bab iv analisa dan pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/bab4_05-88.pdf ·...
TRANSCRIPT
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Merek-merek Sepeda Motor
4.1.1. HONDA
PT Astra Honda Motor, sebagai produsen produk sepeda motor merek
HONDA, merupakan suatu perusahaan manufakturing sepeda motor pertama dan
terbesar di Indonesia. PT Astra Honda Motor juga merupakan sinergi keunggulan
teknologi dan jaringan pemasaran di Indonesia, sebuah pengembangan kerja sama
antara Honda Motor Company Limited, Jepang, dan PT Astra International Tbk,
Indonesia.
Pada awal pendirian nama yang digunakan adalah PT Federal Motor,
didirikan pada tanggal 11 Juni 1971. Pada saat itu kepemilikan saham mayoritas
dimiliki oleh PT Astra International Tbk. Baru pada tahun 2000 setelah terjadi merger
dengan beberapa anak perusahaan, serta adanya perubahan komposisi kepemilikan
saham (50% PT Astra International Tbk dan 50% Honda Motor Co. Japan); nama
49
50
perusahaan berubah menjadi PT Astra Honda Motor dan secara resmi digunakan
sejak tanggal 31 Oktober 2001. Berdasarkan data per Juli 2004, karyawan PT Astra
Honda Motor mencapai 9.000 orang.
Pada saat awal terbentuknya perusahaan, keseluruhan komponen masih
didatangkan dari Jepang dalam bentuk terurai atau CKD (Completely Knock Down).
Baru mulai tahun 1974 seiring dengan ketentuan pemerintah untuk melakukan
program lokalisasi komponen, secara bertahap komponen mulai dibuat di dalam
negeri. Jenis komponen yang diproduksi secara lokal, kandungannya selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini kandungan lokal untuk tipe bebek sudah
mencapai 92%. Ini berarti hanya tinggal 8 % komponen lagi yang perlu diimpor dari
luar, dimana jumlah inipun hanya yang berkaitan dengan bagian engine (mesin) saja.
Diluar itu seluruhnya sudah diproduksi di dalam negeri.
Jumlah produksi mengalami peningkatan secara bertahap, mulai dari total
produksi yang sekitar 1500 unit selama tahun 1971, meningkat menjadi 30 ribu unit
pada tahun berikutnya, sampai 30 tahun kemudian (tahun 2002) dimana produksi
mampu mencapai 150 ribu unit per-bulannya.
Jumlah akumulasi produksi PT Astra Honda Motor saat ini mencapai lebih
dari 10 juta unit (jumlah akumulasi produksi 10 juta unit dicapai pada tanggal 26 Mei
51
2003) dan mampu memproduksi sekitar 1,5 juta unit per-tahunnya. Pada tahun 2004,
Honda memproduksi sepeda motornya lebih dari 2 juta unit (menguasai 53,46 persen
pangsa pasar).
Perkembangan produksi sepeda motor Honda dapat dilihat pada grafik di
bawah ini.
0500000
1000000150000020000002500000
Unit
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Year
Jumlah Produksi Sepeda Motor HONDA
Gambar 4.1. Grafik Jumlah Produksi Sepeda Motor Honda
*Sumber: PT Astra Honda Motor (www.astra-honda.com)
Dealer-dealer resmi Honda tesebar di kota-kota seluruh Indonesia. Menurut
data tahun 2003, jumlah dealer-dealer dan service resmi Honda sebanyak 1933 buah.
Adapun jenis sepeda motor yang diproduksi oleh PT Astra Honda Motor adalah:
Honda Tiger (200 cc), Honda Phantom (200 cc), Honda Mega Pro (160 cc), Honda
GL Max (125 cc), Honda Kharisma X (125 cc), Honda Kirana (125 cc), Honda Supra
X (100 cc), Honda Supra Fit (100 cc), Honda Legenda 2 (100 cc), dan Honda Win
(100 cc).
52
4.1.2. SUZUKI
Sepeda motor merek Suzuki diproduksi oleh PT Indomobil Suzuki
Internasional yang merupakan anak perusahaan dari PT Indomobil Sukses
Internasional Tbk. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (Perseroan) merupakan
salah satu kelompok usaha otomotif yang terbesar dan terkemuka di Indonesia,
dengan fokus usaha di bidang ritel, pelayanan purna jual dan pembiyaan kendaraan
bermotor. PT Indomobil Sukses Internasional didirikan pada tanggal 20 Maret 1987.
PT Indomobil Suzuki Internasional didirikan pada bulan Januari 1991 dan
mempunyai saham sebesar 9 persen dari induk perseroannya. Pada tahun 2001, PT
Indomobil Suzuki Internasional memproduksi sepeda motornya sebanyak
300,103 unit dan berhasil menjualnya sebanyak 299,643 unit sepeda motor. PT
Indomobil Suzuki Intenasional, yang mempunyai karyawan sebanyak 3800 orang,
selama tahun fiskal 2003 mampu menjual 630.000 unit sepeda motor dan 844.235
unit sepeda motor pada tahun fiskal 2004, menguasai 20,78 persen dari pangsa pasar
sepeda motor di Indonesia.
Dealer-dealer resmi sepeda motor Suzuki yang tersebar di seluruh Indonesia
sebanyak 99 buah (sumber data: www.indomobil.com). Adapun produk-produk
sepeda motor Suzuki adalah: Suzuki Smash, Suzuki Smash Street Runner, Suzuki
53
Satria 120 R, Suzuki TS 125, Suzuki Thunder 125, dan Suzuki Thunder Econos untuk
jenis motor bebek; sedangkan untuk jenis Completely Built Up (CBU) adalah Suzuki
Satria F150, Suzuki Raider, Suzuki Intruder, Suzuki Sky Wave, Suzuki FXR 150, dan
Suzuki GSX R750.
4.1.3. YAMAHA
Produk sepeda motor Yamaha mulai beroperasi di Indonesia pada tanggal 6
Juli 1974 dibawah lisensi PT Yamaha Motor Kencana Indonesia. PT Yamaha Motor
Kencana Indonesia - yang 100% kepemilikan Yamaha Motor Co Ltd Jepang –
memperkerjakan 5.388 orang karyawan (data per Desember 2003).
Pada tahun 2001, Yamaha memproduksi sepeda motornya sebanyak
332.512 unit, sedangkan penjualannya sendiri mencapai 335.725 unit sepeda motor.
Pada tahun 2004, Yamaha telah menargetkan penjualan sebanyak 870.000 unit yang
lebih tinggi dari pencapaian tahun 2003 sebesar 570.000 unit; dimana untuk tahun
2004 Yamaha berhasil menjual sebanyak 884.084 unit (22,44 persen).
PT Yamaha Motor Kencana Indonesia yang memproduksi sepeda motor
Yamaha memiliki lebih dari 800 dealer resmi dan menyediakan lebih dari 140.000
jenis suku cadang. Adapun produk-produk sepeda motor Yamaha adalah Nouvo Z,
54
Mio Sporty, Mio, Scorpio Z, Jupiter Z Velg Racing, Jupiter-Z, Vega-R Disc Brake,
F1ZR Velg Racing, dan RX King.
Pasar sepeda motor di Indonesia yang semakin berkembang pesat
mengukuhkan niat Yamaha Motor Co Ltd Jepang untuk mendirikan pabrik baru di
Indonesia. Pabrik baru yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat, itu akan
menggunakan nama PT Yamaha Motor Manufacturing West Java (YMMWJ) dan
menghabiskan investasi sebesar 14,7 juta dollar AS. Pabrik yang akan berdiri di atas
lahan seluas 300.000 meter persegi itu akan memproduksi sepeda motor Yamaha
sebanyak 300.000 unit pada tahun 2006 dan meningkat lagi menjadi 600.000 unit
pada tahun 2007. Dengan kemampuan produksi pabrik baru, maka pada tahun 2008
bersama dengan pabrik Yamaha di Pulo Gadung Yamaha akan memproduksi sepeda
motor sebanyak 1,8 juta unit setiap tahun.
4.1.4. KAWASAKI
Sepeda motor merek Kawasaki diproduksi oleh PT Kawasaki Motor
Indonesia, dimana perusahaan ini berdiri pada tahun 1994. Pada tahun 2001 produksi
sepeda motor Kawasaki mencapai 65.685 unit sedangkan penjualannya mencapai
66.709 unit. Pada tahun 2004, penjualan produk sepeda motor Kawasaki untuk semua
55
tipe terjual sebanyak 107.106 unit dan menguasai hanya 2,57 persen pangsa pasar
sepeda motor di Indonesia.
Main dealer sepeda motor Kawasaki di Indonesia berjumlah 47 buah. Untuk
wilayah Jakarta main dealer Kawasaki sebanyak 21 buah dan sub dealernya
berjumlah 81 buah. Adapun produk-produk yang diproduksi oleh PT Kawasaki
Motor Indonesia adalah Blitz R, Kaze R, Kaze ZX 130, Ninja R, Ninja RR, Blitz Joy,
dan Ninja 150.
4.2. Hasil Survei
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa apakah ada hubungan antara
Brand Favorable dengan Perceived Quality, Perceived Value dan Willingness to Buy
pada beberapa produk sepeda motor (Honda, Suzuki, Yamaha, dan Kawasaki).
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari pengisian
kuesioner yang telah disebarkan kepada 100 (seratus) orang responden untuk setiap
mereknya. Jadi total responden dalam penelitian ini berjumlah 400 orang dan disebar
secara acak di showroom-showroom dan/atau service centre keempat merek sepeda
56
motor tersebut di Jakarta. Target responden dalam penelitian ini adalah masyarkat
umum yang memakai merek-merek sepeda motor tersebut di atas.
Profil responden dalam survei ini terdiri dari kategori jenis kelamin, usia,
status, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan jumlah penghasilan.
4.2.1. Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan hasil survei dari 4 (empat) merek sepeda motor tersebut jenis
kelamin pemakai sepeda motor Honda terdiri dari 85 pria (85%) dan 15 wanita
(15%).
Jenis Kelamin Responden
85%
15%
Pria Wanita
Gambar 4.2. Jenis Kelamin Responden Pemakai Sepeda Motor Honda
(Sumber: Hasil Kuesioner)
Pemakai sepeda motor Suzuki terdiri dari 100 pria (100%) dan tidak ada
responden wanita (0%).
57
Jenis Kelamin Responden
100%
0%
Pria Wanita
Gambar 4.3. Jenis Kelamin Responden Pemakai Sepeda Motor
Suzuki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
Pemakai sepeda motor Yamaha terdiri dari 100 pria (100%) dan tidak ada
responden wanita (0%).
Jenis Kelamin Responden
100%
0%
Pria Wanita
Gambar 4.4. Jenis Kelamin Responden Pemakai Sepeda Motor Yamaha
(Sumber: Hasil Kuesioner)
Sedangkan untuk responden pemakai sepeda motor Kawasaki berjumlah
100 pria (100%) dan tidak ada responden wanita (0%).
58
Jenis Kelamin Responden
100%
0%
Pria Wanita
Gambar 4.5. Jenis Kelamin Responden Pemakai Sepeda Motor Kawasaki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
4.2.2. Usia Responden
Dari segi usia responden, pemakai sepeda motor Honda yang berusia di
bawah 20 tahun sebanyak 9 orang (9%), 38 orang (38%) berusia antara 21-30 tahun,
41 orang (41%) berusia antara 31-40 tahun, dan 12 orang (12%) berusia di atas 41
tahun.
Usia Responden9%
38%41%
12%
<20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun >41 tahun
Gambar 4.6. Usia Responden Pemakai Sepeda Motor Honda
(Sumber: Hasil Kuesioner)
59
Pemakai sepeda motor Suzuki yang berusia di bawah 20 tahun berjumlah 9
orang (9%), 58 orang (58%) yang berusia antara 21-30 tahun, 27 orang (27%) berusia
antara 31-40 tahun, dan 6 orang (6%) berusia di atas 41 tahun.
Usia Responden
9%
58%
27%
6%
<20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun >41 tahun
Gambar 4.7. Usia Responden Pemakai Sepeda Motor Suzuki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
Untuk pemakai sepeda motor Yamaha, responden yang berusia di bawah 20
tahun sebanyak 15 orang (15%), 71 orang (71%) berusia 21-30 tahun, 10 orang (10%)
berusia 31-40 tahun, dan 4 orang (4%) berusia di atas 41 tahun.
Usia Responden15%
71%
10% 4%
<20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun >41 tahun
Gambar 4.8. Usia Responden Pemakai Sepeda Motor Yamaha
(Sumber: Hasil Kuesioner)
60
Sedangkan untuk responden pemakai sepeda motor Kawasaki yang berusia
di bawah 20 tahun sebanyak 20 orang (20%), 50 orang (50%) berusia antara 21-30
tahun, 21 orang (21%) berusia antara 31-40 tahun, dan 9 orang (9%) berusia di atas
41 tahun.
Usia Responden
20%
50%
21%
9%
<20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun >41 tahun
Gambar 4.9. Usia Responden Pemakai Sepeda Motor Kawasaki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
4.2.3. Status Responden
Dari kategori status responden, pemakai sepeda motor Honda 35 orang
(35%) belum menikah dan 65 orang (65%) berstatus menikah.
Status Responden
35%
65%
Belum Menikah Menikah
Gambar 4.10. Status Responden Pemakai Sepeda Motor Honda
(Sumber: Hasil Kuesioner)
61
Untuk pemakai sepeda motor Suzuki, responden yang belum menikah
sebanyak 60 orang (60%) dan yang menikah sebanyak 40 orang (40%).
Status Responden
60%
40%
Belum Menikah Menikah
Gambar 4.11. Status Responden Pemakai Sepeda Motor Suzuki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
Total pemakai sepeda motor Yamaha yang belum menikah sebanyak 83
orang (83%) dan yang berstatus menikah sebanyak 17 orang (17%).
Status Responden
83%
17%
Belum Menikah Menikah
Gambar 4.12. Status Responden Pemakai Sepeda Motor Yamaha
(Sumber: Hasil Kuesioner)
62
Sedangkan responden pemakai sepeda motor Kawasaki yang belum
menikah sebanyak 75 orang (75%) dan yang berstatus menikah sebanyak 25 orang
(25%)
Status Responden
75%
25%
Belum Menikah Menikah
Gambar 4.13. Status Responden Pemakai Sepeda Motor Kawasaki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
.
4.2.4. Pendidikan Terakhir Responden
Dari segi kategori pendidikan terakhir responden, mayoritas pemakai sepeda
motor Honda adalah lulusan SLTA dengan jumlah 42 orang (42%), kemudian 30
orang (30%) lulusan Diploma, 13 orang (13%) lulusan SLTP, 12 orang (12%) lulusan
S1, 2 orang lulusan S2, dan 1 orang (1%) adalah lulusan SD.
63
Pendidikan Terakhir Responden
1% 13%
42%30%
12% 2%
SD SLTP SLTA D1/D2/D3 S1 Lain-lain
Gambar 4.14. Pendidikan Terakhir Pemakai Sepeda Motor Honda
(Sumber: Hasil Kuesioner)
Mayoritas pemakai sepeda motor Suzuki sebanyak 48 orang (48%)
berpendidikan S1, 30 orang (30%) lulusan SLTA, 12 orang (12%) lulusan Diploma,
10 orang (10%) lulusan SLTP, dan tidak ada responden yang lulusan SD atau lulusan
lainnya (0%).
Pendidikan Terakhir Responden0% 10%
30%
12%
48%
0%
SD SLTP SLTA D1/D2/D3 S1 Lain-lain
Gambar 4.15. Pendidikan Terakhir Responden Pemakai
Sepeda Motor Suzuki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
64
Untuk responden pemakai sepeda motor Yamaha, mayoritas adalah lulusan
S1 sebanyak 47 orang (47%), 32 orang (32%) lulusan Diploma, 21 orang (21%)
lulusan SLTA, dan tidak ada responden (0%) untuk lulusan SD, SLTP dan lain-lain.
Pendidikan Terakhir Responden0%0%
21%
32%
47%
0%
SD SLTP SLTA D1/D2/D3 S1 Lain-lain
Gambar 4.16. Pendidikan Terakhir Responden Pemakai Sepeda
Motor Yamaha
(Sumber: Hasil Kuesioner)
Sedangkan untuk responden pemakai sepeda motor Kawasaki adalah 26
orang (26%) lulusan SLTA, 31 orang (31%) lulusan Diploma, 43 orang (43%)
lulusan S1, dan tidak ada responden (0%) lulusan SD, SLTP maupun lulusan lainnya.
Pendidikan Terakhir Responden0%0%
26%
31%
43%
0%
SD SLTP SLTA D1/D2/D3 S1 Lain-lain
Gambar 4.17. Pendidikan Terakhir Responden Pemakai Sepeda Motor Kawasaki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
65
4.2.5. Pekerjaan Responden
Berdasarkan hasil survei pada kategori pekerjaan, responden pemakai
sepeda motor Honda adalah 10 orang (10%) sebagai pegawai negeri, 59 orang (59%)
pegawai swasta, 19 orang (19%) wiraswasta, 6 orang (6%) pelajar/mahasiswa, dan 6
orang (6%) pekerjaan lain.
Pekerjaan Responden
10%
59%
19%
6% 6%
Pegaw ai Negeri Pegaw ai Sw asta Wirasw asta
Pelajar/Mahasisw a Lain-lain
Gambar 4.18. Pekerjaan Responden Pemakai Sepeda Motor Honda
(Sumber: Hasil Kuesioner)
Pekerjaan responden pemakai sepeda motor Suzuki adalah 3 orang (3%)
pegawai negeri, 54 orang (54%) pegawai swasta, 18 orang (18%) wiraswasta, 23
orang (23%) pelajar/mahasiswa, dan 2 orang (12%) pekejaan lainnya.
66
Pekerjaan Responden3%
54%18%
23%2%
Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta
Pelajar/Mahasiswa Lain-lain
Gambar 4.19. Pekerjaan Responden Pemakai Sepeda Motor Suzuki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
Untuk responden pemakai sepeda motor Yamaha, 78 orang (78%) adalah
pegawai swasta, 8 orang (8%) wiraswasta, 14 orang (14%) pelajar/mahasiswa, dan
tidak ada responden (0%) yang pegawai negeri maupun pekerjaan lainya.
Pekerjaan Responden0%
78%
8%
14% 0%
Pegawai Negeri Pegawai SwastaWiraswasta Pelajar/MahasiswaLain-lain
Gambar 4.20. Pekerjaan Responden Pemakai Sepeda Motor Yamaha
(Sumber: Hasil Kuesioner)
67
Sedangkan untuk responden pemakai sepeda motor Kawasaki adalah 73
orang (73%) pegawai swasta, 7 orang (7%) wiraswasta, 20 orang (20%)
pelajar/mahasiswa, dan tidak ada responden (0%) yang pegawai negeri dan pekerjaan
lainnya.
Pekerjaan Responden0%
73%
7%
20%0%
Pegawai Negeri Pegawai SwastaWiraswasta Pelajar/MahasiswaLain-lain
Gambar 4.21. Pekerjaan Responden Pemakai Sepeda Motor Kawasaki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
4.2.6. Penghasilan Responden
Hasil survei ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden pemakai
sepeda motor Honda (59%) berpenghasilan antara Rp 1-3 juta, 29 orang (19%)
berpenghasilan di bawah Rp 1 juta, 12 orang (12%) berpenghasilan di asta Rp 5 juta,
dan 9 orang (9%) berpenghasilan antara Rp 3-5 juta.
68
Penghasilan Responden
29%
50%
9%12%
< Rp 1.000.000 Rp 1.000.001-Rp 3.000.000
Rp 3.000.001-Rp 5.000.000 > Rp 5.000.001
Gambar 4.22. Penghasilan Responden Pemakai Sepeda Motor Honda
(Sumber: Hasil Kuesioner)
Untuk pemakai sepeda motor Suzuki, responden yang berpenghasilan
kurang dari Rp 1 juta sebanyak 30 orang (30%), 63 orang (63%) berpenghasilan
antara Rp 1-3 juta, 4 orang (4%) berpenghasilan antara Rp 3-5 juta, dan 3 orang (3%)
berpenghasilan di atas Rp 5 juta.
Penghasilan Responden (per bulan)
30%
63%
4% 3%
< Rp 1.000.000 Rp 1.000.001-Rp 3.000.000
Rp 3.000.001-Rp 5.000.000 > Rp 5.000.001
Gambar 4.23. Penghasilan Responden Pemakai Sepeda Motor Suzuki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
69
Responden pemakai sepeda motor Yamaha berpenghasilan di bawah Rp 1
juta sebanyak 58 orang (58%), antara Rp 1-3 juta sebanyak 26 orang (26%), antara
Rp 3-5 juta sebanyak 14 orang (14%), dan lebih dari Rp 5 juta sebanyak 2 orang
(2%).
Penghasilan Responden
58%26%
14% 2%
< Rp 1.000.000 Rp 1.000.001-Rp 3.000.000
Rp 3.000.001-Rp 5.000.000 > Rp 5.000.001
Gambar 4.24. Penghasilan Responden Pemakai Sepeda MotorYamaha
(Sumber: Hasil Kuesioner)
Sedangkan untuk pemakai sepeda motor Kawasaki, responden yang
berpenghasilan kurang dari Rp 1 juta sebanyak 53 orang (53%), antara Rp 1-3 juta
sebanyak 20 orang (20%), antara Rp 3-5 juta sebanyak 20 orang (20%), dan 7 orang
(7%) berpenghasilan di atas Rp 5 juta.
70
Penghasilan Responden
20%
7%
20%
53%
< Rp 1.000.000 Rp 1.000.001-Rp 3.000.000
Rp 3.000.001-Rp 5.000.000 > Rp 5.000.001
Gambar 4.25. Penghasilan Responden Pemakai Sepeda Motor
Kawasaki
(Sumber: Hasil Kuesioner)
4.3. Analisa Dan Pembahasan
Merek merupakan salah satu indikator kualitas sekaligus indikator evaluasi
konsumen terhadap suatu produk. Merek dapat menekankan perihal eksistensi dari
suatu produk, dapat menggambarkan fungsi dari suatu produk, mutu suatu produk
bahkan dapat menggambarkan citra dari suatu perusahaan secara keseluruhan. Namun
tidak semua merek dapat dikategorikan sebagai indikator kualitas suatu produk. Yang
dapat diindikatorkan sebagai produk yang berkualitas hanya nama merek yang
favorable (Brand favorable).
71
Nama merek yang favorable dapat dikategorikan sebagai merek yang telah
memiliki ekuitas tinggi. Ekuitas merek yang semakin tinggi dapat dikatakan dapat
berpengaruh kepada semakin tingginya kesetiaan konsumen terhadap merek tersebut,
selain itu nama merek yang favorable dapat membuat suatu persepsi dari konsumen
yaitu produk tersebut bermutu bagus, dan yang terpenting adalah merek tersebut
memiliki kesadaran merek dibenak konsumen (brand awareness). Merek yang
favorable tentunya dapat memberikan nilai yang lebih dimata masyarakat dan
perusahaan.
4.3.1. Brand Favorable
Nama merek favorable (brand favorable) diukur dari:
• Brand awareness (kesadaran merek)
• Brand acceptability (penerimaan merek)
• Brand preference (preferensi merek)
• Brand loyalty (kesetiaan merek)
72
4.3.1.1. Kesadaran/ingatan Konsumen terhadap Merek
Responden mempunyai kesadaran/merek yang baik terhadap keempat
produk sepeda motor yang kami teliti. Dimana nilai rata-rata untuk produk Honda
sebesar 2,98, berarti ingatan konsumen terhadap produk ini Baik; nilai rata-rata
produk Suzuki lebih baik yaitu sebesar 3,24 dan apabila berikutnya kita lihat produk
Yamaha dan kawasaki, konsumen memiliki ingatan yang paling tinggi yaitu sebesar
3,54 dan 3,59. ini berarti kesadaran/ingatan konsumen terhadap produk Kawasaki
sangat baik.
4.3.1.2. Penerimaan Konsumen terhadap Merek
Konsumen memiliki penerimaan yang baik terhadap keempat produk sepeda
motor yang kami yang kami teliti. Nilai rata-rata yang diterima oleh produk Honda,
Suzuki dan Kawasaki adalah 2,72, 3 dan 3,25. dan penerimaan produk yang sangat
baik adalah produk Yamaha dengan nilai rata-rata 3,40. Penerimaan produk yang
sangat baik bagi konsumen sepeda motor Yamaha, menyebabkan konsumen Yamaha
enggan untuk memakai sepeda motor selain merek Yamaha. Hal ini merupakan hal
yang sangat penting untuk diperhatikan oleh produsen sepeda motor, karena dapat
kita lihat tingkat kesetiaan untuk memakai produk sepeda motor tersebut.
73
4.3.1.3. Preferensi Konsumen terhadap Merek
Preferensi responden terhadap keempat merek sepeda motor tersebut adalah
baik. Dimana nilai rata-rata terhadap produk Honda dan Suzuki sama baiknya dengan
nilai 3,06. Sedangkan nilai rata-rata untuk produk Kawasaki lebih baik yaitu sebesar
3,30. dan nilai rata-rata yang paling baik adala produk Yamaha dengan nilai sebesar
3,42. Konsumen Yamaha menilai produsen, menawarkan produk berkualitas sangat
baik dan mempunyai banyak pilihan.
4.3.1.4. Kesetiaan Konsumen terhadap Merek
Pada hasil penelitian dapat kita lihat tingkat kesetiaan konsumen terhadap
keempat merek sepeda motor tersebut adalah baik, dapat kita lihat nilai rata-rata
produk sepeda motor Suzuki sebesar 2,45, sedangkan untuk produk Honda dan
Kawasaki lebih baik yaitu sebesar 2,68 dan 3,16. Sedangkan untuk produk yang
paling tinggi memiliki nilai rata-rata adalah produk Yamaha dengan nilai sebesar
3,30. Dari hasil diatas dapat kita lihat tingkat kesetiaan konsumen Yamaha paling
tinggi, tetapi tidak mencapai nilai rata-rata tertinggi. Sehingga dapat kita simpulkan
bahwa pada industri sepeda motor, terdapat hal yang rentan terhadap perpindahan
merek yang satu kemerek yang lain.
74
Dari pertanyaan nomor 1 sampai nomor 4 yang mengukur brand favorable
masing-masing merek yaitu sepeda motor Honda, Suzuki, Kawasaki dan Yamaha
dapat kita simpulkan sebagai berikut:
2,684
2,683,062,722,981XbHONDA =
+++=⇒
2,93754
2,45 3,06 3 3,242Xb SUZUKI =
+++=⇒
3,4154
3,30 3,42 3,40 3,543XbYAMAHA =
+++=⇒
3,3254
3,16 3,30 3,25 3,594Xb KAWASAKI =
+++=⇒
4.3.2. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)
Tanda atau indikator kualitas dapat dilihat dari kehandalan (reliable) produk
yang ditawarkan oleh perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dari proses
pembuatannya; konsumen dapat menilai apakah produk tersebut berkualitas tinggi
dan sesuai dengan spesifikasi, apakah konsumen sangat bergantung pada produk
tersebut (dependable), serta apakah produk tersebut memiliki daya tahan yang lama
(durability)
1. Kinerja yang ditampilkan pada produk.
2. Kesesuaian pada spesifikasi.
75
3. Kehandalan produk.
4. Daya tahan produk.
4.3.2.1. Kehandalan Produk (Reliability)
Untuk kehandalan suatu produk, dari hasil penelitian yang dilakukan
responden memiliki persepsi yang baik terhadap keempat merek produk sepeda motor
tersebut. Nilai yang didapat oleh merek sepeda motor Yamaha mendapatkan nilai
rata-rata tertinggi yaitu sebesar 3,40, sedangkan untuk merek Kawasaki mendapatkan
nilai rata-rata sebesar 3,31. Merek Honda dan Suzuki, masing-masing mendapatkan
nilai rata-rata sebesar 2,79 dan 2,89. Konsumen Yamaha memiliki persepsi yang
tinggi perihal kehandalan produk yang ditawarkan oleh merek Yamaha.
4.3.2.2. Pembuatan (Workmanship) Produk
Responden memberikan penilaian yang baik dalam menilai pembuatan
(workmanship) keempat merek produk sepeda motor tersebut. Konsumen
memberikan nilai rata-rata untuk produk sepeda motor Honda dan Suzuki masing-
masing sebesar 2,68 dan 2,96, responen memberikan penilaian lebih baik pada
produk Kawasaki yaitu sebesar 3,22. Produk Yamaha mendapatkan nilai yang paling
76
tinggi Yaitu sebesar 3,40. Konsumen sepeda motor Yamaha percaya bahwa proses
pembuatan produk Yamaha didukung oleh teknologi yang tinggi dan sumber daya
manusia yang sangat berkompeten.
4.3.2.3. Kualitas Produk
Hal kualitas merupakan sesuatu yang sangat penting didalam persepsi
konsumen terhadap suatu produk. Responden memberikan persepsi yang baik
terhadap keempat merek sepeda motor tersebut. Nilai rata-rata yang berhasil
didapatkan merek sepeda motor Honda dan Suzuki seimbang yaitu sebesar 2,92.
Sedangkan untuk produk sepeda motor Yamaha mendapatkan nilai yang lebih baik
yaitu sebesar 3,40. Nilai rata-rata yang paling tinggi berhasil didapatkan oleh sepeda
motor Kawasaki yaitu sebesar 3,50. Konsumen Kawasaki mempunyai persepsi yang
tinggi perihal kualitas produk Kawasaki, walaupun dari segi penjualan produk
Kawasaki masih kurang apabila dibandingkan merek sepeda motor yang lain.
4.3.2.4. Ketergantungan terhadap Produk (Dependable)
Dari hasil penelitian yang dilakukan, konsumen cukup tergantung terhadap
keempat merek sepeda motor tersebut. Produk Yamaha mendapatkan nilai tertinggi
77
yaitu sebesar 3,26 kemudian diikuti oleh produk sepeda motor Kawasaki sebesar
2,89, sedangkan untuk produk sepeda motor Suzuki dan Honda masing- masing
mendapatkan nilai sebesar 2,32 dan 2,52. Konsumen Yamaha memiliki
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap produk Yamaha.
4.3.2.5. Daya Tahan Produk (Durability)
Responden memberikan penilaian yang baik terhadap keempat merek
sepeda motor tersebut, Sepeda motor dengan merek Honda dan Suzuki masing-
masing mendapatkan nilai rata-rata sebesar 2,87 dan 2,94. sedangkan sepeda motor
dengan nama merek Kawasaki masing-masing mendapatkan nilai rata-rata sebesar
3,27 dan 3,43. Daya tahan sebuah produk merupakan salah satu hal yang sangat
penting bagi sebuah produk dikarenakan persepsi konsumen akan terbentuk kearah
positif untuk menilai suatu produk.
Dari pertanyaan nomor 5 sampai nomor 9 yang mengukur perceived quality
masing-masing merek yaitu sepeda motor Honda, Suzuki, Kawasaki dan Yamaha
dapat kita simpulkan sebagai berikut:
2,7925
2,87 2,52 2,922,68 2,791Xb HONDA =
++++=⇒
78
2,8065
2,94 2,32 2,922,96 2,892Xb SUZUKI =
++++=⇒
3,3785
3,43 3,26 3,40 3,40 3,403Xb YAMAHA =
++++=⇒
3,2385
3,27 2,89 3,50 3,22 3,314Xb KAWASAKI =
++++=⇒
4.3.3. Persepsi Nilai (Perceived Value)
Sedangkan indikator untuk nilai (value) dapat dilihat dari tampilan harga
yang ditawarkan seperti apakah harga yang ditawarkan oleh produk tersebut
ekonomis dan dapat diterima oleh konsumen kemudian bagaimana pertimbangan
konsumen untuk membeli produk tersebut., persepsi nilai dapat diukur dengan:
1. Nilai produk tersebut
2. Harga produk tersebut
3. Harga produk yang dapat diterima
4. Pertimbangan untuk membeli produk
5. Produk yang dapat ditawar
79
4.3.3.1. Nilai (value) yang terkandung pada produk
Hal nilai yang diterima dalam persepsi konsumen merupakan sesuatu yang
sangat penting didalam persepsi konsumen terhadap suatu produk. Responden
memberikan persepsi nilai yang baik terhadap keempat merek sepeda motor tersebut.
Nilai rata-rata yang berhasil didapatkan merek sepeda motor Suzuki dan Honda
masing-masing sebesar 2,44 dan 2,85. Sedangkan untuk produk sepeda motor
Kawasaki mendapatkan nilai yang lebih baik yaitu sebesar 3,08 . Nilai rata-rata yang
paling tinggi berhasil didapatkan oleh Sepeda motor Yamaha yaitu sebesar 3,34.
Konsumen Yamaha mempunyai persepsi yang tinggi perihal nilai produk Yamaha.
4.3.3.2. Harga Produk yang Ekonomis
Dari hasil penelitian yang dilakukan responden memiliki persepsi yang baik
perihal harga yangekonomis terhadap keempat merek produk sepeda motor tersebut.
Nilai yang didapat oleh merek sepeda motor Yamaha mendapatkan nilai rata-rata
tertinggi yaitu sebesar 3,52, sedangkan untuk merek Kawasaki mendapatkan nilai
rata-rata sebesar 3,22. Merek Honda dan Suzuki, masing-masing mendapatkan nilai
rata-rata sebesar 2,58 dan 2,78. Konsumen Yamaha memiliki persepsi yang tinggi
perihal nilai ekonomis produk yang ditawarkan oleh merek Yamaha.
80
4.3.3.3. Harga produk yang dapat diterima (Acceptable)
Harga keempat merek produk sepeda motor tersebut dapat diterima oleh
konsumen masing-masing merek tersebut. Konsumen memberikan nilai rata-rata
untuk produk sepeda motor Honda dan Suzuki masing-masing sebesar 2,77 dan 2,99,
responden memberikan penilaian lebih baik pada produk Kawasaki yaitu sebesar
3,10. Produk Yamaha mendapatkan nilai yang paling tinggi Yaitu sebesar 3,52.
Penerimaan terhadap harga sangat mempengaruhi factor konsumen dikarenakan
konsumen membayar untuk suatu produk sesuai dengan keinginannya.
4.3.3.4. Pertimbangan untuk membeli Produk
Responden memberikan penilaian yang baik dalam merpertimbangkan
pembelian keempat merek produk sepeda motor tersebut. Konsumen memberikan
nilai rata-rata untuk produk sepeda motor Honda dan Suzuki masing-masing sebesar
2,71 dan 2,88, responden memberikan penilaian lebih baik pada produk Kawasaki
yaitu sebesar 3,22. Produk Yamaha mendapatkan nilai yang paling tinggi Yaitu
sebesar 3,42. Dalam memperoleh keputusan untuk membeli suatu produk konsumen
melakukan pertimbangan-pertimbanan dengan membandingkan produk yang satu
dengan yang lainnya.
81
4.3.3.5. Produk yang dapat ditawar
Responden memberikan penilaian yang baik dalam menilai keempat merek
produk sepeda motor tersebut dapat ditawar (Bargainable). Konsumen memberikan
nilai rata-rata untuk produk sepeda motor Suzuki dan Yamaha masing-masing sebesar
2,62 dan 2,77, responden memberikan penilaian lebih baik pada produk Kawasaki
yaitu sebesar 3,37. Produk Yamaha mendapatkan nilai yang paling tinggi Yaitu
sebesar 3,46. Hal yang dimaksud dapat ditawar dalam wacana ini dimaksud dengan
konsumen diberikan penwaran-penwaran yang menarik oleh produsen, dimana
konsumen merasa diuntungkan didalam transaksi untuk membeli suatu produk.
Dari pertanyaan nomor 10 sampai nomor 14 yang mengukur perceived
value masing-masing merek yaitu sepeda motor Honda, Suzuki, Kawasaki dan
Yamaha dapat kita simpulkan sebagai berikut:
2,7365
2,77 2,71 2,77 2,58 2,851Xb HONDA =
++++=⇒
2,7425
2,62 2,88 2,99 2,78 2,442Xb SUZUKI =
++++=⇒
3,4465
3,46 3,42 3,50 3,52 3,343Xb YAMAHA =
++++=⇒
3,1985
3,37 3,22 3,10 3,22 3,084Xb KAWASAKI =
++++=⇒
82
4.3.4. Keinginan Untuk Membeli (Willingness to Buy)
Sedangkan indikator untuk keinginan untuk membeli(willingness to buy)
adalah kemungkinan konsumen untuk membeli produk tersebut dengan
mempertimbangkan harga yang ditawarkan, harga merupakan sesuatu yang penting
serta keinginan untuk membeli suatu produk sangat besar. Keinginan untuk membeli
dapat diukur dengan:
1. Harga Purna Jual
2. Pertimbangan terhadap harga
3. Kemudahan Pembiayaan
4. Harga sebagai sesuatu yang penting
5. Keinginan untuk membeli produk.
4.3.4.1. Harga Purna Jual
Dari hasil penelitian yang dilakukan, konsumen memberi penilaian yang
baik perihal harga purna jual keempat merek sepeda motor tersebut. Produk Yamaha
mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar 3,52 kemudian diikuti oleh produk sepeda
motor Kawasaki sebesar 3,38, sedangkan untuk produk sepeda motor Suzuki dan
Honda masing-masing mendapatkan nilai sebesar 2,30 dan 2,85. Tingginya harga
83
purna jual berdampak positif pada keinginan konsumen untuk membeli suatu produk,
dikarenakan konsumen merasa produk yang memiliki harga purna jual tinggi
mendapatkan persepsi berkualitas baik dimata konsumen.
4.3.4.2. Pertimbangan Terhadap Harga
Dari hasil penelitian yang dilakukan, Konsumen memberi penilaian yang
baik perihal pertimbangan harga dalam memilih produk dari keempat merek sepeda
motor tersebut. Produk Yamaha mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar 3,40
kemudian diikuti oleh produk sepeda motor Kawasaki sebesar 3,36, sedangkan untuk
produk sepeda motor Suzuki dan Honda masing- masing mendapatkan nilai sebesar
2,96 dan 2,91. Dalam membeli suatu produk sepeda motor pertimbangan harga
menjadi suatu hal yang sangat penting mengingat hal tersebut berkaitan langsung
terhadap daya beli konsumen.
4.3.4.3. Kemudahan Pembiayaan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, konsumen memberi penilaian yang
baik perihal pembiayaan (leasing) dalam membeli produk dari keempat merek sepeda
motor tersebut. Produk Yamaha mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar 3,40
84
kemudian diikuti oleh produk sepeda motor Kawasaki sebesar 3,25, sedangkan untuk
produk sepeda motor Suzuki dan Honda masing- masing mendapatkan nilai sebesar
2,94 dan 2,78. Dalam membeli suatu produk sepeda motor pertimbangan pembiayaan
menjadi suatu hal yang sangat penting mengingat hal tersebut berkaitan langsung
terhadap kemampuan konsumen secara kredit atau tunai.
4.3.4.4. Harga sebagai Sesuatu Yang Penting
Dari hasil penelitian yang dilakukan, Konsumen memberi penilaian yang
baik mengenai pentingnya harga dalam membeli produk dari keempat merek sepeda
motor tersebut. Produk Yamaha mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar 3,40
kemudian diikuti oleh produk sepeda motor Suzuki sebesar 3,30, sedangkan untuk
produk sepeda motor Honda dan Kawasaki masing- masing mendapatkan nilai
sebesar 3,04 dan 3,22.
4.3.4.5. Keinginan untuk membeli produk
Dari hasil penelitian yang dilakukan, konsumen memberi penilaian yang
baik perihal keinginan membeli produk dari keempat merek sepeda motor tersebut.
Produk Yamaha mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar 3,48 kemudian diikuti oleh
produk sepeda motor Kawasaki sebesar 3,22, sedangkan untuk produk sepeda motor
85
Suzuki dan Honda masing- masing mendapatkan nilai sebesar 2,84 dan 2,7.
Keinginan untuk membeli dapat berdampak positif bagi penjualan produk sepeda
motor, dikarenakan dapat kita lihat antusiasme konsumen untuk membeli suatu
produk.
Dari pertanyaan nomor 15 sampai nomor 19 yang mengukur willingness to
buy masing-masing merek yaitu sepeda motor Honda, Suzuki, Kawasaki dan Yamaha
dapat kita simpulkan sebagai berikut:
2,8565
2,7 3,04 2,78 2,91 2,851Xb HONDA =
++++=⇒
2,8685
2,84 3,30 2,94 2,96 2,302Xb SUZUKI =
++++=⇒
3,4485
3,48 3,44 3,40 3,40 3,523Xb YAMAHA =
++++=⇒
3,2945
3,22 3,26 3,25 3,36 3,384Xb KAWASAKI =
++++=⇒
4.4. Uji Hipotesa
Pengujian hipotesis dalam tesis ini menggunakan metode Pearson
Correlation dengan alat bantu SPSS versi 11.5. Untuk mendukung hasil analisa
86
regresi, dilakukan pengujian dengan metode Analisis Varians (anova). Analisis
Anova pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan diantara ke
empat merek (Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki) terhadap perceived quality,
perceived value dan willingness to buy; dengan variabel bebasnya (Independent
Variable) adalah Brand Name Favorable, sedangkan variabel tidak
bebasnya(Dependent Variables) ialah Perceived Quality, Perceived Value, dan
Willingness to Buy. Dasar pengambilan keputusan untuk uji hipotesa ini adalah
membandingkan p-value dengan tingkat signifikansi 0,05. (Hanke dan Reitsch,
1994).
• Jika p-value < alpha 0,05 maka Ho ditolak
• Jika p-value > alpha 0,05 maka Ho diterima
Dalam penelitian ini juga menggunakan uji validitas dan uji reabilitas untuk
mendukung kevalidan dalam data dan konsistensi dalam pengukurannya.
4.5. Pengujian Validitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua pertanyaan
(instrumen) penelitian yang diajukan untuk mengukur variabel penelitian adalah
87
valid. Jika valid berarti instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang
hendak diukur (Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995).
Pengujian validitas dilakukan dengan mencari korelasi dari setiap indikator
terhadap skor totalnya dengan menggunakan rumus teknik korelasi “Product
Moment”.
Dasar pengambilan keputusan uji validitas adalah sebagai berikut:
Jika p-value < 0.05 item pernyataan valid
Jika p-value > 0.05 item pernyataan tidak valid
Hasil pengujian validitas yang dilakukan dengan teknik korelasi Product
Moment, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Pengujian Validitas untuk Konstrak Brand Favorable
KONSTRUK KOEFISIEN
KORELASI
P-
VALUE KEPUTUSAN
BRAND FAVORABLE :
Saya ingat akan merek sepeda
motor “X”
Harga sepeda motot “X” terjangkau
Saya suka sepeda motor “X” karena
kualitasnya baik dan banyak pilihan
Saya selalu memakai sepeda motor
merek “X”
0.662**
0.737**
0.642**
0.687**
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
**correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed)
Sumber: data kuesioner diolah (lihat Lampiran)
88
Berdasarkan tabel pengujian validitas diatas, diketahui bahwa masing-
masing butir pernyataan yang digunakan dalam instrumen penelitian memiliki p-
value kurang dari 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa masing-masing butir pernyataan
tersebut adalah valid. Dengan kata lain butir-butir pernyataan tersebut dapat mewakili
atau membentuk konstrak dari Brand Favorable.
Tabel 4.2. Pengujian Validitas untuk Konstrak Perceived Quality
KONSTRUK KOEFISIEN
KORELASI
P-
VALUE KEPUTUSAN
PERCEIVED QUALITY:
Kehandalan (reliable) produk
sepeda motor “X” sangat tinggi
Pembuatan (workmanship) produk
merek “X” sangat tinggi
Produk sepeda motor “X” sangat
berkualitas tinggi
Ketergantungan (dependable)
terhadap produk sepeda motor “X”
sangat tinggi
Produk sepeda motor “X” tahan
lama (durable)
0.666**
0.557**
0.745**
0.657**
0.653**
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
** correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber : data kuesioner diolah (lihat lampiran)
89
Berdasarkan tabel pengujian validitas diatas, diketahui bahwa masing-
masing butir pernyataan yang digunakan dalam instrumen penelitian memiliki p-
value kurang dari 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa masing-masing butir pernyataan
tersebut adalah valid. Dengan kata lain butir-butir pernyataan tersebut dapat mewakili
atau membentuk konstrak dari Perceived Quality.
Tabel 4.3. Pengujian Validitas untuk Konstrak Perceived Value
KONSTRUK KOEFISIEN
KORELASI
P-
VALUE KEPUTUSAN
PERCEIVED VALUE:
Produk speda motor “X” sangat
tinggi nilainya (value)
Harga pruoduk sepeda motor “X”
sangat ekonomis (economical)
Harga produk sepeda motor “X”
dapat diterima (acceptable)
Pertimbangan untuk membeli
produk sepeda motor “X” sangat
tinggi
Harga produk sepeda motor “X”
dapat ditawar (bargaining)
0.649**
0.735**
0.646**
0.645**
0.635**
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
** correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber : data kuesioner diolah (lihat lampiran)
90
Berdasarkan tabel pengujian validitas diatas, diketahui bahwa masing-
masing butir pernyataan yang digunakan dalam instrumen penelitian memiliki p-
value kurang dari 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa masing-masing butir pernyataan
tersebut adalah valid. Dengan kata lain butir-butir pernyataan tersebut dapat mewakili
atau membentuk konstrak dari Perceived Value.
Tabel 4.4. Pengujian Validitas untuk Konstrak Willingness to Buy
KONSTRUK KOEFISIEN
KORELASI
P-
VALUE KEPUTUSAN
Willingness to Buy:
Harga purna jual sepeda motor
merek “X” tinggi
Pertinbangan harga yang
ditampilkan
Kemudahan pembiayaan untuk
memilki sepeda motor merek “X”
Harga sebagai sesuatu yang
penting
Keinginan untuk membeli produk
merek “X” ini sangat tinggi
0.667**
0.663**
0.609**
0.563**
0.628**
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
** correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber : data kuesioner diolah (lihat lampiran)
Berdasarkan tabel pengujian validitas diatas, diketahui bahwa masing-
masing butir pernyataan yang digunakan dalam instrumen penelitian memiliki p-
91
value kurang dari 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa masing-masing butir pernyataan
tersebut adalah valid. Dengan kata lain butir-butir pernyataan tersebut dapat mewakili
atau membentuk konstrak dari Willingness to Buy.
4.6. Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas dari setiap konstrak yang digunakan dengan melihat
Cronbach’s coefficient alpha sebagai koefisien dari reliabilitas. Menurut Sekaran,
(2000:312) the closer the reliability coefficient gets to 1.0, the better . In general,
reliabilities less than .60 are considered to be poor, those in the .70 range,
acceptable, and those over .80 good.
Berdasarkan pernyataan diatas, dasar pengambilan keputusan uji reliabilitas
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Jika Cronbach’s Alpha > 0,60 Cronbach’s Alpha acceptable (construct reliable)
Jika Cronbach’s Alpha < 0,60 Cronbach’s Alpha poor acceptable (construct
unreliable).
92
Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing konstrak ditampilkan pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Reliabilitas
KONSTRAK ITEMS CRONBACH’S
COEFFICIENT ALPHA KEPUTUSAN
Brand Favorable 4 0.6164 Reliable
Perceived Quality 5 0.6673 Reliable
Perceived Value 5 0.6802 Reliable
Willingness to Buy 5 0.6158 Reliable
Sumber : data diolah (lihat lampiran)
Berdasarkan tabel diatas, koefisien Cronbach’s Alpha untuk masing-masing
konstrak yaitu Brand Favorable, Perceived Quality, Perceived Value dan Willingness
to Buy memenuhi kriteria reliabilitas yang ditetapkan Sekaran (2000). Jika semua
konstrak dalam penelitian mempunyai koefisien Cronbach’s Alpha minimal 0,60
atau lebih besar dari 0,60, maka jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan
yang digunakan untuk mengukur masing-masing konstrak tersebut adalah konsisten
dan konstrak dapat dipercaya (reliable).
93
4.7. Pengujian Hipotesa
Dasar pengambilan keputusan untuk uji hipotesa adalah membandingkan p-
value dengan tingkat signifikansi 0,05.
HIPOTESA 1
Hipotesa pertama menguji pengaruh brand favorable dengan perceived
quality. Bunyi hipotesa nol (Ho) dan hipotesa alternatif (Ha) adalah sebagai berikut:
Ho1 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara brand favorable dengan
perceived quality.
Ha1 : terdapat hubungan yang signifikan antara brand favorable dengan perceived
quality.
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Hubungan Brand Favorable dengan Perceived Quality
Correlations
1 .540**. .000
400 400.540** 1.000 .400 400
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
Brand Favorable
Perceived Quality
BrandFavorable
PerceivedQuality
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Sumber: Data Kuesioner diolah (Lihat Lampiran)
94
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan software
SPSS, menunjukkan bahwa p-value 0,000 < alpha 0,05, maka hipotesa observasi
(H01) ditolak. Artinya, terdapat hubungan yang siginifikan antara brand favorable
dengan perceived quality. Adapun besarnya koefisien korelasi adalah positif 0,540
sehingga dapat disimpulkan hubungan tersebut cukup kuat. Arah hubungan yang
positif tersebut dapat diartikan jika semakin favorit merek sepeda motor yang
digunakan konsumen maka semakin tinggi pula kualitas merek motor tersebut.
HIPOTESA 2
Ho2 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara brand favorable dengan
perceived value.
Ha2 : terdapat hubungan yang signifikan antara brand favorable dengan perceived
value.
95
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Hubungan Brand Favorable dengan Perceived Value
Correlations
1 .558**. .000
400 400.558** 1.000 .400 400
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
Brand Favorable
Perceived Value
BrandFavorable
PerceivedValue
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**. Sumber: Data Kuesioner diolah (Lihat Lampiran)
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa p-value 0,000 < 0,05, maka
hipotesa observasi (H02) ditolak. Artinya, brand favorable berhubungan siginifikan
dengan perceived value. Adapun besarnya koefisien korelasi adalah positif 0,558.
Sehingga dapat disimpulkan hubungan tersebut cukup kuat. Arah hubungan yang
positif tersebut dapat diartikan jika semakin favorit merek sepeda motor yang
digunakan konsumen maka semakin tinggi pula nilai merek motor tersebut.
HIPOTESA 3
Ho3 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara brand favorable dengan
willingness to buy.
Ha3 : terdapat hubungan yang signifikan antara brand favorable dengan willingness
to buy.
96
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Hubungan Brand Favorable dengan Willingness to Buy
Correlations
1 .555**. .000
400 400.555** 1.000 .400 400
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
Brand Favorable
Willingness to Buy
BrandFavorable
Willingnessto Buy
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**. Sumber: Data Kuesioner diolah (Lihat Lampiran)
Tabel diatas menunjukkan bahwa p-value 0,000 < alpha 0,05, maka hipotesa
observasi (H03) ditolak. Artinya, terdapat hubungan yang siginifikan antara brand
favorable dengan willingness to buy. Adapun besarnya koefisien korelasi adalah
positif 0,555 sehingga dapat disimpulkan hubungan tersebut cukup kuat. Arah
hubungan yang positif tersebut dapat diartikan jika semakin favorit merek sepeda
motor yang digunakan konsumen maka keinginan untuk membeli produk tersebut
semakin tinggi.
4.8. Pengujian Anova
Dari hasil kuesioner yang dibagikan pada responden yang menggunakan
salah satu dari keempat merek sepeda motor tersebut, maka hasil pengujian beda rata-
97
rata Brand Favorable, Perceived Quality, Perceived Value, dan Willingness to Buy
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9. Hasil Pengujian Anova Brand Favorable, Perceived Quality,
Perceived Value dan Willingness to Buy
Variabel Merek Sepeda
Motor Mean F-statistik p-value
Brand
Favorable
Suzuki
Yamaha
Honda
Kawasaki
2.9375
3.4150
2.8600
3.3250
39.966 0.000
Perceived
Quality
Suzuki
Yamaha
Honda
Kawasaki
2.8060
3.3780
2.7920
3.2380
60.386 0.000
Perceived Value Suzuki
Yamaha
Honda
Kawasaki
2.7420
3.4460
2.7360
3.1980
79.373 0.000
Willingness to
Buy
Suzuki
Yamaha
Honda
Kawasaki
2.8680
3.4480
2.8560
3.2940
63.260 0.000
Sumber : data kuesioner diolah SPSS (lihat lampiran)
Berdasarkan tabel diatas, p-value untuk brand favorable 0.000 < alpha 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata brand favorable yang
98
signifikan diantara keempat merek sepeda motor yang digunakan dalam penelitian.
Jika ditinjau dari nilai rata-rata tesebut, maka merek sepeda motor Yamaha
mempunyai nilai rata-rata brand favorable tertinggi (3,4150) dibandingkan dengan
ketiga merek sepeda motor lainnya Suzuki (2,9375), Honda (2,8600) dan Kawasaki
(3,3250). Berdasarkan nilai rata-rata tersebut juga menjelaskan bahwa merek sepeda
motor Yamaha lebih favorable dibandingkan ketiga merek sepeda motor lainnya. Hal
ini berarti konsumen sepeda motor Yamaha menilai bahwa sepeda motor merek
Yamaha mudah diingat, harganya terjangkau, kualitasnya baik dan loyal terhadap
merek Yamaha.
Berdasarkan tabel diatas, p-value untuk perceived quality 0.000 < alpha
0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata perceived quality
yang signifikan diantara keempat merek sepeda motor yang digunakan dalam
penelitian. Jika ditinjau dari nilai rata-rata tesebut, maka merek sepeda motor Yamaha
mempunyai nilai rata-rata perceived quality tertinggi (3,3730) dibandingkan dengan
ketiga merek sepeda motor lainnya Suzuki (2,8060), Honda (2,7920) dan Kawasaki
(3,2380). Berdasarkan nilai rata-rata tersebut juga menjelaskan bahwa merek sepeda
motor Yamaha lebih memberikan kualitas dibandingkan ketiga merek sepeda motor
lainnya. Hal ini berarti konsumen sepeda motor Yamaha menilai bahwa sepeda motor
99
merek Yamaha mempunyai kehandalan, pembuatan produknya (workmanship) tinggi
dan kualitas yang baik.
Berdasarkan tabel diatas, p-value untuk perceived value 0.000 < alpha 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata perceived value yang
signifikan diantara keempat merek sepeda motor yang digunakan dalam penelitian.
Jika ditinjau dari nilai rata-rata tesebut, maka merek sepeda motor Yamaha
mempunyai nilai rata-rata perceived value tertinggi (3,4460) dibandingkan dengan
ketiga merek sepeda motor lainnya Suzuki (2,7420), Honda (2,7360) dan Kawasaki
(3,1980). Berdasarkan nilai rata-rata tersebut juga menjelaskan bahwa merek sepeda
motor Yamaha lebih memberikan nilai terbaik dibandingkan ketiga merek sepeda
motor lainnya. Hal ini berarti konsumen sepeda motor Yamaha menilai bahwa sepeda
motor merek Yamaha harganya ekonomis dan dapat diterima.
Berdasarkan tabel diatas, p-value untuk willingness to buy 0.000 < alpha
0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata willingness to buy
yang signifikan diantara keempat merek sepeda motor yang digunakan dalam
penelitian. Jika ditinjau dari nilai rata-rata tesebut, maka merek sepeda motor Yamaha
mempunyai nilai rata-rata willingness to buy tertinggi (3,4480) dibandingkan dengan
ketiga merek sepeda motor lainnya Suzuki (2,8680), Honda (2,8560) dan Kawasaki
100
(3,2940). Berdasarkan nilai rata-rata tersebut juga menjelaskan bahwa responden
merek sepeda motor Yamaha lebih mempunyai keinginan untuk membeli
dibandingkan ketiga merek sepeda motor lainnya. Hal ini berarti konsumen sepeda
motor Yamaha melihat harga yang ditampilkan, purna jual produk Yamaha dan
kemudahan dalam pembiayaan, dengan hal itu keinginan konsumen produk Yamaha
untuk membeli tinggi.