bab iv analisa iv.1. analisa manusia iv.1.1. analisa ...thesis.binus.ac.id/doc/bab4/2009-2-00081-ar...
TRANSCRIPT
51
BAB IV
ANALISA
IV.1. Analisa Manusia
IV.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan
a). Penghuni Apartemen
yaitu orang yang tinggal di unit-unit apartemen dan menggunakan fasilitas-
fasilitas yang tersedia di apartemen.
b). Pengunjung Mal
yaitu orang yang berkunjung ke mal dan menggunakan fasilitas-fasilitas yang
disediakan di dalam mal.
c). Pengelola
yaitu pengelola mal dan apartemen yang bertugas untuk mengatur dan
mengawasi keadaan mal dan apartemen serta maintenancenya.
IV.1.2. Analisa Daya Tampung
KDB 60% x 7.700 m2 = 4.620 m2
Luas mal 3 lantai = 4.000 m2 x 3 = 12.000 m2
Parkir mal = 60 m2/ mobil
Total parkir mobil untuk mal = 12.000 m2 = 200 mobil
60 m2/ mobil
Parkir apartemen = 1 unit apartemen = 1 parkir mobil
= 250 unit apartemen = 250 parkir mobil
Total kebutuhan parkir = 200 + 250 parkir mobil = 450 parkir mobil
Luas area parkir per mobil + sirkulasi = 35 m2/ mobil
Total kebutuhan area parkir mobil = 450 parkir mobil x 35 m2/ mobil = 15.750 m2
Total Kebutuhan area parkir motor = 10 % x 15.750 m2 = 1.575 m2
52
IV.1.3. Analisa Jenis Kegiatan
Kegiatan yang terjadi dalam mal dan apartemen dibagi berdasarkan
pengelompokkan jenis kegiatan yang dilakukan oleh penghuni apartemen dan
pengunjung mal, yaitu :
a) Kelompok kegiatan pribadi
Kelompok kegiatan ini dilakukan oleh penghuni apartemen secara individual
dan kegiatan ini berhubungan dengan kegiatan sehari-hari seperti : tidur, nonton
tv, mandi, dll. Sedangkan kegiatan ini dilakukan pengunjung mal dalam
aktivitas dalam kamar mandi.
b) Kelompok kegiatan bersama
Kelompok kegiatan ini dilakukan secara bersama, dalam hal ini berkaitan
dengan penggunaan fasilitas yang tersedia di apartemen, kegiatan bersama dapat
berupa : olah raga, makan, berbelanja, dll. Untuk mewadahi kegiatan ini
diperlukan fasilitas yang dapat memenuhi kegiatan tersebut, yaitu dalam hal ini
ruang duduk. Sedangkan kegiatan ini dilakukan semua orang dalam mal, karena
mal adalah tempat umum yang bersifat komersil.
c) Kelompok kegiatan service
Kelompok kegiatan ini meliputi kegiatan yang dilakukan oleh pengelola mal
dan apartemen dalam rangka maintenance dan pengawasan terhadap mal dan
apartemen tersebut. Serta pada mal kegiatan ini dapat berupa : memasak untuk
restoran, pembuangan sampah, dll.
IV.1.4. Analisa Pola Kegiatan Penghuni Apartemen
Fasilitas Apartemen
Apartemen
Lobby
Main Entrance
53
IV.1.5. Analisa Pola Kegiatan Pengunjung Mal
IV.1.6. Analisa Kebutuhan ruang
• Apartemen
Kebutuhan Unit Hunian
Aktifitas Ruang Karakteristik Zoning
Tidur/istirahat Kamar tidur
- Private
- Tenang
- Pencahayaan yang baik
- Sirkulasi udara yang baik
Private
Duduk Ruang duduk - Nyaman Public
Mandi Kamar mandi - Sirkulasi udara yang baik
- Bersih Service
Masak Dapur - Sirkulasi udara yang baik Service
Lobby
Main Entrance
Retail dalam mal
Fasilitas dalam mal (food court, dsb)
Toilet
54
Kebutuhan Apartemen
Aktifitas Ruang Karakteristik Zoning
Mengelola
Mengatur
Mengawasi
Kantor
pengelola
- Public
- Mudah dijangkau Public
Berolahraga Fasilitas Olah
Raga
- Public
- Mudah dijangkau Private
Makan dan
minum
Fasilitas Tempat
Makan - Public Public
Lain-lain Fasilitas lain - Public Public
Buang air Toilet - Private
- Sirkulasi udara yang baik Service
Menyimpan
barang Gudang
- Private
- Tertutup Service
Parkir Areal Parkir - Mudah dijangkau Service
Pemasangan
dan perbaikan
mesin
Ruang mesin - Private
- Aman Service
Mal
Kebutuhan Pengunjung Mal
Aktifitas Ruang Karakteristik Zoning
Berbelanja Retail
- Public
- Nyaman
- Pencahayaan yang baik
- Sirkulasi udara yang baik
Public
Makan, minum Food court/
Restoran/Cafe
- Public
- Nyaman Public
55
Buang air Toilet - Sirkulasi udara yang baik
- Bersih Service
Parkir Areal parkir - Mudah dijangkau Service
Kebutuhan Mal
Aktifitas Kebutuhan
Ruang Karakteristik Zoning
Mengelola,
Mengatur dan
mengawasi
Kantor
pengelola
- Private Private
Disewakan/
dijual
Retail - Public
- Nyaman
- Pencahayaan yang baik
- Sirkulasi udara yang baik
Private
Duduk Tempat duduk - Nyaman Public
Buang air Toilet - Sirkulasi udara yang baik
- Bersih
Service
Masak Dapur restoran - Sirkulasi udara yang baik Service
Menyimpan
barang
Gudang - Private Service
Parkir Areal parkir Service
Pemasangan
dan Perbaikan
mesin
Ruang mesin Service
Bongkar muat Areal service Service
Tabel 1. Kebutuhan Ruang
56
IV.1.7. Analisa Progam Ruang
Hasil Studi Banding
Dimensi tipe-tipe apartemen
Tipe Apartemen
Kebagusan City
Royal Mediterania
Garden
Season City
Serpong Town Square StarCity
Studio 18,56 m2 - 27,25 m2 22,5-27,00 m2 -
1 Bedroom 23,30 m2 33,00 m2 - - 47 m2
2 Bedroom 30,45/37,12 m2 42 /53,5 m2 41,50 m2 44,50-47 m2 55,00 m2
3 Bedroom - 100/110 m2 74,00 m2 67,75 m2 97,00 m2
Persentase jumlah tipe unit apartemen
Tipe Apartemen
Kebagusan City
Royal Mediterania
Garden Season City Serpong
Town Square StarCity
Studio 37 % - 10 % 25 % -
1 Bedroom 28 % 10 % - - 67 %
2 Bedroom 35 % 50 % 80 % 69 % 22 %
3 Bedroom - 40 % 10 % 6 % 11 %
Kesimpulan
Dari hasil studi banding, setiap apartemen hanya mempunyai 3 tipe unit apartemen dilihat
dari jumlah ruang tidurnya. Sedangkan daerah yang paling menyerupai Bendungan hilir
dan Sudirman adalah apartemen Star City yang berada di daerah Hayam Wuruk yang
cukup padat, sehingga dari luasan dan jumlah unitnya digunakan yang paling mendekati
apartemen Star City.
Apartemen
Apartemen
Tabel 2. Studi Banding Dimensi Apartemen
Tabel 3. Studi Banding Jumlah Unit Apartemen
57
Apartemen
Kebutuhan Hunian
A. Apartemen Tipe 1 kamar tidur
C. Tipe Apartemen 2 kamar tidur
No. Kebutuhan Ruang Elemen Ruang Luas
1. Kamar tidur Tempat tidur, lemari 12 m2
2. Ruang tamu Sofa, meja 9 m2
3. Ruang makan Meja, kursi 4,5 m2
3. Dapur Kompor, bak cuci, kulkas 4,5 m2
4. Kamar mandi Kloset, wastafel, shower, mesin cuci 4 m2
5. Balkon 3 m2
Total luas unit 37 m2
No. Kebutuhan Ruang Elemen Ruang Luas
1. Kamar tidur 1 Tempat tidur, lemari 12 m2
2. Kamar tidur 2 Tempat tidur, lemari 9 m2
3. Ruang tamu Sofa, meja 12 m2
4. Ruang makan Meja, kursi 6 m2
5. Dapur Kompor, bak cuci, kulkas 4,5 m2
6. Kamar mandi Kloset, wastafel, shower, mesin cuci 4 m2
7. Balkon 3 m2
Total luas unit 50,5 m2
58
D. Tipe Apartemen 3 kamar tidur
Fasilitas Penunjang
No Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas
1. Lobby 0,65 m2/org NAD 50 org 0,65 x 50 32,5 m2
2. Laundry 12 m2/org SB 10 org 12 x 5 60 m2
3. Toilet 2,5 m2/org NAD 5 org 2,5 x 5 12,5 m2
4. sirkulasi 20 % 20 % x 105 21 m2
Total 126 m2
No. Kebutuhan Ruang Elemen Ruang Luas
1. Kamar tidur utama
+ kamar mandi Tempat tidur, lemari 16 m2
2. Kamar tidur 2 Tempat tidur, lemari 9 m2
3. Kamar tidur 3 Tempat tidur, lemari 9 m2
4. Ruang tamu Sofa, meja 12 m2
5. Ruang makan Meja, kursi 9 m2
6. Dapur Kompor, bak cuci, kulkas 6 m2
7. Kamar mandi Kloset, wastafel, shower, mesin cuci 6 m2
8. Balkon 3 m2
Total luas unit 70 m2
59
Ruang Utilitas
No Ruang Standar Sumber Luas
1. R. Genset 9 m2 SB 9 m2
2. R. Pompa 20 m2 SB 20 m2
3. R. Reservoir 40 m2 TSS 40 m2
4. R. STP 75 m2/300 unit SB 75 m2
5. R. Panel 10 m2 TSS 10 m2
6. R. Sampah 1,5 x 1,5 m SB 2,25 m2
7. sirkulasi 20 % 31,25 m2
Total 187,5 m2
• Mal
No Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas
1. Retail kecil 30 m2 SB 30 unit 30 x 30 900 m2
2. Retail besar 60 m2 SB 40 unit 60 x 40 2400 m2
3. Supermarket 200 m2 SB 12 x 5 200 m2
4. Food Court 500 m2 SB 500 m2
5. R. Fitness 75 m2/30 org NAD 90 org 75 x 3 225 m2
6. Tempat bermain
anak 300 m2 SB 300 m2
7. Restoran 1,8 m2/kursi NAD 50 org (1,8 x 50)x 10
unit 900 m2
60
8. Toilet pria 2,5 m2/org NAD 10 org (2,5 x 10)x 6
unit 150 m2
9. Toilet wanita 2,5 m2/org NAD 10 org (2,5 x 10)x 6
unit 150 m2
10. Nursery room 60 m2 SB 60 m2
11. Kantor
pengelola 60 m2 SB 60 m2
12. AHU 20 m2 3 unit 20 x 3 60 m2
13. Sirkulasi 20 % 1181 m2
Total 7086 m2
Kebutuhan total apartemen
1 lantai apartemen = 9 unit apartemen
• Tipe 1 bedroom = 37 m2 x 5 unit = 185 m2
• Tipe 2 bedroom = 50,5 m2 x 2 unit = 101 m2
• Tipe 3 bedroom = 70 m2 x 2 unit = 140 m2
Total unit apartemen per lantai = 426 m2 + sirkulasi 10 % = 468,6 m2
Total luas tipikal 1 tower apartemen = 468,6 m2 x 9 lantai = 4217,4 m2
Total luas tipikal 3 tower apartemen = 4217,4 m2 x 3 = 12.652,2 m2
Fasilitas penunjang = 126 m2
Total luas Apartemen = 12.652,2 m2 + 126 m2 = 12.778,2 m2
KDB = 60 % x 7.700 m2 = 4.620 m2
Kebutuhan luas Mal = 4.000 m2 x 3 lantai = 12.000 m2
Tabel 4. Progam Ruang
61
IV.1.8. Skema Hubungan Ruang Makro
IV.1.9. Skema Hubungan Ruang Mikro
Apartemen
Lobby
Apartemen
mal Pengelola
Pengelola
Service
Main Entrance
Main Entrance
Lobby
Service
Lobby
Unit Apartemen
Kantor Pengelola
Service
Main Entrance
Parkir
Fasilitas Apartemen
Parkir Entrance
62
Mal
Lobby
Retail
Kantor Pengelola
Toilet
Main Entrance
Parkir
Tempat makan
Parkir Entrance
Service
63
IV.2. Analisa Aspek Lingkungan
IV.2.1. Kondisi Fisik Tapak
Kondisi tapak berada di area perkantoran di Jalan Sudirman dan berdekatan
dengan Universitas Atma Jaya serta London School Public Relation, yang terletak
di sudut jalan Bendungan Hilir dan Jalan Jendral Sudirman. Lingkungan di sekitar
tapak merupakan daerah pertokoan dan perkantoran dan kampus. Tapak berada di
wisma Benhil yang mempunyai ciri khas sebagai pertokoan yang menjual alat tulis
dan elektronik, sehingga tapak dan lingkungan sekitarnya adalah area yang sangat
ramai ditambah lagi di seberang lokasi tapak terdapat pasar bendungan hilir.
A. Luas Tapak : 7.700 m2
B. Batas-batas :
Sebelah Utara : Ruko Bendungan Hilir
Sebelah Timur : Kali Krukut
Gbr 24. Lokasi Tapak
64
Sebelah Selatan : Jalan Jendral Sudirman
Sebelah Barat : Bank Swasta dan pasar Bendungan Hilir
C. Rencana Batas Wilayah Kota DKI Jakarta :
Lokasi Proyek : Jl. Bendungan Hilir kav. 36, Jakarta Pusat
KDB : 60 %
KLB : 4,5
Ketinggian maksimum : 12 lantai
Peruntukan Lahan : Pertokoan
KDB (Koefisien Dasar Bangunan) pada proyek ini adalah 60 %, yang berarti
40 % adalah lahan yang berupa ruang terbuka dengan dimanfaatkan sebagai
sirkulasi kendaraan ataupun pejalan kaki, ruang gerak untuk kegiatan outdoor, dan
juga sebagai ruang transisi antar kegiatan dan antar bangunan dalam tapak. Bentuk
fisik dari penataan ruang terbuka adalah taman – taman dan plaza terbuka, ornamen
outdoor, jalur – jalur pendestrian, dan sebagainya.
Lahan parkir yang disediakan untuk penghuni apartemen dan pengunjung
mal adalah berdasarkan pertimbangan jumlah unit apartemen dimana 1 unit
apartemen harus tersedia 1 unit parkir mobil dan luas mal dimana setiap 100 m2
harus tersedia 1 unit parkir mobil, sehingga dengan lahan yang sempit ini
diperlukan gedung parkir untuk memenuhi kebutuhan parkir tersebut.
65
IV.2.2. Kondisi Lingkungan Sekitar Tapak
Gbr 25. Lingkungan di Sekitar Tapak
Foto 35. (A) Pertokoan berada di lokasi tapak
Foto 36. (B) Pasar Bendungan Hilir
A B
C
D E
F
Keterangan A. Pertokoan di lokasi tapak dan
sekitarnya B. Pasar Bendungan Hilir C. Jalan Sudirman yang berada
tepat di depan tapak D. Kali Krukut yang berada di
sebelah timur tapak E . Wisma Sudirman dan London
School Public Relation F. Universitas Atma Jaya
66
Lokasi tapak ini sebelumnya merupakan wisma Benhil yang terdiri dari perkantoran
dan pertokoan yang mayoritasnya menjual alat tulis dan elektronik. Di sebelah barat tapak
ini terdapat pasar bendungan hilir sehingga daerah sekitar tapak yang berada di jalan
bendungan hilir ini memang merupakan daerah yang sangat ramai, tetapi justru hal inilah
yang menjadi salah satu kelebihan dari lokasi tapak ini selain berada di jalan Jendral
Sudirman. Sedangkan di sebelah timur tapak terdapat Kali Krukut yang menjadi view yang
kurang baik bagi proyek, karena itu nantinya area ini akan diberi vegetasi guna mengurangi
pemandangan yang kurang bagus.
Foto 38. (D) Kali Krukut yang berada di sebelah timur tapak
Foto 37. (C) Jalan Sudirman yang berada tepat di depan tapak
67
Kelebihan lain dari tapak ini juga terletak pada lokasinya yang berdekatan dengan
dua Universitas kenamaan yaitu, Universitas Atma Jaya dan London School Public
Relation yang berada di Wisma Dharmala, sehingga mahasiswa merupakan salah satu
target dari proyek mal dan apartemen, dimana diharapkan apartemen ini dapat menjadi
salah satu alternatif mahasiswa yang datang dari luar kota dalam mencari tempat tinggal
dan mal disini menjadi salah satu pilihan mahasiswa untuk makan, dan berkumpul.
Studi lingkungan di sekitar tapak
Di sekitar tapak juga terdapat sebuah mal yang jaraknya cukup dekat dengan tapak
yaitu plaza semanggi, karena itu perlu diadakan survei pada mal tersebut untuk membantu
proses perancangan supaya proyek mal ini dapat mengambil konsep yang berbeda dengan
mal yang sudah ada.
Foto 40. (F) Universitas Atma Jaya Foto 39. (E) Wisma Sudirman dan Wisma Dharmala
68
Plaza Semanggi
Lokasi: Jl. Jendral Sudirman Kav. 50 Kawasan bisnis Granadha Jakarta Selatan
Total luas lantai: 65.000 m2
Harga sewa: 2.400.000 – 3.600.000,-/m2/tahun
Service charge: 75.000,- /m2/bulan
Foto 41. Fasad Plaza Semanggi yang didominasi papan iklan.
Foto 42. Interior Plaza Semanggi yang pada bagian atasnya terdapat celah untuk memasukkan cahaya alami.
Foto 43. Salah satu retail di Plaza Semanggi
Foto 44. Atrium Plaza Semanggi. Disekitar atrium terdapatnya lift dan eskalator.
69
Plaza Semanggi adalah mal yang targetnya kebanyakan adalah mahasiswa yang berkuliah
dan bekerja di sekitarnya, sehingga dalam yang paling banyak terdapat disini adalah tempat
belanja dan tempat makan. Plaza semanggi dikenal sebagai lifesyle shopping center yang
dikekelilingi oleh kawasan niaga dan bisnis, bukan lagi sekedar tempat berbelanja,
melainkan menjadi tempat berkumpul dan bersosialisasi serta melepas lelah setelah
seharian bekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pemilik retail di Plaza
Semanggi, harga sewa retailnya 60 juta/tahun dengan luas 7m2.
Fasilitas:
• ATM Centre
• Baby stroller
• Disabled toilet
• Driving waiting room
• Nursery room
• Shuttle bus
• Smooking area
70
IV.2.3. Analisa Pencapaian Menuju Tapak
Alternatif 1
Kelebihan :
• Berdasarkan arah jalan disekitar tapak, akan
memudahkan pengguna bangunan karena tidak perlu
berputar jauh dari sekitar tapak jika ingin masuk ke
dalam dan keluar tapak.
• Jalan di depan pintu masuk dan keluar merupakan
jalur 1 arah sehingga jalur keluar hanya mempunyai
1 alternatif.
• Untuk pengendara yang datang benhil hanya sedikit
melewati area 3 in 1 dan dapat keluar kea rah Benhil
jika terbentur masalah 3 in 1.
Kekurangan :
• Jalur masuk harus sedikit melewati area 3 in 1.
• Fasad yang terlihat lebih sempit dibanding fasad
yang terlihat di sisi lainnya.
SERVICE
OUT
IN
71
Alternatif 2
Alternatif 3
Kelebihan :
• Saat masuk pengguna bangunan dapat melihat fasad
yang lebih luas dibanding fasad yang di sisi lainnya.
• Mudah dijangkau dari jalan Benhil tanpa harus
melewati area 3 in 1.
Kekurangan :
• Jika datang dari jalan Jendral Sudirman belokan
menuju pintu masuk terlewat maka untuk menuju
kembali ke pintu masuk perlu memutar jauh.
• Saat keluar dari tapak langsung berada di jalan
Sudirman yang merupakan jalur 1 arah dan 3 in 1.
Kelebihan :
• Jalur keluar dan masuk ditempat yang sama
memudahkan pengunjung dalam mencari pintu
keluar mudah terlihat karena berada di jalan raya.
Kekurangan :
• Jalan di depan pintu masuk dan keluar merupakan
jalur 1 arah sehingga jalur keluar hanya mempunyai
1 alternatif.
• Fasad yang terlihat lebih sempit dibanding fasad
yang terlihat di sisi lainnya.
SERVICE
SERVICE
OUT
IN
OUT IN
72
Alternatif 4
Kesimpulan
Alternatif 1 dikombinasikan dengan alternatif 4
Mengingat ramainya lalu lintas disekitar tapak maka
lebih efektif jika terdapat dua pintu masuk pada tapak
hal ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan yang
berpusat pada satu area, serta memberikan jalur
alternatif bagi pengguna kendaraan yang menghadapi
masalah 3 in 1, tetapi tetap mempunyai pintu masuk di
jalan Sudirman yang lebih potensial.
Kelebihan :
• Jalur keluar dan masuk ditempat yang sama
memudahkan pengunjung dalam mencari pintu
keluar mudah terlihat karena berada di jalan raya.
• Saat masuk pengguna bangunan dapat melihat fasad
yang lebih luas dibanding fasad yang di sisi lainnya.
• Mudah dijangkau dari jalan Benhil tanpa harus
melewati area 3 in 1.
Kekurangan :
• Jika datang dari jalan Jendral Sudirman belokan
menuju pintu masuk terlewat maka untuk menuju
kembali ke pintu masuk perlu memutar jauh.
SERVICE
OUT
IN
OUT
IN
SERVICE
IN
73
IV.2.4. Analisa Sirkulasi Dalam Tapak
Alternatif 1
Alternatif 2
• Privasi berkurang karena jalur ini memutari seluruh
tapak, sehingga semua area bisa dilewati pengendara
mobil dan motor.
• Semua jalur satu arah kecuali area service.
• Salah satu jalur merupakan jalur dua arah, sehingga
pada jalur tersebut akan lebih padat
• Sebagian area menjadi lebih private
• Penghuni apartemen dan pengunjung mal tidak akan
melewati area service.
IN
OUT
SERVICE
SERVICE
OUT
IN
74
Alternatif 3
Kesimpulan
Alternatif 3
Sirkulasi ini dianggap paling tepat karena dengan disatukannya jalur apartemen dan mal
maka akan mengurangi pemakaian lahan dan menghindari jalur service serta pada jalur ini
orang hanya mempunyai dua pilihan yaitu keluar dari mal atau parkir di basement.
Perencanaan sirkulasi dalam tapak dapat dibedakan menjadi :
1. Sirkulasi kendaraan, yaitu pergerakan kendaraan dalam tapak yang dibawa oleh
penghuni maupun pengunjung, dalam hal ini kendaraan bermotor. Perencanaan
sirkulasi kendaraan dalam tapak terutama untuk mengatur sirkulasi kendaraan dan area
parkir kendaraan agar tidak terjadi cross/gangguan, oleh sebab itu harus direncanakan:
• Pemisahan antara sirkulasi kendaraan dan sirkuloasi manusia dengan jelas.
• Jalur kendaraan hanya satu sehingga area lain lebih
private sehingga bisa dimanfaatkan untuk hal-hal lain.
• Penghuni apartemen dan pengunjung mal tidak akan
melewati area service.
• Jalur sirkulasi sangat pendek sehingga dapat
menyebabkan kemacetan di jam-jam tertentu.
SERVICE
OUT
IN
75
• Akses keluar masuk kendaraan yang terpisah dengan jelas.
• Jumlah area pakir yang memadai, minimal harus sesuai dengan ratio parkir yang
ditetapkan.
2. Sirkulasi manusia, yaitu gerak pencapaian manusia dari dan menuju ke apartemen dan
mal yang dilakukan oleh penghuni, pengelola atau pengunjung dengan
mempertimbangkan kriteria:
• Sistem sirkulasi yang jelas antara pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor
dengan memberikan jalur pedestrian yang jelas dan nyaman untuk sirkulasi manusia.
• Faktor kenyamanan dan keselamatan pengunjung mal dan penghuni apartemen
dengan adanya lampu-lampu untuk penerangan pedestrian, pengerasan pedestrian
yang baik, aman dan nyaman untuk sirkulasi manusia.
• Jalan untuk sirkulasi manusia harus direncanakan untuk penanaman vegetasi yang
melindungi dari panas sinar matahari sepanjang pedestrian.
76
IV.2.5. Analisa Matahari
IV.2.6. Analisa Kebisingan
Pergerakan matahari diagonal pada
tapak, sehingga bangunan tidak secara
langsung menghadap ke arah barat.
Pada bangunan mal radiasi panas
dikurangi dengan mengkombinasikan
tampak yang transparan dengan
dinding masif. Sedangkan bangunan
apartemen, dibuat berbentuk tower
yang tidak beraturan sehingga tidak ada
bagian apartemen yang benar-benar
menghadap ke arah barat.
Daerah yang mempunyai tingkat kebisingan
tinggi seperti jalan raya Sudirman dan pasar
Benhil diberi vegetasi untuk mengurangi
kebisingan tersebut. Bangunan apartemen juga
dibuat menjauhi area pasar untuk mengurangi
kebisingan dari arah tersebut.
77
IV.2.7. Analisa Orientasi Bangunan
Bangunan apartemen berbentuk tower sehingga
bangunan berorientasi ke segala arah sehingga
setiap unit apartemen mendapat view yang
maksimal. Hal ini juga bertujuan untuk
memasukkan cahaya matahari semaksimal
mungkin ke dalam apartemen supaya dapat
menghemat penggunaan energi pada siang hari,
karena cahaya lampu dapat digantikan oleh
cahaya matahari alami.
78
IV.2.8. Analisa Zoning
Pertimbangan dalam melakukan analisa zoning pada tapak adalah:
• Bentuk tapak
• Sirkulasi di dalam tapak
• Hubungan kegiatan dalam tapak
• Kondisi tapak
• Tata ruang luar dalam perencanaan
• Jalanan utama di depan tapak
• Karakter lingkungan di sekitar tapak
PR IVATE
PUBL I C
PUBLIC
SERVICE APARTEMEN
APARTEMEN
MAL
79
IV.2.9. Analisa Tata Ruang Luar
Tata ruang luar pada tapak dibagi menjadi :
1. Ruang luar aktif
Merupakan ruang terbuka yang mengandung
unsur-unsur kegiatan didalamnya, dalam
perancangan, ruang luar aktif
dapat digunakan untuk :
• Jalur pedestarian untuk aktifitas sirkulasi manusia
• Fasilitas penunjang seperti kolam renang, olahraga
• Jalur akses sirkulasi kendaraan bermotor
2. Ruang luar pasif
Merupakan ruang luar terbuka yang tidak mengandung kegiatan manusia, dalam
perencanaan ruang luar pasif dimanfaatkan untuk :
• Ruang penerima
• Penyaring kebisingan kendaraan dengan penanaman vegetasi
• Tempat penyerapan air hujan
• Pendukung penampilan bangunan dipandang dari skala manusia
• Area penghijauan/taman
AKTIF
PAS I F
M A S S A
AKT I F
AKTIF
80
IV.3. Analisa Bangunan
IV.3.1. Analisa Jenis Massa Bangunan
Penerapan pola massa bangunan dapat di bagi menjadi 2, yakni :
Pola Massa Tunggal
o Kebutuhan lahan sempit.
o Pencapaian sirkulasi menjadi cepat dan efisien.
o Pengawasan dan Pemeliharaan lebih mudah.
o Sifat bangunan terpusat.
Pola Massa Majemuk
o Pola Perletakan massa dinamis
o Memerlukan lahan yang luas
o Pemisahan beberapa kelompok aktivitas
o Sifat bangunan menyebar dan memusat pada suatu
titik aktivitas.
Perancangan Apartemen dan Mal ini memilih jenis pola massa bangunan tunggal
melalui pertimbangan dalam berbagai hal, sebagai berikut :
Memenuhi fungsinya sebagai bangunan Mixed Use Building.
Adanya penggabungan aktivitas.
Pengawasan dan pemeliharaan lebih mudah.
Penggunaan fasilitas secara bersama.
Lahan yang sempit.
81
Dalam buku Architecture Form, Space and Order oleh Francis D.K. Ching,
disebutkan bahwa bentuk dasar bangunan secara umum ada tiga, yaitu:
Bentuk Keuntungan Kerugian
1. Segitiga Bentuk stabil dan
berkarakter kuat
Mudah digabungkan
menjadi bentuk-bentuk
geometris lain (misalnya
segienam, segidelapan,
dsb.)
Orientasi ruang pada tiap-
tiap sudutnya
Pengembangan ruang
pada ketiga sisinya
Kurang efisien
Fleksibilitas ruang
kurang
Layout ruang sulit
82
2. Segiempat Bentuk statis
Mudah dikembangkan ke
segala arah
Orientasi ruang pada
keempat sisi pembatasnya
Layout ruang baik dan
mudah
Ruang memiliki efisiensi
yang tinggi, mudah
digabungkan dengan
bentuk lain
Orientasi ruang
cenderung statis
3. Lingkaran
Bentuk halus
Orientasi ruang memusat
dan statis
Indah dilihat dari luar
Sulit dikembangkan
Fleksibilitas ruang
rendah
Sulit digabungkan
dengan bentuk lain
Layout ruang sulit
Kesimpulan
Massa bangunan mal yang akan direncanakan berbentuk memanjang sesuai dengan bentuk
tapak dengan 3 tower apartemen yang berada diatas bangunan mal. Bentuk tower dipilih
karena view yang didapat lebih maksimal serta lebih hemat energi karena lebih pendek.
Tabel 5. Bentuk Dasar Bangunan
83
IV.3.2. Analisa Bentuk Massa Bangunan
Massa bangunan ini berbentuk huruf
F, dimana di setiap celah bangunan
terdapat fasilitas di ruang terbuka
seperti fasilitas olah raga, tempat
bermain anak, dsb. Unit-unit
apartemennya sendiri tersusun
memanjang sehingga penggunaan
lahan lebih efektif.
Gbr 26. Kebagusan City, Jakarta Selatan
Gbr 27. StarCity, Jakarta Pusat
Bentuk massa bangunan ini bersifat
memusat, sehingga inti banguna
terdapat di tengah tetapi kelebihannya
adalah dengan bentuk setiap unit
apartemen yang tidak beraturan
memungkinkan view yang lebih
maksimal pada setiap unit apartemen
dan pencahayaan alami yang masuk
ke dalam ruangan lebih banyak.
84
Kesimpulan
Bentuk massa bangunan mal memanjang sesuai
dengan bentuk tapaknya. Selanjutnya bentuk
memanjang ini dimodifikasi dengan fungsi-fungsinya,
seperti bentuk lengkung pada main entrance mal
dengan permainan keluar masuk pada sisi panjang
bangunan. Sedangkan bentuk dasar apartemennya
adalah persegi, karena dari hasil studi banding bentuk
dasar ini memungkinkan sebuah unit apartemen
mendapatkan pencahayaan dan view yang maksimal.
Gbr 28. Serpong Town Square, Jakarta Barat
Konfigurasi Open “V”, dengan sudut setiap Wing extra lebar, (+1350) sehingga
sudut pandang dari masing-masing unit tidak terhalang secara langsung oleh
sisi tower/unit lainnya, menciptakan efek open window yang memberi kesan
lapang (spacious) pada setiap unit apartemen.
85
IV.3.3. Analisa Gubahan Massa dan Fasad Bangunan
Gbr 29 . Serpong Town Square, Jakarta Barat
Gbr 30. Kemang Village, Jakarta Barat
Bangunan ini juga menerapkan pola massa tunggal,
tetapi bagian bawah bukan hanya mal saja, tetapi
tower apartemen juga dapat diakses dari bawah,
sehingga terkesan bangunan mal berada di bagian
depan, sedangkan bangunan apartemen berada di
belakang. Fasad bangunan terlihat sangat modern dari
segi bentuk dan materialnya.
tersebut memungkinkan adanya fasilitas apartemen seperti fasilitas olahraga, dsb. Fasad
mal cukup atraktif dengan permainan warna cerah dan bentuk bulat pada pintu utama
mal, sedangkan fasad apartemen lebih sederhana karena lebih mengutamakan fungsinya.
Bangunan mixed use building
ini menerapkan pola massa
tunggal, dimana mal berada di
bagian bawah, sedangkan
apartemen berada di bagian
atas, dan terbagi atas 2 tower,
sehingga diantara kedua tower
86
Gbr 32. Schielandtoren, Rotterdam
Gbr 31. Season City, Jakarta Barat
Bangunan mixed use building ini juga menerapkan
pola massa tunggal, dimana mal berada di bagian
bawah, sedangkan apartemen berada di bagian atas,
tetapi karena lahannya yang cukup luas maka
apartemen hanya terdiri dari 1 tower yang
mengelilingi fasilitas apartemen seperti fasilitas olah
raga, tempat bermain anak, dsb. Fasad bangunan
terlihat begitu ramai dan padat dikarenakan banyaknya
pemasangan iklan dan apartemen yang dilihat dari sisi
ini terlihat berada di seluruh bagian atas mal.
Bangunan ini juga menerapkan pola massa tunggal,
tetapi bagian bawah bukan hanya mal saja, tetapi tower
apartemen juga dapat diakses dari bawah, sehingga
terkesan bangunan mal berada di bagian depan,
sedangkan bangunan apartemen berada di belakang.
Fasad bangunan mal cukup sederhana tetapi keliatan
menarik karena pintu masuknya yang bentuk dan
warnanya berbeda dengan bagian lainnya, sedangkan
fasad apartemennya hanya terdiri dari jendela unit
apartemen, tetapi keunikan bangunan ini terletak pada
bentuk bangunan apartemen yang tidak biasa, tetapi hal
ini menghasilkan view yang maksimal bagi penghuni
apartemen.
87
Kesimpulan
Bangunan apartemen yang terdiri dari 3 tower berada diatas mal. Area-area yang berada
diantara tower apartemen dapat dimanfaatkan sebagai area fasilitas apartemen seperti
kolam renang, dsb. Sedangkan bangunan mal seluruhnya berada di bagian bawah dengan
bentuk memanjang sesuai dengan bentuk tapaknya. Pintu masuk mal berbentuk lengkung
untuk menarik perhatian pengguna jalan yang melewati jalan tersebut.
88
IV.3.4. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan
Sirkulasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
Sirkulasi Horizontal dapat dibedakan menjadi 2 tipe, antara lain :
Jenis sirkulasi Keuntungan Kerugian
1. Linier
a. Linier menerus
b. Linier bertekuk
c. Linier berpotongan
d. Linier bercabang
e. Linier berbelok
Sirkulasi jelas dan
terarah
Mudah disesuaikan
dengan tapak yang
berkontur
Mudah dalam
pencapaian ke
bangunan
Kurang efisien
karena
membutuhkan
banyak ruang
89
f. Linier melingkar
2. Radial
Lintasan yang
berkembang dari atau
berhenti pada suatu pusat
titik yang sama
Memusatkan
kegiatan / orientasi
Efisiensi tinggi
karena hanya
membutuhkan
ruang minimal
Langsung dan
mudah untuk
mencapai titik
tertentu
Penyesuaian
terhadap kontur
cukup baik
Arah sirkulasi
terpusat pada satu
titik sehingga
perhatian ke titik-
titik lainnya
berkurang
Tabel 6. Jenis Sirkulasi Horizontal
90
Sirkulasi vertikal dapat dibedakan menjadi 2 tipe, antara lain :
o Lift / Elevator, berupa jalan penghubung antar lantai. Dimana dapat dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu lift pengunjung ( 20 -30 detik waktu tunggu, ukuran lift untuk
kapasitas orang adalah 2.70m x 2.70m), dan lift barang (0.25 – 1 menit/detik,
kapasitas barang 1- 5 ton).
Jumlah lift yang dibutuhkan :
T = (2h + 4s) (n - 1) + s (3 m + 4) detik s = (2.3 + 4.1) (12 – 1) + 1 (3.16 + 4) detik 1 = (6 + 4) (11) + 1 (48 +4) detik
= 110 + 52
= 162 detik
N = L. Netto . n . P. T 300. PB. m = 414,6 m2 . 12 . 0,03. 162 detik 300 . 3 . 16 = 24.179,472 14.400 = 1,679 ~ 2 lift per tower apartemen
Gbr 33. Lift
91
o Tangga dibedakan menjadi 2 macam yaitu tangga biasa dan tangga darurat. Tangga
biasa merupakan penghubung antar lantai tanpa menggunakan mesin biasanya
tangga hanya digunakan maksimal 4 lantai. Sedangkan tangga darurat di butuhkan
bilamana lift dan escalator tidak berfungsi pada saat darurat. Letak tangga harus
mudah dijangkau dengan jarak maksimum ke setiap titik adalah 30m, juga harus
mudah di lihat dan dapat langsung keluar ke area terbuka.
Kesimpulan
Untuk sirkulasi vertikal pada bangunan apartemen direncanakan menggunakan lift sebagai
sirkulasi utama, dan untuk bangunan mal menggunakan eskalator dan lift, sedangkan untuk
sirkulasi horizontal bangunan mal menggunakan sistem sirkulasi linear menerus, hal ini
dimaksudkan agar sirkulasi yang terbentuk dapat lebih terarah dan lebih jelas, serta
menyesuaikan bentuk massa bangunan yang berbentuk persegi panjang, sedangkan
bangunan apartemen menggunakan sirkulasi radial karena berbentuk persegi sehingga
bangunan berpusat di tengah.
Gbr 34. Tangga Kebakaran Gbr 35. Eskalator
92
Horizontal
Vertikal
93
IV.3.5. Analisa Sistem Massa Bangunan
IV.3.5.1. Analisa Struktur dan Konstruksi Bangunan
Sistem struktur pada perencanaan bangunan mal dan apartemen ini dipilih
berdasarkan beberapa kriteria seperti : faktor teknis bangunan meliputi kekakuan, kekuatan,
kestabilan, keamanan terhadap kebakaran, penempatan utilitas serta keadaan fisik tanah dan
kondisi sekitar. Struktur bangunan terbagi atas 2 bagian yaitu:
1. Sub-structure
Merupakan bagian struktur yang berhubungan langsung dengan tanah dan menyalurkan
beban-beban yang bekerja diatasnya ke tanah. Bagian yang termasuk Sub-structure
adalah pondasi, karena itu perhitungan pondasi harus dilakukan secara cermat karena
menopang seluruh beban bangunan.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan sub-structure :
• Jenis tanah, kedalaman dan daya dukungnya.
• Beban bangunan yang harus disalurkan ke tanah.
• Bahan bangunan yang dapat digunakan dan tersedia.
• Pertimbangan biaya pelaksanaan (bahan, lokasi dan tenaga kerja)
Jenis pondasi yang digunakan pada bangunan mal dan apartemen ini adalah pondasi
tiang pancang, dengan pertimbangan :
• Keuntungan : dapat menahan beban lebih besar, waktu pelaksanaan lebih cepat,
dan bahannya mudah didapat.
94
• Kerugian : pemasangan memberi pengaruh getaran pada lingkungan sekitar,
menimbulkan suara bising saat pemancangan, serta membutuhkan space yang
besar dalam proses pengangkutan tiang pancangnya.
2. Upper Structure
Merupakan struktur utama bangunan yang berfungsi menyalurkan beban hidup maupun
beban mati secara vertikal dan horizontal.
95
Sistem Pengkaku Gaya-gaya Horizontal
1. Frame/ Rangka Kaku
• Lebih mudah menggunakan beton
bertulang dibandingkan baja
• Hanya cocok untuk bangunan tingkat
rendah
2. Shear Wall/ Dinding Geser
• Sebagai pengkaku di selubung
bangunan atau pengkaku dalam
bangunan di dinding core
• Bisa dikombinasikan dengan struktur
rangka
3. Bracing/ Ikatan Silang
• Berada di fasad bangunan atau berada
dalam bangunan
• Biasanya menggunakan material baja
Gbr 36. Atas ke bawah: Frame, Shear
Wall, Bracing.
96
Kesimpulan
Pada bangunan apartemen ini struktur yang dipakai adalah struktur Rangka kaku, yaitu
struktur rangka yang terdiri dari kolom dan balok, pada proyek ini pemilihan rangka kaku
ini disebabkan karena jarak antar kolom yang dibuat berdasarkan modul sehingga,
strukturnya lebih rigid. Modul ini menjadi dasar struktur keseluruhan bangunan termasuk
bangunan mal.
Material sistem struktur kaku
1. Baja
• Waktu pelaksanaan relatif cepat
• Pada kondisi tanah yang buruk, baja lebih mudah berkarat karena lapisan tulang
besi baja tidak terlindungi oleh lapisan beton.
• Lebih sulit menghasilkan desain yang bentuknya fleksibel karena terdapat ukuran-
ukuran tertentu.
2. Beton bertulang
• Waktu pelaksanaan relatif lebih lama dari baja karena dicor di tempat.
• Pada kodisi tanah yang buruk, beton tidak mudah berkarat karena lapisan tulang
besi baja terlindung oleh lapisan beton.
• Lebih mudah menghasilkan desain yang bentuknya fleksibel karena dicor di tempat
sesuai bentuk yang diinginkan.
3. Beton pracetak
• Waktu pelaksanaan relatif cepat
97
• Kurang cocok untuk ketahanan gempa karena dalam system pracetak sulit untuk
mendapatkan struktur yang monolit atau menerus.
Kesimpulan
Berdasarkan analisa diatas maka bahan struktur yang cocok untuk dipakai adalah
konstruksi beton bertulang dengan pertimbangan bahwa perencanaan apartemen dan mal
dengan menggunakan bahan beton bertulang akan lebih kuat, tidak berkarat, dan lebih
fleksibel terhadap rancangan.
Struktur yang terletak diatas memiliki 2 komponen yaitu :
Sistem Pengkaku Gaya Horizontal
• Struktur Rangka
Menggunakan unsur balok bagi unsur horizontal untuk mendistribusikan beban
menuju ke kolom. Untuk unsur vertikal digunakan kolom yang berfungsi
meneruskan beban ke pondasi, sistem ini mempunyai daya tahan gempa yang baik.
Sistem Pengkaku Gaya Vertikal
• Balok
Merupakan penyalur beban menuju komponen struktur vertikal, disamping
memperkaku struktur, sekaligus mengikat komponen struktur vertikal.
• Plat Lantai
98
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung (lantai tingkat)
yang didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom bangunan.
Fungsi plat lantai :
• Memisahkan ruang bawah dan ruang atas
• Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas
• Tempat penenmpatan instalasi ME pada rongga dibawahnya.
• Menambah kekuatan bangunan pada arah horizontal
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh beban yang harus didukung, lebar bentangan,
dan bahan konstruksi platnya. Bahan untuk plat lantai terbuat dari beton dan baja,
keuntungannya :
• Daya dukung besar dan lebih tahan api
• Merupakan isolasi suara yang baik
• Mempunyai umur yang panjang/lebih awet
IV.3.5.2. Analisa Utilitas Bangunan
Utilitas bangunan merupakan salah satu faktor keamanan dan kenyamanan
dalam kelangsungan kegiatan pada gedung perpustakaan tersebut. Oleh karena itu
dipertimbangkan beberapa hal, yakni adanya kenyamanan pada pengguna atas
temperature suhu, cahaya, kebisingan, dan keamanan akan bahaya kebakaran dan
kriminalitas, serta kemudahan dalam pemasangan dan pemeliharaan peralatan.
99
Gbr 37. Kinerja Bangunan Tinggi yang diinginkan
100
IV.3.5.3. Sistem Pencahayaan
1. Pencahayaan buatan
Pada seluruh bangunan dilengkapi lampu yang berfungsi untuk menerangi seluruh
ruangan. Sumber daya untuk pencahayaan buatan ini berasal dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN), genset atau diesel yang dipergunakan apabila listrik dari
PLN padam.
Kebutuhan kuat penerangan untuk ruangan :
Hunian 100-250 lux
- Ruang makan, ruang tamu, ruang kerja 120-150 lux
- Kamar tidur orang tua, kamar mandi, dapur 250 lux
- Kamar tidur anak 120 lux
Pusat perbelanjaan 500 lux
- Restoran/Toko 200-500 lux
- Basemen, gudang, tangga, teras, wc, koridor 100-150 lux
2. Pencahayaan alami
Beberapa bagian bangunan yang bisa diberi bukaan, memanfaatkan cahaya alami
sebagai penerangan pada siang hari, sehingga lampu hanya digunakan saat hari
sudah gelap. Hal ini disesuaikan dengan konsep hemat energi yang ingin
diterapkan pada bangunan ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan
penerangan alami adalah cahaya yang masuk harus merata ke seluruh ruangan,
101
dan tidak terlalu silau serta harus cukup kuat sehingga tanpa penerangan buatan
manusia dapat melihat dengan jelas.
IV.3.5.4. Sistem Penghawaan
1. Pengudaraan buatan
• Pada seluruh bangunan mal menggunakan pengudaraan buatan yaitu AC
Central, karena sistem ini biasanya digunakan untuk ruangan besar
• Pada unit-unit apartemen menggunakan pengudaraan buatan yaitu AC Split,
karena sistem ini dapat mengatur temperatur udara yang diinginkan secara
sendiri pada masing-masing ruangan.
Gbr 38. AC Central
102
2. Pengudaraan alami
• Koridor apartemen diberi bukaan sehingga pengudaraannya hanya
mengandalkan ventilasi alami.
Daerah nyaman thermal bagi manusia dapat dilihat pada temperatur tertentu :
- Rentang temperatur antara ( 24 – 28 ) ° C.
- Kelembaban ( RH ) ( 40 – 60 ) %.
- Aliran uadara ( air velacity ) : 0 – 0, 20 m/dtk.
Tingkat pengkondisian ruangan yang di inginkan dalam menjaga kualitas koleksi
adalah sebagai berikut :
- Temperatur 22 – 24 ºC untuk ruang koleksi buku, ruang baca dan ruang kerja.
- Temperature 20 ºC untuk ruang komputer.
- Kelembapan 40 - 50%
Gbr 39. AC Split
103
IV.3.5.5. Sistem Penyediaan Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM) yang
kemudian ditampung pada reservoir atas lalu di distribusikan ke ruang–ruang
yang membutuhkan, instalasi air bersih ini digunakan untuk :
Instalasi pendingin mesin AC.
Instalasi untuk toilet, dapur, dan kamar mandi.
Instalasi untuk keamanan kebakaran seperti fire hydran dan springkler.
IV.3.5.6. Sistem Pembuangan Limbah
Pembuangan limbah ini dibagi menjadi 2 yaitu limbah sampah dan limbah
cairan/padat. Pembuangan limbah sampah berupa sistem pengumpulan pada suatu
area kemudian di angkut oleh truk ke lokasi pembuangan akhir. Sedangkan
limbah cairan/padat berupa air hujan, air kotor pada kamar mandi semuanya
diteruskan melalui talang vertikal yang tertanam di dinding disalurkan ke riol
104
saluran bawah dan di lanjutkan ke riol kota, tiap jarak tertentu mempunyai bak
kontrol. Sedangkan limbah padat di salurkan melalui proses penetralan di STP.
IV.3.5.7. Sistem Penanggulan Kebakaran
Kebakaran dapat terjadi akibat dari kelalain atau kesengajaan manusia
dalam menyalakan api yang tidak terkendali, sehingga dapat memakan jiwa
korban dan harta benda. Oleh karena itu perlu adanya pencegahan melalui
beberapa langkah, diantaranya adalah :
• Sistem deteksi, antara lain : Heat Detector untuk mendeteksi panas, Smoke
Detector untuk mendeteksi asap, Flame Detector untuk mendeteksi lidah api.
• Titik Panggil Manual (TPM) Ini adalah alat yang dioperasikan secara
manual untuk memberikan isyarat adanya kebakaran. TPM yang digunakan
adalah tombol yang ditekan secara manual jika terjadi kebakaran.
• Lampu Darurat, Lampu yang akan menyala begitu alarm aktif.
• Sistem Komunikasi Darurat, Sistem ini akan mematikan sarana yang ada
secara otomatis jika terjadi kebakaran. Contohnya lift akan tidak berfungsi
jika sistem mendeteksi terjadinya kebakaran.
• Pemadaman, Untuk memadamkan kebakaran, digunakan:
• Sprinkler, memadamkan api dengan cara menyemprotkan air atau bahan
pemadam lainnya seperti gas (Dry Portable Extinguishers) untuk area
khusus seperti ruang koleksi dan ruang penyimpan arsip, secara otomatis
pada ruang yang terbakar. Radius yang dapat dijangkau adalah 25 m2/unit.
105
• Hidran kebakaran, radius pelayanan adalah 30 m2/unit
• Hidran Luar, radius pelayanan adalah 30 m2/unit dan area pelayanan adalah
800 m2
• Pemadam Ringan (Fire Extinguisher), merupakan pemadam berisi bahan
kimia yang dapat digunakan dengan cara dibawa.
Gbr 41. Kotak Hidran
Gbr 42. Hidran Halaman dan Katup ‘Siamese’
Gbr 40. Sprinkler
106
• Alat Bantu evakuasi berupa tangga darurat yang dilengkapi dengan blower
untuk menekan asap keluar bangunan, serta pintu dan dinding tahan api.
IV.3.5.8. Sistem Penangkal Petir
Penangkal petir merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk
menangkal petir yang menyambar dengan menyalurkannya ke dalam tanah. Ada
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sistem penangkal
petir yaitu faktor ekonomis, memperhatikan keserasian arsitekturnya dengan tetap
menjaga keamanan teknis, serta ketahanan terhadap mekanis dan terhadap korosi.
Salah satu sistem yang digunakan adalah sistem faraday dengan menghubungkan
kawat tembaga ke saluran arde didalam tanah, sistem ini efisien namun
memerlukan biaya yang cukup mahal.
107
IV.3.5.9. Sistem Instalasi Listrik
Instalasi listrik perlu dipersiapkan dalam bangunan ini karena untuk
menunjang seluruh kegiatan yang ada. Sumber listrik utama berasal dari PLN,
yang disalurkan melalui gardu utama kemudian di teruskan ke ruang – ruang.
Untuk melayani kebutuhan listrik dalam keadan darurat digunakan genset.
Gbr 43. Skematik Sistem Penangkal Petir Sangkar Faraday