bab iv hasil dan pembahasan 1.1 gambaran umum lokasi...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Jalan Trans Sulawesi Lintas Selatan merupakan jalan Nasional yang
menghubungkan Provinsi Gorontalo dengan Provinsi Sulawesi Tengah. Segmen
jalan yang menjadi objek penelitian adalah ruas jalan di lokasi kecamatan Isimu
sampai kecamatan Paguyaman, dimana segmen jalan ini merupakan bagian dari
ruas Jalan Trans Sulawesi.
Tipe jalan ini adalah jalan arteri primer yang dua lajur dua arah tak terbagi
(2/2 UD) dengan lebar badan jalan pada segmen yang diteliti 4 meter, dan lebar
bahu di dua sisi masing-masing 1,5 meter. Tipe alinyemen datar dengan kelas
jarak pandang B (jarak pandang 30-70%) dan kelas hambatan samping rendah
(kondisi pedesaan dengan beberapa bangunan dan kegiatan samping jalan).
Kondisi potongan melintang jalan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan Trans Sulawesi Isimu – Paguyaman.
1.2 Penyelidikan Nilai CBR Rata-rata Tanah Dasar
Penyelidikan nilai CBR lapangan dilakukan di ruas Jalan Isimu-Paguyaman
dengan panjang 13km yang kemudian dibagi menjadi 5 titik pengujian dengan
menggunakan alat DCP. Tiap titik pengujian dilakukan dengan cara sebelah-
menyebelah seperti dilihat pada Gambar 4.2 sampai dengan Gambar 4.6.
1.5 m
Bahu jalan
4 m 1.5 m
Badan jalan
28
DCP
Gambar 4.2. Titik 1 (Sta 55+500) pengujian DCP.
DCP
Gambar 4.3. Titik 2 (Sta 59+730) pengujian DCP.
DCP
Gambar 4.4. Titik 3 (Sta 62+830 pengujian DCP.
DCP
Gambar 4.5. Titik 4 (Sta 67+500) pengujian DCP.
DCP
Gambar 4.6. Titik 5 (Sta 68+700) pengujian DCP.
1.5 m
Bahu jalan
4 m 1.5 m
Badan jalan
1.5 m
Bahu jalan
4 m 1.5 m
Badan jalan
1.5 m
Bahu jalan
4 m 1.5 m
Badan jalan
1.5 m
Bahu jalan
4 m 1.5 m
Badan jalan
1.5 m
Bahu jalan
4 m 1.5 m
Badan jalan
29
Pengujian nilai CBR dengan menggunakan alat DCP yang dilaksanakan
selama 1 hari di ruas Jalan Trans Sulawesi Isimu – Paguyaman diperoleh nilai
CBR seperti pada Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.5 dan Gambar 4.7 sampai
dengan Gambar 4.16.
Tabel 4.1 Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) pada titik 1 (Sta
55+500)
Banyaknya
Tumbukan
Kumulatif
Tumbukan
Penetrasi
(mm)
Kumulatif
Penetrasi
(mm)
DCP
(mm/tumbukan)
CBR
(%)
0 0 0 0
23.33 11.00
1 1 26 26
1 2 50 50
1 3 80 80
1 4 103 103
1 5 123 123
1 6 140 140
1 7 152 152
35.00 6.10
1 8 165 165
1 9 180 180
1 10 200 200
1 11 216 216
1 12 270 270
1 13 338 338
1 14 420 420
1 15 469 469
33.00 6.80
1 16 500 500
1 17 522 522
1 18 563 563
1 19 588 588
1 20 643 643
1 21 671 671
1 22 684 684
Nilai rata-rata 7.97
30
Gambar 4.7. Hubungan Kumulatif Tumbukan dan Kumulatif Penetrasi.
Gambar 4.8. Hubungan nilai DCP dengan CBR pada titik 1 (Sta 55+500).
0
100
200
300
400
500
600
700
800
0 10 20 30
Ko
mu
lati
f P
en
etr
asi (
mm
)
komulatif tumbukan
31
Tabel 4.2 Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) pada titik 2 (Sta
59+730)
Banyaknya
Tumbukan
Kumulatif
Tumbukan
Penetrasi
(mm)
Kumulatif
Penetrasi
(mm)
DCP
(mm/tumbukan)
CBR
(%)
0 0 0 0
44.00 4.60 1 1 38 38
1 2 92 92
1 3 132 132
1 4 151 151
20.20 13.50
1 5 160 160
1 6 182 182
1 7 204 204
1 8 233 233
1 9 268 268 92.00
92.00
1.80
1 10 326 326
1 11 459 459
1 12 742 742
1 13 765 765
1 14 785 785
Nilai rata-rata 4.51
32
0
100
200
300
400
500
600
700
800
0 10 20 30
Ko
mu
lati
f P
en
etr
asi (
mm
)
komulatif tumbukan
Gambar 4.9. Hubungan Kumulatif Tumbukan dan Kumulatif Penetrasi.
Gambar 4.10. Hubungan nilai DCP dengan CBR pada titik 2 (Sta 59+730).
33
Gambar 4.10. Hubungan nilai DCP dengan CBR pada titik 2 (Sta 59+730).
Tabel 4.3 Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) pada titik 3 (Sta
62+830)
Banyaknya
Tumbukan
Kumulatif
Tumbukan
Penetrasi
(mm)
Kumulatif
Penetrasi
(mm)
DCP
(mm/tumbukan)
CBR
(%)
0 0 0 0
38.33 5.80 1 1 53 53
1 2 84 84
1 3 115 115
1 4 184 184
99.50 1.70
1 5 286 286
1 6 444 444
1 7 568 568
1 8 653 653
1 9 712 712
1 10 769 769
47.00 4.05 1 11 811 811
1 12 848 848
1 13 900 900
Nilai Rata-rata 3,85
34
Gambar 4.11. Hubungan Kumulatif Tumbukan dan Kumulatif Penetrasi.
Gambar 4.12. Hubungan nilai DCP dengan CBR pada titik 3 (Sta 62+830).
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
0 10 20 30
Ko
mu
lati
f P
en
etr
asi (
mm
)
komulatif tumbukan
35
Tabel 4.4 Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) pada titik 4 (Sta
67+500)
Banyaknya
Tumbukan
Kumulatif
Tumbukan
Penetrasi
(mm)
Kumulatif
Penetrasi
(mm)
DCP
(mm/tumbukan)
CBR
(%)
0 0 0 0
42.33 4.70 1 1 45 45
1 2 100 100
1 3 127 127
1 4 156 156
97.25 1.60 1 5 196 196
1 6 302 302
1 7 516 516
1 8 640 640
59.38 3.00
1 9 747 747
1 10 810 810
1 11 859 859
1 12 896 896
1 13 930 930
1 14 960 960
1 15 990 990
Nilai Rata-rata 3.10
36
Gambar 4.13. Hubungan Kumulatif Tumbukan dan Kumulatif Penetrasi.
Gambar 4.14. Hubungan nilai DCP dengan CBR pada titik 4 (Sta 67+500).
0
200
400
600
800
1000
0 10 20
Ko
mu
lati
f P
en
etr
asi (
mm
)
komulatif tumbukan
37
Tabel 4.5 Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) pada titik 5 (Sta
68+700)
Banyaknya
Tumbukan
Kumulatif
Tumbukan
Penetrasi
(mm)
Kumulatif
Penetrasi
(mm)
DCP
(mm/tumbuk
an)
CBR
(%)
0 0 0 0
31.60 6.97
1 1 43 43
1 2 70 70
1 3 97 97
1 4 125 125
1 5 158 158
1 6 185 185
23.56 10.10
1 7 207 207
1 8 226 226
1 9 247 247
1 10 270 270
1 11 295 295
1 12 309 309
1 13 348 348
1 14 370 370
1 15 380 380
50.64 3.90
1 16 400 400
1 17 423 423
1 18 500 500
1 19 595 595
1 20 695 695
1 21 760 760
1 22 800 800
1 23 843 843
1 24 886 886
1 25 927 927
Nilai Rata-rata 6,99
38
Gambar 4.15. Hubungan Kumulatif Tumbukan dan Kumulatif Penetrasi.
Gambar 4.16. Hubungan nilai DCP dengan CBR pada titik 5 (Sta 68+700).
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
0 10 20 30
Ku
mu
lati
f P
en
etr
asi (
mm
)
kumulatif tumbukan
39
Hasil pengujian nilai CBR pada Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.5 di
rekapitulasi seperti pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Pengujian DCP
Titik STA (Km) Nilai CBR Rata-rata
1
2
3
4
5
55+500
59+730
62+830
67+500
68+700
7.97
4.51
3.85
3.10
6.99
Tiap titik pengujian yang telah didapat nilai CBR, dianalisa dengan 2 cara
yaitu cara grafis dan analitis.
1. Cara grafis
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
a. Nilai CBR terendah adalah 3,1%.
b. Nilai CBR yang sama atau sama besar dari masing-masing nilai CBR
disusun secara tabelaris mulai dari nilai CBR terkecil sampai yang
terbesar, seperti pada Tabel 4.7.
c. Angka terbanyak diberi nilai 100%, angka yang lain merupakan presentase
dari 100%.
d. Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan presentase jumlah tadi
(Gambar 4.17)
e. Nilai CBR segmen adalah nilai pada keadaan 90%.
Tabel 4.7 Nilai CBR
CBR Jumlah yang sama atau Persen yang sama atau
lebih besar lebih besar
3,1 5 5/5x100% = 100%
3,85 4 4/5x100% = 80%
4,51 3 3/5x100% = 60%
6,99 2 2/5x100% = 40%
7,97 1 1/5x100% = 20%
40
Gambar 4.17. Menentukan nilai CBR cara grafis.
Hasil CBR dengan cara grafis didapat nilai CBR segmen sebesar 3,4%
2. Cara Analitis
CBRsegmen = CBRrata-rata – (CBRmaks – CBRmin) / R
CBRrata-rata = (7,97 + 4,51 + 3,85 + 3,1 + 6,99) / 5 = 5,28%
CBRsegmen = 5,28 – (7,97 – 3,1) / 2,48 = 3,3% ≈ 3,4%
Perhitungan di atas dapat dinyatakan bahwa nilai CBR segmen mendekati
nilai CBR terendah dari nilai CBR yang terdapat pada segmen tersebut.
1.3 Penentuan Nilai Koefisien Reaksi Tanah Dasar k
Dengan nilai CBR = 3,4% maka hasil modulus of subgrade reaction (k)
menggunakan gabungan formula dan grafik penentuan modulus reaksi tanah dasar
berdasar ketentuan CBR tanah dasar, yaitu:
MR 1.500 x CBR 1.500 x 3,4
k = = = = 262 pci
19,4 19.4 19,4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
3 4 5 6 7 8 9
Pe
rse
n y
ang
sam
a at
au
leb
ih b
esa
r (%
)
CBR (%)
3.
4
41
Koreksi Effective Modulus of Subgrade Reaction, menggunakan grafik pada
Gambar 4.18.
Gambar 4.18 Koreksi Modulus Efektif Reaksi Tanah Dasar untuk Potensial
Hilangnya Dukungan Fondasi Bawah.
Pada Gambar 4.18 menunjukan bahwa efektif modulus reaksi tanah dasar
untuk potensial hilangnya dukungan pondasi bawah menggunakan tipe material
lapis subbase cement aggregate mixture adalah sebesar 100 pci.
Dengan nilai koefisien reaksi tanah dasar (k) cara analitis sebesar 262 pci
dan cara grafis sebesar 100 pci, maka nilai yang diambil adalah 100 pci. Hal ini
dikarenakan bahwa kekuatan dari tanah dasar atau pondasi hanya berpengaruh
kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya (tebal pelat betonnya). Berikut
ini grafik penjelasan pendekatan nilai modulus reaksi tanah dasar (k) dapat
menggunakan hubungan nilai CBR dengan k seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4.19.
262
42