bab iv geokimia air panas di daerah gunung … · sampel s e tºc ph konduktivitas (mev) ......
TRANSCRIPT
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
29
BAB IV
GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH
GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON
4.1 Tinjauan Umum
Pada metoda geokimia, data yang digunakan untuk mengetahui potensi
panasbumi suatu daerah adalah data kimia manifestasi air panas, data kimia tanah dan
udara tanah. Data tersebut digunakan untuk mengkaji kemungkinan pengembangan
sumber daya panas bumi, parameter yang diteliti diantaranya:
• Ukuran sumber daya (Resource Size)
• Perkiraan temperatur reservoar (Resource Temperature)
• Permeabilitas formasi (Formation Permeability)
• Tipe fluida reservoar (Primary Fluid Type)
• Tingkat keasaman fluida (Acidity)
• Jumlah kandungan gas (Gas Content)
• Potensi pengkerakan (Scaling Potential)
• Prediksi dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan (Environmental Impact)
Pada daerah penelitian ini data yang digunakan hanya berupa data kimia
manifestasi air panas.
4.2 Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui asal fluida panasbumi dan
proses yang terjadi di bawah permukaan, mengetahui karakteristik fluida panasbumi di
reservoir, mengetahui penyebaran dan karakteristik batuan alterasi yang terbentuk di
permukaan, dan menduga hubungan antara sistem panasbumi di daerah penelitian dengan
aktivitas vulkanisme di sekitarnya.
TugKa
as Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, bupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
30
Studi khusus yang dilakukan tentang geokimia air panas menempati area yang
lebih luas daripada daerah studi umum (pemetaan geologi permukaan), yaitu pada
koordinat 108º 20’ 00”- 108º 25’ 00” BT dan 6º 40’ 00” - 6º 45’ 00” LS. Secara geografis
terletak di daerah Gunung Kromong dan sekitarnya yang meliputi 3 kecamatan, yaitu
Palimanan, Ciwaringin, dan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat (Tabel
4.1 dan Gambar 4.1).
4.3.1 Lokasi Studi Khusus
4.3 Analisis Data
Gambar 4.1 Lokasi manifestasi panasbumi di permukaan
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
Koordinat No. Lokasi No
Sampel Tanggal
Pengambilan Sampel S E
tºC pH Konduktivitas (MeV)
Debit Perkiraan (L/menit)
Tipe Manifestasi dan Deskripsi
1. Palimanan Pb.01
15 April 2008
06º 42’ 35.7’’ 108º 23’ 35.7’’ 55.9
6.36
54.1
10
Mata air panas, di areal batugamping, dimensi 20 x 30 m2, air jernih, terdapat gelembung gas, tercium bau belerang/sulfur yang menyengat, terdapat endapan travertin, ada 5 titik kolam air panas di areal ini.
2. Gunung Kuda Gk.01 15 April 2008 06º 46’ 08.1’’ 108º 24’ 03.6’’ 36.2
6.2
63 20 Kolam air hangat, di areal persawahan, dimensi 1 x 2 m2, kedalaman 1 m, air keruh, dinding kolam berwarna hijau kekuningan akibat adanya organisme (alga), alterasi tidak ada.
3. Kedondong Kidul 03 15 April 2008 06º 44’ 59.6’’ 108 º23’42’’ 37.3 6.14
63.5 20 Kolam air hangat, di areal persawahan, dimensi 2 x 3 m2, kedalaman 2 m, air keruh, dinding kolam berwarna hijau kekuningan akibat adanya organisme (alga), alterasi tidak ada.
4. Cipanas Cp.04 15 April 2008 06º 45’ 23.4’’ 108º 23’ 56.4’’ 36.7 2.64
244.6 - Kolam air panas, di areal pemukiman penduduk, dimensi 4 x 5 m2, air keruh, terdapat gelembung gas, tercium bau belerang/sulfur yang menyengat, terdapat alterasi permukaan berupa argilik, ada suatu titik di dekat mata air panas yang mengeluarkan gas bercampur minyak dengan suhu 34.7 ºC.
31
as Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, bupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
32
Koordinat No. Lokasi No Sampel
Tanggal Pengambilan
Sampel S E
tºC pH Konduktivitas (MeV)
Debit Perkiraan (L/menit)
Tipe Manifestasi dan Deskripsi
5. Palimanan Hot 5
19 April 2008 06º 42’ 56’’ 108º 24’ 03’’ 60 º 6.46 48 - Mata air panas, di areal batugamping, dimensi 5 x 6 m2, air jernih, terdapat gelembung gas, tercium bau belerang/sulfur yang menyengat, terdapat endapan travertin.
Merupakan air dingin / air sungai.
6. Palimanan Hot 6 19 April 2008 06º 42’ 56.7’’ 108º 24’ 03.7’’ 30.4 7.97
- 30 20
7. Liang Panas (Kab.Majalengka)
Hot 3 20 April 2008 07º 02’ 36.6’’ 108º 30’ 28.1’’ 36.3 6.36
52.7 30 Kolam air hangat, di tepi sungai, dimensi 2 x 2 m2, tercium bau belerang/sulfur, kedalaman 1 m, air jernih, alterasi tidak ada.
Tabel 4.1 Lokasi pengambilan sampel air panas, tipe manifestasi menurut klasifikasi Hochstein (1994) dan hasil pengukuran langsung
temperatur, pH, nilai konduktivitas, dan debit.
TugKa
TugKa
as Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, bupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
33
4.3.2 Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan dengan merekam data temperatur, pH,
konduktivitas, dan debit. Kemudian dilakukan pengambilan sampel air dan batuan untuk
analisis kimia air, isotop stabil, dan petrografi.
Dari hasil pengamatan lapangan sedikitnya terdapat 6 manifestasi panasbumi
yang diidentifikasikan di daerah penelitian, yaitu: dua manifestasi di Palimanan, satu
manifestasi di Gunung Kuda, Cipanas, Kedondong kidul, dan Liang Panas. Selain itu
pengambilan sampel air dingin juga dilakukan pada air sungai di Palimanan. Lokasi dan
tipe manifestasi keenam manifestasi tersebut telah dirangkum pada Tabel 4.1.
4.3.3 Geokimia Air Panas
Analisa kimia dilakukan terhadap 7 sampel air, meliputi 6 sampel air panas dan 1
sampel air dingin. Analisa dilakukan untuk mengetahui pH air pada suhu 25°C, jumlah
padatan terlarut (TDS=Total Dissolved Solid), Daya Hantar Listrik (DHL), nilai
kesadahan (CaCO3), dan 16 unsur yang meliputi anion utama Cl-, SO4 2- dan HCO3 -, dan
kation seperti Ca2+, Na+, K+ dan Mg2+. Analisa juga dilakukan terhadap unsur-unsur
netral, seperti SiO2, NH3, dan F, serta unsur kontaminan yang umum dijumpai pada
sistem panasbumi, seperti As3+ dan B. Analisa kimia dilakukan di Laboratorium Kimia
Air Teknik Lingkungan ITB, Bandung dan hasil analisa kimia dapat dilihat pada Tabel
4.2.
4.3.3.1 Karakteristik Umum Air Panas
Secara umum, air panas di daerah penelitian mempunyai temperatur yang hangat,
yaitu 30 hingga 60°C, dengan pH sekitar netral (Tabel 4.1), kecuali untuk air panas di
Daerah Cipanas (Cp.04) yaitu mempunyai pH sangat asam. Derajat keasaman air hangat
di daerah penelitian bisa menjadi basa, yaitu sekitar 8.5, bila temperatur air turun hingga
suhu ruangan (Tabel 4.3). Konduktivitas terukur langsung di lapangan berkisar antara 48
hingga +244 MeV.
as Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, bupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
34
Konsentrasi (mg/L)
No.
Lokasi
No. Sampel
Ca2+
Mg2+
Cl - F SO42-
Na +
K +
Fe2+ Mn2+ B
NH4
SiO2
CO3
HCO32-
As3+
Li +
1. Palimanan Pb.01 15.72 165.43 2913.3 1.49 283.2 1873.4 138.60 <0.01 <0.05 0.182 14.351 27.29 - 593.35 0.006 0.090
2. Gunung Kuda Gk.01 9.82 30.49 104.48 <0.01 0.91 146.05 6.20 0.754 <0.05 0.010 0.417 128.7 12.48 362.09 0.001 0.051
3. K. Kidul 03 26.72 36.77 8.02 <0.01 26.32 61.4 4.51 0.57 <0.05 <0.003 0.285 104.25 - 434.04 0.0158 0.63
4. Cipanas Cp.04 14.14 20.58 10.05 0.068 503.5 8.54 2.86 21.3 1.234 0.010 0.079 43.3 - - 0.0015 0.035
5. Palimanan Hot 5 31.43 442.64 2659 <0.01 92.5 2939.5 113.6 <0.01 <0.05 0.003 12.382 35.45 27.74 664.55 0.0002 0.033
6. Palimanan Hot 6 21.22 38.65 9.05 <0.01 167.7 18.42 2.50 0.02 <0.05 <0.003 <0.005 9.74 - 112.8 0.0022 0.033
7. Liang Panas Hot 3 13.36 89.10 3616 <0.01 13.59 2269 113.6 1.74 <0.05 0.075 0.844 71.88 - 1029 0.009 0.0002
Tabel 4.2 Hasil analisa kimia air
TugKa
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
35
No. Lokasi No. Sampel pH(lab,25°C) Total Dissolved Solid (TDS, mg/L)
Daya Hantar Listrik (DHL, uS/cm)
Kesadahan (CaCO3, mg/L)
1 Palimanan Pb.01 6.77 10330 14790 720
2 Gunung Kuda Gk.01 8.36 958 1317 150
3 K. Kidul 03 7.31 477 681 218 4 Cipanas Cp.04 2.82 818 1169 120
5 Palimanan Hot 5 8.62 10100 14800 1900
6 Palimanan Hot 6 7.83 322 460 212
7 Liang Panas Hot 3 6.69 9150 12980 400
Tabel 4.3 Hasil analisa pH, TDS, DHL, dan kesadahan (CaCO3) sampel air panas.
Dari hasil pengukuran TDS dan DHL didapatkan nilai 470 hingga 10300 mg/L
untuk nilai TDS dan 680 hingga 14800 μS/cm untuk nilai DHL (Tabel 4.3). Nilai TDS
dan DHL saling berhubungan, yaitu nilai TDS akan naik bila nilai DHL naik, dan
sebaliknya, nilai TDS akan turun seiring dengan penurunan nilai DHL. Berdasarkan
Klasifikasi Freeze dan Cherry (1979), dua titik air panas di Palimanan merupakan air
payau, karena mempunyai TDS melebihi 1000 mg/L.
Kesetimbangan Ion
Kualitas data dapat diketahui dengan metoda kesetimbangan ion, yaitu metoda
yang ditujukan untuk mengetahui tingkat keseimbangan antara kation dengan anion yang
ada pada sampel air panas. Hasil analisa dikatakan baik apabila nilai kesetimbangan
antara kation dengan anion tidak lebih dari 5 % (Nicholson, 1993).
Perhitungan keseimbangan ion dilakukan dengan mengkonversikan konsentrasi
dari unsur kimia yang ada pada data air panas dari mg/l ke meq (milliequivalents) dengan
menggunakan persamaan yang dapat dilihat pada Lampiran D.
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
36
No Sampel ∑Anion ∑Kation Kesetimbangan ion
(%)
Pb.01 97.88 99.43 0.79
Gk.01 8.90 9.51 3.31
03 7.89 7.14 4.94
Cp.04 10.77 2.84 58.22
Hot 5 87.82 168.75 31.54
Hot 6 5.60 5.10 4.60
Hot 3 119.14 109.60 4.17
Tabel 4.4 Jumlah anion dan kation untuk analisa kesetimbangan ion.
Analisa kimia pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa air panas di daerah penelitian
mempunyai kesetimbangan ion antara 0.79 hingga 58%. Dua mata air panas (Cp.04 dan
Hot 5) mempunyai kesetimbangan ion di atas 5%. Kesetimbangan ion yang terlalu tinggi
dapat diakibatkan oleh tipe dan proses yang dialami air panas selama berinteraksi saat
naik ke permukaan.
4.3.3.2 Sifat Kimia Air Panas
Analisa kimia pada Tabel 4.2 menunjukkan, bahwa air panas di daerah penelitian
mempunyai dua kelompok kandungan SiO2, yaitu antara 27 – 72 mg/L untuk air Panas
Palimanan, Desa Cipanas dan Kampung Liang Panas, serta di atas 100 mg/L untuk air
panas Gunung Kuda dan Desa Kendondong Kidul. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh
perbedaan tipe fluida panas bumi, atau juga dapat diakibatkan oleh adanya interaksi
fluida dengan jenis batuan yang berbeda.
4.3.3.3 Tipe Air Panas
Tipe air panas ditentukan berdasarkan kandungan relatif anion Cl, SO4, dan HCO3
seperti pada Gambar 4.2. Di daerah penelitian, hanya air panas Palimanan dan Liang
Panas (Pb.01, Hot 5, Hot 3) yang merupakan air panas klorida (Cl). Air panas ini diduga
berasal langsung dari reservoir panasbumi di bawah permukaan.
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
Gambar 4.2 Kandungan relatif Cl - SO4 - HCO3 (dalam mg/L) air panas di daerah penelitian
Air panas Gunung Kuda (Gk.01) walaupun memiliki kandungan klorida yang
tinggi, namun telah bercampur dengan HCO3 membentuk air bikarbonat. Begitu pula
dengan air panas Kedondong Kidul, juga membentuk air bikarbonat (Gambar 4.2).
Berbeda dengan air Cl, air HCO3 bukan air reservoir panas bumi, tetapi terbentuk di dekat
permukaan akibat kondensasi uap ke dalam air tanah atau air permukaan. Air panas Cipanas merupakan air panas sulfat (Gambar 4.2) dengan pH yang
sangat asam yaitu mencapai 2.64 (Tabel 4.1). Dibanding dengan air panas lain, air panas
Desa Cipanas mempunyai nilai konduktivitas tertinggi. Seperti halnya air HCO3, air SO4
37
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
juga bukan air reservoir panas bumi, karena terbentuk di dekat permukaan akibat
kondensasi uap ke dalam air tanah atau air permukaan atau kondensasi gas H2S di dekat
permukaan membentuk larutan asam H2SO4.
4.3.3.4 Reservoir dan Asal Air Panas
Kandungan relatif Cl, Li, dan B pada gambar 4.3 menunjukkan, bahwa air panas
di daerah penelitian, terutama air panas Palimanan (Pb.01 dan Hot 5), Gunung kuda
(Gk.01) dan Liang Panas (Hot 3), mengandung Cl yang relatif sangat tinggi dibandingkan
unsur Li dan B. Hal ini menunjukkan, bahwa air panas di Gunung Kromong dan
sekitarnya berasal dari aktivitas vulkano-magmatik.
Gambar 4.3 Kandungan relatif Cl - Li - B, dalam mg/L, air panas di daerah penelitian
38
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
Gambar 4.3 juga menunjukkan, bahwa rasio B/Cl air panas di daerah penelitian
yang seragam, yaitu kurang dari 0.003, menunjukkan, bahwa reservoir di daerah
penelitian adalah satu.
Perbedaan rasio Li/Cl pada Gambar 4.3 menunjukkan, bahwa beberapa air panas
telah mengalami interaksi dengan batuan sekitar. Batuan yang lebih berpengaruh disini
adalah batuan beku, bukan batuan sedimen yang dapat meningkatkan kandungan B dalam
air panas.
Air panas Gunung Kuda (Gk.01), Kedondong Kidul (03), dan Cipanas (Cp.04)
mengandung Mg relatif lebih tinggi dibandingkan air panas Palimanan (Pb.01) dan
Palimanan 2 (Hot 5) (Gambar 4.4). Hal ini menunjukkan adanya pencampuran dengan air
dingin atau air tanah.
Gambar 4.4 Kandungan relatif Na - K - Mg mataair panas di daerah penelitian. Diagram segitiga ini
juga menunjukkan kontur temperatur bawah permukaan hasil perhitungan geotermometer K-Na
(tKNa) dan K-Mg (tKMg, Giggenbach, 1988).
39
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
40
4.3.3.5 Pola Aliran Air Panas
Air panas Palimanan dan Liang Panas merupakan air panas yang mengalir secara
lateral langsung dari reservoar. Sedangkan mata air panas di Desa Cipanas merupakan
aliran tak langsung yang terbentuk di dekat permukaan suatu sistem panas bumi. Di
daerah ini umumnya terjadi reaksi antara air panas, air tanah dan batuan sekitar di dekat
permukaan. Pendinginan secara konduktif mempengaruhi daerah-daerah di sekitar mata
air tersebut. Mata air panas lain yang muncul di Gunung Kuda dan Desa Kedondong
Kidul merupakan hasil transisi antara aliran langsung dan tak langsung
4.3.4 Isotop Stabil
Kandungan isotop stabil Oksigen-18 (δ18O) dan Hidrogen-2 (Deuterim=δD)
dalam air panas dapat digunakan untuk mengetahui asal air panas dan proses yang
berlangsung di bawah permukaan. Asal air panas meliputi air meteorik dan magmatik dan
proses bawah permukaan meliputi boiling, konduksi, pencampuran, evaporasi dan lain-
lain.
Craig (1963) op. cit. Nicholson (1993) menyebutkan, bahwa kandungan δD dalam
air panas umumnya sama dengan kandungannya dalam air meteorik lokal, sedangkan
kandungan δ18O dalam air panas umumnya lebih positif dibanding air meteorik.
Meskipun demikian, adanya pencampuran dengan air magmatik, proses boiling dan
proses lainnya dapat mengakibatkan kandungan isotop stabil δD dan δ18O berubah dan
tidak seperti yang disebutkan oleh Craig (1963) op. cit. Nicholson (1993).
Untuk memahami hal tersebut, tujuh sampel air yang terdiri dari 6 sampel air
panas dan 1 sampel air dingin dianalisa untuk mengetahui kandungan isotop stabil δ18O
dan δD. Hasil analisa diberikan pada Tabel 4.5 dan diplot pada Gambar 4.5.
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
Isotop Stabil (o/oo)
No Lokasi No Sampel Tipe Air δ18O δD
1 Palimanan Pb.01 Air panas -0.09 ± 0.23 -32.2
± 1.1
2 Gunung Kuda Gk.01 Air panas -6.32 ± 0.83 -42.6 ± 1.0
3 K. Kidul 03 Air panas -6.44 ± 0.22 -44.5 ± 0.7
4 Cipanas Cp.04 Air panas -7.90 ± 0.52 -44.9 ± 1.0
5 Palimanan Hot 5 Air panas -6.47 ± 0.61 -38.2 ± 0.7
6 Palimanan Hot 6 Air dingin -5.79 ± 0.23 -34.2 ± 0.7
7 Liang Panas Hot 3 Air panas -4.85 ± 0.36 -31.5 ± 0.7
Tabel 4.5 Komposisi isotop stabil δ18O dan δD.
4.3.4.1 Kandungan Isotop δ18O dan δD Air Panas
Air panas yang muncul di daerah penelitian mempunyai kisaran kandungan isotop
stabil δ18O antara -0.09 dan -7.90‰ dan isotop stabil δD antara -31.5 dan -44.9‰ (Tabel
4.5). Kandungan isotop stabil δ18O dan δD terendah dijumpai di Palimanan (Pb.01) yaitu,
secara berurutan mengandung -0.09‰ δ18O; -32.2‰ δD. Sedangkan kandungan isotop
tertinggi dijumpai di Cipanas, yaitu mengandung -7.90‰ δ18O dan -44.9‰ δD.
Air meteorik lokal diambil di mataair Palimanan (Hot 6) yang mempunyai kandungan
isotop stabil δ18O dan δD yang sedikit bergeser dibanding air meteorik global (Gambar 4.5).
Kandungan isotop stabil air meteorik di daerah penelitian yaitu, -5.79‰ δ18O dan -34.2‰ δD
(Tabel 4.5).
4.3.4.2 Asal Air Panas
Gambar 4.5 menunjukkan, bahwa air panas di daerah penelitian mempunyai
kandungan isotop stabil δ18O dan δD yang sedikit bergeser dengan kandungan isotop
stabil air meteorik. Pergeseran kandungan isotop δ18O antara air meteorik dan air panas
seperti terlihat pada Gambar 4.5 menunjukkan, bahwa sistem panasbumi di daerah
penelitian sudah sangat tua, sehingga batuan dasar telah berinteraksi sangat intensif
dengan fluida panasbumi dan mencapai kesetimbangan. Hal seperti ini juga ditunjukkan
oleh Nicholson (1993) terjadi di Wairakei, Selandia Baru.
41
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
Gambar 4.5 menunjukkan, bahwa air panas di daerah penelitian tidak dipengaruhi
oleh air laut maupun oleh pencampuran dengan fluida magmatik yang kisarannya
diberikan olehWhite (1974).
Gambar 4.5 Grafik yang menunjukkan hubungan antara isotop stabil δ18O dan δD air panas di
daerah penelitian.
4.3.4.3 Proses Bawah Permukaan
Disebandingkan dengan kandungan isotop stabil δ18O dan δD air meteorik lokal,
air panasbumi di daerah penelitian mengalami proses di bawah permukaan yang berbeda.
42
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
43
Di Cipanas (Cp.04) kandungan isotop stabil δ18O dan δD, terutama δ18O, lebih tinggi
dibanding kandungan isotop stabil δ18O dan δD air meteorik lokal. Hal ini menunjukkan
adanya interaksi antara batuan dan fluida panasbumi. Sedangkan di Kedondong Kidul,
kandungan isotop stabil δ18O dan δD, terutama δ18O, air panasbumi lebih rendah
dibanding kandungan isotop stabil air meteorik lokal. Hal ini menunjukkan, bahwa proses
bawah permukaan atau dekat permukaan yang lebih dominan adalah pemanasan oleh uap
air.
4.3.5 Geotermometer
Perhitungan geotermometer dilakukan untuk mengetahui temperatur reservoir
panasbumi di bawah permukaan. Geotermometer yang digunakan adalah geotermometer
Na-K-Ca. Geotermometer ini sangat baik digunakan untuk menghitung temperatur
reservoir pada daerah penelitian, karena air panas pada daerah ini telah mengalami waktu
interaksi dengan batuan sekitar yang lama, memiliki kandungan Ca yang tinggi dan
membentuk endapan travertin di permukaan. Perhitungan geotermometer Na-K-Ca
menggunakan rumus seperti yang terdapat pada Lampiran D.
Air panas yang bisa digunakan untuk perhitungan geotermometer adalah tipe air
klorida (Cl), karena air klorida memiliki pH sekitar netral yang paling baik untuk
menunjukkan kondisi reservoir. Pada daerah penelitian, air panas yang bertipe klorida
hanyalah air panas Palimanan (Pb.01) dan Palimanan 2 (Hot 5) (Tabel 4.6), sehingga
perhitungan geotermometer Na-K-Ca hanya dilakukan pada 2 air panas tersebut.
Berdasarkan perhitungan geotermometer Na-K-Ca (Tabel 4.14), reservoir air panas
daerah penelitian mempunyai temperatur 180 hingga 210°C.
No Lokasi No Sampel tNa-K-Ca (°C)
1 Palimanan Pb.01 212
2 Palimanan 2 Hot 5 177
Tabel 4.6 Hasil perhitungan temperatur reservoar berdasarkan geotermometer Na-K-Ca.
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
4.3.6 Pola Hidrogeokimia
Berdasarkan kondisi morfologi dan geologi, daerah penelitian dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian utara dan selatan. Bagian utara diwakili oleh
kemunculan dua manifestasi di Palimanan, sedangkan bagian selatan diwakili oleh
kemunculan air panas di Gunung Kuda, Desa Cipanas dan Desa Kedondong Kidul.
Di bagian utara, air reservoar yang kaya akan Cl keluar sebagai mata air panas di
Palimanan. Kemunculan ini, selain karena muka air tanah yang memotong topografi,
diduga juga dipengaruhi oleh struktur Sesar Kedungbunder.
Gambar 4.6. Sistem panas bumi daerah Gunung Kromong dan sekitarnya digambarkan sebagai
sketsa penampang utara – selatan tanpa skala melewati puncak Gunung Kromong dan Ciremai (1 =
Palimanan , 2 = Palimanan 2, 3 = Kedondong Kidul, 4 = Cipanas, 5 = Gunung Kuda )
4.3.7 Kehilangan Panas Alamiah (Natural Heat Loss)
Besar potensi panasbumi dapat diperkirakan melalui perhitungan kehilangan
panas alamiah (natural heat loss) yang ditunjukkan oleh manifestasi panasbumi di daerah
44
Tugas Akhir A : Geologi dan Geokimia Air Panas Daerah Gunung Kromong dan Sekitarnya, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
penelitian. Hilang panas alamiah ini dihitung berdasarkan rumus yang diberikan oleh
Hochstein (1994) seperti yang dapat dilihat pada Lampiran D.
Tabel 4.7 adalah hasil perhitungan kehilangan panas alamiah semua mataair panas
di daerah penelitian. Tabel tersebut menunjukkan, bahwa daerah Gunung Kromong dan
sekitarnya mempunyai potensi panasbumi sekitar 67.2 kW.
Q = Hilang Panas (kW) No Lokasi No Sampel Jumlah
Mataair M = Debit (L/detik)
T = tmataair (°C)
T0 = tudara rata-rata (°C)
A = Luas Kolam
(m2) Keluaran Langsung Evaporasi
1 Palimanan Pb.01 5 0.17 55.9 34 - 1.3 -
2 Gunung Kuda Gk.01 1 0.33 36.2 28.9 - 0.2 -
3 K.Kidul 03 1 0.33 37.3 28 - 0.2 -
4 Cipanas Cp.04 1 0.33 36.7 29 20 - 26.0
5 Palimanan Hot 5 1 0.33 60 29.2 30 - 39.0
6 Palimanan Hot 6 - - - - - - -
7 Liang Panas Hot 3 1 0.50 36.3 23.4 - 0.5 -
Total 2.2 65
Tabel 4.7 Kehilangan panas alamiah yang dihitung berdasarkan persamaan yang diberikan oleh
Hochstein (1994).
45