1000-1925

(Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Lempung

berpasir

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir

IIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir

IIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

IIIXB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir

IIIXC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

22

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

IVXB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir

IVXC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir

Candi

15-25 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

900-1000

(Sejuk-B) 1000-1950

(Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

IVYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

Duren

15-25 (II)

1500-3000 (Lembab-Y)

700-1000

(Sejuk-B) 1000-1025

(Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

IVYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

Jetis

15-25 (II)

1500-2500

(Lembab-Y)

675-850

(Sejuk-B) Baik (1)

Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung

berpasir

IIYB1,Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir

8-15 (III)

IIIYB1,Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir

0-8 (IV)

IVYB1,Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

Jimbaran

8-15 (III)

1500-2000 (Lembab-Y)

650-825 (Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

Kenteng 15-25 (II) 2000-3000

(Lembab-Y)

750-1000

(Sejuk-B) 1000-1975

(Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung,

Lempung berpasir

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung

berpasir

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung berpasir

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

23

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung

berpasir

IIIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung

berpasir

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung berpasir

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung berpasir

Mlilir

15-25 (II)

1500-2000 (Lembab-Y)

600-750 (Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam Lempung berdebu

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

8-15 (III) IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

Pakopen

15-25 (II)

1500-2500

(Lembab-Y)

575-1000 (Sejuk-B)

1000-1925

(Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung,

Liat

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Liat

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Liat

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Liat

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Liat

Sidomukti

15-25 (II)

2000-3000

(Lembab-Y)

800-1000

(Sejuk-B)

1000-1925 (Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam Lempung

IIYB1, Agak masam,

Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung

IIIYC1, Agak masam, Lempung

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung

IVYC1, Agak masam, Lempung

Sumber: Hasil Analisis

Tabel 4. menunjukkan karakteristik ZAE di Kecamatan Bandungan beserta arahan

penggunaan lahan sebagai berikut:

1. Zona I adalah lahan yang mempunyai kemiringan lereng >40% atau wilayah bergunung

yang sangat curam dimana sangat berpotensi untuk terjadi erosi semakin curam lereng maka

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

24

akan semakin terbatas pilihan tanaman yang dibudidayakan maupun sistem pertaniannya.

Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah kelerengan ini adalah dengan

membuat teras-teras konservasi ataupun dengan menanam tanaman kehutanan atau tanaman

tahunan dan wilayah ini cocok untuk kehutanan atau hutan produktif atau hutan lindung.

Terdapat beberapa subzona yang ada pada Zona I di Kecamatan Bandungan yaitu: 1) Subzona

Y merupakan wilayah dengan curah hujan tinggi sehingga mempunyai rejim kelembaban

udara yang Lembab; 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl

atau rejim temperatur Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000

m dpl yang mempunyai rejim temperatur udara yang Dingin; 3) Subzona 1 merupakan

wilayah yang mempunyai kondisi drainase yang Baik. Adapun, desa yang memiliki Zona I

adalah Bandungan.

2. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut idealnya untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah:1) Subzona Y yaitu

daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan

tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-

1000 m dpl atau rejim temperatur Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian

tempat >1000 m dpl yang mempunyai rejim temperatur udara yang Dingin; 3) Subzona 1

dengan kondisi drainase yang Baik. Adapun, desa yang memiliki Zona II adalah Bandungan,

Banyukuning, Candi, Duren, Jetis, Kenteng, Mlilir, Pakopen dan Sidomukti.

3. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, ideal digunakan untuk penanaman campuran

antara tanaman keras atau tanaman tahunan produktif dengan tanaman semusim atau pakan

ternak. Subzona yang ada pada Zona III adalah 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan

tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm,

2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl atau rejim temperatur

Sejuk serta Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000 m dpl yang

mempunyai rejim temperatur udara Dingin; 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik.

Adapun, desa yang memiliki Zona III adalah Bandungan, Banyukuning, Candi, Duren, Jetis,

Jimbaran, Kenteng, Mlilir, Pakopen dan Sidomukti.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

25

4. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur atau campuran. Lahan ini adalah lahan datar hingga agak

datar. Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan

tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm,

2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur

Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000 m dpl yang mempunyai

rejim temperatur udara Dingin; 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik. Adapun,

desa yang memiliki Zona IV adalah Bandungan, Banyukuning, Candi, Duren, Jetis, Jimbaran,

Kenteng, Mlilir, Pakopen dan Sidomukti (Darmawan F., 2000).

4.1.4 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Banyubiru

Dapat dilihat pada Tabel 4.1.4 di Kecamatan Banyubiru memiliki 10 desa dimana

wilayahnya mempunyai karakteristik yang bervariasi dan secara fisiografi lahan/kelerengan

dibedakan menjadi 4 zona yaitu zona I, II, III, IV. Setiap zona dibagi lagi menjadi subzona

yang didasarkan pada ketinggian tempat, curah hujan dan karakter tanah. Oleh karena itu atas

dasar ketinggian tempat maka di Kecamatan Banyubiru memiliki rejim suhu udara Panas-

Sejuk-Dingin, sedangkan atas dasar karakteristik curah hujan memiliki rejim kelembaban yang

Lembab. Berdasarkan karakteristik tanah memiliki kondisi drainase Baik, tingkat kemasaman

tanah berada pada kisaran Agak masam serta tekstur tanah Lempung liat berpasir, Lempung,

Lempung berpasir, Lempung liat, Liat.

Tabel 5. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Banyubiru

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Banyubiru

>40 (I)

1500-3000 (Lembab-Y)

500

(Sejuk-B) 1000-1050

(Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berpasir, Lempung

liat

berpasir, Lempung

berliat

IYB1, Agak masam,

Lempung berpasir, Lempung liat berpasir,

Lempung berliat

IYC1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir,

Lempung berliat

15-25 (II)

IIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir, Lempung berliat

IIYC1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir, Lempung berliat

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

26

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir,

Lempung berliat

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir, Lempung berliat

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berpasir, Lempung liat berpasir,

Lempung berliat

IVYC1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir,

Lempung berliat

Gedong

>40 (I)

2500-3000

(Lembab-Y)

525-1000

(Sejuk-B)

1000-1175 (Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam Lempung

IYB1, Agak masam, Lempung

IYC1, Agak masam,

Lempung

15-25 (II)

IIYB1, Agak masam, Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam, Lempung

IIIYC1, Agak masam,

Lempung

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam, Lempung

IVYC1, Agak masam,

Lempung

Kebondowo

15-25 (II)

1500-2000

(Lembab-Y)

475 (Panas-A)

950-1000

(Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung berpasir,

Lempung

liat berpasir,

Liat,

Lempung

IIYA1, Agak masam, Lempung

berpasir,Lempung liat

berpasir, Liat, Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung

berpasir,Lempung liat berpasir, Liat, Lempung

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung

berpasir,Lempung liat berpasir, Liat, Lempung

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berpasir,Lempung liat

berpasir, Liat, Lempung

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung

berpasir,Lempung liat

berpasir, Liat, Lempung

IVYC1, Agak masam, Lempung

berpasir,Lempung liat

berpasir, Liat, Lempung

Kebumen

>40 (I)

2000-3000 (Lembab-Y)

475

(Panas-A) 1000-1175

(Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam Liat,

Lempung

IYA1, Agak masam, Liat, Lempung

IYB1, Agak masam, Liat,

Lempung

15-25 (II)

IIYA1, Agak masam, Liat,

Lempung

IIYB1, Agak masam, Liat,

Lempung

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

27

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam, Liat, Lempung

IIIYB1, Agak masam, Liat,

Lempung

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Liat, Lempung

IVYB1, Agak masam,

Liat, Lempung

Kemambang

15-25 (II)

1500-3000

(Lembab-Y)

575-1000 (Sejuk-B)

1000-1100

(Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam Lempung

IIYB1, Agak masam,

Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung

IIIYC1, Agak masam,

Lempung

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung

IVYC1, Agak masam,

Lempung

Ngrapah

15-25 (II)

1500-2000

(Lembab-Y)

475

(Panas-A)

750-1000 (Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berpasir,

Lempung

liat

berpasir,

Lempung berpasir

IIYA1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir, Lempung berpasir

IIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir, Lempung berpasir

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berpasir, Lempung liat berpasir,

Lempung berpasir

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir, Lempung liat berpasir,

Lempung berpasir

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir,

Lempung berpasir

IVYB1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir, Lempung berpasir

Rowoboni

15-25 (II)

1500-2500 (Lembab-Y)

475

(Panas-A) 625-1000

(Sejuk-B)

Baik (1) Agak

masam

Lempung

berpasir, Lempung

liat

berpasir, Liat,

Lempung

IIYA1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir, Liat, Lempung

IIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir,

Liat, Lempung

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berpasir, Lempung liat berpasir,

Liat, Lempung

IIIYB1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir,

Liat, Lempung

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir, Liat, Lempung

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

28

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

IVYB1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung liat berpasir,

Liat, Lempung

Sepakung

>40 (I)

2500-3000 (Lembab-Y)

675-1000

(Sejuk-B) 1000-1825

(Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam Lempung

IYB1, Agak masam,

Lempung

IYC1, Agak masam,

Lempung

15-25 (II)

IIYB1, Agak masam,

Lempung

IIYC1, Agak masam, Lempung

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung

IIIYC1, Agak masam, Lempung

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung

IVYC1, Agak masam, Lempung

Tegaron

>40 (I)

2000-3000

(Lembab-Y)

475

(Panas-A) 500-1000

(Sejuk-B)

1000-1200 (Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam

Liat,

Lempung

IYA1, Agak masam, Liat,

Lempung

IYB1, Agak masam, Liat, Lempung

IYC1, Agak masam, Liat,

Lempung

15-25 (II)

IIYA1, Agak masam, Liat, Lempung

IIYB1, Agak masam, Liat,

Lempung

IIYC1, Agak masam, Liat, Lempung

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Liat, Lempung

IIIYB1, Agak masam, Liat, Lempung

IIIYC1, Agak masam, Liat,

Lempung

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Liat, Lempung

IVYB1, Agak masam,

Liat, Lempung

IVYC1, Agak masam, Liat, Lempung

Wirogomo

>40 (I)

2500-3000

(Lembab-Y)

700-1000 (Sejuk-B)

1000-1400

(Dingin-C)

Baik (1) Agak

masam Lempung

IYB1, Agak masam,

Lempung

IYC1, Agak masam, Lempung

15-25 (II)

IIYB1, Agak masam,

Lempung

IIYC1, Agak masam, Lempung

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung

IIIYC1, Agak masam, Lempung

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung

IVYC1, Agak masam, Lempung

Sumber: Hasil Analisis

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

29

Kecamatan Banyubiru memiliki karakteristik ZAE sebagai berikut:

1. Zona I adalah lahan yang memiliki kemiringan lereng >40% atau wilayah yang

bergunung sangat curam dimana pada kelerengan ini tidak diijinkan untuk budidaya tanaman

pertanian, maka wilayah tersebut idealnya untuk kehutanan sebagai wilayah konservasi, hutan

produktif atau hutan lindung. Terdapat beberapa subzona pada Zona I adalah sebagai berikut:

1) Subzona Y merupakan wilayah dengan curah hujan tinggi sehingga mempunyai rejim

kelembaban udara yang Lembab, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-

1000 m dpl atau rejim temperatur yang Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan

ketinggian tempat >1000 m dpl mempunyai rejim temperatur udara yang Dingin; 3) Subzona 1

merupakan wilayah yang mempunyai kondisi drainase yang Baik. Adapun desa yang memiliki

Zona I: Banyubiru, Gedong, Kebumen, Sepakung, Tegaron dan Wirogomo.

2. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut idealnya untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah 1) Subzona Y yaitu

daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan

tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim

temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl atau

rejim temperatur Sejuk serta Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000 m

dpl yang mempunyai rejim temperatur udara Dingin, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase

yang Baik. Adapun, desa yang memiliki Zona II adalah Banyubiru, Gedong, Kebondowo,

Kebumen, Kemambang, Ngrapah, Rowoboni, Sepakung, Tegaron dan Wirogomo.

3. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, idealnya digunakan untuk penanaman sistem

campuran antara tanaman keras atau tanaman tahunan produktif dengan tanaman semusim

atau pakan ternak. Subzona yang ada pada Zona III adalah 1) Subzona Y yaitu daerah dengan

curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang lembab, curah hujan tahunan antara

1500-3000 mm, 2) Subzona A ketinggian tempat <500 m dpl atau rejim temperatur Panas,

Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl atau rejim temperatur

Sejuk serta Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian >1000 m dpl yang mempunyai

rejim temperatur udara Dingin serta, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik.

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

30

Adapun, desa yang memiliki Zona III adalah Banyubiru, Gedong, Kebondowo, Kebumen,

Kemambang, Ngrapah, Rowoboni, Sepakung, Tegaron dan Wirogomo.

4. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur atau tumpang sari. Lahan ini adalah lahan datar hingga agak

datar. Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan

tinggi atau rejim kelembaban udara yang lembab, curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm,

2) Subzona A ketinggian tempat <500 m dpl atau rejim temperatur panas, Subzona B dengan

daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl atau rejim temperatur yang Sejuk, Subzona C

merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000 m dpl yang mempunyai rejim temperatur

udara Dingin, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik. Adapun desa yang memiliki

Zona IV adalah Banyubiru, Gedong, Kebondowo, Kebumen, Kemambang, Ngrapah,

Rowoboni, Sepakung, Tegaron dan Wirogomo (Syafruddin dkk, 2004).

4.1.5 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Bawen

Pengelompokan karakterisik fisiografi lahan, Kecamatan Bawen terdiri atas tiga zona

yaitu zona II, III, IV. Sementara itu berdasarkan ketinggian tempat memiliki rejim suhu udara

Panas hingga Sejuk, sedangkan dari sisi karakteristik curah hujan memiliki rejim kelembaban

Lembab. Berdasarkan karakteristik tanah memiliki kondisi drainase Baik dan Buruk, tingkat

kemasaman tanah berada pada kisaran Agak masam serta tekstur tanah Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat. Berikut ZAE Kecamatan Bawen yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Bawen

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat

(m dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Asinan

15-25 (II)

1500-3000 (Lembab-Y)

475

(Panas-A) 575-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Buruk(2)

Agak masam

Lempung

liat

berpasir

IIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

IIYA2, Agak masam, Lempung liat berpasir

IIYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

IIYB2, Agak masam, Lempung liat berpasir

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

IIIYA2, Agak masam, Lempung liat berpasir

IIIYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

31

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat

(m dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

IIIYB2, Agak masam, Lempung liat berpasir

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

IVYA2, Agak masam, Lempung liat berpasir

IVYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

IVYB2, Agak masam,

Lempung liat berpasir

Bawen

15-25 (II)

1500-3000 (Lembab-Y)

450

(Panas-A) 600-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung liat

berpasir,

Liat

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir, Liat

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

IVYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

Doplang

15-25 (II)

1500-2000

(Lembab-Y)

550-650

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung liat

berpasir

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir

Harjosari

15-25 (II)

1500-2500

(Lembab-Y)

475

(Panas-A)

775-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung berdebu,L

empung

liat

berpasir,

Liat

IIYA1, Agak masam,

Lempung

berdebu,Lempung liat berpasir, Liat

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,Lempung liat

berpasir, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,Lempung liat

berpasir, Liat

IIIYB1, Agak masam,

Lempung

berdebu,Lempung liat

berpasir, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung

berdebu,Lempung liat

berpasir, Liat

IVYB1, Agak masam,

Lempung

berdebu,Lempung liat berpasir, Liat

Kandangan 15-25 (II) 2000-3000

(Lembab-Y)

225

(Panas-A) 550-1000

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Lempung

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir, Liat

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

32

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat

(m dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

(Sejuk-B) liat berpasir,

Liat

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir, Liat

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

Lemahireng

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

325

(Panas-A)

575-1000 (Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung

liat berpasir,

Liat

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

IIIYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir, Liat

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Liat

Polosiri

15-25 (II)

1500-2500

(Lembab-Y)

250-475

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam Liat

IIYA1, Agak masam, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam, Liat

Poncorusu

15-25 (II)

1500-2500

(Lembab-Y)

575-750

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

8-15 (III) IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

Samban

8-15 (III) 1500-2000

(Lembab-Y)

500-575

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

Sumber: Hasil Analisis

Kecamatan Bawen memiliki karakteristik ZAE sebagai berikut:

1. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut dapat direkomendasikan untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan

memperhatikan konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II: 1) Subzona Y

yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

33

hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A ketinggian tempat <500 m dpl atau rejim

temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl atau

rejim temperatur Sejuk, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik. Di Kecamatan

Bawen, desa yang memiliki Zona II adalah Asinan, Bawen, Doplang, Harjosari, Kandangan,

Lemahireng, Polisiri dan Poncosuro.

2. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, ideal digunakan untuk penanaman campuran

antara tanaman keras atau tanaman tahunan produktif dengan tanaman semusim atau pakan

ternak. Subzona yang ada pada Zona III: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi

atau rejim kelembaban udara yang lembab, curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm, 2)

Subzona A ketinggian tempat <500 m dpl atau rejim temperatur panas, Subzona B dengan

daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl atau rejim temperatur Sejuk, 3) Subzona 1

dengan kondisi drainase Baik. Desa Asinan, Bawen, Doplang, Harjosari, Kandangan,

Lemahireng, Polisiri, Poncorusu, Samban memiliki Zona ini.

3. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur atau campuran. Lahan ini adalah lahan datar hingga agak

datar. Subzona yang ada pada Zona IV: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi

atau rejim kelembaban udara yang lembab, curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm, 2)

Subzona A ketinggian tempat <500 m dpl atau rejim temperatur Panas, Subzona B dengan

daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl atau rejim temperatur Sejuk, 3) Subzona 1

dengan kondisi drainase baik. Di Kecamatan Bawen, bahwa desa yang memiliki Zona IV

adalah Asinan, Bawen, Doplang, Harjosari, Kandangan, Lemahireng, Polisiri, Poncorusu,

Samban (Syafruddin, 2004).

4.1.6 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Bergas

Melihat Tabel 7, bahwa berdasar fisiografi lahan maka Kecamatan Bergas memiliki

empat zona yaitu Zona I, II, III, IV. Sementara itu berdasarkan ketinggian tempat, Kecamatan

Bergas memiliki rejim suhu udara Panas-Sejuk-Dingin, sedangkan dilihat dari karakteristik

curah hujan memiliki rejim kelembaban yang Lembab. Adapun karakteristik tanahnya

memiliki kondisi drainase Baik hingga Buruk, tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

34

Agak masam serta kelas tekstur tanah Lempung berdebu, Lempung, Lempung liat berpasir,

Liat.

Tabel 7. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Bergas

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Bergas Kidul

8-15 (III) 1500-2000

(Lembab-Y)

500-625

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu, Liat

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

Bergaslor

8-15 (III)

1500-2000 (Lembab-Y)

425

(Panas-A) 600-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Buruk(2)

Agak masam

Lempung berdebu, Liat

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

IIIYA2, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

IIIYB2, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

IVYA2, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

IVYB2, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

Gebugan

>40 (I)

2000-3000 (Lembab-Y)

425

(Panas-A)

500-1000 (Sejuk-B)

1000-1925 (Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Lempung,

Liat

IYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Liat

15-25 (II)

IIYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Liat

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IIIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IVYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Liat

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

35

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Gondoriyo

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

150-400

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2)

Agak

masam

Lempung

liat berpasir, Liat

IIYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir, Liat

IIYA2, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir, Liat

IIIYA2, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

IVYA2, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

Jatijajar

15-25 (II)

1500-2000

(Lembab-Y)

475 (Panas-A)

575-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Liat

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

Karangjati

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

425

(Panas-A)

500-1000 (Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu

IVYB1, Agak masam, Lempung berdebu

Munding

>40 (I)

1500-3000

(Lembab-Y)

625-1000 (Sejuk-B)

1000-2000

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung,

Liat

IYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Liat

15-25 (II)

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Liat

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Liat

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Liat

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Liat

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Liat

Pagersari 15-25 (II) 1500-2500

(Lembab-Y)

500-700

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam Liat

IIYB1, Agak masam, Liat

8-15 (III) IIYB1, Agak masam, Liat

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

36

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

0-8 (IV) IIYB1, Agak masam, Liat

Randugunting

8-15 (III) 1500-2000

(Lembab-Y)

500-550

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu, Liat

IIIYB1, Agak masam, Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

Wringinputih

15-25 (II)

1500-2500

(Lembab-Y)

350 (Panas-A)

550-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Liat

IIYA1, Agak masam, Lempung berdebu, Liat

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam, Lempung berdebu, Liat

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung berdebu, Liat

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

Wujil

8-15 (III)

1500-2500

(Lembab-Y)

450

(Panas-A)

525-1000 (Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Liat

IIIYA1, Agak masam, Lempung berdebu, Liat

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung berdebu, Liat

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Liat

Sumber: Hasil Analisis

Setiap zona akan memiliki bentuk pengelolaan serta potensi pengembangan sistem

pertanian tertentu sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Berdasarkan Tabel 7., maka

karakteristik masing-masing zona dan subzona yang ada di Kecamatan Bergas adalah sebagai

berikut:

4. Zona I adalah lahan yang memiliki kemiringan lereng >40% atau wilayah yang bergunung

sangat curam. Menurut Syafruddin, (2004) semakin curam lereng semakain terbatas pilihan

tanaman yang dibudidayakan maupun sistem pertaniannya. Wilayah Zona I tidak diijinkan

untuk budidaya tanaman pertanian karena resiko erosi saat curah hujan tinggi akan menjadi

sangat besar, sehingga daerah pada zona ini sebaiknya dikembangkan sebagai areal kehutanan

dengan hutan produktif atau hutan lindung. Terdapat beberapa subzona yang ada pada Zona I

yaitu: 1) Subzona Y merupakan wilayah dengan curah hujan tinggi sehingga mempunyai rejim

kelembaban udara yang Lembab, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500 -

1000 m dpl atau rejim temperatur Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian

tempat >1000 m dpl atau rejim temperatur udara Dingin; 3) Subzona 1 merupakan wilayah

yang mempunyai kondisi drainase yang Baik. Desa yang memiliki Zona I adalah Bergas dan

Munding.

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

37

1. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya, maka lahan tersebut lebih

cocok untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan konsep

pertanian konservasi. Subzona yang termasuk dalam Zona II adalah: 1) Subzona Y yaitu

daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan

tahunan antara 1500 - 2500 mm, 2) Subzona A ketinggian tempat <500 m dpl atau rejim

temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl atau

rejim temperatur Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000 m dpl

atau rejim temperatur udara Dingin, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik dan beberapa

desa dengan subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Desa yang ada pada Zona II adalah

Gebugan, Gondoriyo, Jatijajar, Karangjati, Munding, Pagersari dan Winginputih.

2. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan dengan Zona III, lebih cocok digunakan untuk

penanaman sistem wanatani atau agroforestry. Subzona yang ada pada Zona III yaitu: 1)

Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang lembab,

curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm, 2) Subzona A ketinggian tempat <500 m dpl atau

rejim temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl

atau rejim temperatur Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000

mdpl atau rejim temperatur udara Dingin, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik dan

beberapa tempat dengan Subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Adapun, desa pada

Zona III adalah Bergas Kidul, Bergas Lor, Gebugan, Gondoriyo, Jatijajar, Karangjati,

Munding, Pagersari, Randugunting, Wringinputih dan Wujil.

3. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8%, lahan ini datar hingga agak datar,

dimana pada lahan demikian sangat cocok untuk penanaman secara intensif baik untuk

tanaman semusim atau tahunan dengan menggunakan sistem monokultur atau campuran.

Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi

atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm, 2)

Subzona A ketinggian tempat <500 m dpl atau rejim temperatur Panas, Subzona B dengan

daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur Sejuk, 3) Subzona 1

dengan kondisi drainase yang Baik. Adapun, desa yang memiliki Zona IV adalah Bergas

Kidul, Bergas Lor, Gebugan, Gondoriyo, Jatijajar, Karangjati, Munding, Pagersari,

Randugunting, Wringinputih dan Wujil.

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

38

4.1.7 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Bringin

Berdasarkan karakteristik fisiografi lahan, 15 desa di Kecamatan Beringin memiliki

zona II, III, IV, dimana setiap zona dapat dibagi lagi menjadi subzona. Sementara itu

berdasarkan ketinggian tempat, maka di Kecamatan Bringin memiliki rejim suhu udara yang

Panas sedangkan atas dasar karakteristik curah hujan memiliki rejim kelembaban yang

Lembab. Dari sisi karakteristik tanah memiliki kondisi drainase yang Baik dan beberapa

wilayah memiliki kondisi drainase yang Buruk, sedangkan tingkat kemasaman tanah berada

pada kisaran Agak masam-Masam serta kelas tekstur tanah adalah Lempung berdebu,

Lempung berliat, Liat. Berikut disajikan pada Tabel 8. ZAE Kecamatan Bringin:

Tabel 8. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Bringin

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Bringin

15-25 (II)

1500-2000

(Lembab-Y)

225-450

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2) Masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

IIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

IIIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

IVYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Gogodalem

15-25 (II)

1500-2500 (Lembab-Y)

100-275 (Panas-A)

Baik(1) Buruk(2)

Masam

Lempung

berdebu, Lempung

berliat

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

IIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

IIIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IVYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Kalijambe

15-25 (II)

1500-2000

(Lembab-Y)

150-350

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2)

Masam

, Agak masam

Lempung

berdebu,

Lempung berliat,

Liat

IIYA1, Masam, Lempung berdebu, Lempung

berliat, Liat

IIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Lempung berliat, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Lempung berliat, Liat

IIIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Lempung

berliat, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu, Lempung

berliat, Liat

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

39

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

IVYA2, Masam, Lempung berdebu, Lempung

berliat, Liat

Kalikurma

15-25 (II)

2000-2500 (Lembab-Y)

100-175 (Panas-A)

Baik(1) Buruk(2)

Masam

, Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung

berliat, Liat

IIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Lempung berliat, Liat

IIYA2, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Lempung berliat, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat, Liat

IIIYA2, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat, Liat

IVYA2, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat, Liat

Lebak

15-25 (II)

1500-2000 (Lembab-Y)

175-425 (Panas-A)

Baik(1) Buruk(2)

Masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IVYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Nyemoh

8-15 (III)

2000-2500

(Lembab-Y)

75-200

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2)

Masam

, Agak masam

Lempung berdebu,

Lempung

berliat

IIIYA1, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat

IIIYA2, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Lempung berliat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Lempung berliat

IVYA2, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat

Pakis

15-25 (II)

1500-2000

(Lembab-Y)

150-325

(Panas-A) Baik(1)

Masam

, Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung

berliat, Liat

IIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat, Liat

Popongan

15-25 (II)

1500-2000 (Lembab-Y)

225-350 (Panas-A)

Baik(1) Buruk(2)

Masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

40

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

IVYA2, Masam, Lempung berdebu, Liat

Rembes

15-25 (II)

1500-2000

(Lembab-Y)

175-275

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2) Masam

Lempung

berdebu

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIYA2, Masam, Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIIYA2, Masam, Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

IVYA2, Masam, Lempung berdebu

Sambirejo

15-25 (II)

1500-2000

(Lembab-Y)

125-200

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2)

Masam, Agak

masam

Lempung berliat,

Liat

IIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berliat,

Liat

IIYA2, Masam, Agak

masam, Lempung berliat,

Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Agak masam, Lempung berliat,

Liat

IIIYA2, Masam, Agak masam, Lempung berliat,

Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Agak masam, Lempung berliat,

Liat

IVYA2, Masam, Agak

masam, Lempung berliat, Liat

Sendang

15-25 (II)

1500-2000 (Lembab-Y)

150-275 (Panas-A)

Baik(1) Buruk(2)

Masam Lempung berdebu

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIYA2, Masam, Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIIYA2, Masam, Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

IVYA2, Masam, Lempung berdebu

Tanjung

15-25 (II)

1500-2000 (Lembab-Y)

175-325 (Panas-A)

Baik(1) Buruk(2)

Masam Liat

IIYA1, Masam, Liat

IIYA2, Masam, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Masam, Liat

IIIYA2, Masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Liat

IVYA2, Masam, Liat

Tempuran

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

75-125

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2) Masam Liat

IIYA1, Masam, Liat

IIYA2, Masam, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Masam, Liat

IIIYA2, Masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Liat

IVYA2, Masam, Liat

Truko

15-25 (II) 2000-2500

(Lembab-Y) 175-400

(Panas-A) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

41

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Wiru

15-25 (II)

1500-2500

(Lembab-Y)

100-200

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2)

Masam, Agak

masam

Lempung

berdebu,L

empung berliat

IIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung

berdebu,Lempung berliat

IIYA2, Masam, Agak

masam, Lempung

berdebu,Lempung berliat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Agak masam, Lempung

berdebu,Lempung berliat

IIIYA2, Masam, Agak masam, Lempung

berdebu,Lempung berliat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,Lempung berliat

IVYA2, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,Lempung berliat

Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan Tabel 8. maka wilayah Kecamatan Bringin memiliki karakteristik ZAE

sebagai berikut:

1. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Dari sisi kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut idealnya untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah: 1) Subzona Y yaitu

daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan

tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A ketinggian tempat <500 m dpl atau rejim

temperatur Panas, 3) Subzona 1 dan beberapa wilayah bersubzona 2 dengan kondisi drainase

yang Baik dan Buruk. Adapun, desa yang memiliki Zona II adalah Bringin, Gogodalem,

Kalijambe, Kalikurma, Lebak, Pakis, Popongan, Rembes, Sambirejo, Sendang, Tanjung,

Tempuran, Truko dan Wiru.

2. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan Zona III, akan sangat optimal digunakan untuk

penanaman sistem wanatani atau agroforestry. Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1)

Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang

Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm, 2) Subzona A ketinggian tempat <500 m

dpl atau rejim temperatur Panas, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase baik dan beberapa

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

42

tempat dengan Subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Desa Bringin, Gogodalem,

Kalijambe, Kalikurma, Lebak, Nyemoh, Pakis, Popongan, Rembes, Sambirejo, Sendang,

Tanjung, Tempuran, Truko dan Wiru memiliki Zona III.

3. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur atau campuran. Lahan ini adalah lahan datar hingga agak

datar. Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan

tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-3000 mm,

2) Subzona A ketinggian tempat <500 m dpl atau rejim temperatur panas; 3) Subzona 1

dengan kondisi drainase Baik dan beberapa tempat dengan Subzona 2 yaitu kondisi drainase

yang Buruk. Adapun desa yang memiliki Zona IV adalah Bringin, Gogodalem, Kalijambe,

Kalikurma, Lebak, Nyemoh, Pakis, Popongan, Rembes, Sambirejo, Sendang, Tanjung,

Tempuran, Truko dan Wiru.

4.1.8 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Getasan

Dari Tabel 9. menunjukkan atas dasar fisiografi lahan, maka di Kecamatan Getasan

memiliki Zona I, II, III, IV dimana setiap zona akan memiliki bentuk pengelolaan serta potensi

pengembangan sistem pertanian tertentu sesuai dengan daya dukung lingkungannya.

Sementara itu berdasarkan ketinggian tempat, Kecamatan Getasan memiliki rejim suhu udara

Sejuk hingga Dingin sedangkan atas dasar karakteristik curah hujan memiliki rejim

kelembaban Lembab hingga Basah. Dari sisi karakteristik tanahnya maka lahan di Kecamatan

Getasan memiliki kondisi drainase yang Baik, tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran

Agak Masam hingga Masam serta kelas tekstur tanah adalah Lempung berdebu dan Lempung.

Tabel 9. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Getasan

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Batur

>40 (I)

>3000

(Basah-X)

1075-2725

(Dingin-C) Baik(1)

Masam,

Agak masam

Lempung

IXC1, Masam, Agak

masam, Lempung

15-25 (II) IIXC1, Masam, Agak

masam, Lempung

8-15 (III) IIIXC1, Masam, Agak

masam, Lempung

0-8 (IV) IVXC1, Masam, Agak

masam, Lempung

Getasan 15-25 (II) >3000 1025-1275 Baik(1) Masam Lempung IIXC1,

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

43

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

(Basah-X)

2500-3000

(Lembab-Y)

(Dingin-C) berdebu Masam,Lempung

berdebu

IIYC1, Masam,Lempung

berdebu

8-15 (III)

IIIXC1,

Masam,Lempung berdebu

IIIYC1,

Masam,Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVXC1,

Masam,Lempung

berdebu

IVYC1,

Masam,Lempung

berdebu

Jetak

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

825-1000 (Sejuk-B)

1000-1200

(Dingin-C)

Baik(1)

Masam,

Agak masam

Lempung

berdebu, Lempung

IIYB1, Masam, Agak masam, Lempung

berdebu, Lempung

IIYC1, Masam, Agak masam, Lempung

berdebu, Lempung

8-15 (III)

IIIYB1, Masam, Agak masam, Lempung

berdebu, Lempung

IIIYC1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Lempung

0-8 (IV)

IVYB1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Lempung

IVYC1, Masam, Agak

masam, Lempung

berdebu, Lempung

Kopeng

>40 (I)

>3000 (Basah-X)

1275-1875 (Dingin-C)

Baik(1)

Masam,

Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung

IXC1, Masam, Agak

masam, Lempung

15-25 (II) IIXC1, Masam, Agak

masam, Lempung

8-15 (III) IIIXC1, Masam, Agak

masam, Lempung

0-8 (IV) IVXC1, Masam, Agak

masam, Lempung

Manggihan

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

775-1000

(Sejuk-B)

1000-1075 (Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

Ngrawan >40 (I)

>3000

(Basah-X)

2500-3000

1000

(Sejuk-B)

1000-1700

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung

IXB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

44

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

(Lembab-Y) (Dingin-C) IYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IXC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

15-25 (II)

IIXB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIIXC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

IIIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

IVXC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

Nogosaren

>40 (I)

2500-3000

(Lembab-Y)

925-1000

(Sejuk-B)

1000-1650 (Dingin-C)

Baik(1) Masam,

Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung

IYB1, Masam, Agak masam, Lempung

berdebu, Lempung

IYC1, Masam, Agak masam, Lempung

berdebu, Lempung

15-25 (II)

IIYB1, Masam, Agak masam, Lempung

berdebu, Lempung

IIYC1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Lempung

8-15 (III)

IIIYB1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Lempung

IIIYC1, Masam, Agak

masam, Lempung

berdebu, Lempung

0-8 (IV) IVYB1, Masam, Agak

masam, Lempung

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

45

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

berdebu, Lempung

IVYC1, Masam, Agak

masam, Lempung

berdebu, Lempung

Polobogo

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

575-950

(Sejuk-B) Baik(1)

Masam, Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung

IIYB1, Masam, Agak masam, Lempung

berdebu, Lempung

8-15 (III) IIIYB1, Masam, Agak

masam, Lempung

berdebu, Lempung

0-8 (IV)

IVYB1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Lempung

Samirono

15-25 (II)

>3000 (Basah-X)

2500-3000

(Lembab-Y)

800-1000 (Sejuk-B)

1000-1150

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam Lempung

IIXB1, Agak masam,

Lempung

IIYB1, Agak masam, Lempung

IIXC1, Agak masam,

Lempung

IIYC1, Agak masam, Lempung

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam,

Lempung

IIIYB1, Agak masam,

Lempung

IIIXC1, Agak masam,

Lempung

IIIYC1, Agak masam,

Lempung

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam,

Lempung

IVYB1, Agak masam,

Lempung

IVXC1, Agak masam,

Lempung

IVYC1, Agak masam,

Lempung

Sumogawe

8-15 (III)

>3000

(Basah-X)

2500-3000 (Lembab-Y)

675-1000

(Sejuk-B)

1000-1100 (Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam Lempung

IIIXB1, Agak masam,

Lempung

IIIYB1, Agak masam,

Lempung

IIIXC1, Agak masam,

Lempung

IIIYC1, Agak masam,

Lempung

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam,

Lempung

IVYB1, Agak masam,

Lempung

IVXC1, Agak masam, Lempung

IVYC1, Agak masam,

Lempung

Tajuk

>40 (I) >3000

(Basah-X) 2500-3000

(Lembab-Y)

950-1000

(Sejuk-B) 1000-2825

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam Lempung

IXB1, Agak masam, Lempung

IYB1, Agak masam,

Lempung

IXC1, Agak masam, Lempung

IYC1, Agak masam,

Lempung

15-25 (II) IIXB1, Agak masam,

Lempung

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

46

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

IIYB1, Agak masam,

Lempung

IIXC1, Agak masam, Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam, Lempung

IIIYB1, Agak masam,

Lempung

IIIXC1, Agak masam, Lempung

IIIYC1, Agak masam,

Lempung

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam, Lempung

IVYB1, Agak masam,

Lempung

IVXC1, Agak masam, Lempung

IVYC1, Agak masam,

Lempung

Tolokan

>40 (I)

>3000

(Basah-X)

2500-3000 (Lembab-Y)

1150-1550

(Dingin-C) Baik(1) Masam Lempung

IXC1, Masam, Lempung

IYC1, Masam,

Lempung

15-25 (II)

IIXC1, Masam, Lempung

IIYC1, Masam,

Lempung

8-15 (III)

IIIXC1, Masam, Lempung

IIIYC1, Masam,

Lempung

0-8 (IV)

IVXC1, Masam, Lempung

IVYC1, Masam,

Lempung

Wates

8-15 (III) >3000

(Basah-X)

1100-1300

(Dingin-C) Baik(1)

Agak

masam Lempung

IIIXC1, Agak masam, Lempung

0-8 (IV) IVXC1, Agak masam,

Lempung

Sumber: Hasil Analisis

Adapun ZAE Kecamatan Getasan dan subzona dapat dilihat pada Tabel 9.

karakteristik masing-masing zona tersebut adalah sebagai berikut:

1. Zona I adalah lahan yang memiliki kemiringan lereng >40% atau wilayah yang bergunung

sangat curam dimana pada kelerengan ini tidak diijinkan untuk budidaya tanaman pertanian,

maka wilayah Zona I idealnya untuk kehutanan seperti hutan produktif atau hutan lindung.

Terdapat beberapa subzona ada pada Zona I yaitu: 1) Subzona X yaitu wilayah dengan curah

hujan tinggi >3000 mm atau rejim kelembaban udara yang Basah, Subzona Y merupakan

wilayah dengan curah hujan atau rejim kelembaban udara yang Lembab; 2) Subzona B dengan

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

47

daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl atau rejim temperatur Sejuk, Subzona C

merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000 m dpl atau rejim temperatur udara Dingin;

3) Subzona 1 merupakan wilayah yang mempunyai kondisi drainase yang Baik. Adapun desa

yang memiliki Zona I adalah Batur, Kopeng, Ngrawan, Nogosaren, Tajuk dan Tolokan.

2. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut idealnya untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah: 1) Subzona X yaitu

wilayah dengan curah hujan >3000 mm atau rejim kelembaban udara yang Basah, Subzona Y

yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah

hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara

500-1000 m dpl atau rejim temperatur Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian

tempat >1000 m dpl atau rejim temperatur udara Dingin, 3) Subzona 1 dengan kondisi

drainase yang Baik. Adapun desa yang memiliki Zona II adalah Batur, Getasan, Jetak,

Kopeng, Manggihan, Ngrawan, Nogosaren, Samirono, Tajuk, Tolokan.

3. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan dengan Zona III, idealnya digunakan untuk

penanaman sistem wanatani atau agroforestry. Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1)

Subzona X yaitu wilayah dengan curah hujan >3000 mm atau rejim kelembaban udara Basah,

Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang

Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian

tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur yang Sejuk, Subzona C merupakan daerah

dengan ketinggian tempat >1000 mdpl atau rejim temperatur udara yang Dingin, 3) Subzona 1

dengan kondisi drainase yang Baik. Adapun desa yang memiliki Zona III adalah Batur,

Getasan, Jetak, Kopeng, Manggihan, Ngrawan, Nogosaren, Samirono, Sumogawe,Tajuk,

Tolokan dan Wates.

4. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur atau campuran. Lahan Zona IV adalah lahan datar hingga

agak datar. Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona X yaitu wilayah dengan curah

hujan tinggi >3000 mm atau rejim kelembaban udara Basah, Subzona Y yaitu daerah dengan

curah hujan atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

48

2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 m dpl atau rejim

temperatur yang Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000 m dpl

atau rejim temperatur udara yang Dingin, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik.

Adapun desa yang memiliki Zona III adalah Batur, Getasan, Jetak, Kopeng, Manggihan,

Ngrawan, Nogosaren, Samirono, Sumogawe,Tajuk, Tolokan dan Wates.

4.1.9 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Jambu

Pada Tabel 10. memperlihatkan bahwa dari keragaman fisiografi lahan maka di

Kecamatan Jambu terdapat empat zona yaitu zona I, II, III, IV dimana setiap zona akan

memiliki bentuk pengelolaan serta potensi pengembangan sistem pertanian tertentu sesuai

dengan daya dukung lingkungannya. Sementara itu berdasarkan ketinggian tempat maka

Kecamatan Jambu memiliki rejim suhu udara Panas, Sejuk dan Dingin. Sementara itu atas

dasar karakteristik curah hujan memiliki rejim kelembaban yang Lembab hingga Basah.

Berdasarkan karakteristik tanahnya, maka Kecamatan Jambu memiliki kondisi drainase Baik,

tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran Agak masam serta klas tekstur tanah adalah

Lempung berdebu, Lempung berpasir, Lempung.

Tabel 10. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Jambu

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Bedono

>40 (I)

2000-3000 (Lembab-Y)

650-1000

(Sejuk-B) 1000-1325

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam Lempung berpasir

IYB1, Agak masam,

Lempung berpasir

IYC1, Agak masam,

Lempung berpasir

15-25 (II)

IIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir

IIYC1, Agak masam,

Lempung berpasir

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berpasir

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam,

Lempung berpasir

IVYC1, Agak masam,

Lempung berpasir

Brongkol 15-40 (II) 1500-3000

(Lembab-Y)

475

(Panas-A) 500-1000

(Sejuk-B)

1000-1200 (Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berpasir, Lempung

IIYA1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung

IIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung

IIYC1, Agak masam, Lempung berpasir,

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

49

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Lempung

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung

IIIYC1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung

IVYB1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung

IVYC1, Agak masam,

Lempung berpasir, Lempung

Gemawang

15-25 (II)

2000-2500 (Lembab-Y)

650-975 (Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam Lempung

IIYB1, Agak masam,

Lempung

8-15 (III) IIIYB1, Agak masam,

Lempung

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung

Genting

15-25 (II)

>3000 (Basah-X)

2500-3000

(Lembab-Y)

775-1000

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung

berpasir

IIXB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

Gondoriyo

15-25 (II)

1500-2500

(Lembab-Y)

475-900

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

8-15 (III) IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

Jambu

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

475-700

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

8-15 (III) IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

Kebondalem

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

700-875

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

8-15 (III) IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

Kelurahan 15-40 (II) 2000-3000

(Lembab-Y)

500-1000

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu,

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

50

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

1000-1250

(Dingin-C)

Lempung

berpasir

Lempung berpasir

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

8-15 (III)

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

IIIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir

0-8 (IV)

IVYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir

IVYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir

Kuwarasan

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

525-850

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berpasir

IIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir

8-15 (III) IIIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung berpasir

Rejosari

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

725-950

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berpasir

IIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir

8-15 (III) IIIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung berpasir

Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan Tabel 10. diatas maka wilayah Kecamatan Jambu memiliki karakteristik

ZAE sebagai berikut:

1. Zona I adalah lahan yang memiliki kemiringan lereng >40% atau wilayah yang

bergunung sangat curam dimana pada kelerengan ini, lahan yang ada tidak diijinkan untuk

budidaya tanaman pertanian. Wilayah dengan Zona I idealnya untuk kehutanan, hutan

produktif atau hutan lindung. Terdapat beberapa subzona pada Zona I yaitu: 1) Subzona X

yaitu wilayah dengan curah hujan tinggi >3000 mm sehingga mempunyai rejim kelembaban

udara yang Basah, Subzona Y merupakan wilayah dengan curah hujan mempunyai rejim

kelembaban udara yang Lembab; 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-

1000 m dpl atau rejim temperatur yang Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan

ketinggian tempat >1000 m dpl atau rejim temperatur udara Dingin; 3) Subzona 1 merupakan

wilayah yang mempunyai kondisi drainase Baik. Adapun desa yang memiliki Zona I adalah

Bedono.

2. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

Page 38: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

51

tersebut idealnya untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah: 1) Subzona X yaitu

wilayah dengan curah hujan >3000 mm sehingga mempunyai rejim kelembaban udara Basah,

Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang

Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian

tempat antara 500-1000 m dpl atau rejim temperatur yang Sejuk, Subzona C merupakan

daerah dengan ketinggian tempat >1000 m dpl atau rejim temperatur udara yang Dingin, 3)

Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik. Adapun desa yang memiliki Zona II adalah Bedono,

Brongkol, Gemawang, Genting, Gondoriyo, Jambu, Kebondalem, Kelurahan, Kuwarasan dan

Rejosari.

3. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, idealnya digunakan untuk penanaman sistem

wanatani (Agroforestry). Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1) Subzona X yaitu wilayah

dengan curah hujan >3000 mm sehingga mempunyai rejim kelembaban udara Basah, Subzona

Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah

hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara

500-1000 m dpl atau rejim temperatur Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian

tempat >1000 m dpl atau rejim temperatur udara Dingin, 3) Subzona 1 dengan kondisi

drainase Baik. Adapun desa yang memiliki Zona III adalah Bedono, Brongkol, Gemawang,

Genting, Gondoriyo, Jambu, Kebondalem, Kelurahan, Kuwarasan dan Rejosari.

4. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur atau campuran. Lahan dengan Zona IV adalah lahan datar

hingga agak datar. Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona X yaitu wilayah

dengan curah hujan tinggi >3000 mm sehingga mempunyai rejim kelembaban udara Basah,

Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah

hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara

500-1000 m dpl atau rejim temperatur Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian

tempat >1000 m dpl atau rejim temperatur udara Dingin, 3) Subzona 1 dengan kondisi

drainase Baik. Adapun desa yang memiliki Zona IV adalah Bedono, Brongkol, Gemawang,

Genting, Gondoriyo, Jambu, Kebondalem, Kelurahan, Kuwarasan dan Rejosari.

Page 39: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

52

4.1.10 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Kaliwungu

Dapat dilihat pada Tabel 11. Kecamatan Kaliwungu dengan keragaman yang dibagi

menjadi tiga zona atas dasar kelerengannya yaitu zona II, III, IV dimana setiap zona akan

memiliki bentuk pengelolaan serta potensi pengembangan sistem pertanian tertentu sesuai

dengan daya dukung lingkungannya. Sementara itu berdasarkan ketinggian tempat dengan

rejim suhu udara Panas hingga Sejuk sedangkan atas dasar karakteristik curah hujan rejim

kelembaban yang Lembab. Dari sisi karakteristik tanahnya memiliki kondisi drainase Baik

maupun Buruk, tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran Masam, serta tekstur tanah

Lempung berdebu, dan Liat.

Tabel 11. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Kaliwungu

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Jetis

8-15 (III) 2500-3000

(Lembab-Y)

375-575

(Panas-A) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu

IIIYA1, Masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IVYA1, Masam,

Lempung berdebu

Kaliwungu

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

250-450

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2) Masam

Lempung berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

IIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam,

Lempung berdebu, Liat

IIIYA2, Masam, Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam,

Lempung berdebu, Liat

IVYA2, Masam, Lempung berdebu, Liat

Kener 0-8 (IV) 2500-3000

(Lembab-Y) 300-325

(Panas-A) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

IIIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IVYA1, Masam,

Lempung berdebu, Liat

Kradenan 0-8 (IV) 2500-3000

(Lembab-Y)

375-475

(Panas-A) Baik(1) Masam

Lempung berdebu,

Liat

IVYA1, Masam,

Lempung berdebu, Liat

Mukiran 0-8 (IV) 2500-3000

(Lembab-Y) 375-475

(Panas-A) Baik(1) Masam

Lempung berdebu

IVYA1, Masam, Lempung berdebu

Papringan 8-15 (III) 2500-3000

(Lembab-Y) 250-325

(Panas-A) Baik(1) Masam Liat

IIIYA1, Masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Liat

Payungan 0-8 (IV) 2500-3000

(Lembab-Y)

450 (Panas-A)

575-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berdebu

IVYA1, Masam, Liat, Lempung berdebu

IVYB1, Masam, Liat,

Lempung berdebu

Rogomulyo 15-25 (II) 2500-3000

(Lembab-Y)

350

(Panas-A)

550-1000 (Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berdebu

IIYA1, Masam, Liat, Lempung berdebu

IIYB1, Masam, Liat,

Lempung berdebu

8-15 (III) IIIYA1, Masam, Liat,

Page 40: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

53

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Lempung berdebu

IIIYB1, Masam, Liat,

Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Liat, Lempung berdebu

IVYB1, Masam, Liat,

Lempung berdebu

Siwal

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

375-450

(Panas-A) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu

IIYA1, Masam, Liat, Lempung berdebu

8-15 (III) IIIYA1, Masam, Liat,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Liat,

Lempung berdebu

Udanuwuh 0-8 (IV) 2500-3000

(Lembab-Y)

325-450

(Panas-A) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu

IVYA1, Masam, Liat,

Lempung berdebu

Sumber: Hasil Analisis

Kecamatan Kaliwungu memiliki karakteristik ZAE sebagai berikut:

1. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut idealnya untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II yaitu: 1) Subzona Y yaitu daerah

dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan

antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A dengan ketinggian tempat <500 mdpl rejim temperatur

yang Panas, Subzona B daerah dengan ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim

temperatur yang Sejuk, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik dan beberapa tempat

bersubzona 2 yaitu dengan kondisi drainase yang Buruk. Desa-desa yang memiliki Zona II

adalah Kaliwungu, Rogomulyo dan Siwal.

2. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, cocok digunakan untuk penanaman sistem

campuran antara tanaman keras atau tanaman tahunan produktif dengan tanaman semusim.

Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi

(rejim kelembaban udara yang Lembab), curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2)

Subzona A dengan ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur yang Panas, Subzona

B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl rejim temperatur yang Sejuk, 3)

Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik dan beberapa tempat bersubzona 2 yaitu dengan

Page 41: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

54

kondisi drainase yang Buruk. Adapun desa yang memiliki Zona III adalah Jetis, Kaliwungu,

Papringan, Rogomulyo dan Siwal.

3. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur atau campuran. Lahan ini adalah lahan datar hingga agak

datar. Subzona yang ada pada Zona IV yaitu: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan

atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2)

Subzona A dengan ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur yang Panas, Subzona

B dengan daerah ketinggian antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur yang Sejuk, 3)

Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik dan beberapa tempat bersubzona 2 yaitu dengan

kondisi drainase yang Buruk. Desa-desa yang memiliki Zona IV adalah Jetis, Kaliwungu,

Kener, Kradenan, Mukiran, Papringan, Payungan, Rogomulyo, Siwal, Udanuwuh.

4.1.11 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Pabelan

Kecamatan Pabelan memiliki 16 desa yang terdiri dari beragam karakteristik lahan,

menunjukkan atas dasar fisiografi/kelerengan, terdapat tiga zona yaitu zona II, III, IV dimana

setiap zona akan memiliki bentuk pengelolaan serta potensi pengembangan sistem pertanian

tertentu sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Sementara itu berdasarkan ketinggian

tempat memiliki rejim suhu udara Panas hingga Sejuk sedangkan atas dasar karakteristik curah

hujan dengan rejim kelembaban yang Lembab. Dari sisi karakteristik tanahnya dengan kondisi

drainase Baik hingga Buruk, tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran Agak masam-

Masam, serta tekstur tanah Lempung berdebu, dan Liat. Berikut Zona Agroekologi Kecamatan

Pabelan yang disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Pabelan

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase Ph Tekstur

Bejaten 0-8 (IV) 2000-2500

(Lembab-Y)

425-475

(Panas-A) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

Bendungan

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

450

(Panas-A)

575-1000 (Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berdebu

IIYA1, Masam, Lempung berdebu

8-15 (III) IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

Giling 15-25 (II) 1500-2000 300-475 Baik(1) Masam Lempung IIYA1, Masam, Lempung

Page 42: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

55

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase Ph Tekstur

(Lembab-Y) (Panas-A) berdebu berdebu

8-15 (III) IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

Glawan

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

450

(Panas-A)

575-1000 (Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berdebu

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIYB1, Masam, Lempung

berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

Jembrak

8-15 (III) 2000-2500

(Lembab-Y)

525-625

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV) IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

Kadirejo

8-15 (III)

1500-2000 (Lembab-Y)

325-475 (Panas-A)

Baik(1)

Masam,

Agak

masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIIYA1, Agak masam,

Masam, Lempung berdebu,

Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Masam, Lempung berdebu,

Liat

Karanggondang

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

475-625

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu

IIYB1, Masam, Lempung berdebu

8-15 (III) IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV) IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

Pabelan

15-25 (II)

1500-3000 (Lembab-Y)

350

(Panas-A) 525-1000

(Sejuk-B)

Baik(1)

Masam,

Agak

masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

IIYB1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

IIIYB1, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Liat

IVYB1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

Padaan

15-25 (II)

1500-2000

(Lembab-Y)

350-475

(Panas-A) Baik(1)

Masam,

Agak masam

Lempung

berdebu, Liat

IIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

Segiri 15-25 (II) 2000-2500

(Lembab-Y)

450

(Panas-A)

600-1000

Baik(1)

Masam,

Agak

masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

Page 43: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

56

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase Ph Tekstur

(Sejuk-B) IIYB1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

IIIYB1, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Liat

IVYB1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

Semowo

15-25 (II)

1500-2000 (Lembab-Y)

275

(Panas-A) 525-1000

(Sejuk-B)

Baik(1)

Masam,

Agak

masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

IIYB1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

IIIYB1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Liat

IVYB1, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Liat

Sukoharjo

8-15 (III) 2000-2500

(Lembab-Y)

500-625

(Sejuk-B)

Baik(1)

Buruk(2) Masam

Lempung

berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

IIIYB2, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV)

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

IVYB2, Masam, Lempung

berdebu

Sumberejo

15-25 (II)

2000-2500 (Lembab-Y)

475

(Panas-A) 650-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung berdebu

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIYB1, Masam, Lempung

berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

Terban 15-25 (II) 2000-2500

(Lembab-Y)

375

(Panas-A)

550-1000 (Sejuk-B)

Baik(1)

Buruk(2)

Masam, Agak

masam

Lempung berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Liat

IIYB1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

IIYA2, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

IIYB2, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Page 44: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

57

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase Ph Tekstur

Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

IIIYB1, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Liat

IIIYA2, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Liat

IIIYB2, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

IVYB1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

IVYA2, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

IVYB2, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu,

Liat

Tukang

8-15 (III)

2000-2500

(Lembab-Y)

300-450

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2)

Masam,

Agak

masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIIYA1, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Liat

IIIYA2, Masam, Agak masam, Lempung berdebu,

Liat

0-8 (IV)

IVYA2, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

IVYA1, Masam, Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

Ujung ujung

15-25 (II)

1500-2000 (Lembab-Y)

575-675 (Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung berdebu

IIYB1, Masam, Lempung

berdebu

8-15 (III) IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV) IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

Sumber: Hasil Analisis

1. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut sesuai untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah:1) Subzona Y yaitu

daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan

tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A dengan ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim

temperatur yang Panas, Subzona B daerah dengan ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl

atau rejim temperatur yang Sejuk, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik dan

Page 45: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

58

beberapa tempat bersubzona 2 yaitu dengan kondisi drainase yang Buruk. Adapun, desa yang

memiliki Zona II adalah Bendungan, Giling, Glawan, Karanggondang, Pabelan, Padaan,

Segiri, Semowo, Sumberejo, Terban dan Ujung-ujung.

2. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, sesuai untuk penanaman sistem campuran antara

tanaman keras atau tanaman tahunan produktif dengan tanaman semusim. Subzona yang ada

pada Zona III adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim

kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A

dengan ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur yang Panas, Subzona B dengan

daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur Sejuk, 3) Subzona 1

dengan kondisi drainase yang Baik dan beberapa tempat bersubzona 2 yaitu dengan kondisi

drainase yang Buruk. Adapun, desa yang memiliki Zona III adalah Bendungan, Giling,

Glawan, Jembrak, Kadirejo, Sukoharjo, Tukang, Karanggondang, Pabelan, Padaan, Segiri,

Semowo, Sumberejo, Terban dan Ujung-ujung.

3. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur atau campuran. Lahan ini adalah lahan datar hingga agak

datar. Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan

atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2)

Subzona A dengan ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur yang Panas, Subzona

B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur Sejuk, 3)

Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik dan beberapa tempat bersubzona 2 yaitu dengan

kondisi drainase yang Buruk. Adapun, desa yang memiliki Zona IV adalah Bendungan,

Giling, Glawan, Jembrak, Kadirejo, Sukoharjo, Tukang, Karanggondang, Pabelan, Padaan,

Segiri, Semowo, Sumberejo, Terban dan Ujung-ujung.

4.1.12 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Pringapus

Kecamatan Pringapus pada Tabel 13. menunjukkan terdapat empat zona atas dasar

fisiografi/kelerengan yaitu zona I, II, III, IV dimana, setiap zona akan memiliki bentuk

pengelolaan serta potensi pengembangan sistem pertanian tertentu sesuai dengan daya dukung

lingkungannya. Dari sisi ketinggian tempat maka di Kecamatan Pringapus memiliki rejim

suhu udara Panas hingga Sejuk sedangkan dari karakteristik curah hujan memiliki rejim

Page 46: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

59

kelembaban yang Lembab, dari karakteristik tanahnya dengan kondisi drainase Baik hingga

Buruk, tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran Agak masam hingga Netral, serta tekstur

tanah Lempung liat berpasir, Lempung berdebu, dan Liat. Adapun zona agroekologi

Kecamatan Pringapus dan subzona dapat dilihat pada Tabel 13. sedangkan karakteristik

masing-masing zona tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Pringapus

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Candirejo

15-25 (II)

2000-2500 (Lembab-Y)

75-250 (Panas-A)

Baik(1) Buruk(2)

Agak

masam-

Netral

Lempung

liat

berpasir,Liat

IIYA1, Agak masam-

Netral, Lempung liat berpasir,Liat

IIYA2, Agak masam-

Netral, Lempung liat berpasir,Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam-

Netral, Lempung liat

berpasir,Liat

IIIYA2, Agak masam-

Netral, Lempung liat

berpasir,Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam-Netral, Lempung liat

berpasir,Liat

IVYA2, Agak masam-Netral, Lempung liat

berpasir,Liat

Derekan

8-15 (III)

2000-2500 (Lembab-Y)

375

(Panas-A) 575-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Buruk(2)

Agak

masam-

Netral

Lempung liat berpasir

IIIYA1, Agak masam-

Netral, Lempung liat berpasir

IIIYB1, Agak masam-

Netral, Lempung liat berpasir

IIIYA2, Agak masam-

Netral, Lempung liat berpasir

IIIYB2, Agak masam-

Netral, Lempung liat

berpasir

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam-

Netral, Lempung liat

berpasir

IVYB1, Agak masam-Netral, Lempung liat

berpasir

IVYA2, Agak masam-Netral, Lempung liat

berpasir

IVYB2, Agak masam-

Netral, Lempung liat berpasir

Jatirunggo 15-25 (II) 2000-2500

(Lembab-Y)

175

(Panas-A) 500-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Buruk(2)

Agak masam

Lempung

liat berpasir,

Liat

IIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir,Liat

IIYB1, Agak masam, Lempung liat berpasir,Liat

IIYA2, Agak masam,

Lempung liat berpasir,Liat

Page 47: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

60

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

IIYB2, Agak masam, Lempung liat berpasir,Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir,Liat

IIIYB1, Agak masam, Lempung liat berpasir,Liat

IIIYA2, Agak masam,

Lempung liat berpasir,Liat

IIIYB2, Agak masam, Lempung liat berpasir,Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir,Liat

IVYB1, Agak masam, Lempung liat berpasir,Liat

IVYA2, Agak masam,

Lempung liat berpasir,Liat

IVYB2, Agak masam,

Lempung liat berpasir,Liat

Klepu

8-15 (III)

2000-2500 (Lembab-Y)

325-450 (Panas-A)

Baik(1) Buruk(2)

Agak masam

Lempung

liat berpasir, Lempung

berdebu

IIIYA1, Agak

masam,Lempung liat berpasir, Lempung

berdebu

IIIYA2, Agak masam,Lempung liat

berpasir, Lempung

berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,Lempung liat

berpasir, Lempung

berdebu

IVYA2, Agak

masam,Lempung liat

berpasir, Lempung berdebu

Penawangan

>40 (I)

2000-3000

(Lembab-Y)

100-325

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2) Netral Liat

IYA1, Netral, Liat

IYA2, Netral, Liat

15-25 (II) IIYA1, Netral, Liat

IIYA2, Netral, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Netral, Liat

IIIYA2, Netral, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Netral, Liat

IVYA2, Netral, Liat

Pringapus

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

350 (Panas-A)

500-1000

(Sejuk-B)

Baik(1)

Agak

masam-Netral

Lempung

liat berpasir,

Lempung berdebu,

Liat

IIYA1, Agak masam-Netral, Lempung liat

berpasir,Liat, Lempung

berdebu

IIYB1, Agak masam-

Netral, Lempung liat

berpasir,Liat, Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam-

Netral, Lempung liat berpasir,Liat, Lempung

berdebu

IIIYB1, Agak masam-

Netral, Lempung liat berpasir,Liat, Lempung

berdebu

Page 48: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

61

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam-Netral, Lempung liat

berpasir,Liat, Lempung

berdebu

IVYB1, Agak masam-

Netral, Lempung liat

berpasir,Liat, Lempung berdebu

Pringsari

8-15 (III)

2000-2500

(Lembab-Y)

250-375

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2)

Agak

masam

Lempung

liat berpasir

IIIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir,Liat

IIIYA2, Agak masam, Lempung liat berpasir,Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir,Liat

IVYA2, Agak masam, Lempung liat berpasir,Liat

Wonorejo

15-25 (II)

2000-3000

(Lembab-Y)

175-350

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2)

Agak masam-

Netral

Lempung liat

berpasir,Liat

IIYA1, Agak masam-

Netral, Lempung liat berpasir,Liat

IIYA2, Agak masam-

Netral, Lempung liat

berpasir,Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam-

Netral, Lempung liat

berpasir,Liat

IIIYA2, Agak masam-Netral, Lempung liat

berpasir,Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam-Netral, Lempung liat

berpasir,Liat

IVYA2, Agak masam-

Netral, Lempung liat berpasir,Liat

Wonoyoso

8-15 (III) 2000-3000

(Lembab-Y) 200-325

(Panas-A) Baik(1) Netral

Lempung

liat

berpasir,Liat

IIIYA1, Netral, Lempung

liat berpasir,Liat

0-8 (IV) IVYA1, Netral, Lempung

liat berpasir,Liat

Sumber: Hasil Analisis

1. Zona I adalah lahan yang memiliki kemiringan lereng >40% atau wilayah yang bergunung

sangat curam dimana semakin curam lereng semakain terbatas pilihan tanaman yang

dibudidayakan maupun sistem pertaniannya. Terdapat beberapa subzona yaitu: 1) Subzona Y

merupakan wilayah dengan curah hujan mempunyai rejim kelembaban udara Lembab; 2)

Subzona A daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur yang Panas, Subzona B

daerah dengan ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur yang Sejuk; 3)

Subzona 1 merupakan wilayah yang mempunyai kondisi drainase Baik dan Subzona 2 kondisi

drainase Buruk. Adapun, desa yang ada pada Zona I adalah Penawangan.

2. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lerang 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Dari sisi kelerengan, pada Zona II maka lahan tersebut

Page 49: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

62

cocok untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan konsep

pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah

dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan

antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim

temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau

rejim temperatur Sejuk, 3) Subzona 1 merupakan wilayah yang mempunyai kondisi drainase

yang Baik dan Subzona 2 kondisi drainase yang Buruk. Adapun, desa yang memiliki Zona II

adalah Candirejo, Jatirunggo, Penawangan, Pringapus dan Wonorejo.

3. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, cocok untuk penanaman sistem wanatani atau

Agroforestry. Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan

curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara

1500-2500 mm, 2) Subzona A daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur

yang Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim

temperatur yang Sejuk, 3) Subzona 1 merupakan wilayah yang mempunyai kondisi drainase

yang Baik dan Subzona 2 kondisi drainase yang Buruk. Adapun desa yang memiliki Zona III

adalah Candirejo, Derekan, Jatirunggo, Klepu, Penawangan, Pringapus, Pringsari, Wonorejo

dan Wonoyoso.

4. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur atau campuran. Lahan ini adalah lahan datar hingga agak

datar. Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan

atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2)

Subzona A daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur yang Panas, Subzona B

dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl; 3) Subzona 1 merupakan wilayah

yang mempunyai kondisi drainase yang Baik dan Subzona 2 kondisi drainase yang Buruk.

Desa-desa yang memiliki Zona IV adalah Candirejo, Derekan, Jatirunggo, Klepu,

Penawangan, Pringapus, Pringsari, Wonorejo dan Wonoyoso.

4.1.13 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Sumowono

Kecamatan Sumowono dengan 15 desa adapun wilayahnya dengan keragaman

kelerengan terdapat Zona I, II, III, IV dimana setiap zona akan memiliki bentuk pengelolaan

Page 50: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

63

serta potensi pengembangan sistem pertanian tertentu sesuai dengan daya dukung

lingkungannya. Berdasarkan ketinggian memiliki rejim suhu udara Sejuk hingga Dingin

sedangkan atas dasar karakteristik curah hujan (rejim kelembaban Lembab hingga Basah).

Dari sisi tanahnya memiliki kondisi drainase yang Baik, tingkat kemasaman tanah berada pada

kisaran Agak masam, serta tekstur tanah Lempung liat berpasir, Lempung berdebu, dan

Lempung. Berikut disajikan pada Tabel 14. ZAE Kecamatan Sumowono:

Tabel 14. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Sumowono

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Bumen

15-25 (II)

>3000 (Basah-X)

2500-3000

(Lembab-Y)

950-1000 (Sejuk-B)

1000-1950

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Lempung

liat

berpasir, Lempung

IIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir,

Lempung

IIXC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir,

Lempung

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir,

Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Lempung

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Lempung

IIIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir,

Lempung

IIIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir,

Lempung

IIIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir,

Lempung

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Lempung

IVXC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir, Lempung

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir,

Lempung

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Page 51: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

64

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Lempung liat berpasir,

Lempung

Candigaron

>40 (I)

>3000

(Basah-X)

825-1000

(Sejuk-B)

1000-1150

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung liat

berpasir

IXB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

IXC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

15-25 (II)

IIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir

IIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir

IIIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

IVXC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

Duren

>40 (I)

>3000

(Basah-X)

475 (Panas-A)

500-1000

(Sejuk-B) 1000-1025

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu

IXA1, Agak masam, Lempung berdebu

IXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IXC1, Agak masam,

Lempung berdebu

15-25 (II)

IIXA1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIXB1, Agak masam, Lempung berdebu

IIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIXA1, Agak masam, Lempung berdebu

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIIXC1, Agak masam, Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVXA1, Agak masam,

Lempung berdebu

IVXB1, Agak masam, Lempung berdebu

IVXC1, Agak masam,

Lempung berdebu

Jubelan >40 (I)

>3000

(Basah-X) 2500-3000

(Lembab-Y)

950-1000

(Sejuk-B) 1000-1900

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung

berpasir, Lempung

IXB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung

IYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir, Lempung

IXC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir, Lempung

IYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Page 52: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

65

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Lempung berpasir,

Lempung

15-25 (II)

IIXB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir, Lempung

IIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir,

Lempung

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung

IIIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung

IIIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir, Lempung

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir, Lempung

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir,

Lempung

IVYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung

IVXC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir,

Lempung

Kebonagong

>40 (I)

>3000

(Basah-X) 2500-3000

(Lembab-Y)

900-1000

(Sejuk-B) 1000-1050

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam Lempung berdebu

IXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IYB1, Agak masam, Lempung berdebu

IXC1, Agak masam,

Lempung berdebu

IYC1, Agak masam, Lempung berdebu

15-25 (II)

IIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu

IIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu

Page 53: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

66

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam, Lempung berdebu

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIIXC1, Agak masam, Lempung berdebu

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam, Lempung berdebu

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IVXC1, Agak masam,

Lempung berdebu

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu

Kemawi

15-25 (II)

>3000

(Basah-X) 2500-3000

(Lembab-Y)

725-1000

(Sejuk-B) 1000-1900

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung

IIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

IIXC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

IVYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

IVXC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

Kemitir

15-25 (II)

>3000

(Basah-X)

750-1000 (Sejuk-B)

1000-1175

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu

IIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIXC1, Agak masam, Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIIXC1, Agak masam, Lempung berdebu

0-8 (IV) IVXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

Page 54: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

67

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

IVXC1, Agak masam,

Lempung berdebu

Keseneng

>40 (I)

>3000 (Basah-X)

625-950 (Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam Lempung berdebu

IXB1, Agak masam, Agak masam

15-25 (II) IIXB1, Agak masam, Agak

masam

8-15 (III) IIIXB1, Agak masam, Agak

masam

0-8 (IV) IVXB1, Agak masam, Agak

masam

Lanjan

15-25 (II)

>3000

(Basah-X) 2500-3000

(Lembab-Y)

900-1000

(Sejuk-B) 1000-1125

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Lempung

berpasir

IIXB1,Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung berdebu

IIYB1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung berdebu

IIXC1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung berdebu

IIYC1, Agak masam,

Lempung berpasir, Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berpasir, Lempung berdebu

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung berdebu

IIIXC1, Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung berdebu

IIIYC1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam, Lempung berpasir,

Lempung berdebu

IVYB1, Agak masam,

Lempung berpasir, Lempung berdebu

IVXC1, Agak masam,

Lempung berpasir, Lempung berdebu

IVYC1,Agak masam,

Lempung berpasir, Lempung berdebu

Losari

15-25 (II)

>3000

(Basah-X)

825-1000

(Sejuk-B)

1000-1075 (Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu

IIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIXC1,Agak masam,

Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIIXC1, Agak masam, Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IVXC1, Agak masam, Lempung berdebu

Mendongan

15-25 (II)

>3000 (Basah-X)

850-950 (Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam Lempung berdebu

IIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

8-15 (III) IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IVXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

Page 55: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

68

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Ngadikerso

8-15 (III) >3000

(Basah-X) 2500-3000

(Lembab-Y)

950-1000

(Sejuk-B) 1000-1125

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam Lempung berdebu

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IIIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu

Pledokan

15-25 (II)

>3000 (Basah-X)

725-975 (Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berpasir, Lempung

berdebu

IIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung berpasir

8-15 (III)

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung berpasir

Sumowono

8-15 (III)

>3000 (Basah-X)

900-1000

(Sejuk-B) 1000-1100

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berpasir, Lempung

berdebu

IIIXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIIXC1, Agak masam,

Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVXB1, Agak masam,

Lempung berdebu

IVXC1, Agak masam,

Lempung berdebu

Trayu

15-25 (II)

>3000

(Basah-X)

825-1000

(Sejuk-B)

1000-1050 (Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berpasir,

Lempung berdebu

IIXB1,Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung berdebu

8-15 (III) IIIXB1,Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung berdebu

0-8 (IV) IVXB1,Agak masam,

Lempung berpasir,

Lempung berdebu

Sumber: Hasil Analisis

1. Zona I adalah lahan yang memiliki kemiringan lereng >40% atau wilayah bergunung sangat

curam dimana pada daerah ini tidak diijinkan untuk budidaya tanaman pertanian, maka

wilayah tersebut idealnya untuk kehutanan atau hutan produktif atau hutan lindung. Terdapat

beberapa subzona pada Zona I adalah: 1) Subzona X yaitu wilayah dengan curah hujan tinggi

>3000 mm atau rejim kelembaban udara yang Basah, Subzona Y merupakan wilayah dengan

curah hujan atau rejim kelembaban udara yang Lembab; 2) Subzona B dengan daerah

ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur yang Sejuk, Subzona C

merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000 mdpl atau rejim temperatur udara Dingin;

3) Subzona 1 merupakan wilayah yang mempunyai kondisi drainase yang Baik. Adapun, desa

yang memiliki Zona I adalah Candigaron, Duren, Jubelan, Kebonagong dan Keseneng.

2. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut cocok untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah: 1) Subzona X yaitu

Page 56: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

69

wilayah dengan curah hujan >3000 mm atau rejim kelembaban udara yang Basah, Subzona Y

yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah

hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara

500-1000 mdpl atau rejim temperatur Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian

tempat >1000 mdpl atau rejim temperatur udara yang Dingin, 3) Subzona 1 dengan kondisi

drainase Baik. Adapun, desa yang memiliki Zona II adalah Bumen, Candigaron, Duren,

Jubelan, Kebonagong, Kemawi, Kemitir, Keseneng, Lanjan, Losari, Mendongan, Pledokan

dan Trayu.

3. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini cocok untuk penanaman sistem wanatani atau

agroforestry. Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1) Subzona X yaitu wilayah dengan

curah hujan >3000 mm atau rejim kelembaban udara yang Basah, Subzona Y yaitu daerah

dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan

antara 1500-2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl

atau rejim temperatur yang Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian >1000

mdpl atau rejim temperatur udara yang Dingin, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik.

Adapun, desa yang memiliki Zona III adalah Bumen, Candigaron, Duren, Jubelan,

Kebonagong, Kemawi, Kemitir, Keseneng, Lanjan, Losari, Mendongan, Ngadikerso,

Pledokan, Sumowono dan Trayu.

4. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana daerah ini sesuai untuk

penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan menggunakan

sistem monokultur atau campuran. Lahan ini adalah lahan datar hingga agak datar. Subzona

yang ada pada Zona IV adalah : 1) Subzona X yaitu wilayah dengan curah hujan tinggi >3000

mm atau rejim kelembaban udara yang Basah, Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan

atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2)

Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur yang

Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000 mdpl atau rejim

temperatur udara yang Dingin, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik. Adapun, desa yang

memiliki Zona IV adalah Bumen, Candigaron, Duren, Jubelan, Kebonagong, Kemawi,

Kemitir, Keseneng, Lanjan, Losari, Mendongan, Ngadikerso, Pledokan, Sumowono dan

Trayu.

Page 57: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

70

4.1.14 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Suruh

Kecamatan Suruh dari sisi fisografi/ kelerengan memiliki Zona II, III, IV dimana setiap

zona akan memiliki bentuk pengelolaan serta potensi pengembangan sistem pertanian tertentu

sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Sementara itu, berdasarkan ketinggian tempat

memiliki rejim suhu udara Panas hingga Sejuk sedangkan atas dasar karakteristik curah hujan

dengan rejim kelembaban Lembab. Dilihat dari karakteristik tanahnya kondisi drainase Baik

hingga Buruk, tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran Agak masam-Masam, serta

tekstur tanah Lempung berliat, Lempung berdebu, dan Liat. Berikut ZAE Kecamatan Suruh

yang disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Suruh

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Bonomerto

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

300-400

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2) Masam

Lempung

berdebu, Liat

IIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IVYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Cukilan

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

325 (Panas-A)

550-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Masam

Lempung

berdebu, Liat

IIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Dadapayam

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

175 (Panas-A)

550-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berliat, Liat

IIYA1, Masam, Lempung

berliat, Liat

IIYB1, Masam, Lempung

berliat, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berliat, Liat

IIIYB1, Masam, Lempung

berliat, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berliat, Liat

IVYB1, Masam, Lempung

berliat, Liat

Dersansari

8-15 (III) 2000-3000

(Lembab-Y)

500-550

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung

berliat, Liat

IIIYB1, Lempung berliat,

Liat

0-8 (IV) IVYB1, Lempung berliat,

Liat

Page 58: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

71

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Gunungtumpeng

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

325

(Panas-A)

575-1000 (Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berliat, Liat

IIYA1, Lempung berliat,

Liat

IIYB1, Lempung berliat, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Lempung berliat,

Liat

IIIYB1, Lempung berliat, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Lempung berliat,

Liat

IVYB1, Lempung berliat, Liat

Jatirejo

8-15 (III) 2000-2500

(Lembab-Y)

500-650

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung

berliat, Liat

IIIYB1, Lempung berliat,

Liat

0-8 (IV) IVYB1, Lempung berliat,

Liat

Kebowan

15-25 (II)

2000-3000 (Lembab-Y)

575-800 (Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berliat, Liat

IIYB1, Lempung berliat,

Liat

8-15 (III) IIIYB1, Lempung berliat,

Liat

0-8 (IV) IVYB1, Lempung berliat,

Liat

Kedungringin

15-40 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

200-400

(Panas-A) Baik(1) Masam Liat

IIYB1, Lempung berliat, Liat

8-15 (III) IIIYB1, Lempung berliat,

Liat

0-8 (IV) IVYB1, Lempung berliat,

Liat

Ketanggi

8-15 (III)

2000-2500

(Lembab-Y)

450 (Panas-A)

500-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berliat, Liat

IIIYA1, Lempung berliat,

Liat

IIIYB1, Lempung berliat, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Lempung berliat,

Liat

IVYB1, Lempung berliat, Liat

Krandon Lor

15-25 (II)

2000-2500 (Lembab-Y)

475

(Panas-A) 625-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berliat, Liat

IIYA1, Masam, Lempung

berliat, Liat

IIYB1, Masam, Lempung berliat, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berliat, Liat

IIIYB1, Masam, Lempung berliat, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berliat, Liat

IVYB1, Masam, Lempung berliat, Liat

Medayu 0-8 (IV) 2000-2500

(Lembab-Y)

425

(Panas-A) 625-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berliat

IVYA1, Masam, Lempung

berliat

IVYB1, Masam, Lempung

berliat

Plumbon

15-25 (II)

1500-2500

(Lembab-Y)

625-775

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung

berliat, Liat

IIYB1, Lempung berliat,

Liat

8-15 (III) IIIYB1, Lempung berliat,

Liat

0-8 (IV) IVYB1, Lempung berliat,

Liat

Purworejo

8-15 (III) 2000-3000

(Lembab-Y)

475

(Panas-A)

550-1000 (Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berliat, Liat

IIIYA1, Masam, Lempung

berliat, Liat

IIIYB1, Masam, Lempung

berliat, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Lempung

berliat, Liat

Page 59: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

72

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

IVYB1, Masam, Lempung

berliat, Liat

Reksosari

8-15 (III)

2000-2500

(Lembab-Y)

500-625

(Sejuk-B)

Baik(1)

Buruk(2) Masam

Lempung

berliat, Liat

IIIYB1, Masam, Lempung berliat, Liat

IIIYB2, Masam, Lempung

berliat, Liat

0-8 (IV)

IVYB1, Masam, Lempung berliat, Liat

IVYB2, Masam, Lempung

berliat, Liat

Sukorejo

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

250

(Panas-A)

525-1000 (Sejuk-B)

Baik(1)

Buruk(2) Masam

Lempung

berliat, Liat

IIYA1, Masam, Lempung berliat, Liat

IIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

IIYB1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIYB2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung berliat, Liat

IIIYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

IIIYB1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIIYB2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVIYA1, Masam, Lempung berliat, Liat

IVYA2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

IVIYB1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IVYB2, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Suruh

8-15 (III) 2000-3000

(Lembab-Y)

525-675

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung

berliat, Liat

IIIYB1, Masam, Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV) IVYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Sumber: Hasil Analisis

1. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut sesuai untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan. Subzona yang pada Zona II:

1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang

Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A daerah ketinggian tempat

<500 mdpl atau rejim temperatur yang Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat

antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur yang Sejuk, 3) Subzona 1 dengan kondisi

drainase yang Baik dan beberapa tempat bersubzona 2 dengan kondisi drainase yang Buruk.

Adapun, desa yang berada di Zona II adalah Bonomerto, Cukilan, Dadapayan,

Gunungtumpeng, Kebowan, Kedungringin, Krandon Lor, Plumbon dan Sukorejo.

Page 60: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

73

2. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, sesuai untuk penanaman sistem wanatani atau

agroforestry. Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan

curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara

1500-2500 mm, 2) Subzona A daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur

yang Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl antara rejim

temperatur yang Sejuk, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik dan beberapa tempat

bersubzona 2 dengan kondisi drainase yang Buruk. Adapun, desa yang ada di Zona III adalah

Bonomerto, Cukilan, Dadapayam, Densansari, Gunungtumpeng, Jatirejo, Kebowan,

Kedungringin, Krandon Lor, Ketangi, Plumbon, Purworejo, Reksosari, Sukorejo dan Suruh.

3. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana lahan ini adalah lahan datar

hingga agak datar, oleh karena itu cocok untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman

semusim atau tahunan dengan menggunakan sistem monokultur atau campuran. Subzona yang

ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan atau rejim

kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A

daerah ketinggian tempat<500 mdpl atau rejim temperatur yang Panas, Subzona B dengan

daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur yang Sejuk; 3) Subzona

1 dengan kondisi drainase yang Baik dan beberapa tempat bersubzona 2 dengan kondisi

drainase yang Buruk. Adapun, desa yang ada di Zona IV adalah Bonomerto, Cukilan,

Dadapayam, Densansari, Gunungtumpeng, Jatirejo, Kebowan, Kedungringin, Krandon Lor,

Ketangi, Medayu, Plumbon, Purworejo, Reksosari, Sukorejo dan Suruh.

4.1.15 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Susukan

Kecamatan Susukan mempunyai tiga zona dari sisi kelerengan, yaitu Zona II, III, IV

dimana setiap zona akan memiliki bentuk pengelolaan serta potensi pengembangan sistem

pertanian tertentu sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Dilihat dari ketinggian tempat

memiliki rejim suhu udara Panas hingga Sejuk, atas dasar karakteristik curah hujan dengan

rejim kelembaban Lembab. Berdasarkan karakteristik tanah memiliki kondisi drainase Baik

hingga Buruk, tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran Agak masam hingga Masam,

serta tekstur tanah Lempung berliat, Lempung berdebu, dan Liat. Disamping itu masing-

masing zona dapat dibagi lagi menjadi subzona. Adapun ZAE Kecamatan Bergas dan subzona

Page 61: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

74

dapat dilihat pada Tabel 16. sedangkan karakteristik masing-masing zona tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 16. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Susukan

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Badran

8-15 (III) 2500-3000

(Lembab-Y)

500-625

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV) IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

Bakalrejo

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

400 (Panas-A)

500-1000

(Sejuk-B)

Baik(1)

Buruk(2) Masam

Lempung

berdebu

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIYA2, Masam, Lempung berdebu

IIYB1, Masam, Lempung

berdebu

IIYB2, Masam, Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berliat

IIIYA2, Masam, Lempung berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

IIIYB2, Masam, Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

IVYA2, Masam, Lempung berdebu

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

IVYB2, Masam, Lempung berdebu

Gentan

15-25 (II)

2000-3000 (Lembab-Y)

400-475 (Panas-A)

Baik(1) Masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Kemetul

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

525-700

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung berdebu,

Liat

IIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Kenteng

8-15 (III)

2500-3000

(Lembab-Y)

475 (Panas-A)

700-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berdebu

IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

Ketapang 8-15 (III) 2500-3000

(Lembab-Y)

450-550

(Panas-A) (Sejuk-B)

Baik(1)

Buruk(2) Masam

Lempung

berdebu

IIIYA1, Masam, Lempung

berliat

IIIYA2, Masam, Lempung

berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

Page 62: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

75

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

IIIYB2, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung berdebu

IVYA2, Masam, Lempung

berdebu

IVYB1, Masam, Lempung berdebu

IVYB2, Masam, Lempung

berdebu

Koripan

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

400 (Panas-A)

600-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berdebu

IIYA1, Masam, Lempung berdebu

IIYB1, Masam, Lempung

berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung berdebu

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

Muncar

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

350-425

(Panas-A) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu, Liat

IIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung berdebu, Liat

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Ngasinan

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

400-475

(Panas-A) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu

IIYA1, Masam, Lempung berdebu

8-15 (III) IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV) IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

Sidoharjo

15-25 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

425

(Panas-A) 500-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung berdebu

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIYB1, Masam, Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

Tawang

15-25 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

375

(Panas-A) 500-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung berdebu

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIYB1, Masam, Lempung

berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

Page 63: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

76

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Timpik

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

450

(Panas-A)

625-1000 (Sejuk-B)

Baik(1) Masam Lempung

berdebu

IIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIYB1, Masam, Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Masam, Lempung

berdebu

IIIYB1, Masam, Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Masam, Lempung

berdebu

IVYB1, Masam, Lempung berdebu

Sumber: Hasil Analisis

1. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Dari sisi kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut sesuai untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah: 1) Subzona Y yaitu

daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan

tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim

temperatur yang Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl

atau rejim temperatur yang Sejuk, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik dan beberapa

desa dengan subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Adapun, desa yang ada di Zona II

adalah Bakalrejo, Gentan, Kemetul, Koripan, Muncar, Ngasinan, Sidoharjo, Tawang dan

Timpik.

2. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, sesuai untuk penanaman sistem wanatani atau

agroforestry. Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan

curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara

1500-2500 mm, 2) Subzona A daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur

Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim

temperatur Sejuk, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik dan beberapa desa dengan

subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Adapun, desa yang ada di Zona III adalah

Badran, Bakalrejo, Gentan, Kemetul, Kenteng, Ketapang, Koripan, Muncar, Ngasinan,

Sidoharjo, Tawang dan Timpik.

Page 64: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

77

3. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur atau campuran. Lahan ini adalah lahan datar hingga agak

datar. Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan

tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm,

2) Subzona A daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur Panas, Subzona B

dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur Sejuk, 3)

Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik dan beberapa desa dengan subzona 2 yaitu kondisi

drainase yang Buruk. Adapun, desa yang memiliki Zona IV adalah Badran, Bakalrejo, Gentan,

Kemetul, Kenteng, Ketapang, Koripan, Muncar, Ngasinan, Sidoharjo, Tawang dan Timpik.

4.1.16 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Tengaran

Kecamatan Tengaran terdapat 15 desa adapun wilayahnya beragam karakteristik dan

dibedakan menjadi tiga zona atas dasar fisiografi/kelerengan yaitu zona II, III, IV dimana

setiap zona dibagi lagi menjadi subzona. Berdasarkan ketinggian tempat memiliki rejim suhu

udara Sejuk, atas dasar karakteristik curah hujan keadaan rejim kelembaban yang Lembab.

Dari sisi karakteristik tanahnya dengan kondisi drainase yang Baik, tingkat kemasaman tanah

berada pada kisaran Agak masam hingga Masam, serta tekstur tanah Lempung berliat,

Lempung berdebu, dan Liat. Berikut disajikan pada Tabel 17. ZAE Kecamatan Tengaran:

Tabel 17. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Tengaran

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Barukan

8-15 (III) 1500-2000

(Lembab-Y)

650-675

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu, Liat

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV) IVYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Bener 8-15 (III) 1500-2000

(Lembab-Y)

675-725

(Sejuk-B) Baik(1) Masam Liat

IIIYB1, Masam, Liat

0-8 (IV) IVYB1, Masam, Liat

Butuh 0-8 (IV) 2500-3000

(Lembab-Y)

750-825

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung berdebu,

Liat

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Cukil

8-15 (III) 2500-3000

(Lembab-Y) 725-800

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu,

Liat

IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

0-8 (IV) IVYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Duren

15-25 (II) 2500-3000

(Lembab-Y) 575-725

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu, Lempung

berliat

IIYB1, Masam, Lempung

berdebu, Lempung berliat

8-15 (III) IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu, Lempung berliat

Page 65: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

78

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

0-8 (IV) IVYB1, Masam, Lempung

berdebu, Lempung berliat

Karangduren 0-8 (IV) 2000-3000

(Lembab-Y)

725-775

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung berdebu,

Liat

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu, Liat

Klero

8-15 (III)

2500-3000

(Lembab-Y)

725-775

(Sejuk-B) Baik(1)

Masam-

Agak masam

Lempung

berdebu, Liat

IIIYB1, Masam-Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

0-8 (IV)

IVYB1, Masam-Agak

masam, Lempung berdebu, Liat

Nyamat 0-8 (IV) 1500-2000

(Lembab-Y)

650-675

(Sejuk-B) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

Patemon 0-8 (IV) 2500-3000

(Lembab-Y)

775-900

(Sejuk-B) Baik(1) Masam

Lempung

berdebu

IVYB1, Masam, Lempung

berdebu

Regunung

15-25 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

700-775 (Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam Lempung berdebu

IIYB1, Masam, Lempung

berdebu

8-15 (III) IIIYB1, Masam, Lempung

berdebu

0-8 (IV) IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

Sruwen

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

650-725

(Sejuk-B) Baik(1)

Masam-Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung berliat

IIYB1, Masam-Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat

8-15 (III) IIIYB1, Masam-Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat

0-8 (IV)

IVYB1, Masam-Agak

masam, Lempung berdebu, Lempung berliat

Sugihan

15-25 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

625-700 (Sejuk-B)

Baik(1)

Masam-

Agak

masam

Lempung

berdebu, Lempung

berliat

IIYB1, Masam-Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat

8-15 (III)

IIIYB1, Masam-Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat

0-8 (IV)

IVYB1, Masam-Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat

Tegalrejo

8-15 (III)

2500-3000

(Lembab-Y)

750-800

(Sejuk-B) Baik(1)

Masam-Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung berliat

IIIYB1, Masam-Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat

0-8 (IV) IVYB1, Masam-Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat

Tegalwaton 8-15 (III) 1500-2000

(Lembab-Y)

625-725

(Sejuk-B) Baik(1) Masam Liat

IIIYB1, Masam, Liat

0-8 (IV) IIIYB1, Masam, Liat

Tengaran

8-15 (III)

2500-3000 (Lembab-Y)

725-775 (Sejuk-B)

Baik(1)

Masam-

Agak

masam

Lempung

berdebu, Lempung

berliat

IIIYB1, Masam-Agak

masam, Lempung berdebu, Lempung berliat

0-8 (IV)

IVYB1, Masam-Agak

masam, Lempung berdebu,

Lempung berliat

Sumber: Hasil Analisis

1. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut idealnya untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

Page 66: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

79

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada di Zona II adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah

dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan

antara 1500-2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl

atau rejim temperatur Sejuk, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik. Adapun, desa yang

ada di Zona II adalah Duren, Regunung, Sruwen dan Sugihan.

2. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, idealnya digunakan untuk penanaman sistem

wanatani atau agroforestry. Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1) Subzona Y yaitu

daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan

tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-

1000 mdpl atau rejim temperatur yang Sejuk, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase Baik.

Adapun, desa yang ada di Zona III adalah Barukan, Bener, Cukil, Duren, Klero, Regunung,

Sruwen, Sugihan, Tegalrejo, Tegalwaton dan Tengaran.

3. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana merupakan lahan datar

hingga agak datar. Sesuai untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau

tahunan dengan menggunakan sistem monokultur atau campuran. Subzona yang ada pada

Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan atau rejim kelembaban udara

yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona B dengan daerah

ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl; 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase baik dan

beberapa tempat dengan Subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Adapun, desa yang ada

di Zona IV adalah Barukan, Bener, Butuh, Cukil, Duren, Karangduren, Klero, Nyamat,

Patemon, Regunung, Sruwen, Sugihan, Tegalrejo, Tegalwaton dan Tengaran.

4.1.17 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Tuntang

Atas dasar fisiografi/ kelerengan Kecamatan Tuntang memiliki Zona II, III, IV dimana

setiap zona memiliki bentuk pengelolaan serta potensi pengembangan sistem pertanian

tertentu sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Dari sisi ketinggian tempat memiliki rejim

suhu udara Panas hingga Sejuk sedangkan dari karakteristik curah hujannya memiliki rejim

kelembaban yang Lembab. Berdasarkan karakteristik tanah dengan kondisi drainase yang Baik

hingga Buruk, tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran Agak masam hingga Masam,

serta tekstur tanah Lempung liat berpasir, Liat, dan Lempung. Adapun ZAE Kecamatan

Page 67: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

80

Tuntang dan subzona dapat dilihat pada Tabel 18. sedangkan karakteristik masing-masing

zona tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 18. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Tuntang

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Candirejo 0-8 (IV) 2000-2500

(Lembab-Y)

475 (Panas-A)

500-1000 (Sejuk-B)

Baik(1)

Masam-

Agak masam

Lempung liat

berpasir, Liat

IVYA1, Masam-Agak masam, Lempung liat

berpasir, Liat

IVYB1, Masam-Agak

masam, Lempung liat

berpasir, Liat

Delik

15-40 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

350

(Panas-A) 600-1000

(Sejuk-B)

Baik(1)

Masam-

Agak

masam

Lempung

liat berpasir,

Liat

IIYA1, Masam-Agak

masam, Lempung liat berpasir, Liat

IIYB1, Masam-Agak

masam, Lempung liat

berpasir, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Masam-Agak

masam, Lempung liat

berpasir, Liat

IIIYB1, Masam-Agak masam, Lempung liat

berpasir, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Masam-Agak masam, Lempung liat

berpasir, Liat

IVYB1, Masam-Agak masam, Lempung liat

berpasir, Liat

Gedangan

8-15 (III)

2500-3000

(Lembab-Y)

475 (Panas-A)

650 -1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Liat,

Lempung

IIIYA1, Agak masam, Liat,

Lempung

IIIYB1, Agak masam, Liat,

Lempung

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Liat,

Lempung

IVYB1, Agak masam, Liat,

Lempung

Jombor 0-8 (IV) 2000-2500

(Lembab-Y)

475

(Panas-A) 500-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam Lempung

IVYA1, Agak masam,

Lempung

IVYB1, Agak masam,

Lempung

Kalibeji

15-25 (II)

2000-3000 (Lembab-Y)

475

(Panas-A) 675-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam Liat,

Lempung

IIYA1, Agak masam, Liat,

Lempung

IIYB1, Agak masam, Liat,

Lempung

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam, Liat,

Lempung

IIIYB1, Agak masam, Liat,

Lempung

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Liat, Lempung

IVYB1, Agak masam, Liat,

Lempung

Karanganyar

15-25 (II)

1500-3000

(Lembab-Y)

375 (Panas-A)

500-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam Liat

IIYA1, Agak masam, Liat

IIYB1, Agak masam, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Liat

IIIYB1, Agak masam, Liat

Page 68: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

81

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam, Liat

IVYB1, Agak masam, Liat

Karangtengah

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

400-475

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam Liat

IIYA1, Agak masam, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam, Liat

Kesongo

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

475 (Panas-A)

700-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung liat

berpasir,

Liat

IIYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir, Liat

IIYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir, Liat

IIIYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir, Liat

IVYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

Lopait

15-25 (II)

1500-2500

(Lembab-Y)

475 (Panas-A)

700-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung liat

berpasir,

Liat

IIYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir, Liat

IIYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir, Liat

IIIYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir, Liat

IVYB1, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

Ngajaran

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

200-400

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2)

Agak

masam Liat

IIYA1, Agak masam, Liat

IIYA2, Agak masam, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Liat

IIIYA2, Agak masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam, Liat

IVYA2, Agak masam, Liat

Rowosari 0-8 (IV) 2000-2500

(Lembab-Y)

475 (Panas-A)

700-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung liat

berpasir,

Liat

IVYA1,Agak masam, Lempung liat berpasir, Liat

IVYB1,Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

Sraten 0-8 (IV) 2000-2500

(Lembab-Y)

475

(Panas-A)

700-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam Liat

IVYA1,Agak masam, Liat

IVYB1,Agak masam, Liat

Tlogo

15-25 (II)

1500-3000

(Lembab-Y)

400

(Panas-A)

500-1000 (Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam Liat

IIYA1,Agak masam, Liat

IIYB1,Agak masam, Liat

8-15 (III) IIIYA1,Agak masam, Liat

IIIYB1,Agak masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1,Agak masam, Liat

IVYB1,Agak masam, Liat

Tlompakan 15-25 (II) 2500-3000

(Lembab-Y)

300

(Panas-A)

500-1000

Baik(1) Agak

masam Liat

IIYA1,Agak masam, Liat

IIYB1,Agak masam, Liat

Page 69: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

82

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

8-15 (III)

(Sejuk-B) IIIYA1,Agak masam, Liat

IIIYB1,Agak masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1,Agak masam, Liat

IVYB1,Agak masam, Liat

Tuntang

15-25 (II)

2000-3000

(Lembab-Y)

475 (Panas-A)

525-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung liat

berpasir,

Liat

IIYA1,Agak masam, Lempung liat berpasir, Liat

IIYB1,Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

8-15 (III)

IIIYA1,Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

IIIYB1,Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

0-8 (IV)

IVYA1,Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

IVYB1,Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

Watuagung

15-25 (II)

2000-3000

(Lembab-Y)

400 (Panas-A)

700-1000 (Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam Liat

IIYA1,Agak masam, Liat

IIYB1,Agak masam, Liat

8-15 (III) IIIYA1,Agak masam, Liat

IIIYB1,Agak masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1,Agak masam, Liat

IVYB1,Agak masam, Liat

Sumber: Hasil Analisis

1. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut cocok untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah: 1) Subzona Y yaitu

daerah dengan curah hujan tinggi atau rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan

tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim

temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau

rejim temperatur Sejuk, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase baik dan beberapa tempat

dengan Subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Desa-desa yang ada di Zona II adalah

Delik, Kalibeji, Karanganyar, Karangtengah, Kesongo, Lopait, Ngajaran, Tlogo, Tlompakan,

Tuntang dan Watuagung.

2. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan cocok untuk penanaman sistem wanatani atau

agroforestry. Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan

Page 70: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

83

curah hujan tinggi adalah rejim kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara

1500-2500 mm, 2) Subzona A daerah ketinggian tempat<500 mdpl atau rejim temperatur

Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim

temperatur Sejuk, 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase baik dan beberapa tempat dengan

Subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Adapun, desa yang ada di Zona III adalah

Delik, Gedangan, Kalibeji, Karanganyar, Karangtengah, Kesongo, Lopait, Ngajaran, Tlogo,

Tlompakan, Tuntang dan Watuagung.

3. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% merupakan lahan datar hingga agak

datar pada lahan demikian dapat digunakan penanaman secara intensif baik untuk tanaman

semusim atau tahunan dengan menggunakan sistem monokultur atau campuran. Subzona yang

ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y yaitu daerah dengan curah hujan atau rejim

kelembaban udara yang Lembab, curah hujan tahunan antara 1500-2500 mm, 2) Subzona A

daerah ketinggian tempat<500 mdpl atau rejim temperatur Panas dan Subzona B dengan

daerah ketinggian antara 500-1000 mdpl; 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase baik dan

beberapa tempat dengan Subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Adapun, desa yang ada

di Zona IV adalah adalah Candirejo, Delik, Gedangan, Jombor, Kalibeji, Karanganyar,

Karangtengah, Kesongo, Lopait, Ngajaran, Rowosari, Sraten, Tlogo, Tlompakan, Tuntang dan

Watuagung.

4.1.18 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Ungaran Barat

Tabel 19. menunjukkan bahwa Kecamatan Ungaran Barat memiliki Zona I, II, III, IV

dari sisi fisiografi / kelerengan, maka setiap zona memiliki bentuk pengelolaan serta potensi

pengembangan sistem pertanian tertentu sesuai dengan daya dukung lingkungannya.

Berdasarkan ketinggian tempat memiliki rejim suhu udara Panas-Sejuk-Dingin sedangkan atas

dasar karakteristik curah hujannya rejim kelembaban yang Lembab. Karakteristik tanah

dengan kondisi drainase yang Baik, tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran Agak

masam, serta tekstur tanah Lempung berpasir, Lempung berdebu, Lempung dan Liat.

Page 71: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

84

Tabel.19. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Ungaran Barat

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Bandarjo

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

275-350

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

liat berpasir, Liat

IIYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir,

Liat

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir, Liat

Branjang

>40 (I)

2500-3000

(Lembab-Y)

350 (Panas-A)

500-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu

IYA1, Agak masam,

Lempung berdebu

IYB1, Agak masam,

Lempung berdebu

15-25 (II)

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu

IIIYB1, Agak masam, Lempung berdebu

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu

IVYB1, Agak masam, Lempung berdebu

Candirejo

8-15 (III)

2500-3000 (Lembab-Y)

350-450 (Panas-A)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Lempung

liat berpasir

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

Genuk 0-8 (IV) 2500-3000

(Lembab-Y)

325-350

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung liat berpasir

IVYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

Gogik

>40 (I)

2500-3000

(Lembab-Y)

375 (Panas-A)

500-1000

(Sejuk-B) 1000-1550

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung

IYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

15-25 (II)

IIYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

Page 72: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

85

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IVYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung

Kalisidi

15-40 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

350

(Panas-A)

500-1000 (Sejuk-B)

1000-1400

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung,

Lempung liat berpasir

IIYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat

berpasir

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat

berpasir

IIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat berpasir

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Lempung liat

berpasir

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Lempung liat

berpasir

IIIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat

berpasir

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat

berpasir

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat berpasir

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat berpasir

Keji

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

325-425

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

liat berpasir

IIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

Langensari 0-8 (IV) 2000-2500

(Lembab-Y)

400-450

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

berdebu,Liat

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,Liat

Lerep

15-25 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

425

(Panas-A) 925-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu, Lempung

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

IIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

Page 73: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

86

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah

Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung

Nyatnyono

>40 (I)

2500-3000 (Lembab-Y)

325

(Panas-A)

500-1000 (Sejuk-B)

1000-1550

(Dingin-C)

Baik(1) Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung,

Lempung

liat berpasir

IYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat

berpasir

IYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat berpasir

IYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat berpasir

15-25 (II)

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Lempung liat

berpasir

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat

berpasir

IIYC1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat

berpasir

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat berpasir

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat berpasir

IIIYC1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Lempung liat

berpasir

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung, Lempung liat

berpasir

IVYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat

berpasir

IVYC1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung, Lempung liat berpasir

Ungaran

15-25 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

300-375 (Panas-A)

Baik(1) Agak

masam Lempung

liat berpasir

IIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

Sumber: Hasil Analisis

Page 74: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

87

Berdasarkan tabel diatas maka wilayah Kecamatan Ungaran Barat memiliki karakteristik

ZAE sebagai berikut:

1. Zona I adalah lahan yang memiliki kemiringan lereng >40% kondisi lahan bergunung

sangat curam dimana pada kelerengan ini tidak diijinkan untuk budidaya tanaman pertanian,

maka wilayah tersebut ideal untuk kehutanan atau hutan produktif atau hutan lindung.

Terdapat beberapa subzona pada Zona I adalah: 1) Subzona Y merupakan wilayah dengan

curah hujan atau rejim kelembaban udara yang Lembab; 2) Subzona A daerah ketinggian

tempat <500 mdpl atau rejim temperatur yang Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian

tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur yang Sejuk, Subzona C merupakan daerah

dengan ketinggian tempat >1000 mdpl atau rejim temperatur udara yang Dingin; 3) Subzona 1

merupakan wilayah yang mempunyai kondisi drainase Baik. Adapun, desa yang ada di Zona I

adalah Branjang, Gogik dan Nyatnyono.

2. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut ideal untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan. Subzona yang ada pada Zona

II adalah: 1) Subzona Y merupakan wilayah dengan curah hujan atau rejim kelembaban udara

Lembab; 2) Subzona A daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur Panas,

Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur

Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan ketinggian tempat >1000 mdpl rejim temperatur

udara Dingin; 3) Subzona 1 merupakan wilayah dengan kondisi drainase yang Baik. Adapun,

desa yang ada di Zona II adalah Bandarjo, Branjang, Gogik, Kalisidi, Keji, Lerep, Ungaran,

dan Nyatnyono.

3. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, ideal untuk penanaman sistem wanatani atau

agroforestry. Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1) Subzona Y merupakan wilayah

dengan curah hujan atau rejim kelembaban udara Lembab; 2) Subzona A daerah ketinggian

tempat <500 mdpl atau rejim temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat

antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan

ketinggian tempat >1000 mdpl atau rejim temperatur udara Dingin; 3) Subzona 1 merupakan

wilayah yang mempunyai kondisi drainase Baik. Adapun, desa yang memiliki Zona III adalah

Bandarjo, Branjang, Candirejo, Gogik, Kalisidi, Keji, Lerep, Ungaran dan Nyatnyono.

Page 75: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

88

4. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana pada lahan demikian dapat

digunakan untuk penanaman secara intensif baik untuk tanaman semusim atau tahunan dengan

menggunakan sistem monokultur atau campuran. Lahan ini adalah lahan datar hingga agak

datar. Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y merupakan wilayah dengan

curah hujan mempunyai rejim kelembaban udara Lembab; 2) Subzona A daerah ketinggian

tempat <500 mdpl atau rejim temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat

antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur Sejuk, Subzona C merupakan daerah dengan

ketinggian tempat >1000 mdpl atau rejim temperatur udara Dingin; 3) Subzona 1 dengan

kondisi drainase yang Baik. Adapun, desa yang ada di Zona IV adalah Bandarjo, Branjang,

Candirejo, Genuk, Gogik, Kalisidi, Keji, Langensari, Lerep, Ungaran dan Nyatnyono.

4.1.19 Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Ungaran Timur

Kecamatan Ungaran Timur memiliki Zona I, II, III, IV dimana setiap zona akan memiliki

bentuk pengelolaan serta potensi pengembangan sistem pertanian tertentu sesuai dengan daya

dukung lingkungannya. Dari sisi ketinggian tempat memiliki rejim suhu udara Panas hingga

Sejuk sedangkan atas dasar karakteristik curah hujannya dengan rejim kelembaban yang

Lembab. Berdasarkan karakteristik tanah mempunyai kondisi drainase Baik hingga Buruk,

tingkat kemasaman tanah berada pada kisaran Agak masam, serta tekstur tanah Lempung liat

berpasir, Lempung berdebu, Lempung dan Liat.

Tabel 20. Zona Agroekologi (ZAE) Kecamatan Ungaran Timur

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Beji

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

350 (Panas-A)

500-1000

(Sejuk-B)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

berdebu,

Lempung liat

berpasir

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

IIYB1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam, Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

IIIYB1, Agak masam,

Lempung berdebu, Lempung liat berpasir

0-8 (IV)

IVYA1, Agak

masam,Lempung berdebu, Lempung liat berpasir

IVYB1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

Page 76: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

89

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

Gedanganak

15-25 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

350-400 (Panas-A)

Baik(1) Agak

masam

Lempung berdebu,

Lempung

liat berpasir

IIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam,

Lempung berdebu,

Lempung liat berpasir

Kalikayen

>40 (I)

2500-3000 (Lembab-Y)

50-175 (Panas-A)

Baik(1) Buruk(2)

Agak masam

Liat

IYA1, Agak masam, Liat

IYA2, Agak masam, Liat

15-25 (II) IIYA1, Agak masam, Liat

IIYA2, Agak masam, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Liat

IIIYA2, Agak masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam, Liat

IVYA2, Agak masam, Liat

Kalirejo

15-25 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

125-400 (Panas-A)

Baik(1) Agak

masam

Liat,

Lempung liat

berpasir

IIYA1, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

Kalongan

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

125-425

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam

Liat,

Lempung

liat

berpasir

IIYA1, Agak masam, Liat, Lempung liat berpasir

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

Kawengen

>40 (I)

2500-3000

(Lembab-Y)

75-300

(Panas-A)

Baik(1)

Buruk(2)

Agak

masam

Liat, Lempung

liat

berpasir

IYA1, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

IYA2, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

15-25 (II)

IIYA1, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

IIYA2, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

8-15 (III)

IIIYA1, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

IIIYA2, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

0-8 (IV)

IVYA1, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

IVYA2, Agak masam, Liat,

Lempung liat berpasir

Leyangan

15-25 (II)

2000-2500

(Lembab-Y)

325-450

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

liat berpasir

IIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

Mluweh

15-25 (II)

2500-3000

(Lembab-Y)

75-250

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam Liat

IIYA1, Agak masam, Liat

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Liat

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam, Liat

Sidomulyo 15-25 (II) 2500-3000

(Lembab-Y)

325-400

(Panas-A) Baik(1)

Agak

masam

Lempung

liat

IIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

Page 77: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

90

Desa

Fisiografi Iklim Tanah

Simbol ZAE Kelerengan

(%)

Curah Hujan

Tahunan

(mm)

Ketinggian

Tempat (m

dpl) atau

Rejim Suhu

Udara

Kondisi

Drainase pH Tekstur

8-15 (III) berpasir IIIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir

Susukan

15-25 (II)

2500-3000 (Lembab-Y)

175-350 (Panas-A)

Baik(1) Agak

masam

Lempung

liat

berpasir

IIYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

8-15 (III) IIIYA1, Agak masam, Lempung liat berpasir

0-8 (IV) IVYA1, Agak masam,

Lempung liat berpasir

Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan tabel diatas bahwa Kecamatan Ungaran Timur memiliki karakteristik Zona

Agroekologi (ZAE) sebagai berikut:

1. Zona I adalah lahan yang memiliki kemiringan lereng >40% atau wilayah yang bergunung

sangat curam dimana semakin curam lereng semakin terbatas pilihan tanaman yang

dibudidayakan maupun sistem pertaniannya. Sehingga wilayah tersebut cocok untuk

kehutanan atau hutan produktif atau hutan lindung.Terdapat beberapa subzona pada Zona I

adalah: 1) Subzona Y merupakan wilayah dengan curah hujan atau rejim kelembaban udara

Lembab; 2) Subzona A daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur Panas, 3)

Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik, dan beberapa tempat dengan Subzona 2 yaitu

kondisi drainase yang Buruk. Desa-desa di Zona I adalah Kalikayen dan Kawengen.

2. Zona II adalah lahan dengan kemiringan lereng 15-25% atau lahan yang berada

diperbukitan dengan kelerengan curam. Berdasarkan kelerengannya pada Zona II, maka lahan

tersebut cocok untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan dengan memperhatikan

konsep pertanian konservasi. Subzona yang ada pada Zona II adalah: 1) Subzona Y

merupakan wilayah dengan curah hujan atau rejim kelembaban udara Lembab; 2) Subzona A

daerah ketinggian tempat <500 mdpl atau rejim temperatur Panas, Subzona B dengan daerah

ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur Sejuk; 3) Subzona 1 dengan

kondisi drainase yang Baik, dan beberapa tempat dengan Subzona 2 yaitu kondisi drainase

yang Buruk. Desa-desa di Zona II adalah Beji, Gedanganak, Kalikayen, Kalirejo, Kalongan,

Kawengen, Leyangan, Mluweh, Sidomulyo dan Susukan.

3. Zona III adalah lahan dengan kemiringan lereng 8-15% atau lahan dengan fisiografi

berombak dan lereng agak curam. Lahan ini, sesuai digunakan penanaman sistem wanatani

atau agroforestry. Subzona yang ada pada Zona III adalah: 1) Subzona Y merupakan wilayah

Page 78: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

91

dengan curah hujan atau rejim kelembaban udara Lembab; 2) Subzona A daerah ketinggian

tempat <500 mdpl atau rejim temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat

antara 500-1000 mdpl atau rejim temperatur Sejuk; 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase

yang Baik, dan beberapa tempat dengan Subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk.

Adapun, desa yang ada di Zona III adalah Beji, Gedanganak, Kalikayen, Kalirejo, Kalongan,

Kawengen, Leyangan, Mluweh, Sidomulyo dan Susukan.

4. Zona IV adalah lahan dengan kemiringan lereng <8% dimana merupakan lahan datar

hingga agak datar dengan demikian dapat digunakan untuk penanaman secara intensif baik

untuk tanaman semusim atau tahunan menggunakan sistem monokultur atau campuran.

Subzona yang ada pada Zona IV adalah: 1) Subzona Y merupakan wilayah dengan curah

hujan atau rejim kelembaban udara Lembab; 2) Subzona A daerah ketinggian tempat <500

mdpl atau rejim temperatur Panas, Subzona B dengan daerah ketinggian tempat antara 500-

1000 mdpl atau rejim temperatur Sejuk; 3) Subzona 1 dengan kondisi drainase yang Baik, dan

beberapa tempat dengan Subzona 2 yaitu kondisi drainase yang Buruk. Adapun, desa yang ada

di Zona IV adalah Beji, Gedanganak, Kalikayen, Kalirejo, Kalongan, Kawengen, Leyangan,

Mluweh, Sidomulyo dan Susukan.

4.2 Kesesuaian Gandum varietas Dewata Berdasarkan Zona Agroekologi (ZAE)

Pewilayahan komoditas pertanian sesuai dengan daya dukung lahan bertujuan supaya

produktifitas lahan yang diusahakan mencapai hasil optimal dan berkelanjutan. Untuk

mencapai tujuan tersebut, maka komoditas harus dikembangkan pada lahan yang sesuai

sehingga produksi tanaman optimal dan sistem pertaniannya berkelanjutan. Pada umumnya

setiap tanaman mempunyai syarat tumbuh yang spesifik untuk berproduksi secara optimal,

sehingga suatu wilayah kemungkinan hanya sesuai untuk satu atau beberapa komoditas.

Metode yang digunakan dalam menentukan kesesuaian tanaman untuk suatu wilayah dapat

dilakukan dengan sistem pencocokan (matching) antara karakteristik lahan dan persyaratan

tumbuh tanaman, untuk menentukan klas kesesuaian lahan berdasarkan adanya karakteristik

lahan yang menjadi faktor minimum atau penghambat terbesar (maximum limitation factor)

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Dari penentuan kesesuaian lahan maka akan diperoleh klas kesesuaian lahan S1

(Sangat Sesuai), S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai Marjinal) dan N (Tidak Sesuai) (Djaenudin,

dkk 2003). Berdasarkan metode tersebut maka semua desa yang ada di Kecamatan Bancak,

Page 79: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

92

Kecamatan Bringin, Kecamatan Getasan, Kecamatan Jambu, Kecamatan Kaliwungu,

Kecamatan Pringapus, Kecamatan Sumowono, Kecamatan Suruh, Kecamatan Susukan,

Kecamatan Tuntang, Kecamatan Ungaran Barat dan Kecamatan Ungaran Timur memiliki

lahan dengan klas kesesuaian N (Tidak Sesuai) untuk pengembangan tanaman gandum

varietas Dewata. Sementara itu beberapa desa yang ada di Kecamatan Ambarawa, Kecamatan

Bawen, Kecamatan Bandungan, Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Bergas, Kecamatan

Pabelan, Kecamatan Tengaran memiliki lahan dengan klas kesesuaian S3 (Sesuai Marginal)

untuk pengembangan tanaman gandum varietas Dewata. Uraian lebih detail untuk klas

kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman gandum varietas Dewata adalah sebagai

berikut:

4.2.1 Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Ambarawa

Kecamatan Ambarawa memiliki 9 desa, dari hasil analisis matching antar karakteristik

lahan dan persyaratan tumbuh tanaman, tamanan gandum varietas Dewata (Djaenudin dkk,

2003) disajikan pada Tabel 21. maka Desa Bejalen, Kupang, Lodoyong, Ngampin, Panjang,

Pojoksari dan Tambakboyo mempunyai klas kesesuaian S3, sedangkan Desa Baran dan

Pasekan memiliki klas kesesuaian N. Menurut Sys et al (1991), bahwa wilayah dengan klas

kesesuaian S1 maka tanaman yang dikembangkan (produktivitas berkisar dari 100–80% dari

potensi genetis), sedangkan klas kesesuaian S2 (produktivitas berkisar 80-60% dari potensi

genetis), untuk klas kesesuaian S3 (produktivitas berkisar 60-40%). Demikian halnya klas

kesesuaian N (produktivitas <40% dari potensi genetis), sehingga dapat dikatakan

membudidayakan komoditas tersebut untuk keperluan komersil tidak layak secara ekonomis

yang artinya tidak menguntungkan (Hidayah, 2010).

Kesesuaian tanaman gandum varietas Dewata di Kecamatan Ambarawa, untuk lebih

detailnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 80: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

93

Gambar 2. Peta Kesesuaian Gandum Varietas Dewata di Kecamatan Ambarawa

Page 81: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

94

Tabel 21. Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Ambarawa

Desa

Temperatur Ketersediaan

air

Ketersediaan

Oksigen Media Perakaran Retensi Hara Kesuburan

Bahaya

Erosi Penentuan

Klas

Kesesuaian

Lahan

Temp

rerata

⁰C

Ketinggian

(m dpl)

Curah

Hujan

(mm/tahun)

Kondisi

Drainase Klas Tekstur

Kedalaman

Solum (cm)

KTK

me/100 pH H2O

C-org

%

N

(% N)

P

(mg/100

P2O5)

K

(mg/100

K2O)

Lereng %

Baran 23.15-

24.05/S2 550-700/S1 1500-2500/N BAIK/S1

halus, agak

halus,

sedang,agak kasar/S1,S3

>75,

DALAM/S1 19,65/S1 5,83/S2 1,64/S1 0,17/S2 56,73/S1 48,94/S1

0-

25/S1,S2,S3 N

Bejalen 24.5/S2 475-525/S1 1500-2000/S3 BAIK/S1

halus, agak

halus,

sedang/S1

>75,

DALAM/S1 39.67/S1 5.54/S3 1.84/S1 0.19/S2 59.37/S1 67.22/S1 0-8/S1

S3

Kupang 24.05-

24.50/S2 475-550/S1 1500-2000/S3 BAIK/S1

halus, agak

halus,

sedang/S1

>75, DALAM/S1

25.11/S1 5.75/S2 1.61/S1 0.18/S2 58.47/S1 67.15/S1 0-8/S1 S3

Lodoyong 24.35-

24.50/S2 475-500/S1 1500-2000/S3 BAIK/S1

halus, agak halus,

sedang/S1

>75,

DALAM/S1 39.67/S1 5.54/S3 1.84/S1 0.19/S2 59.37/S1 67.22/S1 0-8/S1

S3

Ngampin 23.45-

24.50/S2 475-650/S1 1500-2000/S3 BAIK/S1

halus, agak halus, sedang,

agak

kasar/S1,S3

>75,

DALAM/S1 26.32/S1 5.73/S2 1.70/S1 0.18/S2 57.61/S1 55.03/S1

0-

25/S1,S2,S3 S3

Panjang 23.45-

24.50/S2 475-600/S1 1500-2000/S3 BAIK/S1

halus, agak halus, sedang,

agak

kasar/S1,S3

>75,

DALAM/S1 26.32/S1 5.73/S2 1.70/S1 0.18/S2 57.61/S1 55.03/S1

0-

25/S1,S2,S3

S3

Pasekan 21.95-

23.60/S2 625-900/S1 1500-3000/N BAIK/S1

halus, agak

halus, sedang,

agak kasar/S1,S3

>75,

DALAM/S1 19.65/S1 5.83/S2 1.64/S1 0.17/S2 56.725/S1 48.94/S1

0-

25/S1,S2,S3 N

Pojoksari 24.2/S2 475-500/S1 1500-2000/S3 BAIK/S1

halus, agak

halus, sedang, agak

kasar/S1,S3

>75, DALAM/S1

19,65/S1 5,83/S2 1,64/S1 0,17/S2 56,73/S1 48,94/S1 0-8/S1 S3

Tambakboyo 24.20-

24.50/S2 475-525/S1 1500-2000/S3 BAIK/S1

halus, agak

halus, sedang/S1

>75,

DALAM/S1 39.67/S1 5.54/S3 1.84/S1 0.19/S2 59.37/S1 67.22/S1 0-15/S1,S2

S3

Sumber: Hasil Analisis

Page 82: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

95

Desa Bejalen, Kupang, Lodoyong, Ngampin, Panjang, Pojoksari dan Tambakboyo

memiliki klas kesesuaian S3 untuk pengembangan tanaman gandum varietas Dewata

dikarenakan adanya faktor pembatas maksimum pada curah hujan, tekstur, pH dan kelerengan.

Rata-rata curah hujan per tahun di desa tersebut sebesar 1500-2000 mm/tahun, dimana curah

hujan diatas standart kesesuaian dari tanaman gandum (350-1250 mm/tahun)

Dari ZAE Kecamatan Ambarawa Tabel 2. maka daerah dengan curah hujan 1500–

2000 mm/tahun merupakan daerah dengan kriteria subzona Lembab (Y). Nielsen (1995)

menyatakan bahwa daerah yang lembab, terdapat permasalahan pada kurangnnya pencahayaan

sehingga proses fotosintesis, pembungaan dan pengisian biji pada bulir gandum tidak optimal.

Kelembaban yang tinggi juga akan memacu tingginya serangan penyakit tanaman (Anonim,

2012). Oleh karena itu dengan curah hujan dan kelembaban udara yang tinggi akan

menjadikan pertumbuhan dan hasil tanaman gandum varietas Dewata akan menjadi kurang

optimal.

Faktor pembatas lain pada klas kesesuaian S3 adalah nilai pH tanah <5,6 sehingga

tanah di Desa Bejalen, Kupang, Lodoyong, Ngampin, Panjang, Pojoksari, Tambakboyo

termasuk dalam harkat tanah Agak Masam. Peningkatan pH pada tanah tersebut dapat

dilakukan, antara lain dengan penambahan bahan kapur maka tanah dengan nilai pH <5,6 klas

kesesuaian S3 dapat diubah menjadi klas S2. Disamping itu, faktor pembatas lainnya yaitu

Tekstur tanah (klas tekstur Agak Kasar). Tanah dengan Tekstur Agak Kasar akan

mempengaruhi perkembangan akar tanaman. Hal ini dikarenakan tanah dengan Tekstur Agak

Kasar biasanya sulit menahan air, menjadikan tanaman gandum kekeringan (Hardjowigeno,

2007).

Kelerengan sebesar 16-40% juga menjadi faktor pembatas pada klas kesesuaian S3 di

Desa Bejalen, Kupang, Lodoyong, Ngampin, Panjang, Pojoksari dan Tambakboyo.

Berdasarkan ZAE pada Tabel 1.1 maka lahan dengan kelerengan 16-40% masuk dalam Zona

II yaitu daerah dengan fisiografi berbukit dan lereng curam sehingga lahan demikian memiliki

bahaya erosi yang cukup tinggi dan mengakibatkan kesuburan tanah semakin menurun bila

tidak disertai dengan tindakan konservasi yang baik. Dengan manajemen yang baik melalui

tindakan konservasi maka lahan dengan kelerengan 16-40% klas kesesuaian S3 dapat diubah

menjadi klas kesesuaian S2. Tindakan manajeman yang dapat dilakukan dengan pembuatan

terassering dan pembuatan saluran drainase untuk mengatasi atau mengontrol kelebihan air

(run off) akibat curah hujan yang tinggi (Anonim, 2012).

Page 83: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

96

Dari sisi karakteristik lahan untuk drainase, kandungan P, K dan nilai KTK

menunjukkan bahwa di semua desa memiliki klas kesesuaian S1 untuk pengembangan

tanaman gandum varietas Dewata. Kondisi drainase yang Baik, sehingga di sekitar perakaran

tanaman (rizofer) akan memiliki oksigen dan kadar air tanah yang tersedia untuk menopang

perkembangan perakaran. Rata-rata kedalaman solum >75cm (Solum dalam) sehingga akan

menjadikan perakaran mampu berkembang dengan baik. Nilai KTK (Kapasitas Tukar Kation)

tanah >16 me/100 gram, dimana tanah demikian akan mampu melakukan jerapan dan

pelepasan (pertukaran) ion hara dengan baik sehingga ketersediaan unsur hara menjadi baik

pula. Kondisi demikian ditunjang dari kandungan Posphat Total yang tinggi atau pada kisaran

nilai 56,73 - 59,37 mg/100 serta Kalium Total pada kisaran 48,94 - 67,22 mg/100 sehingga

ketersediaan Phospat dan Kalium tanah sangat baik untuk tanaman gandum varietas Dewata.

Namun demikian untuk kandungan Nitrogen Total berada dalam klas kesesuaian S2. Oleh

karena itu pada tanah-tanah di Desa Bejalen, Kupang, Lodoyong, Ngampin, Panjang,

Pojoksari dan Tambakboyo harus dilakukan pemupukan nitrogen.

Untuk pengembangan tanaman gandum varietas Dewata, Desa Baran dan Pasekan

memiliki klas kesesuaian N. Faktor pembatas utama pada klas kesesuaian N adalah tingginya

curah hujan yaitu sebesar 1500-3000 mm per tahun, dimana curah hujan tersebut diatas

standart kesesuaian dari tanaman gandum. Tingginya curah hujan tahunan di Desa Baran dan

Pasekan akan menjadikan daerah tersebut akan memiliki pencahayaan matahari yang rendah

serta kelembaban yang tinggi. Tanaman gandum tidak tahan tumbuh pada kondisi

kelembaban tinggi, hal ini dikarenakan pembungaan, pengisi biji dan kesehatan tanaman

sangat dipengaruhi oleh kondisi pencahayaan matahari, suhu udara, serta kelembaban udara.

Curah hujan yang tinggi dan kondisi yang lembab/basah menjadikan hasil produksi gandum

menurun. Faktor iklim salah satu karakteristik lahan yang sulit untuk dilakukan modifikasi.

Oleh karena itu di Desa Baran dan Pasekan yang memiliki klas kesesuaian N akan sangat sulit

untuk dilakukan modifikasi sehingga klas kesesuaiaan lahan hanya menjadi S3.

4.2.2 Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Bawen

Dari hasil analisis matching antara karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman

gandum, maka terdapat empat klas kesesuaian yaitu S1, S2, S3, dan N. Kecamatan Bawen

memiliki 9 desa, yang disajikan pada Tabel 22. yaitu Desa Doplang, Poncoruso, dan Samban

memiliki klas kesesuaian S3 untuk pengembangan tanaman gandum varietas Dewata

Page 84: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

97

dikarenakan adanya faktor pembatas maksimum pada curah hujan, pH dan kelerengan. Rata-

rata curah hujan per tahun sebesar 1500-3000 mm, dimana curah hujan tersebut diatas standart

kesesuaian dari tanaman gandum.

Klas kesesuaian N terdapat di Desa Asinan, Bawen, Harjosari, Kandangan,

Lemahireng dan Polisiri yang memiliki faktor pembatas yaitu tingginya curah hujan yaitu

sebesar 1500-3000 mm per tahun, dimana curah hujan tersebut diatas standart kesesuaian dari

tanaman gandum. Tingginya curah hujan tahunan akan berpengaruh terhadap usaha pertanian

dan merupakan faktor penghambat utama disamping faktor yang lainnya.

Pada Gambar 3. dapat dilihat lebih detail kesesuaian tanaman gandum varietas Dewata

di Kecamatan Bawen.

Gambar 3. Peta Kesesuaian Gandum Varietas Dewata di Kecamatan Bawen

Page 85: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

98

Tabel 22. Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Bawen

Desa

Temperatur Ketersediaan

air

Ketersediaan

Oksigen Media Perakaran Retensi Hara Kesuburan

Bahaya

Erosi Penentuan

Klas

Kesesuaian

Lahan

Temp

rerata

⁰C

Ketinggian

(m dpl)

Curah

Hujan

(mm/tahun)

Kondisi

Drainase

Klas

Tekstur

Kedalaman

Solum (cm)

KTK

me/100

pH

H2O

C-org

%

N

(% N)

P

(mg/100

P2O5)

K

(mg/100

K2O)

Lereng %

Asinan 23.90-

24.50/S2 475-575/S1

1500-3000/S3 N

baik,buruk/S3,S1

halus,

agak halus,

sedang/S1

>75, dalam/S1

39.67/S1 5.54/S3 1.84/S1 0.19/S2 59.37/S1 67.22/S1 0-25/S3, S2, S1

N

Bawen 23.75-

24.65/S2 450-600/S1

1500-3000/S3

N Baik/S1

halus, agak

halus,

sedang/S1

>75,

dalam/S1 21.06/S1 5.63/S2 1.69/S1 0.18/S2 58.63/S1 70.06/S1

0-25/S3,

S2, S1 N

Doplang 23.45-

24.05/S2 550-650/S1 1500-2000/S3 Baik/S1

halus, agak

halus,

sedang/S1

>75,

dalam/S1 39.67/S1 5.55/S3 1.58/S1 0.17/S2 58.47/S1 67.15/S1

0-25/S3,

S2, S1

S3

Harjosari 22.70-

24.50/S1,

S2

475-775/S1 1500-

2500/S3, N Baik/S1

halus,

agak

halus, sedang/S1

>75,

dalam/S1 21.06/S1 5.63/S2 1.69/S1 0.18/S2 58.63/S1 70.06/S1

0-40/S3,

S2, S1

N

Kandangan 24.05-26/S2

225-550/S3, S1

2000-3000/N Baik/S1

halus,

agak halus,

sedang/S1

>75, dalam/S1

20.17/S1 5.56/S2 1.61/S1 0.17/S2 58.47/S1 73.03/S1 0-25/S3, S2, S1

N

Lemahireng 23.90-

25.40/S2 325-

575/S2, S1 2000-2500/N Baik/S1

halus,

agak halus,

sedang/S1

>75, dalam/S1

21.06/S1 5.63/S2 1.69/S1 0.18/S2 58.63/S1 70.06/S1 0-25/S3, S2, S1

N

Polosiri 24.50-

25.85/S2

250-

475/S2, S1

1500-

2500/S3, N Baik/S1

halus, agak

halus,

sedang/S1

>75,

dalam/S1 20.51/S1 5.70/S2 1.64/S1 0.18/S2 58.48/S1 28.98/S1

0-25/S3,

S2, S1

N

Poncoruso

22.85-

23.90/

S1, S2

575-750/S1 1500-2000

S3/ Baik/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/S1

12.63/ S1

5.56/ S3

1.32/ S1

0.14/ S2

57.56/ S1

67.08/ S1

0-25/S3, S2, S1

S3

Samban 23.90-

24.35/S2 500-575/S1 1500-2000/S3 Baik/S1

halus,

agak

halus,

sedang/S1

>75,

dalam/S1 12.63/S1 5.56/S3 1.32/S1 0.14/S2 57.56/S1 67.08/S1

0-15/S2,

S1

S3

Sumber: Hasil Analisis

Page 86: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

99

Berdasarkan ZAE Tabel 6. maka daerah dengan curah hujan 1500 – 3000 mm/tahun

daerah dengan kriteria subzona Lembab (Y), dimana daerah tersebut waktu penanaman

gandum dipengaruhi oleh distribusi hujan, dimana pada kondisi pengisian bulir/bulir masak,

curah hujan harus rendah (Venkataraman, 1992). Kelembaban yang tinggi juga akan memacu

tingginya serangan penyakit tanaman. Oleh karena itu dengan curah hujan dan kelembaban

udara yang tinggi akan menjadikan pertumbuhan dan hasil tanaman gandum varietas Dewata

akan menjadi kurang optimal.

Faktor pembatas lain pada klas kesesuaian S3 adalah nilai pH tanah <5,6 sehingga

tanah di Desa Asinan, Doplang, Poncoruso dan Samban termasuk dalam harkat tanah Agak

Masam. Nilai pH tanah akan mempengaruhi retensi dan ketersediaan unsur hara (Subardja,

2005). Ketersediaan dan retensi unsur hara tinggi akan optimal pada tanah dengan nilai pH 6-

7 ( Hanafiah, 2005). Melalui tindakan pengapuran maka tanah dengan nilai pH <5,6 Klas

Kesesuaian S3 dapat diubah menjadi klas S2. Kelerengan sebesar 16-40% juga menjadi faktor

pembatas pada klas kesesuaian S3 di Desa Asinan, Bawen, Doplang, Harjosari, Kandangan,

Lemahireng, Polisiri, Poncoruso dan Samban. Berdasarkan ZAE Tabel 4.5 maka lahan dengan

kelerengan tersebut masuk dalam Zona II yaitu daerah dengan fisiografi berbukit dan lereng

curam, dimana lahan yang demikian sangat berpengaruh kemungkinan bahaya erosi dan

mudah tidaknya untuk mekanisasi pertanian. Melalui manajemen yang baik melalui tindakan

konservasi maka lahan dengan kelerengan 16-40% klas kesesuaian S3 dapat diubah menjadi

klas kesesuaian S2. Tindakan yang dapat dilakukan adalah pembuatan terasering dan

pembuatan saluran drainase untuk mengatasi atau kontrol kelebihan air akibat curah hujan

yang tinggi (Anonim, 2012).

Dari sisi karakteristik lahan untuk drainase, kandungan Phospat, Kaliun dan nilai KTK

menunjukkan bahwa semua desa di Kecamatan Bawen memiliki klas kesesuaian S1 untuk

pengembangan tanaman gandum varietas Dewata. Kondisi drainase yang ada berada dalam

klas Baik, sehingga di sekitar perakaran tanaman memiliki oksigen dan kadar air tanah yang

tersedia untuk menopang perkembangan perakaran. Rata-rata kedalaman solum >75cm (solum

dalam) sehingga akan menjadikan perakaran mampu berkembang dengan baik. Nilai KTK

(Kapasitas Tukar Kation) tanah >16 me/100 gram, dimana tanah demikian akan mampu

melakukan jerapan dan pelepasan (pertukaran) ion hara dengan baik sehingga ketersediaan

unsur hara menjadi baik pula. Kondisi demikian ditunjang dari kandungan Posphat Total yang

tinggi atau pada kisaran nilai 56,73 - 59,37 mg/100 serta Kalium Total pada kisaran 48,94 -

Page 87: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

100

67,22 mg/100 sehingga ketersediaannya pada tanah sangat baik untuk tanaman gandum

varietas Dewata. Untuk kandungan Nitrogen Total berada dalam klas kesesuaian S2. Dengan

penambahan pupuk nitrogen tanah di Desa Asinan, Bawen, Doplang, Harjosari, Kandangan,

Lemahireng, Polisiri, Poncorusu, dan Samban dapat meningkatkan klas kesesuaian S2 menjadi

S1.

Badan Litbang Pertanian (2012) menyatakan bahwa tanaman gandum akan

mengalami kerusakan bulir jika selama masa pematangan bulir curah hujan > 200 mm/bulan,

dan bulir gandum yang berada dalam kondisi kelembaban tinggi akan terserang penyakit atau

bila bulir tersebut sudah masuk pada fase masak fisiologi maka bulir gandum mampu

berkecambah di tangkai gandum. Dengan demikian Desa Asinan, Bawen, Harjosari,

Kandangan, Lemahireng dan Polisiri yang memiliki klas kesesuaian N karena faktor iklim

salah satu karakteristik lahan yang sulit untuk dilakukan modifikasi sehingga klas kesesuaiaan

lahan hanya menjadi S3.

4.2.3 Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Bandungan

Berdasarkan analisis matching antara persyaratan tumbuh tanaman dengan

karakteristik lahan maka Kecamatan Bandungan yang memiliki 10 desa tertera pada Tabel 23.

bahwa Desa Jimbaran dan Mlilir mempunyai klas kesesuaian S3, sedangkan Desa Bandungan,

Banyukuning, Candi, Duren, Jetis, Kenteng, Pakopen dan Sidomukti tergolong klas

kesesuaian N.

Gambar 4. Peta Kesesuaian Gandum Verietas Dewata di Kecamatan Bandungan

Page 88: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

101

Tabel 23. Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Bandungan

Sumber: Hasil Analisis

Desa

Temperatur Ketersediaan

air

Ketersediaan

Oksigen Media Perakaran Retensi Hara Kesuburan Bahaya Erosi Penentuan

Klas

Kesesuaian

Lahan

Temp

rerata

⁰C

Ketinggian

(m dpl)

Curah

Hujan

(mm/tahun)

Kondisi

Drainase

Klas

Tekstur

Kedalaman

Solum (cm)

KTK

me/100

pH

H2O

C-org

%

N

(% N)

P

(mg/100

P2O5)

K

(mg/100

K2O)

Lereng %

Bandungan 15.80-

22.85/S1 700-

1925/S3,S1 2000-3000/N BAIK/S1

halus, agak halus,

sedang,

agak kasar/S1,S3

>75, DALAM/S1

17.27/S1 5.67/S2 2.43/S1 0.22/S2 57.25/S1 69.60/S1 0-

>40/N,S3,S2,S1 N

Banyukuning 21.20-

22.25/S1

800-

1025/S1

2500-3000

dan >3000/N BAIK/S1

halus, agak

halus,

sedang,

agak

kasar/S1,S3

>75,

DALAM/S1 14.53/S2 5.75/S2 1.34/S1 0.16/S2 56.73/S1 48.94/S1 0-25/S3,S2,S1

N

Candi 15.65-

21.95/S1 900-

1950/S1,S3 2500-3000/N BAIK/S1

halus, agak

halus,

sedang/S1

>75, DALAM/S1

18.81/S1 5.66/S2 2.71/S1 0.25/S2 57.94/S1 89.00/S1 0-25/S1,S2,S3 N

Duren 21.20-

23.15/S1

700-

1025/S1

1500-

3000/S3,N BAIK/S1

halus, agak halus,

sedang/S1

>75,

DALAM/S1 18.81/S1 5.66/S2 2.71/S1 0.25/S2 57.94/S1 89.00/S1 0-25/S3,S2,S1 N

Jetis 22.25-

23.30/S1 675-850/S1

1500-2500S3,N

BAIK/S1

halus, agak halus,

sedang,

agak kasar/S1,S3

>75, DALAM/S1

14.53/S2 5.75/S2 1.34/S1 0.16/S2 56.73/S1 48.94/S1 0-25/S3,S2,S1 N

Jimbaran

22.40-

23.45/

S1

650-825/ S1

1500-2000/ S3

BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75,

DALAM/

S1

18.81/ S1

5.66/ S2

2.71/ S1

0.25/ S2

57.94/ S1

89.00/ S1

0-15/ S2,S1 S3

Kenteng

15.50-

22.85/

S1

750-1975/ S1 S3

2000-3000/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75,

DALAM/

S1

18.81/ S1

5.66/ S2

2.71/ S1

0.25/ S2

57.94/ S1

89.00/ S1

0-25/ S3,S2,S1 N

Mlilir 22.85-23.75/

S1

600-750/

S1

1500-2000/

S3 BAIK/ S1

halus, agak halus,

sedang/ S1

>75, DALAM/

S1

14.86/

S2

5.78/

S2

0.79/

S1

0.15/

S2

57.56/

S1

67.08/

S1

15-25/

S3,S2,S1

S3

Pakopen 20.30-23.90/

S1

575-1175/

S1

1500-2500/

S3 N BAIK/ S1

halus, agak halus,

sedang/ S1

>75, DALAM/

S1

20.38/

S1

5.70/

S2

2.44/

S1

0.24/

S2

58.27/

S1

84.63/

S1 0-25/ S3,S2,S1

N

Sidomukti 15.80-22.55/

S1

800-1925/

S1 S3 2000-3000/ N BAIK/ S1

halus, agak halus,

sedang/ S1

>75, DALAM/

S1

22.75/

S1

5.53/

S3

4.62/

S1

0.34/

S2

58.31/

S1

110.91/

S1 0-25/ S3,S2,S1

N

Page 89: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

102

Berdasarkan ZAE Tabel 4. maka daerah dengan curah hujan 1500–3000 mm/tahun

daerah termasuk dalam kriteria subzona Lembab (Y). Kondisi kelembaban yang tinggi

menyebabkan biji berkecambah pada malai sebelum panen, sehingga mengurangi kualitas dan

nilai gizi biji gandum (Thomason, 2009) juga akan memacu tingginya serangan penyakit

tanaman. Oleh karena itu dengan curah hujan dan kelembaban udara yang tinggi menjadikan

pertumbuhan dan hasil tanaman gandum varietas Dewata tidak cocok dikembangkan di daerah

tropis.

Faktor pembatas lain pada klas kesesuaian S3 adalah nilai pH tanah <5,6 sehingga

tanah di Desa Asinan, Doplang, Poncoruso dan Samban termasuk dalam harkat tanah Agak

Masam. Nilai pH tanah akan mempengaruhi retensi dan ketersediaan unsur hara (Subardja,

2005). Ketersediaan dan retensi unsur hara tinggi akan optimal pada tanah dengan nilai pH 6-

7 ( Hanafiah, 2005). Melalui tindakan pengapuran maka tanah dengan nilai pH <5,6 (Klas

Kesesuaian S3) dapat diubah menjadi kelas S2. Kelerengan sebesar 16-40% juga menjadi

faktor pembatas pada klas kesesuaian S3 di Desa Mlilir. Berdasarkan ZAE (Tabel 4.3) maka

lahan dengan kelerengan tersebut masuk dalam Zona II yaitu daerah dengan fisiografi

berbukit berlereng curam, lahan demikian memiliki bahaya erosi yang cukup tinggi sehingga

akan menjadikan kesuburan tanah semakin menurun bila tidak disertai dengan tindakan

konservasi yang baik. Melalui manajemen pembuatan terassering yang baik maka lahan

dengan kelerengan 16-40% klas kesesuaian S3 dapat diubah menjadi klas kesesuaian S2.

Dari sisi karakteristik lahan untuk drainase, kandungan Phospat, Kalium dan nilai

KTK menunjukkan bahwa semua desa di Kecamatan Bandungan memiliki klas kesesuaian S1

untuk pengembangan tanaman gandum varietas Dewata. Kondisi drainase yang ada berada

dalam klas Baik, sehingga di sekitar perakaran tanaman akan memiliki oksigen dan kadar air

tanah yang tersedia untuk menopang perkembangan perakaran. Rata-rata kedalaman solum

>75cm (solum dalam) sehingga akan menjadikan perakaran mampu berkembang dengan baik.

Nilai KTK (Kapasitas Tukar Kation) tanah >16 me/100 gram, dimana tanah demikian akan

mampu melakukan jerapan dan pelepasan (pertukaran) ion hara dengan baik sehingga

ketersediaan unsur hara menjadi baik pula. Kondisi demikian ditunjang dari kandungan

Posphat Total yang tinggi atau pada kisaran nilai 56,73 - 59,37 mg/100 serta Kalium Total

pada kisaran 48,94 - 67,22 mg/100 sehingga ketersediaan Phospat dan Kalium tanah sangat

baik untuk tanaman gandum varietas Dewata. Namun demikian untuk kandungan Nitrogen

Page 90: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

103

Total berada dalam klas kesesuaian S2, oleh karena itu tanah-tanah harus dilakukan

pemupukan nitrogen.

Untuk pengembangan tanaman gandum varietas Dewata maka Desa Bandungan,

Banyukuning, Candi, Duren, Jetis, Kentengm Pakopen dan Sidomukti memiliki klas

kesesuaian N. Faktor pembatas utama adalah tingginya curah hujan yaitu sebesar 1500-3000

mm per tahun, dimana curah hujan tersebut diatas standart kesesuaian dari tanaman gandum.

Tingginya curah hujan tahunan akan menjadikan daerah tersebut akan memiliki pencahayaan

matahari yang rendah serta kelembaban yang tinggi. Tanaman gandum tidak tahan tumbuh

pada kondisi kelembaban tinggi, hal ini dikarenakan pembungaan, pengisi biji dan kesehatan

tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi pencahayaan matahari, suhu udara serta kelembaban

udara. Curah hujan yang tinggi menjadikan hasil produksi gandum menurun (Usman, 2012).

Faktor iklim adalah salah satu karakteristik lahan yang sulit untuk dilakukan modifikasi. Oleh

karena itu di desa yang memiliki klas kesesuaian N akan sangat sulit untuk dilakukan

modifikasi sehingga klas kesesuaiaan lahan hanya dapat menjadi S3.

4.2.4 Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Banyubiru

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, dimana

untuk menentukan kesesuaian lahan didasarkan pada karakteristik lahan. Karakteristik lahan

adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, adapun karakteristik lahan yang umum

digunakan untuk menilai klas kesesuaian untuk komoditas tanaman adalah curah hujan,

kelembaban, temperatur, kandungan hara, resistensi hara, gambut, toksisitas, sulfidik,

drainase, tekstur, kedalaman efektif, kerikil-batuan dan bahaya erosi dan banjir (FAO, 1983

dan Djaenudin dkk, 2003).

Kecamatan Banyubiru memiliki 10 desa, berdasarkan analisis matching (Djaenudin

dkk, 2003) untuk menentukan kesesuaian tamanan gandum varietas Dewata yang tertera pada

Tabel 24. maka Desa Kebondowo dan Ngrapah mempunyai klas kesesuaian S3 (Sesuai

Marjinal), sedangkan Desa Banyubiru, Gedong, Kebumen, Kemambang, Rowoboni,

Sepakung, Tegaron dan Wirogomo tergolong klas kesesuaian N (Tidak Sesuai).

Page 91: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

104

Lebih detailnya kesesuaian tanaman gandum Dewata di Kecamatan Banyubiru pada

Gambar 5 dibawah ini:

Gambar 5. Peta Kesesuaian Gandum di Kecamatan Banyubiru

Page 92: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

105

Tabel 24.Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Banyubiru

Desa

Temperatur Ketersediaan

air

Ketersediaan

Oksigen Media Perakaran Retensi Hara Kesuburan Bahaya Erosi Penentuan

Klas

Kesesuaian

Lahan

Temp

rerata

⁰C

Ketinggian

(m dpl)

Curah

Hujan

(mm/tahun)

Kondisi

Drainase

Klas

Tekstur

Kedalaman

Solum (cm)

KTK

me/100

pH

H2O

C-org

%

N

(% N)

P

(mg/100

P2O5)

K

(mg/100

K2O)

Lereng %

Banyubiru

21.05-

24.50/

S1 S3

475-1050/ S1

1500-3000/ S3 N

BAIK/ S1

halus, agak

halus, sedang,agak

kasar/ S3,S1

>75, dalam/ S1

23.86/ S1

5.68/ S2

1.62/ S1

0.16/S2 57.37/

S1 53.77/

S1 0->40/ N S3

S2 S1

N

Gedong 20.30-24.20/

S1 S2

525-1175/

S1 2500-3000/ N BAIK/ S1

halus, agak halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

20.23/

S1

5.66/

S2

2.88/

S1

0.23/

S2

57.59/

S1

87.10/

S1

0->40/ N S3

S2 S1 N

Kebondowo 21.65-24.50/

S1 S2

475-950/

S1

1500-2000/

S3 BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang, agak kasar/ S3, S1

>75,

dalam/S1

20.96

S1

5.67/

S2

1.61/

S1

0.16/

S2

57.53/

S1

60.81/

S1

0-25/

S3,S2,S1 S3

Kebumen 23.90-

24.50/S2 475-1175/

S1 2000-3000/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

50-75,

sedang, >75

sedang/ S1

17.57/ S1

5.65/ S2

2.44/ S1

0.21/ S2

57.73/ S1

85.38/ S1

0->40/ N S3 S2 S1

N

Kemambang

20.75-

23.90/

S1 S2

575-1100/ S1

1500-3000/ S3 N

BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

50-75, sedang/ S1

17.71/ S1

5.79/ S2

1.14/ S1

0.12/ S2

56.86/ S1

63.29/ S1

0->40/ N S3 S2 S1

N

Ngrapah

22.85-

24.50/ S1 S2

475-750/

S1

1500-2000/

S3 BAIK/ S1

halus, agak halus,

sedang, agak

kasar/ S3, S1

>75, dalam/

S1

23.86/

S1

5.68/

S2

1.62/

S1

0.16/

S2

57.37/

S1

53.77/

S1

0-25/

S3,S2,S1 S3

Rowoboni 23.30-24.50/

S2

475-625/

S1

1500-2500/

S3 N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang, agak kasar/ S3 S1

>75, dalam/

S1

22.04/

S1

5.63/

S2

1.76/

S1

0.17/

S2

57.76/

S1

59.99/

S1

0-25/

S3,S2,S1 N

Sepakung

16.40-

23.30/

S1 S2

675-1825/ S1

2500-3000/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

50-75, sedang/ S1

20.23/ S1

5.66/ S2

2.88/ S1

0.23/ S2

57.59/ S1

87.10/ S1

0->40/ N S3 S2 S1

N

Tegaron

20.15-

24.50/

S1 S2

475-1200/ S1

2000-3000/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

50-75,

sedang >75

dalam/ S1

14.99/ S2

5.71/ S2

1.35/ S1

0.14/ S2

57.44/ S1

72.62/ S1

0->40/ N S3 S2 S1

N

Wirogomo

18.95-

23.15/

S1 S2

700-1400/ S1 S2

2500-3000/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

50-75, sedang/ S1

17.71/ S1

5.79/ S2

1.14/ S1

0.12/ S2

56.86/ S1

63.29/ S1

0->40/ N S3 S2 S1

N

Sumber: Hasil Analisis

Page 93: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

106

Di Kecamatan Banyubiru, bahwa Desa Kebondowo, Ngrapah memiliki klas kesesuaian

S3 untuk pengembangan tanaman gandum varietas Dewata dikarenakan adanya faktor

pembatas maksimum pada curah hujan, tekstur, dan kelerengan. Rata-rata curah hujan per

tahun sebesar 1500-3000 mm, dimana curah hujan tersebut diatas standart kesesuaian dari

tanaman gandum. Berdasarkan ZAE Tabel 5. maka daerah dengan curah hujan 1500 – 3000

mm/tahun adalah daerah dengan kriteria sub zona Lembab (Y), Kelembaban yang tinggi juga

akan memacu tingginya serangan penyakit tanaman (Anonim, 2012). Oleh karena itu dengan

curah hujan dan kelembaban udara yang tinggi, pertumbuhan dan hasil tanaman gandum

varietas Dewata akan menjadi kurang optimal.

Faktor pembatas lain pada klas kesesuaian S3 adalah nilai Tekstur tanah yang ada

masuk dalam klas tekstur Agak Kasar. Tanah dengan Tekstur Agak Kasar akan mempengaruhi

perkembangan akar tanaman. Hal ini dikarenakan tanah dengan Tekstur Agak Kasar

biasanya sulit menahan air, menjadikan tanaman gandum kekeringan. Dari sisi Kelerengan

sebesar 16-40% juga menjadi faktor pembatas pada klas kesesuaian S3 di Desa Kebondowo

dan Ngrapah. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa lahan dengan kelerengan 16-40% masuk dalam

Zona II yatu daerah dengan fisiografi berbukit berlereng curam, dimana lahan demikian

memiliki bahaya erosi yang cukup tinggi sehingga membuat kesuburan tanah semakin

menurun bila tidak disertai dengan tindakan konservasi yang baik. Dengan pembuatan

terassering dan pembuatan saluran drainase maka lahan dengan kelerengan 16-40% klas

kesesuaian S3 dapat diubah menjadi klas kesesuaian S2.

Berdasarkan keadaan temperatur beberapa desa tergolong memikili suhu yang tinggi

antara 23,15-24,500C, dimana suhu tinggi dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas selama

pengisian bulir gandum terjadi setelah proses pembungaan. Jadi suhu optimum untuk

pertumbuhan dan perkembangan gandum sekitar 200C (Rahman et al.,2009)

Dari sisi karakteristik lahan untuk drainase, kandungan Phospat, Kalium dan nilai

KTK menunjukkan bahwa di semua desa memiliki klas kesesuaian S1 untuk pengembangan

tanaman gandum varietas Dewata. Kondisi drainase yang ada berada dalam klas Baik,

sehingga di sekitar perakaran tanaman akan memiliki oksigen dan kadar air tanah yang

tersedia untuk menopang perkembangan perakaran. Rata-rata kedalaman solum >75cm

(solum dalam) sehingga akan membantu perakaran mampu berkembang dengan baik. Nilai

KTK (Kapasitas Tukar Kation) tanah >16 me/100 gram, dimana tanah demikian akan mampu

melakukan jerapan dan pelepasan (pertukaran) ion hara dengan baik sehingga ketersediaan

Page 94: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

107

unsur hara menjadi baik pula. Kondisi demikian ditunjang dari kandungan Posphat Total

(P2O5) yang tinggi atau pada kisaran nilai 56,73 - 59,37 mg/100 serta Kalium Total (K2O)

pada kisaran 48,94 - 67,22 mg/100 sehingga ketersediaan Phospat dan Kalium tanah sangat

baik untuk tanaman gandum varietas Dewata. Namun untuk kandungan Nitrogen Total berada

dalam klas kesesuaian S2 agar bisa menjadi S1 perlu dengan modifikasi, oleh karena itu tanah-

tanah di desa tersebut harus dilakukan pemupukan nitrogen

Faktor pembatas utama pada klas kesesuaian N adalah tingginya curah hujan yaitu

sebesar 1500-3000 mm per tahun, dimana curah hujan tersebut diatas standart kesesuaian dari

tanaman gandum. Tingginya curah hujan tahunan akan menjadikan daerah tersebut akan

memiliki pencahayaan matahari yang rendah serta kelembaban yang tinggi. Badan Litbang

Pertanian (2012) menyatakan bahwa tanaman gandum akan mengalami kerusakan bulir jika

selama masa pematangan bulir curah hujan > 200 mm/bulan, dan bulir gandum yang berada

dalam kondisi kelembaban tinggi akan terserang penyakit atau bila bulir tersebut sudah masuk

pada fase masak fisiologi maka bulir gandum mampu berkecambah saat masih ditangkai.

Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap usaha pertanian yang sulit dilakukan modifikasi

sehingga gandum varietas Dewata tidak cocok dikembangkan di daerah tropis dengan curah

hujan tinggi.

4.2.5 Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Bergas

Kecamatan Bergas memiliki 11 desa, berdasarkan analisis matching (Djaenudin dkk,

2003) untuk menentukan kesesuaian tamanan gandum varietas Dewata yang disajikan pada

Tabel 25. maka Desa Bergas Kidul, Bergas Lor, Jatijajar dan Randugunting mempunyai klas

kesesuaian S3, sedangkan Desa Gebugan, Gondoriyo, Karangjati, Munding, Pagersari,

Wringinputih dan Wujil mempunyai klas kesesuaian N. Menurut Sys et all (1991), pada

wilayah yang mempunyai klas kesesuaian S1, tanaman yang dikembangkan akan memiliki

produktivitas berkisar dari 100–80% dari potensi genetis, sedang klas kesesuaian S2 memiliki

produktivitas berkisar 80-60%, untuk klas kesesuaian S3 memiliki produktivitas berkisar 60-

40%. Demikian halnya klas kesesuaian N memiliki produktivitas <40% dari potensi genetis

sehingga komoditas dikatakan tidak layak secara ekonomis yang artinya komoditas tersebut

tidak menguntungkan (Hidayah, 2010).

Kesesuaian tanaman gandum varietas Dewata di Kecamatan Bergas, untuk lebih

detailnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 95: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

108

Tabel 25. Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Bergas

Desa

Temperatur Ketersediaa

n air

Ketersediaa

n Oksigen Media Perakaran Retensi Hara Kesuburan Bahaya Erosi

Penentuan

Klas

Kesesuaia

n Lahan

Temp

rerata

⁰C

Ketinggia

n (m dpl)

Curah

Hujan

(mm/tahun)

Kondisi

Drainase

Klas

Tekstur

Kedalaman

Solum (cm)

KTK

me/10

0

pH

H2O

C-org

%

N

(% N)

P

(mg/10

0

P2O5)

K

(mg/10

0 K2O)

Lereng %

Bergas Kidul

23.60-

24.35/ S2

500-625/

S1

1500-2000/

S3 BAIK/ S1

halus, sangat

halus, sedang/ S1

>75, dalam/

S1

18.08/

S1

5.68/

S2

1.61/

S1

0.18/

S2

58.26/

S1

71.49/

S1 0-15/ S2 S1 S3

Bergaslor

23.75-

24.80/ S2

425-600/

S1

1500-2000/

S3 BURUK/ S3

halus, sangat

halus, sedang/ S1

50-75,

sedang, >75 dalam/ S1

18.08/

S1

5.68/

S2

1.61/

S1

0.18/

S2

58.26/

S1

71.49/

S1 0-15/ S2 S1 S3

Gebugan

15.80-

24.80/ S1 S2

425-1925/

S1 S3 2000-3000/ N BAIK/ S1

halus, sangat

halus, sedang/ S1

>75, dalam/

S1

19.63/

S1

5.63/

S2

2.61/

S1

0.23/

S2

58.27/

S1

84.63/

S1

0->40/ N S3 S2

S1 N

Gondoriyo

24.95-

26.45/

S2 N

150-400/ N S1

2500-3000/ N BURUK/ S3

halus, sangat

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/ S1

21.66/ S1

5.89/ S2

1.67/ S1

0.19/ S2

59.16/ S1

71.56/ S1

0-25/ S3 S2 S1 N

Jatijajar

23.90-

24.50/

S2

475-575/ S1

1500-2000/ S3

BAIK/ S1

halus, sangat

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/ S1

18.08/ S1

5.68/ S2

1.61/ S1

0.18/ S2

58.26/ S1

71.49/ S1

0-25/ S3 S2 S1 S3

Karangjati 24.35-24.80/

S2

425-500/

S1 2000-2500/ N BAIK/ S1

halus, sangat halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

12.63/

S2

5.56/

S3

1.32/

S1

0.14/

S2

57.56/

S1

67.08/

S1 0-25/ S3 S2 S1 N

Munding 15.35-23.60/

S1 S2

625-2000/

S1 N

1500-3000/

S3 N BAIK/ S1

halus, sangat halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

19.63/

S1

5.63/

S2

2.61/

S1

0.23/

S2

58.27/

S1

84.63/

S1

0->40/ N S3 S2

S1 N

Pagersari

23.51-

24.35/ S2

500-700/

S1

1500-2500/

S3 N BAIK/ S1

halus, sangat

halus, sedang/ S1

>75, dalam/

S1

23.52/

S1

5.8/

S2

1.9/

S1

0.22/

S2

58.95/

S1

75.89/

S1 0-25/ S3 S2 S1 N

Randuguntin

g

24.05-

24.35/ S2

500-550/

S1

1500-2000/

S3 BAIK/ S1

halus, sangat

halus, sedang/ S1

>75, dalam/

S1

18.08/

S1

5.68/

S2

1.61/

S1

0.18/

S2

58.26/

S1

71.49/

S1 0-15/ S2 S1 S3

Wringinputih

24.05-

25.25/

S2 N

350-550/ S1

1500-2500/ S3 N

BAIK/ S1

halus, sangat

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/ S1

16.22/ S1

5.77/ S2

1.38/ S1

0.15/ S2

58.47/ S1

67.15/ S1

0-25/ S3 S2 S1 N

Wujil

24.20-

24.65/

S2

450-525/ S1

1500-2500/ S3 N

BAIK/ S1

halus, sangat

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/ S1

18.08/ S1

5.68/ S2

1.61/ S1

0.18/ S2

58.26/ S1

71.49/ S1

0-15/ S2 S1 N

Sumber: Hasil Analisis

Page 96: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

109

Desa Bergas Kidul, Bergas Lor, Jatijajar, Randugunting memiliki klas kesesuaian S3

untuk pengembangan tanaman gandum varietas Dewata dikarenakan adanya faktor pembatas

maksimum pada curah hujan. Rata-rata curah hujan per tahun sebesar 1500-3000 mm, dimana

curah hujan tersebut diatas standart kesesuaian dari tanaman gandum. Berdasarkan ZAE

(Tabel 7.) maka daerah dengan curah hujan 1500 – 3000 mm/tahun adalah daerah dengan

kriteria sub zona Lembab (Y), dimana Thomason (2009) berpendapat bahwa kondisi yang

lembab karena curah hujan tinggi maka dapat menyebabkan penurunan kualitas bulir

berkecambah pada malai sebelum dipanen (Pre-Harvest Sprouting) dan akan memacu

tingginya serangan penyakit tanaman. Oleh karena itu dengan curah hujan dan kelembaban

udara yang tinggi akan menjadikan pertumbuhan dan hasil tanaman gandum varietas Dewata

tidak cocok dikembangkan didaerah tropis bercurah hujan tinggi.

Berdasarkan keadaan temperatur beberapa desa tergolong memikili suhu yang tinggi

antara 23,75-26,650C, dimana suhu tinggi dapat mempengaruhi kualitas dan kualitas selama

pengisian bulir gandum terjadi setelah proses pembungaan. Jadi suhu optimum untuk

pertumbuhan dan perkembangan gandum sekitar 200C (Rahman et al., 2009)

Dari sisi karakteristik lahan untuk kandungan Phospat, Kalium dan nilai KTK

menunjukkan bahwa di semua desa memiliki klas kesesuaian S1 untuk pengembangan

tanaman gandum varietas Dewata. Kondisi drainase yang ada berada dalam klas Baik dan

beberapa terdapat Kondisi yang Buruk. Rata-rata kedalaman solum >75cm (solum dalam)

sehingga akan menjadikan perakaran mampu berkembang dengan baik. Nilai KTK (Kapasitas

Tukar Kation) tanah >16 me/100 gram, dimana tanah demikian akan mampu melakukan

jerapan dan pelepasan (pertukaran) ion hara dengan baik sehingga ketersediaan unsur hara

menjadi baik pula. Kondisi demikian ditunjang dari kandungan Posphat Total (P2O5) yang

tinggi atau pada kisaran nilai 56,73-59,37 mg/100 serta Kalium Total (K2O) pada kisaran

48,94 - 67,22 mg/100 sehingga ketersediaan Phospat dan Kalium tanah sangat baik untuk

tanaman gandum varietas Dewata. Namun demikian untuk kandungan Nitrogen Total berada

dalam klas kesesuaian S2. Oleh karena itu tanah-tanah di desa tersebut harus dilakukan

pemupukan nitrogen.

Faktor pembatas utama pada klas kesesuaian N kerena tingginya curah hujan yaitu

sebesar 1500-3000 mm per tahun, dimana tanaman gandum tidak tahan tumbuh pada kondisi

kelembaban tinggi, hal ini dikarenakan pembungaan, pengisi biji dan kesehatan tanaman

sangat dipengaruhi oleh kondisi pencahayaan matahari, suhu udara, serta kelembaban udara.

Page 97: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

110

Faktor iklim merupakan salah satu karakteristik lahan yang sulit untuk dilakukan modifikasi.

Oleh karena itu Desa Bergas Kidul, Bergas Lor, Jatijajar, Randugunting yang memiliki klas

kesesuaian N akan sangat sulit untuk dilakukan modifikasi sehingga klas kesesuaiaan lahan

hanya menjadi S3.

Gambar 6. Peta Kesesuaian Gandum Varietas Dewata di Kecamatan Bergas

4.2.6 Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Pabelan

Kecamatan Pabelan memiliki 16 desa, berdasarkan analisis matching, antara

persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan untuk menentukan kesesuaian

tamanan gandum varietas Dewata. Desa Ujung-ujung memiliki klas kesesuaian S3 untuk

pengembangan tanaman gandum varietas Dewata dikarenakan adanya faktor pembatas

maksimum pada curah hujan, nitrogen, pH dan kelerengan. Rata-rata curah hujan per tahun

sebesar 1500-2500 mm, dimana curah hujan tersebut diatas standart kesesuaian dari tanaman

gandum. Faktor pembatas utama pada klas kesesuaian N adalah tingginya curah hujan yaitu

sebesar 1500-3000 mm per tahun, dimana curah hujan tersebut diatas standart kesesuaian dari

tanaman gandum. Tingginya curah hujan tahunan di Desa Bejalen, Bendungan, Giling,

Glawan, Jembrak, Kadirejo, Karanggondang, Pabelan, Padaan, Segiri, Semowo, Sukoharjo,

Sumberejo, Terban dan Tukang membuat klas kesesuaian N.

Page 98: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

111

Kesesuaian tanaman gandum varietas Dewata di Kecamatan Pabelan, untuk lebih

detailnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Peta Kesesuaian Gandum Varietas Dewata di Kecamatan Pabelan

Page 99: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

112

Tabel 26.Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Pabelan

Desa

Temperatur Ketersediaan

air

Ketersediaan

Oksigen Media Perakaran Retensi Hara Kesuburan

Bahaya

Erosi Penentuan

Klas

Kesesuaian

Lahan

Temp

rerata

⁰C

Ketinggian

(m dpl)

Curah

Hujan

(mm/tahun)

Kondisi

Drainase

Klas

Tekstur

Kedalaman

Solum (cm)

KTK

me/100

pH

H2O

C-org

%

N

(%

N)

P

(mg/100

P2O5)

K

(mg/100

K2O)

Lereng

%

Bejaten

24.50-

24.80/

S2

425-475/

S1 2000-2500/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

14.63/

S2

5.42/

S3

1.23/

S1

0.03/

S3

57.56/

S1

67.08/

S1 0-8/ S1 N

Bendungan

23.90-

24.65/

S2

450-575/

S1 2000-2500/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

14.63/

S2

5.42/

S3

1.23/

S1

0.03/

S3

57.56/

S1

67.08/

S1

0-25/

S3,S2,S1 N

Giling

24.50-

25.55/

S2, N

300-475/

S2,S1

1500-2000 /

S3 BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

14.63/

S2

5.42/

S3

1.23/

S1

0.03/

S3

57.56/

S1

67.08/

S1

0-25/

S3,S2,S1 N

Glawan

23.90-

24.65/

S2

450-575/

S1 2000-2500/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

14.63/

S2

5.42/

S3

1.23/

S1

0.03/

S3

57.56/

S1

67.08/

S1

0-25/

S3,S2,S1 N

Jembrak

23.60-

24.20/

S2

525-625/

S1 2000-2500/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

14.63/

S2

5.42/

S3

1.23/

S1

0.03/

S3

57.56/

S1

67.08/

S1

0-15/

S2,S1 N

Kadirejo

24.50-

25.40/

S2,N

325-475/

S2,S1

1500-2000/

S3 BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

17.47/

S1

5.49/

S3

1.33/

S1

0.09/

S3

58.26/

S1

71.49/

S1

0-15/

S2,S1 N

Karanggondang

23.60-

24.50/

S2

475-625/

S1 2000-2500/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

14.63/

S2

5.42/

S3

1.23/

S1

0.03/

S3

57.56 /

S1

67.08/

S1

0-25/

S3,S2,S1 N

Pabelan

24.20-

25.25/

S2,N

350-525/

S1

1500-2000/

S3 BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

17.47/

S1

5.49/

S3

1.325/

S1

0.09/

S3

58.26/

S1

67.08/

S1

0-25/

S3,S2,S1 N

Padaan

24.50-

25.25/

S2,N

350-475/

S1

1500-2000/

S3 BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

17.47/

S1

5.49

/ S3

1.33/

S1

0.09/

S3

58.26/

S1

67.08/

S1

0-25/

S3,S2,S1 N

Segiri

23.75-

24.65/

S2

450-600/

S1 2000-2500/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

17.47/

S1

5.49/

S3

1.33/

S1

0.09/

S3

58.26/

S1

71.49/

S1

0-25/

S3,S2,S1 N

Semowo

24.20-

25.70/

S2,N

275-525/

S2,S1 1500-2500/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

17.47/

S1

5.49/

S3

1.33/

S1

0.09/

S3

58.26/

S1

71.49/

S1

0-25/

S3,S2,S1 N

Sukoharjo

23.60-

24.35/

S2

500-625/

S1 2000-2500/ N

BURUK

BAIK/ S1,S3

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

14.63/

S2

5.42/

S3

1.23/

S1

0.03/

S3

57.56/

S1

67.08/

S1

0-15/

S2,S1 N

Page 100: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

113

Desa

Temperatur Ketersediaan

air

Ketersediaan

Oksigen Media Perakaran Retensi Hara Kesuburan

Bahaya

Erosi Penentuan

Klas

Kesesuaian

Lahan

Temp

rerata

⁰C

Ketinggian

(m dpl)

Curah

Hujan

(mm/tahun)

Kondisi

Drainase

Klas

Tekstur

Kedalaman

Solum (cm)

KTK

me/100

pH

H2O

C-org

%

N

(%

N)

P

(mg/100

P2O5)

K

(mg/100

K2O)

Lereng

%

Sumberejo

23.45-

24.50/

S2

475-650/

S1 2000-2500/ N BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

14.63/

S2

5.42/

S3

1.23/

S1

0.03/

S3

57.56/

S1

67.08/

S1

0-25/

S3,S2,S1 N

Terban

24.05-

25.10/

S2,N

375-550/

S1 2000-2500/ N

BURUK

BAIK/ S1,S3

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

17.47/

S1

5.49/

S3

1.33/

S1

0.09/

S3

58.26/

S1

71.49/

S1

0-25/

S3,S2,S1 N

Tukang

24.65-

25.55/

S2,N

300-450/

S2,S1 2000-2500/ N

BURUK

BAIK/ S1,S3

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

14.63/

S2

5.42/

S3

1.23/

S1

0.03/

S3

57.56/

S1

67.08/

S1

0-15/

S2,S1 N

Ujung ujung

23.30-

23.90/

S2

575-675/

S1

1500-2000/

S3 BAIK/ S1

halus, agak

halus,

sedang/ S1

>75, dalam/

S1

14.63/

S2

5.42/

S3

1.23/

S1

0.03/

S3

57.56/

S1

67.08/

S1

0-25/

S3,S2,S1 S3

Sumber: Hasil Analisis

Page 101: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

114

Berdasarkan ZAE (Tabel 12.) maka daerah dengan curah hujan 1500–2500 mm/tahun

adalah daerah dengan kriteria subzona Lembab (Y). Faktor pembatas lain pada klas kesesuaian

S3 adalah nilai pH tanah <5,6 sehingga tanah termasuk dalam harkat tanah Agak Masam.

Nilai pH tanah akan mempengaruhi retensi dan ketersediaan unsur hara. Ketersediaan unsur

hara akan optimal pada tanah dengan nilai pH 6-7 (Subardja, 2005). Melalui tindakan

pengapuran maka tanah dengan nilai pH <5,6 klas kesesuaian S3 dapat diubah menjadi kelas

S2. Kelerengan sebesar 16-40% juga menjadi faktor pembatas pada klas kesesuaian S3

Berdasarkan ZAE (Tabel 4.11) maka lahan dengan kelerengan 16-40% masuk dalam Zona II

yatu daerah dengan fisiografi berbukit dan lereng curam, sehingga lahan demikian memiliki

bahaya erosi yang cukup tinggi dan menyebabkan kesuburan tanah akan semakin menurun

bila tidak disertai dengan tindakan konservasi yang baik. Tindakan pembuatan terasering dan

pembuatan saluran drainase konservasi maka lahan dengan kelerengan 16-40% klas

kesesuaian S3 dapat diubah menjadi klas kesesuaian S2. Namun untuk kandungan Nitrogen

Total berada dalam klas kesesuaian S3. Oleh karena itu tanah-tanah menjadikan faktor

pembatas, usaha perlu pemupukan nitrogen.

Dari sisi karakteristik lahan untuk drainase, kandungan Phospat, Kalium dan nilai

KTK menunjukkan bahwa di semua desa memiliki klas kesesuaian S1 untuk pengembangan

tanaman gandum varietas Dewata. Kondisi drainase yang ada berada dalam klas Baik dan

beberapa tempat pada kondisi yang Buruk. Rata-rata kedalaman solum >75cm (solum dalam)

sehingga akan menjadikan perakaran mampu berkembang dengan baik. Nilai KTK (Kapasitas

Tukar Kation) tanah >16 me/100 gram, dimana tanah demikian akan mampu melakukan

jerapan dan pelepasan (pertukaran) ion hara dengan baik sehingga ketersediaan unsur hara

menjadi baik pula. Kondisi demikian ditunjang dari kandungan Posphat Total (P2O5) yang

tinggi atau pada kisaran nilai 56,73 - 59,37 mg/100 serta Kalium Total (K2O) pada kisaran

48,94 - 67,22 mg/100 sehingga ketersediaan P dan K tanah sangat baik untuk tanaman

gandum varietas Dewata.

Berdasarkan keadaan temperatur beberapa desa tergolong memikili suhu yang tinggi

antara 23,90-25,700C, dimana gandum sangat sensitif terhadap suhu tinggi dapat

mengakibatkan jumlah dan ukuran bulir akan lebih kecil serta luas daun dan jumlah anakan

menjadi berkurang. Jadi suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan gandum sekitar

200C (Rahman et al.,2009).

Page 102: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

115

4.2.7 Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Tengaran

Kecamatan Tengaran memiliki 15 desa, berdasarkan analisis matching antara

karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman gandum, maka terdapat empat klas

kesesuaian yaitu S1, S2, S3, dan N (Djaenudin dkk, 2003). Kesesuaian tamanan gandum

varietas Dewata yang tertera pada Tabel 27. maka Desa Barukan, Bener, Butuh, Nyamat,

Tegalwaton mempunyai klas kesesuaian S3 (Sesuai Marjinal) karena adanya faktor pembatas

maksimum pada curah hujan, nitrogen, kelerengan dan pH.

Klas kesesuaian N di Desa Cukil, Duren, Karangduren, Klero, Patemon, Regunung,

Sruwen, Sugihan, Tegalrejo dan Tengaran dengan salah satu faktor dimana rata-rata curah

hujan per tahun sebesar 1500-3000 mm, curah hujan tersebut diatas standart kesesuaian dari

tanaman gandum.

Pada Gambar 8. dapat dilihat lebih detail kesesuaian tanaman gandum varietas

Dewata di Kecamatan Tengaran.

Gambar 8. Peta Kesesuaian Gandum Varietas Dewata di Kecamatan Tengaran

Page 103: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

116

Tabel 27. Kesesuaian Tanaman Gandum varietas Dewata di Kecamatan Tengaran

Sumber: Hasil Analisis

Desa

Temperatur Ketersediaa

n air

Ketersediaan

Oksigen Media Perakaran Retensi Hara Kesuburan

Bahaya

Erosi Penentua

n Klas

Kesesuai

an Lahan

Temp

rerata ⁰C

Ketinggian

(m dpl)

Curah

Hujan

(mm/tahun)

Kondisi

Drainase Klas Tekstur

Kedalama

n Solum

(cm)

KT

K

me/

100

pH H2O C-org

%

N

(% N)

P

(mg/100

P2O5)

K

(mg/100

K2O)

Lereng

%

Barukan 23.30-

23.45/S2 650-675/S1

1500-

2000/S3 Baik/S1

halus, agak

halus, sedang/S1

>75,

dalam/S1

17.4

7/S1 5.49/S3 1.33/S1 0.09/S3 58.26/S1 71.49/S1

0-

15/S2,S1 S3

Bener 23-

23.30/S2 675-725/S1

1500-2000/S3

Baik/S1 halus, agak

halus, sedang/S1 >75,

dalam/S1 20.31/S1

5.56/S3 1.42/S1 0.14/S2 58.95/S1 75.89/S1 0-

15/S2,S1 S3

Butuh 22.40-

22.85/S2 750-825/S1

1500-

2000/S3 Baik/S1

halus, agak

halus, sedang/S1

>75,

dalam/S1

20.3

1/S1 5.56/S3 1.42/S1 0.14/S2 58.95/S1 75.89/S1 0-8/S1 S3

Cukil 22.55-23/S2

725-800/S1 2500-3000/N Baik/S1 halus, agak

halus, sedang/S1 >75,

dalam/S1 16.52/S1

5.47/S3 1.29/S1 0.09/S3 58.02/S1 70.02/S1 0-

15/S2,S1 N

Duren 23-

23.90/S2 575-725/S1 2500-3000/N Baik/S1

halus, agak

halus, sedang/S1

>75,

dalam/S1

20.4

9/S1,S2

5.45/S3 3.24/S1 0.16/S2 57.05/S1 59.71/S1

0-

25/S3,S2,S1

N

Karangduren 22.7-23/S2 725-775/S1 2000-3000/N Baik/S1 halus, agak

halus, sedang/S1

>75,

dalam/S1

14.6

3/S2 5.42/S3 1.23/S1 0.03/S3 57.56/S1 67.08/S1 0-8/S1 N

Klero 22.7-23/S2 725-775/S1 2500-3000/N Baik/S1 halus, agak

halus, sedang/S1 >75,

dalam/S1 16.52/S1

5.47/S3 1.29/S1 0.07/S3 58.02/S1 70.02/S1 0-

15/S2,S1 N

Nyamat 23.30-

23.45/S2 650-675/S1

1500-

2000/S3 Baik/S1

halus, agak

halus, sedang/S1

>75,

dalam/S1

14.6

3/S2 5.42/S3 1.23/S1 0.03/S3 57.56/S1 67.08/S1 0-8/S1 S3

Patemon 21.95-

23.45/S2 775-900/S1 2500-3000/N Baik/S1

halus, agak halus, sedang/S1

>75, dalam/S1

14.63/S2

5.42/S3 1.23/S1 0.03/S3 57.56/S1 67.08/S1 0-8/S1 N

Regunung 22.70-

23.15/S2 700-775/S1 2500-3000/N Baik/S1

halus, agak

halus, sedang/S1

>75,

dalam/S1

14.6

3/S2 5.42/S3 1.23/S1 0.03/S3 57.56/S1 67.08/S1

0-

25/S3,S2,S1

N

Sruwen 23-

23.45/S2 650-725/S1 2500-3000/N Baik/S1

halus, agak halus, sedang/S1

>75, dalam/S1

20.49/S1

5.45/S3 3.24/S1 0.16/S2 57.05/S1 59.71/S1

0-

25/S3,S2,

S1 N

Sugihan 23.15-

23.60/S2 625-700/S1 2500-3000/N Baik/S1

halus, agak halus, sedang/S1

>75, dalam/S1

20.49/S1

5.45/S3 3.24/S1 0.16/S2 57.05/S1 59.71/S1

0-

25/S3,S2,

S1 N

Tegalrejo 22.55-

22.85/S2 750-800/S1 2500-3000/N Baik/S1

halus, agak halus, sedang/S1

>75, dalam/S1

20.49/S1

5.45/S3 3.24/S1 0.16/S2 57.05/S1 59.71/S1 0-

15/S2,S1 N

Tegalwaton 23-

23.60/S2 625-725/S1

1500-

2000/S3 Baik/S1

halus, agak

halus, sedang/S1

>75,

dalam/S1

20.3

1/S1 5.56/S3 1.42/S1 0.14/S2 58.95/S1 75.89/S1

0-

15/S2,S1 S3

Tengaran 22.7-23/S2 725-775/S1 2500-3000/N Baik/S1 halus, agak

halus, sedang/S1

>75,

dalam/S1

20.4

9/S1 5.45/S3 3.24/S1 0.16/S2 57.05/S1 59.71/S1

0-

15/S2,S1 N

Page 104: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

116

Berdasarkan ZAE Tabel 17. maka daerah dengan curah hujan 1500-3000 mm/tahun

adalah daerah dengan kriteria Subzona Lembab(Y), oleh karena itu dengan curah hujan dan

kelembaban udara yang tinggi akan menjadikan pertumbuhan dan hasil tanaman gandum

varietas Dewata akan menjadi kurang optimal.

Faktor pembatas lain pada klas kesesuaian S3 adalah nilai pH tanah <5,6 termasuk

dalam harkat tanah Agak Masam. Subardja, dan Hanafiah (2005) berpendapat bahwa nilai

pH tanah akan mempengaruhi retensi dan ketersediaan unsur hara. Ketersediaan unsur hara

tanah dengan kemampuan retensi unsur hara tinggi akan optimal pada tanah dengan nilai pH

6-7. Melalui tindakan pengapuran maka tanah dengan nilai pH <5,6 klas kesesuaian S3 dapat

diubah menjadi klas S2. Kandungan Nitrogen Total berada dalam klas kesesuaian S3 maka

usaha yang harus dilakukan pemupukan nitrogen.

Dari sisi drainase, kandungan Phospat, Kalium dan nilai KTK menunjukkan semua

desa memiliki klas kesesuaian S1. Kondisi drainase yang ada berada dalam klas Baik. Rata-

rata kedalaman solum >75cm (solum dalam) sehingga akan menjadikan perakaran mampu

berkembang dengan baik. Nilai KTK (Kapasitas Tukar Kation) tanah >16 me/100 gram,

dimana tanah demikian akan mampu melakukan jerapan dan pelepasan (pertukaran) ion hara

dengan baik sehingga ketersediaan unsur hara menjadi baik pula. Kondisi demikian ditunjang

dari kandungan Posphat Total (P2O5) yang tinggi atau pada kisaran nilai 56,73 - 59,37 mg/100

serta Kalium Total (K2O) pada kisaran 48,94 - 67,22 mg/100 sehingga ketersediaan Phospat

dan Kalium tanah sangat baik untuk tanaman gandum varietas Dewata.

Dari sisi keadaan temperatur beberapa desa tergolong memikili suhu yang tinggi antara

21,95-23,600C Rahman et al., (2009) berpendapat bahwa suhu tinggi dapat mempengaruhi

kualitas selama pengisian bulir gandum terjadi setelah proses pembungaan. Jadi suhu optimum

untuk pertumbuhan dan perkembangan gandum sekitar 200C.

Faktor pembatas utama pada klas kesesuaian N adalah tingginya curah hujan yaitu

1500-3000 mm per tahun, dimana tanaman gandum tidak tahan tumbuh pada kondisi

kelembaban tinggi. Faktor iklim merupakan salah satu karakteristik lahan yang sulit untuk

dilakukan modifikasi. Oleh karena itu Desa Desa Cukil, Duren, Karangduren, Klero, Patemon,

Regunung, Sruwen, Sugihan, Tegalrejo dan Tengaran yang memiliki klas kesesuaian N akan

sangat sulit untuk dilakukan modifikasi sehingga klas kesesuaiaan lahan hanya menjadi S3.

Page 105: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

117

4.3.1 Validasi Pewilayahan Gandum (Triticum aestivum. L) berdasarkan Zona

Agroekologi (ZAE) dengan Hasil Nyata Penanaman gandum varietas Dewata di

Kabupaten Semarang

Penanaman gandum varietas Dewata di Kabupaten Semarang dimulai sejak tahun 2000,

yang dilakukan di wilayah Kecamatan Getasan. Berdasarkan hasil pewilayahan tanaman

gandum dengan dasar ZAE serta standar kesesuaian lahan oleh Djaenudin dkk (2003)

dinyatakan bahwa Kecamatan Getasan memiliki klas kesesuaian lahan untuk tanaman gandum

adalah N (tidak sesuai). Faktor pembatas utama penyebab klas kesesuian N adalah tingginya

curah hujan di wilayah Kecamatan Getasan yaitu >2500 mm/tahun (Anonim, 2009).

Berdasarkan besarnya curah hujan tersebut menunjukkan besaran hujan yang sangat tinggi jika

dibandingkan dengan rekomendasi curah hujan oleh Djaenudin, dkk (2003) untuk tanaman

gandum yang hanya sebesar 350-1.250 mm/tahun. Sementara itu hasil pengukuran besaran

curah hujan (Tahun 2003-2011) di wilayah Kecamatan Getasan yaitu dari stasiun klimatologi

Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW di Desa Salaran menunjukkan wilayah Kecamatan

Getasan memiliki curah hujan tahunan sebesar 2.409,78 mm/tahun dengan sebaran Musim

Hujan dimulai bulan Nopember hingga Mei (Tabel 28.)

Tanaman gandum tidak membutuhkan curah hujan yang tinggi selama masa tumbuhnya,

sehingga untuk wilayah yang memiliki curah hujan tinggi, maka penanaman gandum akan

menghadapi banyak masalah terutama untuk serangan penyakit dan kejadian PHS (Pre

Harvest Sprouting). Dengan demikian tanaman gandum akan sulit untuk tumbuh dan

berproduksi optimal pada wilayah dengan curah hujan tinggi. Djaenudin dkk (2003)

menyatakan bahwa selama masa pematangan biji gandum, curah hujan yang dapat ditolerir

adalah sebesar 30 – 100 mm/bulan. Thomason (2009) menyatakan bahwa kondisi yang

lembab karena curah hujan tinggi dapat menyebabkan penurunan kualitas bulir berkecambah

pada malai sebelum dipanen (Pre-Harvest Sprouting) disamping itu akan memacu tingginya

serangan penyakit tanaman. Hal ini memang akan cukup berpengaruh buruk untuk produksi

gandum terutama pada penurunan kuantitas dan kualitas biji gandum.

Berdasarkan keadaan tersebut diatas maka pewilayahan tanaman gandum atas dasar ZAE

dan syarat kesesuaian tanaman oleh Djaenudin dkk (2003) menunjukkan di Kecamatan

Getasan memiliki klas kesesuaian tanaman gandum pada level N (Tidak Sesuai). Namun oleh

Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW, penanaman gandum varietas Dewata di Kecamatan

Getasan dapat dilakukan dengan cukup baik. Penanaman tanaman gandum varietas Dewata

oleh Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW dilakukan dengan pengaturan waktu tanam

Page 106: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

118

(kalender tanam) yang tepat yaitu penanaman gandum atau masa vegetatif tanaman gandum

masih berada pada musim penghujan dan masa generatif tanaman gandum atau panen berada

pada musim kemarau. Untuk lebih jelasnya, alternatif kalender tanaman untuk tanaman

gandum yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW dapat dilihat pada Tabel

28. Dengan memperhatikan sebaran curah hujan bulanan, syarat keersediaan air (curah hujan

tahunan dan selama masa pematangan) oleh Djaenudin dkk (2003) maka skenario penanaman

gandum oleh Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW mampu mengubah level klas kesesuaian

tanaman gandum di Kecamatan Getasan dari klas N (tidak sesuai) menjadi klas S1 dan S2.

Manajemen lahan dengan mengatur musim tanam tersebut memang mempunyai resiko, karena

kalau prediksi musim hujan dan kemarau tidak akurat maka peluang gagal panen akan terjadi.

Tabel 28. Alternatif Kalender Tanam Tanaman Gandum Atas Dasar Sebaran Data Curah

Hujan Desa Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

Uraian

Curah Hujan Bulanan (mm/bulan) Total (mm/

thn) Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

290,01 317,92 304,29 336,77 201,12 34,43 59,15 8,16 33,84 125,11 327,79 371,20 2409,

78 Musim Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Kemarau Kemarau Kemarau Kemarau Kemarau Hujan Hujan

Alternatif Kalender Tanam

Alternatif

1 Tanam

Pematan

gan

Total Hujan 876,6 mm/masa tanam (S1, Sangat Sesuai) Hujan masa

pematangan 30-100 mm

Alternatif

2 Tanam

Pematan

gan

Total Hujan 631,46 mm/masam tanam (S1, Sangat

Sesuai) Hujan masa pematangan 30-100 mm

Alternatif

3 Tanam

Pematan

agan

Total Hujan 302,85 mm/masa tanam (S2,

Cukup Sesuai) Hujan masa pematangan 30-

100 mm

Keterangan: 1. Data curah hujan diambil dari tahun 2003-2011 pada Stasiun Klimatologi FPB UKSW di Desa Salaran

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

2. Standart bulan masuk dalam katagori Musim Hujan jika curah hujan bulanan > 150 mm/bulan

3. Standart bulan masuk dalam katagori Musim Kemarau jika curah hujan bulanan <150 mm/bulan

4. Standar capaian hasil tanaman berdasarkan kesesuaian lahan;

a. Lahan Klas S1 (sangat Sesuai) memiliki capaian hasil 100-80% dari potensi optimal tanaman

(Deskripsi varietas)

b. Lahan Klas S2 (cukup sesuai) memiliki capaian hasil 80-60% dari potensi optimal tanaman

(Deskripsi varietas)

c. Lahan Klas S3 (sesuai marjinal) memiliki capaian hasil 60-40% dari potensi optimal tanaman

(Deskripsi varietas)

d. Lahan Klas N (Tidak sesuai) memiliki capaian hasil <40% dari potensi optimal tanaman

(Deskripsi varietas)

5. Capaian minimal hasil tanaman menurut skenario/alternatif tanam

a. Alternatif 1 dan 2 dengan klas kesesuaian S1 dan capaian minimal 3,2 ton/ha (3,98 ton/ha x

80%)

b. Alternatif 3 dengan klas kesesuaian S2 dengan capaian minimal 2,4 ton/ha (3,98 ton/ha x

60%)

Page 107: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

119

Tanaman Gandum Varietas Dewata adalah tanaman gandum dengan tetua gandum

DWR 162 dari India, pada tahun 2000 tanaman gandum varietas Dewata yang ditanam di

wilayah Kecamatan Getasan mampu mencapai hasil optimal 3,98 ton/ha (Subandi, 2001).

Djaenudin dkk (2003) menyatakan untuk wilayah yang memiliki klas kesesuaian lahan N

adalah wilayah yang hanya mampu maksimal menghasilkan produksi tanaman 40% dari

potensi hasil. Dengan demikian menurut Djaenudin dkk (2003) bahwa penanaman gandum di

Kecamatan Getasan maksimal hanya mampu menghasilkan 1,58 ton/ha (40% x 3,98 ton/ha).

Akan tetapi dengan manajemen lahan yang dilakukan oleh FPB UKSW maka penanaman

gandum di wilayah Kecamatan Getasan rata-rata mampu menghasilkan 1,93 ton/ha. Untuk

lebih jelasanya hasil penanaman gandum di wilayah Kecamatan Getasan yang dilakukan oleh

Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Penanaman Gandum Varietas Dewata di Wilayah Kecamatan Getasan

Berdasarkan Tabel 29. menunjukkan penanaman gandum varietas Dewata di wilayah

Kecamatan Getasan dengan hasil rata-rata 1,93 ton/ha memiliki selisih hasil 2,05 ton/ha bila

Tahun

Penanaman Produksi (ton/ha) Keterangan

2001

2,07

1. Penanam Bistok dkk (2001)

2. Penanaman dilakukan dibulan maret-april di dusun Salaran, Desa Wates,

Kecamatan Getasan

2,36

2,72

2,64

2,73

2,91

2002

2,23 1. Penanam Bistok dkk (2002a)

2. Penanaman dilakukan dibulan maret-april di dusun Salaran, Desa Wates,

Kecamatan Getasan

1,34

2,11

2002

1,09

1. Penanam Bistok dkk (2002b)

2. Penanaman dilakukan dibulan maret-april di dusun Salaran, Desa Wates,

Kecamatan Getasan

1,21

1,18

1,19

1,21

1,91

Rataan Produksi 1,93

Berdasarkan standart capaian hasil, rata-rata hasil 1,93 menunjukkan

capaian hasil 48,98% atau lahan tersebut pada klas kesesuaian S3 (Sesuai

Marjinal)

Page 108: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Zona Agroekologi (ZAE)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2352/5/T1_512008017_BAB IV.pdf · 4.1 Zona Agroekologi (ZAE) Penggunaan lahan merupakan

120

dibandingkan dengan potensi hasil maksimal yang pernah dicapai (3,98 ton/ha) atau hanya

mampu menghasilkan 48,49%. Kondisi demikian menunjukan bahwa pengaturan waktu

penanaman (kalender tanam) belum mencapai maksimal, dimana seharusnya dengan

penanaman tanaman gandum menggunakan skenario/alternatif 1 dan 2 pada Tabel 28.

menunjukkan klas kesesuaian S1 (Sangat Sesuai) hingga S2 (cukup sesuai) dengan harapan

capaian hasil .

Berdasarkan dari hasil capaian gandum varietas Dewata yang rata-rata hanya

mencapai 1,93 ton/ha atau 48,49% menunjukkan bahawa lahan di Kecamatan Getasan hanya

mampu ditingkatkan dari klas kesesuian N (Tidak sesuai) menurut Djaenudin dkk (2003)

menjadi klas kesesuaian S3 (Sesuai marjinal). Oleh karena itu Dusun Salaran, Desa Wates,

Kecamatan Getasan sebagai wilayah pengembangan tanaman gandum varietas Dewata dengan

dilakukakan penanaman mengikuti alternatif/ skenario 1,2 dan 3 (Tabel 28.) memiliki klas

kesesuaian S3 atau hanya akan memiliki capai hasil tanaman gandum Varietas Dewata 1,58

ton/ha (40% x 3,98 ton/ha) sampai 2,4 ton/ha (3,98 ton/ha x 60%).