bab iii studi hidrogeokimia airtanah pada berbagai kondisi akuifer bebas kec imogiri kab bantul prov...

29
BAB III KONDISI FISIK DAERAH PENELITIAN 3.1. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Berdasarkan konsepsi geomorfologi, daerah penelitian merupakan bagian graben yang berbatasan langsung dengan bidang patahan (horst) dari Perbukitan Baturagung berada di sisi timur di daerah penelitian. Kecamatan Imogiri termasuk salah satu dari 17 kecamatan yang ada di wilayah administrasi Kabupaten Bantul. Menurut Santosa dan Adji (2006); Kabupaten Bantul merupakan Dataran Fluvio- Volkan (Fluvio-Volcanic Plain) Gunungapi Merapi Muda, yang secara morfostruktur merupakan sebuah graben. Sebuah graben yang di bagian atasnya merupakan deposisi bahan-bahan aluvium pengendapan material piroklastik hasil erupsi gunungapi. Graben tersebut di kanan dan kirinya dibatasi oleh sebuah dinding patahan (horst), yaitu dinding patahan Perbukitan Baturagung di bagian Timur, dan dinding patahan Perbukitan Menoreh di bagian Barat. Secara astronomis wilayah administrasi Kecamatan Imogiri berdasarkan Peta Rupa Bumi Digital, skala 1:25.000, Tahun 1999, lembar 1408-221 wilayah Bantul dan 1408-222 wilayah Imogiri terletak antara 428950 mT dan 436750 mT serta 9118720 mU dan 9127200 mU. Georefensi peta administrasi daerah penelitian tersebut yaitu UTM (Universal Transverse Mercator) dengan Datum Horizontal WGS 84. Wilayah Kecamatan Imogiri meliputi 8 administrasi desa, yaitu Desa Wukirsari, Imogiri, Karang Talun, Girirejo, Kebon Agung, Karang Tengah, Sriharjo, dan Selopamioro. Menurut data PODES (2003), luas Kecamatan Imogiri adalah 5.092,77 Ha atau 50,93 km 2 . Hasil pembagian luasan daerah tiap satuan administrasi dalam satuan cakupan administrasi desa, yang meliputi pembagian luasan daerah penelitian disajikan dalam Tabel 3.1. 39

Upload: saviourofnymph

Post on 27-Jul-2015

2.398 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Deskripsi Wilayah Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

TRANSCRIPT

Page 1: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

BAB III

KONDISI FISIK DAERAH PENELITIAN

3.1. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian

Berdasarkan konsepsi geomorfologi, daerah penelitian merupakan bagian

graben yang berbatasan langsung dengan bidang patahan (horst) dari Perbukitan

Baturagung berada di sisi timur di daerah penelitian. Kecamatan Imogiri termasuk

salah satu dari 17 kecamatan yang ada di wilayah administrasi Kabupaten Bantul.

Menurut Santosa dan Adji (2006); Kabupaten Bantul merupakan Dataran Fluvio-

Volkan (Fluvio-Volcanic Plain) Gunungapi Merapi Muda, yang secara

morfostruktur merupakan sebuah graben. Sebuah graben yang di bagian atasnya

merupakan deposisi bahan-bahan aluvium pengendapan material piroklastik hasil

erupsi gunungapi. Graben tersebut di kanan dan kirinya dibatasi oleh sebuah

dinding patahan (horst), yaitu dinding patahan Perbukitan Baturagung di bagian

Timur, dan dinding patahan Perbukitan Menoreh di bagian Barat.

Secara astronomis wilayah administrasi Kecamatan Imogiri berdasarkan

Peta Rupa Bumi Digital, skala 1:25.000, Tahun 1999, lembar 1408-221 wilayah

Bantul dan 1408-222 wilayah Imogiri terletak antara 428950 mT dan 436750 mT

serta 9118720 mU dan 9127200 mU. Georefensi peta administrasi daerah

penelitian tersebut yaitu UTM (Universal Transverse Mercator) dengan Datum

Horizontal WGS 84. Wilayah Kecamatan Imogiri meliputi 8 administrasi desa,

yaitu Desa Wukirsari, Imogiri, Karang Talun, Girirejo, Kebon Agung, Karang

Tengah, Sriharjo, dan Selopamioro.

Menurut data PODES (2003), luas Kecamatan Imogiri adalah 5.092,77 Ha

atau 50,93 km2. Hasil pembagian luasan daerah tiap satuan administrasi dalam

satuan cakupan administrasi desa, yang meliputi pembagian luasan daerah

penelitian disajikan dalam Tabel 3.1.

39

Page 2: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

40

Tabel 3.1. Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul

NO DESA KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI Luas (Ha)

Luas (km2)

1 Kebon Agung IMOGIRI BANTUL D.I. Yogyakarta 190,78 1,91

2 Karang Tengah IMOGIRI BANTUL D.I. Yogyakarta 302,36 3,02

3 Girirejo IMOGIRI BANTUL D.I. Yogyakarta 304,14 3,04

4 Karang Talun IMOGIRI BANTUL D.I. Yogyakarta 116,40 1,16

5 Imogiri IMOGIRI BANTUL D.I. Yogyakarta 97,21 9,72

6 Wukirsari IMOGIRI BANTUL D.I. Yogyakarta 1.481,11 14,81

7 Sriharjo IMOGIRI BANTUL D.I. Yogyakarta 570,32 5,70

8 Selopamioro IMOGIRI BANTUL D.I. Yogyakarta 2.030,45 20,30

Total Luas 5.092,77 50,93 Sumber: Potensi Desa (PODES), 2003

Daerah penelitian menggunakan batas wilayah administrasi kecamatan.

Hasil interpretasi berdasarkan peta administrasi daerah penelitian, maka batas

administrasi daerah penelitian yang termasuk daerah administrasi Kabupaten

Bantul, Provinsi D. I. Yogyakarta ini secara geografis, yaitu:

Utara : Desa Segoroyoso, Bawuran, dan Wonolelo Kecamatan Pleret dan

Desa Trimulyo Kecamatan Jetis.

Selatan : Desa Giri Tirto Kecamatan Purwosari, Desa Giriharjo dan Girisuko

Kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul.

Barat : Desa Sumber Agung, Canden Kecamatan Jetis, Desa Seloharjo dan

Srihardono Kecamatan Pundong.

Timur : Desa Muntuk, Mangunan Kecamatan Dlingo dan Desa Banyusoco

Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul.

Berdasarkan letak, luas dan batas daerah penelitian secara spasial disajikan

dalam peta administrasi daerah penelitian pada Gambar 3.1.

Page 3: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

430000 mT 435000 mT

430000 435000

9120

000

9120000 mU

9125

000

9125000 mU

#Y#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

SELOPAMIORO

WUKIRSARI

SRIHARJO

GIRIREJO

KARANG TENGAH

KEBON AGUNG

IMOGIRI

KARANGTALUN

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KABUPATENBANTUL

KECAMATANIMOGIRI

Sungai O

yo

Sun g

ai O

pak

KECAMATANDLINGO

KECAMATANPLERET

KECAMATANJETIS

KECAMATANPUNDONG

KARANGTALUN

IMOGIRI

KEBON AGUNG

KARANG TENGAH

GIRIREJO

SRIHARJO

WUKIRSARI

SELOPAMIORO

CD

D

D

D

D

D

D

D

4199 58 m T 429957 mT 4399 56 m T

KABUPATE NGU NUNGKID UL

KABUPATENKULONPROGO

KABU PATENSLEMAN

KOTA MADYA D.I. YOGYAKARTA

KABUPATENBANTU L

SAMUDRA HINDI A

4199 58 429957 4399 56

9119

088

9119088 m

U

912

9087

9129087 mU

9139

086

9139086 m

U

Daera h Penelit ia n

I N S E T

L E G E N D A

Sungai

Kontur Topografi

Jalan LokalJalan Kolektor

Jalan Setapak

Transportasi

Pemukiman

Batas AdministrasiDesa

KabupatenKecamatan

#YC

Camat

#SD Desa

Sumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri,Tahun 1999

Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450

KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

P E T A A D M I N I S T R A S I

U Proyeksi : Transverse MercatorSistem Grid : Unit Transverse MercatorDatum Horizontal : WGS 84Zone : 49 M

0 1 2 3 KM

Gambar 3.1. Peta Administrasi Daerah Penelitian

41

Page 4: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

3.2. Iklim

Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca dalam periode yang panjang,

menekankan pada keadaan atmosfer yang menyelubungi permukaan bumi

(Bayong, 1995). Unsur-unsur iklim adalah kecepatan angin, curah hujan, dan

temperatur. Penentuan tipe iklim ditentukan dengan klasifikasi menurut Mohr

(1933), berdasarkan data curah hujan dan temperatur, sedangkan untuk penentuan

tipe curah hujan digunakan klasifikasi tipe curah hujan menurut Schmidt &

Fergusson (1951), berdasarkan jumlah rerata bulan basah dan jumlah rerata bulan

kering. Curah hujan merupakan salah satu variabel iklim yang sangat menentukan

masukan (input) sistem airtanah dalam suatu siklus hidrologi.

Keadaan alam disuatu wilayah dengan wilayah yang lain berbeda, faktor

yang mempengaruhi besarnya curah hujan juga berbeda. Hal ini berarti dalam

konsep keruangan akan timbul agihan kawasan curah hujan yang dapat dihitung

dengan metode seperti metode Isohyet, Poligon Theissen, dan Aritmatik. Metode

isohyet digunakan dalam penentuan agihan kawasan curah hujan di daerah

penelitian. Metode ini digunakan karena daerah penelitian memiliki kondisi

topografi dataran hingga perbukitan.

Menurut Bayong (1995); Faktor iklim yang dapat digunakan sebagai

dasar untuk membedakan iklim di suatu tempat adalah radiasi matahari yang

disebut sebagai kendali iklim. Matahari sebagai kendali iklim sangat penting

dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut.

Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi radiasi matahari darat dan air,

tekanan tinggi dan tekanan rendah, massa udara, pegunungan, arus laut, dan

badai.

3.2.1. Curah Hujan

Stasiun klimatologi pada daerah penelitian meliputi stasiun klimatologi

Dogongan, Terong, dan Barongan. Data curah hujan yang digunakan untuk

penentuan tipe iklim antara tahun 1986-2006. Data curah hujan tersebut akan

digunakan untuk mengetahui tipe curah hujan di daerah penelitian dengan

42

Page 5: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

43

sebelumnya dicari besar nilai curah hujan bulanan masing-masing tahun untuk

menentukan banyak bulan kering dan bulan basah.

Tabel 3.2. Curah Hujan Daerah Penelitian Tahun 1986 - 2006 Nama Stasiun Hujan

Terong Dogongan Barongan

200 mdpal 286 mdpal 60 mdpal No Waktu (Bulan)

49 M 0439557 9127700

49 M 0432062 9120536

49 M 0431017 9125323

1 Januari 343,9 291,0 409,2 2 Febrari 225,0 289,9 304,9 3 Maret 185,7 191,6 340,2 4 April 94,5 89,0 113,4 5 Mei 52,4 43,9 33,8 6 Juni 41,2 49,6 25,6 7 Juli 27,7 22,9 15,0 8 Agustus 13,5 14,8 4,3 9 September 3,4 14,3 3,5

10 Oktober 48,7 117,0 61,6 11 November 98,2 187,7 155,1 12 Desember 153,4 285,6 298,7 Curah Hujan Tahunan (mm/thn) 1287,5 1597,3 1765,2

Sumber: Hasil Perhitungan & Dinas Pengairan Umum Yogyakarta, 2008

Berdasarkan Tabel 3.2. dijelaskan bahwa daerah penelitian memiliki hujan

tahunan maksimum sebesar 1765,2 mm/tahun yang dijumpai pada Stasiun

Barongan dan memiliki curah hujan tahunan minimum sebesar 1287,5 mm/tahun

yang dijumpai pada Stasiun Terong, maka pembagian distribusi hujan wilayah di

daerah penelitian dijelaskan pada Gambar 3.2.

Page 6: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

430000 mT 435000 mT

430000 435000

9120

000

9120000 mU

9125

000

9125000 mU

#Y#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

SELOPAMIORO

WUKIRSARI

SRIHARJO

GIRIREJO

KARANG TENGAH

KEBON AGUNG

IMOGIRI

KARANGTALUN

KECAMATANPUNDONG

KECAMATANJETIS

KECAMATANPLERET

KECAMATANDLINGO

Sun g

ai O

pak

Sungai O

yo

KABUPATENBANTUL

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

1650

1700

1550

1600

1500

1450

1750

1400

1600

1550

1600

CD

D

D

D

D

D

D

D

4199 58 m T 429957 mT 4399 56 m T

KABUPATE NGU NUNGKID UL

KABUPA TENKULONPROGO

KABUPATENSLEMAN

KOTA MADYA D.I. YOGYAKARTA

KABU PATENBANTU L

SAMUDRA HINDI A

4199 58 429957 4399 56

9119

088

9119088 m

U

912

9087

9129087 mU

9139

086

9139086 m

U

Daera h Penelit ia n

I N S E T

0 1 2 3 KM

U Proyeksi : Transverse MercatorSistem Grid : Unit Transverse MercatorDatum Horizontal : WGS 84Zone : 49 M

P E T A I S O H Y E TKECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri,Tahun 1999 3. Data Curah Hujan Dinas Pengairan Umum, Tahun 1986 - 2006Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450

Batas AdministrasiDesa

KabupatenKecamatan

Jalan LokalJalan Kolektor

Jalan Setapak

Transportasi

Kontur Topografi

Sungai

L E G E N D A

Isohyet

#YC

Camat

#SD Desa

Gambar 3.2. Peta Isohyet Daerah Penelitian

44

Page 7: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

3.2.2. Temperatur

Kondisi temperatur di daerah penelitian berdasarkan data Stasiun

Klimatologi Terong, Dogongan dan Barongan. Data tersebut merupakan data

sekunder dari Dinas Pengairan Umum Yogyakarta antara tahun 1986-2006.

Masing-masing stasiun tersebut memiliki elevasi yang berbeda, dimana Stasiun

Klimatologi terong memiliki elavasi 200 mdpal, Stasiun Klimatologi Dogongan

memiliki elevasi 286 mdpal, dan Stasiun klimatologi Barongan memiliki elevasi

60 mdpal.

Menurut Mock (1973) dalam Bayong (1995), menyatakan bahwa

perbedaan elevasi akan mempengaruhi suhu di suatu wilayah, dimana setiap

kenaikan elevasi sebesar 100 mdpal akan menurunkan temperatur sebesar 0,6 0C.

Asumsi tersebut mendukung untuk mengetahui perhitungan suhu udara di suatu

wilayah yang tidak memiliki data suhu udara. Metode Mock (1973) dalam

Bayong (1995), sebagai berikut:

)(006,0 21 ZZT −=Δ …(Mock, 1973 dalam Bayong 1995)

keterangan,

ΔT merupakan perbedaan temperatur udara antara elevasi Z1 dengan Z2 dari setiap

stasiun klimatologi, Z1 merupakan elevasi stasiun klimatologi di atas muka air

laut yang diketahui data suhunya, dan Z2 merupakan elevasi stasiun klimatologi di

atas muka air laut yang akan ditentukan.

Tabel 3.3. Suhu Daerah Penelitian Tahun 1986-2006 Nama Stasiun Hujan

Terong Dogongan Barongan

200 mdpal 286 mdpal 60 mdpal No Waktu (Bulan)

49 M 0439557 9127700

49 M 0432062 9120536

49 M 0431017 9125323

1 Januari 26,15 25,63 26,99 2 Febrari 26,19 25,67 27,03 3 Maret 26,74 26,23 27,58

Sumber: Hasil Perhitungan & Dinas Pengairan Umum Yogyakarta, 2008

45

Page 8: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

46

Lanjutan Tabel 3.3. Nama Stasiun Hujan

Terong Dogongan Barongan

200 mdpal 286 mdpal 60 mdpal No Waktu (Bulan)

49 M 0439557 9127700

49 M 0432062 9120536

49 M 0431017 9125323

4 April 27,29 26,78 28,13 5 Mei 26,37 25,85 27,21 6 Juni 26,15 25,63 26,99 7 Juli 25,63 25,12 26,47 8 Agustus 26,06 25,54 26,90 9 September 26,21 25,69 27,05 10 Oktober 26,47 25,95 27,31 11 November 26,13 25,62 26,97 12 Desember 26,27 25,76 27,11 Suhu Rerata Tahunan (mm/thn) 26,30 25,79 27,14

Sumber: Hasil Perhitungan & Dinas Pengairan Umum Yogyakarta, 2008

Hasil perhitungan, besarnya temperatur pada masing-masing lokasi stasiun

disajikan pada Tabel 3.3. Berdasarkan tabel diatas, dijelaskan bahwa suhu rerata

tahunan minimum sebesar 25,79 oC di Stasiun Dogongan, sedangkan suhu

tertinggi sebesar 27,14 oC di Stasiun Klimatologi Barongan, maka garis yang

menghubungkan suhu di daerah yang sama (isoterm) di daerah penelitian

dijelaskan pada Gambar 3.3.

Page 9: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

430000 mT 435000 mT

Isoterm

L E G E N D A

Sungai

Kontur Topografi

Jalan LokalJalan Kolektor

Jalan Setapak

Transportasi

Batas AdministrasiDesa

KabupatenKecamatan Sumber :

1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri,Tahun 1999 3. Data Suhu Dinas Pengairan Umum, Tahun 1986 - 2006Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450

KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

P E T A I S O T E R M

U Proyeksi : Transverse MercatorSistem Grid : Unit Transverse MercatorDatum Horizontal : WGS 84Zone : 49 M

0 1 2 3 KM

430000 435000

9120

000

9120000 mU

9125

000

9125000 mU

#Y#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

KARANG TENGAH

KECAMATANPUNDONG

KECAMATANJETIS

KECAMATANPLERET

KECAMATANDLINGO

Sun g

ai O

pak

Sungai

Oyo

KECAMATANIMOGIRIKABUPATEN

BANTUL

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KARANGTALUN

IMOGIRI

KEBON AGUNG

KARANG TENGAH

GIRIREJO

SRIHARJO

WUKIRSARI

SELOPAMIORO

26.20

26. 60

26.40

26.00

26.80

27.00

26.40

CD

D

D

D

D

D

D

D

4199 58 m T 429957 mT 4399 56 m T

KABUPATE NGUNUNGKID UL

KABUPATENKULONPROGO

KABU PATENSLEMAN

KOTA MADYA D.I. YOGYAKARTA

KABU PA TENBANTU L

SAMUDRA HINDI A

4199 58 429957 4399 56

9119

088

9119088 m

U

912

9087

9129087 mU

9139

086

9139086 m

U

Daera h Penelit ia n

I N S E T

#YC

Camat

#SD Desa

Gambar 3.3. Peta Isoterm Daerah Penelitian

47

Page 10: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

3.2.3. Tipe Iklim

Tipe iklim di daerah penelitian ditentukan berdasarkan pada klasifikasi

iklim menurut Schmidt & Fergusson (1951). Penentuan tipe iklim dilakukan

dengan menghitung besarnya nilai Q, nilai tersebut merupakan perbandingan

antara jumlah rerata bulan kering dengan jumlah rerata bulan basah. Bulan basah

merupakan bulan yang memiliki jumlah hujan bulanan lebih besar dari 100 mm,

sedangkan bulan kering merupakan bulan yang memiliki jumlah hujan lebih kecil

dari 60 mm.

Penggolongan tipe curah hujan menurut Schmidt dan Fergusson (1951),

didasarkan pada nilai Q yang dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah

rerata bulan kering dengan jumlah rerata bulan basah dalam setahun dikalikan

100%.

%100ker xbasahnreratabulajumlah

ingnreratabulajumlahQ = …(Schmidt dan Fergusson, 1951 dalam Bayong 1995)

Tabel 3.4. Kriteria Penentuan Tipe Iklim Bedasarkan Klasifikasi Schmidt & Fergusson Tipe Iklim Nilai Q (%) Kondisi Iklim

A Q ≤ 14,3 Sangat Basah B 14,3 ≤ Q < 33,3 Basah C 33,3 ≤ Q < 60 Agak Basah D 60 ≤ Q < 100 Sedang E 100 ≤ Q < 167 Agak Kering F 167 ≤ Q < 300 Kering G 300 ≤ Q < 700 Sangat Kering H Q ≥ 700 Luar Biasa Kering

Sumber:Schmidt dan Fergusson, 1951 dalam Bayong

Distribusi curah hujan selain dipandang dari aspek keruangannya dapat

juga dipandang dari aspek tipe hujannya. Klasifikasi tipe hujan atas dasar jumlah

rerata bulan kering dan bulan basah. Kriteria untuk menentukan bulan basah,

bulan lembab, dan bulan kering dihitung berdasarkan klasifikasi Mohr (1933)

dalam Bayong (1995), sebagai berikut:

1. Bulan basah adalah suatu bulan yang hujannya lebih besar dari 100 mm,

dimana curah hujan lebih besar dari penguapan.

48

Page 11: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

2. Bulan lembab adalah suatu bulan yang curah hujannya lebih besar 60 mm

tetapi lebih kecil 100 mm, dimana curah hujan sama dengan penguapan.

3. Bulan kering adalah suatu bulan yang curah hujannya lebih kecil 60 mm,

dan curah hujan lebih kecil dari pengupan.

Tabel 3.5. Jumlah Rerata Bulan Kering dan Bulan Basah Daerah Penelitian Tahun 1986-2006

Koordinat UTM

Jumlah Bulan Kering

Jumlah Bulan Basah

Nilai Q (%)

Tipe Iklim

Kondisi Iklim No Stasiun

Hujan Elevasi (mdpal)

X Y 1 2 3 = 1/2 4 5 1 Terong 200 439557 9127700 150 87 172 F Kering 2 Dogongan 286 432062 9120536 109 117 93 D Sedang 3 Barongan 60 431017 9125323 122 114 107 E Agak Kering

Sumber: Hasil Perhitungan & Dinas Pengairan Umum Yogyakarta, 2008

Berdasarkan hasil perhitungan nilai Q, masing-masing stasiun hujan

memiliki tipe iklim yang berbeda-beda. Stasiun Klimatologi Barongan memiliki

tipe iklim E, maka kondisi iklim agak kering, Stasiun Hujan Dogongan dengan

tipe iklim D yang berarti memiliki kondisi iklim sedang, dan begitupula Stasiun

Hujan Terong yang memiliki tipe iklim F, hal ini berarti daerah tersebut memiliki

iklim kering. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya hubungan antara kendali

iklim dengan unsur iklim di daerah penelitian yang dijelaskan pada Gambar 3.4.

dan pembagian distribusi spasial berupa Peta Tipe Iklim berdasarkan klasifikasi

Schmidt-Fergusson disajikan pada Gambar 3.5.

UNSUR IKLIM 1. Suhu 2. Endapan 3. Kelembaban Udara 4. Tekanan Udara

Jenis Cuaca dan Iklim

5. Angin

KENDALI IKLIM 1. Distribusi radiasi matahari

darat dan air 2. Sel tekanan tingi dan

rendah 3. Massa Udara 4. Pegunungan 5. Arus laut; dan 6. Badai

Gambar 3.4. Hubungan antara Kendali Iklim dengan Unsur Iklim (Bayong, 1995)

49

Page 12: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

3 Tipe Iklim E / Agak Kering

L E G E N D A

Sungai

Kontur Topografi

Jalan LokalJalan Kolektor

Jalan Setapak

Transportasi

Batas AdministrasiDesa

KabupatenKecamatan

#YC

Camat

#SD Desa

KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

P E T A T I P E I K L I M

U Proyeksi : Transverse MercatorSistem Grid : Unit Transverse MercatorDatum Horizontal : WGS 84Zone : 49 M

0 1 2 3 KM

KABUPATENGUNUNGKI DUL

KABUPATENKULONPROGO

KABUPATENSLEMAN

KOT AMADYA D.I. YOGYAKARTA

KABUPATENBANTUL

SAMU DRA HI NDIA

419958 mT

419958

429957 m T

429957

4 39956 mT

4 39956

9119

088

9119088 m

U

912

9087

9129087 mU

9139

086

9139086 m

U

Da er ah Penelit ian

I N S E T

Klasifikasi Tipe Iklim Schmidt - Fergusson

Tipe Iklim D / Sedang

430000 mT 435000 mT

2

Tipe Iklim F / Kering1

430000 435000

9120

000

9120000 mU

9125

000

9125000 mU

#Y#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

3

2

1

3

1

1

3

33

3

3

3

2

2

2

KECAMATANPUNDONG

KECAMATANJETIS

KECAMATANPLERET

KECAMATANDLINGO

Sun g

ai O

pak

Sungai O

yo

KECAMATANIMOGIRI

KABUPATENBANTUL

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KARANGTALUN

IMOGIRI

KEBON AGUNG

KARANG TENGAH

GIRIREJO

SRIHARJO

WUKIRSARI

SELOPAMIORO

CD

D

D

D

D

D

D

D

Sumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri,Tahun 1999 3. Data JumlahRerata Bulan Kering & Basah Dinas Pengairan Umum, Tahun 1986 - 2006 4. Klasifikasi Schmidt - Fergusson, Tahun 1951Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450

Gambar 3.5. Peta Tipe Iklim Daerah Penelitian

50

Page 13: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

51

3.3. Geologi dan Geomorfologi

3.3.1. Geologi

Kondisi geologi daerah penelitian dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

vulkanik dan perbukitan. Aktivitas vulkanik terbentuk dari letusan Gunungapi

Merapi pada wilayah utara dan sebelah timur aktivitas Perbukitan Baturagung.

Menurut Sudarmadji (1991), litologi daerah ini dipengaruhi oleh aktivitas

Gunungapi tersebut. Erupsi Gunungapi Merapi bersifat efusif yang menghasilkan

aliran lava dan bahan-bahan piroklastis, sedang yang bersifat eksplosif

menghasilkan eflata (bahan lepas) dan awan panas. Adanya erupsi yang bersifat

efusif dan eflata yang terjadi secara berulang-ulang dan terputus-putus

(interrupted) mengakibatkan gunungapi ini mempunyai struktur berlapis (strato

vulcano).

Menurut Bemmelen (1980), daerah penelitian merupakan Zone Selatan

Jawa Tengah yang mengalami penenggelaman di bawah permukaan laut yang

disebabkan adanya proses tektonik yang cukup kuat pada masa Pratersier dan

tergenang oleh perairan laut dangkal. Penenggelaman yang semula merupakan

plateau tersebut diawali dari Pantai Parangtritis hingga Pantai Cilacap, tetapi tidak

terjadi pada Pegunungan Karangbolong dan Bukit Selok. Pegunungan

Karangbolong dan Bukit Selok merupakan sisa-sisa pegunungan selatan Jawa

Tengah dan sebagai tanda bahwa pantai Selatan Jawa Tengah merupakan bagian

dari rangkaian pegunungan selatan Jawa. Akibat pengangkatan tersebut, maka

terbentuk sebuah graben yang merupakan semula plateau yang terangkat, hal ini

ditandai adanya suatu bidang patahan (horst).

Berdasarkan Peta Geologi Lembar D. I. Yogyakarta, skala 1:100.000,

Tahun 1995 dan laporan penelitian penyelidikan potensi airtanah, Kabupaten

Bantul, Tahun 2006. Daerah penelitian Memiliki variasi dari berbagai formasi

geologi dengan material penyusun yang berbeda-beda. Kondisi stratigrafi dan

formasi geologi yang terdapat pada daerah penelitian antara lain:

Page 14: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

52

Keterangan Formasi Batuan di Daerah Penelitian: 1. Nama Formasi : Qa (Aluvium) Material penyusun : Kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang sungai yang besar Umur Relatif : Kuarter 2. Nama Formasi : Qmi (Endapan Gunungapi Merapi Muda) Material penyusun : Tuff, abu, breksi, aglomerat, dan leleran lava tak terpisahkan Umur Relatif : Kuarter 3. Nama Formasi : Tms (Formasi Sambipitu) Material penyusun : Tuff, serpih, batulanau, batupasir, dan konglomerat Umur Relatif : Miosen tengah 4. Nama Formasi : Tmse (Formasi Semilir)

Material penyusun : Perselingan antara breksi-tuff, breksi, batuapung, tuff dasit, tuff andesit, serta batulempung tufan

Umur Relatif : Miosen akhir-Oligosen awal 5. Nama Formasi : Tmwl (Formasi Wonosari) Material penyusun : Batugamping terumbu, kalkarenit, dan kalkarenit tufan Umur Relatif : Miosen atas-Pliosen Awal 6. Nama Formasi : Tmn (Formasi Nglanggeran) Material penyusun : Breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava, dan tuff Umur Relatif : Miosen tengah

Gambar 3.6. Kondisi Struktur Geologi dan Stratigrafi Daerah Penelitian (Sumber: Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Tahun 1995, Skala 1:100.000)

Page 15: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

1. Endapan Aluvium (Qa)

Endapan aluvium merupakan endapan permukaan bagian atas berdasarkan

Peta Geologi lembar Yogyakarta, Tahun 1995. Satuan endapan aluvium ini

tersusun atas material kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang sungai yang

besar. Endapan aluvium ini terjadi pada zaman kuarter. Kondisi dan komposisi

material penyusunnya membentuk akuifer yang baik, sehingga pada lembah-

lembah endapan aluvium di sekitar aliran sungai memungkinkan untuk

terdapatnya airtanah dengan cadangan yang cukup potensial.

2. Endapan Gunungapi Merapi Muda (Qmi)

Endapan Gunungapi Merapi Muda merupakan batuan hasil dari aktivitas

gunungapi, dalam hal ini aktivitas Gunungapi Merapi Muda yang berada pada

bagian utara Provinsi Yogyakarta. Keterdapatan formasi ini berada pada Barat

daerah penelitian dan pembentukannya diperkirakan terjadi pada zaman kuarter.

Material penyusun terdiri atas material tuff, abu, breksi, aglomerat, dan leleran

lava tak terpisahkan. Komposisi mineral dari batuan yang berasal dari Gunungapi

Merapi. Material dan mineral yang berasal dari Gunungapi Merapi tersebut

banyak mengandung mineral augit, hipersten dan hornblende akibat adanya erupsi

Gunungapi Merapi (Bemmelen, 1980).

3. Formasi Sambipitu (Tms)

Formasi Sambipitu terbentuk pada zaman Miosen Tengah yang terbentuk

6 juta tahun dan berlangsung selama setengah juta tahun yang lalu (Bemmelen,

1980). Formasi ini memiliki ketebalan mencapai 150 meter. Material penyusun

formasi tersusun oleh tuff, serpih, batulanau, batupasir, dan konglomerat. Formasi

ini terdapat di sebelah Tenggara daerah penelitian. Kondisi dan komposisi

material penyusun yang demikian dapat membentuk akuifer yang dapat

menyimpan cadangan airtanah cukup potensial. Hal ini jika batuan dasar berupa

lapisan kedap akan airtanah, maka dapat terbentuk lapisan akuifer bebas.

53

Page 16: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

4. Formasi Semilir (Tmse)

Formasi Semilir merupakan batuan endapan permukaan pada bagian atas,

karena pada daerah penelittian ini terjadi pengangkatan akibat tenaga subduksi di

bagian selatan Pulau Jawa. Aktivitas tektonik bergerak dari arah selatan menuju

utara dengan menimbulkan geoantiklinal (Bemmelen, 1980). Terbentuk pada

zaman Miosen Akhir-Oligosen Awal. Material penyusun satuan ini tersusun atas

perselingan antara breksi tuff, breksi batuapung, tuff dasit, tuff andesit serta

batulempung tuffan. Keterdapatan satuan ini dominan pada bagian Utara daerah

penelitian.

5. Formasi Wonosari (Tmwl)

Formasi Wonosari terbentuk pada zaman Miosen Atas sampai Pliosen

Awal yang terjadi 2 juta tahun yang lalu. Keterdapatannya berada pada bagian

Selatan di daerah penelitian. Formasi ini tersusun atas batugamping terumbu,

kalkarenit, dan kalkarenit tuffan. Kalkarenit merupakan batuan sedimen yang

terbagi dua, yaitu batupasir kalkarenit dan batulempung kalkarenit, pembagian ini

berdasarkan pembagian unsur-unsur lempung, silika dan gamping (Doddy, 1987).

Kondisi dan komposisi material penyusun yang demikian membentuk akuifer

sekunder, karena aliran airtanah bergerak secara vertikal dengan porositas

sekunder yang dimiliki oleh material penyusun berupa batugamping.

Gambar 3.7. Batupasir Kalkarenit (Kiri) dan Singkapan Batugamping Terumbu

Desa Girirejo Pasca Gempa Bumi (Kanan)

(Sumber: Foto Lapangan, 2008)

54

Page 17: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

6. Formasi Ngglanggeran (Tmn)

Formasi Ngglanggeran terbentuk pada zaman Miosen Tengah yang

terdapat pada lereng atas Perbukitan Baturagung dan tersusun atas breksi

gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava, dan tuff. Formasi Nglanggeran

diendapkan selaras di bawah Formasi Sambipitu dan di atas Formasi Semilir pada

zaman Miosen. Berdasarkan material penyusun, maka formasi ini dipengaruhi

oleh aktifitas gunungapi selama pengendapannya. Pada formasi ini gerakan massa

banyak dijumpai dengan ukuran yang bervariasi dari kecil hingga besar, dengan

jenis gerakan massa yang beraneka, yaitu: tipe longsoran, aliran, dan jatuhan.

Tingkat pelapukan batuan sedang, dan di beberapa tempat banyak dijumpai batuan

yang masih segar membentuk igir perbukitan yang kokoh.

Gambar 3.8. Kejadian Longsor di Desa Sriharjo (Kiri Atas), Singkapan Batuan

Formasi Ngglanggeran di Desa Selopamioro (Kanan Atas), Sawah Irigasi di

Dataran Aluvial di Desa Sriharjo (Kiri Bawah), dan Batuan Tuff Formasi

Semilir Desa Wukirsari (Kanan Bawah) (Sumber: Foto Lapangan, 2008)

55

Page 18: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

430000 mT

430000

435000 mT

435000

9120

000

9120000 mU

9125

000

9125000 mU

#Y#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

SELOPAMIORO

WUKIRSARI

SRIHARJO

GIRIREJO

KARANG TENGAH

KEBON AGUNG

IMOGIRI

KARANGTALUN

Tmn

Qmi

Qa

TmwlTms

Tmwl

Tmse

Tmse

Tmse

Tmse

Tmse

Tmn

Tmn

Tmn

Tmn

Tmn

Tmwl

Tmn

Tmn

Tmn

Tmn

Tmwl

Tmwl

Tms

Tms

Tmn

Tmn

Tmn

Tmn

Tmn

Tmn

Tmn

Tmn

Tmn

Tmwl

Qa

Qa

QaQmi

Qmi

Qmi

Qmi

Qmi

Qmi

Qmi

Qa

Qa

Qa

Qa

UD

D U

TmseTmse

Tmse

TmnQmi Tmse

D U

UD

KECAMATANPUNDONG

KECAMATANDLINGO

KABUPATENBANTUL

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Sun g

ai O

pak

Sungai O

yo

CD

D

D

D

D

D

D

D

KECAMATANJETIS

KECAMATANPLERET

KABUPA TENGUNUN GKI DUL

SAMU DRA HI NDIA

KABU PATENKULONPROGO

KA BUPATENSLEMAN

KOT AMADY A D.I. YOGYAKAR TA

KABU PATENBANTUL

419958 mT

419958

429957 m T

429957

4 39956 mT

4 39956

9119

088

9119088 m

U

912

9087

9129087 mU

9139086 m

U

Da er ah Penelit ian

I N S E T

Qa Aluvium : Kerakal, pasir, lanau dan lempung sepanjang sungai yang besar.

Qmi Endapan Gunungapi Merapi Muda : Tuff, abu, breksi, aglomerat dan leleran lava tak terpisahkan.

Tms Formasi Sambipitu : Tuff, serpih, bataulanau, batupasir dan konglomerat.

Tmse Formasi Semilir : Perselingan antara breksi - tuff, breksi batuapung, tuff dasit, tuff andesit serta batulempung tuffan.

Tmwl Formasi Wonosari : Batugamping terumbu, kalkarenit dan kalkarenit tuffan.

Tmn Formasi Ngglanggeran : Breksi gunungapi, breksi aliran, agolmerat, lava dan tuff.

Sesar yang Direka, berdasarkan data gaya berat

UD Sesar (U, bagian yang naik; D, bagian yang turun)

0 1 2 3 KM

U Proyeksi : Transverse MercatorSistem Grid : Unit Transverse MercatorDatum Horizontal : WGS 84Zone : 49 M

P E T A G E O L O G IKECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri, Tahun 1999 3. Interpretasi Peta Geologi skala 1 : 100.000 Lembar Yogyakarta, Tahun 1995Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450

Batas AdministrasiDesa

KabupatenKecamatan

Jalan LokalJalan Kolektor

Jalan Setapak

Transportasi

Kontur Topografi

Sungai

L E G E N D A

#YC

Camat

#SD Desa

9139

086

Gambar 3.9. Peta Geologi Daerah Penelitian

56

Page 19: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

3.3.2. Geomorfologi

Daerah penelitian merupakan lingkungan yang terbentuk dari proses

pengangkatan yang mengakibatkan adanya jalur patahan pada sebelah barat

Sungai Opak-Oyo. Satuan bentuklahan yang didominasi oleh perbukitan

struktural pada sebelah timur yang disebut Perbukitan Baturagung. Perbukitan

Baturagung secara umum merupakan bentuklahan asal proses strukturisasi, yang

secara genesis merupakan dataran tinggi (plato) selatan Pulau Jawa yang telah

mengalami pengangkatan dan patahan (Santosa dan Adji, 2006).

Proses terbentuknya satuan-satuan bentuklahan di daerah penelitian,

didominasi oleh proses fluvial dan proses struktural. Proses fluvial terjadi akibat

adanya tenaga pembentuk satuan bentuklahan dari tenaga air, sedangkan proses

struktural terjadi karena adanya tenaga endogen yang bergerak dari selatan

menuju utara yang mengakibatkan patahan dan pengangkatan. Akibat adanya

tenaga tersebut, maka terbentuk satuan bentanglahan yang sering disebut sebagai

Graben Bantul.

Proses tenaga yang mempengaruhi terbentuknya lingkungan pengendapan

fluvial, terjadi karena adanya proses aliran air sungai yaitu Sungai Opak dan

Sungai Oyo. Materi penyusun tersebut bersatu dengan endapan merapi muda yang

berada di lapisan bawah dan endapan aluvial diatasnya. Satuan bentuklahan ini

disebut dataran aluvial, memiliki morfologi yang datar hingga landai. Proses erosi

dan sedimentasi dari Perbukitan Baturagung yang mengisi cekungan menempati

lembah-lembah antar perbukitan.

Gambar 3.10. Satuan Bentuklahan lembah Antar Perbukitan (Cekungan Wukirsari)

(Sumber: Foto Lapangan, 2008)

57

Page 20: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

58

Lembah antar perbukitan, dataran koluvial, serta kipas koluvial dan

dataran aluvial pada daerah penelitian memiliki kemiringan lereng 0-3 % dan 3-8

% dan 8-15 %, sehingga satuan ini lebih banyak didominasi oleh adanya

pemukiman. Hasil interpretasi satuan bentukalahan di daerah penelitian, memiliki

dua lembah antar perbukitan dengan materi penyusun yang berbeda. Lembah antar

perbukitan di sebelah utara atau Cekungan Wukirsari memiliki material penyusun

dari Formasi Semilir, sedangkan di Selatan terisi oleh Formasi Ngglanggeran.

Menurut Santosa dan Adji (2006); Morfologi Perbukitan Baturagung

terbagi atas 3 bagian, yaitu lereng kaki, lereng tengah, dan lereng atas. Topografi

perbukitan ini mempunyai lereng yang miring di bagian bawah, yaitu 15-30 %

hingga terjal di bagian atas 30-45 %, terdapat igir memanjang dari barat ke timur

di bagian utara dengan lereng sangat curam, yaitu > 45 % mengarah ke utara yang

merupakan bidang patahan. Bidang patahan (horst) ini menjadi batas sisi timur

dari Graben Bantul di daerah penelitian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

430000 mT

430000

435000 mT

435000

9120

000

9120000 mU

9125

000

( ( ( ( (( (

(((((((((((((( (

( (( (( ((

(

ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù

ùùùù ùùùùùù ùù ùù ùùùù ù ù ù ù ùù ù ù ùùù ù ù ùù ùùùù ùùùù ùùù ùùù

ùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùù ùùù ù ù ù ùùùùùùùùùù ùù ùùùù ùù

ùù ùù ùù ùùùù ù ùù ù ù ùù ùùù ùù ùùùù ùùùù ù ùù ù ùù

ùù

((((((( (

( (( (( (( ( ( ( ( ( ( (( ( (

((((( ( ( (

(

( (( (ùùùùùù

ùù ùùù ùùùù ù ùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùù ùùùù ù ù

ù ù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùù ùù

ùùùù ùù ùù ùù ùù ùùùù ùùùùùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùù ù ù ù ùù ùùù ùùùùùùùùùùùùùùùù ù ùùù ùùù ùù ùù ùù ùùùù ù ùù ù ùùùù ùù ùù ùùù ù ùù ùù ùù ùù ùùù ù ùùù ù ùùù ù ùùùù ù

((((( ( ( (

( (

(( ( ( (

( ( ( ( ( ( (( ( ( ( ( ( (

(((((((((

(

( ( ((( (( (

ùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ù ùùù ù

ùùù ùù ùùùù ù ù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùù ù ù ùù ùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùù ùù ù ùùù ùùùù ùù ùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ù ùù ù ù ùùù ùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùùù ù ùù ùù ù ùùù ù ùù ù ùùù ù ùùùù ùùùù ùùù ù ùù ùù ù ù ùù ù ù ùù ùù ùù ùùùù ùùùù ùù ùù ùù ùù ùù ù

(((((((((((((((((

9125000 mU

(

ùùùù ùùùùùùùù ùùù ùùùù ù ùù ùùùù ùù ùù ùùù ùùù ù ùùùù ùùù ù ùùùùùùù ùùùùùùùù ùù ùù ù ùù ùùù ùù ù ùùù ù ùù ùùù ùù ùùùù ùùùùùùùùùùùùùùùùùùùù ùùùù ùùùù ùùùù ùùùùùùùù ù ùùù

#Y#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

KECAMATANPUNDONG

KECAMATANJETIS

KECAMATANPLERET

KECAMATANDLINGO

Sun g

ai O

pak

Sungai O

yo

KABUPATENBANTUL

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

D U

UD

UD

DU

KECAMATANIMOGIRI

CD

D

D

D

D

D

D

D

F1

S3b

S15

S17

S3a

S20

F1

F1

F1

F1

S15

S15

S3b

S3b

S3b

S3b

S3b

S3b

S3b

S3b

S3b

S3b

S3b

S3a

S3a

S3a

SELOPAMIORO

WUKIRSARI

SRIHARJO

GIRIREJO

KARANG TENGAH

KEBON AGUNG

IMOGIRI

KARANGTALUN

S17

S17S17

S17

419958 m T 4299 57 m T 439956 mT

KABU PATENGUNU NGKIDUL

KABUPATENKULON PROGO

KABUPATE NSLEMAN

KOTAMAD YA D.I. YOGYAKA RTA

KA BUPATENBA NTUL

SAMUDRA HINDIA

419958 4299 57 439956

9119

088

9119088 mU

9129

087

9129087 m

U

913

9086

9139086 mU

Da erah Penelitian

I N S E T

Sumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri, Tahun 1999 3. Interpretasi Peta Geologi skala 1 : 100.000 Lembar Yogyakarta, Tahun 1995 4. Interpretasi Citra Satelit Landsat ETM Band 457, Tahun 2002Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450

KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PETA SATUAN BENTUKLAHAN

U Proyeksi : Transverse MercatorSistem Grid : Unit Transverse MercatorDatum Horizontal : WGS 84Zone : 49 M

0 1 2 3 KM

Sesar yang Direka, berdasarkan data gaya berat

UD Sesar (U, bagian yang naik; D, bagian yang turun)

Batas AdministrasiDesa

KabupatenKecamatan

Jalan LokalJalan Kolektor

Jalan Setapak

Transportasi

Kontur Topografi

SungaiF1 Dataran Aluvial

Qa & Qmi : Pasir, lempung, kerikil, kerakal, breksi, aglomerat, danleleran lava tak terpisahkan.

Lerengkaki Perbukitan BaturagungTmn : breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava dan tuffS3a

Dataran KoluvialTmse : perselingan antara breksi - tuff, tuff dasit, tuff andesit, sertabatulempung tuffan

S20

Kipas KoluvialTmn : breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava dan tuff

S15

Lembah Antar Perbukitan BaturagungTmse & Tmn : perselingan antara breksi - tuff, tuff dasit, tuff andesit,serta batulempung tuffan, breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava dan tuff

S17

Perbukitan Struktural BaturagungTmn, Tmse & Tmwl : breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava, tuff, perselingan antara breksi - tuff, tuff dasit, tuff andesit, batulempung tuffan, batugamping terumbu, kalkarenit, dan kalkarenit tuffan

S3b

#YC

Camat

#SD Desa

L E G E N D A

Gambar 3.11. Peta Tentatif Satuan Bentuklahan Daerah Penelitian

59

Page 22: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

3.4. Hidrologi

Menurut Chow (1994) dalam Harto (1993); Definisi yang dianggap paling

lengkap adalah yang disajikan oleh Federal Council Science and Technology USA

(1991), yang menjelaskan tentang pengertian hidrologi. Pengertian hidrologi

merupakan ilmu yang mempelajari seluk beluk air, kejadian dan distribusinya,

sifat alami dan sifat kimianya, serta reaksinya terhadap kebutuhan manusia.

Perkembangan ilmu hidrologi yang mencakup semua air di alam, maka terbagilah

menjadi berbagai ilmu keairan yang bersifat lebih khusus.

Kebutuhan data dan informasi hidrologi sangat penting dalam suatu proses

hidrologi. Proses hidrologi merupakan suatu rangkaian skema dalam suatu sistem

yang mengalir atau sering disebut siklus hidrologi. Kondisi hidrologi

menggambarkan tentang karakteristik dan penelitian secara umum. Pembagian

kondisi hidrologi di daerah penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu:distribusi hujan

wilayah, kondisi airtanah, dan kondisi air permukaan.

3.4.1. Distribusi Hujan Wilayah

Awan pembentuk hujan disebut cumullus nimbus. Kejadian hujan timbul

akibat penguapan air sebagian kecil di daratan dan sebagian besar di lautan.

Penguapan air di darat dan di laut yang telah mengalami pendinginan di atmosfir

dan bergerak oleh tenaga angin, maka timbul kejadian hujan di suatu wilayah

tertentu baik di lautan maupun di darat. Menurut Subarkah (1980); Faktor-faktor

yang mempengaruhi besarnya curah hujan rata-rata tahuan di suatu tempat ada 6,

yaitu: latitude, posisi dan luas daerah jarak dari pantai atau sumber lembab

lainnya, suhu laut dan air laut ke arah pantai, efek geografis, dan ketinggian.

Hujan merupakan komponen masukan (input) paling penting yang

selanjutnya akan menjadi airtanah dan air permukaan. Pencatatan hujan dari

Stasiun Klimatologi Barongan, Terong, dan Dogongan tercatat data hujan bulanan

pada masing-masing stasiun. Menurut Gambar 3.12. Stasiun Hujan Terong

memiliki kejadian hujan bulanan tinggi pada bulan Januari hingga terus menurun,

dan kejadian ekstrim pada bulan September. Hal ini dapat diketahui bahwa pada

60

Page 23: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

bulan Mei-September jarang hingga hampir tidak ada kejadian hujan pada daerah

luasan tangkapan hujan di daerah tersebut.

Kejadian-kejadian hujan seperti ini juga dialami pada Stasiun Klimatologi

Barongan dan Stasiun hujan Dogongan pada Gambar 3.13. dan Gambar 3.14.

Kejadian hujan tersebut mulai pada Oktober yang terjadi puncak kejadian hujan

maksimum pada bulan Desember hingga Januari dan minimum pada bulan Mei

hingga September.

Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm/bln) St. Terong

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November DesemberW aktu (Bulan)

Cur

ah H

Uja

n (m

m)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Rerata Maksimum Minimum

Gambar 3.12. Hasil Perhitungan Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm/bln) Stasiun Terong, 2008

Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) St. Dogongan

0

150

300

450

600

750

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

W aktu (bulan)

Cur

ah H

ujan

(mm

)

0

150

300

450

600

750

Rerata Maksimum Minimum

Gambar 3.13. Hasil Perhitungan Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm/bln) Stasiun Dogongan, 2008

61

Page 24: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) St. Barongan

0

200

400

600

800

1000

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Waktu (bulan)

Cur

ah H

ujan

(mm

)

0

200

400

600

800

1000

Rerata Maksimum Minimum

Gambar 3.14. Hasil Perhitungan Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm/bln) Stasiun

Klimatologi Barongan, 2008

Metode yang digunakan dalam penentuan distribusi hujan wilayah

menggunakan isohyet, karena topografi di daerah penelitian memiliki topografi

datar hingga berbukit. Isohyet merupakan garis yang menghubungkan tempat-

tempat yang mempunyai kedalaman hujan sama pada saat yang bersamaan (Harto,

1993), hal ini seperti dijelaskan pada Gambar 3.2.

3.4.2. Kondisi Airtanah

Airtanah merupakan komponen dari suatu siklus hidrologi yang

melibatkan banyak aspek bio-geo-fisik, bahkan aspek politik dan sosial budaya

yang sangat menentukan keterdapatan airtanah di suatu daerah (Seyhan, 1990).

Sumber airtanah utama berasal dari air hujan sebagai input airtanah. Faktor lain

pengisi airtanah juga berasal dari air permukaan, seperti sungai, danau, dan lain-

lain yang meresap kedalam suatu lapisan di bawah tanah dan tersimpan di suatu

wadah atau sering disebut akuifer.

Aliran airtanah yang meresap ke dalam tanah atau akuifer di daerah

discharge membutuhkan waktu yang lama. Waktu tersebut bisa puluhan sampai

ribuan tahun tergantung dari jarak dan jenis batuan yang dilaluinya. Pada dasarnya

airtanah termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui, akan tetapi jika

62

Page 25: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

dibandingkan dengan waktu umur manusia airtanah bisa digolongkan kepada

sumber daya alam yang tidak terbaharukan. Airtanah adalah air yang terdapat di

bawah permukaan tanah yang jenuh air (saturation zone), dengan tekanan

hidrostatik sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Todd, 1980).

Gambar 3.15. Proses Infiltrasi dan Perkolasi Airtanah (www. walhi.com, 2005)

Telah diketahui bahwa sumber airtanah berasal dari air hujan yang

meresap masuk kedalam lapisan tanah melalui proses infiltrasi dan proses

perkolasi. Air hujan yang masuk ke akuifer menjadi airtanah tergantung pada

suatu kondisi yang menyebabkan air hujan mempunyai kesempatan untuk tertahan

lama pada permukaan tanah, sehingga air hujan tersebut dapat meresap dengan

baik. Selain itu, material penyusun yang terdapat pada daerah tertentu juga sangat

berpengaruh terhadap proses infiltrasi dan perkolasi tersebut.

Material utama pembentuk perlapisan akuifer di daerah penelitian di

dominasi oleh pasir volkanik dari Endapan Merapi Muda, proses perlapukan pada

Perbukitan Baturagung, dan proses fluvial dari aktivitas sungai di daerah

penelitian. Pori-pori makro yang terdapat pada material pasir menyebabkan

63

Page 26: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

lapisan tanah yang tersusun oleh material ini dapat menyimpan air dalam jumlah

yang besar dan mampu meloloskan air dalam jumlah yang sama pula. Berbeda

halnya dengan material yang berasal dari Perbukitan Baturagung lebih didominasi

oleh material yang agak sulit meloloskan air. Daerah penelitian dikontrol oleh dua

sistem akuifer, yaitu Sistem Akuifer Merapi dan Sistem Akuifer Perbukitan

Baturagung. Sistem Akuifer Merapi mempunyai arah aliran menuju ke selatan,

sehingga arah aliran airtanah tersebut mengikuti kontur topografi di daerah

penelitian.

3.4.3. Kondisi Air Permukaan

Sistem sungai utama pada daerah penelitian memiliki aliran yang mengalir

sepanjang tahun (perenial). Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Opak dan

Sungai Oyo yang dan bertemu di Desa Sriharjo dan bermuara pada Samudra

Hindia di sebelah selatan Pulau Jawa. Menurut Santosa dan Adji (2006); DAS

Opak mempunyai debit rerata muara + 50 m3/detik yang menjadi satu dengan sub

DAS Oyo yang berasal dari Perbukitan Baturagung. Kondisi aliran yang mengalir

sepanjang tahun ini menyebabkan keterdapatan air permukaan sebagai kebutuhan

pertanian sangat mencukupi di daerah penelitian.

Pola aliran dan debit yang relatif stabil dikontrol oleh morfologi sungai

yang berkelok-kelok (meander). Kontrol tersebut mempengaruhi pengaruh

kejadian banjir pada bagian luar sungai (outerband) dan bagian dalam sungai

(innerband). Relatif kejadian banjir yang sering merugikan terdapatnya

penggunaan lahan pemukiman dan lahan sawah irigasi, hal ini karena bagian luar

merupakan arah aliran sungai yang bersifat mengerosi, sedangkan bagian dalam

bersifat terjadinya endapan material/sedimen sungai yang terbawa oleh aliran air.

Pada musim penghujan kejadian sedimentasi lebih besar di Sungai Oyo

dibandingkan Sungai Opak. Material dasar pada Perbukitan Baturagung

merupakan batuan Napal tufan dan gamping, sehingga lebih mudah tererosi dan

longsor, hal ini terlihat pada aliran air sungai yang berwarna keruh di pertemuan

kedua sungai tersebut. Kejadian kekeringan hampir tidak pernah terjadi pada

kedua sungai tersebut, walaupun debit sungai menurun pada musim kemarau,

64

Page 27: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

sehingga pemanfaatan aliran sungai dimanfaatkan penduduk untuk irigasi

terutama di Desa Selopamioro dan Desa Kebon Agung. Material pasir, kerikil dan

kerakal sering dimanfaatkan penduduk untuk bahan bangunan yang terbawa oleh

sungai-sungai di daerah penelitian.

Gambar 3.16. Kenampakan Sungai Opak (Kiri Atas), Sungai Oyo (Kanan Atas), dan

Pertemuan Sungai Opak-Oyo di Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri (Bawah Tengah) (Sumber:Foto Lapangan, 2008)

3.5. Penggunaan Lahan

Kondisi penggunaan lahan daerah penelitian terdiri atas daerah

perbukitan dan dataran, penggunaan lahannya + 45 % lebih digunakan untuk

sawah irigasi, pemukiman, tegalan, hutan rakyat, semak belukar, dan sawah

tadah hujan. Berikut luas penggunaan lahan daerah penelitian yang disajikan

dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Luas Penggunaan Lahan Daerah Penelitian No Jenis Penggunaan Lahan Luas (km2) Luas (Ha) Luas (%) 1 Hutan rakyat 1,58 158,48 8,2 2 Permukiman 6,51 651,75 33,6 3 Sawah irigasi 8,52 852,81 44,1 4 Sawah tadah hujan 0,33 33,44 1,7 5 Tegalan 1,95 195,70 10,1 6 Semak belukar 0,43 43,60 2,3

Jumlah 19,36 1935,79 100 Sumber: Interpretasi Peta Penggunaan Lahan, Tahun 1999

65

Page 28: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

66

Permukiman banyak tersebar pada daerah yang datar-landai, namun ada

juga yang berada pada lereng-lereng kaki perbukitan. Pada umumnya

permukiman berasosiasi dengan sumber air, dan tersebar di sepanjang sumber

air. Permukiman yang ada kebanyakan mengelompok dan perkembangan

komunitas penduduk tidak terlepas dari sumber air sebagai kebutuhan pokok

penduduk. Di daerah yang landai umumnya digunakan untuk persawahan.

Penggunaan lahan persawahan di daerah penelitian kebanyakan merupakan

sawah irigasi, karena saluran irigasi dari air permukaan cukup memenuhi

kebutuhan penduduk untuk bertani. Masyarakat rata-rata memanen padi 2-3

kali dalam setahun.

Periode penanaman padi dan palawija tergantung ketersediaan air yang ada

di daerah tersebut. Biasanya 2 kali tanam padi dan 1 kali tanam palawija dalam

periode 1 tahun. Pemukiman penduduk kebanyakan berada dekat dengan jalan.

Selain sebagai tempat bermukim, di sekitarnya diusahakan juga sebagai tempat

berkebun, seperti mangga, rambutan, kelapa, pisang dan lain-lain. Penggunaan

lahan tegalan berada di lereng kaki yang daerahnya merupakan daerah yang

potensi airnya rendah. Tegalan ini didominasi oleh tanaman palawija seperti

jagung, kedelai, kacang tanah, dan ketela pohon.

Perbukitan yang memiliki lereng curam-terjal menjadi hutan rakyat,

sehingga sering dijumpai kebun campuran yang diolah oleh masyarakat

sekitar. Tanaman tersebar baik di kawasan ini, tanaman kayu putih dan akasia

masih sering dijumpai. Proses intervensi (campur tangan) manusia terhadap

lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya disebut penggunaan lahan.

Dominasi penggunaan lahan sawah menjadi unggulan di daerah penelitian,

selain kegiatan bertani masyarakat di daerah penelitian juga bekerja sebagai

buruh di kota.

Page 29: Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

0 1 2 3 KM

U Proyeksi : Transverse MercatorSistem Grid : Unit Transverse MercatorDatum Horizontal : WGS 84Zone : 49 M

PETA PENGGUNAAN LAHANKECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri,Tahun 1999Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450

Batas AdministrasiDesa

KabupatenKecamatan

Jalan LokalJalan Kolektor

Jalan Setapak

Transportasi

Kontur Topografi

#YC

Camat

#SD Desa

Sungai

L E G E N D A

430000 mT

430000

435000 mT

435000

9120

000

9120000 mU

9125

000

9125000 mU

KABUPATE NGUNUNGKIDUL

KABUPATENKULONPROGO

KABUPATENSLEMAN

KOTAMADYA D.I. YOGYAKARTA

KABUPATENBANTUL

SAMUDRA HINDI A

4199 58 m T

4199 58

429957 mT

429957

4399 56 m T

4399 56

9119

088

9119088 m

U

912

9087

9129087 mU

9139

086

9139086 m

U

Daera h Penelit ia n

I N S E T

#Y#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

#S

KARANG TENGAH

KECAMATANPUNDONG

KECAMATANJETIS

KECAMATANPLERET

KECAMATANDLINGO

Sun g

ai O

pak

Sungai O

yo

KECAMATANIMOGIRI

KABUPATENBANTUL

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KARANGTALUN

IMOGIRI

KEBON AGUNG

KARANG TENGAH

GIRIREJO

SRIHARJO

WUKIRSARI

SELOPAMIORO

CD

D

D

D

D

D

D

D

Hutan Rakyat

Kebun CampuranPemukimanSawah Irigasi

Sawah Tadah HujanSemakTegalan/ladang

67 Gambar 3.17. Peta Penggunaan Lahan Daerah Penelitian