bab iipak amar

Upload: rahmad-az

Post on 09-Mar-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

test

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. PengertianLimbah cair adalah cairan buangan dari rumah tangga, industri maupun tempat tempat umum lain yang mengandung bahan bahan yang dapat membahayakan kehidupan manusia maupun mahluk hidup lain serta mengganggu kelestarian lingkungan (Metcalf & Eddy, 1993). Komponen-komponen kimia dalam perairan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang disebut zat-zat organik sintesis, bahan-bahan anorganik, dan gas. Komponen dasar dari senyawa-senyawa organik adalah karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, dan sulfur. Tiga kelompok utama dari senyawa organik adalah protein, karbohidrat, dan lipida. Protein merupakan bahan dasar dari sel-sel binatang, yakni sekitar 40%-60%.

B. Pengelolaan Limbah CairPrinsip dasar yang melatar belakangi sistem pengelolaan limbah cair yang efektif adalah batasan batasan tegas yang diperbolehkan untuk cairan berbahaya yang dibuang keselokan. Di negara yang tidak mengalami epidemi penyakit usus dan bukan wilayah endemik kecacingan, pembuangan limbah cair yang tidak diolah dari instalasi layanan kesehatan kesaluran pembuanga perkotaan diperbolehkan asalkan persyaratan berikut ini terpenuhi.a. Saluran pembuangan perkotaan dihubungkan dengan instalasi pengolahan limbah yang menjamin dapat menghilangkan bakteri sampai 95 % nya.b. Lumpur yang dihasilkan oleh instalsi pengelolahan limbah akan menjadi pengelolahan anaerob sehingga akan menyisakan satu telur cacing perliter dalam lumpur yang sudah diolah.c. Sistem pengelolahan limbah pada instalasi layanan kesehatan mempertahankan standar yang tinggi dan menjamin bahwa limbah cair yang dihasilkan tidak akan mengandung zat kimia toksik, sediaan farmasi, radionuklida, obat obatan sitotoksik dan antibiotik.d. Ekskreta yang berasal dari pasien yang menerima obat obatan sitotoksik ditampung ditempat yang terpisah dan menjalani pengolahan yang adekuat (seperti halnya limbah sitotoksiklainnya).Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi, limbah cair yang diproses dan diolah sesuai rekomendasi yang diberikan. Dalam kondisi normal, pengelolahan bakteriologis sekunder biasa untuk limbah cair, jika dijalankan dengan benar dan dilanjutkan dengan pengelolahan lumpur secara anerob dipandang sudah cukup. Namun, selama berlangsungnya KLB penyakit usus atau selama periode kritis (biasanya imusim panas karena cuaca yang hangat dan musim dingin karena berkurangnya aliran air sungai), efluen sebaiknya didesinfeksi dengan menggunakan klor dioksida (CIO 2) atau melalui proses efisien lainnya. Jika efluen lain akan dibuang kemuara pantai yang dekat dengan habitat kerang, desinfeksi efluen harus dilakukan selama setahun penuh.

C. Karakteristik dan bahaya Limbah cair dari instansi layanan kesehatanLimbah cair dari instansi layanan kesehatan mutunya serupa dengan limbah cair yang berasal dari daerah perkotaan. Tetapi juga mengandung berbagai komponen berbahaya antara lain sebagai berikut :1. Patogen MikrobiologisKeprihatinan utama saat ini berkaitan dengan limbah cair yang mengandung begitu banyak patogen usus, termasuk bakteri, virus dan cacing, yang mudah menular melalui air. Limbah cair yang tercemar dihasilkan khususnya oleh bangsal pasien yang menderita penyakit usus yang merupakan masalah khusus yang dihadapi selama berlangsungnya kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare.2. Zat Kimia berbahayaSejumlah kecil zat kimia yang berasa dari aktifitas pembersihan dan disenfektan biasanya dibuang secara teratur keselokan. maka akan semakin banyak jenis kimia yang terkandung dalam limbah cair.3. Sediaan FarmasiSejumlah kecil sediaan farmasi biasanya juga dibuang keselokan dari apotik rumah sakit dan dari berbagai bangsal akan semakin banyak jenis sediaan farmasi termasuk antibiotik dan obat obatan genotoksik yang juga akan dibuang keselokan.4. Isotop Radioaktif Sejumlah kecil isotop radioaktif akan dibuang keselokan dari bagian onkologi, tetapi pembuangan tersebut tidak akan menimbulkan risiko terhadap kesehatan.5. Bahaya TerkaitDibeberapa negara berkemang dan negara industri, KLB penyakit kolera dilaporkan terjadi secara berkala. Selokan pada instansi layanan rumah sakit tempat pasien kolera dirawat, tidak selalu dihubungkan dengan instalansi pengolahan limbah yang efosien, dan terkadang jaringan saluran pembuangan perkotaan belum terbentuk.walaupun hubungan antara penyebaran kolera dan metode pembuangan limbah cair yang tidak aman belum banyak dikaji dan didokumentasikan, pembuangan yang tidak aman itu diduga kuat turut berkontribusi dalam penyebaran kolera. Di negara maju konsumsi air sangat tinggi sehingga limbah cair pada saluran pembuangan sangat encer, efluen di olah di instalansi pengolahan perkotaan dan tidak ada risiko yang signifikan terhadap kesehatan walaupun efluen tersebut tidak menjalani pengolahan khusus selanjutnya.Dinegara berkembang mungkin tidak ditemukan jaringan saluran pembuangan perkotaan sehingga pembuangan limbah cair, baik tidak diolah maupun diolah tetapi tidak adekuat, kelingkungan pasti akan menimbulkan risiko yang serius terhadap kesehatan. Efek toksik setiap polutan yang terkandung dalam limbah cair terhadap bakteri dalam proses purifikasi air limbah dapat menimbulkan bahaya yang lain.

D. Pengelolaan jamban keluargaPembuangan tinja atau buang air besar disebut secara eksplisit dalam dokumen Millenium Development Goals (MDGs). Dalam nomenklatur ini buang air besar disebut sebagai sanitasi yang antra lain meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air besar, jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja. Dalam laporan MDGs 2010, kriteria akses terhadap sanitasi layak adalah bila penggunaan fasilitas tempat BAB milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis latrine dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air limbah atau SPAL. Sedangkan kriteria yang digunakan Joint Monitoring Program (JMP) WHO-UNICEF 2008, sanitasi terbagi dalam empat kriteria, yaitu improved, shared, unimproved dan open defecation. Dikategorikan sebagai improved bila penggunaan sarana pembuangan kotoran nya sendiri, jenis kloset latrine dan tempat pembuangan akhir tinjanya tangki septik atau SPAL. Pengertin lain terkait jamban menyebutkan bahwa jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran/najis manusia yang lazim disebut kakus atau WC, sehingga kotoran tersebut disimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman. Kotoran manusia yang dibuang dalam praktek sehari-hari bercampur dengan air, maka pengolahan kotoran manusia tersebut pada dasarnya sama dengan pengolahan air limbah. Oleh sebab itu pengolahan kotoran manusia, demikian pula syarat-syarat yang dibutuhkan pada dasarnya sama dengan syarat pembuangan air limbah.Sedangkan menurut WSP (2008) kriterian Jamban Sehat (improved latrine), merupakan fasilitas pembuangan tinja yang memenuhi syarat :tidak mengkontaminasi badan air.Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja.Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau serangga vektor lainnya termasuk binatang.Menjaga buangan tidak menimbulkan bau Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi penggunaMenurut kriterian Depkes RI (1985), syarat sebuah jamban keluarga dikatagorikan jamban sehat, jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :1. Tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur (SPT SGL maupun jenis sumur lainnya). Perkecualian jarak ini menjadi lebih jauh pada kondisi tanah liat atau berkapur yang terkait dengan porositas tanah. Juga akan berbeda pada kondisi topografi yang menjadikan posisi jamban diatas muka dan arah aliran air tanah. 2. Tidak berbau serta tidak memungkinkan serangga dapat masuk ke penampungan tinja. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan menutup lubang jamban atau dengan sistem leher angsa.3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan luas minimal 1x1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup kearah lubang jamban.4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat;5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang;6. Cukup penerangan;7. Lantai kedap air;8. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;9. Ventilasi cukup baik, dan10. Tersedia air dan alat pembersih.Beberapa jenis jamban sehat antara lain:1.Pit privy (Cubluk)

Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah sedalam 2,5 sampai 8 meter dengan diameter 80-120 cm. Dindingnya diperkuat dari batu bata ataupun tidak. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.

2.Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improved pit latrine)

Jamban ini hampir sama dengan jamban cubluk, bedanya menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dari bambu.

3. Jamban empang (fish pond latrin) merupakan jamban ini dibangun di atas empang ikan. Sistem jamban empang memungkinkan terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja, demikian seterusnya.

4. Jamban pupuk (the compost privy)Secara prinsip jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya, di dalam jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan.

5. Septic tankJamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Tangki septick (septic tank) terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk mengalami dekomposisi. Dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yaitu proses kimiawi dan proses biologis. Pada proses kimiawi, sebagai tinja (60- 70%), akan mengalami penghancuran dan direduksi. Sebagian besar zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses selanjutnya.Dalam proses biologis, terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum. Hasilnya selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan influent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Selanjutnya cairan influent dialirkan melalui pipa, untuk dilakukan proses peresapan dalam tanah atau dialirkan melalui pipa paduntuk dilakukan proses peresapan dalam tanah atau dialirkan melalui pipa pada fasilitas riol kota.