bab iii tektonostratigrafi kelompok pematang sub … · · 2016-06-08digunakan adalah data dari...
TRANSCRIPT
19
Bab III Tektonostratigrafi Kelompok Pematang Sub Cekungan Barumun
III.1. Data dan Metodologi
III.1.1. Data
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini meliputi data lebih dari 1000
km seismik 2D eks Blok Panai, 350 kilometer persegi data seismik 3D Blok
Kisaran dan satu data log sumur Footwall-1. Data tersebut merupakan data milik
pemerintah Indonesia dalam Blok Kisaran yang dioperasikan oleh PT. Chevron
Pacific Indonesia sebagai kontraktor bagi hasil dalam tahap eksplorasi. Seluruh
data telah ada dalam kumpulan basis data di PT. Chevron Pacific Indonesia, pada
saat penelitian tidak ada data yang diakuisisi. Data pendukung yang akan
digunakan adalah data dari laporan-laporan pemboran sumur terdahulu yang
sudah masuk dalam kategori data yang bisa diakses oleh publik seperti data
laporan mud log, data hasil analisis geokimia, dan evaluasi geologi dari penelitian
sebelumnya.
III.1.2. Metode Penelitian
Metodologi penelitian ini mencoba mengadopsi teknik penafsiran yang dilakukan
Prosser (1993) yang menggunakan data seismik sebagai data utama dalam
penelitian. Pemilihan data seismik sebagai data utama karena seismik memiliki
karakter temporal dan spasial. Pola hubungan stratigrafi seismik membantu
dalam penafsiran umur relatif paket-paket sedimen sedangkan atribut seismik
membantu penafsiran geometri spasial dari paket sedimen. Penampang seismik
refleksi merupakan media ideal untuk mempelajari respon perubahan sistem
deposisi terhadap aktivitas sesar, karena data seismik menunjukkan gambaran
temporal yang utuh. Penafsiran sistem deposisi dapat dilakukan secara lebih
integral dan komprehensif dengan menggunakan data-data tambahan berupa data
sumur dan atribut seismik. Modifikasi-modifikasi khusus dari analisis untuk
tatanan lokal diperlukan karena setiap cekungan memiliki karakter khusus yang
bersifat unik.
20
Data sumur secara vertikal atau temporal memiliki resolusi paling tinggi namun
tidak memiliki aspek spasial atau hanya bersifat satu titik. Penggabungan
kelebihan masing-masing data tersebut di atas diharapkan dapat menjadi dasar
penafsiran yang kuat dalam analisis perkembangan Sub Cekungan Barumun.
Penelitian ini disusun dengan kerangka urutan rencana kerja penelitian sebagai
berikut:
1. Analisis data seismik 2D dan 3D untuk penentuan kerangka struktur,
stratigrafi seismik regional, penafsiran ulang paket-paket sedimen
terhadap fase pergerakan sesar-sesar pembentuk Sub Cekungan Barumun
2. Analisis data sumur
3. Pembuatan peta struktur dan isopach
4. Analisis lingkungan pengendapan masing-masing paket sedimen dengan
integrasi analisis struktur, stratigrafi seismik, peta isopach, ekstraksi
atribut seismik.
5. Pemodelan geologi Sub Cekungan Barumun pada rentang umur Eosen-
Oligosen sampai Awal Miosen.
Secara sederhana urutan kerja penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1.
Gambar III.1 Diagram alir kerja penelitian meliputi analisis data seismik,
analisis data sumur, penafsiran sejarah geologi dan pemodelan geologi.
Analisis data seismik• Pemetaan struktur sesar/faults• Analisis seismik stratigrafi• Pemetaan horison batas sekuen• Pembuatan Peta struktur• Pembuatan peta isopach• Ekstraksi atribut seismik
Analisis data log sumur• Pengelompokan fasies• Interpretasi lingkungan pengendapan• Well to seismic tie
Penafsiran• Perkembangan struktur• Perkembangan ruang akomodasi• Perkembangan sedimentasi• Sintesa umur relatif unit-unit stratigrafi
Sintesa Tektonostratigrafi
Analisis data seismik• Pemetaan struktur sesar/faults• Analisis seismik stratigrafi• Pemetaan horison batas sekuen• Pembuatan Peta struktur• Pembuatan peta isopach• Ekstraksi atribut seismik
Analisis data log sumur• Pengelompokan fasies• Interpretasi lingkungan pengendapan• Well to seismic tie
Penafsiran• Perkembangan struktur• Perkembangan ruang akomodasi• Perkembangan sedimentasi• Sintesa umur relatif unit-unit stratigrafi
Sintesa Tektonostratigrafi
21
III.2 Analisis Data Seismik dan Analisis Data Sumur
Data seismik 3D pada Blok Kisaran memungkinkan observasi karakter internal
dari seismik sehingga seismic stratigraphy dapat dipakai sebagai acuan
penentuan paket-paket sedimen pengisi Sub Cekungan Barumun. Horison-
horison seismik yang sebelumnya sudah dipetakan, yaitu horison Pematang 1
sampai dengan Pematang 8 merupakan batas-batas paket sedimen yang berupa
ketidakselarasan maupun batas perbedaan karakter internal seismik. Selanjutnya
interval paket sedimen yang berhubungan dengan horison-horison seismik
tersebut dinamakan sebagai sekuen Pematang 1 sampai dengan sekuen Pematang
8.
Sumur Footwall-1 dibor pada bagian footwall di tepi barat cekungan di belakang
border fault “m1” (Gambar III.2). Rekomendasi pemboran sumur Footwall-1 ini
dibuat berdasarkan analisis stratigrafi seismik yang dilakukan pada penelitian
sebelumnya oleh Rahardjo (2003). Sumur ini menembus kedalaman 9700 kaki
dan berhenti pada interval Pematang 4. Sumur Footwall-1 ini secara stratigrafi
merupakan sumur terlengkap menembus paket sedimen awal pembentukan Sub
Cekungan Barumun di bagian sisi barat cekungan.
Observasi detil dalam penelitian ini menghasilkan pemahaman baru bahwa paket-
paket sedimen yang pernah dipetakan sebelumnya oleh Rahardjo (2003) mulai
dari sekuen Pematang 1 sampai sekuen Pematang 8 dapat ditafsirkan secara
berbeda. Sebagai gambaran awal, paket sekuen Pematang 1, 2 dan 3 tidak
termasuk dalam paket sedimen syn-rift. Gambar III.2 menunjukkan bahwa
reflektor-reflektor seismik sekuen Pematang 1-2-3 cenderung sejajar dengan
basement dan penebalan paket ini tidak dikontrol oleh sesar border fault “m1”
dan “m2”. Dari fakta tersebut paket sedimen ini ditafsirkan sebagai paket
sedimen pre-rift. Sedangkan paket sedimen syn-rift dimulai pada Paket Pematang
4 sampai dengan sekuen Pematang 8. Pembahasan terinci hal ini disajikan dalam
sub bab evolusi Sub Cekungan Barumun pada bagian tektonostratigrafi.
22
Selanjutnya pembahasan pada sub bab ini difokuskan pada karakter seismik
masing-masing paket sedimen dan litologi yang ditemui pada sumur Footwall-1.
Pambahasan dilakukan secara berurutan dari paket sedimen yang paling tua ke
paket sedimen yang paling muda.
III.2.1 Interval Pematang1-2-3
Paket Pematang 1-2-3 tidak dan belum pernah ditembus oleh data sumur.
Analisis yang dilakukan hanya berdasarkan kenampakan pada data seismik 3D.
Data seismik 2D yang berumur tua tidak dapat menggambarkan interval ini
dengan baik.
Dari data seismik 3D yang ada tampak bahwa interval Pematang1-2-3 (Gambar
III.2 dan III.3) adalah paket sedimen yang berumur lebih tua dan menjadi alas
dari cekungan rifting pada Eosen-Oligosen. Umur paket ini secara relatif harus
lebih tua dari umur sekuen Pematang 4. Jika dipercaya fase rifting terakhir di
cekungan Sumatera Tengah dimulai pada Eosen Tengah maka umur paket
Pematang 1-2-3 paling tidak berumur Eosen Tengah atau lebih tua. Sekuen pre-
rift ini berlaku seperti basement terhadap pembentukan rifting yang lebih muda.
Observasi pada blok footwall di bagian barat menunjukkan interval ini memiliki
ketebalan mencapai lebih dari 500 milidetik dan rata-rata berada pada kedalaman
lebih dalam dari 1500 milidetik. Ciri khas interval ini adalah terdapat reflektor
dengan amplitudo kuat dan kontinyu di bagian bawah, ditumpangi oleh refektor
beramplitudo lemah tidak kontinyu di bagian tengah, dan ditutup oleh reflektor
yang beramplitudo tinggi dan kontinyu di bagian paling atas (Gambar III.2).
Reflektor-reflektor tadi dinamakan Pematang 1, Pematang 2 dan Pematang 3.
23
Gambar III.2 Penampang seismik inline 454 dan penafsiran horison-horison seismik
Sumur Footwall-1
T. PMT5
T. PMT4
T. PMT8 T. PMT7
T. PMT6
T. PMT3
T. BST
T. PMT2
Fault “m1”
Fault “m2”
Barat Timur
Basement
iln454iln454
24
Gambar III.3 Penafsiran stratigrafi pada seismik inline 454, menunjukkan paket-paket sedimen pengisi cekungan.
Petani
Telisa W GF
Menggala
Bangko-Bekasap-Duri
PMT8PMT7
PMT6
PMT5
PMT4
PMT1-2-3
Basement
ASN-2007
OnlapDownlapToplap
Legend:
Petani
Telisa W GF
Menggala
Bangko-Bekasap-Duri
PMT8PMT7
PMT6
PMT5
PMT4
PMT1-2-3
Basement
ASN-2007
OnlapDownlapToplap
Legend:
Sumur Footwall-1
T. PMT5
T. PMT4
T. PMT8 T. PMT7
T. PMT6
T. BST
T. PMT2
Fault
Fault
Barat Timur
iln454iln454
25
Ke arah bagian tengah cekungan reflektor ini masih memiliki ciri-ciri yang sama,
namun interval di bagian tengah cekungan cenderung menipis ke arah timur.
Karakter internal dari Pematang 2 menunjukkan pola seismik progradasi dari arah
baratlaut ke tenggara (lihat Gambar III.13). Penipisan paket Pematang 2 ke timur
menyeberangi border fault dimungkinkan oleh lingkungan pengendapan yang
lebih dalam pada blok hangingwall. Dari analisis struktur border fault ”m1”
diketahui bahwa interval Pematang 1-2-3 ini dipotong oleh sesar “m1” setelah
diendapkan dengan arah azimuth net slip ke arah tenggara N140oE+8o sepanjang
kurang lebih 3 kilometer (lihat Gambar III.11). Penafsiran ini diperoleh dengan
melakukan analisis sayatan seismik dengan sistem rotasi setiap 2 derajat melawan
putaran jarum jam dimulai pada penampang seismik crossline 540 menyeberangi
sesar “m1” untuk mencari karakter seismik yang sama pada blok footwall dan
hangingwall. Lebih detil mengenai analisis struktur ini dibahas lebih lanjut pada
bagian peta struktur. Oleh karena tidak ada data sumur yang menembus interval
ini, pembahasan mengenai litologi paket Pematang1-2-3 tidak dapat dilakukan
selain dari penafsiran geometri berdasarkan data seismik yang akan dibahas pada
sub bab sedimentasi.
III.2.2 Interval Pematang 4
Interval Pematang 4 merupakan paket yang paling bawah dari paket syn-rift
dengan penyebaran paling tebal berada pada daerah tepian cekungan. Pola
seismik yang tampak adalah onlap terhadap bidang sesar di bagian barat dan
downlap di bagian tengah cekungan terhadap paket sedimen pre-rift. Dari arah
timur tampak bahwa sekuen Pematang 4 memiliki pola progradasi toplap yang ke
arah tengah cekungan (barat) menunjukkan pola downlap terhadap paket yang
lebih tua (Gambar III.4)
Karakter seismik paket ini di bagian footwall memiliki amplitudo lemah dan tidak
kontinyu. Di bagian tengah cekungan interval ini hanya diwakili oleh paket
seismik yang tipis dengan amplitudo kuat dan kontinyu. Di bagian timur
cekungan interval Pematang 4 memiliki karakter amplitudo lemah dan
26
menunjukkan pola progradasi ke arah barat dengan downlap di bagian dasar (lihat
Gambar III.2)
Dari konfigurasi ini dapat ditafsirkan bahwa sedimentasi sekuen Pematang 4
hanya mengisi ruang akomodasi di tepian cekungan namun tidak mampu mengisi
penuh ruang akomodasi di bagian tengah cekungan sehingga bagian tengah
cekungan kelaparan sedimen.
Sekuen Pematang 4 ditembus oleh sumur Footwall-1 yang berada di bagian barat
cekungan dengan kedalaman mencapai 9700 kaki. Pada sumur ini Pematang 4
dijumpai memiliki karakter tumpukan paket sedimen terdiri dari beberapa paket
mengkasar ke atas seperti yang terlihat pada Gambar III.4. Interval ini
diinterpretasi sebagai sedimen delta danau dengan sumber sedimen dari arah
utara sumur sepanjang blok footwall tepi barat yang terotasi dari Sub Cekungan
Barumun.
Gambar III.4 Log komposit sekuen Pematang 4 di sumur Footwall-1 dan
interval seismik yang sepadan dengannya diarsir kuning.
Pada blok footwall (Gambar III.4) dari pemboran sumur Footwall-1 dijumpai
tumpukan tiga sampai lima paket sedimen dengan karakter mengkasar ke atas
Characters:•Stacked coarsening upward sequences•Interpreted as stacked lacustrine delta sequences•Reservoir found in the uppermost, coarsest deltaic sequences
8800
8900
9000
9100
9200
9300
9400
9500
9600
9700
T_PMT4
Pematang 4
Characters:•Stacked coarsening upward sequences•Interpreted as stacked lacustrine delta sequences•Reservoir found in the uppermost, coarsest deltaic sequences
8800
8900
9000
9100
9200
9300
9400
9500
9600
9700
T_PMT4
Pematang 4m2
m1
27
dengan ketebalan rata-rata 60-90 kaki. Sedangkan pada bagian hangingwall di
tengah cekungan dijumpai kenampakan seismik yang mengindikasikan downlap
di atas Horison Pematang 3. Dari pola seismik stratigrafi tersebut ke arah tengah
cekungan diperkirakan merupakan jenis endapan danau dalam atau distal dari
sistem delta danau yang ada di blok footwall.
III.2.3 Interval Pematang 5
Sekuen Pematang 5 merupakan paket sedimen syn-rift paling tebal yang secara
umum di bagian tengah cekungan merupakan paket dengan bentuk segitiga yang
menebal terhadap bidang sesar border fault. Ke arah barat dan timur sekuen
Pematang 5 memiliki pola onlap terhadap bidang sesar dan terhadap horison
seismik yang lebih tua (Gambar III.5).
Di bagian barat cekungan pada blok footwall tampak interval ini memiliki
amplitudo kuat dan kontinyu sedangkan di bagian tengah cenderung lemah dan
tidak kontinyu. Ke arah timur cekungan interval ini memiliki amplitudo yang
relatif menguat dan labih kontinyu namun menipis secara signifikan dengan pola
onlap terhadap Horison Pematang 4 (Gambar III.3). Interval Pematang 5 di
bagian tengah cekungan merupakan interval dengan ciri pertumbuhan
sedimentasi yang mengikuti atau bersamaan dengan pertumbuhan subsidence
oleh sesar yang ditunjukkan oleh divergensi reflektor terhadap bidang sesar.
Interval Pematang 5 ditembus oleh sumur Footwall-1 pada kedalaman 7300-8900
kaki. Interval sekuen Pematang 5 terdiri dari tumpukan sekuen batuan yang
menghalus ke atas dengan ketebalan mencapai hampir 1700 kaki seperti terlihat
pada Gambar III.5.
28
Gambar III.5 Log komposit sekuen Pematang 5 di sumur Footwall-1 dan
interval seismik yang sepadan dengannya diarsir kuning. Perulangan paket litologi batuan menghalus ke atas terdiri dari amalgamasi
perlapisan lanau-lempung dengan sisipan-sisipan tipis batubara menunjukkan
bahwa terjadi keseimbangan antara laju penurunan cekungan dengan suplai
sedimen sehingga membentuk agradasi sedimen pada bagian blok footwall.
Pada bagian tengah cekungan, sekuen Pematang 5 ini merupakan sekuen dengan
ketebalan yang paling besar dibandingkan sekuen lain. Ketebalan maksimum
mencapai lebih dari 4500 kaki pada bagian tengah cekungan. Pembentukan
ketebalan sebesar ini diperoleh dari paling tidak dua generasi pergerakan sesar
border fault. Periode pergerakan sesar selama pengendapan sekuen Pematang 4.
menghasilkan ruang akomodasi yang tidak sepenuhnya diisi oleh sedimen karena
cekungan mengalami tahap starving. Pada periode berikutnya saaat pengendapan
sekuen Pematang 5 sesar border fault bergerak kembali sehingga ruang
akomodasi bertambah besar dan menghasilkan lingkungan pengendapan danau
dalam.
T_PMT4
Characters:•Stacked fining upward sequences with coal intercalation•Interpreted as deposit of small fluvial system to swampy area•Apparent agradation stack pattern – balance of space development and sediment supply.•No reservoir found in this sequence, lack of coarse sediment influx
Pematang 56700
6800
6900
7000
7100
7200
7300
7400
7500
7600
7700
7800
7900
8000
8100
8200
8300
8400
8500
8600
8700
8800
8900
T_PMT5
T_PMT4
Characters:•Stacked fining upward sequences with coal intercalation•Interpreted as deposit of small fluvial system to swampy area•Apparent agradation stack pattern – balance of space development and sediment supply.•No reservoir found in this sequence, lack of coarse sediment influx
Pematang 56700
6800
6900
7000
7100
7200
7300
7400
7500
7600
7700
7800
7900
8000
8100
8200
8300
8400
8500
8600
8700
8800
8900
T_PMT5
m2
m1
29
III.2.4 Interval Pematang 6
Sekuen Pematang 6 adalah paket sedimen yang diendapkan diatas sekuen
Pematang 5. Interval ini relatif lebih tipis namun melampar dengan ketabalan
yang relatif sama dengan karakter seismik yang memiliki amplitudo sedang dan
relatif kontinyu.
Pada blok footwall interval Pematang 6 diwakili oleh bentuk segitiga yang berisi
refleksi seismik sangat lemah, tidak kontinyu dan menebal terhadap border fault
“m2”. Di bagian tengah cekungan, amplitudo reflektor seismik cenderung
menguat, lebih kontinyu, lebih tebal dan memiliki pola onlap pada bagian dasar
terhadap Horison Pematang 5 (Gambar III.6). Ke arah tepi timur cekungan
amplitudo refleksi seismik semakin menguat dan kontinyu namun cenderung
menipis dengan kontak onlap di bagian dasarnya. Penyebaran ketebalan interval
ini pada penampang seismik menyerupai tanduk kerbau.
Gambar III.6 Log komposit sekuen Pematang 6 di sumur Footwall-1 dan
interval seismik yang sepadan dengannya diarsir kuning.
T_PMT4
Characters:•High frequency stacked fining upward sequences with coarsening upward at the top •Interpreted as deposit of small fluvial system to swampy area•Apparent growth section in seismic •No reservoir found in this sequence, lack of coarse sediment influx
Pematang 66700
6800
6900
7000
7100
7200
7300
7400
7500
7600
7700
7800
7900
8000
T_PMT5
T_PMT4
Characters:•High frequency stacked fining upward sequences with coarsening upward at the top •Interpreted as deposit of small fluvial system to swampy area•Apparent growth section in seismic •No reservoir found in this sequence, lack of coarse sediment influx
Pematang 66700
6800
6900
7000
7100
7200
7300
7400
7500
7600
7700
7800
7900
8000
T_PMT5
m2
m1
30
Pada sumur Footwall-1 sekuen Pematang 6 ditemui sebagai urutan perulangan
menghalus ke atas terdiri dari pasir halus sampai lempung yang secara umum
ukuran didominasi oleh ukuran yang cenderung lebih kasar dibandingkan urutan
stratigrafi sebelumnya di sekuen Pematang 5.
Pada sekuen ini dijumpai dua sampai tiga paket litologi mengkasar keatas di
bagian bawah dan bagian paling atas dari sekuen ini, yang bisa ditafsirkan
sebagai laju sedimentasi yang secara relatif lebih tinggi terhadap pembentukan
ruang akomodasi. Hal ini mungkin disebabkan oleh turunnya laju pergrakan sesar
pada saat awal dan akhir dari pengendapan sekuen Pematang 6. Di bagian tengah
interval, diisi oleh perulangan menghalus ke atas sekitar lima sampai enam paket
litologi yang menunjukkan pola agradasi oleh karena pertumbuhan ruang
akomodasi yang sejalan dengan suplai sedimen.
III.2.5. Interval Pematang 7
Sekuen Pematang 7 diwakili oleh paket seismik yang beramplitudo kuat dan
kontinyu di bagian tengah cekungan, namun amplitudonya melemah serta tidak
kontinyu di pinggiran cekungan. Sekuen Pematang 7 memiliki pola onlap yang
sangat jelas di pinggir cekungan terhadap horison seismik yang lebih tua.
Sekuen Pematang 7 merupakan refleksi dari penurunan aktifitas struktur sesar
pada border fault “m1” dan “m2” di bagian barat cekungan. Pola kontak di
bagian bawah tampak sebagai onlap terhadap bidang sesar yang tererosi (eroded
fault surface).
Sumur Footwall-1 pada (Gambar III.7), di bagian bawah menunjukkan bahwa
interval ini di bagian footwall terdiri dari lobe dengan pola mengkasar ke atas
menjadi penciri berkurangnya aktifitas struktur sesar yang diikuti oleh masuknya
material yang cenderung lebih kasar. Pada tahap berikutnya terdapat tiga siklus
menghalus ke atas dengan ketebalan sekitar 500 kaki yang pada data seismik
tampak sebagai penebalan terhadap boder fault. Pola tersebut mencirikan
31
berkurangnya suplai sedimen kasar secara drastis di bagian footwall pada tahap
akhir pengendapan Pematang 7 .
Gambar III.7 Log komposit sekuen Pematang 7 di sumur Footwall-1 dan
interval seismik yang sepadan dengannya diarsir kuning.
Perubahan pola dominan tumpukan/perulangan litologi mengkasar ke atas di
bagian dasar Pematang 7 menjadi menghalus ke atas di bagian atas Pematang 7
memberikan petunjuk bahwa terjadi penurunan laju sedimentasi terhadap laju
pembentukan ruang akomodasi. Suplai sedimen yang semakin mengecil
kemungkinan merupakan respon dari degradasi daerah drainase cekungan yang
direfleksikan oleh sekuen yang menghalus ke atas. Alternatif penafsiran lain
adalah pada tahap ini terjadi penenggelaman bagian tepi cekungan oleh karena
subsidence akibat mulai munculnya gelaja sagging sehingga seolah-olah muka air
naik menghasilkan sekuen menghalus ke atas
III.2.6 Interval Pematang 8
Sekuen Pematang 8 diwakili oleh paket seismik beramplitudo kuat dan kontinyu
pada bagian tengah sampai pinggir cekungan. Ketebalan paket ini tampak
menipis ke arah tepi barat cekungan dengan pola kontak refleksi onlap dan pinch
5600
5700
5800
5900
6000
6100
6200
6300
6400
6500
6600
6700
6800
6900 Characters:•Stacked fining upward sequences•Interpreted as deposit of fluvial system to shallow lake•Apparent sagging and or fault reactivation caused deepening •No reservoir found in this sequence, possibly lack of coarse sediment influx
Pematang 7
T_PMT6
T_PMT
T_PMT7
T_MGL5600
5700
5800
5900
6000
6100
6200
6300
6400
6500
6600
6700
6800
6900 Characters:•Stacked fining upward sequences•Interpreted as deposit of fluvial system to shallow lake•Apparent sagging and or fault reactivation caused deepening •No reservoir found in this sequence, possibly lack of coarse sediment influx
Pematang 7
T_PMT6
T_PMT
T_PMT7
T_MGL
m2
m1
32
out di beberapa bagian. Geometri ketebalan sekuen ini menyerupai tanduk
banteng/kerbau.
Pada sumur Footwall-1 sekuen Pematang 8 di bagian bawah terdiri dari tiga
sampai empat lobe batupasir tipis-tipis dengan ketebalan individual antara 10-15
kaki dan di bagian atas terdiri dari dua sampai tiga lobe yang mengkasar ke atas
dengan ketebalan total mencapai 350 kaki (Gambar III.8). Pola log menunjukkan
bahwa intreval ini kemungkinan merupakan kombinasi endapan sungai dan bar.
Gambar III.8 Log komposit sekuen Pematang 8 di sumur Footwall-1 dan
interval seismik yang sepadan dengannya diarsir kuning.
Sekuen ini merefleksikan lingkungan sedimentasi yang didominasi oleh aliran
sungai dan pengendapan bar di bagian atas. Material kasar mulai masuk ke dalam
cekungan lebih intensif dibandingkan sebelumnya. Masuknya material kasar ke
daerah footwall ini kemungkinan dipicu oleh pengangkatan dan tilting yang
meremajakan daerah aliran sungai di bagian tepi barat dan utara cekungan,.
Gejala ini ditunjukkan oleh adanya pola pinch out ke arah barat cekungan pada
interval Pematang 8.
5600
5700
5800
5900
6000
6100
6200
6300
6400
6500
6600
6700
6800
6900 Characters:• Stacked fining upward and coarsening upward at the upper section• Interpreted as deposit of fluvial system to lacustrine delta• Represents the last Pematang non marine sequences• Found four sand lobes with reservoir quality
Pematang 8
T_PMT7
T_PMT 8
T_MGL5600
5700
5800
5900
6000
6100
6200
6300
6400
6500
6600
6700
6800
6900 Characters:• Stacked fining upward and coarsening upward at the upper section• Interpreted as deposit of fluvial system to lacustrine delta• Represents the last Pematang non marine sequences• Found four sand lobes with reservoir quality
Pematang 8
T_PMT7
T_PMT 8
T_MGL
m2
m1
33
III.3 Pembuatan Peta Struktur dan Isopach
Untuk mengetahui arsitektur dan perkembangan cekungan, pemetaan struktur
sesar dan horison seismik menjadi kebutuhan dasar dalam penelitian. Hasil
pemetaan struktur dan horison seismik setelah dikonversi menjadi peta-peta
struktur kedalaman dapat digunakan sebagai bahan pembuatan peta isopach.
Patut diingat bahwa untuk mendapatkan sintesa aktifitas struktur sesar dan
lingkungan pengendapan yang mendekati kebenaran, penafsiran peta isopach
harus memperhatikan konfigurasi struktur, stratigrafi seismik dan karakter
internal paket seismik pada interval yang bersangkutan.
III.3.1 Penafsiran Struktur dan Pembuatan Peta Struktur
Struktur-struktur utama Sub Cekungan Barumun dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok umur besar yaitu : struktur-struktur Paleogen dan struktur struktur
Neogen. Struktur-struktur Paleogen secara umum tidak memotong paket sedimen
Kelompok Sihapas di bagian atas. Pemetaan struktur dari seismik dilakukan pada
horison seismik yang menjadi batas-batas paket sedimen atau batas sekuen.
Horison-horison seismik dinamakan menurut nama paket sekuen yang diwakili di
bawahnya. Sebagai contoh, paket sedimen Pematang 4 dibatasi di bagian atas
oleh Horison Pematang 4. Bagian bawah dari sekuen paket sedimen Pematang 4
dibatasi oleh Horison Pematang 3 yang secara stratigrafis lebih tua, begitu dan
seterusnya.
Hasil pemetaan seismik 3D menunjukkan perubahan intensitas sesar dari bagian
stratigrafi di bawah (tua) ke arah atas (muda). Perubahan ini berupa berkurangnya
offset/displacement pada horison-horison seismik yang lebih muda dibandingkan
offset sesar pada horison yang lebih tua. Seperti terlihat pada Gambar III.9 a
sampai f, tampak bahwa jumlah sesar yang memotong horison seismik yang lebih
muda berkurang secara drastis bahkan hampir tidak terlihat pada horison seismik
Pematang 8.
34
Peta struktur Horison Pematang 3 pada Gambar III.9.a. menunjukkan
pemotongan oleh sesar-sesar berarah utara-selatan dengan beberapa segmen yang
berarah timurlaut-baratdaya, yang terhubung tegas dalam satu sistem sesar
normal. Secara umum, dip bidang sesar memiliki arah ke timur dan tenggara.
Besarnya offset terbesar pada sesar utama “m1” dalam penampang vertikal
seismik (Gambar III.13) mencapai lebih dari 1000 milidetik pergeseran normal.