bab iii.docx
TRANSCRIPT
BAB IIITEORI DASAR
3.1. Stimulasi Sumur
Stimulasi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan terhadap sumur dengan
tujuan meningkatkan laju produksi dengan jalan memperbaiki dan atau
meningkatkan harga permeabilitas batuan. Ada dua cara untuk memperbaiki
permeabilitas, yaitu
Acidizing
Fracturing
3.1.1. Acidizing
Acidizing adalah salah satu proses perbaikan terhadap sumur untuk
menanggulangi atau mengurangi kerusakan formasi dalam upaya peningkatan laju
produksi dengan melarutkan sebagian batuan, dengan demikian akan
memperbesar saluran yang tersedia atau barangkali lebih dari itu membuka
saluran baru sebagai akibat adanya pelarutan atau reaksi antara acid dengan
batuan. Stimulasi dengan acidizing dapat dilakukan dengan menggunakan tiga
metode yaitu :
Acid Washing
Acid fracturing
Matrix acidizing
a. Matrix Acidizing
Asam diinjeksikan ke formasi pada tekanan di bawah tekanan rekah,
dengan tujuan agar reaksi menyebar ke formasi batuan secara radial. Asam
akan menaikkan permeabilitas matrix baik dengan cara membesarkan lubang
pori-pori ataupun melarutkan partikel-partikel yang membuntu saluran pori-
pori tersebut matrix acidizing digunakan baik untuk digunakan batuan
karbonat (limestone/dolomite) maupun sandstone, walau jenis acidnya
berlainan.
Matrix acidizing akan berhasil untuk sumur dengan damage sedalam 1 -
2 kaki. Bila sumur tidak mengalami damage, matrix acidizing tidak akan
banyak membantu pada peningkatan produksi. Untuk mendapatkan hasil yang
besar pada peningkatan produksi, maka jumlah acid yang harus digunakan
tidak akan ekonomis. Gambar 1 memperlihatkan suatu analisa di mana
sebagai contoh, untuk meningkatkan permeabilitas sebanyak 5 kali dan
produktivitas 2 kali, diperlukan penetrasi asam 45’. Dari Gambar 2 terlihat
bahwa untuk porositas 20 %, diperlukan 250 bbl/men, maka akan diperlukan
waktu pemompaan 62.5 jam. Gambar 3 memperlihatkan hasil dari analisa
pada 40 acre spacing sumur di mana sebagai contoh kalau terjadi damage
sehingga permeabilitas damage tinggal 10 % sejauh 5, maka produktivitas
tinggal 50 %.
b. Acid Fracturing
Digunakan hanya untuk karbonat (limestone/dolomite). Kenaikan
produksi diakibatkan oleh kenaikkan permeabilitas sampai jauh dari sumur
dan jauh melampaui zone damagenya. Pada acid fracturing ini dua permukaan
yang terbelah kiri kanan akan dilarutkan di sana sini (etching) sehingga waktu
rekahan menutup rapat kembali. Dalam hal ini pola aliran di sumur produksi
akan menjadi lebih linier dan kurang radial di sekitar sumurnya. Dalam acid
fracturing diperlukan jumlah acid yang relatif sangat banyak dibanding matrix
acidizing, tetapi hasilnyapun akan cukup memadai. Prinsip acid fracturing
hampir sama dengan hydraulic fracturing walaupun pada acid fracturing
jarang sekali digunakan proppant (pasir pengganjal).
c. Acid Washing
Untuk melarutkan material atau scale sekitar sumurnya yaitu di pipa
prpduksi atau juga di perforasinya. Dalam hal ini asam ditempatkan pada
posisi scale/kotoran di sumur dan diberi waktu untuk meresak atau
disirkulasikan di sekitar perforasi.
Dalam hal matrix acidizing ataupun acid frac perlu juga disirkulasikan
acid (pickling) agar kotoran/karat di pipa yang digunakan untuk memompa
asam tersebut bisa dibersihkan dan tidak ikut masuk ke formasi. Ion besi
(terutama ferro) bisa memberi endapan yang buruk effecknya di formasi.
Selain itu asam digunakan pula untuk menghilangkan emulsi atau water
blocks dan juga pemompaan di depan hydraulic fracturing agar breakdown
pressurenya (tekanan perekahan) tidak terlalu tinggi.
Pemilihan calon sumur untuk dilakukan pengasaman antara lain:
Perbandingan produksi dengan sumur disekitarnya
Grafik sejarah produksi
Pressure Transient Analisys
Skin 1-7 belum perlu pengasaman
Skin > 8 perlu pengasaman
Analisa completionnya
Analisa sistem produksi sumurnya
Tidak semua sumur dengan produksi rendah bisa ditingkatkan produksinya
dengan pengasaman. Perforasi di sumur mungkin tidak cukup baik, atau perforasi
phasenya 0 (zero phasing, pada satu sisi saja), ukuran tubing salah, jepitan terlalu
kecil, pipa di permukaan kecil (tekanan balik, back pressure) besar, dan lain-lain
dapat menyebabkan produksi kecil yang tak dapat ditingkatkan dengan
pengasaman. Juga banyak metode lain yang akan bisa meningkatkan produksi
selain pengasaman. Perlu diingat bahwa pengasaman tidak akan berhasil kalau di
sumur tersebut tidak terjadi formation damage.
3.1.2. Formation Damage
Kerusakan formasi didefinisikan sebagai proses kerusakan pada formasi
yang akan mengurangi produksitivitas suatu lapisan minyak atau gas. Terdapat
beberapa alasan untuk mencegah kerusakan formasi yaitu :
Menurunkan biaya komplesi dan produksi.
Memaksimumkan cadangan terambil dengan menurukan drawdown dan
menurunkan masalah water dan gas coning.
Menjaga batasan atau barier permeabilitas vertikal dari suatu formasi
dengan tidak perlu dilakukan fracturing sehingga menambah efisiensi
penyapuan vertikal dan areal untuk primary, secondary dan tertiary
recovery.
Memaksimumkan injektivity untuk operasi injeksi ke formasi.
Penyebab utama kerusakan formasi :
Kerusakan Mekanis
Kerusakan Kimiawi
Kerusakan Biologis
Kerusakan Thermal
3.1.3. Fracturing
Peretakan hidrolik didefinisikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan
produktivitas lapisan penghasil hidrokarbon dengan jalan peretakan lapisan
tersebut secara hidrolis. Untuk melakukan peretakan digunakan cairan peretak,
yang dipompakan ke permukaan reservoir hingga melampaui batas kekuatan
batuan.
Setelah terjadi retakan, pemompaan cairan hidrolik masih dilanjutkan, agar
retakan yang terjadi bertambah lebar dan memanjang jauh ke dalam batuan. Untuk
menghindari tertutupnya kembali retakan, sebagai tahap akhir, pada cairan peretak
yang diinjeksikan ditambahkan material pengganjal ( proppinq agent ). Propping
agent ini akan terbawa masuk ke dalam retakan dan akan mengisi seluruh bagian
retakan. Bila pemompaan semua propping agent telah dipompakan ke dalam
sumur pemompaan dihentikan. Propping agent akan tetap berada didalam retakan,
dengan demikian didalam retakan batuan terisi propping agent yang
permeabilitasnyalebih baik daripada permeablitasbatuan formasi. Sebagai kriteria
pemilihan sumur untuk distimulasi adalah sumur-sumur yang mempunyai
“Damage Ratio” (DR) kecil.
Damage Ratio adalah perbandingan antara permeabilitas nyata terhadap
permeabilitas aslinya. Permeabilitas absolut asli diperoreh dari data re,
sedangkanpermeabilitas nyata diperoreh dari uji tekanan dalam bentuk
permeabilitas relatif.
Retakan yang dihasilkan dapat menembus zone yang rusak(damage zone)
dan mungkin pula dapat menghubungkan daerah yang porous permreable dengan
lubang sumur yang semula terhalang oleh suatu penghalang (barrier). Karena
permeabilitas retakan lebih besar dari pada permeabilitas formasi, maka aliran
fluida dari reservoir menuju ke lubang sumur menjadi lebih lancar. Perbaikan
permeabilitas ini juga akan memperbesar daerah penyerapan sumur (drainage
area). Hasil stimulasi dengan cara peretakan hidrolik tergantung dari karakteristik
batuan, cara penyelesaian sumur dan keberhasilan operasi peretakannya sendiri.
Keberhasilan operasi peretakan hidrolik sangat tergantung pada penentuan
parameter peretak, yaitu ; tekanan hidrorik yang diberikan pemilihan jenis fluida
peretak dan pemilihan, proping agent untuk menahan celah retakan agar tidak
menutup kembali.
3.2. Karakteristik Batuan Reservoir
Karakteristik formasi merupakan faktor yang tidak bisa diubah, sehingga
tidak dapat dikontrol. Batuan formasi mempunyai sifat-sifat atau karakteristik
yang secara umum dikelompokkan menjadi dua, yaitu sifat fisik batuan dan sifat
mekanik batuan. Sifat-sifat fisik batuan meliputi : porositas, saturasi,
permeabilitas serta kompressibilitas, sedangkan sifat-sifat mekanik batuan
meliputi : strength (kekuatan) batuan, hardness (kekerasan) batuan, abrasivitas,
elastisitas dan tekanan batuan.
3.2.1.Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan yang etrjadi akibat pengendapan, adapun
cara dan proses terbentuknya batuan karbonat adalah merupakan proses
sedimentasi kimia dan bio kimia yang berupa karbonat, sulfat, silikat, fosfat, dan
lain-lain. Semua sedimen tersebut di endapkan di air dangkal melalui proses
penguapan dan kumpulan koloid-koloid organik dari larutan garam-garam dan
organisme yang berupa bakteri dan binatang-binatang. Endapan organisme ini
disebut sedimen organik atau sedimen biogenik seperti limeston, dolomit, koral,
algae dan batu bara.
Bbatuan karbonat merupakan merupakan batuan yang penting untuk
minyak dan gas bumi, dari 75% daratan yang dibawahi oleh batuan sedimen, kira-
kira 1/5 dari masa sedimen ini terdiri dari batuan karbonat (limestone dan
dolomit).
a. Limestone, adalah kelompok batuan yang mengandung paling sedikit 80%
calcium carbonate atau magnesium. Fraksi penyusunnya terutama oleh
calcite.
b. Dolomite, adalah jenis batuan yang merupakan variasi dari limestone yang
mengandung unsure karbonat lebih besar dari 50%. Komposisi kimia
dolomite hampir mirip dengan limestone, kecuali unsure MgO merupakan
unsur yang penting dan jumlahnya cukup besar.
Dolomite merupakan batuan reservoir yang sangat penting dari pada
batuan jenis karbonat lainnya. Bahwa kebanyakan dari batuan karbonat seperti
oolit ataupun terumbu sedikit banyak pula telah terdolomitasikan. Cara terjadinya
dolomit itu sendiri tidak begitu jelas, tetapi dolomit ini merupakan batuan yang
bersifat sekunder atau sedikit banyak terbentuk setelah proses sedimentasi. Salah
satu teori ynag menyebutkan porositas pada dolomit timbul karena dolomitasi
batuan gamping (limestone) sehingga molekul kalsit dianti dengan molekul
dolomit, karena molekul dolomit lebih kecil dari pada molekul kalsit maka
hasilnya akan terjadinya pengecilan volume sehingga tidak timbullah rongga-
rongga. Dolomit biasanya mempunyai porositas yang baik berbentuk ukrosit yaitu
berbentuk menyerupai gula pasir. Rupa-rupanya dolomit ini terbentuk karena
pembentukan kristal dolomit yang bersifat eudron dan tumbuh secara tidak teratur
diantara kalsit.
3.2.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir
Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu batuan reservoir adalah harus
mempunyai kemampuan untuk menampung dan mengalirkan fluida yang
terkandung di dalamnya. Dan hal ini dinyatakan dalam bentuk permeabilitas
dan porositas. Sifat-sifat batuan yang lainnya adalah : wettabilitas, tekanan
kapiler, saturasi dan kompresibilitas batuan.
3.2.2.1. Porositas
Porositas merupakan ukuran ruang-ruang kosong dalam suatu batuan.
Secara definitif porositas merupakan perbandingan antara volume ruang yang
terdapat dalam batuan yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara
keseluruhan. Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan menetukan kapasitas
penyimpanan fluida reservoir. Secara matematis porositas dapat
dinyatakan sebagai :
Ф = Vb−Vs
Vb =
VpVb
.....................................................................................(3-
1)
Dimana :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vs = volume padatan batuan total (grain volume)
Vp = volume ruang pori-pori batuan
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas absolut, adalah persen volume pori-pori total
terhadap volume batuan total (bulk volume)
Ф = Volume pori total
x100%...........................................(3-2)
Volume total batuan
2. Porositas efektif, adalah persen volume pori-pori yang saling
berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume).
Ф = Volume pori brhubngn
x100%...................................(3-3)
Volume total batuan
Untuk selanjutnya porositas efektif digunakan dalam perhitungan karena
dianggap sebagai fraksi volume yang produktif.
Disamping itu menurut waktu dan cara terjadinya, maka porositas
dapat juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer, adalah porositas yang terbentuk pada waktu
batuan sedimen diendapkan.
2. Porositas sekunder, adalah porositas batuan yang terbentuk sesudah
batuan sedimen terendapkan.
Besar-kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : ukuran
butir, susunan butir, pemilahan, komposisi mineral, kompaksi, dan sementasi.
3.2.2.2. Wettabilitas
Wettabilitas didefenisikan sebagai suatu kecendrungan dari adanya
fluida lain yang tidak saling mencampur. Apabila dua fluida bersinggungan
dengan benda padat, maka salah satu fluida akan bersifat membasahi
permukaan benda padat tersebut, hal ini disebabkan adanya gaya adhesi. Dalam
sistem minyak-air benda padat (Gambar 3.1), gaya adhesi (AT) yang
menimbulkan sifat air membasahi benda padat adalah :
AT = σso – σsw = σwo. Cos θwo.........................................................(3-4)
dimana :
σ so = tegangan permukaan minyak-benda padat, dyne/cm
σ sw = tegangan permukaan air-benda padat, dyne/cm
σ wo = tegangan permukaan minyak-air, dyne/cm
θ wo = sudut kontak minyak-air
Suatu cairan dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya
positif (θ < 90o), yang berarti batuan bersifat water wet. Sedangkan bila air tidak
membasahi zat padat maka tegangan adhesinya negatif (θ > 90o), yang
berarti batuan bersifat oil wet.
Gambar 3.1. Kesetimbangan Gaya-gaya pada Batas Air-Minyak-Padatan
Wettabilitas ini penting peranannya dalam ulah laku kerja reservoir,
sebab akan menimbulkan tekanan kapiler yang akan memberikan dorongan
sehingga minyak atau gas dapat bergerak. Besaran wettabilitas ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Jenis mineral yang terkandung dalam batuan reservoir
2. Ukuran butir batuan, semakin halus ukuran butir batuan maka semakin
besar gaya adhesi yang terjadi
3. Jenis kandungan hidrokarbon yang terdapat di dalam minyak mentah
(crude oil)
Wettabilitas terbagi menjadi dua kategori berdasarkan pada jenis
komponen yang mempengaruhi, yaitu :
1. Water wet
Water wet terjadi jika suatu batuan mempunyai sudut kontak fluida
(minyak dan air) terhadap batuan itu sendiri lebih kecil dari 90O (θ < 90O).
Kejadian ini terjadi sebagai akibat dari gaya adhesi yang lebih besar pada
sudut lancip yang dibentuk antara air dengan batuan dibandingkan gaya
adhesi pada sudut yang tumpul yang dibentuk antara minyak dengan
batuan, seperti Gambar 3.2.
2. Oil wet
Oil wet terjadi jika suatu batuan mempunyai sudut kontak antara
fluida (minyak dan air) terhadap batuan itu sendiri dengan sudut lebih besar
dari 90O (θ > 90O), seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.3. Karakter
oil wet pada kondisi batuan reservoir tidak diharapkan terjadi sebab akan
menyebabkan jumlah minyak yang tertinggal pada batuan reservoar saat
diproduksi lebih besar daripada water wet.
Gambar 3.2. Sistem Water Wet dan Sistem Oil Wet
3.2.3. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan terjadi
antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas)
sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan
mereka. Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah perbedaan tekanan antara
fluida “non- wetting fasa” (Pnw) dengan fluida “wetting fasa” (Pw) atau :
Pc = Pnw – Pw....................................................................................... (3-5)
Tekanan permukaan fluida yang lebih rendah terjadi pada sisi pertemuan
permukaan fluida immisible yang cembung. Di reservoir biasanya air sebagai
fasa yang membasahi (wetting fasa), sedangkan minyak dan gas sebagai non-
wetting fasa atau tidak membasahi.
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori-pori
dan macam fluidanya. Secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam
hubungan sebagai berikut :
Pc = 2 σcosθ
r=Δρgh............................................................................(3-6)
Dimana :
Pc = tekanan kapiler
σ = tegangan permukaan antara dua fluida
cosθ = sudut kontak permukaan antara dua fluida
r = jari-jari lengkung pori-pori
Δρ = perbedaan densitas dua fluida
g = percepatan gravitasi
h = ketinggian kolom
Dari Persamaan 3.6 ditunjukkan bahwa h akan bertambah jika perbedaan
densitas fluida berkurang, sementara faktor lainnya tetap. Hal ini berarti
bahwa reservoir gas yang terdapat kontak gas-air, perbedaan densitas fluidanya
bertambah besar sehingga akan mempunyai zona transisi minimum.
Demikian juga untuk reservoir minyak yang mempunyai API gravity
rendah maka kontak minyak-air akan mempunyai zona transisi yang panjang.
Konsep ini ditunjukkan dalam Gambar 3.3. Ukuran pori-pori batuan reservoir
sering dihubungkan dengan besaran permeabilitas yang besar akan mempunyai
tekanan kapiler yang rendah dan ketebalan zona transisinya lebih tipis daripada
reservoir dengan permeabilitas yang rendah, seperti terlihat pada Gambar 3.3.
Tekanan kapiler mempunyai pengaruh yang penting dalam reservoir
minyak maupun gas :
Mengontrol disribusi saturasi di dalam reservoir.
Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak
atau mengalir melalui pori-pori reservoir dalam arah vertikal.
Gambar 3.3. Kurva Tekanan Kapile
3.2.4. Saturasi Fluida
Saturasi didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori-pori
batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori-pori
total pada suatu batuan berpori.
- Saturasi minyak (So) adalah :
So = volume pori - pori yang diisi oleh oil ........................ (3-7)
volume pori - pori total
- Saturasi air (Sw) adalah
Sw = volume pori - pori yang diisi oleh air .............................(3-8)
volume pori - pori total
- Saturasi gas (Sg) adalah :
Sg = volume pori - pori yang diisi oleh gas ....................... (3-9)
volume pori - pori total
Jika pori-pori batuan diisi oleh gas-minyak-air maka berlaku hubungan :
Sg + So + Sw = 1 .........................................................(3-10)
Jika diisi oleh minyak dan air saja maka :
So + Sw = 1..................................................................... (3-11)
3.2.5. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan
kemampuan dari suatu batuan untuk mengalirkan fluida. Permeabilitas
merupakan fungsi tingkat hubungan ruang antar pori-pori batuan.
Henry Darcy (1856), membuat hubungan empiris dengan bentuk
diferensial sebagai berikut :
V = -Kµ
∂ P∂ L
............................................................................................. (3-
12)
dimana :
V = kecepatan aliran, cm/sec
µ = viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran , atm/cm
k = permeabilitas media berpori, darcy
Tanda negatif dalam Persamaan 3.12 menunjukkan bahwa bila tekanan
bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya bearlawanan dengan arah
pertambahan tekanan tersebut.
Dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga ialah :
Permeabilitas absolut, adalah permeabilitas dimana fluida yang
mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa, misal
hanya minyak atau gas saja.
Permeabilitas efektif, adalah permeabilitas batuan dimana
fluida yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air,
air dan gas, gas dan minyak atau ketiga-tiganya.
Permeabilitas relatif adalah perbandingan antara permeabilitas
antara permeabilitas efektif dengan permeabilitas absolut.
Dasar penentuan permeabilitas batuan adalah hasil percobaan yang
dilakukan oleh Henry Darcy. Dalam percobaan ini, Henry Darcy menggunakan
batupasir tidak kompak yang dialiri air. Batupasir silindris yang porous ini 100 %
dijenuhi cairan dengan viskositas µ , dengan luas penampang A, dan
panjangnya L. kemudian dengan memberikan tekanan masuk P1 pada salah
satu ujungnya maka terjadi aliran dengan laju alir sebesar Q, sedangkan P2
adalah tekanan keluar (Gambar 3.4).
Dari percobaan dapat ditunjukkan bahwa Q.µ.L/A(P1-P2) adalah
konstan dan akan sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak
tergantung dari cairan, perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang digunakan.
Dengan mengatur laju Q sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran
turbulen, maka diperoleh harga permeabilitas absolut batuan. Satuan
permeabilitas dalam percobaan ini adalah :
K = Q( cucm
sec❑ )µ (cp ) L(cm)
A (sqcm ) ( P1−P2 )atm..................................................................................
(3-13)
Dari Persamaan 3.13 dapat dikembangkan untuk berbagai kondisi aliran
yaitu aliran linier dan radial, masing-masing untuk fluida yang compressible dan
incompressible.
Gambar 3.4. Diagram Percobaan Pengukuran(14)
Dari Gambar 3.5, dapat ditunjukkan bahwa Ko pada Sw = 0 dan So = 1
akan sama dengan harga K absolut, demikian juga untuk harga K absolutnya
(titik A dan B pada Gambar 3.5).
Gambar 3.5. Kurva Permeabilitas Efektif untuk Sistem Minyak dan Air(14)
3.2.2.6. Kompresibilitas
Kompresibilitas batuan adalah perubahan volume batuan akibat
perubahan tekanan yang mempengaruhinya, yaitu tekanan hidrostatik
dan tekanan overburden. Menurut Geerstma (1957) terdapat tiga konsep
kompresibilitas batuan yaitu :
Kompresibilitas matriks batuan, yaitu fraksi perubahan
volume material padatan (grains) terhadap satuan perubahan
tekanan.
Kompresibilitas bulk batuan, yaitu fraksi perubahan
volume bulk batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Kompresibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksi perubahan
volume pori-pori batuan perubahan tekanan.
Diantara konsep diatas, kompresibilitas pori-pori batuan dianggap yang
paling penting dalam teknik reservoir khususnya.
Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami dua macam
tekanan, antara lain :
Tekanan dalam (internal stress) yang disebabkan oleh
tekanan hidrostatik fluida yang terkandung dalam pori-pori
batuan.
Tekanan luar (external stress) yang disebabkan oleh berat
batuan yang ada diatasnya (overburdan pressure).
Pengosongan fluida dari ruang pori-pori batuan reservoir akan meng-
akibatkan perubahan tekanan dalam dari batuan. Adanya perubahan tekanan
ini akan mengakibatkan perubahan pada butir-butir batuan, pori-pori dan
volume total (bulk) batuan reservoir. Perubahan bentuk volume bulk
batuan dapat dinyatakan sebagai kompresibilitas Cr atau :
Cr =
1Vr
dVrdP .......................................................................................... (3-14)
Sedangkan perubahan bentuk volume pori-pori batuan dapat
dinyatakan sebagai kompresibilitas Cp atau :
Cp = 1
VpdVp
dP∗¿¿ ......................................................................................... (3-
15)
Dimana :
Vr = volume padatan batuan (grains)
Vp = volume pori-pori batuan
P = tekanan hidrostatik fluida di dalam batauan
P* = tekanan luar (tekanan overburden)
3.3. Sifat Mekanik Batuan
Didalam Mekanika batuan perlu diketahui bagaimana kriteria
penghancuran batuan akibat adanya tegangan (stress) dan regangan (strain) yang
ditunjukkan oleh Gambar 3.6. Tegangan dan regangan ini terjadi jika ada
suatu gaya yang dikenakan pada batuan tersebut. Adanya variasi beban yang
diberikan pada suatu batuan akan mengakibatkan penghancuran batuan, jika
beban (gaya) yang diberikan melebihi kekuatan batuan. Ada beberapa gaya
yang berlaku di batuan atau yang berhubungan dengan sifat batuan yang akan
direkahkan.
Manfaat dari memahami tentang ilmu mekanika batuan pada Perekahan
Hidraulik antara lain :
Untuk penentuan distribusi tegangan di tempat (in-situ stress) di sekitar
lubang bor.
Untuk memperkirakan tekanan awal rekahan dan orientasi rekahan.
Untuk menentukan geometri rekahan termasuk hubungan antara tekanan
dalam rekahan, in-situ stress, keadaan batuan, dan dimensi rekahan.
Untuk mengevaluasi ketahanan rekahan melalui studi tentang tegangan
pada lapisan-lapisan yang berbatasan, variasi batuan, dan kondisi
permukaan.
3.3.1. Stress dan Strain
Setiap material termasuk batuan bila dikenai suatu beban/tekanan maka
akan mengalami perubahan bentuk (deformasi). Gaya atau tekanan per satuan
luas ini disebut stress (ζ), sedangkan perubahan bentuk dalam hal ini perubahan
dalam panjang (δ), dibanding dengan panjang semula (L), disebut sebagai strain
(ε).
a. Stress
Stress didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang bekerja
dengan bidang kontak gaya tersebut (gaya persatuan luas).
σ = FA
.............................................................................................. (3-16)
Keterangan :
σ = Stress, Psi.
F = Gaya yang bekerja, lb.
A = Luas bidang kontak, inch2.
b. Strain
Strain didefinisikan sebagai besarnya deformasi suatu material ketika
sebuah stress diterapkan pada material tersebut. Strain merupakan parameter yang
tidak berdimensi dan memilki arah vektor yang sama dengan gaya F dan tegak
lurus dengan bidang yang mengalami stress. Strain dapat didefinisikan :
ε = δxL
.................................................................................................(3-17)
Keterangan :
ε = Strain.
L = Tinggi awal material.
δx = Perubahan Tinggi Material.
Untuk tingkat tegangan yang lemah, plot antara stress vs strain akan
membentuk suatu garis lurus seperti yang terjadi pada material logam yang
merupakan jenis material linear elastis. Gambar 3.6. menunjukkan keadaan
tersebut.
Gambar 3.6. Hubungan Stress-Strain Untuk Material Elastis
3.4. Mekanika Fluida Perekah
Mekanika fluida untuk pekerjaan perekahan hidraulik
meliputi rheology, fluid loss (leak off) dan hidrolika fluida perekah
yang terdiri dari pembahasan mengenai kehilangan tekanan
aliran dan horse power pompa yang diperlukan.
3.4.1. Rheology Fluida Perekah
Pada pekerjaan Acid fracturing, rheology merupakan
sifat aliran fluida yang digunakan untuk mendapatkan harga
viskositas yang cukup. Viskositas fluida perekah perlu
direncanakan dengan baik karena viskositas merupakan salah
satu parameter yang penting dalam keberhasilan pekerjaan Acid
Fracturing.
Berdasarkan hubungan shear stress (τ) dan shear rate
(γ), fluida dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu
newtonian, bingham plastic dan power law. Fluida newtonian
adalah fluida yang mempunyai hubungan linier antara shear
stress dan shear rate (viskositasnya konstan) atau dengan kata
lain viskositasnya hanya dipengaruhi oleh perubahan
temperatur. Sedangkan untuk fluida non-newtonian (power law
dan bingham plastic), viskositasnya selain dipengaruhi oleh
temperatur juga dipengaruhi oleh perubahan shear stress dan
shear rate.
Gambar 3.7. Harga Shear Rate vs Shear Stress Pada Fluida Newtonian dan Non Newtonian
Gambar 3.7 memperlihatkan plot (shear stress) vs (shear rate)
untuk tiga macam fluida
Untuk fluida Newtonian:
= (du/dy) = .................................................................. (3-18)
dimana :
= viskositas, cp
= shear rate,sec-1
untuk bingham plasic berlaku :
= y.............................................................................. (3-19)
dimana
y = yield point (fluida Newtonian = 1)
Untuk fluida perekah, yang berlaku adalah fluida power
law, karena sifat dari fluida power law yang viskositasnya selain
dipengaruhi oleh temperatur juga dipengaruhi oleh shear stress
dan shear rate, dimana viskositas fluida akan turun dengan
berkembangnya shear rate. Pada fluida power law berlaku
hubungan :
= K n........................................................................................................ (3-20)
dimana
K = consistency index, lbf-secn/ft2
n = power law index (untuk n = 1, maka fluidanya Newtonian)
Fluida perekah yang bersifat Power Law adalah sensitive
terhadap temperatur tinggi. Polymer dapat mengalami degradasi dengan
cepat dan viskositas turun karena kenaikan temperatur.
Pada Gambar 3.8. memperlihatkan plot (shear stress) vs (shear rate)
pada fluida power law dalam skala log-log. Untuk log-log plot berlaku hubungan:
log = log K + n log
.......................................
Gambar 3.8. Hubungan Shear Stress Dan Shear Rate Fluida Power LawPada Log-log Plot
3.4.2. Fluid Loss (Leak Off).
Fluid loss (leak-off / kebocoran) adalah kehilangan fluida
karena fluida perekah masuk meresap ke dalam formasi batuan.
Leak off dapat mengakibatkan volume rekahan yang terjadi akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan proppant akan
mengalami bridging atau screen-out (terhenti atau mengendap).
Jadi laju leak-off ini merupakan faktor penting dalam menentukan
geometri rekahan. Terdapat dua macam penilaian terhadap leak-
off, yakni :
Fluid efficiency (pengukuran total / global)
η= volume rekahanvolume yang dipompakan …………………………................. (3-
21)
Umumnya harga η≈30−50 %
3.4.3. Horse Power Pompa
Horse power pompa adalah daya yang diperlukan pompa
untuk dapat memompa fluida perekah sehingga dapat dihasilkan
performance sesuai dengan yang diinginkan. Harga horse pompa
dapat dihitung dengan Persamaan :
HHP = qiPtr / 40,8…………………....…........................…………
(3-22)
Keterangan :
HP = Horse power / daya pompa, HHP
qi = laju pemompaan fluida perekah, BPM
Ptr = Tekanan treatment dipermukaan, Psi
40,8 = (minimum stress formasi + Pnet + Pf)-Ph
Ph = Tekanan Hidrostatik, psi
Pnet = Net Pressure, psi
3.4.4. Jenis-jenis Fluida Perekah
Fluida perekah yang mengisi suatu cycle pemompaan ada empat jenis.
Jenis-jenis fluida perekah tersebut adalah prepad (pertama dipompakan), pad,
slurry, dan terakhir adalah flush.
Prepad dipompakan pertama kali dalam suatu stage. Prepad yang
berviskositas rendah ini berguna sebagai pembersih jalan yang akan dilalui jenis
fluida perekah berikutnya sehingga fluida perekah berikutnya dapat difungsikan
secara maksimal. Selain itu prepad juga berfungsi sebagai pendingin formasi,
pencegah damage, dan membantu memulai membuat rekahan.
Pad adalah jenis fluida perekah yang tidak diberi proppant dan
dipompakan setelah prepad. Pad mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada
prepad. Gunanya adalah untuk memulai perekahan-perekahan sekaligus
memperluasnya. Sementara rekahan berkembang, terjadi fluid loss atau leak-off ke
dalam formasi, dan dianggap tegak lurus dengan dinding formasi, sambil
membentuk filter cake. Volume leak-off ini akan sebanding dengan akar dua dari
waktu cairan bersatu. Jadi, pad ini akan dikorbankan sehingga leak-off dari slurry
dengan proppant akan berkurang.
Setelah pad, slurry dengan proppant akan mulai ditambahkan pada fluida
perekah yang akan naik terus sampai pada harga maksimum yang telah
ditentukan. Harga ini tergantung dari kemampuan fluida dalam membawa
proppant dan/atau kapasitas reservoir dan rekahan yang terbentuk. Slurry ini
mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada pad. Secara umum, leak-off
yang berlebihan dapat disebabkan oleh ketidakseragaman (heterogeneities)
reservoirnya, seperti adanya rekahan alamiah (natural fissures). Hal lain yang bisa
terjadi adalah meluasnya rekahan karena rekahan bergerak ke luar dari zona
produktif yang diinginkan. Bisa saja terjadi bila di antara dua formasi produktif
terdapat lapisan shale yang tipis, maka rekahan akan bergerak melewati shale
tersebut walaupun di shale rekahan akan menipis dan ini mungkin tidak akan bisa
dilewati oleh proppant sehingga akan terjadi screen out (proppant berkumpul
tertahan karena cairannya hilang). Slurry tidak bisa mentransport proppant, dan
tekanan injeksi akan naik tinggi sehingga perekahan lebih lanjut ke dalam formasi
tidak bisa dilakukan. Secara umum, bila rekahan kurang dari tiga kali diameter
proppant, makan proppant akan tertahan.
Setelah slurry dipompakan, maka paling belakang akan diberi flush agar
slurry dengan proppant akan masuk ke dalam formasi dan tidak tertinggal di
dalam sumur. Dalam prakteknya, harus ada proppant slurry yang tertinggal di
sumur, karena kalau flush terlalu banyak maka akan menyebabkan rekahan di
sekitarnya akan menutup kembali sehingga peningkatan produktivitas tidak efektif
(disebut “choked” fracture).
3.4.5. Sifat Fluida Perekah
Untuk pemilihan fluida perekah yang sesuai, harus dipenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Memiliki harga viskositas cukup besar, yaitu 100 – 1000 cp pada
temperatur normal.
2. Filtrasi yang terjadi jangan sampai menutup pori-pori batuan.
3. Stabil pada tekanan tinggi.
4. Tidak bereaksi dengan fluida reservoir, karena dapat menimbulkan
endapan yang menyebabkan terjadinya kerusakan formasi.
5. Tidak membentuk emulsi di dalam lapisan reservoir.
6. Viskositas cairan dapat berubah menjadi kecil setelah terjadinya perek an,
sehingga mudah disirkulasikan keluar dari sumur.
7. Dari segi ekonomi harus memiliki harga yang relatif murah.
3.4.6. Pemilihan Fluida Dasar
Sebelum memilih fluida dasar, kita harus tahu zat yang akan dicampur
dalam fluida dasar tersebut sehingga fluida perekah mempunyai komposisi yang
tepat. Fluida Perekah mempunyai komposisi sebagai berikut :
1. Fluida dasar (base fluid), misalnya air atau minyak ditambah polymer.
2. Crosslinker (penyatu atau pengikat molekul sehingga rantai menjadi
panjang dan viskositas akan meningkat).
3. Breaker (pemecah).
4. Viscosity stabilizer (penstabil viskositas).
5. Fluid loss additive (zat tambahan untuk mencegah kehilangan fluida).
6. Surfactant (surface active agent).
7. Buffers (pengontrol pH).
8. Radioactive tracers.
9. Biocides (anti bakteri).
10. Friction reducer (pengecil friksi).
11. Clay stabilizers (penstabil clay).
12. Crosslinker control agents (mengontrol zat untuk pengikat molekul).
13. Iron control agents (pencegah pengendapan besi di formasi).
14. Paraffin control.
15. Scale inhibitors (pencegah scale).
16. Extenders, clean up, dan energizing agents (mempermudah produksi
kembali).
Fluida dasar terutama dipilih kerena sifat formasi, kandungan clay, jenis
reservoir (minyak atau gas), ada parafin (asphaltene), tekanan reservoir, dan
pengalaman masa lalu sukses atau tidak, serta harganya. Secara umum, fluida
dasar bisa berupa air, hidrokarbon, campuran air atau alkohol, emulsi, foam, dan
kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Fluida dasar ini harus diperkental dengan
polymer sebagai thickener (pengental).
3.5. Acid Fracturing
Di Amerika Serikat, sekitar 70 % dari pekerjaan pengasaman dilakukan
bersamaan dengan perekahan asam atau acidfrac. Hal ini terutama karena
menginjeksikan asam di formasi limestone dengan permeabilitas kecil (< 5 md)
biasanya sulit sekali. Banyak formasi dengan permeabilitas 0.1 - 0.3 md harus
diasam di acid frac merupakan cara satu-satunya kalau tidak ada rekahan alamiah
di situ. Di Indonesia jarang digunakan karena permeabilitas yang umum di
limestone untuk produksi di atas 100 b/d adalah > 10 md dan ini biasanya bisa
dilakukan dengan asam biasa. Untuk damage agak dalam pada limestone maka
dilakukan perekahan hidraulik biasa atau acid frac ini.
Pelaksanaannya dengan menginjeksikan pad yang viscous (kental) untuk
menghasilkan rekahan. lalu diikuti dengan asam yang telah diberi fluid loss
control dan asam ini akan memakan permukaan rekahan secara tidak merata
(karena batuannya juga tidak merata sifat kekerasannya) dan setelan nantinya
rekahan menutup, diharapkan saluran akan terbentuk dari lubang-lubang yang
dimakan asam (atched) tadi yang pasti tidak akan tertutup seluruhnya dan
permukaan tidak merata inilah yang diharapkan untuk menjadi semacam
“proppant” atau pengganjalnya.
Ada dua hal yang mempengaruhi berhasilnya yaitu panjang rekahan dan
konduktivitasnya. Dalam hal acid frac ini ditentukan oleh jarak tempuh asam yang
masih “hidup” (live acid). Penetrasi asam ini sangat dipengaruhi oleh fluid loss
rate, lebar rekahan, laju injeki asam, temperatur formasi, jenis formasi, jenis asam
dan jenis additivenya.
Dalam praktek digunakan laju injeksi yang tinggi dengan tekanan yang
cukup untuk merekahkan dan mengalirkan asamnya. Hanya asam HCl yang
digunakan. Untuk permeabilitas medium (K > 10 md) hanya memerlukan asam
sedikit dan hanya dilakukan pengasaman di sekeliling sumurnya. Gambar 1
memperlihatkan suatu gambar mengenai penetrasi asam pada limestone dan
dolomite vs. lebar rekahan.
Dalam acidfrac ini, sebenarnya aliran yang dominan di sekitar sumur
adalah linier. Salah satu cara untuk menghitung acidfrac adalah dengan grafik
McGuire-Sikora seperti pada perekahan hidraulik. Gambar 3.9 memperlihatkan
grafik mereka.
Gambar 3.9. penetrasi asam pada limestone dan dolomite Vs lebar
rekahan.
3.5.1. Tahap Pelaksanaan Acidfracturing
Dalam pengerjaan Acidfracturing ini di perlukan beberapa tahapan seperti
di bawah ini:
Preflush, bertujuan untuk membuka rekahan awal dan menurunkan
temperatur disekitar rekahan.
Viscous acid Stage, bertujuan untuk membuat dan memperbesar
rekahan
Overflush, bertujuan untuk memindahkan asam dari lubang sumur dan
mendorong asam masuk ke dalam formasi, Dalam tahapan Overflush
dalam jumlah besar ini biasanya sangat efektif untuk menambah
panjang rekahan.
3.5.2. Analisa Hasil Perhitungan Parameter Desain Acidfracturing
Analisa hasil perhitungan parameter geometri rekahan dimaksudkan untuk
menentukan kapasitas produksi sumur. Untuk mengetahui kinerja suatu formasi
dalam berproduksi, kita dapat melihat dari beberapa cara yaitu :
Melalui harga permeabilitas formasi rata-rata
Melalui perbandingan indeks produktivitas formasi
Berdasarkan perubahan kurva IPR
Keekonomian Perekahan Hidraulik
3.5.3. Menentukan Permeabilitas Formasi Rata-Rata
Untuk memperkirakan kenaikan produksi suatu sumur adalah dengan
melihat besarnya harga distribusi permeabilitas yang dihasilkan setelah perekahan.
Asumsi yang digunakan menganggap bahwa stimulasi Perekahan Hidraulik yang
dilakukan menyebabkan harga permeabilitas pada zona yang berada jauh dari
lubang sumur (discontinous radial permeability). Besarnya harga permeabilitas
setelah rekahan (Kf) dan harga distribusi permeabilitas rata-rata (Kavg) dapat
dihitung dengan persamaan Howard & Fast berikut :
Kf = Kxh+WKf
h....................................................................................(3-
23)
Kavg = log
ℜrw
¿¿...............................................................(3-24)
Keterangan :
Kavg = permeabilitas formasi rata-rata, mD
re = radius pengurasan, ft
rw = radius sumur, ft
Kf = permeabilitas formasi yang terkena efek perekahan, mD
K = permeabilitas formasi, mD
Lf = panjang rekahan 1 sayap, ft
WKf = konduktifitas rekahan\\, mD.ft
h = ketebalan lapisan produktif, ft
3.5.4. Menentukan Perbandingan Indeks Produktivitas
Indeks produktivitas merupakan suatu bilangan yang menyatakan
kemampuan suatu formasi untuk berproduksi. Perekahan dinyatakan berhasil jika
angka perbandingan indeks produktivitas (J/Jo) lebih dari satu. Berikut akan
diuraikan perhitungan perbandingan indeks produktivitas (J/Jo) setelah perekahan
dengan metode Darcy, metode Prats, Metode McGuire & Sikora dan metode
Cinco-Ley.
3.5.4.1. Metode Darcy
Indeks Produktivitas adalah parameter yang menunjukan kemampuan
suatu formasi untuk berproduksi pada suatu kondisi tekanan tertentu. Dari sini
dapat dilihat perbandingan laju produksi yang dihasilkan formasi produktif pada
tekanan drawdown tertentu. Indeks produktivitas untuk aliran satu fasa
diperkenalkan oleh Darcy, yaitu sebagai berikut :
PI = q
Pr−Pwf.......................................................................................(3-
25)
Keterangan :
Q = Laju aliran fluida, BFPD
Pr = Tekanan reservoir, psi
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
Perbandingan indeks produktivitas pada metode darcy dilakukan dengan
cara membandingkan indeks produktivitas sebelum perekahan (Jo) dengan indeks
produktivitas setelah perekahan (J) yang dinyatakan dengan persamaan :
JJo
=
qPs−Pwf
qPs−Pwf
........................................................................................(3-
26)
3.5.4.2. Metode Prats
Metode Prats adalah metode yang pertama kali digunakan dan sangat
sederhana. Prats memperhitungkan secara matematika pengaruh dari rekahan
vertikal terisi pasir dengan pola aliran radial pada reservoar yang
memproduksikan fluida incompresible melalui lubang sumur. Hasilnya
mengindikasikan bahwa rekahan vertical sebanding dengan peningkatan
efektifitas radius sumur, parts menunjukkan bahwa jika jari-jari sumur kecil
dengan kapasitas rekahan yang tinggi maka efektifitas radius sumur di asumsikan
menjadi seperempat dari total panjang rekahan Metode Prats dijabarkan lewat
persamaan :
JJo
=ln ( ℜ
rw)
ln( ℜ0,5 Xf
).................................................................................(3-27)
Keterangan :
Xf = setengah panjang rekahan dua sayap, ft
Anggapan dalam persamaan Prats adalah :
Keadaan steady state
Di daerah silinder
Fluida incompressible
Konduktivitas rekahan tidak terbatas
Tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi
3.5.4.3. Metode McGuire & Sikora
McGuire dan Sikora membuat analogi perekahan di lapangan dengan
menggunakan studi analog elektrik. Grafik ini adalah yang paling umum
digunakan. Asumsi yang digunakan adalah :
Aliran pseudo-steady state
aliran konstan dengan tanpa aliran dari luar batas re
Daerah pengurasan segiempat sama sisi
Aliran incompressible
Lebar rekahan sama dengan lebar formasi
Berikut adalah langkah perhitungan perbandingan produktivitas indeks dengan
metode McGuire-Sikora :
1. Menghitung absis (koordinat sumbu X pada grafik McGuire-Sikora) :
X = (WKf
K¿ x ( 40
s)0,5.............................................................................(3-28)
Keterangan :
WKf = Konduktivitas rekahan, mD-in
X = Lebar rekahan x permeabilitas rekahan (proppant)
K = Permeabilitas formasi, mD
S = Spasi sumur, acre
1. Menghitung perbandingan panjang rekahan yang dapat memberikan kontribusi
pada peningkatan produktivitas formasi atau panjang rekahan terisi proppant
(L) dengan jari-jari pengurasan sumur (re).
3. Membaca harga Y (ordinat pada grafik McGuire-Sikora) dengan cara
memotongkan harga X dengan kurva (L/re) pada Gambar 3.10.
4. Perbandingan indeks produktivitas dihitung dengan :
JJo
= y¿¿ ...........................................................................(3-29)
Gambar 3.10. Grafik McGuire-Sikora
Beberapa kesimpulan dapat diperoleh dari grafik McGuire-Sikora :
1. Pada permeabilitas rendah dengan perekahan yang konduktivitasnya tinggi,
maka hasil dari kenaikan produktivitas akan makin besar terutama karena
panjang rekahan dan bukan dari konduktivitas relatif rekahan.
2. Untuk suatu panjang rekahan (Lf), maka akan ada konduktivitas rekahan
optimal. Menaikkan konduktivitas rekahan lebih lanjut tidak akan
menguntungkan. Misalnya untuk harga Lf/Le = 0.5, kenaikan konduktivitas
selanjutnya tidak akan ada artinya untuk harga relative conductivity di atas
105.
3. Maksimum kenaikan perbandingan produktivitas indeks teoritis untuk sumur
yang tidak rusak adalah sebesar 13.6.
3.5.4.4. Metode Cinco-Ley, Samaniego dan Dominiquez
Metode ini adalah metode umum yang dipakai dalam penentuan
konduktivitas rekahan (fracture conductivity) serta untuk evaluasi dengan cepat
mengenai berapa perkiraan kelipatan kenaikan produktivitas pada Acid Frac.
Asumsi yang digunakan adalah:
Area pengurasan silindris
Komplesi sumur cased hole
Memperhitungkan permeabilitas dan konduktivitas serta panjang rekahan
Aliran fluida steady state.
Besar kecilnya kemampuan aliran fluida di dalam rekahan atau yang
disebut sebagai konduktivitas rekahan (fracture conductivity), tergantung dari
harga permeabilitas dan lebar rekahan yang terjadi. Jari-jari sumur efektif, rw’
akan digunakan dalam evaluasi disini. Semakin besar jari-jari sumur maka
semakin besar pula produktivitas sumur tersebut. Cinco-Ley cs membuat grafik
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.11.
Untuk itu didefinisikan konduktivitas rekahan tanpa dimensi (dimensionless
fracture conductivity), Fcd adalah sebagai berikut :
Fcd = WKf
Ki x Xf.......................................................................................(3-30)
Keterangan :
w = lebar rekahan setelah menutup (pada proppant), ft
Kf = permeabilitas proppant, md
Xf = panjang rekahan satu sayap, ft
Gambar 3.11. Grafik Hubungan Antara rw’ dan Fcd(23)
Persamaan 3.6 menunjukkan bahwa harga Fcd berbanding lurus dengan
harga konduktivitas rekahan, sehingga harga konduktivitas rekahan sangat
menentukan keberhasilan dari pelaksanaan perekahan. Umumnya harga WKf
diberikan bersama-sama yang harganya biasanya sekitar 1000 md-ft sampai
beberapa ribu md-ft tergantung dari lebar rekahan, konduktivitas proppant setelah
formasi menutup dan kerusakan pada konduktivitas sendiri karena gel residu,
embedment, dll, sehingga biasanya kita mengambil harga dari perusahaan
dikalikan 0.3 (akibat kerusakan-kerusakan diatas). Untuk harga Fcd > 30, rw’ =
0.5 Xf dan rekahan akan berlaku seakan-akan tak berhingga, serta dengan ini tak
perlu menaikkan konduktivitas proppantnya dengan misalnya proppant yang lebih
kuat. Tetapi bila Fcd < 0.5, rw’ = 0.28 WKf /K dan panjang rekahan lalu tidak
menjadi masalah (kecuali jika ada formation damage maka rekahan harus lebih
panjang yang bisa melewati zona damage tersebut).
Pada umumnya harga optimum Fcd = 2. Ini hanya dari segi aliran fluida
pseudo radial di formasi, bukan secara ekonomi perekahan, dan bukan untuk
aliran keseluruhan di reservoir serta berlaku untuk terutama perekahan yang lebar
pendek. Untuk rekahan panjang dan sempit, mungkin Fcd = 1. Untuk
mengevaluasi tingkat keberhasilan perekahan berdasarkan harga skin semu
(pseudo skin), yang ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut :
S =−ln {rw 'rw }
................................................................................... (3-31)
rw = rwe−1.........................................................................................(3-32)
rw’ = Xf2
..............................................................................................(3-33)
Keterangan :
S = faktor skin
rw = jari-jari sumur, ft
rw’ = jari-jari sumur efektif, ft
Xf = panjang rekahan satu sayap, ft
Sedangkan perbandingan indeks produktivitas dapat dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut :
JJo
=ln [ ℜ
rw]
ln [ ℜr w ' ]
..................................................................................................(3-34)
3.5.5. Fluida Acidfrac
Untuk fluidanya maka bisa digunakan gelled acid, oil external emulsion,
organic acid atau campuran dan asam yang terlambat reaksinya. Fluida yang
dipilih harus disesuaikan dengan jenis batuan dan temperatur formasi.
Tanpa fluid loss, effisiensi acidfrac akan sangat rendah dan penetrasinya
mungkin hanya beberapa kaki saja dari sumur. Adanya rekahan alamiah dan
lubang casing (wormholes) merupakan persoalan yang sulit karena andaikan
diberi fluid loss, asam toh akan bisa bereaksi lewat samping dan lolos ke dalam
lubang tersebut. Jadi hanya menahan reaksi sementara. Sifat fluid loss additive
(FLA) biasanya :
• Inert di asam
• Terbatas manfaatnya
• Mudah dibersihkan (clean up) waktu produksi
Jenis fluida yang umumnya digunakan antara lain :
• 100 mesh sand dan silica flour
• Oil soluber resins (OSR)
• Rock salt (garam)
• Wax Particulates (butiran lilin)
Gambar 3.12. injeksi tanpa menggunakan FLA (hal 2) dan
menggunakan FLA (hal 1).
3.5.6. Jenis Acidfrac
Viscous Fingering (VF)
Closed Fracture Acidization (CFA)
Equilibrium Acidfrac (EAF)
Whisper frac (WF)
Pada teknik viscous fingering dilakukan pemompaan dengan pad yang
viscous, lalu asam yang kurang viscous, dan ulangi lagi, baru dioverflush dengan
brine. Teknik ini tergantung dari pad untuk membuat rekahan, lalu asam yang
kurang viscous dipompakan untuk membuat fingering (saluran kecil bercabang-
cabang) melalui padnya. Dengan ini akan terbentuk etching (pelarutan tak
beraturan) di dinding rekahan sehingga rekahan tak akan tertutup rapat lagi.
CFA adalah metode lain untuk mendapatkan etching tak beraturan.
Pemompaan dilakukan bergantian asam dengan pad. Lalu rekahan dibiarkan
tertutup. Asam lalu dipompakan di bawah closure pressure sehingga akan
menyebabkan asam akan membuat etching baru pada rekahan yang terbentuk tadi.
Karena rekahan sudah tertutup maka konduktivitas yang terjadi tidak akan hilang
pada saat rekahan tertutup (SPE paper 14654).
EAF dipompa seperti pada CFA tetapi pada saat rekahan tetap terbuka.
Tingkat terakhir dipompakan di atas closure pressure tetapi di bawah extension
pressure. Leak-off harus kecil agar berhasil (SPE 18883). Dalam hal ini pad dan
asam mulai membuka rekahan, lalu pemompaan asam dilakukan setelah rekahan
akan menutup. Kemudian overflush dengan brine.
WF membutuhkan perforasi khusus dengan perforasi yang selektif dan
perbandingan viskositas antara fluida-fluidanya agar berhasil. Tekniknya sama
dengan viscous fingering tetapi tidak akan memulai dengan satu cabang saja. Di
sini akan dipompakan pad yang sangat tinggi viskositasnya, lalu gel asam yang
mempunyai viskositas 1/10-nya injeksi dilakukan dengan laju besar (SPE 15772).
Kembali ke effek temperatur, pada dolomite reaksi asam lebih lambat dari
pada limestone. Untuk limestone reaksinya cepat dan terbatas oleh mass-transfer,
dan effek temepartur pada limestone tidak penting. Tetapi pada dolomite
maksimum temperatur adalah sekitar 170oF sebelum dibatasi oleh mass transfer.
Di atas temperatur ini reaksinya menjadi sangat cepat (menjadi mass transfer
limited). Penetrasi asam akan lebih dalam pada dolomite dibandingkan pada
limestone. Pada temperatur tinggi (> 300oF) reaksi telah sangat cepat sehingga
acidfrac dengan HCl tidak mungkin dilakukan walaupun dengan mencampur gel.
Gambar 4 memperlihatkan effek temperatur pada penetrasi acidfrac.
Gambar 3.13. Effel Temperatur Pada Penetrasi Acidfrac
3.5.7. Penetrasi Asam Dalam Rekahan
Untuk meramalkan jarak tempuh asam yang disebabkan oleh acidfrac dan
kondisin terakhir konduktivitasnya, maka pelarutan batuan di sekitar rekahan
harus diketahui. Demikian pula konsentrasi asam di situ. Beberapa ahli
mengatakan bila konsentrasi asam telah mencapai 10 % dari konsentrasi mula-
mula, maka asam tersebut tidak akan dapat membuat “etched worm holes” yang
berarti. Dengan ini harus ditentukan kapan asam tersebut mencapai kadar 10 %
dari asalnya walaupun rekahan yang dibuat mungkin lebih dari itu, tetapi ini
menentukan jarak dari rekahan yang akan terjadi setelah rekahan menutup.
Untuk saluran aliran linier dalam rekahan, dengan leak-off dan difusi asam
ke dinding rekahan (lihat Gambar 14), maka :
∂ C∂ t
+∂ (ux ∁ )
∂ x+
∂ (ux ∁ )∂ x
− ∂∂ y
[ D eff∂ C∂ y
]=qCiδo .......................... (3-35)
dengan syarat-syarat batas :
C(x, y, t) = 0 ...................................................................... (3-36)
C(x = 0, y, t) = Ci(t) ......................................................... (3-37)
Cuy – CLqL – Deff ∂ C∂ y = Ef C n (1 - ϕ) ................................ (3-38)
di mana :
C = konsentrasi asam
ux = flux sepanjang rekahan
uy = flux tranversal karena fluid loss
Deff = koefisien difusi effektif
Ci = konsentrasi asam yang diinjeksikan
Ef = konstante kecepatan reaksi
n = order reaksi
f = porositas batuan
do = dirac fanction
CL = Konsentrasi sisa (Spent) asam
qL = laju leak off
Gambar 3.14. Transportasi Asam Dalam Rekahan Dengan Difusi Dan Fluid Loss
(Economides – Nolte : Reservoir Stimulasi)
Dengan asumsi steady state, aliran laminer dan fluida Newtonian antara dua
bidang datar yang sejajar, Nierode dan Williams *SPEJ, pp.306, 1972)
memberikan solusinya untuk keseimbangan asam di rekahan yang diambil dari
solusi Terril untuk heat transfer antara dua bidang sejajar. Solusi ini diberikan
pada Gambar 6 sebagai fungsi dari Peclet Number, yang didefinisikan sebagai :
................................ (3-39)
Di mana uy adalah fluks leak-off rata-rata dan w = lebar rekahan. Koefisien
difusi effektif, biasanya lebih besar dari koefisien difusi molekular karena
tambahan dari pencampuran akibat gradient densitas. Dari Gambar 6 terlihat
bahwa pada bilangan Peclet yang rendah, konsentrasi asam akan sangat kecil
sebelum mencapai ujung rekahan, sedangkan untuk bilangan Peclet yang tinggi,
konsentrasi asam akan tinggi pada akhir perekahan. Pada bilangan Peclet rendah,
kemajuan asam dikontrol oleh difusi, sedangkan pada bilangan Peclet yang tinggi,
fluid loss sebagai pengontrolnya.
Gambar 3.15. Profil Konsitrasi Asam Sepanjang Rekahan (Schechter, Oil Well
Stimulation, Prentice Hall, 1992)
N pe=u y w /(2D eff )
3.5.8. Konduktivitas Acidfracturing
Konduktivitas acidfrac sukar diramalkan karena sangat tergantung dari
stochastic prosess (proses yang tidak pasti bagaimana), misalnya kalau dinding
tidak etched secara keterogen, maka hasil konduktivitas rekahan akan sedikit, jadi
untuk meramalkan hasilnya adalah secara empiris. Pertama berdasarkan distribusi
asam di rekahan, jumlah batuan yang dilarutkan sepanjang rekahan dihitung. Lalu
korelasi empiris untuk menghitung konduktivitas rekahan berdasarkan jumlah
batuan yang terlarut. Akhirnya, karena konduktivitas akan berubah-ubah
sepanjang rekahan, harus diambil harga rata-ratanya. Metode ini tidak akan teliti.
Sebaiknya hasilnya diukur dengan PTA (Pressure Transient Analysis) untuk
mengkalibrasi hasil di atas.
Jumlah batuan yang dilarutkan pada acidfrac dinyatakan dalam lebar ideal,
wi, yang didefinisikan sebagai lebar rekahan terjadi karena kelarutan oleh asam
sebelum rekahan menutup.
Bila semua asam yang diinjeksikan ke rekahan melarutkan batuan di
dinding rekahan (tidak masuk ke matriks atau wormhole, lubang casing) maka
lebar ideal rata-rata bisa ditulis sebagai total volume batuan terlarut dibandingkan
dengan luas rekahan, atau :
w i=XV
[2(1−φ)h f x f ].......................... (3-40)
Di mana X = daya pelarutan volumetris asam, V = total volume injeksi
asam, hf adalah tinggi rekahan, dan xf adalah panjang rekahan satu sayap. Untuk
bilangan Peclet yang rendahg, kebanyakan asam bereaksi dekat sumur dan
konsentrasi asam akan sangat berlainan sepanjang rekahan, sehingga lebar
rekahan juga bervariasi. Schechter juga memberikan Gambar 7 berdasarkan profil
konsentrasi di Gambar 6 tadi.
Gambar 3.16. Lebar Rekahan Ideal Sepanjang Rekahan (Schechter, 1992)
Dari lebar rekahan ideal (ideal fracture width), konduktivitas acidfrac
dihitung dari korelasi Niorode dan Kruk (SPE paper 4549, 1973). Korelasi ini
berdasarkan perhitungan ekstensif di laboratorium dari konduktivitas acidfrac dan
dikorelasikan dengan lebar ideal, closure stress sc, dan rock embedment stregth,
Srock. Rock embedment strength didefinisikan sebagai gaya yang mendorong
suatu bola logam pada jarak tertentu dari permukaan batuan.
Korelasi mereka adalah sbb :
....................... (3-41)
Dimana:
k f w=C1e−C 2σ c
C1=1 . 47 x107 w i2. 47
C2=(13. 9−1. 3 ln Srock )x 10−3 untuk Srock < 20000 psi
C2=(13. 9−0 . 28 ln Srock ) x10−3 untuk Srock > 20000 psi
Untuk satuannya kfw = md-ft, wi - in, sc dan Srock = psi. Pengukuran
laboratorium untuk embedment strength dan konduktivitas asam untuk beberapa
formasi di Amerika diberikan oleh Nierode dan Kruk sebagai Tabel 1.
Setelah variasi konduktivitas sepanjang rekahan diketahui, harga rata-rata
konduktivitas seluruh rekahan dapat dihitung untuk mendapatkan produktivitas
sumur acidfrac. Bennett (PhD thesis Univ. of Tulsa, 1982) memberikan rata-rata
konduktivitas sebagai sebagai berikut :
........................(3-42)
Harga rata-rata ini cukup baik untuk bilangan Peclet > 3. Untuk < 3 maka
peramalan produktivitas akan terlalu optimistik karena akan diperbesar oleh
besarnya konduktivitas yang diambil dari dekat sumur. Mungkin saja asam akan
bereaksi lebih banyak dalam jarak tertentu dari sumur karena pemanasan formasi
menaikkan difusi dan reaksi (Elbel, SPE paper 19773, 1989).
Untuk hal demikian, Ben-Naceur dan Economides menganjurkan harga rata-
rata harmonis sbb :
.............................(3-43)
3.5.9. Korelasi Antara Data Reservoir Dengan Perencanaan Acid fracturing
Perencanaan acid fracturing awal adalah diperlukan kelarutan batuan di atas
80 % dan memiliki permeabilitas di atas 20 md. Data reservoir dapat sebagai
acuan dalam pemilihan fluida yang cocok dan penambahan additive pada fluida
tersebut mendapatkan hasil yang optimal dalam penggunaannya. Permeabilitas
>10 md akan diperlukan asam yang sedikit dan untuk permeabilitas <1 md
diperlukan asam yang banyak untuk menginjeksi sampai jauh ke dalam formasi.
Pengaruh reservoir dalam pemilihan asam dan penambahan additive tidak jauh
k f w= 1xf ∫0
xf k f w dx
k f w=x f
∫0
x f dx /k f w
berbeda dengan pengasaman pada matrik, perbedaannya ada pada fluida perekah
yang digunakan pada proses acid frac yang berguna untuk mengalirkan fluida
asam pada formasi. Temperatur yang tinggi pada formasi akan menyebabkan
viskositas pada fluida perekah menurun dan akan mempersulit dalam proses
perekahan jika pada formasi yang memiliki loss yang tinggi dan laju leak off yang
besar. Sifat fisik batuan akan mempengaruhi pemilihan dalam hal pengurangan
loss. Kandungan clay pada formasi juga akan mempengaruhi pemilihan fluida
perekah agar tidak terjadi kesalahan yang akan menyebabkab kerusakan. Semua
perencanaan yang ada pada acid fracturing tidak jauh berbeda dengan yang ada
pada matrik acidizing. Untuk dapat memperoleh penetrasi pengasaman yang
optimal maka harus diperhatikan fluid loss, lebar rekahan, laju injeksi, temperatur,
jenis formasi dan jenis asam.
3.6. Simulator FracCADE
FracCADE * Adalah simulator software evaluasi dan desain perekahan yang
dikembangkan pada prinsip - prinsip fisik terbukti hidrolik fracturing untuk
perawatan optimal. Sistem ini menggabungkan berbagai kompleksitas, dari model
2D ke lateral ditambah simulator tiga dimensi. Perangkat lunak FracCADE
termasuk realtime terintegrasi, pencocokan tekanan, dan kemampuan desain
ulang. Perangkat lunak ini juga memiliki Data penanganan, penggabungan, dan
penyaringan kemampuan, serta laporan data sumur dan grafis.
Berbagai modul yang software FracCADE memberikan nilai tambah yang luar
biasa:
3.6.1. Optimasi (NPV) modul
Modul ini menggunakan informasi tentang sumur, waduk, cairan, dan
proppantnya di hubungannya dengan kendala operasional, biaya tetap, dan
kendala produksi untuk menghitung desain fraktur optimal secara ekonomi
berdasarkan nilai sekarang bersih. Tujuan dari rekah sebuah pengobatan adalah
untuk memaksimalkan kembali ekonomi pada sumur, mencapai biaya yang paling
efektif pengobatan menghasilkan potensi pendapatan tertinggi atas investasi klien.
Optimasi (NPV) plot modul memungkinkan para insinyur untuk mempelajari efek
ekonomi bervariasi didukung panjang fraktur berkisar dengan cairan yang dipilih,
proppants, dan konsentrasi didukung. Serba Serbi model geometri dapat dipilih.
Sementara hubungan kinerja inflow (IPR) kurva digunakan untuk meramalkan
produksi.
3.6.2. PropFRAC Placement
PropFRAC placement adalah angka hidrolik fraktur simulator yang
menggunakan Model fraktur geometri yang berbeda. Ini memberikan kemampuan
untuk model pertumbuhan fraktur ke lapisan atas dan di bawah zona membayar
bersama dengan ekstensi fraktur dan rock mekanik yang memungkinkan
screenouts dan bubur dehidrasi untuk dirangsang. Stimulasi dapat terus bahkan
setelah bridging proppantnya atau slurry dehydration terjadi.
3.6.3. Scenario Manager
Skenario Manager adalah modul baru di FracCADE yang memungkinkan
insinyur Schlumberger untuk membuat dan mengelola beberapa desain rekah atau
skenario sekaligus. Hal ini memungkinkan di tempat terbaik pertandingan
melawan kasus real-time dan melakukan visualisasi real-time parameter kritis,
membandingkannya dengan perhitungan presimulated.
3.6.4. AcidFRAC
AcidFRAC modul memungkinkan Anda untuk membuat komprehensif
simulasi, dengan mempertimbangkan berbagai mekanisme terlibat dalam
pengobatan rekah asam. The AcidFRAC Modul mensimulasikan efek dari
perawatan gel-pad-flush klasik, Gel sistem asam, sistem LCA, dan sistem
terbelakang. Penempatan simulator yang digunakan dalam rekah proppantnya juga
digunakan dalam rekah asam. Perhitungan modul AcidFRAC didasarkan pada
aliran terpasang bersama fraktur. Daerah etch penampang didasarkan pada rata-
rata batu properti di sepanjang tinggi fraktur.
3.6.5. MultiFRAC Penempatan
The MultiFRAC Penempatan (MLF) modul mensimulasikan simultan
inisiasi dan perluasan beberapa patah tulang hidrolik. MLF mendukung hanya
geometri fraktur PKN. Model MLF screenout karena bridging proppantnya atau
dehidrasi. Cross-aliran dihitung setelah memompa berhenti, tetapi viskositas
diabaikan sehingga nilai bisa diperbesar. Gesekan perforasi dihitung untuk setiap
lapisan.
Peningkatan plot kontur, terkait sumbu untuk semua subplot untuk
ACL plot kontur dan plot desain.
Real-time perubahan terkait.
Ditambahkan parameter baru ke Dynamic Digital Display Window.
3.6.6. BHP
Bottom Hole Pressure Module konversi:
kondisi Permukaan pengobatan untuk kondisi dasar sumur dengan
mengambil jadwal memompa, mengandung tekanan dan tingkat di
permukaan kondisi, dan menghitung nilai-nilai dasar sumur.
kondisi dasar sumur ke permukaan kondisi pengobatan dengan
mengambil Jadwal memompa berisi data dasar sumur dan menghitung
kondisi permukaan yang sesuai.
Ditambahkan parameter baru (semen ketebalan dinding dan termal
konduktivitas) dan dilaksanakan koefisien perpindahan panas baru
persamaan.
Ditambahkan pilihan untuk termasuk pemanasan kental di dasar
sumur Perhitungan suhu.
3.6.7. DataFRAC
Modul ini menganalisis data fraktur yang dihasilkan oleh pengobatan, yang
dapat digunakan untuk merancang pengobatan fraktur didukung. Informasi
DataFRAC membantu untuk menentukan parameter rekah sehingga desain
pengobatan di masa mendatang dapat memaksimalkan produksi. Rekah parameter
yang ditentukan:
Fraktur Penutupan Tekanan
Model 2D tepat
DataFRAC Efisiensi Fluid
Leakoff Koefisien
Modul DataFRAC menentukan karakteristik dan parameter khusus untuk
sumur tertentu dan formasi yang harus dipertimbangkan ketika merancang
pengobatan fraktur bersandar. Ini secara grafis diilustrasikan pada plot interaktif.
Plot interaktif adalah digunakan selama analisis untuk mempersempit batas-batas
dan tiba di solusi yang masuk akal.
3.6.8. OPAL
Modul OPAL menyediakan integrasi yang mudah dengan Tekanan
Dioptimalkan Analisis (OPAL) sehingga hasilnya dapat diimpor ke FracCADE
untuk analisis lebih lanjut. OPAL adalah aplikasi tekanan-analisis untuk
mendapatkan Tekanan penutupan waduk, efisiensi cairan fraktur, dan fraktur Data
pertumbuhan tinggi atau kurungan berdasarkan real-time atau pengobatan Data
sejarah.
3.6.9. Auto pressure match
Auto pressure match adalah Pertandingan yang menyajikan teknik untuk
konsisten analisis catatan tekanan selama kedua injeksi dan penurunan, termasuk
perubahan karena tingkat dan variasi viskositas fluida. Hal ini juga digunakan
untuk mencocokkan prosedur rekah simulasi dan diukur dalam batas yang
ditentukan. Prosedur ini dapat diterapkan baik uji kalibrasi dan didukung
perawatan fraktur. Modul ini berulang kali mengeksekusi modul PropFRAC
Penempatan menggunakan parameter pengobatan yang diresepkan (tarif injeksi
lumpur, Konsentrasi proppantnya, dll) untuk memprediksi patah tekanan untuk
diberikan set parameter fraktur (tekanan, cairan leakoff, dll).
3.6.10. Aditif And Foam
Aditif dan Perhitungan Foam modul mengevaluasi tingkat N2 dan CO2
pada kondisi yang berbeda dari tekanan dan temperatur di memesan untuk
memfasilitasi desain pekerjaan busa. The Aditif dan Foam Perhitungan Modul
melakukan perhitungan volumetrik cair, padat, CO2, dan N2 pada temperatur
yang berbeda dan tekanan.
The Aditif & Perhitungan Foam modul juga menyediakan kemampuan untuk:
Desain jadwal busa CO2 dan N2 commingle
Suntikkan aditif pada dua titik yang berbeda-dalam line-tekanan tinggi
atau keluarnya blender.
Compenstate kualitas karena pengenalan proppantnya.
3.6.11. Analisis Log
Analisis Log modul menyediakan akses ke data log elektronik, baik
diproses, gelombang penuh log sonik, atau diproses Triple-Combo log melalui
LGZones aplikasi mandiri. Hal ini memungkinkan impor zona dari LGZones atau
ekspor FracCADE kedalaman vertikal benar dan profil lebar untuk LGZones.
Setelah elektronik log data yang diimpor dari LGZones, Anda dapat melihat
mereka dari zona spreadsheet.
3.6.12. Analisis sensitivitas
Analisis Sensitivitas (FGS) modul dapat dijalankan dengan menggunakan
dua prosedur yang berbeda:
panjang Fraktur ditentukan berdasarkan jumlah injeksi Volume
ditentukan.
Panjang fraktur harus ditentukan; cairan disuntikkan diperlukan untuk
mencapai panjang fraktur ditentukan kemudian ditentukan.
Karena perhitungan dalam modul FGS analitis dan dapat cepat
dieksekusi, modul FGS berguna untuk studi sensitivitas.
3.6.13. Tubing Movement
Tubung Movement modul dirancang untuk menghitung dan memberikan
profil efek berlaku pada tabung dan pengepakan. Para mensimulasikan modul
pengaruh empat gaya: diterapkan, tekanan-induced, gesekan, dan termal
disebabkan. Perhitungan mempertimbangkan tabung untuk gerak packer, baik
jenis selesai, kondisi baik saat ini, dan Perubahan yang terjadi dengan aplikasi
pengobatan.
3.6.14. BRACKETFRAC
Modul BRACKETFRAC digunakan untuk mengontrol fraktur atas migrasi,
migrasi fraktur yang lebih rendah, atau keduanya secara bersamaan. Modul
BRACKETFRAC didasarkan pada kebutuhan untuk penempatan mengalihkan
partikel di batas vertikal fraktur sebelum pertumbuhan tinggi yang tidak
diinginkan.
Modul BRACKETFRAC memungkinkan pilihan untuk merancang
pengobatan menggunakan salah satu dari tiga layanan fraktur berikut:
INVERTAFRAC * - Mencegah propagasi fraktur ke atas oleh
menempatkan lapisan partikel di bagian atas fraktur vertikal.
DIVERTAFRAC- Berisi rekah bawah dengan menempatkan
mengalihkan materi di bagian bawah patah tulang.
BRACKETFRAC- Menggabungkan dua perawatan di sama aplikasi.
3.6.15. HIWAY Modul
Ditambahkan Hiway modul yang memungkinkan generasi hiway
memompa jadwal.
hiway modul dapat diakses dari PropFRAC Modul penempatan.
Link ke modul Hiway terlihat hanya untuk anggota Kelompok Hiway
FracCADE LDAP.
Pengguna akan diberikan akses ke modul HIWAY hanya setelah
pelatihan.
Pelatihan akan diberikan sebagai bagian dari peluncuran tersebut.
HIWAYdidasarkan pada pendekatan yang sangat baru untuk rekah hidrolik.
HIWAY Module adalah, jenis baru yang revolusioner dalam penanganan hidrolik
fracturing. HIWAY menghilangkan ketergantungan dari kinerja fraktur pada
karakteristik proppantnya. Hal ini dilakukan dengan menciptakan saluran terbuka
di dalam fraktur, yang menetapkan jauh lebih tinggi konduktivitas hidrolik dan
banyak lagi. Cara konduktif untuk fluida reservoir dibandingkan dengan
konvensional patah pengobatan. Dalam fraktur HIWAY, proppantnya
ditempatkan modul HIWAY.