bab iv ado tabel proteksi.docx

29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Jumlah Geliat Mencit yang Diberi Ekstrak Daun Belimbing Wuluh Hasil pengamatan memperlihatkan adanya penurunan rata-rata jumlah geliat mencit setiap 5 menitnya selama 60 menit pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat perbedaan rata-rata jumlah geliat mencit setiap 5 menit pengamatan. Pengamatan rata- rata jumlah geliat mencit setiap menit disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Rata-rata Jumlah Geliat Mencit Selang Waktu 5 Menit Selama 60 Menit Pengamatan Perlaku an (mg/ 10 g BB) Rata-rata Jumlah Geliat Menit ke- X 5' 10 ' 15' 20' 25' 30' 35' 40' 45' 50' 55' 60' 0 4, 83 16 ,5 18, 5 16, 5 13 13, 7 12, 2 11, 3 12, 5 9 8,6 7 9 145, 67 12, 14 0,05 1 9, 5 10 7,3 3 9,5 7,1 7 7,3 3 5,5 3,8 3 7 4,3 3 2.5 74,9 9 6,2 5 0,1 1, 67 3 3,1 7 4,1 7 3,6 7 3,1 7 3,3 3 2,1 7 2,1 7 1,5 1 0,8 3 29,8 5 2,4 9 0,2 0 0, 5 1,5 1,1 7 1,3 3 0,8 3 1,6 7 0,6 7 1,1 7 0,6 7 0,6 7 0,1 7 10,3 5 0,8 6 Jumlah 260, 86 21, 74 Rata-rata 65,2 2 5,4 3 21

Upload: sucirakhmadanti-josapamungkas

Post on 26-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Jumlah Geliat Mencit yang Diberi Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

Hasil pengamatan memperlihatkan adanya penurunan rata-rata jumlah geliat

mencit setiap 5 menitnya selama 60 menit pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan terdapat perbedaan rata-rata jumlah geliat mencit setiap 5 menit

pengamatan. Pengamatan rata-rata jumlah geliat mencit setiap menit disajikan pada

Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Rata-rata Jumlah Geliat Mencit Selang Waktu 5 Menit Selama 60 Menit Pengamatan

Perlakuan (mg/ 10 g

BB)

Rata-rata Jumlah Geliat Menit ke-

∑ X5' 10' 15' 20' 25' 30' 35' 40' 45' 50' 55' 60'

0 4,83 16,5 18,5 16,5 13 13,7 12,2 11,3 12,5 9 8,67 9 145,67 12,14

0,05 1 9,5 10 7,33 9,5 7,17 7,33 5,5 3,83 7 4,33 2.5 74,99 6,25

0,1 1,67 3 3,17 4,17 3,67 3,17 3,33 2,17 2,17 1,5 1 0,83 29,85 2,49

0,2 0 0,5 1,5 1,17 1,33 0,83 1,67 0,67 1,17 0,67 0,67 0,17 10,35 0,86

Jumlah 260,86 21,74

Rata-rata 65,22 5,43

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan jumlah geliat mencit

pada setiap 5 menit pengamatan. Respon geliat muncul pada 5 menit pertama setelah

diinduksi asam asetat, umumnya jumlah geliat terus bertambah mulai dari menit ke-

10 dan geliat berkurang mulai dari menit ke-50 untuk kelompok kontrol dan

kelompok dosis 0,05 mg/10 g BB dan 0,2 mg/ 10 g BB, kecuali pada kelompok dosis

0,1 mg/ 10 g BB yaitu pada menit ke-40. Tabel diatas dapat digambarkan berupa

grafik sebagai berikut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

21

Page 2: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

5' 10' 15' 20' 25' 30' 35' 40' 45' 50' 55' 60'02468

101214161820

P0 P1 P2 P3

Waktu (menit)

Rata

-rat

a Ju

mla

h G

elia

t

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Jumlah Geliat Mencit Selang Waktu 5 Menit Selama 60 Menit Pengamatan

Gambar 4.1 memperlihatkan adanya penurunan rata-rata jumlah geliat mencit

pemberian ekstrak daun belimbing wuluh selama waktu pengamatan. Rata-rata

jumlah geliat mencit yang dihasilkan selama 60 menit pengamatan pada setiap

kelompok perlakuan disajikan pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Geliat Mencit Selama 60 Menit Pengamatan

Perlakuan (mg/ 10 g

BB)

UlanganJumlah X

1 2 3 4 5 6

0 9,67 9 17,92 12,17 13,58 10,5 72,84 12,140,05 6,25 4,58 5,17 9,25 6,17 6,08 37,5 6,250,1 1,42 1,5 1 2,92 5,92 2,17 14,93 2,490,2 0,33 0,25 0,33 1,25 0,67 2,33 5,16 0,86

Jumlah 130,43 21,74Rata-rata 32,61 5,43

Tabel 4.2 memperlihatkan adanya perbedaan rata-rata jumlah geliat mencit

pada masing-masing perlakuan. Rata-rata jumlah geliat mencit mengalami penurunan

pada setiap kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Rata-rata terendah

penurunan jumlah geliat mencit adalah 0,86 kali pada dosis 0,2 mg/10 g BB,

22

Page 3: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

sedangkan yang tertinggi adalah 12,14 kali pada dosis kontrol. Penurunan rata-rata

jumlah geliat mencit dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Kelompok Perlakuan0

2

4

6

8

10

12

1412.14

6.25

2.490.8600000000

00001

P0 P1 P2 P3

Rat

a-ra

ta J

umla

h G

elia

t Men

cit S

e-la

ma

60 M

enit

Gambar 4.2 Diagram Batang Rata-rata Jumlah Geliat Mencit Selama 60 Menit Pengamatan

Gambar 4.2 memperlihatkan penurunan rata-rata jumlah geliat mencit pada

masing-masing kelompok perlakuan. Berdasarkan diagram batang diatas dapat dilihat

bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh maka semakin

rendah jumlah geliat mencit dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penurunan ini

menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh memiliki potensi sebagai

analgesik. Berdasarkan perubahan yang terjadi, dilakukan analisis keragaman. Hasil

analisis keragaman dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Analisis Keragaman Rata-rata Jumlah Geliat Mencit yang Diberi Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

SK DB JK KT F HitungFtabel

5% 1%Perlakuan 3 451,4 150,5 34,7** 3,1 4,94

Galat 20 86,8 4,3Total 23 538,2 154,8

Keterangan: ** = berbeda sangat nyata

23

Page 4: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

Hasil analisis keragaman (Tabel 4.3) memperlihatkan bahwa ekstrak daun

belimbing wuluh berpengaruh sangat nyata dalam menurunkan jumlah geliat mencit.

Berdasarkan hasil perhitungan, F hitung lebih besar dari F tabel maka H1 diterima

dan H0 ditolak. Hal ini bermakna bahwa ekstrak daun belimbing wuluh dapat

menurunkan jumlah geliat mencit. Oleh karena itu, dilakukan uji lanjut untuk melihat

pengaruh antar perlakuan dan mengetahui dosis yang efektif untuk menurunkan

jumlah geliat mencit yaitu dengan melakukan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND).

Hasil uji BJND dapa dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Uji BJND Pengaruh Ekstrak Daun Belimbing Wuluh terhadap Penurunan Jumlah Geliat Mencit

Dosis (mg / 10 g BB)

X ± SDBJND

5 % 1 %

0,2 0,86 ± 0,81 a A

0,1 2,49 ± 1,81 b B

0,05 6,25 ± 1,61 c C

0 12,14 ± 3,29 d DKeterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak

nyata (5%) dan berbeda sangat tidak nyata (1 %)

Hasil uji BJND pada Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa kontrol berbeda sangat

nyata dengan semua dosis ekstrak daun belimbing wuluh. Tabel 4.4 memperlihatkan

perlakuan semua dosis ekstrak daun belimbing wuluh memiliki perbedaan sangat

nyata pada rata-rata jumlah geliat mencit. Berdasarkan Uji BJND, perlakuan

dengan dosis ekstrak daun belimbing wuluh yang efektif untuk

menurunkan jumlah geliat mencit yaitu dosis 0,05 mg/ 10 g BB.

4.1.2 Persentase Penghambatan Nyeri pada Kelompok Perlakuan

Dari data uji efek analgesik, dapat dihitung persentase daya analgesik bahan

uji yaitu kemampuan bahan uji dalam mengurangi respon geliat mencit yang

disebabkan oleh induksi asam asetat 0,6%. Persentase ini menggambarkan daya

analgesik dari suatu bahan uji. Persentase daya analgesik diperoleh dengan

24

Page 5: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

membanding rata-rata jumlah geliat kelompok bahan uji terhadap kelompok kontrol.

Persentase daya analgesik bahan uji dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Persentase Daya Analgesik Mencit terhadap Induksi Asam Asetat 0,6%

Dosis(mg/10 g

BB)

Ulangan (%) Jumlah (%)

X (%)1 2 3 4 5 6

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0,05 35,4 49,1 71,1 24 54,6 42,1 276,3 46

0,1 85,3 83,3 94,4 76 56,4 79,3 474,8 79,1

0,2 96,6 97,2 98,2 89,7 95,1 77,8 554,6 92,4

Jumlah 1305,7 217,6

Rata-rata 326,4 54,4

Tabel 4.5 memperlihatkan hasil persentase daya analagesik bahan bahan uji

ekstrak daun belimbing wuluh. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata persentase

daya analgesik terbesar yaitu 92,4 % pada dosis 0,2 mg/10 g BB. Tabel diatas dapat

digambarkan berupa diagram batang sebagai berikut.

P0 P1 P2 P3 0

102030405060708090

100

0

46

79.192.4

Kelompok Perlakuan

% P

rote

ksi G

elia

t

Gambar 4.5 Diagram Batang Persentase Daya Analgesik Mencit terhadap Induksi Asam Asetat 0,6%

25

Page 6: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

Gambar 4.5 menunjukkan hubungan antara rata-rata jumlah geliat mencit

berbanding terbalik dengan persentase daya analgesik. Artinya, semakin rendah nilai

rata-rata jumlah geliat mencit maka semakin besar nilai persentase daya analgesik

sebaliknya makin besar nilai rata-rata jumlah geliat mencit maka semakin kecil nilai

persentase daya analgesik.

Data persentase day analgesik mencit dapat dianalisis dengan menggunakan

Analisis Sidik Ragam untuk melihat pengaruh ekstrak daun belimbing wuluh

terhadap respon geliat mencit jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hasil

rekapitulasi analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Rekapitulasi Analisis Keragaman Persentase Daya Analgesik Mencit terhadap Induksi Asam Asetat 0,6%

SK DB JK KTF

HitungFtabel

5% 1%Perlakuan 3 30523 10174 83,2** 3,1 4,94

Galat 20 2445,1 122,3

Total 23 32968,1 10296,3

Keterangan: ** = berbeda sangat nyata

Hasil analisis keragaman (Tabel 4.5) memperlihatkan bahwa ekstrak daun

belimbing wuluh berpengaruh sangat nyata dalam penghambatan nyeri mencit.

Berdasarkan hasil perhitungan, F hitung lebih besar dari F tabel maka H1 diterima

dan H0 ditolak. Hal ini bermakna bahwa ekstrak daun belimbing wuluh dapat

memiliki day hambat nyeri mencit. Untuk melihat pengaruh masing-masing

perlakuan maka dilakukan uji lanjut yaitu Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND).

Hasil uji BJND dapat dilihat pada Tabel 4.7.

26

Page 7: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

Tabel 4.7 Uji BJND Persentase Daya Analgesik Mencit terhadap Induksi Asam Asetat 0,6%

Dosis(mg/10 g BB) X ± SD

BJND

5% 1%0 0 ± 0 a A

0,05 46 ± 16,3 b B

0,1 79,1 ± 12,8 c C

0,2 92,4 ± 7,8 d D

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%) dan berbeda sangat tidak nyata (1 %)

Hasil uji BJND pada Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa perlakuan dengan

dosis ekstrak daun belimbing wuluh yang tertinggi daya hambatnya yaitu dosis 0,2

mg/10 g BB sebesar 92,4% dibandingkan kedua dosis lainnya. Semakin tinggi dosis

ekstrak maka semakin besar persentase daya hambatnya.

4.2 Pembahasan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh

berpengaruh terhadap penurunan jumlah geliat mencit. Frekuensi geliat dalam waktu

tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakan oleh hewan uji. Hasil pengamatan

jumlah geliat yag terjadi pada mencit setiap 5 menit selama 60 menit pengamatan

(Tabel 4.1) diketahui bahwa adanya perbedaan terhadap respon geliat yang

ditmbulkan tiap mencit. Hal ini terjadi karena respon nyeri bersifat subjektif. Hasil

analisis keragaman (Tabel 4.2) diketahui bahwa penurunan jumlah geliat mencit pada

masing-masing kelompok perlakuan memiliki perbedaan sangat nyata pada rata-rata

jumlah geliat mencit dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan uji lanjut

Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) diperoleh hasil bahwa perlakuan dengan dosis

ekstrak daun belimbing wuluh yang efektif untuk menurunkan jumlah geliat mencit

yaitu dosis 0,05 mg/ 10 g BB. Setelah diuji persentase daya hambat dari semua dosis

ekstrak daun belimbing wuluh didapat persentase daya hambat terbesar pada dosis 0,2

mg/10 g BB yaitu sebesar 92,4% (Tabel 4.5). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak

27

Page 8: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

daun belimbing wuluh semakin besar penurunan jumlah geliat mencit. Hal ini

bermakna bahwa daun belimbing wuluh dapat menurunkan jumlah geliat mencit

akibat induksi asam asetat secara signifikan.

Semua dosis ekstrak daun belimbing wuluh dapat menurunkan jumlah geliat

mencit akibat induksi asam asetat. Efek analgetik dinilai dengan kemampuan

senyawa tersebut dalam menurunkan jumlah geliat yang ditimbulkan oleh asam asetat

sebagai rangsang kimiawi. Semakin sedikit jumlah geliat yang ditimbulkan maka

semakin besar efek analgetik obat tersebut.

Pengamatan 5 menit pertama sebagian mencit sudah mengalami geliat akibat

diinduksi asam asetat dan meningkat pada menit ke-10. Rasa nyeri yang timbul akibat

rangsangan kimiawi dari asam asetat. Asam asetat merupakan iritan yang merusak

jaringan secara lokal yang menyebabkan nyeri pada bagian rongga perut pada

pemberian intraperitoneal. Hal itu disebabkan oleh kenaikan ion H+ akibat turunnya

pH dibawah 6 sehingga menyebabkan membran sel luka (Hidayat, 2010). Kerusakan

membran sel ini menimbulkan keadaan nyeri yang direspon dengan cara konstriksi

dan pemajangan yang menjalar ke sepanjang dinding perut, yang tampak sebagai

gerakan menggeliat (writhing test) (Turner, 1965).

Rusaknya membran sel akibat induksi asam asetat menyebabkan peningkatan

pembentukan prostaglandin terutama prostaglandin E2 (PGE2) dan prostaglandin F2α

(PGF2α) di dalam cairan peritoneal kemudian akan meningkatkan sensitivitas reseptor

nyeri terhadap stimulus kimiawi (Deraedt, dkk. 1980; Benhouda dan Mouloud, 2014).

Prostaglandin merupakan mediator yang sering dikaitkan dengan rasa nyeri yang

terbentuk dari asam arakidonat yang terdapat di sistem saraf, zat ini disebut juga

dengan eikosanoid (Ganong, 2002).

Dalam proses nyeri, prostaglandin terbentuk ketika enzim fosfolipase pada

fosfolipid di membran sel yang mengalami kerusakan mengubahnya menjadi asam

arakidonat yang akhirnya akan membentuk prostaglandin melalui jalur

siklooksigenase (COX). Siklooksigenase COX memiliki isoenzim untuk mensintesis

prostaglandin sebagai penginduksi nyeri yaitu COX-2 (Goodman dan Gilman, 2007;

28

Page 9: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

Ganong, 2002). Meningkatnya biosintesis prostaglandin mengindikasi adanya

kerusakan membran sel akibat rangsangan kimiwai.

Perasaan nyeri dapat berlangsung cepat apabila trauma yang terjadi cukup

kecil, nyeri pascatrauma akan menetap selagi luka dalam masa penyembuhan.

Keadaan ini ditandai oleh nyeri yang berlebihan (hiperalgesia) bila daerah luka

terkena rangsang yang biasanya hanya menyebabkan nyeri ringan (Ganong, 2002).

Oleh karena itu, untuk membantu proses penyembuhan dengan cara menghambat

biosintesis prostaglandin dapat dibantu dengan menggunakan analgetik yang berasal

dari bahan tumbuhan untuk memperkecil efek samping. Analgetik dari ekstrak

tumbuhan yang mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid

berpotensi sebagai analgetik alami dalam menstabilkan kelebihan biosintesis

prostaglandin pada jalur siklooksigenase (COX) dalam tubuh.

Beberapa bahan tumbuhan berpotensi sebagai analgetik alami telah dilakukan

penelitian seperti penelitian uji analgesik dilakukan oleh Marlyne (2012)

menggunakan ekstrak etanol bunga mawar yang mengandung flavonoid jenis

kaempferol dan quercetin dapat mengurangi rasa nyeri dengan cara menghambat

biosintesis prostaglandin. Penelitian Wemay, dkk. (2013) menggunakan ekstrak

etanol tanaman kucing-kucingan yang mengandung flavonoid, alkaloid dan saponin

dapat mengurangi rasa nyeri.

Ekstrak tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun belimbing

wuluh. Berdasarkan uji fitokimia ekstrak etanol daun belimbing wuluh mengandung

senyawa flavonoid, saponin, steroid dan alkaloid. Daun belimbing wuluh memiliki

senyawa flavonoid jenis luteolin dan apigenin (Miean dan Mohamed, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian, daun belimbing wuluh berpengaruh sangat nyata

terhadap penurunan jumlah geliat mencit. Adanya pengaruh penurunan jumlah geliat

mencit dari ekstrak daun belimbing wuluh ini diduga disebabkan oleh kandungan

flavonoid dan senyawa metabolit lainnya pada daun belimbing wuluh yang bertindak

sebagai analgesik.

29

Page 10: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

Flavonoid merupakan salah satu komponen penting yang ditemukan dalam

daun belimbing wuluh yang memiliki kemampuan sebagai antipiretik dan antioksidan

(Lisdiyanti. 2008; Kuncahyo dan Sunardi. 2007). Flavonoid diketahui dapat

menghambat sejumlah enzim seperti reduktase aldosa, xantine oxidase,

phosphodiesterase, Ca2+-ATPase, lipooksigenase dan siklooksigenase. Flavonoid juga

memiliki efek penghambatan kuat pada beberapa sistem enzim seperti protein kinase-

C, tirosin protein kinase, fosfolipase A2 (Narayana, dkk. 2001). Senyawa flavonoid

(kaempferol dan quercetin) dan alkaloid (aconitin, mesaconitin dan didelfin) sebagai

analgesik yaitu menghambat fase penting dalam biosintesis prostaglandin yaitu pada

lintasan siklooksigenase (COX) (Wemay, dkk., 2013; Marlyne, 2012; Benn dan

Jacyno, 1983 dikutip Yusuf, dkk., 2013). Hal ini juga didukung Purnama 2007

dikutip Wemay, dkk. 2013) menyatakan bahwa senyawa flavonoid (luteolin, luteolin-

7-glucoside dan apigenin) berperan dalam menekan produksi dari prostaglandin

dengan cara menghambat enzim COX-2. Selain itu, senyawa saponin merupakan

larutan berbuih dan diklasifikasikan oleh struktur aglycon ke dalam triterpen dan

steroid. Kedua senyawa tersebut bersifat anti inflamasi, analgeik dan sitotoksik

(Wemay, dkk. 2013).

Mekanisme kerja ekstrak daun belimbing wuluh diduga melalui hambatan

siklooksigenase, sehingga menyebabkan asam arakidonat tidak dapat berubah

menjadi prostaglandin endopreoksida siklik. Prostaglandin endoperoksida siklik

merupakan prazat semua prostaglandin, oleh karena itu bila senyawa itu tidak

terbentuk, maka sintesis prostaglandin terhenti.

Gambaran umum mekanisme ekstrak daun belimbing wuluh menurunkan

jumlah geliat mencit:

30

Page 11: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

Keterangan :

= Proses penurunan jumlah geliat mencit (respon nyeri) oleh pemberian

ekstrak

= Proses peningkatan jumlah geliat mencit (respon nyeri) akibat injeksi asam

asetat

= Bagian yang dihambat oleh ekstrak

Gambar 4.6 Skema proses peningkatan geliat mencit akibat injeksi asam asetat dan penuurunan jumlah geliat akibat pemberian ekstrak daun belimbing wuluh

Respon nyeri dapat diilihat dari peningkatan jumlah geliat (writhing test)

akibat induksi dari asam asetat. Keadaan menggeliat sebagai indakator bahwa mencit

31

1. Pemberian ekstrak daun belimbing wuluh peroral

2. Ekstrak dicerna melalui sistem pencernaan

3. Injeksi asam asetat secara intraperitoneal

4. Asam asetat mengiritasi bagian peritoneal perut

5. Iritasi pada membran sel

6. Pelepasan mediator nyeri (Biosintesis prostaglandin meningkat)

7. Impuls nyeri dihantarkan oleh nosiseptor

8. Medulla spinalis

9. Otak (thalamus dan korteks)

3. Sari-sari ekstrak yang telah dicerna diedarkan darah4. Menghambat

biosintesis prostaglandin

Respon nyeri menggeliat

Page 12: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

mengalami nyeri dibagian perut, yang ditandai dengan posisi abdomen menyentuh

dasar lantai dan kedua pasang kaki di tarik kebelakang dan kedepan. Injeksi asam

asetat secara intraperitoneal diwilayah bagian ventral perut sehingga mengiritasi lokal

rongga peritoneum (perut) mencit. Masuknya asam asetat dalam rongga peritoneum

menyebabkan kenaikan ion H+ akibat turunnya pH dibawah 6 sehingga menyebabkan

membran sel luka. Hal ini berlangsung cepat, 5 menit pertama setelah injeksi asam

asetat sudah menunjukkan respon nyeri dan respon nyeri akan terus menurun dimenit

selanjutnya. Oleh sebab itu, pemberian ekstrak dilakukan lebih awal sebelum

pemberian injeksi, karena ekstrak mengalami proses absorbsi, reabsorbsi dan

distribusi dahulu yang membutuhkan waktu cukup lama. Proses penurunan jumlah

geliat terjadi dimenit-menit pertengahan pengamatan, diduga efek analgesik dari

ekstrak daun belimbing wuluh mulai bekerja.

Berikut skematik mekanisme efek analgesik ekstrak daun belimbing wuluh

dalam menurunkan jumlah geliat mencit:

32

Page 13: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

PG= prostaglandin

---- = menghambat

**= tidak aktif TX = tromboksanPGI = prostasiklin

Rangsangan kimiawi Kerusakan membran sel Fosfolipid membran

Asam arakhidonat

PGG2

PGH2

PGI2 TXA2 Prostaglandin

6-keto-PGF1α** TXB2**

PGE2 PGD2 PGF2α Keterangan :

Gambar 4.7 Pembentukan prostaglandin dan penghambatan prostaglandin oleh flavonoid ekstrak daun belimbing wuluh

4.3 Sumbangan Hasil Penelitian

Materi pada pembelajaran Biologi yang mengaitkan materi sesuai dengan

contoh yang ada di alam adalah materi kelas X, khususnya Kompetensi Dasar 3.7 ini

adalah menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam

divisio berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta

mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi. Contoh tumbuhan

33

Fosfolipase A2

Siklooksigenase Lipooksigenase

COX-2 COX-1

Prostasiklin sintase Tromboksan sintase

Isomerase Reduktase

FLAVONOID

Warna merah: proses pembentukan prostaglandin sebagai mediator nyeri.

--

---

---

Page 14: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

yang berpotensi yang disampaikan guru perlu digali informasi contoh tumbuhan yang

belum dimanfaatkan secara optimal. Informasi tumbuhan berpotensi ini berguna agar

dapat dimanfaatkan secara optimal. Daun belimbing wuluh adalah salah satu contoh

tumbuhan berpotensi yang belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan daun

belimbing wuluh belum banyak diterapkan oleh masyarakat. Berdasarkan hasil

penelitian, daun belimbing wuluh berpotensi sebagai analgesik.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar pada pembelajaran

biologi SMA kelas X semester II, yaitu pada Kompetensi Dasar 3.7 Menerapkan

prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan

pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya

dalam kelangsungan kehidupan di bumi. Guru merupakan fasilitator bagi siswa yang

mana guru dapat membimbing, orang yang mengarahkan siswa serta sebagai

narasumber informasi peserta didik tentang suatu materi dalam kegiatan belajar

mengajar. Dalam proses belajar mengajar membutuhkan sumber belajar yang tepat

agar peserta didik menjadi lebih mudah memahaminya. Salah satu sumber belajar

yang dapat digunakan adalah bahan ajar. Dengan adanya bahan ajar yang disusun

secara sistematis membuat proses belajar mengajar lebih terbantu. Salah satu bahan

ajar adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dapat membantu guru dalam

melaksanakan pembelajaran.

Pemilihan LKPD sebagai bentuk dari sumbangan hasil penelitian diharapkan

dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien karena materi

yang akan dipelajari sudah terangkum dalamnya. Suatu materi akan tercapai tujuan

pembelajarannya apabila dilengkapi dengan perangkat pembelajaran, sehingga

penulis menyumbangkan hasil penelitian ini dalam bentuk perangkat pembelajaran

(silabus, RPP, wacana hasil penelitian dan LKPD).

Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan

memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi

sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan

melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu

34

Page 15: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

dalam mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar,

dan mengomunikasikan. Penguatan pendekatan saintifik perlu diterapkan

pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning)

(Kemendikbud, 2013). Adapun model pembelajaran yang digunakan dari hasil

penelitian yaitu model pembelajaran discovery learning. Pada model ini, peserta didik

diharapkan mampu mengeksplore ide-ide, menggali informasi dan menemukan suatu

konsep maupun pemahaman baru mengenai materi yang disediakan melalui LKPD.

35

Page 16: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

Ekstrak daun belimbing wuluh dapat menurunkan jumlah geliat mencit secara

signifikan sehingga ekstrak daun belimbing wuluh berpotensi sebagai analgesik

dengan cara menurunkan geliat mencit.

Dosis efektif untuk menurunkan jumlah geliat mencit yaitu dosis 0,05 mg/ 10 g

BB.

Saran

Pada penelitian selanjutnya disarankan menggunakan bagian tanaman

belimbing wuluh selain daun. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengidentifikasi dan mengisolassi senyawa aktif yang berpotensi sebagai analagetik.

Data hasil penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut terhadap

mamalia lain sebelum diuji klinis.

36

Page 17: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Md. Abdullah, Shahariar Rahman, Mahfuzul Islam dan Anjuman Ara Begum. 2014. A Comparative Study on Antibacterial Activities and Cytotoxic Properteis of Various Leaves Extracts of Averrhoa bilimbi. IJPSR, 5(3): 913-918.

Ballenger, L. 1999. Mus musculus. http://animaldiversity.ummz.umich. edu/site/accounts/information/Mus_musculus.html. Diakses tanggal 3 September 2014.

Benhouda, Afaf dan Mouloud Yahia. 2014. Toxicity, Analgesic and Anti-Pyretic Activities of Methanolic Extract From Hyoscyamus Albus Leaves in Albinos Rats. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 6(3): 121-127.

Campbell, Neil A., Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi 5 Jilid 3. Dialihbahasakan oleh Wasmen Manalu. 2004. Jakarta : Erlangga.

Core, Earl L.. 1959. Plant Taxonomy. Amerika Serikat: Prentince-Hall, inc.

Das, Biswa Nath dan Muniruddin Ahmed. 2012. Analgesic Activity of The Fruit Extract of Averroea Carambola. International Journal of Life Sciences Biotechnology and Pharma Research, 1(3): 22-26.

Deraedt R., Jouquey S., Delevallee F. dan Flahaut M. 1980. Release of Prostaglandins E and F in an Algogenic Reaction and its Inhibition. Eur J Pharmacol, 61(1):17-24.

Dewoto, Hedi R.. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia menjadi Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia, 57 (7): 205-211.

Ganong,William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Dialihbahasakan oleh Widjajakusumah, Djauhari. 2003. Jakarta: EGC.

Goodman dan Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi Vol. 2 Edisi 10. Dialihbahasakan oleh Tim Alih Bahasa ITB. 2008. Jakarta: EGC.

Hanafiah, Kemas Ali. 2012. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hayati, Elok Kamilah, A. Ghanaim Fasyah, dan Lailis Sa’adah. 2010. Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin pada Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Jurnal Kimia, 4 (2): 193-200

37

Page 18: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

Hernani, Christina Winarti dan Tri Marwati. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Belimbing Wuluh terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Hewan Uji. Jurnal Pascapanen, 6 (1): 54-61.

Hidayat, Ricky. 2010. Efek Analgesik dan Anti-Inflamasi Jus Buah Nanas (Ananas comosus L.) pada Mencit Betina Galur Swiss. Skripsi,. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Inayati, Alfi. 2010. Uji Analgetik dan Antiinflamasi Ekstrak Etanol 70% Daun Sirih (Piper betle L.) secara in vivo. Skripsi, Jakarta: Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikuum 2013. Kompetensi dasar Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kresnanugraha, Yudhi. 2012. Uji Penghambatan Aktivitas Enzim Xantin Oksidase dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan Identifikasi Golongan Senyawa dari Fraksi Aktif. Skripsi. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Farmasi Universitas Indonesia.

Kruger, Lawrence. 2001. Methods in Pain Research. New York: CRC Press.

Kumar, K. A., SK. Gousia, Anupama, M. And J. Naveena Lavanya Latha. 2013. A Review on Phytochemical Constituents and Biological Assays of Averrhoa Bilimbi. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science Research, 3(4): 136-139.

Kuncahyo, Ilham dan Sunardi. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Seminar Nasional Teknologi pada tanggal 24 November 2007 di Yogyakarta.

Kuncahyo, Ilham dan Sunardi. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Seminar Nasional Teknologi pada tanggal 24 November 2007 di Yogyakarta.

Lisdiyanti. 2008. Uji Daya Antipiretik Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap Penurunan Suhu Rektal Mencit (Mus musculus) Betina. Skripsi, Malang: Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang

38

Page 19: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

Lu, Frank C. 1995. Toksikologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia.

Marks, Dawn B., Allan D. Marks dan Colleen M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: sebuah pendekatan klinis. Dialihbahasakan oleh Pendit, Brahm U. Jakarta: EGC.

Marlyne, Riza. 2012. Uji Efek Analgesik Ekstrak Etanol 70% Bunga Mawar (Rosa chinensis Jacq.) pada Mencit yang diinduksi Asam Asetat. Skripsi, Depok: Fakultas MIPA Program Studi Farmasi.

Miean, K. H., dan S. Mohamed. 2001. Flavonoid (myricetin, quercetin, kaempferol, luteolin, and apigenin) content of edible tropical plants. J Agric Food Chem, 49(6):3106-3112.

Musser, G., G. Amori, R. Hutterer, B. Kryštufek, N. Yigit dan G. Mitsain. 2008. Mus musculus. http://www.iucnredlist.org/details/13972/0. Diakses tanggal 11 Juni 2014.

Puspitasari, Hesti, Shanti Listyawati dan Tetri Widiyani.2003. Aktivitas Analgetik Ekstrak Umbi Teki (Cyperus rotundus L.) pada Mencit Putih (Mus musculus L.) Jantan. Biofarmasi, 1(2):50-57.

Sari, Gita Permata. Uji Efek Analgetik dan Antiinflamasi Ekstrak Kering Air Gambir secara in vivo. Skripsi, Jakarta: Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Shakhashiri.2008. Acetic Acid & Acetic Anhydride. Chemical of the Week, General Chemistry.

Sherertz, Peter C. 1994. Toxicologist; Acetic Acid. Virginia: Virginia Department Of Health.

Singh, PP., Junnarkar AY., Rao CS., Varma RK. Dan Shridhar DR. 1983. Acetic Acid and Penylquinone Writhing Test: a Critical Study in Mice. Methods Find Exp Clin Pharmacol, 5(9):1-6.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Keenam. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Turner, R.A. 1965. Screening Methods in Pharmacology. New York: Academic Press.

39

Page 20: BAB IV ADO TABEL PROTEKSI.docx

Verheij, E. W. M dan R.E. Coronel. 1992. Plant Resources of South-East Asia, No. 2, Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea.

Wells, Barbara G., Joseph T. DiPiro, Terry L. Schwinghammer dan Cecily V. DiPiro. 2009. Pharmacotherapy Handbook Edisi 7. USA: McGraw-Hill.

Wemay, Miranti Aike, Fatimawali dan Frenly Wehantouw.2013. Uji fitokimia dan Aktivitas Analgesik Ekstrak Etanol Tanaman Kucing-Kucingan (Acalypha indica L.) pada Tikus Putih Betina Galur Wistar (Rattus norvegicus L.). Jurnal Ilmiah Farmasi, 2 (03):4-7.

Wuryaningsih, Lucia E., Mutiara A. Rarome dan Tri windono. 1996. Uji Analgesik Ektrak Etanol Kering Rimpang Kencur Asal Purwodadi pada Mencit dengan Metode Geliat (Writhing Reflex Test). Warta Tumbuhan Obat Indonesia, 3(2): 24-25.

Yusuf, Yenni, Yuliastuti dan Regina Sumastuti. 2013. Efek Analgesik Ekstrak Daun Makutadewa (Phaleria macrocarpa) pada Mencit. Jurnal Bionature, 14 (1):1-6.

40