bab iv analisis dan hasil - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/bab 4_10-36.pdf ·...
TRANSCRIPT
68
Bab IV
ANALISIS DAN HASIL
4.1 Efektifitas dan Efisiensi Penilaian Kinerja
Suatu kinerja dikatakan efektif bila dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat
atau lebih cepat dari perkiraan target penyelesaian sedangkan suatu kinerja dapat
dikatakan efisien apabila terdapat unsur penghematan dalam biaya. Pada bab
sebelumnya kita sudah melihat proses bisnis perusahaan dan juga terdapat standar
kinerja perusahaan yang diukur untuk keberhasilan suatu proyek. Urutan dari
pengerjaan proyek lahan gambut dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Urutan Pengerjaan Lahan Gambut Sumber: Dokumen Proses Bisnis CV. Jawara Kasih Sejati
Berikut analisis efektifitas dan efisiensi proses pengerjaan proyek:
1. Land Clearing
Land clearing adalah proses pembersihan permukaan lahan dan pembuangan
tunggul yang besar keluar dari lahan produksi gambut. Karenanya ada keterkaitan
antara proses land clearing dengan proses buang sampah. Luas lahan yang harus
dibersihkan berdasarkan kontrak adalah 187,2 Ha dimana untuk proses ini akan
diberikan upah sebesar Rp 6.000.000,-/Ha dengan total nilai Rp 1.123.200.000,-
Menurut wawancara dengan pihak keuangan dan melihat hasil kinerja lapangan
69
dari bulan April 2009 hingga Juni 2009 didapati proses land clearing
membutuhkan waktu kurang lebih 1.000 jam dimana setiap jam untuk satu unit
excavator memerlukan bensin sebanyak 22 L dengan insentif Rp 100.000,-/Ha.
Perincian biaya land clearing dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Perincian Biaya Land Clearing Land clearing
Rincian Total Biaya bensin excavator 22.000 Liter x 6.000 /Liter Rp 132.000.000Biaya kontrak 1.000 Jam x 150.000 /Jam Rp 150.000.000Insentif operator 187,2 Ha x 100.000 /Ha Rp 18.720.000
Total biaya Land Clearing Rp 300.720.000Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses land clearing bisa dikatakan sudah efektif karena dari segi waktu
penyelesaian hanya membutuhkan waktu ±3 bulan. Dari segi efisiensi, proses land
clearing belum dapat terlihat secara jelas pengaruhnya terhadap perusahaan karena
meskipun kegiatan land clearing sangat menguntungkan bagi perusahaan tetapi
dalam proses pembuangan sampah masih diperlukan evaluasi lebih lanjut.
2. Buang Sampah
Buang sampah adalah proses pembuangan tunggul dan sampah yang tidak
dibutuhkan pada lahan produksi. Terdapat 2 kali proses buang sampah dalam
keseluruhan proses pengolahan lahan gambut, pertama sesudah proses land
clearing, dan kedua sesudah proses cabut tunggul. Pada proses ini membutuhkan
excavator dan traktor. Perkiraan penggunaan total jam kerja excavator adalah
7.000 jam dimana setiap jam satu unit excavator membutuhkan bensin 22 L dan
perkiraan kinerja traktor adalah 4.500 trip dimana setiap trip-nya membutuhkan
bensin 2,5 L.
70
Perincian biaya buang sampah dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Perincian Biaya Buang Sampah Buang sampah
Rincian Total Biaya bensin excavator 154.000 Liter x 6.000 /Liter Rp 924.000.000 Biaya bensin traktor 11.250 Liter x 6.000 /Liter Rp 67.500.000 Biaya kontrak 7.000 Jam x 150.000 /Jam Rp 1.050.000.000 Insentif operator 7.000 Jam x 7.000 /Jam Rp 49.000.000 Insentif traktor 4.500 Trip x 7.500 /Trip Rp 33.750.000
Total biaya buang sampah Rp 2.124.250.000 Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses buang sampah kurang efektif dan efisien disebabkan kurangnya peralatan
berupa traktor sedangkan biaya penyediaan traktor cukup besar dan menyulitkan
perusahaan karena kondisi finansial perusahaan yang tidak memadai. Keuntungan
untuk proyek bisa habis hanya untuk pembelian traktor mengingat harga traktor
baru cukup mahal. Perusahaan mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan
perawatan dan pemantauan yang lebih ketat pada traktor. Selain itu, kinerja traktor
dibagi menjadi 2 shift, pagi dan malam. Traktor digunakan untuk membuang
sampah dari lahan sehingga dapat membantu agar proses cabut tunggul berjalan
efektif dan efisien.
3. Cabut Tunggul
Cabut tunggul adalah proses pembersihan lahan dari tunggul yang terdapat dalam
lahan produksi dengan kedalaman 1,5 meter dimana tahap ini membutuhkan waktu
11.664 jam dimana setiap jam untuk satu unit excavator memerlukan bensin
sebanyak 22 L. Insentif untuk tahap cabut tunggul sebesar Rp 900.000,-/Ha.
Perincian biaya cabut tunggul dapat dilihat pada Tabel 4.3.
71
Tabel 4.3 Perincian Biaya Cabut Tunggul Cabut tunggul
Rincian Total Biaya bensin excavator 256.608 Liter x 6.000 /Liter Rp 1.539.648.000 Biaya kontrak 11.664 Jam x 150.000 /Jam Rp 1.749.600.000 Insentif operator 233,28 Ha x 900.000 /Ha Rp 209.952.000
Total biaya cabut tunggul Rp 3.499.200.000 Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses cabut tunggul sudah cukup efektif karena target penyelesaian untuk cabut
tunggul adalah 5 jalur/bulan sedangkan perusahaan dapat menyelesaikan proses
tersebut lebih dari 8 jalur/bulan. Tetapi dalam hal efisiensi, proses cabut tunggul
masih kurang efisien karena belum adanya pengalaman dari pihak Perusahaan
sehingga dalam pengawasan di lapangan proses cabut tunggul harus menunggu
proses buang sampah terlebih dahulu. Bila proses buang sampah belum selesai
maka operator akan menunda pekerjaan. Selain itu sampah yang menumpuk sering
membuat proses cabut tunggul menjadi lambat. Dengan demikian terjadi
penambahan jam kerja cabut tunggul yang cukup tinggi.
4. Gali Parit Jalur
Gali parit jalur adalah proses penggalian parit sedalam 2 meter pada lahan
produksi dengan menggunakan excavator. Perkiraan waktu pengerjaan gali parit
jalur adalah 40 jam/jalur sedangkan setiap lahan memiliki ±25 jalur dan terdapat
4 lahan sehingga total jam kerja yang dibutuhkan ±4.000 jam.
Perincian biaya gali parit jalur dapat dilihat pada Tabel 4.4.
72
Tabel 4.4 Perincian Biaya Gali Parit Jalur Gali parit jalur
Rincian Total Biaya bensin excavator 88.000 Liter x 6.000 /Liter Rp 528.000.000 Biaya kontrak 4.000 Jam x 150.000 /Jam Rp 600.000.000 Insentif operator 120.000 Meter x 400 /Meter Rp 48.000.000
Total biaya gali parit jalur Rp 1.176.000.000 Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses gali parit jalur sudah cukup efektif karena lama kinerja gali parit sudah
sesuai dengan standar kinerja pada umumnya sedangkan dari segi kualitas perlu
peningkatan keahlian untuk mendapatkan hasil maksimal dan rapi. Dari segi
efisiensi proses gali parit jalur sudah sesuai dengan standar kinerja pada umumnya.
5. Meratakan Jalur
Meratakan jalur adalah proses penyelesaian sebelum lahan diserahkan ke bagian
produksi. Pekerjaan meratakan tanah menggunakan excavator dengan perkiraan
waktu 40 jam/jalur sehingga membutuhkan total jam kerja ±4.000 jam.
Perincian biaya meratakan jalur dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Perincian Biaya Meratakan Jalur Meratakan jalur
Rincian Total Biaya bensin excavator 88.000 Liter x 6.000 /Liter Rp 528.000.000Biaya kontrak 4.000 Jam x 150.000 /Jam Rp 600.000.000Insentif operator 4.000 Jam x 7.000 /Jam Rp 28.000.000
Total biaya meratakan jalur Rp 1.156.000.000Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses meratakan jalur cukup efektif karena kinerja meratakan jalur sudah cukup
baik dan sesuai dengan standar kinerja pada umumnya. Dari segi efisiensi proses
meratakan jalur cukup sesuai dengan standar kinerja pada umumnya, sehingga
proses meratakan jalur tidak memberikan masalah yang berarti bagi perusahaan.
73
6. Memasang Jembatan
Memasang jembatan adalah proses setelah lahan gambut siap untuk diproduksi.
Jembatan dipasang pada pinggiran lahan mendekati stockpile. Lama waktu
membuat jembatan adalah ±10 jam setiap lahan. Karena terdapat 4 lahan maka
dibutuhkan ±40 jam.
Perincian biaya memasang jembatan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perincian Biaya Memasang Jembatan Memasang jembatan
Rincian Total Biaya bensin excavator 880 Liter x 6.000 /Liter Rp 5.280.000Biaya kontrak 40 Jam x 150.000 /Jam Rp 6.000.000Insentif operator 40 jam x 7.000 /Jam Rp 280.000
Total biaya membuat jembatan Rp 11.560.000Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses memasang jembatan dinilai cukup efektif karena Perusahaan sudah terbiasa
menangani pembuatan jembatan sehingga tidak ada masalah yang cukup berarti
dalam proses ini. Dari segi efisiensi proses memasang jembatan juga memiliki
kinerja yang baik karena operator sudah terbiasa dengan lapangan dan pekerjaan
memasang jembatan, sehingga tidak terdapat masalah yang cukup berarti bagi
Perusahaan untuk menyelesaikan proses membuat jembatan ini.
74
4.2 Balanced Scorecard Framework
Dalam merekomendasikan implementasi Balanced Scorecard, terdapat
beberapa tahapan yang harus dilakukan agar Balanced Scorecard dapat diterapkan
dengan sebaik-baiknya dan mampu secara optimal meningkatkan kinerja
Perusahaan. Tahapan dari penerapan Balanced Scorecard Framework atas proyek
adalah:
1. Formulasi objectives to be, strategic posture dan strategy to be.
2. Menyelaraskan objectives to be dengan strategic posture dan strategic posture
dengan strategy to be.
3. Membuat strategy map dari setiap posisi dalam organisasi proyek berdasarkan
strategy to be.
4. Memformulasikan gap analysis antara current strategy dengan strategy to be,
sebagai dasar formulasi action plan to be.
5. Membuat scorecard untuk setiap posisi dalam organisasi proyek dengan
menentukan objektif, indikator kinerja untuk setiap penilaian, target, dan strategi
dalam dimensi perspektif finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta
pembelajaran dan pengembangan.
75
4.3 Formulasi Objectives To Be, Strategic Posture, Strategy
To Be
4.3.1. Objectives To Be
Sebuah perusahaan tentu memiliki objectives dari proyek yang sedang
dikerjakan yang menggambarkan bagaimana perusahaan tersebut dinyatakan berhasil
dalam mencapai Operational Excellence dalam menyelesaikan proyek.
Current Objective Perusahaan adalah “Menyelesaikan proyek untuk
mendapatkan keuntungan maksimal bagi perusahaan dan menciptakan relasi yg baik
dengan pelanggan”. Objektif tersebut tidak menyebutkan fokus penyelesaian proyek
dari segi apa. Keuntungan maksimal yang bagaimana yang diinginkan perusahaan
dan bagaimana cara menciptakan relasi yang baik dengan pelanggan.
Tabel 4.7 Analisis Current Objective, Kelemahannya, dan Rekomendasi Current Objective Problem Rekomendasi
Menyelesaikan proyek Komponen keberhasilan proyek? Kualitas dan waktu Mendapatkan keuntungan maksimal
Keuntungan maksimal dapat mengurangi kualitas? Keuntungan optimal
Menciptakan relasi yang baik dengan pelanggan
Bagaimana cara menciptakan relasi yang baik?
Meningkatkan kepuasan pelanggan
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Untuk mengatasi masalah tersebut maka penulis mulai membuat objektive ideal
yang terbaik untuk Perusahaan yang biasa disebut objectives to be. Idealnya proyek
diselesaikan dengan kualitas dan waktu yang baik, sehingga terdapat 2 komponen
dalam menyelesaikan proyek yaitu kualitas dan waktu. Dalam hal mencapai
keuntungan maksimal perusahaan pada current objective bisa saja mengakibatkan
kualitas yang kurang baik dan tingkat kepuasan pelanggan yang berkurang. Oleh
76
sebab itu maka keuntungan yang baik untuk dicapai adalah keuntungan optimal
dimana didalamnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
Tabel 4.8 Pemicu Kualitas dan Waktu serta Hasil Trigger Result
Kualitas dan waktu Keuntungan optimal dan tingkat kepuasan pelanggan meningkatSumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Objectives to be dari proyek yang dikerjakan CV. Jawara Kasih Sejati
(Perusahaan) adalah “Menyelesaikan proyek dengan baik untuk mewujudkan
keuntungan optimal yang memberikan value added pada Perusahaan maupun
pelanggan”.
Melalui analisis kita dapat melihat terdapat perbedaan atau Gap antara
objectives to be dan current objective. Perbedaan tersebut terletak pada proses
pengerjaan proyek dengan kualitas hasil dan waktu penyelesaian proyek yang lebih
baik dan cepat sehingga value added yang dapat dirasakan oleh pihak Perusahaan dari
segi finansial dan tingkat kepuasan pelanggan.
Tabel 4.9 Perbandingan Current Objective dengan Objective To Be Current Objective Objective to be
Menyelesaikan proyek Menyelesaikan proyek dengan kualitas yang baik Menyelesaikan proyek tepat pada waktunya Mendapatkan keuntungan maksimal Mendapatkan keuntungan optimal Menciptakan relasi yang baik dengan pelanggan
Meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
77
4.3.2. Strategic Posture
Untuk memastikan tercapainya objectives to be, maka penulis
memformulasikan Strategic Posture yang merupakan gambaran/kondisi yang harus
dicapai sehingga objectives to be dapat tercapai.
Strategic posture perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.
(Standar kerja sesuai dengan kontrak kerja PT. Indah KiatPulp & Paper Tbk. No:
107/PUD/SPK/III/09).
2. Menyelesaikan proyek dengan waktu lebih cepat 30 hari kerja dari jadwal yang
sudah ditentukan dalam kontrak.
3. Mendapatkan laba bersih atas proyek sebesar Rp 2.000.000.000,-.
4. Mendapatkan referensi kontrak dan kerjasama yang berkelanjutan dengan pihak
pelanggan.
Gambar 4.2 Strategic Posture
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
78
4.4.1. Strategy to be
Berdasarkan strategic posture yang ada, penulis menyusun strategy to be untuk
mencapai masing-masing strategic posture sebagai berikut:
1. Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan
a. Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu
b. Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjaan
proyek
c. Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
d. Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai tolok ukur
Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan
Membangun sistemstandarisasi dan
pengendalianpengawasan mutu
Menerapkan langkah-langkah yang sudahterstandarisasi dalam
pengerjan proyek
Mengawasi sumber dayaagar bekerja denganefektif dan efisien
Mengevaluasi kualitashasil kerja proyeksesuai tolok ukur
Gambar 4.3 Strategy To Be dari Menyelesaikan Proyek Sesuai dengan Standar Kualitas yang Telah Ditentukan
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
2. Menyelesaikan proyek dengan waktu lebih cepat 25 hari kerja dari jadwal yang
sudah ditentukan dalam kontrak
a. Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek
b. Melakukan monitoring dalam pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka
kerja
c. Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu
79
Menyelesaikan proyek dengan waktu lebih cepat 25 hari kerja dari jadwal yang sudah ditentukan dalam kontrak
Membuat kerangka kerja dalam
menyelesaikan proyek
Melakukan monitoring dalam pengerjaan
proyek
Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai
dengan tingkat pencapaian waktu
Gambar 4.4 Strategy To Be dari Menyelesaikan Proyek dengan Waktu Lebih Cepat dari 25 Hari Kerja dari Jadwal yang Sudah Ditentukan dalam Kontrak Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
3. Mendapatkan laba bersih atas proyek sebesar Rp 2.000.000.000,-
a. Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan dan penurunan
biaya
b. Mengelola keuangan secara efektif dan efisien
c. Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien
d. Menyediakan mesin yang produktif agar proyek selesai tepat waktu
e. Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
f. Mengelola inventory secara efektif dan efisien
Gambar 4.5 Strategy To Be dari Mendapatkan Laba Bersih Atas Proyek Sebesar Rp 2.000.000.000,-
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
80
4. Mendapatkan referensi kontrak dan kerjasama yang berkelanjutan dengan pihak
pelanggan.
a. Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
b. Menerapkan mekanisme umpan balik berupa kritik dan saran dari pelanggan
Gambar 4.6 Strategy To Be dari Mendapatkan Referensi Kontrak dan Kerjasama yang Berkelanjutan dengan Pihak Pelanggan
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
4.4 Gap Analysis and Action Plan
4.4.1. Gap Analysis
Agar Balanced Scorecard dapat diimplementasikan dengan baik untuk
mencapai objective to be dari proyek lahan gambut, maka penulis membuat Gap
Analysis untuk melihat seberapa jauh strategi yang sedang dijalankan Perusahaan
untuk mengarah dan mencapai tujuan yang diinginkan serta strategi yang diusulkan
oleh penulis sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Objectives to be dari proyek yang dikerjakan Perusahaan adalah menyelesaikan
proyek dengan baik untuk mewujudkan keuntungan optimal yang memberikan value
added pada Perusahaan maupun pelanggan.
81
Gambar 4.7 Skema Strategic Posture Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Objectives to be kemudian diformulasikan menjadi Strategic Posture yang
merupakan gambaran/kondisi yang harus dicapai sehingga objectives to be dapat
tercapai. Strategic posture perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.
2. Menyelesaikan proyek dengan waktu lebih cepat 30 hari kerja dari jadwal yang
sudah ditentukan dalam kontrak.
3. Mendapatkan laba bersih atas proyek sebesar Rp 2.000.000.000,-.
4. Mendapatkan referensi kontrak dan kerjasama yang berkelanjutan dengan pihak
pelanggan.
Melalui Strategic posture terdapat 4 kondisi yang ingin dicapai:
1. Kondisi pertama:
Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.
Sebenarnya perusahaan sudah memiliki Current Strategy untuk mencapai kondisi
tersebut yaitu: Memilih sumber daya secara efektif dan efisien agar bekerja sesuai
dengan standar kerja.
82
Analisis: dengan memilih sumber daya secara efektif dan efisien agar bekerja
sesuai dengan standar kerja saja tidak cukup mendukung pencapaian kondisi
tersebut karena tidak adanya tolok ukur standar dan bila hanya sumber daya yang
bekerja sesuai dengan keahlian yang sudah dipilih bagaimana dengan sumber daya
tertentu yang kurang memiliki keahlian? Bagaimana Perusahaan dapat
meningkatkan kualitas sumber daya bila hanya mengandalkan keahlian dari
sumber daya yang ada tanpa adanya pelatihan? Bukankah dengan mengerti
langkah pengerjaan proyek dengan jelas saja tidak dapat memastikan hasil
pengerjaan proyek maksimal? Oleh karena itu penulis merekomendasikan butuh
sebuah standar kualitas berupa SOP (Standard Operational Procedure). Oleh
karena itu perlu adanya pembuatan SOP yang kemudian diterapkan pada proyek
dan seluruh pegawai proyek wajib mengetahui dan mempelajari SOP tersebut,
setelah dipelajari dan diterapkan maka perlu adanya pengawasan pada pengerjaan
proyek agar mendapatkan hasil maksimal selain itu dilakukan evaluasi hasil
kinerja proyek apakah sudah sesuai dengan SOP dan membandingkan kinerja
apakah sudah sesuai dengan tolok ukur keberhasilan proyek dengan tujuan
pembelajaran serta mengecek bagaimana cara melakukan proyek yang sudah
terstandarisasi tersebut dengan cara yang terbaik dan hasil yang semaksimal
mungkin kemudian didemonstrasikan oleh Operator yang memiliki performa
kinerja kualitas terbaik.
83
Untuk mencapai kondisi pertama tersebut diperlukan strategy to be sebagai
berikut:
a. Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu
b. Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjan
proyek
c. Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
d. Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai dengan tolok ukur yang sudah
ditentukan
Tabel 4.10 Current Strategy dan Strategy To Be Kondisi 1 1 Current Strategy Strategy To Be 1 Memilih sumber daya secara
efektif dan efisien agar bekerja sesuai dengan standar kerja
1. Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu Action Plan: a. Membuat SOP untuk setiap
aktivitas kegiatan pengerjaan proyek
b. Membuat tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek sesuai dengan standar kerja
2. Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjan proyek Action Plan: a. Mempelajari langkah-langkah yang
sudah terstandarisasi dalam pengerjaan proyek
b. Mengerjakan proyek sesuai dengan SOP
c. Membuat pelatihan karyawan secara internal dan eksternal
3. Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien Action Plan: Memantau kinerja karyawan agar sesuai dengan SOP dan seluruh tolok ukur keberhasilan yang ada
84
Current Strategy Strategy To Be
4. Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan Action Plan: a. Membandingkan kualitas hasil
kerja dengan SOP b. Membandingkan kualitas hasil
kerja dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek
c. Melakukan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kualitas baik
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Kesimpulan: Untuk mencapai kualitas yang baik perlu adanya sistem standarisasi
dan pengendalian pengawasan mutu, caranya adalah dengan membuat SOP dan
tolok ukur keberhasilan SOP yang baik serta untuk memastikan kualitas hasil yang
maksimal diadakan pengawasan dan evaluasi hasil kerja proyek.
2. Kondisi kedua:
Menyelesaikan proyek dengan waktu lebih cepat 30 hari kerja dari jadwal
yang sudah ditentukan dalam kontrak.
Sebenarnya perusahaan sudah memiliki Current Strategy untuk mencapai kondisi
ini yaitu:
Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien.
Analisis: hal ini merupakan upaya untuk mencapai kinerja proyek selesai dengan
tepat waktu karena lebih cepat apabila sumber daya bekerja sesuai dengan
kemampuan dan keahlian. Tetapi tidak cukup hanya dengan mengawasi sumber
daya dapat mendapatkan hasil maksimal perlu juga dibuat rencana berupa
85
kerangka kerja untuk dijadikan panduan sama halnya pengawasan tetap penting
dalam pengerjaan proyek setelah proyek dikerjakan perlu diadakan evaluasi hasil
kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu.
Untuk mencapai kondisi kedua tersebut diperlukan strategy to be sebagai berikut:
a. Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek
b. Melakukan monitoring dalam pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka
kerja
c. Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu
Tabel 4.11 Current Strategy dan Strategy To Be Kondisi 2
2 Current Strategy Strategy To Be 1 Mengawasi sumber daya agar
bekerja dengan efektif dan efisien
1. Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek Action Plan: a. Membuat rencana dan langkah-
langkah pengerjaan proyek b. Membuat time frame dan tolok
ukur keberhasilan penyelesaian proyek
2. Melakukan monitoring dalam pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka kerja Action Plan: Mengawasi kinerja karyawan pada setiap tahapan pengerjaan proyek agar selesai tepat pada waktunya
86
Current Strategy Strategy To Be
3. Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu Action Plan: a. Membandingkan kecepatan hasil
pengerjaan dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek
b. Melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan pada kinerja bila ada hasil yang tidak sesuai dengan rencana
c. Mengadakan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kinerja cepat
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Kesimpulan: Untuk mencapai target penyelesaian proyek lebih cepat 30 hari kerja
dari jadwal yang sudah ditentukan dalam kontrak perlu adanya kerangka kerja,
monitoring pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka tersebut, dan evaluasi
apakah hasil kerja sudah sesuai dengan kerangka yang sudah ditentukan tersebut..
3. Kondisi ketiga:
Mendapatkan laba bersih atas proyek sebesar Rp 2.000.000.000,-
Sebenarnya perusahaan sudah memiliki Current Strategy untuk mencapai kondisi
ini yaitu:
a. Maksimalisasi Net Income, membangun sistem manajemen strategis dan
meningkatkan efisiensi finansial
b. Membangun sistem manajemen strategis
c. Meningkatkan efisiensi finansial
87
Analisis: maksimalisasi net income dengan mengerjakan proyek secara efektif dan
cepat dan mengurangi pembelian asset. Bila maksimalisasi income adalah strategi
yang digunakan maka mengerjakan proyek secara efektif dan cepat adalah suatu
cara meningkatkan pendapatan dengan meningkatkan kinerja proyek tetapi jangan
sampai action plan yang digunakan untuk mendapatkan income maksimal itu
mengabaikan kualitas dari proyek itu sendiri oleh karena itu kata maksimalisasi
kurang cocok diganti menjadi mengoptimalkan net income. Sedangkan dengan
mengurangi pembelian asset mungkin akan meningkatkan pendapatan karena
pengeluaran berkurang tetapi bila asset dibutuhkan maka action plan ini kurang
relevan oleh karena itu untuk mengoptimalkan pendapatan action plan yang cocok
adalah dengan mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek
Membangun sistem manajemen strategis yang berfokus untuk keuangan sangatlah
tidak cocok bisa saja semua hasil lebih difokuskan untuk keuntungan tanpa
mempedulikan kualitas dari hasil pengerjaan proyek tersebut. Sedangkan untuk
pembuatan sistem laporan hasil kinerja setiap hari sangat diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana proyek berjalan.
Meningkatkan efisiensi finansial dengan membuat standar laporan finansial
memang dibutuhkan, mengurangi pembelian dan memperbaiki peralatan yang
rusak merupakan strategi penghematan biaya pada proses bisnis yang berhubungan
dengan penyelesaian proyek tepat waktu sehingga lebih baik dipindahkan pada
objektif penyelesaian proyek tepat waktu. Karena bila alat rusak maka dapat
mempengaruhi jam kerja yang akan berdampak pada hasil kinerja proyek.
Melakukan penyediaan untuk barang-barang agar bisa digunakan bila dibutuhkan
88
oleh pihak mekanik maupun pihak operator hal ini memang penting tetapi
seharusnya sudah ada pada list stock gudang yang perlu dipersiapkan sesuai
dengan SOP yang telah dibuat, membuat prioritas memperbaiki peralatan hal ini
memang penting tentu perlu diusahakan secepat mungkin semua peralatan dapat
bekerja dalam hal ini perlu adanya standarisasi SOP pada perbaikan alat berat,
maintenance sesuai check list sudah harus ada pada SOP, mengurangi breakdown
dengan perawatan berkala juga sudah ada pada SOP Stoker.
Untuk mencapai kondisi ketiga tersebut diperlukan strategy to be sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan
biaya
b. Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien
c. Menyediakan mesin yang produktif
d. Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
e. Mengelola keuangan secara efektif dan efisiensi
89
Tabel 4.12 Current Strategy dan Strategy To Be Kondisi 3 3 Current Strategy Strategy To Be 1 Maksimalisasi Net Income,
membangun sistem manajemen strategis dan meningkatkan efisiensi finansial
1. Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya Action Plan: a. Meningkatkan pendapatan
perusahaan melalui peningkatan kinerja proyek
b. Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek
c. Melakukan efisiensi dalam pengeluaran uang
2 Membangun sistem manajemen strategis
1. Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien Action Plan: a. Bekerja maksimal ketika alat berat
dihidupkan b. Tidak bekerja melebihi kapasitas
hourmeter alat berat 2. Menyediakan mesin yang produktif
Action Plan: a. Mengurangi lama downtime dari
kerusakan dengan melakukan maintenance secara berkala
b. Memperbaiki kerusakan peralatan secepatnya
c. Membuat SOP dalam melakukan maintenance
d. Melakukan maintenance secara reguler sesuai SOP pada seluruh peralatan berat yang digunakan dalam proyek
e. Mengidentifikasi kerusakan dan melakukan tindakan preventif sebelum terjadi kerusakan yang lebih besar pada alat berat di lapangan
90
Current Strategy Strategy To Be 3. Mengevaluasi penggunaan sumber
daya agar bekerja dengan efektif dan efisien Action Plan: a. Mengawasi dan mengevaluasi
kinerja dari sumber daya agar bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian
b. Mengevaluasi kinerja maintenance c. Mengevaluasi kinerja inventory d. Mengevaluasi kinerja keuangan
4. Mengelola inventory secara efektif dan efisien Action Plan: a. Memenuhi kebutuhan
perlengkapan/peralatan untuk proyek
b. Membuat sistem untuk pemesanan ulang berupa stock card
c. Menganalisa kebutuhan peralatan dari alat berat yang diperlukan nanti
3 Meningkatkan efisiensi finansial 1. Mengelola keuangan secara efektif dan efisiensi Action Plan: a. Menjaga tingkat pendapatan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat biaya operasional selama proyek berjalan setiap bulannya
b. Mengelola kebutuhan keuangan secara tepat waktu
c. Membuat dan mengusahakan proyeksi keuangan tidak berbeda jauh dengan kenyataan
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Kesimpulan: Usaha Perusahaan untuk mendapatkan laba bersih atas proyek
sebesar Rp 2.000.000.000,- tidak berarti dengan cara penghematan yang justru bisa
mengurangi kualitas hasil pengerjaan proyek, melainkan dengan mengoptimalkan
segala sumber daya yang ada maka target tersebut dapat tercapai tanpa melupakan
91
kualitas pengerjaan. Optimalisasi ini mencakup net income, sistem manajemen
strategis, maintenance, dan inventory control.
4. Kondisi keempat:
Mendapatkan referensi kontrak dan kerjasama yang berkelanjutan dengan
pihak pelanggan.
Sebenarnya perusahaan sudah memiliki Current Strategy untuk mencapai kondisi
ini yaitu:
Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Analisis: Mengoptimalkan kepuasan pelanggan memang diperlukan untuk
mencapai kondisi keempat tersebut. Pemberian hasil pengerjaan yang terbaik tentu
menjadi prioritas untuk kepuasan pelanggan selain itu membuat time frame tentu
sudah umum bagi pelanggan tetapi apabila laporan time frame setiap saat ketika
dibutuhkan pelanggan tentu akan menjadi nilai tambah yang baik untuk kepuasan
pelanggan dan apabila kita memberikan mekanisme umpan balik untuk kepuasan
pelanggan tentu kita dapat tau kekurangan dan kelebihan kita dalam mengerjakan
proyek sehingga dapat lebih meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan dan
apabila tanggapan pelanggan diterima dan dilaksanakan oleh perusahaan dan
dinilai itu semua baik dari pelanggan maka pelanggan dengan tidak keberatan akan
memberikan referensi ataupun kerjasama yang berkelanjutan kepada pihak
perusahaan. Sehingga untuk mencapai kondisi keempat tersebut diperlukan
strategy to be sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
b. Menerapkan mekanisme umpan balik berupa kritik dan saran dari pelanggan
92
Tabel 4.13 Current Strategy dan Strategy To Be Kondisi 4 4 Current Strategy Strategy To Be 1 Mengoptimalkan kepuasan
pelanggan 1. Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Action Plan: a. Memberikan kualitas atau hasil
pengerjaan yang terbaik untuk pelanggan
b. Memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan time frame atau lebih cepat
c. Memberikan laporan time frame kepada pelanggan sejauh mana penyelesaian proyek
2. Menerapkan mekanisme umpan balik berupa kritik dan saran dari pelanggan Action Plan: Memberikan kuesioner untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari sisi pelanggan
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Kesimpulan: Mendapatkan referensi atau kerja sama yang berkelanjutan adalah
salah satu target yang diinginkan dalam setiap usaha karena dengan demikian akan
semakin banyak proyek dan pelanggan yang didapatkan oleh perusahaan. Demi
mencapai target tersebut, menciptakan relasi yang baik dengan pelanggan yang
sudah ada menjadi sangat penting, cara untuk menciptakan relasi yang baik itu
adalah dengan mengoptimalkan kepuasan pelanggan. Dengan memberikan
informasi pengerjaan proyek secara detai maka pelanggan akan tahu seberapa baik
kinerja perusahaan, selain itu pelanggan dapat memberikan kritik dan saran agar
kualitas dan pelayanan yang diberikan Perusahaan semakin baik.
Untuk mencapai semua objektif perusahaan, maka strategic posture diturunkan
menjadi strategy to be sampai dengan action plan. Berdasarkan Gap Analysis
beberapa strategi yang ada tidak mendukung strategic posture dan pencapaian
93
objektif perusahaan, beberapa strategi memerlukan action plan tambahan mendukung
pencapaian objektif perusahaan.
4.4.2. Action Plan To Be
Berdasarkan strategy to be yang ada penulis menyusun action plan untuk
masing-masing strategy to be sebagai berikut:
1. Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu
Action plan:
a. Membuat SOP untuk setiap aktivitas kegiatan pengerjaan proyek
b. Membuat tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek sesuai dengan
standar kerja
2. Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjaan
proyek
Action plan:
a. Mempelajari langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjaan
proyek
b. Mengerjakan proyek sesuai dengan SOP
c. Membuat pelatihan karyawan secara internal dan eksternal
3. Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Action plan:
Memantau kinerja karyawan agar sesuai dengan SOP dan seluruh tolok ukur
keberhasilan yang ada
94
4. Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai tolok ukur
Action plan:
a. Membandingkan kualitas hasil kerja dengan SOP
b. Membandingkan kualitas hasil kerja dengan tolok ukur keberhasilan dalam
pengerjaan proyek
c. Melakukan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki
performa kualitas baik
5. Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek
Action plan:
a. Membuat rencana dan langkah-langkah pengerjaan proyek
b. Membuat time frame dan tolok ukur keberhasilan penyelesaian proyek
6. Melakukan monitoring dalam pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka
kerja
Action plan:
Mengawasi kinerja karyawan pada setiap tahapan pengerjaan proyek agar selesai
tepat pada waktunya
7. Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu
Action Plan:
a. Membandingkan kecepatan hasil pengerjaan dengan tolok ukur keberhasilan
dalam pengerjaan proyek
b. Melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan pada kinerja bila ada hasil
yang tidak sesuai dengan rencana
95
c. Mengadakan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki
performa kinerja cepat
8. Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan
biaya
Action plan:
a. Meningkatkan pendapatan perusahaan melalui peningkatan kinerja proyek
b. Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek
c. Melakukan efisiensi dalam pengeluaran uang
d. Mencegah kerugian yang lebih besar dengan melakukan maintenance
9. Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien
Action plan:
a. Bekerja maksimal ketika alat berat dihidupkan
b. Tidak bekerja melebihi kapasitas hourmeter alat berat
10. Menyediakan mesin yang produktif
Action plan:
a. Mengurangi lama downtime dari kerusakan dengan melakukan maintenance
secara berkala
b. Memperbaiki kerusakan peralatan secepatnya
c. Membuat SOP dalam melakukan maintenance
d. Melakukan maintenance secara reguler sesuai SOP pada seluruh peralatan
berat yang digunakan dalam proyek
e. Mengidentifikasi kerusakan dan melakukan tindakan preventif sebelum terjadi
kerusakan yang lebih besar pada alat berat di lapangan
96
11. Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Action plan:
a. Mengawasi dan mengevaluasi kinerja dari sumber daya agar bekerja sesuai
dengan kemampuan dan keahlian
b. Mengevaluasi kinerja maintenance
c. Mengevaluasi kinerja inventory
d. Mengevaluasi kinerja keuangan
e. Membuat pelatihan secara internal dan eksternal
12. Mengelola keuangan secara efektif dan efisiensi
Action plan:
a. Menjaga tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
biaya operasional selama proyek berjalan setiap bulannya
b. Mengelola kebutuhan keuangan secara tepat waktu
c. Membuat dan mengusahakan proyeksi keuangan tidak berbeda jauh dengan
kenyataan
13. Mengelola inventory secara efektif dan efisien
Action Plan:
a. Memenuhi kebutuhan perlengkapan/peralatan untuk proyek
b. Membuat sistem untuk pemesanan ulang berupa stock card
c. Menganalisa kebutuhan peralatan dari alat berat yang diperlukan nanti
14. Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Action plan:
a. Memberikan kualitas atau hasil pengerjaan yang terbaik untuk pelanggan
97
b. Memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan time frame atau lebih cepat
c. Memberikan laporan time frame kepada pelanggan sejauh mana penyelesaian
proyek
15. Menerapkan mekanisme umpan balik berupa kritik dan saran dari pelanggan
Action plan:
Memberikan kuesioner untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari sisi
pelanggan
4.5 Strategy Map
Penulis telah membuat Strategy Map berdasarkan analisis terhadap
strategi to be dan action plan-nya bagi masing-masing posisi untuk mendukung
pencapaian keberhasilan proyek.
98
4.5.1. Strategy Map untuk Direktur
Mengoptimalkanpendapatan
Menyelesaikan proyeksesuai dengan standarkualitas yang sudah
ditentukan
Meningkatkankemampuan dan keahlian
sumber daya manusiayang dimiliki perusahaan
Financial
Customer
InternalProcessBusiness
Learning &Growth
Mendapatkan referensi,kerjasama yang
berkelanjutan, dankepuasan pelanggan
Menyelesaikan proyekdengan waktu 30 harilebih cepat dari jadwalyang sudah ditentukan
Gambar 4.8 Strategy Map untuk Direktur Sumber: Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
99
4.5.2. Strategy Map untuk Pimpinan Proyek
Mendukung perusahaan mencapai tingkat
pertumbuhan pendapatan
Financial
Customer
Internal Process Business
Learning & Growth
Mendapatkan tingkat kepuasan dan feedback yang
baik dari pelanggan
Menyelesaikan proyek dengan waktu 30 hari lebih
cepat dari jadwal yang sudah ditentukan
Meningkatkan hasil kinerja proyek melalui
pembelajaran dan pelatihan
Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang
sudah ditentukan
Gambar 4.9 Strategy Map untuk Pimpinan Proyek Sumber: Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
100
4.5.3. Strategy Map untuk Pengawas
Melakukan efisiensi biayaopersional
Mengawasi dan memastikankualitas dan waktu
penyelesaian kinerja proyekyang baik
Financial
Customer
InternalProcessBusiness
Learning &Growth
Menghasilkan pengerjaanproyek yang berkualitas baik
bagi pelanggan
Meningkatkan hasil kinerjaproyek
Gambar 4.10 Strategy Map untuk Pengawas Sumber: Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
101
4.5.4. Strategy Map untuk Operator
Mendukung perusahaanmencapai tingkat
pertumbuhan pendapatan
Menyelesaikan proyekdengan kualitas sesuai
dengan standar yang sudahditentukan
Mengerjakan proyek sesuaidengan standar operasi
Financial
Customer
InternalProcessBusiness
Learning &Growth
Mengoptimalkan kemampuandan keahlian Operator
Gambar 4.11 Strategy Map untuk Operator Sumber: Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
102
4.5.5. Strategy Map untuk Mekanik
Mendukung perusahaanmencapai tingkat
pertumbuhan pendapatan
Menyediakan mesin yangproduktif agar tercipta
efisiensi kerja
Memperbaiki alat beratsesuai dengan standar yang
ditentukan dengan cepat
Mempelajari akibat terjadinyakerusakan dan cara
mengurangi kerusakan yangsudah terjadi
Financial
Customer
InternalProcessBusiness
Learning &Growth
Gambar 4.12 Strategy Map untuk Mekanik Sumber: Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
103
4.5.6. Strategy Map untuk Stoker
Gambar 4.13 Strategy Map untuk Stoker Sumber: Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
104
4.5.7. Strategy Map untuk Kepala Gudang
Mendukung perusahaanmencapai tingkat
pertumbuhan pendapatan
Selalu mencukupi kebutuhanperlengkapan atau peralatan
untuk proyek
Membuat sisteminventory dalam hal stok
gudang dengan stock card
Mengoptimalkanpenggunaan stok gudang
untuk dapat selalumemenuhi kebutuhan
proyek
Financial
Customer
InternalProcessBusiness
Learning &Growth
Gambar 4.14 Strategy Map untuk Kepala Gudang Sumber: Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
105
4.5.8. Strategy Map untuk Keuangan
Mendukung perusahaanmencapai tingkat
pertumbuhan pendapatan
Memenuhi kebutuhankeuangan proyek untuk
kepentingan perusahaan
Menjaga likuiditas keuanganperusahaan
Mengoptimalkankesesuaian proyeksi
keuangan dengan jumlahkebutuhan dan ketepatan
waktu
Financial
Customer
InternalProcessBusiness
Learning &Growth
Gambar 4.15 Strategy Map untuk Keuangan Sumber Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
106
4.5.9. Detail dari Strategy Map
Detail dari Strategy Map dimana termasuk objektif, strategi, action plan, dan
performance measure sebagai hasil diskusi penulis dengan pihak perusahaan akan
dijelaskan pada Tabel 4.10 sampai Tabel 4.17 berikut.
Tabel 4.14 Strategy Map untuk Direktur
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement
Financial Mengoptimalkan pendapatan
Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Meningkatkan pendapatan perusahaan melalui peningkatan kinerja proyek
Net income
ROI
Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek
Operating profit
Customer Mendapatkan referensi, kerjasama yang berkelanjutan, dan kepuasan pelanggan
Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Memberikan kualitas atau hasil pengerjaan yang terbaik untuk pelanggan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan
Memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan time frame atau lebih cepat
Waktu menyelesaikan proyek
Internal Business Process
Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan
Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu
Membuat Standar Operasional Prosedur untuk setiap aktivitas pengerjaan proyek
Pencapaian target standarisasi
Menyelesaikan proyek dengan waktu 30 hari lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan
Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek
Membuat time frame penyelesaian proyek
Pengerjaan tepat waktu sesuai time frame
Learning And Growth
Meningkatkan kemampuan dan keahlian sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan
Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai tolok ukur
Membandingkan kualitas hasil kerja dengan SOP
Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek
Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu
Membandingkan kecepatan hasil pengerjaan dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek
Evaluasi waktu penyelesaian proyek
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
107
Tabel 4.15 Strategy Map untuk Pimpinan Proyek
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek
Operating profit
Customer Mendapatkan tingkat kepuasan dan feedback yang baik dari pelanggan
Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Memberikan kualitas atau hasil pengerjaan yang terbaik untuk pelanggan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan
Memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan time frame atau lebih cepat
Waktu menyelesaikan proyek
Memberikan laporan time frame kepada pelanggan sejauh mana penyelesaian proyek
Jumlah laporan rutin untuk pelanggan
Menerapkan mekanisme umpan balik berupa kritik dan saran dari pelanggan
Memberikan kuesioner untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari sisi pelanggan
Feed back kuesioner pelanggan
Internal Business Process
Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan
Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu
Membuat Standar Operasional Prosedur untuk setiap aktivitas pengerjaan proyek
Pencapaian target standarisasi
Membuat tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek sesuai dengan standar kerja
Kuesioner kepuasan pelanggan dan kerapian proyek
Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjan proyek
Mempelajari langkah-langkah standarisasi dalam pengerjaan proyek
Karyawan yang mengetahui SOP dalam operasi
Menyelesaikan proyek dengan waktu 30 hari lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan
Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek
Membuat rencana dan langkah-langkah pengerjaan proyek
Perbandingan antara target proyek dan waktu dengan mapping
Membuat time frame penyelesaian proyek
Pengerjaan tepat waktu sesuai time frame
108
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement
Learning And Growth
Meningkatkan hasil kinerja proyek melalui pembelajaran dan pelatihan
Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai tolok ukur
Membandingkan kualitas hasil kerja dengan SOP
Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek
Membandingkan kualitas hasil kerja dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek
Evaluasi tingkat kerapian pengerjaan proyek
Melakukan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kualitas baik
Jumlah pelatihan kualitas yang diadakan
Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu
Membandingkan kecepatan hasil pengerjaan dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek
Evaluasi kecepatan dan target pengerjaan proyek
Mengadakan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kinerja cepat
Jumlah pelatihan kinerja kecepatan yang diadakan
Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Mengawasi dan mengevaluasi kinerja dari sumber daya agar bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian
Evaluasi kecepatan dan kinerja penyelesaian proyek
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Tabel 4.16 Strategy Map untuk Pengawas
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement
Financial Melakukan efisiensi biaya opersional
Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek
Operating expenses
Customer Menghasilkan pengerjaan proyek yang berkualitas baik bagi pelanggan
Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Memberikan kualitas atau hasil pengerjaan yang terbaik untuk pelanggan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan
Memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan time frame atau lebih cepat
Waktu menyelesaikan proyek
109
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement
Internal Business Process
Mengawasi dan memastikan kualitas dan waktu penyelesaian kinerja proyek yang baik
Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Memantau kinerja karyawan agar sesuai dengan SOP dan seluruh tolok ukur keberhasilan yang ada
Laporan kualitas kinerja proyek
Melakukan monitoring dalam pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka kerja
Mengawasi kinerja karyawan pada setiap tahapan pengerjaan proyek agar selesai tepat pada waktunya
Laporan Time Frame
Learning And Growth
Meningkatkan hasil kinerja proyek
Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai tolok ukur
Membandingkan kualitas hasil kerja dengan SOP
Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek
Membandingkan kualitas hasil kerja dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek
Evaluasi tingkat kerapian pengerjaan proyek
Melakukan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kualitas baik
Jumlah pelatihan kinerja kualitas yang diadakan
Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu
Membandingkan kecepatan hasil pengerjaan dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek
Evaluasi kecepatan dan target pengerjaan proyek
Melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan pada kinerja bila ada hasil yang tidak sesuai dengan rencana
Pengaruh solusi terhadap time frame
Mengadakan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kinerja cepat
Jumlah pelatihan kinerja kecepatan yang diadakan
Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Mengikuti pelatihan secara internal dan eksternal
Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan
Mengawasi dan mengevaluasi kinerja dari sumber daya agar bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian
Evaluasi kinerja Operator
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
110
Tabel 4.17 Strategy Map untuk Operator
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien
Bekerja maksimal ketika alat berat dihidupkan
Revenue
Tidak bekerja melebihi kapasitas hourmeter alat berat
Laporan over hourmeter
Customer Menyelesaikan proyek dengan kualitas sesuai dengan standar yang sudah ditentukan
Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Memberikan kualitas atau hasil pengerjaan yang terbaik untuk pelanggan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan
Internal Business Process
Mengerjakan proyek sesuai dengan standar operasi
Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjan proyek
Mengerjakan proyek sesuai dengan SOP
Pelaporan kinerja sesuai SOP
Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien
Bekerja maksimal ketika alat berat dihidupkan
Perbandingan pencapaian target dengan hourmeter
Tidak bekerja melebihi kapasitas hourmeter alat berat
Over hourmeter
Learning And Growth
Mengoptimalkan kemampuan dan keahlian Operator
Meningkatkan pengetahuan dan keahlian sumber daya
Membuat pelatihan secara internal dan eksternal
Jumlah pelatihan kinerja yang dibuat
Mengikuti pelatihan secara internal dan eksternal
Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan kinerja
Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjan proyek
Membuat pelatihan secara internal dan eksternal
Jumlah pelatihan SOP
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
111
Tabel 4.18 Strategy Map untuk Mekanik
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Mencegah kerugian yang lebih besar dengan melakukan maintenance
Other expense
Customer Menyediakan mesin yang produktif agar tercipta efisiensi kerja
Menyediakan mesin yang produktif
Mengurangi lama downtime dari kerusakan dengan melakukan maintenance secara berkala
Lama penanganan downtime
Internal Business Process
Memperbaiki alat berat sesuai dengan standar yang ditentukan dengan cepat
Menyediakan mesin yang produktif
Membuat SOP dalam melakukan maintenance
Perbandingan kinerja dan lama downtime Karyawan mengetahui SOP maintenance Karyawan melakukan maintenance sesuai prosedur
Memperbaiki kerusakan peralatan secepatnya
Lama penanganan downtime
Learning And Growth
Mempelajari akibat terjadinya kerusakan dan cara mengurangi kerusakan yang sudah terjadi
Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Membuat pelatihan secara internal dan eksternal
Jumlah pelatihan yang diadakan
Mengevaluasi kinerja maintenance
Evaluasi laporan jumlah dan lama downtime
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
112
Tabel 4.19 Strategy Map untuk Stoker
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Mencegah kerugian yang lebih besar dengan melakukan maintenance
Other expense
Customer Menyediakan mesin yang produktif
Menyediakan mesin yang produktif
Mengurangi lama downtime dari kerusakan dengan melakukan maintenance secara berkala
Lama penanganan downtime
Internal Business Process
Menciptakan mekanisme untuk dapat mengurangi tingkat kerusakan alat berat dengan waktu yang singkat
Menyediakan mesin yang produktif
Melakukan maintenance secara reguler sesuai SOP pada seluruh peralatan berat yang digunakan dalam proyek
Laporan check list maintenance
Mengidentifikasi kerusakan dan melakukan tindakan preventif sebelum terjadi kerusakan yang lebih besar pada alat berat di lapangan
Pengaruh tindakan prefentif yang dilakukan Tindakan preventif yang dilakukan
Learning And Growth
Mengoptimalkan kemampuan dan keahlian Stoker dalam melakukan maintenance dan perbaikan
Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Mengikuti pelatihan secara internal dan eksternal
Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan
Memantau dan mengevaluasi proyek yang sedang berjalan
Evaluasi kinerja jumlah dan lama penanganan downtime
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
113
Tabel 4.20 Strategy Map untuk Kepala Gudang
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek
Other expense
Customer Selalu mencukupi kebutuhan perlengkapan atau peralatan untuk proyek
Mengelola inventory secara efektif dan efisien
Memenuhi kebutuhan perlengkapan/peralatan untuk proyek
Jumlah kondisi kebutuhan tidak terpenuhi
Internal Business Process
Membuat sistem inventory dalam hal stok gudang dengan stock card
Mengelola inventory secara efektif dan efisien
Membuat sistem untuk pemesanan ulang berupa stock card
Jumlah pelaporan stock card untuk sistem inventory Jumlah pemesanan tepat waktu
Learning And Growth
Mengoptimalkan penggunaan stok gudang untuk dapat selalu memenuhi kebutuhan proyek
Mengelola inventory secara efektif dan efisien
Menganalisa kebutuhan peralatan dari alat berat yang diperlukan nanti
Pemenuhan kebutuhan perlengkapan
Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Mengevaluasi kinerja inventory
Evaluasi pemesanan tepat waktu
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
114
Tabel 4.21 Strategy Map untuk Keuangan
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Melakukan efisiensi dalam pengeluaran uang
Budget achievement Jumlah pembayaran tepat waktu
Customer Memenuhi kebutuhan keuangan proyek untuk kepentingan perusahaan
Mengelola keuangan secara efektif dan efisien
Mengelola kebutuhan keuangan secara tepat waktu
Pengelolaan keuangan sesuai dengan jadwal Jumlah request tambahan diluar proyeksi
Internal Business Process
Menjaga likuiditas keuangan perusahaan
Mengelola keuangan secara efektif dan efisien
Menjaga tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat biaya operasional selama proyek berjalan setiap bulannya
Laporan keuangan kinerja proyek Perbedaan proyeksi dan kenyataan
Learning And Growth
Mengoptimalkan kesesuaian proyeksi keuangan dengan jumlah kebutuhan dan ketepatan waktu
Mengelola keuangan secara efektif dan efisiensi
Membuat dan mengusahakan proyeksi keuangan tidak berbeda jauh dengan kenyataan
Evaluasi perbedaan proyeksi dan kenyataan
Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Mengevaluasi kinerja keuangan
Evaluasi operating profit
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
115
4.6 Key Performance Indicator
4.6.1 KPI untuk Direktur
Net incomeROI Operating profit
Kuesioner tingkat
kepuasan pelanggan
Waktu menyelesaikan
proyek
Pencapaian target
standarisasi
Pengerjaan tepat waktu sesuai time
frame
Evaluasi waktu
penyelesaian proyek
Evaluasi kerapian dengan langkah
pengerjaan proyek
Financial
Customer
Internal Business Process
Learning & Growth
Gambar 4.10 KPI untuk Direktur Sumber Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
116
4.6.2 KPI untuk Pimpinan Proyek
Operating profit
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan
Feed back kuesioner pelanggan
Pencapaian target
standarisasi Kuesioner kepuasan
pelanggan dan kerapian proyek
Jumlah pelatihan kualitas yang
diadakan
Evaluasi kecepatan dan
target pengerjaan proyek
Financial
Customer
Internal Business Process
Learning & Growth
Waktu menyelesaikan
proyek
Jumlah laporan rutin untuk pelanggan
Karyawan yang mengetahui SOP
dalam operasi
Perbandingan antara target
proyek dan waktu dengan mapping
Pengerjaan tepat waktu sesuai time frame
Evaluasi kerapian dengan langkah
pengerjaan proyekEvaluasi tingkat
kerapian pengerjaan
proyek
Jumlah pelatihan kinerja kecepatan
yang diadakan
Evaluasi kecepatan dan
kinerja penyelesaian
proyek
Gambar 4.11 KPI untuk Pimpinan Proyek
Sumber Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
117
4.6.3 KPI untuk Pengawas
Total Expense
Waktu menyelesaikan
proyek
Jumlah pelatihan
kinerja kecepatan yang
diadakanJumlah pelatihan kinerja kualitas yang diadakan
Laporan Time Frame
Financial
Customer
Internal Business Process
Learning & Growth
Pengaruh solusi terhadap
time frame
Kuesioner tingkat
kepuasan pelanggan
Evaluasi tingkat kerapian
pengerjaan proyek
Evaluasi kecepatan dan
target pengerjaan
proyek
Jumlah karyawan yang
mengikuti pelatihan
Evaluasi kerapian dengan langkah
pengerjaan proyek
Evaluasi kinerja Operator
Laporan kualitas kinerja proyek
Gambar 4.12 KPI untuk Pengawas
Sumber Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
118
4.6.4 KPI untuk Operator
Revenue
Kuesioner tingkat
kepuasan pelanggan
Jumlah pelatihan SOP
Jumlah karyawan yang mengikuti
pelatihan kinerja
Perbandingan pencapaian target dengan hourmeter
Over hourmeter
Financial
Customer
Internal Business Process
Learning & Growth
Jumlah pelatihan
kinerja yang dibuat
Laporan over hourmeter
Pelaporan kinerja sesuai
SOP
Gambar 4.13 KPI untuk Operator
Sumber Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
119
4.6.5 KPI untuk Mekanik
Lama penanganan
downtime
Evaluasi laporan
jumlah dan lama
downtime
Tindakan preventif yang
dilakukan
Jumlah pelatihan
yang diadakan
Other expense
Pengaruh tindakan prefentif yang dilakukan
Laporan check list maintenance
Financial
Customer
Internal Business Process
Learning & Growth
Gambar 4.14 KPI untuk Mekanik Sumber Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
120
4.6.6 KPI untuk Stoker
Other expense
Lama penanganan
downtime
Jumlah karyawan yang
mengikuti pelatihan
Laporan check list maintenance
Pengaruh tindakan prefentif yang
dilakukan
Financial
Customer
Internal Business Process
Learning & Growth
Evaluasi kinerja jumlah dan lama
penanganan downtime
Tindakan preventif yang dilakukan
Gambar 4.15 KPI untuk Stoker
Sumber Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
121
4.6.7 KPI untuk Kepala Gudang
Other expense
Jumlah kondisi
kebutuhan tidak
terpenuhi
Jumlah pelaporan stock card
untuk sistem inventory
Jumlah pemesanan tepat waktu
Evaluasi pemesanan tepat waktu
Pemenuhan kebutuhan
perlengkapan
Financial
Customer
Internal Business Process
Learning & Growth
Gambar 4.16 KPI untuk Kepala Gudang Sumber Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
122
4.6.8 KPI untuk Keuangan
Budget achievement
Jumlah pembayaran tepat waktu
Jumlah requesttambahan diluar
proyeksi
Perbedaan proyeksi dan kenyataan
Laporan keuangan
kinerja proyek
Evaluasioperating
profit
Evaluasi perbedaan
proyeksi dan kenyataan
Financial
Customer
Internal Business Process
Learning & Growth
Pengelolaan keuangan sesuai
dengan jadwal
Gambar 4.17 KPI untuk Keuangan
Sumber Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
123
4.6.9 Detail dari Key Performance Indicator
Berdasarkan hasil diskusi penulis dengan pihak perusahaan, detail dari
KPI yang mencakup objektif, performance measure, target, dan weight akan
diterangkan dalam tabel 4.25 sampai 4.32 berikut.
Tabel 4.22 KPI untuk Direktur
Perspektif Objective Performance Measurement Target Tipe Weight
Financial Mengoptimalkan pendapatan
Net income 20% Minimum 20% ROI 20% Minimum 15% Operating profit
10% Minimum 15%
Customer Mendapatkan referensi, kerjasama yang berkelanjutan, dan kepuasan pelanggan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan
70% Minimum 10%
Waktu menyelesaikan proyek
11 bulan Maksimum 10%
Internal Business Process
Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan
Pencapaian target standarisasi
80% Minimum 10%
Menyelesaikan proyek dengan waktu 30 hari lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan
Pengerjaan tepat waktu sesuai time frame
95% Minimum 8%
Learning And Growth
Meningkatkan kemampuan dan keahlian sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan
Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek
1 kali/2 minggu
Minimum 6%
Evaluasi waktu penyelesaian proyek
1 kali/minggu Minimum 6%
Total 100% Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
124
Tabel 4.23 KPI untuk Pimpinan Proyek
Perspektif Objective Performance Measurement Target Tipe Weight
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Operating profit
10% Minimum 11%
Customer Mendapatkan tingkat kepuasan dan feedback yang baik dari pelanggan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan
70% Minimum 10%
Waktu menyelesaikan proyek
11 bulan Maksimum 10%
Jumlah laporan rutin untuk pelanggan
1 kali/bulan Minimum 5%
Feed back kuesioner pelanggan
70% Minimum 8%
Internal Business Process
Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan
Pencapaian target standarisasi
80% Minimum 7%
Kuesioner kepuasan pelanggan dan kerapian proyek
70% Minimum 7%
Karyawan yang mengetahui SOP dalam operasi
90% Minimum 6%
Menyelesaikan proyek dengan waktu 30 hari lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan
Perbandingan antara target proyek dan waktu dengan mapping
19.44 ha/bulan Minimum 5%
Pengerjaan tepat waktu sesuai time frame
95% Minimum 7%
Learning And Growth
Meningkatkan hasil kinerja proyek melalui pembelajaran dan pelatihan
Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek
1 kali/2 minggu
Minimum 5%
125
Perspektif Objective Performance Measurement Target Tipe Weight
Evaluasi tingkat kerapian pengerjaan proyek
80% Minimum 5%
Jumlah pelatihan kualitas yang diadakan
1 kali/2 bulan Minimum 3%
Evaluasi kecepatan dan target pengerjaan proyek
1 kali/2 minggu
Minimum 4%
Jumlah pelatihan kinerja kecepatan yang diadakan
1 kali/2 bulan Minimum 3%
Evaluasi kecepatan dan kinerja penyelesaian proyek
1 kali/2 minggu
Minimum 4%
Total 100% Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Tabel 4.24 KPI untuk Pengawas
Perspektif Objective Performance Measurement Target Tipe Weight
Financial Melakukan efisiensi biaya opersional
Operating expenses
90% Maksimum 15%
Customer Menghasilkan pengerjaan proyek yang berkualitas baik bagi pelanggan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan
70% Minimum 12%
Waktu menyelesaikan proyek
11 bulan Maksimum 12%
Internal Business Process
Mengawasi dan memastikan kualitas dan waktu penyelesaian kinerja proyek yang baik
Laporan kualitas kinerja proyek
1 kali/minggu Minimum 11%
Laporan Time Frame
95% Minimum 10%
126
Perspektif Objective Performance Measurement Target Tipe Weight
Learning And Growth
Meningkatkan hasil kinerja proyek
Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek
1 kali/2 minggu
Minimum 5%
Evaluasi tingkat kerapian pengerjaan proyek
80% Minimum 5%
Jumlah pelatihan kinerja kualitas yang diadakan
1 kali/2 bulan Minimum 4%
Evaluasi kecepatan dan target pengerjaan proyek
1 kali/2 minggu
Minimum 5%
Pengaruh solusi terhadap time frame
75% Minimum 8%
Jumlah pelatihan kinerja kecepatan yang diadakan
1 kali/2 bulan Minimum 4%
Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan
80% Minimum 4%
Evaluasi kinerja Operator
1 kali/2 minggu
Minimum 5%
Total 100% Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
127
Tabel 4.25 KPI untuk Operator
Perspektif Objective Performance Measurement Target Tipe Weight
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Revenue Rp 955.000.000/ bulan
Minimum 20%
Laporan over hourmeter
1 kali/minggu Minimum 10%
Customer Menyelesaikan proyek dengan kualitas sesuai dengan standar yang sudah ditentukan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan
70% Minimum 15%
Internal Business Process
Mengerjakan proyek sesuai dengan standar operasi
Pelaporan kinerja sesuai SOP
1 ksli/minggu Minimum 10%
Perbandingan pencapaian target dengan hourmeter
0,00842 Ha/jam
Minimum 20%
Over hourmeter
20% Maksimum 15%
Learning And Growth
Mengoptimalkan kemampuan dan keahlian Operator
Jumlah pelatihan kinerja yang dibuat
1 kali/2 bulan Minimum 5%
Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan kinerja
80% Minimum 5%
Jumlah pelatihan SOP
1 kali/3 bulan Minimum 5%
Total 100% Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
128
Tabel 4.26 KPI untuk Mekanik
Perspektif Objective Performance Measurement Target Tipe Weight
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Other expense 25% Maksimum 20%
Customer Menyediakan mesin yang produktif agar tercipta efisiensi kerja
Lama penanganan downtime
5 hari Maksimum 12%
Internal Business Process
Memperbaiki alat berat sesuai dengan standar yang ditentukan dengan cepat
Perbandingan kinerja dan lama downtime
10% Maksimum 15%
Karyawan mengetahui SOP maintenance
90% Minimum 10%
Karyawan melakukan maintenance sesuai prosedur
80% Minimum 10%
Lama penanganan downtime
5 hari Maksimum 15%
Learning And Growth
Mempelajari akibat terjadinya kerusakan dan cara mengurangi kerusakan yang sudah terjadi
Jumlah pelatihan yang diadakan
1 kali/2 bulan Minimum 9%
Evaluasi laporan jumlah dan lama downtime
1 kali/1 bulan Minimum 9%
Total 100% Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
129
Tabel 4.27 KPI untuk Stoker
Perspektif Objective Performance Measurement Target Tipe Weight
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Other expense 25% Maksimum 20%
Customer Menyediakan mesin yang produktif
Lama penanganan downtime
1 kali/bulan Maksimum 20%
Internal Business Process
Menciptakan mekanisme untuk dapat mengurangi tingkat kerusakan alat berat dengan waktu yang singkat
Laporan check list maintenance
1 kali/minggu Minimum 15%
Pengaruh tindakan prefentif yang dilakukan
90% Minimum 15%
Tindakan preventif yang dilakukan
90% Minimum 20%
Learning And Growth
Mengoptimalkan kemampuan dan keahlian Stoker dalam melakukan maintenance dan perbaikan
Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan
1 kali/bulan Minimum 10%
Evaluasi kinerja jumlah dan lama penanganan downtime
25% Maksimum 20%
Total 100% Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
130
Tabel 4.28 KPI untuk Kepala Gudang
Perspektif Objective Performance Measurement Target Tipe Weight
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Other expense 25% Maksimum 20%
Customer Selalu mencukupi kebutuhan perlengkapan atau peralatan untuk proyek
Jumlah kondisi kebutuhan tidak terpenuhi
1 kali/bulan Maksimum 20%
Internal Business Process
Membuat sistem inventory dalam hal stok gudang dengan stock card
Jumlah pelaporan stock card untuk sistem inventory
1 kali/minggu Minimum 15%
Jumlah pemesanan tepat waktu
90% Minimum 15%
Learning And Growth
Mengoptimalkan penggunaan stok gudang untuk dapat selalu memenuhi kebutuhan proyek
Pemenuhan kebutuhan perlengkapan
90% Minimum 20%
Evaluasi pemesanan tepat waktu
1 kali/bulan Minimum 10%
Total 100% Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
131
Tabel 4.29 KPI untuk Keuangan
Perspektif Objective Performance Measurement Target Tipe Weight
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Budget achievement
20% Maksimum 25%
Jumlah pembayaran tepat waktu
99% Minimum 20%
Customer Memenuhi kebutuhan keuangan proyek untuk kepentingan perusahaan
Pengelolaan keuangan sesuai dengan jadwal
80% Minimum 15%
Jumlah request tambahan diluar proyeksi
1 kali/2 minggu
Maksimum 10%
Internal Business Process
Menjaga likuiditas keuangan perusahaan
Laporan keuangan kinerja proyek
1 kali/minggu Minimum 10%
Perbedaan proyeksi dan kenyataan
20% Maksimum 8%
Learning And Growth
Mengoptimalkan kesesuaian proyeksi keuangan dengan jumlah kebutuhan dan ketepatan waktu
Evaluasi perbedaan proyeksi dan kenyataan
1 kali/minggu Minimum 6%
Evaluasi operating profit
1 kali/minggu Minimum 6%
Total 100% Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
132
4.7 Tingkat Kesiapan dan Syarat Penerapan Balanced
Scorecard Pada Perusahaan
Analisa tingkat kesiapan penerapan balanced scorecard yang dilakukan
penulis melalui tahapan penerapan balanced scorecard yang baik dan didukung
komitmen Perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Tahapan pertama dalam menerapkan balanced scorecard adalah
mengelompokkan dan menerjemahkan visi dan strategi Perusahaan. Pada
awalnya Perusahaan belum menentukan visinya secara jelas tetapi seiring
dengan waktu Perusahaan menyadari pentingnya visi sehingga mulai
membuat visi Perusahaan. Perusahaan sudah memiliki strategi-strategi dalam
menjalankan operasional bisnisnya yang lebih mengarah pada operational
excellence. Perusahaan tertarik dengan konsep balanced scorecard agar
dapat mengetahui tolok ukur dan memonitor kinerja perusahaan. Hambatan
dalam mengukur performa kinerja yang ada di Perusahaan adalah semua
proses bisnis harus memiliki dokumen. Hal ini kurang diminati perusahaan.
Pihak perusahaan hanya mengukur proses-proses penting yang menjadi
kunci.
2. Mengkomunikasikan dan menghubungkan tujuan strategis dengan tolok
ukur. Hal ini sebenarnya sudah ada pada Perusahaan hanya saja tidak semua
pihak tahu dengan jelas tolok ukur performa. Hanya Pimpinan Perusahaan
saja yang mengetahui tolok ukur tersebut sedangkan pihak operasional
133
ataupun pihak teknis tidak mengetahui dengan jelas ukuran performa
mereka. Di mana hal ini menurut penulis perlu dikomunikasikan dengan
jelas sehingga karyawan tingkat operasional mengetahui ukuran kinerja
mereka.
3. Merencanakan, membuat target dan penyesuaian target dengan inisiatif
strategis. Dalam hal ini perusahaan sudah mengetahui tolok ukur
keberhasilan tetapi kurang memiliki perencanaan yang baik dan tanpa
adanya penyesuaian target dengan inisiatif yang strategi. Tolok ukur
perusahaan yang sudah ada hanya melihat perbandingan revenue dan biaya
operasional yang dikeluarkan. Dalam hal ini perusahaan sangat tertarik
dengan adanya balanced scorecard yang akan sangat membantu mereka
mengukur sejauh mana keberhasilan yang mereka akan capai tidak hanya
dari segi finansial saja.
4. Mengubah feedback dan pembelajaran strategis. Dalam tahap ini Perusahaan
akan mengetahui penurunan kinerja ketika laporan kinerja telah keluar dan
biasanya perusahaan baru mencoba memperbaiki kinerja jika laporan
kinerjanya tidak sesuai target. Resiko ini akan berkurang dengan penerapan
balanced scorecard karena sudah terdapat target yang harus dicapai secara
mingguan ataupun harian. Sehingga perusahaan sudah dapat
mengidentifikasinya terlebih dahulu dan mengambil sikap ataupun aksi yang
dirasa perlu oleh pihak Perusahaan. Dalam hal ini perusahaan juga tertarik
karena performa perusahaan dapat lebih terjaga dan memperkecil resiko
kegagalan ataupun kurangnya kinerja pada proyek.
134
Syarat agar Perusahaan dapat menerapkan Balanced Scorecard sebagai
suatu sistem pengendalian kinerja adalah:
1. Mendapat dukungan pimpinan Perusahaan.
2. Pihak manajemen perlu memiliki tingkat komitmen yang tinggi untuk
mengimplementasikan secara konsisten.
3. Sumber daya perlu siap dan mau mengikuti komitmen dalam menjalankan
balanced scorecard dalam Perusahaan.
4. Perusahaan perlu memetakan dan mendeklarasikan objektif proyek agar
diketahui karyawan.
5. Perusahaan perlu menentukan standarisasi kinerja setiap karyawan yang ada
dan tolok ukur keberhasilan.
6. Perlu adanya standarisasi operasional prosedur yang dibuat untuk setiap
proses bisnis perusahaan.
7. Karyawan wajib mengikuti standarisasi operasional prosedur yang dibuat
dan dievaluasi kinerjanya.
8. Perusahaan perlu siap menerima dan membuat semua laporan yang
dibutuhkan untuk pengendalian kinerja karyawan secara mendetail dan up to
date.