bab iv analisis kasus

4
BAB IV ANALISIS KASUS Preeklampsia berat (PEB) adalah timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg disertai proteinuria dan atau oedem setelah usia kehamilan 20 minggu. Faktor risiko terjadinya PEB adalah riwayat preeklampsia, primigravida, kegemukan (obesitas), kehamilan ganda (gemelli), riwayat penyakit tertentu sebelumnya (hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal, penyakit degeneratif (reumatik artritis atau lupus)). Komplikasi PEB yang sering terjadi dan menjadi penyebab mortalitas dan morbiditas maternal adalah terjadinya : eklampsia, HELLP syndrome dan oedem pulmo. Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis didapatkan faktor risiko PEB yaitu primigravida, serta dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan faktor risiko PEB berupa obesitas. Penegakkan diagnosis PEB pada pasien ini berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yaitu dari anamnesis ibu mengaku mulai mengetahui bahwa memiliki tekanan darah tinggi setelah usia 5 bulan kehamilan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 180/110 mmHg dan hasil laboratorium menunjukkan proteinuria +4. Hal ini memenuhi

Upload: ginanjar-tenri-sultan

Post on 15-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ANALISIS KASUS

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV Analisis Kasus

BAB IV

ANALISIS KASUS

Preeklampsia berat (PEB) adalah timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg

disertai proteinuria dan atau oedem setelah usia kehamilan 20 minggu. Faktor risiko

terjadinya PEB adalah riwayat preeklampsia, primigravida, kegemukan (obesitas),

kehamilan ganda (gemelli), riwayat penyakit tertentu sebelumnya (hipertensi kronik,

diabetes, penyakit ginjal, penyakit degeneratif (reumatik artritis atau lupus)).

Komplikasi PEB yang sering terjadi dan menjadi penyebab mortalitas dan morbiditas

maternal adalah terjadinya : eklampsia, HELLP syndrome dan oedem pulmo.

Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis didapatkan faktor risiko PEB yaitu

primigravida, serta dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan faktor risiko PEB berupa

obesitas. Penegakkan diagnosis PEB pada pasien ini berdasarkan hasil anamnesis dan

pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yaitu dari anamnesis ibu mengaku

mulai mengetahui bahwa memiliki tekanan darah tinggi setelah usia 5 bulan

kehamilan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 180/110 mmHg dan

hasil laboratorium menunjukkan proteinuria +4. Hal ini memenuhi kriteria

penegakkan diagnosis PEB seperti yang telah disebutkan dalam tinjauan pustaka.

Pada kasus ini, dari anamnesis didapatkan keluhan utama pasien sesak napas

dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronki basah. Hal ini merupakan gejala

terjadinya oedem pulmo. Oedem pulmo merupakan salah satu komplikasi PEB yang

berhubungan dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas wanita. Terjadinya

perubahan pada paru menyebabkan penimbunan cairan pada jaringan intersisial dan

alveolar paru yang berakibat oedem pulmo, merupakan komplikasi preeklamsia yang

dihubungkan dengan tingginya angka kematian.

Patofisiologi terjadinya oedem pulmo pada diduga dikarenakan: penurunan

tekanan onkotik; penurunan drainage sistem limfe; kegagalan ventrikel kiri, yang

menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru (disfungsi ventrikel kiri,

overload cairan iatrogenik, mobilisasi cairan ekstravaskular postpartum); peningkatan

Page 2: BAB IV Analisis Kasus

permeabilitas kapiler paru oleh karena kerusakan endotel; oedem pulmo diperberat

oleh resusitasi cairan yang cepat, emboli amnion, sepsis sepsis yang berakibat

terjadinya distres pernafasan (ARDS). Hal tersebut di atas menyebabkan

tertumpuknya cairan pada ruang interstisial paru-paru akibat ekstravasasi cairan ke

jaringan ekstraseluler sehingga menyebabkan oedem pulmo.

Penatalaksanaan protap PEB dengan pemberian oksigen nasal 3 lpm agar

oksigenasi ibu dan janin baik, infus RL 12 tpm dan injeksi MgSO4 yang dapat

diberikan karena syarat-syarat pemberian, yaitu refleks patela (+), tidak ada depresi

pernafasan (RR >16 x/menit), produksi urin 25 cc/jam dan tersedia antidotum yakni

kalsium glukonat terpenuhi. MgSO4 diberikan dengan tujuan sebagai antihipertensi

ringan, antikejang ringan, sedatif ringan, diuretik ringan, dan untuk memperbaiki

sirkulasi uteroplasenter. Nifedipin sebagai Calcium Channel Blocker yang

mempunyai efek vasodilatasi kuat arteriolar diberikan jika tekanan darah ≥160/110

mmHg. Dosis: 10 mg per oral, dapat ditingkatkan sampai dosis maksimal 120 mg/

hari. Penggunaan bersamaan dengan MgSO4 dapat menyebabkan hipotensi dan

blokade neuromuskular. Pada pasien ini telah diberikan protap PEB selama 24 jam

dan didapatkan respons terapi berupa tekanan darah turun menjadi 140/80.

Prinsip terapi oedem pulmo adalah oksigenasi yang memadai dengan

penggunaan ventilasi mekanik; restriksi cairan/diuretik; kardiovaskular support;

antibiotik adekuat untuk pencegahan infeksi; suplemen nutrisi cukup, karena

umumnya pasien dengan oedem pulmo memerlukan perawatan jangka panjang;

mengobati penyakit yang mendasari oedem pulmo. Manajemen oedem pulmo adalah

bila telah ditegakan oedem pulmo karena PEB, terminasi kehamilan segera untuk

mengurangi beban ventilasi pada paru, prinsip penanganan setelah terminasi adalah

menghindari terjadinya gagal nafas. Pilihan terapi medikamentosa yang utama adalah

dengan pemberian vasodilator, diuretik dan inotropik agen yang bertujuan untuk

menurunkan tekanan hidrostatik vaskuler pada paru.

Page 3: BAB IV Analisis Kasus

Pasien telah diberikan terapi sesuai dengan protap PEB sampai dengan

tanggan 8 Mei 2015. Namun pada tanggal 8 Mei 2015 pasien dan keluarga pasien

meminta untuk dipulangkan atas pemohonan pasien dan keluarga pasien sendiri.