bab iii.docx
DESCRIPTION
mnTRANSCRIPT
BAB III
KEGIATAN KERJA PERAKTEK
Dari hasil kegiatan yang penulis lakukan selama melaksanakan kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Dirgantara Indonesia, akan di bahas pada
bab III dalam bab ini sengaja penulis cantumkan laporan kegiatan selama peraktek
di PT. Dirgantara Indonesia di Divisi Aerostructure.
Laporan kegiatan selama peraktek ini mencakup kegiatan yang di lakukan
di selama praktek kerja lapangan seta masalah yang di hadapi selama PKL Dalam
hal ini termasuk studi kasus , analisa dan pemecahanya, gambar kerja dan langkah
kerja beserta referensi. Laporan kegiatan selama kegiatan PKL ini telah di Sahkan
oleh pembimbing lapangan dan pembimbing dari kampus yang telah membimbing
penulis ketika melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Dirgantara
Indonesia.
1.1 Jadwal Kerja Praktek
Waktu pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan mulai tanggal 2 Juli 2012
sampai dengan 27 Juli 2012, dari hari Senin sampai dengan hari Jumat, dan
dilaksanakan dari pukul 08:00 sampai dengan pukul 15:00.
1.2 Cara dan Teknik Kerja Praktek
Metode pelaksanaan kerja praktek dan penyusunan laporan kerja praktek
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi: Penulis melakukan penelitian dan pengamatan secara langsung
guna mengumpulkan data yang berhubungan dengan pembahasan penulis.
2. Wawancara: Penulis melakukan wawancara secara langsung dengan
pembimbing kerja praktek, karyawan, atau staff lainnya untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan penulis untuk penyusunan laporan ini.
III-1
3. Tinjauan Kepustakaan: Yaitu melakukan studi kepustakaan untuk memperoleh
data dengan mempelajari literatur, diktat dan buku-buku yang berkaitan
dengan pembahasan penulis.
III-2
1.3 proses pembuatan RIB
1.3.1 Apa itu RIB
Rib adalah salah satu part pada pesawat terbang
1.3.2 Fngsi RIB pada struktur pesawat yaitu:
1. Bagian lateral / chordwise
2. Melengkapi Bentuk airfoil
3. Meneruskan gaya skin/stringer/spar
4. Menahan beban torsi
5. Mempetahankan jarak spar
Lightening Hole → mengurangi weight
Relif hole → mengurangi konsentrasi load
Alur pembuatan RIB
Pembuatan komponen rib di PT DI terdiri dari beberapa tahap sebelum memasuki
deep drawing, tahap pertama yaitu material inspection dimana di dalamnya terdapat
beberapa poin meliputi pemilihan jenis material, identifikasi dan kondisi dari material
dll. Inspeksi : adalah suatu kegiatan penilaian terhadap suatu produk, apakah produk itu
baik atau rusak ataupun untuk penentuan apakah suatu lot dapat diterima atau tidak
berdasarkan metode & standard yang sudah ditentukan. Dengan kata lain inspeksi
adalah kegiatan operasional untuk memeriksa material atau part yang diperlukan oleh
proses produksi untuk dapat memenuhi spesifikasi pada proses berikutnya atau
memenuhi spesifikasi pelanggan sebelum produk tersebut dikirim.Inpeksi mencakup
pengukuran material, part-part atau produk jadi dengan methode tertentu dan
membandingkan hasilnya dengan standard (drawing, JIS dsb) untuk penentuan
keberterimaannya.Pengukuran yang dimaksudkan disini, tidak hanya bersifat
dimensional (vernier caliper, micrometer, dsb) ataupun pengujian properties (hardness
III-3
serta komposisi kimia) tetapi juga sensory (noise check , visual check : noda dan crack)
Testing / Pengujian adalah pelaksanaan pengecheckan berbagai sifat properties dan
karakteristik produk seperti pengukuran dimensinya, kekuatan material dan
komposisinya.Inspeksi / Pemeriksaan adalah pelaksanaan penilaian apakah produk dapat
diterima atau tidak dengan membandingkannya terhadap Standard Penilaian.Inspeksi
merupakan bagian yang penting bagian yang penting dari Quality Control /
Pengendalian Mutu & kegiatan jaminan kualitas. Dalam hal ini jenis material yang
dipilih yaitu 2014 A-T4 BSL 166, setelah melewati tahap material inspection dan di
tentukan jenis material yang di pilih barulah material memasuki tahapn selanjutnya yaitu
pemotongan material menggunakan guillotine cutter, di tahap ini terdapat beberapa
bagian dalam pemotongan material yang dipakai untuk membuat rib yaitu :
1. memotong material dengan ukuran 1 x700 x 640
2. memotong sebagian dari material untuk sample pengujian hardnes dan
conductivity sebesar 50 x 50
Setelah melewati tahap pemotongan, lalu material memasuki tahap Horizontal
Router, horizontal ruter merupakan tahap dimana material meamsuki tahap pembuatan
lubang yang berfungsi sebagai penempat atau JIG, Jig merupakan “perkakas bantu”
yang berfungsi untuk memegang dan atau mengarahkan benda kerja sehingga proses
manufaktur suatu produk dapat lebih efisien. Selain itu jig and fixture juga dapat
berfungsi agar kualitas produk dapat terjaga seperti kualitas yang telah ditentukan. Dan
juga, Jig dan fixture berfungsi membantu atau menolong pelaksanaan proses produksi,
tetapi tidak merubah geometris dari benda kerja. Dengan menggunakan perkakas bantu
ini diharapkan produk yang dihasilkan memiliki ketelitian yang tinggi, kepresisian yang
tepat, akurasi, dan sesuai dengan bentuk produk yang diinginkan. Dengan adanya jig &
fixtures, tidak diperlukan lagi skill operator dalam melakukan operasi manufaktur,
dengan kata lain pengerjaan proses manufaktur akan lebih mudah untuk mendapatkan
kualitas produk yang lebih tinggi ataupun laju produksi yang lebih tinggi pula. Tahap ini
juga bertujuan agar memudahkan material untuk di pasang di mesin ABB atau mesin
penekukan dengan menggunakan metode deep drawing.
Setelah melalui tahap horizontal ruter barulah material memasuki tahap heat
treatment inspection dimana pada tahap ini material di di turunkan tingkat kekerasannya
III-4
menggunakan metode tempering agar mudah di tekuk pada saat memasuki tahap
penekukan yang sebelummnya di masukan dulu ke dalam cool box hingga suhu tertentu,
hal ini bertujuan agar kondisi kekerasan material tidak berubah. Perlakuan panas
tempering bertujuan untuk mengurangi tegangan sisa, meningkatkan keuletan dan
ketangguhan baja yang telah mengalami pergeseran martensite. Selama proses
tempering baja akan mengalami penurunan kekerasan dan kekuatan, namun sifat
keuletan akan naik yang diikuti dengan penurunan kerapuhan. Tegangan sisa terbentuk
selama pembentukan fasa martensite ikut berkurang. Pengurangan tegangan sisa
menjadi sangat penting dalam penurunan kerapuhan baja, artinya tegangan sisa pada
baja akan menyebabkan baja menjadi rapuh dan getas. Stelah melalui tahap
heattreatment inspection barulah material memasuki tahap penekukan dengan
menggunakan mesi rubber pres ABB yaitu mesin penekuk yang menggunakan balon
karet bertekanan tinggi sebagai punch nya dengan menggunakan metode deep drawing,
sebelum masuk ke metode deep drawing maka akan di jelaskan terlebih dahulu
mengenai pembentukan logam.
1.4 Pembentukan Logam
Prinsip dasar pembentukan logam merupakan proses yang dilakukan dengan
cara memberikan perubahan bentuk pada benda kerja. Perubahan bentuk ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis.
Aplikasi pembentukan logam ini dapat dilihat pada beberapa contohnya seperti
pengerolan (rolling), pembengkokan (bending), tempa (forging), ekstrusi (extruding),
penarikan kawat (wire drawing), penarikan dalam (deep drawing), dan lain-lain. Dalam
proses pembentukan logam ini pun digunakan perkakas (tooling) yang fungsinya
memberikan gaya terhadap benda kerja, serta mengarahkan perubahan bentuknya.
Secara makroskopis, deformasi dapat dilihat sebagai perubahan bentuk dan ukuran.
Perubahan bentuk yang terjadi dapat dibedakan atas deformasi pelastis dan deformasi
plastis. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk yang terjadi bila ada gaya yang
bekerja, serta akan hilang bila bebannya ditiadakan. Dengan kata lain bila beban
ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula. Sedangkan
III-5
deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang permanen, meskipun bebannya
dihilangkan maka kondisi benda akan tetap berbah bentuknya sesuai dengan bentuk
yang dikenakan pada benda tersebut. Kemampuan untuk menghasilkan berbagai bentuk
dari lembaran logam datar dengan laju produksi yang tinggi merupakan kemajuan
teknologi pembentukan pelat yang sedang mengalami perkembangan.Perkembangan ini
ditandai dengan digunakannya sistem hidrolik sebagai penggerak untuk proses
pembentukan. Penggunaan sistem hidrolik sebagai alat penekan atau (press) dalam
proses pembentukan ini sangat menguntungkan. Keuntungan ini diantaranya adalah
sistem hidrolik yang digunakan dapat dengan mudah dikontrol, baik tekanannya maupun
langkah-langkah penekan. Sistem hidrolik menggunakan katup-katup kontrol dengan
selenoid dan manual. Katup selenoid ini memudahkan sistem hidrolik untuk dikontrol
sehingga pemanfaatan untuk proses pembentukan sangat mendukung. Apalagi untuk
proses yang digerakan secara otomatis dan berkelanjutan. Peralihan dari proses
pembentukandengan tangan ke metode produksi besar-besaran menjadi faktor
pentingdalam meningkatkan standar kehidupan selama periode perkembangan tersebut.
Proses Drawing
Proses drawing dilakukan dengan menekan material benda kerja yang
berupa lembaran logam yang disebut dengan blank sehingga terjadi
peregangan mengikuti bentuk dies, bentuk akhir ditentukan oleh punch
sebagai penekan dan die sebagai penahan benda kerja saat di tekan oleh
punch. pengertian dari sheet metal adalah lembaran logam dengan ketebalan
maksimal 6 mm, lembaran logam (sheet metal) di pasaran dijual dalam
bentuk lembaran dan gulungan. Terdapat berbagai tipe dari lembaran logam
yang digunakan, pemilihan dari jenis lembaran tersebut tergantung dari :
Strain rate yang diperlukan
Benda yang akan dibuat
Material yang diingginkan
Ketebalan benda yang akan dibuat
Kedalaman benda
III-6
Pada umumnya berbebagai jenis material logam dalam bentuk lembaran dapat
digunakan untuk proses drawing seperti stainless stell, alumunium, tembaga, perak,
emas, baja.Maupun titanium. Gambaran lengkap proses drawing dapat dilihat pada
gambar 2
Sumber : D. Eugene Ostergaard ;1967 : 128
Gambar 2.: Proses drawing
Kontak Awal
Pada gambar 2.A, punch bergerak dari atas ke bawah, blank dipegang oleh nest agar
tidak bergeser ke samping, kontak awal terjadi ketika bagian-bagian dari die set saling
menyentuh lembaran logam (blank) saat kontak awal terjadi belum terjadi gayagayadan
gesekan dalam proses drawing.
Bending
Selanjutnya lembaran logam mengalami proses bending seperti pada gambar 2. B,punch
terus menekan kebawah sehingga posisi punch lebih dalam melebihi jari-jari
(R) dari die, sedangkan posisi die tetap tidak bergerak ataupun berpindah tempat,
kombinasi gaya tekan dari punch dan gaya penahan dari die menyebabkan material
mengalami peregangan sepanjang jari-jari die, sedangkan daerah terluar dari blank
III-7
mengalami kompresi arah radial. Bending merupakan proses pertama yang terjadi
III-8
pada rangkaian pembentukan proses drawing, keberhasilan proses bending ditentukan
oleh aliran material saat proses terjadi.
Straightening
Saat punch sudah melewati radius die, gerakan punch ke bawah akan
menghasilkan pelurusan sepanjang dinding die ( gambar 2. C ), lembaran logam akan
mengalami peregangan sepanjang dinding die. Dari proses pelurusan sepanjang
dindingdie diharapkan mampu menghasilkan bentuk silinder sesuai dengan bentuk die
dan punch.
Compression
Proses compression terjadi ketika punch bergerak kebawah, akibatnya blank tertarik
untuk mengikuti gerakan dari punch, daerah blank yang masih berada pada blankholder
akan mengalami compression arah radial mengikuti bentuk dari die.
Tension
Tegangan tarik terbesar terjadi pada bagian bawah cup produk hasil drawing,
bagian ini adalah bagian yang paling mudah mengalami cacat sobek (tore),
pembentukan bagian bawah cup merupakan proses terakhir pada proses drawing.
Komponen Utama Die Set
Proses drawing mempunyai karateristik khusus dibandingkan dengan proses
pembentukan logam lain, yaitu pada umumnya produk yang dihasilkan memiliki bentuk
tabung yang mempunyai ketinggian tertentu, sehingga die yang digunakan dalam juga
mempunyai bentuk khusus, proses pembentukan berarti adalah proses non cutting
logam. Produk yang dihasilkan dari drawing bervariasi tergantung dari desain die dan
punch, gambar 2.4 menunjukkan beberapa jenis produk (draw piece) hasil drawing.
III-9
Sumber : D. Eugene Ostergaard ;1967 : 127
Gambar 3 : Beberapa macam bentuk draw piece
III-10
Dalam satu unit die set terdapat komponen utama yaitu :
1. punch
2. blankholder
3. die
sedangkan komponen lainya merupakan komponen tambahan tergantung dari jenis die
yang dipakai.
Bentuk dan posisi dari komponen utama tersebut dapat dilihat pada gambar 4
Sumber : http://www.thefabricator.com/
Gambar 4 : Bagian Utama Die Drawing
Blankholder
Berfungsi memegang blank atau benda kerja berupa lembaran logam, pada gambar
diatas blankholder berada diatas benda kerja, walaupun berfungsi untuk
memegang benda kerja, benda kerja harus tetap dapat bergerak saat proses drawing
dilakukan sebab saat proses drawing berlangsung benda kerja yang dijepit oleh
blankholder akan bergerak ke arah pusat sesuai dengan bentuk dari die drawing.
Sebagian jenis blankholder diganti dengan nest yang mempunyai fungsi hampir
III-11
sama, bentuk nest berupa lingkaran yang terdapat lubang didalamnya, lubang tersebut
sebagai tempat peletakan dari benda kerja agar tidak bergeser ke samping.
Punch
Punch merupakan bagian yang bergerak ke bawah untuk meneruskan gaya dari sumber
tenaga sehingga blank tertekan ke bawah, bentuk punch disesuaikan dengan bentuk
akhir yang diiginkan dari proses drawing, letak punch pada gambar 2. berada di atas
blank, posisi dari punch sebenarnya tidak selalu diatas tergantung dari jenis die drawing
yang digunakan.
Die
Merupakan komponen utama yang berperan dalam menentukan bentuk akhir dari benda
kerja drawing (draw piece), bentuk dan ukuran die bervariasi sesuai dengan bentuk
akhir yang diinginkan, kontruksi die harus mampu menahan gerakan, gaya geser serta
gaya punch. Pada die terdapat radius tertentu yang berfungsi mempermudah reduksi
benda saat proses berlangsung, lebih jauh lagi dengan adanya jari-jari diharapakan tidak
terjadi sobek pada material yang akan di drawing.
Variabel Proses Drawing
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses drawing,
variabel yang mempengaruhi proses drawing antara lain :
1. Gesekan
Saat proses drawing berlangsung gesekan terjadi antara permukaan punch, dies drawing
dengan blank, gesekan akan mempengaruhi hasil dari produk yang dihasilkan sekaligus
mempengaruhi besarnya gaya yang dibutuhkan untuk proses pembentukan drawing,
semakin besar gaya gesek maka gaya untuk proses drawing juga meningkat, beberapa
faktor yang mempengaruhi gesekan antara lain :
• Pelumasan
proses pelumasan adalah salah satu cara mengontrol kondisi lapisan tribologi pada
proses drawing, dengan pelumasan diharapkan mampu menurunkan koefisien gesek
permukaan material yang bersinggungan.
III-12
• Gaya Blank HolderGaya blank holder yang tinggi akan meningkatkan gesekan yang terjadi, bila gaya blank
holder terlalu tinggi dapat mengakibatkan aliran material tidak sempurna sehingga
produk dapat mengalami cacat.
• Kekasaran Permukaan Blank
Kekasaran permukaan blank mempengaruhi besarnya gesekan yang terjadi, semakin
kasar permukaan blank maka gesekan yang terjadi juga semakin besar. Hal ini
disebabkan kofisien gesek yang terjadi semakin besar seiring dengan peningkatan
kekasaran permukaan.
• Kekasaran Permukaan punch, die dan blank holder
Seperti halnya permukaan blank semakin kasar permukaan punch, die dan blank holder
koefisien gesek yang dihasilkan semakin besar sehingga gesekan yang terjadi juga
semakin besar.
2. Bending dan straightening
Pada proses drawing setelah blank holder dan punch menempel pada permukaan blank
saat kondisi blank masih lurus selanjutnya terjadi proses pembengkokan material
(bending) dan pelurusan sheet sepanjang sisi samping dalam dies
(straightening).
Variabel yang mempengaruhi proses ini adalah :
• Radius Punch
Radius punch disesuaikan dengan besarnya radius die, radius punch yang tajam akan
memperbesar gaya bending yang dibutuhkan untuk proses drawing.
• Radius Die
Radius die disesuaikan dengan produk yang pada nantinya akan dihasilkan, radius die
berpengaruh terhadap gaya pembentukan, bila besarnya radius die mendekati besarnya
tebal lembaran logam maka gaya bending yang terjadi semakin kecil sebaliknya apabila
besarnya radius die semakin meningkat maka gaya bending yang terjadi semakin besar.
3 Penekanan
Proses penekanan terjadi setelah proses straghtening, proses ini merupakan proses
III-13
terakhir yang menetukan bentuk dari bagian bawah produk drawing, besarnya gaya
tekan yang dilakukan dipengaruhi oleh :
• Drawability
Drawability adalah kemampuan bahan untuk dilakukan proses drawing, sedangkan
nilainya ditentukan oleh Limiting drawing ratio ( maks β ), batas maksimum maks β
adalah batas dimana bila material mengalami proses penarikan dan melebihi nilai limit
akan terjadi cacat sobek (craking).
• Keuletan logam
Semakin ulet lembaran logam blank semakin besar kemampuan blank untuk dibentuk ke
dalam bentuk yang beranekaragam dan tidak mudah terjadi sobek pada saat proses
penekanan, keuletan logam yang kecil mengakibatkan blank mudah sobek.
• Tegangan Maksimum material
Material blank yang mempunyai tegangan maksimum besar mempunyai kekuatan
menahan tegangan yang lebih besar sehingga produk tidak mudah mengalami cacat,
material dengan tegangan maksimum kecil mudah cacat seperti sobek dan berkerut.
• Ketebalan Blank
Ketebalan blank mempengaruhi besar dari gaya penekanan yang dibutuhkan, semakin
tebal blank akan dibutuhkan gaya penekanan yang besar sebaliknya bila blank semakin
tipis maka dibutuhkan gaya yang kecil untuk menekan blank.
• Temperatur
Dengan naiknya temperatur akan dibutuhkan gaya penekanan yang kecil hal ini
disebabkan kondisi material yang ikatan butirannya semakin meregang sehingga
material mudah untuk dilakukan deformasi.
4. Diameter blank
Diemeter blank tergantung dari bentuk produk yang akan dibuat, apabila material
kurang dari kebutuhan dapat menyebabkan bentuk produk tidak sesuai dengan yang
diinginkan, namun bila material blank terlalu berlebih dari kebutuhan dapat
menyebabkanterjadinya cacat pada produk seperti kerutan pada pinggiran serta sobek
pada daerah yangmengalami bending.
III-14
4. KelonggaranKelonggoran atau cleaerence adalah celah antara punch dan die untuk memudahkan gerakan lembaran logam saat proses drawing berlangsung. Untuk memudahkan gerakan lembaran logam pada waktu proses drawing, maka besarclearence tersebut 7 % - 20 % lebih besar dari tebal lembaran logam, bila celah die terlalukecil atau kurang dari tebal lembaran logam, lembaran logam dapat mengalami penipisan(ironing) dan bila besar clearence melebihi toleransi 20 % dapat mengakibatkanterjadinya kerutan. (Donaldson,1986:73)
6. Strain Ratio
Strain ratio adalah ketahanan lembaran logam untuk mengalami peregangan, bila lembaran
memiliki perbandingan regangan yang tinggi maka kemungkinan terjadinya sobekan akan lebih
kecil.
7. Kecepatan Drawing
Die drawing jenis punch berada diatas dengan nest dapat diberi kecepatan yang lebih
tinggi dibandingkan jenis die yang menggunakan blank holder, kecepatan yang tidak sesuai
dapat menyebabkan retak bahkan sobek pada material, masing – masing jenis material
mempunyai karateristik berbeda sehingga kecepatan maksimal masing – masing material juga
berbeda. Tabel berikut adalah kecepatan maksimal beberapa jenis material yang biasa digunakan
untuk sheet metal drawing.
Tabel 2.1 : Jenis material dan kecepatan maksimal draw dies
Material Kecepatan
Aluminium 0,762 m/s
Brass 1,02 m/s
Copper 0,762 m/s
Steel 0,279 m/s
Stainless steel 0,203 m/s
III-15
Sumber : D. Eugene Ostergaard ;1967 : 131
Analisa Penarikan Untuk menentukan ukuran blank mula-mula, maka sebelumnya perlu diukur batas penarikan
dan variabel-variabel penting lainnya seperti gaya penarikan dan gaya pemegangan yang
digunakan pada proses ini. Pengukuran sederhana yang dapat dilakukan untuk bentuk silinder
adalah pengukuran rasio penarikan (drawing ratio, DR) yaitu rasio antara diameter blank dengan
diameter punch :
DR=Db
Dp
dimana : Db = diameter blank, in. (mm);
Dp = diameter punch, in. (mm).
Rasio penarikan ini memberikan indikasi secara kasar mengenai tingkat kesulitan operasi
penarikan yang akan dilakukan. Semakin besar rasio penarikan, semakin berat operasi penarikan
tersebut dilakukan. Sebagai perkiraan batas atas nilai rasio penarikan adalah 2,0 (DR < 2,0).
Harga batas sesungguhnya tergantung pada jari-jari sudut punch dan die (Rp dan Rd), kondisi
gesekan, kedalaman tarik, dan karakteristik logam lembaran (mis. keuletan, sifat kekuatan
logam, dan lain-lain).
Cara lain untuk mengukur operasi penerikan ini adalah dengan mengukur reduksi r, yaitu dengan
rumus :
r=Db−D p
Db
=1−Dp
Db
=1− 1DR
Sesuai dengan nilai rasio penarikan (DR < 2,0), maka nilai reduksi r < 0,50.
Pengukuran yang ketiga dalam penarikan dalam adalah pengukuran rasio ketebalan dengan
diameter blank (t/Db) yang dinyatakan dengan persen, dan pada umumnya diinginkan nilai rasio
III-16
tersebut lebih besar daripada 1% (t/Db >1%). Semakin kecil nilai t/Db, semakin besar
kemungkinan terjadinya pelipatan (wrinkling).
Dalam hal batasan-batasan di atas tidak terpenuhi, maka blank harus ditarik dalam beberapa
tahapan dan diantara tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan proses penganilan.
Gaya penarikan (drawing force) yang dibutuhkan dalam operasi pembentukan ini dapat
dinyatakan dengan rumus perkiraan berikut ini.
F=πDp t (TS )( Db
Dp
−0,7)dimana : F = gaya penarikan, lb (N);
t = tebal blank mula-mula, in. (mm);
TS = kekuatan tarik, lb/in.2 (MPa);
Db = diameter blank mula-mula, in. (mm);
Dp = diameter punch mula-mula, in. (mm).
Gaya pemegangan (holding force) yang dibutuhkan dalam operasi pembentukan ini dapat
dinyatakan dengan rumus perkiraan berikut ini.
Fh=0,015 Yπ [Db2−(D p+2,2 t+2Rd )2 ]
dimana : Fh = gaya pemegangan, lb (N);
Y = kekuatan mulur (yield strength) logam lembaran, lb/in.2 (MPa);
t = tebal bendakerja mula-mula, in. (mm);
Rd = jari-jari sudut die, in. (mm).
Besar gaya pemegangan pada umumnya sekitar
13 dari gaya penarikan.
III-17
1.4 Redrawing
Redrawing merupakan proses lanjutan dari proses penarikan dalam untuk
memperoleh ukuran tabung yang diameternya kecil tetapi memiliki tinggi tabung
yang lebih tinggi atau tabung lebih besar dari diameternya H>D
Mekaninsme ini dapat dilakukan menggunakan dies yang ukurannya lebih
kecil dari ukuran awalnya seperti terlihat pada gambar berikut ini :
1.5 ironing
Ironing, merupakan operasi penarikan dalam (deep drawing) dimana jarak ruang
(clearance) antara ujung luar die dengan punch lebih besar daripada jarak ruang
di dalamnya, seperti ditunjukkan dalam berikut ini:
Gambar 6.26 Ironing untuk memperoleh ketebalan uniform :
(1) awal proses, (2) akhir proses
III-18
2,1 Tinjauan bahan bakalan
Bahan bakalan untuk membentuk cup atau tabung terbuat dari pelat logam dengan ketebalan dan
diameter tertentu. Tidak semua semua pelat dapat dibentuk menjadi cup dengan diameter dan
ketinggian yang diinginkan.
Pada umumnya pelat-pelat tersebut di buat dari proses sebelumnya misalnya dari proses
pengerolan panas (hot rilling) dan dilanjutkan dengan pengerolan dingin (cold rolling), termasuk
di proses ini adalah kandungan unsur pada logam tersebut, namun demikian hendaknya material
yang digunakan memiliki harga LDR (limit drawing ratio) yang tinggi. Material yang memiliki
LDR yang tinggi secara umum memiliki ketahanan terhadap penipisan yang dinyatakan dengan
adanya plastic strain rasio rata-rata (R) atau di sebut dengan normal anisotropic, secara umum
hubungan tersebut di perlihatkan pada gambar berikut :
2.2 Plastik Strain Ratio
Sifat material pelat dapat dibedakan dalam isotropic dan anisotropic. Keduanya dibedakan
dalam harga R factor. Isotropic memiliki R factor < 1 ; sedangkan anisotropic R faktornya > 1.
Sifat anisotropic pelat ini digunakan untuk memperbaiki sifat mampu bentuk, dan pengaruhnya
terhadap hasil proses pembentukan. Harga R factor di ukur dengan menggunakan tensile test
sekitar 15-20% dari regangan plastic, masing-masing; searah, tegak lurus dan diagonal terhadap
pengerolannya.rumus yang di guakan sebagai berikut :
III-19
2.3 Pengambilan sample pengujian
Sebelum melakukan proses pembentukan sebaiknya dilkukan pengkuran R factor,
dengan mengambil sample pelat bakalan. Mekanisme dan tata cara pengambilan sample
dilakukan untuk mendapatkan data- data kekuatan Tarik maksimum, kekuatan luluh, dan plastis
strain ratio atau R factor.
2.7 Aspek Mekanika
Tinjauan aspek mekanika diperlukan untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan cup itu
terjadi, oleh sebab itu perlu di jelaskan proses awal dimana bakalan mengalami perubahan
bentuk yaitu adanya perubahan diameter bakalan berunah menjadi diameter cup, yang terlihat
seperti gambar berikut:
Pada saat punch masuk ke dalam dies, maka akan terjadi perubahan diameter bakalan dari Ro ke
raidu punch Rp, seperti yang terliahat pada gambar berikut :
Pada bagian flange atau flank akan mengalami tegangan triaksial yang berasal dari tiga keadaan
yaitu gaya Tarik punch, tekanan blank holder, dan buckling akibat perunahan radius bakalan,
seperti yang terlihat pada gambar berikut :
III-20
Gaya blank holder (Fh), dibutuhkan agar tidak terjadi buckling pada flank, namun demikian gaya
blank holder yang terlau besar juga berakibat plat akan terjepit diantara blank holder dan dies
sehingga gaya punch akan menjadi besar. Akibatnya bakalan tidak dapat masuk ke dalam dies.
Apabila gaya Tarik akibat punch ini lebih besar dibandingkan kekuatan Tarik plat maka plat
akan sobek pada radius dies. Pada saat bakalan masuk ke dalam dies maka akan terjadi tegangan
biaxial, tegangan pertama datang dari punch dan tegangan kedua adalah datang dari punch dan
dies dimana plat terjepit diantara dies dan punch, seperti yang terlihat pada gambar berikut :
2.8 Gaya dan Langkanh punch
Pada saat pelat masuk ke dalam dies, gaya punch mengalami kenaikan, dan pada saat akhir
langkah mengalami penurunan, seperti yang terlihat pada gambar berikut:
2.9 Gaya punch (Fp)
Gaya punch di hitung denga persamaan berikut:
2.10 Gaya blank Holder
Gaya blank holder dihitung dengan persamaan berikut :
2.11 perhitungan diameter bakalan
III-21
2.12 Forming Limit Diagram (FLD)
Forming limit diagram atau dikenal dengan FLD merupakan peta kesuksesan dan kegagalan
dalam proses deep drawing. Alat bantu untuk memetakan FLD adalah denga cara membuat grid
circle pada blank, dan kemudian mengukur regangan minor dan regangan mayor, seperti yang
terlihat pada gambar berikut:
Pola dengan menggunakan grid circle ini menggambarkan bagaimana plat mengalami regangan
selama proses berlangsung. Lintasan ini kemudian dipetakan dalam kordinat sumbu mayor dan
sumbu minor seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Dengan bantuan pola tersebut akan diperoleh data pengujian yang cukup valid mengenai
regangan yang terjadi selama proses berlangsung. Tahapan tersebut kemudian dibuat data
pengukuran pada setiap lintasan yang ada, mulai dari flank sampai denga daerah kritis, dimana
plat mengalami kegagalan pada proses deep drawing, seperti yang terlihat pada gambar berikut :
Perhitungan regangan mayor dan minor dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :
Mayor strain = Diameter mayor−Diameter awal
Diameter Awal x 100
Minor strain = Diameter minor−Diameter awal
Diameter Awal x 100
2.13 Analisisa masalah
Dalam proses penarikan dalam pada umumnya banyak kegagalan terjadi enam jenis kegagalan
tersebut antara lain :
1. keriput pada bagian flank
III-22
2. sobek pada bagian radius atau dies
3. sobek pada radius punch
4. adanya earing pada flank
5. keriput dibagian dinding tabung
6. secret dibagian dinding tabung
III-23