bab iv analisa dan pembahasan data outlet dan permintaan air mineral club data outlet dan permintaan...

42
23 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Penelitian ini dilakukan di PT. Tirta Makmur Perkasa yang beralamat di Jalan Telaga Sari RT. 36 No. 4B Martadinata, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. PT. Tirta Makmur Perkasa merupakan perusahaan di bawah naungan Indofood Group yang bertugas mendistribusikan air mineral dalam kemasan dengan merk dagang CLUB di Kota Balikpapan dan sekitarnya. Awal berdirinya tahun 2008 bernama PT. Allesia International, di mana perusahaan tersebut bertugas memproduksi dan mendistribusikan air mineral CLUB untuk wilayah Balikpapan dan sekitarnya. Namun, per tanggal 27 Januari 2014, seiring dengan diambil alihnya perusahaan oleh Indofood Group, maka perusahaan dipecah menjadi dua perusahaan, di mana PT. Allesia International bertugas untuk memproduksi air mineral CLUB, sedangkan PT. Tirta Makmur Perkasa bertugas untuk mendistribusikan air mineral CLUB tersebut. Lokasi kedua perusahaan tersebut berdiri berdampingan dalam satu tempat. Visi dan misi dari PT. Tirta Makmur Perkasa pada intinya yaitu: “Menjadikan CLUB menjadi merk AMDK nasional & internasional yang terpercaya.” Logo dari merk CLUB seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini: Gambar 4.1 Logo merk CLUB

Upload: dodung

Post on 07-May-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

23

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan

Penelitian ini dilakukan di PT. Tirta Makmur Perkasa yang beralamat di Jalan Telaga

Sari RT. 36 No. 4B Martadinata, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. PT. Tirta

Makmur Perkasa merupakan perusahaan di bawah naungan Indofood Group yang

bertugas mendistribusikan air mineral dalam kemasan dengan merk dagang CLUB di

Kota Balikpapan dan sekitarnya.

Awal berdirinya tahun 2008 bernama PT. Allesia International, di mana perusahaan

tersebut bertugas memproduksi dan mendistribusikan air mineral CLUB untuk wilayah

Balikpapan dan sekitarnya. Namun, per tanggal 27 Januari 2014, seiring dengan diambil

alihnya perusahaan oleh Indofood Group, maka perusahaan dipecah menjadi dua

perusahaan, di mana PT. Allesia International bertugas untuk memproduksi air mineral

CLUB, sedangkan PT. Tirta Makmur Perkasa bertugas untuk mendistribusikan air

mineral CLUB tersebut. Lokasi kedua perusahaan tersebut berdiri berdampingan dalam

satu tempat. Visi dan misi dari PT. Tirta Makmur Perkasa pada intinya yaitu:

“Menjadikan CLUB menjadi merk AMDK nasional & internasional yang terpercaya.”

Logo dari merk CLUB seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1 Logo merk CLUB

24

PT. Tirta Makmur Perkasa saat ini dipimpin oleh Bapak Arief Anggoro Nurutomo

dengan jumlah karyawan sebanyak 62 orang, dengan struktur organisasi seperti pada

Gambar 4.2 berikut:

Perusahaan memiliki pelanggan sekitar 700 pelanggan, dengan pembagian pelanggan

Horeka (Hotel, Restoran, dan Perkantoran) berjumlah sekitar 300 pelanggan, dan

pelanggan Outlet (Retail, Toko, dan Minimarket) berjumlah sekitar 400 outlet namun

untuk saat ini jumlah outlet yang masih aktif berlangganan hanya berjumlah sekitar 300

outlet saja. Perusahaan mempunyai komitmen untuk mempoduksi produk yang baik dan

halal secara konsisten dalam rangka memenuhi kebutuhan komitmen termasuk

konsumen muslim, dimana seluruh produk akhir, bahan dan peralatan, serta sistem

produksi yang telah diuji dan disertifikasi oleh LPOM MUI. Produk merk CLUB yang

diproduksi dan dipasarkan adalah kemasan cup 240 ml, botol 330 ml, botol 600 ml,

botol 1500 ml, dan galon 19 liter.

Branch Manager

Mgr. Marketing

Mgr. HR/GA Ka. Kendaraan/Distribusi Spv. AccountingKa. Depo

Balikpapan

Adm.Penjualan

Sales

AdminGudang

HelperGudang

Payroll BagianUmum

Kod.Pengaman

Security

Driver

Helper

Adm.Piutang/FA

Adm.Pajak

FI Purchasing

Gambar 4.2 Struktur organisasi PT. Tirta Makmur Perkasa

25

4.2 Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data ini dilakukan pengambilan data-data yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan kasus permasalahan distribusi pengiriman air mineral CLUB di

wilayah Kota Balikpapan pada PT. Tirta Makmur Perkasa dengan menggunakan metode

saving heuristic dan metode sweep. Awalnya dilakukan pengukuran jarak dari depot ke

seluruh outlet di Kota Balikpapan dan jarak sebaliknya maupun jarak antar outlet. Jarak

diukur secara aktual dengan speedometer kendaraan. Pengumpulan data jarak untuk

seluruh outlet dilakukan karena akan dijadikan sebagai database ketika setiap kali

dilakukan penentuan rute distribusi air mineral CLUB dari depot ke outlet-outlet.

4.2.1 Data Outlet dan Permintaan Air Mineral CLUB

Data outlet dan permintaan yang yang diperoleh dari PT. Tirta Makmur Perkasa untuk

laporan hari Kamis tanggal 3 April 2014. Terdapat 28 outlet dengan lokasi yang

tersebar di wilayah Kota Balikpapan dan jumlah permintaan yang berbeda-beda. Data

outlet dan permintaan air mineral CLUB dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Data outlet dan permintaan

No Kode Outlet Nama Outlet Permintaan Jarak (Km)1 10435 Tk. Hidayat 30 Car. Cup 240 ml 19,52 10261 Tk. Rahayu 30 Car. Cup 240 ml 12,5

3 10417 Tk. Bu Yuni5 Btl. Gallon 19 L1 Car. Bottle 600 ml1 Car. Bottle 1500 ml

15,2

4 10076 Tk. Cahaya Sidenreng 10 Car. Cup 240 ml 11,8

5 10253 Tk. Neva 30 Car. Cup 240 ml10 Car. Bottle 1500 ml 15,1

6 10407 Tk. Babul Hasan 10 Car. Bottle 600 ml 17,2

7 10314 B-Mart5 Car. Bottle 330 ml10 Car. Bottle 600 ml10 Car. Bottle 1500 ml

1,6

8 10249 Tk. Meymey 30 Car. Cup 240 ml 2,19 10619 Tk. Selly 10 Car. Cup 240 ml 2,9

10 10238 Tk. Karida 20 Btl. Gallon 19 L 7,811 10377 Tk. Minak Jinggo 10 Car. Cup 240 ml 1,312 10286 Tk. Sugus 20 Btl. Gallon 19 L 3,1

13 10655 Tk. Mario 30 Car. Cup 240 ml10 Car. Bottle 600 ml 5,6

14 10231 Tk. Harum 10 Btl. Gallon 19 L 9,415 10550 Tk. Rani 30 Car. Cup 240 ml 9,216 10487 Tk. Sulis 10 Btl. Gallon 19 L 8,3

26

Tabel 4.1 Data outlet dan permintaan (lanjutan)

No Kode Outlet Nama Outlet Permintaan Jarak (Km)

17 10533 Tk. Kevin10 Car. Cup 240 ml10 Car. Bottle 600 ml10 Car. Bottle 1500 ml

8,5

18 10708 Tk. Ani 30 Car. Cup 240 ml10 Car. Bottle 1500 ml 5,0

19 10773 Tk. Kembar 120 Car. Cup 240 ml 8,920 10043 Tk. Rindu 100 Car. Cup 240 ml 6,0

21 10560 Tk. Sidik 100 Btl. Gallon 19 L100 Car. Cup 240 ml 4,6

22 10334 Nikmat Catering 75 Car. Cup 240 ml5 Car. Bottle 600 ml 2,0

23 10661 Tk. Palapa 4 Btl. Gallon 19 L 1,2

24 10467 I-DC Mart 10 Btl. Gallon 19 L30 Car. Cup 240 ml 10,7

25 10520 Tk. Feni15 Car. Cup 240 ml2 Car. Bottle 600 ml3 Car. Bottle 1500 ml

12,3

26 10774 Tk. Mama Alwi 30 Car. Cup 240 ml 1,7

27 10008 Abiel 27 Cell 7 Car. Bottle 600 ml4 Car. Bottle 1500 ml 6,3

28 10519 Tk. Fatimah 20 Car. Cup 240 ml 13,5

4.2.2 Data Jarak dan Letak Lokasi

Pada penelitian ini, jarak yang diukur menggunakan jarak aktual. Pengukuran jarak

dilakukan dengan bantuan argometer pada kendaraan. Jarak bolak-balik kendaraan dari

depot ke outlet dan sebaliknya maupun jarak antar outlet tidak selalu sama, dikarenakan

pada kondisi aktual terdapat jalan-jalan yang dapat dilewati maupun jalan yang tidak

dapat dilewati. Acuan tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan supir kendaraan

angkut (truk engkel) maupun wawancara dengan sales karena supir sangat mengetahui

jalur jalan raya yang dilewati, sedangkan sales yang sangat mengetahui lokasi/letak dari

masing-masing outlet yang menjadi pelanggan dari PT. Tirta Makmur Perkasa. Data

jarak tersebut dapat dilihat seperti pada Lampiran 1.

Selain data jarak, dilakukan pula pengumpulan data letak lokasi depot maupun outlet

berdasarkan koordinat garis khayal bumi (garis bujur timur (BT) dan garis lintang

selatan(LS)). Data koordinat untuk seluruh lokasi disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini:

27

Tabel 4.2 Data lokasi berdasarkan garis khayal bumi

Kode Lokasi Nama Lokasi Jarak (km) Koordinat-BT Koordinat-LSD0000 Depot 0,0 116,833 1,269

10435 Tk. Hidayat 19,5 116,966 1,222

10261 Tk. Rahayu 12,5 116,917 1,25910417 Tk. Bu Yuni 15,2 116,937 1,246

10076 Tk. Cahaya Sidenreng 11,8 116,905 1,25410253 Tk. Neva 15,1 116,937 1,247

10407 Tk. Babul Hasan 17,2 116,952 1,23610314 B-Mart 1,6 116,839 1,275

10249 Tk. Meymey 2,1 116,841 1,275

10619 Tk. Selly 2,9 116,842 1,277

10238 Tk. Karida 7,8 116,873 1,240

10377 Tk. Minak Jinggo 1,3 116,838 1,264

10286 Tk. Sugus 3,1 116,839 1,277

10655 Tk. Mario 5,6 116,840 1,23010231 Tk. Harum 9,4 116,860 1,226

10550 Tk. Rani 9,2 116,859 1,225

10487 Tk. Sulis 8,3 116,855 1,216

10533 Tk. Kevin 8,5 116,856 1,21910708 Tk. Ani 5,0 116,825 1,24110773 Tk. Kembar 8,9 116,859 1,223

10043 Tk. Rindu 6,0 116,821 1,23510560 Tk. Sidik 4,6 116,834 1,23510334 Nikmat Catering 2,0 116,843 1,26610661 Tk. Palapa 1,2 116,840 1,269

10467 I-DC Mart 10,7 116,868 1,204

10520 Tk. Feni 12,3 116,884 1,202

10774 Tk. Mama Alwi 1,7 116,843 1,26210008 Abiel 27 Cell 6,3 116,818 1,234

10519 Tk. Fatimah 13,5 116,884 1,198

Selain memperhitungkan jarak, proses pendistribusian pada penelitian ini juga

mempertimbangkan waktu tempuh. Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan

kendaraan dalam melakukan perjalanan distribusi dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

Waktu tempuh digunakan untuk menghitung waktu penyelesaian. Waktu tempuh ini

berbanding lurus dengan jumlah jarak yang ditempuh. Waktu tempuh didapat dari jarak

tempuh dibagi dengan kecepatan rata-rata kendaraan dan dikalikan dengan 60 menit.

28

4.2.3 Data Kendaraan Angkut

Jumlah kendaraan yang dimiliki PT. Tirta Makmur Perkasa untuk pendistribusian air

minum CLUB di Kota Balikpapan adalah 3 unit dengan jenis kendaraan berupa truk

engkel roda empat dengan No.Pol: KT 8978 LB, KT 8765 AR, dan KT 9476 AK.

Kapasitas muatan truk engkel per unitnya adalah maksimal 3 ton/unit (3000 kg/unit),

dengan dimensi box sebesar 3,1 m x 1,7 m x 1,7 m, atau volumenya setara dengan 8,96

m3. Kapasitas maksimum apabila seluruh muatan truk adalah produk jenis cup 240 ml,

maka jumlah muatan yang dapat diangkut maksimum yaitu sekitar 249 unit karton jika

seluruh muatan truk adalah produk jenis gallon 19 L, maka jumlah muatan yang dapat

diangkut maksimum yaitu sebanyak 156 unit botol. Apabila kendaraan angkut

membawa muatan yang berbeda-beda jenisnya, maka kapasitas maksum akan

disesuaikan dengan batasan kapasitas maksimum muatan 3 ton (3000 kg) dan batasan

volume box sebesar 8,96 m3.

Pemakaian bahan bakar solar untuk setiap kendaraan truk engkel yaitu sebesar 90 L,

sehingga pemakaian bahan bakar per liternya adalah 6 km/liter, dengan kecepatan rata-

rata kendaraan adalah konstan 30 km/jam. Bahan bakar kendaraan yang digunakan

adalah BBM jenis Solar HSD (High Speed Diesel) non subsidi dengan harga per liter

yaitu Rp 12.496,40. Kecepatan rata-rata kendaraan pada setiap pengiriman tersebut

telah mempertimbangkan banyak muatan, jenis muatan, dan kemacetan di jalan.

4.2.4 Data Dimensi Kemasan Produk

Produk air mineral CLUB dikemas dengan berbagai macam jenis, yaitu kemasan cup

240 ml, botol 330 ml, botol 600 ml, botol 1500 ml, dan gallon 19 L. Produk-produk

tersebut dikemas dalam karton maupun botol. Dimensi kemasan tersebut berguna untuk

menentukan jumlah unit produk yang dapat diangkut oleh kendaraaan angkut pada saat

pemuatan produk yang untuk didistribusikan. Kemasan produk air mineral CLUB

tersebut dimensinya berbeda-beda, yang dapat dilihat seperti pada Tabel 4.3 berikut:

29

Tabel 4.3 Data dimensi kemasan

No Produk Unit Dimensi Unit (cm) Volume (m3) Bruto (kg)1 Cup 240 ml Karton 36 x 24 x 21 0,018 12,022 Botol 330 ml Karton 36 x 24 x 18 0,016 8,423 Botol 600 ml Karton 36 x 26 x 24 0,023 14,904 Botol 1500 ml Karton 36 x 26 x 33 0,031 18,505 Gallon 19 L Botol D27 x 49 0,089 19,206 Gallon kosong Botol D27 x 49 0,089 0,20

Apabila pada saat pendistribusian produk jenis gallon ke outlet-outlet, kendaraan angkut

juga mengangkut gallon kosong dari outlet yang ditukar dengan gallon 19 L tersebut

untuk kemudian gallon kosong tersebut dibawa kembali ke depot. Jumlah unit gallon

kosong yang diangkut kembali ke depot selalu sama dengan jumlah unit gallon 19 L

yang didistribusikan ke outlet.

4.2.5 Data Waktu Loading dan Unloading

Waktu loading merupakan waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan mengangkut barang

(karton dan galon) masuk ke dalam box mobil. Waktu unloading merupakan waktu

yang dibutuhkan dalam kegiatan mengangkut barang keluar dari box mobil. Waktu

loading dan unloading untuk masing-masing unit produk dapat dilihat pada Tabel 4.4

berikut:

Tabel 4.4 Data waktu loading dan unloading

No Jenis Produk Unit Waktu Loading Waktu Unloading1 Cup 240 ml Karton 4 unit/30 detik 4 unit/30 detik2 Botol 330 ml Karton 4 unit/30 detik 4 unit/30 detik3 Botol 600 ml Karton 3 unit/30 detik 3 unit/30 detik4 Botol 1500 ml Karton 2 unit/30 detik 2 unit/30 detik5 Gallon 19 L Botol 2 unit/30 detik 2 unit/30 detik6 Gallon kosong Botol 4 unit/30 detik 4 unit/30 detik

4.2.6 Data Waktu Pelayanan dan Waktu Administrasi

Waktu yang digunakan untuk pelayanan pendistribusian ke outlet adalah sama dengan

waktu jam kerja supir, yaitu dari pukul 8.00 sampai dengan pukul 17.00, dengan

istirahat selama 60 menit yaitu dari pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00. Pada

30

waktu istirahat tersebut, gudang di depot ditutup sehingga tidak ada barang yang di

loading ke dalam truk.

Waktu administrasi meliputi waktu pendataan jumlah galon yang berpindah tangan baik

pada saat di depot maupun di outlet. Waktu administrasi pada setiap lokasi yaitu selama

3 menit.

4.3 Pembentukan Rute Distribusi

Pembentukan rute distribusi produk air mineral CLUB di wilayah Kota Balikpapan pada

hari Kamis dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode sweep dan

metode saving heuristic.

4.3.1 Pembentukan Rute dengan Metode Sweep

Pada pembentukan rute distribusi dengan metode sweep ini dilakukan perhitungan

dengan menggunakan 2 metode yaitu metode cluster first route second dan metode

route first cluster second. Sebelum dilakukan perhitungan data dengan dua metode

tersebut, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data untuk pemetaan seluruh lokasi

dalam sebuah koordinat cartesius. Koordinat cartesius ini disusun berdasarkan bantuan

google maps dalam menentukan posisi wilayah lokasi tersebut. Koordinat-X akan

mewakilkan garis bujur timur, sedangkan koordinat-Y mewakilkan garis lintang selatan.

Setelah diketahui lokasi depot maupun outlet-outlet berdasarkan garis khayal bumi,

selanjutnya data koordinat garis khayal bumi tersebut dikonversikan ke dalam

koordinat-X maupun koordinat-Y, dengan lokasi depot (116,833 BT; 1,269 LS) sebagai

titik pusat (0,0). Dengan menggunakan Persamaan 2.1 dan 2.2 makadilakukan

perhitungan sebagai berikut:

1. Pengukuran koordinat-X lokasi outlet 10435 (Tk. Hidayat) yaitu:

X1 = BT1 – BT0

= 116,966 – 116,833

= 0,133

31

2. Pengukuran koordinat-X lokasi outlet 10261 (Tk. Rahayu) yaitu:

X2 = BT2 – BT0

= 116,917 – 116,833

= 0,084

3. Pengukuran koordinat-X lokasi outlet 10417 (Tk. Bu Yuni) yaitu:

X3 = BT3 – BT0

= 116,937 – 116,833

= 0,104

4. Pengukuran koordinat-Y lokasi outlet 10435 (Tk. Hidayat) yaitu:

Y1 = LS0 – LS1

= 1,269 – 1,222

= 0,047

5. Pengukuran koordinat-Y lokasi outlet 10261 (Tk. Rahayu) yaitu:

Y2 = LS0 – LS2

= 1,269 – 1,259

= 0,010

6. Pengukuran koordinat-Y lokasi outlet 10417 (Tk. Bu Yuni) yaitu:

Y3 = LS0 – LS3

= 1,269 – 1,246

= 0,023

Perhitungan yang sama dilanjutkan untuk penentuan seluruh lokasi lainnya guna

mengkonversikan letak lokasi ke dalam bentuk koordinat cartesius tersebut

menggunakan Persamaan 2.1 dan Persamaan 2.2 yang disajikan pada Tabel 4.5 berikut

ini:

Tabel 4.5 Letak lokasi berdasarkan koordinat cartesius

Kode Outlet Nama Outlet Jarak (Km) Koordinat-X Koordinat-YD0000 Depot 0,0 0,000 0,00010435 Tk. Hidayat 19,5 0,113 0,047

10261 Tk. Rahayu 12,5 0,084 0,010

10417 Tk. Bu Yuni 15,2 0,104 0,02310076 Tk. Cahaya Sidenreng 11,8 0,072 0,015

32

Tabel 4.5 Letak lokasi berdasarkan koordinat cartesius (lanjutan)

Kode Outlet Nama Outlet Jarak (Km) Koordinat-X Koordinat-Y10253 Tk. Neva 15,1 0,104 0,02210407 Tk. Babul Hasan 17,2 0,119 0,03310314 B-Mart 1,6 0,006 -0,00510249 Tk. Meymey 2,1 0,008 -0,00510619 Tk. Selly 2,9 0,009 -0,00810238 Tk. Karida 7,8 0,040 0,02910377 Tk. Minak Jinggo 1,3 0,006 0,00610286 Tk. Sugus 3,1 0,006 -0,00810655 Tk. Mario 5,6 0,007 0,03910231 Tk. Harum 9,4 0,027 0,04410550 Tk. Rani 9,2 0,026 0,04510487 Tk. Sulis 8,3 0,022 0,05310533 Tk. Kevin 8,5 0,023 0,05010708 Tk. Ani 5,0 -0,008 0,02910773 Tk. Kembar 8,9 0,026 0,04710043 Tk. Rindu 6,0 -0,011 0,03510560 Tk. Sidik 4,6 0,001 0,03410334 Nikmat Catering 2,0 0,010 0,00310661 Tk. Palapa 1,2 0,007 0,00110467 I-DC Mart 10,7 0,035 0,06610520 Tk. Feni 12,3 0,051 0,06810774 Tk. Mama Alwi 1,7 0,010 0,00710008 Abiel 27 Cell 6,3 -0,014 0,035

10519 Tk. Fatimah 13,5 0,052 0,071

Selanjutnya, letak seluruh lokasi berdasarkan Tabel 4.5 tersebut kemudian digambarkan

ke dalam sebuah scatter diagram yang berfungsi untuk menunjukkan letak lokasi depot

maupun seluruh outlet yaitu ditunjukkan pada Gambar 4.3 berikut ini:

33

34

Setelah dilakukan pemetaan untuk seluruh lokasi, baik depot maupun outlet-outlet ke

dalam sebuah peta, kemudian dilakukan pembentukan rute berdasarkan metode cluster

first route second dan metode route first cluster second berikut ini:

4.3.1.1 Metode Sweep Cluster First Route Second

Proses penyusunan rute pada metode cluster first route second ini awalnya dilakukan

dengan membentuk kelompok dengan cara menarik garis pada peta wilayah ke arah

mana saja, dengan rotasi garis berlawanan arah jarum jam ataupun searah dengan jarum

jam. Selanjutnya dalam tiap kelompok dilakukan penentuan rute pengiriman untuk

masing-masing lokasi. Adapun pembentukan kluster dan penyusunan rute yang

dilakukan untuk iterasi awal yaitu dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Klaster rute pengiriman yang terbentuk dari iterasi awal pengklasteran tersebut yaitu:

1. Klaster 1 (Rute biru):

D0000 – 10708 – 10008 – 10043 – 10655 – 10560 – D0000

2. Klaster 2 (Rute hijau):

D0000 – 10487 – 10467 – 10519 – 10520 – 10533 – 10773 – 10550 – 10231 –

10377 – D0000

3. Klaster 3 (Rute kuning):

D0000 – 10774 – 10238 – 10407 – 10417 – 10253 – 10261 – 10435 – 10076 –

10334 – 10661 – D0000

4. Klaster 4 (Rute coklat):

D0000 – 10314 – 10249 – 10619 – 10286 – D0000

Gambar pembentukan klaster dan gambar penyusunan rute iterasi awal yaitu dapat

dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini:

35

36

Setelah rute pengiriman telah disusun berdasarkan klaster, kemudian dilakukan uji

kelayakan pada masing-masing klaster yang telah terbentuk tersebut dengan

menggunakan batasan kapasitas kendaraan angkut dalam sekali pengiriman dengan

kapasitas maksimal sebesar 3000 kg (3 ton). Adapun uji kelayakannya ditunjukkan pada

Tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Iterasi pertama metode cluster first route second

Klaster Jalur Rute Penambahan Muatan(kg)

Jumlah Muatan(kg) Kelayakan

1 D0000-10708-10008-10043-10655-10560-D0000

545,6+178,3+1202+509,6+3122 5557,5 Tidak layak

2D0000-10487-10467-10519-10520-10533-10773-10550-

10231-10377-D0000

192+552,6+240,4+265,6+454,2+1442,4+360,6+192

+120,23820,0 Tidak layak

3D0000-10774-10238-10407-10417-10253 -10261-10435-10076-10334-10661-D0000

360,6+384+149+129,4+545,6+360,6+360,6+120,2

+976+76,83462,8 Tidak layak

4 D0000-10314-10249-10619-10286-D0000 376,1+360,6+120,2+384 1240,9 Layak

Total Muatan (kg) 14081,2

Berdasarkan perhitungan iterasi pertama pada Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa pada rute

1, rute 2, dan rute 3 mengalami muatan yang berlebih dalam sekali pengirimannya. Pada

rute 1, jumlah muatan barang yang dikirim dalam 1 pengiriman menyebabkan kelebihan

kapasitas yang disebabkan oleh outlet 10560 (Tk. Sidik), karena outlet 10560 tersebut

jumlah permintaan barang yang dikirim melebihi kapasitas truk dalam sekali

pengiriman, maka dari itu untuk pengiriman ke outlet 10560 akan dilakukan 2 kali

pengiriman, sehingga setelah pengiriman pertama, truk akan kembali ke depot dan

kembali lagi mengantar kiriman ke outlet 10560 lalu kembai lagi ke depot.

Pada rute 2, jumlah muatan lebih besar 820 kg daripada batasan kapasitas kendaraan

yaitu 3000 kg, sedangkan pada rute 3 jumlah muatan lebih besar 462,8 dari batasan

kapasitas kendaraan. Pada rute 4 memenuhi kelayakan kapasitas namun jauh lebih kecil

daripada batasan muatan maksimal. Oleh karena itu akan dilakukan perbaikan

pengelompokkan dan penyusunan rute agar pembagian klaster tetap memenuhi syarat

kelayakan kendaraan namun kapasitas kendaraan tetap dapat dimaksimalkan.

37

Pengklasteran lokasi untuk iterasi kedua dan perbaikan penyusunan rute iterasi kedua

dapat dilihat pada Gambar 4.5. Dapat dilihat bahwa untuk pengklasteran pada iterasi

kedua diperoleh 5 kelompok lokasi, sehingga akan terbentuk 5 klaster rute pengiriman.

Klaster rute pengiriman yang terbentuk dari iterasi kedua pengklasteran tersebut yaitu:

1. Klaster 1 (Rute biru):

D0000 – 10708 – 10043 – 10008 – 10560 – 10655 – D0000 – 10560 – D0000

2. Klaster 2 (Rute hijau):

D0000 – 10519 – 10520 – 10467 – 10487 – 10533 – D0000

3. Klaster 3 (Rute merah):

D0000 – 10773 – 10550 – 10231 – 10238 – 10774 – 10377 – D0000

4. Klaster 4 (Rute kuning):

D0000 – 10661 – 10334 – 10076 – 10261 – 10235 – 10417 – 10407 – 10435 –

D0000

5. Rute 5 (Rute coklat):

D0000– 10314 – 10249 – 10619 – 10286 – D0000

Gambar pembentukan klaster dan gambar penyusunan rute iterasi kedua yaitu dapat

dilihat pada Gambar 4.5 berikut ini:

38

39

Setelah rute pengiriman iterasi kedua telah disusun berdasarkan klaster, kemudian

dilakukan kembali uji kelayakan pada masing-masing klaster yang telah terbentuk

tersebut dengan kapasitas maksimal sebesar 3000 kg (3 ton). Adapun uji kelayakan

iterasi kedua ditunjukkan pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Iterasi kedua metode cluster first route second

Klaster Jalur Rute Penambahan Muatan(kg)

Jumlah Muatan(kg) Kelayakan

1D0000-10708-10043-10008-

10560-10655-D0000545,6+1202+178,3+540,9

+509,6 2976,4 Layak

D0000-10560-D0000 2581,1 2581,1 Layak

2 D0000-10519-10520-10467-10487-10533-D0000

240,4+265,6+552,6+192+454,2 1704,8 Layak

3 D0000-10773-10550-10231-10238-10774-10377-D0000

1442,4+360,6+192+384+360,6+120,2 2859,8 Layak

4D0000-10661-10334-10076-10261-10253-10417-10407-

10435-D0000

76,8+976+120,2+360,6+545,6+129,4+149+360,6 2718,2 Layak

5 D0000-10314-10249-10619-10286-D0000 376,1+360,6+120,2+384 1240,9 Layak

Total Muatan (kg) 14081,2

Berdasarkan perhitungan iterasi kedua yang ditunjukkan pada Tabel 4.7, dapat dilihat

bahwa pada seluruh rute sudah tidak mengalami muatan yang melebihi kapasitas,

dengan pada rute 1 terjadi dua kali pengiriman untuk outlet 10560 (Tk. Sidik).

Langkah selanjutnya adalah penentuan kunjungan pengiriman untuk masing-masing

lokasi di setiap klaster. Penentuan urutan lokasi yang akan dikunjungi pada masing-

masing klaster ini disusun berdasarkan jarak terdekat dari lokasi satu ke lokasi lainnya

di dalam satu klaster tersebut. Perhitungan untuk penentuan urutan rute pengiriman

pada rute 1, rute 2, rute 3, rute 4, dan rute 5 tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.

Adapun hasil penentuan urutan rute pengiriman untuk seluruh rute pada masing-masing

kluster yang dihasilkan berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan yaitu dapat

dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:

40

41

Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa rute yang dibentuk dengan menggunakan

metode sweep cluster first route second ini menghasilkan sebanyak 5 klaster dengan 5

rute perjalanan, dimana apabila rute 4 dan rute 5 digabung ke dalam satu rute, ata

dengan kata lain bahwa klaster 4 dan klaster 5 digabung menjadi 1 klaster, maka akan

dihasilkan rute pengiriman sebanyak 4 rute, yaitu ada 1 kendaraan truk engkel yang

melayani 2 rute dalam sehari, dan ada 2 kendaraan truk engkel yang masing-masing

melayani 1 rute dalam sehari. Rekapitulasi penentuan rute dengan metode sweep cluster

first route second ini dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9 Rekapitulasi penentuan rute dengan metode sweep cluster first route second

Klaster Rute Pngiriman TotalJarak (km)

Total Waktu(menit)

Total Muatan(kg)

Utilitas (%)Muatan Waktu

1

D0000-10708-10043-10008-10560-10655-

D000016,7 118,32 2976,4 99,21 49,30

D0000-10560- D0000 9,5 116,75 2581,1 86,04 48,65

2D0000-10519-10520-10467-10487-10533-

D000028,9 123,05 1704,8 56,83 51,27

3D0000-10773-10550-10231-10238-10774-

10377- D000019,7 133,40 2859,8 95,33 55,58

4

D0000-10661-10334-10076-10261-10253-10417-10407-10435-

D0000

42,5 176,33 2718,2 90,61 73,47

D0000-10314-10249-10619-10286- D0000 5,2 62,98 1240,9 41,36 26,24

Total 122,5 730,83 14081,2 469,38 304,51Rata-rata 20,42 121,81 2346,9 78,23 50,75

Setelah seluruh penyusunan rute dilakukan, pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa

didapatkan sebanyak 4 rute dengan 6 kali pengiriman dari depot ke outlet dan kembali

ke depot lagi. Adapun total jarak yang ditempuh yaitu sebesar 122,5 km, total waktu

pengiriman (waktu complete) selama 730,83 menit atau setara dengan 12,18 jam (12

jam 11 menit) dan total muatan yang didistribusikan sebesar 14081,2 kg atau setara

dengan 14,08 ton. Selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode

sweep route first cluster second.

42

4.3.1.2 Metode Sweep Route First Cluster Second

Proses penyusunan rute pada metode route first cluster second ini awalnya dilakukan

dengan membentuk rute terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengelompokkan lokasi

pengiriman ke dalam klaster. Pemetaan untuk wilayah lokasi pengiriman seperti metode

sweep cluster first route second yaitu pada Gambar 4.3.

Selanjutnya disusun sebuah rute yang dapat melayani seluruh lokasi pemberhentian

dengan tujuan untuk meminimumkan jarak tempuh rute. Pembentukan rute ini awalnya

dilakukan tanpa memperhatikan batasan kapasitas maupun waktu tempuh kendaraan.

Permasalahan ini diselesaikan dengan metode nearest neighbour, dimana prinsipnya

yaitu dengan melayani lokasi pengiriman (outlet) yang jaraknya paling dekat dengan

outlet sebelumnya yang menjadi acuan. Perhitungan untuk pembentukan sebuah rute

awal pada metode sweep route first cluster second ini dapat dilihat seperti pada Tabel

4.10 berikut ini:

Tabel 4.10 Penentuan rute awal dengan metode sweep route first cluster second

Iterasi Rute Outlet Terdekat Jarak (km)1 D0000- 10661 1,22 D0000-10661- 10314 0,83 D0000-10661-10314- 10249 0,54 D0000-10661-10314-10249- 10619 1,05 D0000-10661-10314-10249-10619- 10286 0,26 D0000-10661-10314-10249-10619-10286- 10377 1,87 D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377- 10774 1,88 D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774- 10334 0,5

9 D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334- 10560 4,0

10 D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560- 10655 1,7

11 D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655- 10487 2,7

12 D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487- 10533 0,6

13 D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533- 10773 0,4

14 D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773- 10550 0,3

15 D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550- 10231 0,2

16 D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231- 10238 3,0

43

Tabel 4.10 Penentuan rute awal dengan metode sweep route first cluster second (lanjutan)

Iterasi Rute Outlet Terdekat Jarak (km)

17D000 D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-

10076 4,8

18D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-

10261 1,9

19D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-

10253 2,6

20D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-10253-

10417 0,1

21D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-10253-10417-

10407 2,2

22D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-

10435 2,3

23D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-10435-

10467 18,9

24D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-10435-10467-

10520 2,4

25

D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-10435-10467-10520-

10519 1,2

26

D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-10435-10467-10520-10519-

10708 10,9

27

D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-10435-10467-10520-10519-10708-

10043 1,0

28

D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-10435-10467-10520-10519-10708-10043-

10008 0,3

29

D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-10435-10467-10520-10519-10708-10043-10008-

D0000 6,6

30

D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-10655-10487-10533-10773-10550-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-10435-10467-10520-10519-10708-10043-10008-D0000

Total jaraktempuh (km) 75,9

Setelah dilakukan penyusunan sebuh rute pada Tabel 4.10 untuk pengiriman ke seluruh

outlet tanpa memperhatikan batasan muatan dan waktu tempuh kendaraan, selanjutnya

dilakukan pengklasteran sesuai dengan batasan kapasitas muatan kendaraan angkut serta

44

waktu tempuh maksimal dalam sekali pengiriman. Adapun pengklasterannya yaitu

seperti yang disajikan pada Tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.11 Pengklasteran wilayah berdasarkan metode route first cluster second

Klaster Jalur Rute Penambahan Muatan(kg)

Jumlah Muatan(kg) Kelayakan

1

D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-

10334-10560-D0000

76,8+376,1+360,6+120,2+384+120,2+360,6+976+

1922966,5 Layak

D0000-10560-D0000 2930 2930,0 Layak

2 D0000-10655-10487-10533-10773-10550-D0000

509,6+192+454,2+1442,4+360,6 2958,8 Layak

3D0000-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-

10435-D0000

192+384+120,2+360,6+545,6+129,4+149+360,6 2241,4 Layak

4 D0000-10708-10043-10008-10467-10520-10519-D0000

545,6+1202+178,3+552,6+265,6+240,4 2984,5 Layak

Total Muatan (kg) 14081,2

Berdasarkan perhitungan pengklasteran wilayah pengiriman yang ditunjukkan pada

Tabel 4.11, dapat dilihat bahwa diperoleh sebanyak 4 klaster dengan 5 jalur rute

pengiriman, dimana pada klaster 1 terjadi dua kali pengiriman untuk outlet 10560 (Tk.

Sidik), dan seluruh rute tersebut sudah tidak mengalami muatan yang melebihi kapasitas

truk engkel.

Langkah selanjutnya adalah dilakukan uji kelayakan berdasarkan waktu complete

maksimal dalam sekali pengiriman. Perhitungan uji kelayakan waktu complete pada

pengiriman pada rute 1, rute 2, rute 3, rute 4, dan rute 5 tersebut dapat dilihat pada

Lampiran 3.

Adapun hasil penentuan urutan rute pengiriman yang terbentuk berdasarkan hasil

perhitungan yang telah dilakukan yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.12, sedangkan

gambar pembentukan klaster berdasarkan penyusunan rute tersebut dapat dilihat pada

Gambar 4.6 berikut:

45

46

47

Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa rute yang dibentuk dengan menggunakan

metode sweep route first cluster second ini menghasilkan sebanyak 4 klaster dengan 5

rute perjalanan, dimana ada klaster 1 terdapat 2 rute perjalanan, karena adanya 2 kali

pengiriman untuk outlet 10560 (Tk. Sidik), sehingga akan ada 1 kendaraan truk engkel

yang melayani 2 klaster dalam sehari, dan ada 2 kendaraan truk engkel yang masing-

masing melayani 1 klaster dalam sehari. Rekapitulasi penentuan rute dengan metode

sweep route first cluster second ini dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut ini:

Tabel 4.13 Rekapitulasi penentuan rute dengan metode sweep route first cluster second

Klaster Rute Pengiriman TotalJarak (km)

Total Waktu(menit)

Total Muatan(kg)

Utilitas (%)Muatan Waktu

1

D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-

10560-D0000

16,7 141,90 2966,5 98,88 59,13

D0000-10560- D0000 9,5 120,50 2930,0 97,67 50,21

2D0000-10655-10487-10533-10773-10550-

D000019,1 125,87 2958,8 98,63 52,45

3

D0000-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-10435-

D0000

45,8 182,02 2241,4 74,71 75,84

4D0000-10708-10043-10008-10467-10520-

10519-D000033,1 157,95 2984,5 99,48 65,81

Total 124,2 728,24 14081,2 469,37 303,44Rata-rata 20,98 145,65 2816,2 93,87 60,69

Setelah seluruh penyusunan rute dilakukan, pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa

didapatkan sebanyak 4 klaster dengan 5 kali pengiriman dari depot ke outlet dan

kembali ke depot lagi. Adapun total jarak yang ditempuh yaitu sebesar 124,2 km, total

waktu pengiriman (waktu complete) selama 728,24 menit atau setara dengan 12,14 jam

(12 jam 08 menit) dan total muatan yang didistribusikan sebesar 14081,2 kg atau setara

dengan 14,08 ton.

4.3.2 Pembentukan Rute dengan Metode Saving Heuristic

Pada pembentukan rute distribusi dengan metode saving heuristic ini, data jarak yang

disajikan pada Lampiran 1 berfungsi untuk melakukan perhitungan saving matriks.

48

Perhitungan nilai saving (penghematan) matriks ini dapat dilakukan dengan

menggunakan Persamaan 2.3 berikut ini:

1. Pengukuran saving matriks untuk penghematan jarak outlet 10435 (Tk. Hidayat)

dengan outlet 10261 (Tk. Rahayu) yaitu:

S12 = Co1 + Co2 – C12

= 19,5 + 12,5 – 7,8

= 24,2

2. Pengukuran saving matriks untuk penghematan jarak outlet 10435 (Tk. Hidayat)

dengan outlet 10417 (Tk. Bu Yuni) yaitu:

S13 = Co1 + Co3 – C13

= 19,5 + 15,2 – 4,5

= 30,2

3. Pengukuran saving matriks untuk penghematan jarak outlet 10435 (Tk. Hidayat)

dengan outlet 10076 (Tk. Cahaya Sidenreng) yaitu:

S14 = Co1 + Co4 – C14

= 19,5 + 11,8 – 9,3

= 22,0

4. Pengukuran saving matriks untuk penghematan jarak outlet 10261 (Tk. Rahayu)

dengan outlet 10435 (Tk. Hidayat) yaitu:

S21 = C1o + C2o – C21

= 19,5 + 13,1– 7,0

= 25,6

5. Pengukuran saving matriks untuk penghematan jarak outlet 10417 (Tk. Bu Yuni)

dengan outlet 10435 (Tk. Hidayat) yaitu:

S21 = C1o + C3o – C31

= 19,5 + 15,2– 4,5

= 30,2

6. Pengukuran saving matriks untuk penghematan jarak outlet 10076 (Tk. Cahaya

Sidenreng) dengan outlet 10435 (Tk. Hidayat) yaitu:

S21 = C1o + C3o – C31

= 19,5 + 12,1– 8,9

= 22,7

49

Perhitungan saving matriks tersebut dilakukan hingga seluruh jarak dari kombinasi dua

outlet telah dihitung seluruhnya. Hasil perhitungan data saving matriks yang telah

dihitung menggunakan Persamaan 2.3 yang disajikan pada Lampiran 4.

Setelah melakukan penyusunan saving matriks dari masing-masing pasangan outlet

berdasarkan Persamaan 2.3 seperti yang disajikan pada Lampiran 4, maka langkah

berikutnya yaitu dilanjutkan dengan memilih pasangan outlet dengan nilai saving

terbesar untuk dimasukkan ke dalam rute. Di awal dialokasikan bahwa tiap outlet

memiliki rute yang berbeda. Outlet-outlet tersebut dapat digabungkan sampai pada batas

kapasitas truk yang ada dan horison perencanaan yang berlaku.

Pengecekan kelayakan kapasitas dan waktu terhadap pasangan outlet terpilih.

Kelayakan kapasitas berdasarkan muatan truk maksimal yaitu 3000 kg (3 ton) per unit

truk. Berat produk yang diangkut dikonversi menjadi kilogram (kg), dimana massa jenis

air = 1 kg/liter, sehingga berat kotor produk (bruto) per unitnya yaitu berat bersih isi

produk (netto) ditambah dengan berat kemasan, atau pada penelitian ini dilakukan

penimbangan berat produk per unit per jenis kemasan (karton 240 ml, 330 ml, 600 ml,

1500 ml dan galon 19L serta galon kosong) secara langsung, sehingga dapat langsung

diperoleh berat produk per unit per jenis kemasan. Kelayakan waktu yaitu selama 2 x

240 menit, yaitu sebelum dan setelah jam istirahat siang. Jika total muatan dan total

waktu keseluruhan sudah melebihi kapasitas, maka tur selesai dan pengiriman ke

pelanggan terakhir dibatalkan dan kembali memilih pasangan outlet dari nilai saving

tersbesar untuk menyusun rute baru.

Penentuan rute distribusi dengan metode saving heuristic dilakukan berdasarkan

langkah-langkah tersebut. Penentuan rute untuk pendistribusian air mineral CLUB pada

tanggal 3 April 2014 ini diawali dengan melakukan penyusunan rute 1.

Penyusunan rute 1 ini diawali dengan mengkombinasikan pengiriman pada outlet 10435

(Tk. Hidayat) dengan outlet 10407 (Tk. Babul Hasan) karena memiliki nilai saving

terbesar yaitu 34,4. Jumlah muatan yang diangkut untuk kedua outlet tersebut yaitu

sebanyak 30 karton cup 240 ml dan 10 karton 600 ml atau sama dengan 509,6 kg.

50

Dilihat dari kelayakan kapasitas, rute penggabungan kedua outlet ini adalah layak

karena 509,6 kg < 3000 kg. Jarak yang ditempuh untuk rute D0000-10435-10407-

D0000 adalah sebesar 39 km dengan waktu tempuh perjalanan selama 78 unit.

Pengecekan kelayakan pendistribusian tidak hanya disesuaikan dengan kapasitas,

namun juga disesuaikan dengan waktu keseluruhan (waktu complete). Waktu untuk

loading dan unloading barang di depot selama 5,42 menit, dan loading serta unloading

barang di outlet adalah sebesar 5,42 menit, dengan total waktu administrasi untuk empat

lokasi yaitu selama 12 menit, sehingga waktu complete untuk rute ini yaitu selama

100,84 menit. Dilihat kelayakan waktu untuk rute D0000-10435-10407-D0000 ini

adalah layak karena 100,84 menit < 240 menit. Kelayakan kapasitas maupun waktu

masih terpenuhi sehingga masih dapat dilakukan penambahan tujuan outlet di dalam

rute 1 ini.

Setelah dilakukan perhitungan dari iterasi 1 hingga iterasi kesepuluh pada rute 1

diperoleh bahwa alternatif rute D0000-10487-10008-10774-10377-10314-10661-

10261-10417-10435-10407-10253-D0000 adalah alternatif rute yang memiliki

kelayakan kapasitas dan kelayakan waktu dengan nilai saving jarak terbesar dengan

nilai 2,2 diantara alternatif rute lain yang memenuhi syarat kelayakan. Jumlah muatan

kendaraan pada rute 1 ini adalah sebanyak 2849,2 kg dengan waktu complete selama

232,84 menit. Selanjutnya masih dilakukan penambahan rute ke dalam rute 1 ini karena

kapasitas kendaraan maupun batasan waktu pengiriman masih mencukupi.

Pada rute 1 kemudian masih dilakukan penambahan lokasi lainnya, akan tetapi setiap

penambahan lokasi lainnya pada rute ini ternyata mengakibatkan pelanggaran terhadap

kelayakan kapasitas maupun waktu complete. Oleh karena itu, tidak ada lagi lokasi

pengiriman yang dapat dikombinasikan pada rute D0000-10487-10008-10774-10377-

10314-10661-10261-10417-10435-10407-10253-10619-D0000 ini, sehingga harus

dibentuk rute baru lagi untuk melayani pengiriman-pengiriman pada outlet yang belum

terlayani. Pada rute 1 terdapat 12 outlet yang terlayani, sehingga masih tersisa 16 outlet

yang belum terlayani. Untuk seluruh proses perhitungan dari iterasi pertama sampai

dengan iterasi kesepuluh pada rute 1 ini dapat dilihat pada Lampiran 5.

51

Selanjutnya, pembentukan rute baru untuk melayani outlet-outlet yang belum terlayani

ini diawali dengan melakukan perhitungan iterasi pertama rute 2 dengan langkah-

langkah sama seperti pada pembentukan rute 1. Setelah dilakukan proses perhitungan

yang sama, dimana kapasitas muatan kendaraan beserta waktu complete dalam

pengiriman adalah menjadi batasan dari setiap pembenrukan rute tersebut. Pembentukan

rute tersebut terus dilakukan hingga seluruh outlet telah terlayani dan seluruh

permintaan dari masing-masing outlet telah terdistribusi. Seluruh proses perhitungan

setiap iterasi untuk seluruh rute dapat dilihat pada Lampiran 5.

Secara keseluruhan, penyusunan rute distribusi air mineral CLUB untuk metode saving

heuristic ini menghasilkan jumlah rute sebanyak 6 rute dengan 6 kali pengiriman,

dimana masing-masing kendaraan melakukan perjalanan sebanyak 2 rute. Seluruh hasil

perhitungan dengan menggunakan metode saving heuristic ini secara lengkap dapat

dilihat pada Lampiran 6.

Hasil dari penentuan urutan rute pengiriman yang terbentuk berdasarkan hasil

perhitungan dengan metode saving heuristic yang telah dilakukan yaitu dapat dilihat

pada Tabel 4.14, sedangkan gambar pemetaan pembentukan rute tersebut dapat dilihat

pada Gambar 4.7 berikut:

52

53

54

Berdasarkan Tabel 4.14, pada rute 5 untuk penggabungan kedua outlet (10773 dan

10560) pada rute yang sama tidak dapat dilakukan karena jumlah permintaan untuk

outlet 10560 melebihi kapasitas muatan 1 unit truk, yaitu 3122 kg > 3000 kg.

Penggabungan kedua rute tersebut dapat dilakukan apabila dilakukan pemecahan

jumlah barang yang dikirim untuk outlet 10560 ke dalam dua unit truk yang datang

secara bergantian ke outlet tersebut. Keputusan tersebut tidak melanggar aturan karena

pada varian VRP with multiple trips and fixed fleet split delivery ini, satu kendaraan

boleh melayani lebih dari satu rute dan satu pelanggan boleh dilayani/dikunjungi lebih

dari satu kali dengan jumlah kendaraan yang dimiliki adalah tetap. Oleh karena itu,

dilakukan penyusunan iterasi selanjutnya untuk rute 5 ini dapat diberlakukan sesuai

dengan keputusan tersebut.

Pemecahan jumlah pengiriman barang dari depot ke outlet 10560 (Tk. Sidik) ini yaitu

dengan rincian sebanyak 100 karton cup 240 ml dikirim pada pengiriman rute 5, yaitu

penggabungan pengiriman outlet 10773 dan outlet 10560, sedangkan untuk 100 botol

gallon 19 L beserta pengangkutan kembali botol gallon kosong dari outlet tersebut ke

depot dilakukan oleh truk lainnya pada rute 6.

Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa rute yang dibentuk dengan menggunakan

metode saving heuristic ini menghasilkan sebanyak 6 rute perjalanan, dimana masing-

masing kendaraan truk engkel yang melayani 2 rute dalam sehari. Rekapitulasi

penentuan rute dengan metode saving heuristic ini dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut

ini:

Tabel 4.15 Rekapitulasi penentuan rute dengan metode saving heuristic

No.Rute Jalur Pengiriman Total

Jarak (km)Total Waktu

(menit)Total Muatan

(kg)Utilitas (%)

Muatan Waktu

1

D0000-10487-10008-10774-10377-10314-10661-10261-10417-10435-10407-10253-

10619- D0000

62,0 238,35 2969,4 98,98 99,32

2

D0000-10076-10533-10238-10519-10467-10520-10655-10550-

D0000

58,9 220,38 2887,2 96,24 91,83

55

Tabel 4.15 Rekapitulasi penentuan rute dengan metode saving heuristic (lanjutan)

No.Rute Jalur Pengiriman Total

Jarak (km)Total Waktu

(menit)Total Muatan

(kg)Utilitas (%)

Muatan Waktu

3 D0000-10231-10334-10043-10708- D0000 30,2 143,82 2915,6 97,19 59,93

4 D0000-10249-10286-D0000 5,2 44,90 744,6 24,82 18,71

5 D0000-10773-10560-D0000 18,8 104,60 2644,4 88,15 43,58

6 D0000-10560- D0000 9,5 103,00 1920,0 64,00 42,92Total 184,6 855,05 14081,2 469,38 355,75

Rata-rata 30,8 142,51 2346,9 78,23 59,29

Setelah seluruh penyusunan rute dilakukan, pada Tabel 4.35 dapat dilihat bahwa

didapatkan sebanyak 4 rute dengan 6 kali pengiriman dari depot ke outlet dan kembali

ke depot lagi. Adapun total jarak yang ditempuh yaitu sebesar 184,6 km, total waktu

pengiriman (waktu complete) selama 855,05 menit atau setara dengan 14,25 jam (14

jam 15 menit) dan total muatan yang didistribusikan sebesar 14081,2 kg atau setara

dengan 14,08 ton.

4.3.3 Penentuan Rute Berdasarkan Kebijakan Perusahaan

Penentuan rute pengiriman barang dari depot ke outlet jika berdasarkan metode yang

digunakan di perusahaan dilakukan berdasarkan area wilayah kecamatan dari setiap

outlet. Perusahaan membagi wilayah distribusi air mineral CLUB di wilayah Kota

Balikpapan menjadi 3 area, yaitu area 1 untuk wilayah kecamatan Balikpapan Selatan

dan Balikpapan Timur, area 2 untuk wilayah kecamatan Balikpapan Tengah dan

Balikpapan Kota, sedangkan area 3 untuk wilayah kecamatan Balikpapan Utara dan

Balikpapan Barat. Perusahaan saat ini hanya menugaskan setiap truk engkel hanya

melayani areanya masing-masing, namun dapat dimungkinkan kebijakan penetapan area

untuk setiap unit kendaraan tersebut mengalami perubahan apabila ada kondisi lain

yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Pada kondisi ini, penentuan rute yang terbentuk berdasarkan kebijakan perusahaan saat

itu ditunjukkan pada Tabel 4.16 berikut ini:

56

Tabel 4.16 Jalur rute pengiriman berdasarkan kebijakan perusahaan

Area No.Pol Truk Jalur RuteJarak

Tempuh(km)

WaktuComplete(menit)

JumlahMuatan

(kg)

Utilitas (%)

Muatan Waktu

1 KT 8978 LB D0000-10076-10261-10253-10417-10407-10435-D000 40,4 142,72 1665,4 55,51 59,47

2 KT 8765 AR

D0000-10377-10661-10314-10249-10619-10286-10774-10238-D0000

19,8 132,18 2182,5 72,75 55,08

D0000-10334-D0000 4,0 37,42 976,0 32,53 15,59

3 KT 9476 AK

D0000-10708-10043-10008-10655-10560-D0000 17,2 113,07 2916,3 97,21 47,11

D0000-10560-D0000 9,5 93,00 2641,2 88,04 38,75D0000-10487-10533-10773-10550-10231-D0000 19,4 123,13 2641,2 88,04 51,30

D0000-10467-10520-10519-D0000 28,1 97,12 1058,6 35,29 40,47

Total 138,4 738,64 14081,2 469,37 307,77Rata-rata 19,77 105,52 2011,6 67,05 43,97

Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa penentuan rute berdasarkan kebijakan

perusahaan pada saat ini didapatkan sebanyak 7 rute pengiriman, dimana untuk truk KT

8978 LB yang melayani area 1 melakukan 1 rute pengiriman dari depot menuju 6 outlet

di wilayah kecamatan Balikpapan Selatan dan Balikpapan Timur. Truk KT 8765 AR

yang melayani area 2 melakukan 2 rute pengiriman dari depot menuju 9 outlet di

wilayah kecamatan Balikpapan Tengah dan Balikpapan Kota. Truk KT 9476 AK yang

melayani area 3 melakukan 4 rute pengiriman dari depot menuju 13 outlet di wilayah

Balikpapan Barat dan Balikpapan Utara.

Adapun total jarak yang ditempuh yaitu sebesar 138,4 km, total waktu pengiriman

(waktu complete) selama 738,64 menit atau setara dengan 12,31 jam (12 jam 19 menit)

dan total muatan yang didistribusikan sebesar 14081,2 kg atau setara dengan 14,08 ton.

4.3.4 Perbandingan Tiga Metode yang Digunakan

Setelah dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan penentuan rute pengiriman air

mineral CLUB dari depot ke outlet-outlet di Kota Balikpapan dengan menggunakan

metode saving heuristic, metode sweep cluster first route second dan metode sweep

route first route second yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan perhitungan data

57

berdasarkan kebijakan perusahaan, maka hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel

4.17 berikut ini:

Tabel 4.17 Perbandingan hasil perhitungan tiga metode

No Metode JumlahRute

JarakTempuh

(km)

WaktuComplete(menit)

JumlahMuatan

(kg)

Utilitas Rata-rata(%)

Muatan Waktu1 Sweep Cluster First Route Second 6 122,5 730,83 14081,2 78,23 50,752 Sweep Route First Cluster Second 5 124,2 728,24 14081,2 93,87 60,693 Saving Heuristic 6 184,6 855,05 14081,2 78,23 59,294 Kebijakan Perusahaan 7 138,4 738,64 14081,2 67,05 43,97

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dan hasilnya disajikan oleh Tabel 4.17,

maka ada dua pilihan yang dapat dijadikan metode terpilih untuk penentuan rute

pengiriman ini. Pilihan pertama yaitu metode sweep cluster first route second karena

memiliki total jarak terpendek dibandingkan dengan metode lainnya, dan jarak tempuh

tersebut lebih singkat 15,9 km serta waktu pengiriman lebih singkat 7,81 menit jika

dibandingkan dengan rute yang ditentukan berdasarkan kebijakan perusahaan, namun

utilitas rata-rata muatan kendaraan dalam setiap kali pengiriman ini hanya sebesar

78,23%, artinya muatan yang diangkut masih jauh dari maksimal.

Pilihan kedua yaitu metode sweep route cluster second karena memiliki total waktu

complete yang paling singkat yaitu sebesar 728,24 menit, atau lebih singkat 2,59 menit

daripada metode sweep cluster first route second, dan lebih singkat 10,40 menit

dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. Utilitas muatan kendaraan untuk setiap kali

pengiriman pada metode sweep route cluster second ini juga yang paling tinggi yaitu

sebesar 93,87%, artinya muatan yang diangkut oleh setiap truk dalam satu rute

pengirian hampir selalu mencapai kapasitas maksimal, meskipun total jarak tempuh

sebesar 124,2 km atau lebih besar 1,7 km dari metode sweep cluster first route second,

namun jarak tersebut masih lebih pendek sebesar 14,2 km dari kebijakan perusahaan.

Kedua hal inilah yang menjadi pertimbangan untuk dipilih sebagai metode terpilih.

58

4.3.5 Perhitungan Biaya Bahan Bakar Kendaraan

Biaya bahan bakar berbanding lurus dengan jumlah jarak tempuh yang dilalui oleh

kendaraan pada saat pengiriman barang. Bahan bakar yang digunakan adalah BBM

jenis Solar HSD (High Speed Diesel) non-subsidi dengan harga per liternya yaitu Rp

12.496,40, dimana 1 liter solar ini kendaraan dapat menempuh jarak sejauh 6 km.

Perhitungan biaya bahan bakar kendaraan untuk masing-masing metode yang digunakan

yaitu disajikan pada Tabel 4.18 berikut ini:

Tabel 4.18 Perbandingan perhitungan biaya bahan bakar kendaraan

No Metode JarakTempuh (km)

PemakaianBBM (liter)

Biaya BBM(Rp)

1 Sweep Cluster First Route Second 122,5 20,42 255.176,492 Sweep Route First Cluster Second 124,2 20,70 258.675,483 Saving Heuristic 184,6 30,77 384.427,574 Kebijakan Perusahaan 138,4 23,07 288.250,29

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dan hasilnya disajikan oleh Tabel 4.18,

maka diperoleh bahwa metode sweep cluster first route second memiliki jarak tempuh

yang paling singkat sehingga menghasilkan pemakaian bahan bakar minyak (BBM)

solar yang paling minimum yaitu sebanyak 20,42 liter dengan biaya yang harus

dikeluarkan untuk harga BBM solar non-subsidi tersebut sebesar Rp 255.176,49.

4.4 Penentuan Metode Terpilih

Berdasarkan perhitungan maupun perbandingan data yang telah dilakukan, maka

metode terpilih untuk penentuan rute pendistribusian air mineral CLUB di PT. Tirta

Makmur Perkasa di wilayah Kota Balikpapan apabila perusahaan ingin melihat dari

total jarak yang dihasilkan dan biaya bahan bakar yang paling minimal adalah metode

sweep cluter first route second. Metode ini terpilih karena memiliki jarak tempuh yang

paling singkat untuk pengiriman barang dari depot ke outlet-outlet yang dituju. Jarak

tempuh yang singkat ini memengaruhi jumlah pemakaian bahan bakar kendaraan yang

semakin kecil. Jarak tempuh kendaraan jika menggunakan metode cluster first route

second ini adalah sebesar 122,5 km, sehingga jumlah pemakaian bahan bakar kendaraan

untuk menempuh jarak sejauh 122,5 km ini jika perliter solar mampu menempuh jarak

59

sejauh 6 km, maka jumlah solar yang dibutuhkan untuk pendistribusian ini adalah

sebanyak 20,42 liter, dengan harga per liter solar non subsidi ini adalah sebesar Rp

12.496,40 maka jumlah biaya pemakaian bahan bakar solar yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan adalah sebesar Rp 255.176,49. Metode ini tetap dipilih meskipun memiliki

total waktu tempuh yang lebih besar 2,57 menit daripada metode sweep route first

cluster, namun karen keputusan pemilihan rute ini diputuskan berdasarkan jumlah

pemakaian bahan bakar yang paling minimum, maka yang dipilih adalah metode sweep

cluster first route class.

Tingkat utilitas muatan (keterisian muatan) pada metode cluster first route second ini

adalah sebesar 78,23% per rute per unit kendaraan. Artinya, setiap kali satu unit

kendaraan melakukan satu rute pengiriman, satu unit kendaraan tersebut rata-rata

mengangkut muatan sebanyak 2346,9 kg, atau lebih dari ¾ dari kapasitas muatan truk

yang terisi.

Metode sweep cluster route second ini juga secara sederhana sudah diterapkan oleh

perusahaan, dimana kebijakan perusahaan saat ini adalah sudah membagi wilayah lokasi

outlet-outlet yang ada di Kota Balikpapan menjadi 3 area, yaitu area 1, area 2, dan area

3. Hanya saja, perusahaan belum mempunyai metode untuk menetapkan outlet mana

yang terlebih dahulu dikunjungi dan outlet mana yang dikunjungi paling terakhir.

Metode terpilih selanjutnya adalah metode sweep route first cluster second. Metode ini

dapat dipilih oleh perusahaan apabila perusahaan memprioritaskan waktu tempuh

pengiriman dan utilitas muatan kendaraan. Waktu tempuh pengiriman dapat

diprioritaskan perusahaan apabila perusahaan ingin melayani konsumen, dalam hal ini

adalah outlet secara cepat sehingga tidak mengalami keterlambatan pengiriman dan

dapat meningkatkan kualitas pelayanan.

Waktu tempuh pengiriman yang singkat pada metode sweep route first cluster second

ini diperoleh karena tingkat utilitas kendaraan yang tinggi ketika membawa muatan dari

depot ke outlet dalam satu rute pengiriman, yaitu sebesar 93,87% sehingga dalam sekali

pengiriman, kendaraan dapat mengirim barang ke lebih banyak outlet dan mengurangi

60

waktu administrasi, karena semakin banyak rute bolak balik kendaraan dari depot ke

outlet dan kembali lagi ke depot, maka waktu administrasi yang terpakai di setiap lokasi

juga akan semakin besar. Karena pada metode sweep route first cluster second ini

menghasilkan jumlah rute pengiriman yang paling sedikit, yaitu 5 rute pengiriman,

maka menyebabkan jumlah waktu administrasi juga akan semakin berkurang karena

jumlah kendaraan yang keluar dan masuk ke depot juga berkurang. Oleh sebab itu,

meskipun jarak tempuh pada metode sweep route first cluster second ini sedikit lebih

besar daripada metode sweep cluster first route second (lebih besar 1,7 km) namun

karena tingkat keterisian muatan kendaraan yang tinggi (93,87%) maka jumlah rute

keluar dan masuk ke depot juga berkurang, dan waktu administrasi pun menjadi

berkurang, sehingga waktu total pengiriman juga berkurang, dimana metode ini

menghasilkan waktu tempuh sebesar 728,24 menit. Sehingga apabila perusahaan

menetapkan kriteria total waktu tempuh sebagai prioritas pembentukan rute

pendistribusian, maka metode sweep route first cluster second ini merupakan metode

yang layak untuk dipilih oleh perusahaan.

Metode saving heuristic pada penelitian ini tidak disarankan untuk digunakan oleh

perusahaan karena menghasilkan jarak tempuh yang sangat besar, sehingga

menyebabkan waktu tempuh dan jumlah pemakaian bahan bakar yang paling besar

pula, bahkan ketiga variabel itu lebih besar daripada penentuan rute berdasarkan

kebijakan perusahaan, sehingga hasil perhitungan yang berasal dari metode saving

heuristic pada kasus ini tidak disarankan untuk perusahaan.

4.5 Analisa Terhadap Rute yang Terbentuk Berdasarkan Metode

Terpilih

Pada metode terpilih, yaitu metode sweep cluster first route second maupun metode

sweep route first cluster second ini masing-masing menghasilkan pembentukan rute

yang berbeda-beda. Untuk pembentukan rute pada metode sweep cluster first route

second ini menghasilkan rute sebanyak 6 rute di dalam 5 klaster. Karena pada setiap

rute tersebut masih dapat memungkinkan penggabungan waktu pengiriman pada 240

menit pertama (08.00 – 12.00) maka beberapa rute dan beberapa klaster digabungkan ke

61

dalam 240 menit pertama, dengan tujuan agar outlet-outlet yang dalam hal ini berperan

sebagai pelanggan dapat dilayani pengiriman barang secara cepat, dan dapat

meningkatkan kualitas pelayanan pengiriman barang dari depot ke outlet.

Penggabungan rute maupun klaster dalam waktu pengantaran 240 menit pertama pada

metode sweep cluster first route second ini dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut ini:

Tabel 4.19 Analisis rute metode sweep cluster first route second

Klaster Rute No. Pol Truk BeratMuatan (kg)

Waktu Complete(menit)

Sisa Waktu(menit) Keputusan

1

D0000-10708-10043-10008-10560-10655-D0000

KT 9476 AK 2976,4 118,32 4,93Diantar pada

240 menitpertamaD0000-10560-D0000 KT 9476 AK 2581,1 116,75

2D0000-10519-10520-10467-10487-10533-D0000

KT 8765 AR 1704,8 123,0553,97

Diantar pada240 menitpertama5 D0000-10314-10249-

10619-10286-D0000 KT 8765 AR 1240,9 62,98

4

D0000-10661-10334-10076-10261-10253-10417-10407-10435-D0000

KT 8978 LB 2718,2 176,334 63,67Diantar pada

240 menitpertama

3D0000-10773-10550-10231-10238-10774-10377-D0000

KT 8978 LB 2859,8 133,40 106,60Diantar pada

240 menitkedua

Berdasarkan analisis rute berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa untuk rute 1 dan

rute 2 pada klaster 1 dapat dilakukan pengiriman selama 240 menit pertama. Itu

dikarenakan pada pengantaran kedua rute tersebut secara berkelanjutan di dalam jangka

waktu 240 menit pertama layak dilakukan dimana masih didapatkan sisa waktu selama

4,93 menit sebelum pukul 12.00. Truk KT 9476 AK mulanya melakukan pengiriman

untuk rute 1, setelah seluruh outlet pada rute 1 telah dilayani, truk segera kembali ke

depot dan melakukan loading barang lalu kembali melakukan untuk melayani rute 2.

Outlet 10560 dilayani secara 2 kali pengiriman karena jumlah berat muatan yang akan

didistribusikan ke outlet 10560 (Tk. Sidik) tersebut jika dalam sekali pengiriman akan

melebihi kapasitas maksimal truk engkel, yaitu 3122 kg > 3000 kg, sehingga perlu

dilakukan dua kali proses pengiriman pada outlet tersebut. Keputusan tersebut tidak

melanggar aturan karena pada varian VRP with multiple trips and fixed fleet split

delivery ini, satu kendaraan boleh melayani lebih dari satu rute dan satu pelanggan

62

boleh dilayani/dikunjungi lebih dari satu kali dengan jumlah kendaraan yang dimiliki

adalah tetap.

Selanjutnya untuk truk KT 8765 AR juga melakukan dua kali pengiriman selama 240

menit pertama, dimana pertama kali truk tersebut melayani pengiriman untuk rute pada

klaster 2, lalu setelah seluruh outlet di klaster 2 terlayani, truk kembali ke depot dan

melakukan loading kembali kemudian segera melakukan pengiriman untuk rute pada

klaster 5. Waktu pengiriman untuk rute di klaster 5 ini digabung ke dalam 240 menit

pertama bersama rute pada klaster 2 karena kombinasi total waktu tempuh dari kedua

rute pada kedua klaster ini adalah yang paling minimum, dengan total waktu sebesar

186,03 menit dan sisa waktu sebelum pukul 12.00 yaitu sebesar 53,97 menit.

Adapun truk KT 8978 LB yang melayani pengiriman pada rute 3 dan 4 dimana kedua

rute tersebut waktu pengirimannya tidak dapat digabung ke dalam 240 menit pertama,

sehingga akan lebih baik jika truk KT 8978 LB pada 240 menit pertama melayani

pengiriman rute klaster 4 karena terdapat jumlah outlet yang dilayani lebih banyak

daripada rute klaster 3, yaitu 8 outlet berbanding 6 outlet. Kemudian apabila truk

tersebut telah melayani rute klaster 4, truk kembali ke depot, dan loading muatan

beserta pengirimannya dilakukan mulai pukul 13.00 setelah istirahat siang yaitu pada

240 menit kedua.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari metode sweep cluster first route second tersebut

maka masing-masing truk melakukan 2 kali rute pengiriman, yaitu 2 truk melayani 2

rute pengiriman pada 240 menit pertama, dan 1 truk melayani pengiriman 1 rute

pengiriman pada 240 menit pertama dan 1 rute pengiriman pada 240 menit kedua.

Pada metode terpilih selanjutnya yaitu metode sweep route first cluster second

menghasilkan rute sebanyak 5 rute pengiriman di dalam 4 klaster yang terbentuk. Pada

metode ini tidak dapat dilakukan penggabungan waktu pengiriman untuk 240 menit

pertama maupun 240 menit kedua seperti yang diterapkan pada metode sweep cluster

first route second sebelumnya. Itu terjadi karena kombinasi total waktu tempuh untuk 2

rute selalu melebihi 240 menit (>240 menit), sehingga dari 5 rute yang terbentuk

63

menghasilkan waktu pengantaran yaitu ada 3 rute yang dilayani pada 240 menit

pertama, dan ada 2 rute yang dilayani pada 240 menit kedua.

Penentuan waktu pendistribusian pada metode sweep route first cluster second ini dapat

dilihat pada Tabel 4.20 berikut ini:

Tabel 4.20 Analisis rute metode sweep route first cluster second

Klaster Rute No. Pol Truk BeratMuatan (kg)

Waktu Complete(menit)

Sisa Waktu(menit) Keputusan

1

D0000-10661-10314-10249-10619-10286-10377-10774-10334-10560-D0000

KT 9476 AK 2966,5 141,9 98,1

Diantarpada 240

menitpertama

D0000-10560-D0000 KT 9476 AK 2930,0 120,5 119,5Diantar

pada 240menit kedua

2D0000-10655-10487-10533-10773-10550-D0000

KT 8765 AR 2958,8 125,868 114,132Diantar

pada 240menit kedua

3

D0000-10231-10238-10076-10261-10253-10417-10407-10435-D0000

KT 8765 AR 2241,4 182,018 57,982

Diantarpada 240

menitpertama

4D0000-10708-10043-10008-10467-10520-10519-D0000

KT 8978 LB 2984,5 157,95 82,05

Diantarpada 240

menitpertama

Berdasarkan Tabel 4.20 dapat dilihat bahwa tidak ada rute yang waktu pengirimnannya

dapat digabung ke dalam 240 menit pertama maupun ke dalam 240 menit kedua. Oleh

karena itu, masing-masing truk melakukan pengiriman ke satu rute pada 240 menit

pertama, dan setelah melayani seluruh outlet pada pengiriman di 240 menit pertama,

seluruh truk kembali ke depot. Kegiatan loading kembali dilakukan setelah jam istirahat

siang atau pada 240 menit kedua. Namun pada 2 rute pengiriman di 240 menit kedua ini

hanya dilayani oleh dua truk saja yaitu truk KT 9476 AK dan KT 8765 AR, sedangkan

satu unit truk lainnya yaitu KT 8978 LB hanya berada di depot saja pada saat 240 menit

kedua karena pengiriman untuk seluruh outlet sudah terlayani.

Pada 240 menit pertama, truk KT 9476 AK mulanya melakukan pengiriman untuk rute

1 di klaster 1, setelah seluruh outlet pada rute 1 telah dilayani, truk segera kembali ke

depot. Truk tidak dapat kembali melakukan pengantaran barang untuk rute selanjutnya

64

karena waktu pengiriman yang dibutuhkan tidak mencukupi terhadap waktu pelayanan

yang tersisa pada 240 menit pertama, sehingga truk ini baru dapat melakukan loading

barang lalu kembali melakukan untuk melayani rute 2 pada 240 menit kedua, atau pada

pukul 13.00 setelah waktu istirahat siang. Outlet 10560 dilayani secara 2 kali

pengiriman karena jumlah berat muatan yang akan didistribusikan ke outlet 10560 (Tk.

Sidik) tersebut jika dalam sekali pengiriman akan melebihi kapasitas maksimal truk

engkel.

Selanjutnya untuk truk KT 8765 AR juga melakukan dua kali pengiriman, dimana 1

rute pengiriman di klaster 3 pada 240 menit pertama dan 1 rute pengiriman di klaster 2

pada 240 menit kedua. Klaster 3 lebih dahulu dilayani karena jumlah outlet yang

dilayani lebih banyak daripada jumlah outlet yang terdapat di rute pada klaster 2,

sehingga pada 240 menit pertama, dimana pertama kali truk tersebut melayani

pengiriman untuk rute pada klaster 3, lalu setelah seluruh outlet di klaster 3 terlayani,

truk kembali ke depot. Truk kembali melakukan loading dan pengiriman untuk rute

pada klaster 2 pada pukul 13.00, atau setelah waktu istirahat siang.

Adapun truk KT 8978 LB hanya melayani pengiriman pada sebanyak 1 rute pada

klaster 4 dimana seluruh outlet pada klaster 4 tersebut dilayani pada 240 menit pertama.

Setelah itu truk kembali ke depot, dan pada 240 menit kedua, truk KT 8978 LB ini

hanya berada di depot saja karena seluruh outlet sudah terlayani seluruhnya.