bab iii sistem sewa tanah di perkebunan teh goalpara … · pembayaran utang piutang, daftar gaji...
TRANSCRIPT
38
BAB III
SISTEM SEWA TANAH DI PERKEBUNAN TEH GOALPARA
SUKABUMI
Tanah merupakan komponen yang paling penting dalam sebuah perkebunan. Sewa
tanah memiliki keterikatan erat dengan perkebunan, salah satunya adalah perkebunan
teh Goalpara yang terletak di kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Sewa tanah di
perkebunan Goalpara menggunakan hak erfpacht adalah hak untuk menggunakan tanah
milik orang lain dengan kewajiban membayar sewa tiap-tiap tahun kepada pemilik
tanah, baik berupa uang maupun penghasilan. Hak ini merupakan hak yang sangat
dibutuhkan oleh sebuah perusahaan perkebunan swasta, karena dengan begitu mereka
bisa melakukan penanaman modal.
Sewa tanah yang terjadi di perkebunan teh Goalpara sudah berlangsung sejak
pertama kali perkebunan ini dibuka, karena pengusaha swasta yang datang dengan
modal yang besar menyewa tanah warga atau tanah pemerintah untuk dijadikan
perkebunan.
A. Sejarah berdirinya PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara
Tahun 1908
Sejak tahun 1908 sampai 1941 perkebunan Goalpara dikelola oleh pemerintah
Belanda dibawah pengelolaan Cultur Maatshappij NIL. MIJ Tiedemen Van Kerchem
dan sejak tahun 1942 sampai 1945 dikuasai Jepang.1 Setelah proklamasi kemerdekaan,
pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah Indonesia sampai adanya Agresi Militer
1 Company Profile Kebun Goalpara. File. Koleksi PT. Perkebunan Nusantara VIII.
39
Belanda pada tahun 1948. Sejak nasionalisasi tahun 1958 perkebunan Goalpara menjadi
salah satu kebun dalam pengelolaan Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang berkantor
pusat di Jl. Cikapundung Barat No 1 Bandung.
1. Sejarah singkat PT. Perkebunan XII
PT. Perkebunan XII merupakan suatu kelompok usaha Perkebunan yang
mengusahakan berbagai jenis budidaya dan berasal dari perusahaan-perusahaan
Perkebunan asing dan Perkebunan Negara. Pada sekitar tahun 1870 Pemerintah Hindia
Belanda memberikan izin kepada pihak swasta untuk membuka sebuah usaha dalam
bidang perkebunan melalui suatu Undang-undang pemberian Hak Guna Usaha (HGU
atau Erpacht), disamping perkebunan-perkebunan yang diusahakan sendiri oleh
Pemerintah Hindia Belanda Gouvernementsbedrijven.2
Setelah Undang-undang diatas berlaku, perkebunan-perkebunan swasta ini berdiri
berupa berbagai maskapai-maskapai perkebunan (Cultuur Maatschappijen) berbentuk
sebuan PT (waktu itu NV= singkatan dari Nammloze Venootschap). Diantara Cultuur
Maatschappijen yang kini bergabung menjadi PT. Perkebunan XII adalah:
a. N.V Kooy & Coster V. Voorkout
b. Fa. Th. Crone
c. N.V. Tiedemen & V. Kerchem
d. Fa. Watering & Loeber
Pada saat itu banyak sekali bangunan-bangunan pabrik yang di hancurkan. Kebun-
kebun yang dikuasai kembali oleh maskapai-maskapai swasta Belanda mulai
direhabilitir, dan sekitar tahun 1948 sudah ada yang mulai berproduksi. Setelah
2Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan
VIII Goalpara
40
penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah RIS tanpa Irian Barat, rehabilitasi
perkebunan-perkebunan tampak dengan nyata, kemudian status RIS berubah kembali
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada waktu itu sudah berbagai macam
cara dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mempertahankan Irian Barat. Jalan
diplomasi dilakukan pemerintah Indonesia agar Irian Barat masih menjadi bagian
Indonesia, tetapi semua itu ditolak oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Sebagai akibat dari konfrontasi politik tersebut, semua perkebunan-perkebunan
swasta Belanda diambil alih oleh Pemerintah RI (terjadi pada tahun 1958). Jenis-jenis
perkebunan antara lain:
1) Perkebunan - perkebunan Negara ( bekas Gouvernement- sbedrijven) disebut
PPN lama. Geo Wehry, National Industri Landbouw Maattschappij. John Peet & Co,
National Industri Landbouw Maattschappij, Cultuur Maatschappij, Cultuur
Maatschappij Bungamelur.
Didalam perkembangannya perkebunan - perkebunan (onderneming) swasta
Belanda tersebut mengusahakan tanaman pokok seperti: Teh, Kina, dan Coklat dan
juga menarik keuntungan yang sangat besar. Lalu ketika Jepang datang pada tahun 1942
dan tentara Jepang mulai menduduki Hindia Belanda sampai waktu dengan tahun 1945,
semua perkebunan milik swasta dan juga kebun-kebun pemerintahan Hindia Belanda
praktis berada dalam tangan pemerintahan pendudukan Jepang.3
Pada masa inilah kebun-kebun tersebut mengalami kerusakan berat, karena
Jepang banyak dengan tanaman musiman seperti: jarak, jagung, haramay (bahan
karung) dan juga berbagai tanaman padi huma. Selama revolusi fisik yang terjadi
3Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan
VIII Goalpara
41
pada tahun 1945, pemerintah RI tidak dapat berbuat banyak dari kebun-kebun yang
sudah rusak tersebut malahan ketika lita harus meninggalkan daerah yang kembali
akan dikuasai Pemerintah Nica.
2) Perkebunan – perkebunan negara bekas konfrontasi politik yang dinamakan PPN
Baru.
Untuk bisa selanjutnya mengawasi dan mengurus kebun – kebun tersebut
terbentuklah Badab Pimpinan Umur Perusahaan Perkebunan Negara yang disingkat
dengan BPU-PPN. Sekitar pada tahun 1963/ 1964 PPN mengalami regroesing
daerah kerja mantan Direksi lama tetapi tergantung kepada lokasi daerahnya yang
berdekatan.4 Masing-masing unit terdiri atas satu macam tanamam budidaya
(kecuali PPN Antan) yang berasal dari beberap kebun.
Terbentuklah PPN Aneka Tanaman, PPN Karet, PPN Gula di Jawa Barat
terdapat PPN Antan VII sampai Antan X PPN Karet IX sampai dengan XII PPN
Gulo Cirebon.5 Berhubung perkembangannya yang semakin baik maka terbentuklah
pada tahun 1968 gabungan- gabungan dari beberapa Antan dan Karet kecuali Gula.
PPN Antan VII, VIII sebagian Karet XI dan Karet XII menjadi Perusahaan
Negara Perkebunan XII. Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 1971, tanggal 11 Mei
1971 PN. Perkebunan XII dirubah bentuknya menjadi PT. Perkebunan XII (Persero)
yang realisasinya dilaksanakan dengan Akte Notaris GHS Loemban Tobing S.H.
Jakarta nomor 66 tanggal 31 Juli 1971.
4Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan
VIII Goalpar. 5Company Profile Kebun Goalpara. File. Koleksi PT. Perkebunan Nusantara VIII.
42
Perubahan bentuk tersebut telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman No.
JA 5/182/15 tanggal 13 Oktober 1971. Telah dimuat diberita acara no. 521 tahun
1971 (tambahan berita Negara RI Nomor 63 tanggal 18 November 1971) dan telah
didaftarkan ke Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal 23 Oktober 1971 dibawah
No. 271/1971.
Selanjutnya berdasarkan rapat luar biasa Pemegang Saham tanggal 28 Mei 1984
telah diadakan perubahan Anggaran Dasar dan Modal Perseroan yang disyahkan
oleh Notaris Imas Fatimah S.H. melalui Akte Notaris nomor 103 tanggal 13 Agustus
1984 dan telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman dengan keputusan No:
C2-5550-NT. 0104 tahun 1985 tanggal 3 september 1985.
Selanjutnya pada bulan Mei 1994, secara Fisik diadakan Penggabungan PTP
dari PT. Perkebunan XI, PT. Perkebunan XII, PT. Perkebunan XIII menjadi PT.
Perkebunan Group Jabar yang berkantor pusat di PT. Perkebunan XII Jalan
Sindangsirna No. 4 Bandung Telepon (022) 237 966-69.6
2. Proses pembentukan PT. Perkebunan Nusantara
Untuk memantapkan peran BUMN sektor Pertanian dalam pengembangan
perekonomian Nasional, serta dalam rangka menyongsong era globalisasi ekonomi
dunia. Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah mengambil langkah-langkah
konsolidasi BUMN sektor Pertanian. Konsolidasi tersebut merupakan tindakan
untuk meningkatkan efisiensi produktivitas kinerja BUMN sektor pertanian. Ada
beberapa kriteria yang dipergunakan dalam proses konsolidasi antara lain:
6Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan
VIII Goalpara.
43
a) Pemantapan misi BUMN sebagai dinamisator pembangunan dan
modernisasi sektor Pertanian.
b) Skala usaha konsolidasi wilayah kerja yang memungkinkan
dikembangkannya pengusahaan yang efisien.
c) Komposisi usaha baik horisontal maupun vertikal yang menjamin ketahanan
terhadap gejolak pasar.
d) Mampu mengembangkan usaha yang terintegrasi antara industri hulu dan
hilir.
e) Sehat secara finansial.
Pelaksanaan konsolidasi dilakukan antara lain memiliki dua tahap yaitu:
1. Tahap Pertama.
Pengelompokan PTP-PTP yang dilakukan berdasarkan wilayah dimana PTP
yang bersangkutan berada, setelah dilakukan pengelompokan jumlah PTP yang semula
26 buah berubah menjadi 9 buah. Dalam tahap pertama Badan Hukum dari masing-
masing PTP tersebut tetap ada belum berubah untuk membantu Direksi PTP hasil
pengelompokan antara lain pengelola PTP-PTP yang dikelompokkan ditunjuk kuasa
Direksi. Tahap pertama berjalan sejak bulan Mei 1994 sampai dengan Pembentukan PT.
Perkebunan Nusantara 1 sampai dengan XIV pada tanggal 11 Maret 1996.
2. Tahap Kedua.
Berdasarkan PP No. 6 s.d 19 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, telah
dilakukan restrukturisasi BUMN Sub sektor Perkebunan dan Peternakan yang
berjumlah 26 PT. Perkebunan dan 1 (satu) PT. Perkebunan Bina Mulya Ternak menjadi
14 PT. Perkebunan Nusantara melalui penambahan penyertaan modal negara.
44
Setelah melalui proses konsolidasi yang berjalan sejak bulan Mei 1994,
berdasarkan PP Republik Indonesia No. 13 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996
mengenai peleburan persahaan perseroan PT. Perkebunan XI, Perusahaan Perseroan PT.
Perkebunan XIII, Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan XIII maka telah dibentuk
PTPN VIII.7 Berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan No. 167/KMK.016/1996
tanggal 11 Maret 1996 tentang Pengangkatan Direktur Utama PTPN. VIII, SK Menteri
Keuangan No. 258/KMK. 016/1996 tanggal 8 April 1996 tentang Pengangkatan
tambahan anggota-anggota Direksi PTPN VIII adalah sebagai brikut:
a. Direktu Utama : Ir. H Sugiat
b. Direktur Produksi : Ir. H Imam Santoso S.E.
c. Direktur Keuangan : DR. H. Dudung Suryana S.E. AK. MBA
d. Direktur SDM & Umum : Ir. H Imam Wahyudi
e. Direktur Pemasaran : H. Suwadji Munawar
7Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan
VIII Goalpara.
45
Gambar 5. Pabrik Teh Perkebunan Goalpara
Sumber: Koleksi PTPN VIII Goalpara
3. Visi dan Misi PTPN VIII Goalpara
Perkebunan Teh Goalpara telah menerapkan suatu visi yang merupakan suatu
pandangan kedepan yang hendak dicapai. Rumusan visi tersebut adalah „Menjadi
BUMN Perkebunan yang tangguh dalam dunia agribisnis untuk memuaskan stock
holder serta peduli akan lingkungan.‟ Disamping visi, penyataan misi yang
merupakan alasan keberadaan suatu bisnis yang membedakan dengan bisnis lainnya
ditetapkan pula oleh perkebunan yakni “Turut melaksanakan dan menunjang
kebijakan serta perogram pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional
umumnya. Khususnya sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya.”
46
4. Struktur Organisasi
Perkebunan Goalpara merupakan salah satu kebun teh orthodoks PT.
Perkebunan Nusantara VIII yang dipimpin oleh seorang Administratur sebagai
penanggung jawab secara keseluruhan kegiatan. Perkebunan Goalpara mempunyai
struktur organisasi yang disusun menurut bentuk kombinasi garis, masing-masing
fungsinya mempunyai satu sumber kebijakan. Dalam sistem organisai garis,
wewenang dan tanggung jawab berjalan dari pucuk pimpinan sampai ke bawah
menurut garis vertikal.
Selama kurun waktu 40 tahun terdapat beberapa kali pergantian administratur
perkebunan teh Goalpara. Setelah nasionalisasi yang menjabat sebagai administratur
adalah R. M. Mardjono yang menjabat sebagai administratur pada tahun 1958.
Beliau menjabat sebagai administratur selama kurun waktu 15 tahun sampai tahun
1973. Setelah itu 1973 administratur perkebunan teh Goalpara diganti oleh R.
Soehardi yang menjabat selama 21 tahun sampai tahun 1994. Lamanya jabatan
tersebut dikarenakan belum adanya aturan bahwa puncak kepemimpinan hanya 5
tahun. Pada tahun 1994 administratur dijabat oleh Ir. Herman Rusmana beliau
diangkat pada saat pembentukan PTPN VIII.8
8 Wawancara dengan Hani selaku staf SDM Goalpara Tanggal 21 Mei 2016.
47
ADMINISTRATUR
SINDER KEPALA
SINDER AFDELING
MABES PANEN
MABES PEMEL
JTU KEPALA
MANDOR PANEN
MANDOR HERB / HP
MANDOR MENYIANGG
MANDOR MANGKAS
TU TIMBANG
PETUGAS PIK
TU PIK
PETUGAS BP/KES
PENJENANG KES/HP
TU BP/KES
PETUGAS UMUM JTU SEKRET
JTU PERSONALIA
PETUGAS SATPAM
PETUGAS KAS
JTU KAS
PETUGAS GUDANG
JTU GUDANG
PELAYAN GUDANG
PETUGAS PENGADAAN
JTU PENGADAAN
PETUGAS TABIN
JTU TUP
JTU TABIN
OPERATOR KOMPUTER
SINDER TUK
ASSISTEN SID. TUK
PETUGAS TANAMAN
TU TANAMAN
MANDOR MESIN/BENG
MANDOR LISTRIK
MANDOR LISTRIK
MANDOR DIESEL
MANDOR BANGUNAN
MANDOR JALAN
TU PEMBANTU
SINDER TEKNIK
PETUGAS KALIBRASI
MABES KENDARAAN
MABES LISTRIK
MABES MESIN/BENG
MABES BANGUNAN
JTU KEPALA
MANDOR SERVICE
SOPIR
KEPALA POOL
SINDER PABRIK
ASSISTEN SINDER PABRIK
JTU KEPALA
MABES KERING
TU PEMBANTU
MANDOR SORTASI
MANDOR NGEPAK
MABES BASAH
MANDOR MEBER
MANDOR LAYUAN
MANDOR GILING
MANDOR KERINGAN
Gambar 6. BaganStrukturOrganisasi PTPN VIII Goalpara
(Sumber: Arsip PTPN VIII Goalpara, koleksi PTPN VIII
Goalpara, di edit ulangberdasarkanarsip)
48
Dalam menjalankan tugasnya, Administratur dibantu oleh seorang wakil (sinder
kepala) dan beberapa staf yaitu Sinder Teknik, Sinder Pabrik, Sinder Tata Usaha
Keuangan serta Sinder-sinder Afdeling (bagian) Fungsi, Wewenang dan tanggung
jawab Sinder adlah sebagai berikut:
1) Sinder Kepala
Melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran dibidang pengelolaan
tanaman dan administrasi keagrariaan, kebun-kebun existing sesuai dengan Kebijakan
dan petunjuk Direksi wewenang Sinder Kepala mempunya wewenang untuk mengatur
tugas kelancaran pekerjaan secara efisien dan efektif termasuk melakukan koordinasi
dengan bagian lain dan kebun.
2) Sinder Tata Usaha Keuangan (TKU)
Menyusun Rencana Kerja dalam bentuk Rencana Kerja Anggaran Perusahaan
(RKAP), Penanaman Modal Kerja (PMK), Rencana Jangka Panjang (RJP) maupun
keperluan operasional lainnya sesuai pengajuan dari afdeling. Sinder Tata Usaha
Keuangan (TKU) bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaannya
kepada Administratur menyelenggarakan system administratur keuangan, melaksanakan
pembayaran utang piutang, daftar gaji dan lain-lain yang menyangkut administrasi
perusahaan.
3) Sinder Pabrik
Melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan dibidang
pengolahan hasil teh sesuai dengan norma ketentuan teknis pengolahan dan kebijakan
Direksi. Sinder Pabrik mempunyai wewenang untuk mengatur pelaksanaan tugas
49
pekerjaan secara efisien dan efektif termasuk melakukan koordinasi dengan bagian lain
dan kebun.
4) Sinder Teknik
Melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran tugas pekerjaan dibidang
teknologi yang meliputi pengolahan hasil keteknikkan sipil dan mesin (termasuk
keteknikkan untuk proyek sesuai dengan norma yang berlaku dan kebijakan-kebijakan
Direksi).
5) Sinder Bagian
Sinder bagian memiliki fungsi untuk menyusun, melaksanakan, merencanakan.
Mengatur, mengawasi semua bidang pekerjaan di afdeling bersama-sama Sinder Kepala
dan Administratur meliputi Rencana Kerja Jangka Pendek, Rencana Kerja Jangka
Panjang dalam bentuk Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) Penanaman Modal
Kerja (PMK) sesuai dengan pedoman dan petunjuk Direksi.
5. Letak Geografis
Perkebunan Goalpara merupakan salah satu kebun dibawah naungan PT.
Perkebunan Nusantara VIII dengan lokasi kebun terletak di 96 km dari Kantor Direksi
(Pusat Bandung) ke arah Barat, termasuk dalam Desa Cisarua KecamatanSukaraja
Kabupaten Sukabumi. Adapun batas-batas administratif perkebunan teh Goalpara
adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan kehutana Gunung Gede.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cisarua Sukaraja.
c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sangiang Cisaat.
d. Sebelah timur berbatasan dengan Perkebunan Gedeh.
50
Perkebunan Goalpara mempunyai 5 (Lima) Afdeling (bagian) yaitu:
1. Afdeling Goalpara I terletak di Desa Sukalarang.
2. Afdeling Goalpara II terletak di Desa Cisarua.
3. Afdeling Goalpara III terletak di Desa Selabintana
4. Afdeling Goalpara IV terletak di Desa Perbawati.
5. Afdeling Bungamelur.
Semuanya termasuk ke dalam wilayah Kebupaten Sukabumi kecuali Afdeling
Bungamelur yang berada di wilayah Kecamatan Takokak dan Nyalindung Kabupaten
Cianjur.
B. Periode Tahun 1958-1971
Tanah dan tenaga kerja yang murah merupakan unsur pokok dalam sistem
perkebunan. Perkebunan sering disebut “pabrik” pertanian karena proses memproduksi
hasilnya berupa output komoditi perkebunan adalah melalui proses memadukan aneka
faktor produksi (input) “modern” (tanah, tenaga kerja, dan modal serta manajemen)
laksana sebuah pabrik.9 Sejarah budidaya perkebunan, tidak bisa lepas dari peran
penjajah, terutama Belanda yang telah meletakkan dasar bagi berkembangnya
perusahaan perkebunan di indonesia. Seperti di berbagai negara berkembang lainnya,
sistem perkebunan di Indonesia juga diperkenalkan lewat kolonialisasi Barat, dalam hal
ini Belanda.10
9Mubyarto.dkk,op.cit., hlm. 3.
10Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian
Sosial Ekonomi,(Yogyakarta: Aditya Media),1991, hlm. 9.
51
Tanah dan tenaga kerja merupakan dua unsur yang sangat diperlukan dalam
pendirian sebuah perkebunan, selain kondisi alamnya yang harus dipilih dan cocok
untuk dijadikan sebagai perkebunan. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki
tanah subur. Kesuburan tanah merupakan faktor yang mendorong berkembangnya usaha
perkebunan maupun pertanian pada umumnya.
Sukabumi merupakan salah satu daerah yang memiliki tanah subur dan Sukabumi
memiliki sebagian besar dataran tanah vulkanik dari lereng Gunung Gede, Gunung
Salak dan Gunung Cakrabuana. Karena wilayahnya yang bergelombang dan juga
merupakan salah satu daerah pegunungan maka Sukabumi memiliki iklim tropis. Suhu
udaranya berkisar antara 18-31o
celcius dengan tingkat kelembaban yang cukup tinggi
yakni sekitar 85% dan relatif cukup kering, dan juga memiliki curah hujan yang
bervariasi antara 2000-4000 mm pertahunnya.11
1. Sewa Tanah di Perkebunan Teh Goalpara
Pada tahun 1811-1816 diterapkan oleh pemerintah kolonial sistem sewa tanah land
rente di semua wilayah Hindia Belanda. Land rente merupakan tanah milik pemerintah
dan rakyat hanya dapat menyewa kepada pemerintah untuk seterusnya digarap.12
Sewa
tanah yang terjadi di Sukabumi adalah sewa tanah dengan menyewa tanah dari para
pemegang hak apanage yaitu raja, sanak saudara dan pegawai-pegawainya. Para
pengusaha tidak menyewa seluruh tanah tetapi hanya meminta ½ atau 1/3 tanah yang
digunakan untuk menanam tanaman komoditi yang laku dijual dipasar Eropa.13
Selain
11
Pemda Dati II Sukabumi. Daerah Wisata Kabupaten Sukabumi. Sukabumi, 1988, hlm.
4. 12
Amanda Noviarni, “Sejarah Perkebunan Teh Indonesia: Studi Kasus Perkebunan Teh
Malabar”, Priangan 1896-1928, Artikel (Depok: FIB UI), 2012 13
Mubyarto.dkk,op.cit.,hlm. 41.
52
sewa tanah tersebut perkebunan teh Goalpara juga mempunyai hak guna usaha. Jadi
tanah yang di sewa oleh perkebunan dari masyarakat atau tanah milik pemerintah
dialihgunakan untuk produksi pengembangan perkebunan. Hak guna usaha ini juga
terdapat di dalam undang-undang agraria dan dalam pelaksanaannya juga memiliki
syarat-syarat tertentu. Dengan diberlakukannya undang-undang agraria tersebut
membuka peluang bagi pengusaha asing swasta untuk berbondong-bondong
menanamkan modalnya dengan tujuan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.
Selain itu pengusaha diperbolehkan untuk menyewa tanah dari gubernemen dalam
jangka waktu 75 tahun.14
Setiap perusahaan perkebunan yang saat itu berdatangan ke Sukabumi harus
mempunyai Hak erfpacht. Karena hak erfpacht merupakan hak sewa turun-temurun dan
tanah yang memiliki hak tersebut bisa dijadikan jaminan kredit. Untuk pertanian besar,
batas luas tanah adalah 500 bau (350 ha) dengan jangka waktu paling lama 75 tahun.
Pemegang erfpacht diwajibkan membayar canon (sewa) maksimum f 5 tiap bau tiap
tahun dengan mulai pembayaran pada tahun ke 6, tetapi apabila selama 5 tahun berturu-
turut tidak mendapat hasil dari tanah itu, maka kewajiban membayar canon
dibebaskan.15
Agrarische Besluit ditetapkan oleh raja Belanda dan mengatur lebih rinci tentang
hak kepemilikan tanah dan jenis-jenis hak penyewaan tanah oleh pihak swasta, dengan
begitu menimbulkan banyaknya pengusaha asing yang masuk ke wilayah
Sukabumiberharap mendapatkan bahan baku maupun proses produksi dengan biaya
14
Irman “Sufi” Firmansyah, Soekaboemi The Untlold Story: Kisah Dibalik Sejarah
Sukabumi.(Jakarta: Mer C Publisihing dan Paguyuban Soekaboemi Heritages, 2016),
hlm. 115. 15
Mubyarto.dkk, op.cit., hlm. 38.
53
upah yang sangat murah. Diketahui bahwa disisi lain, sistem perkebunan yang dibawa
swasta lebih modern dibandingkan dengan sistem kebun pada pertanian yang
tradisional. Hal tersebut mengakibatkan perkembangan yang terjadi dalam sistem
perkebunan yang diwujudkan dalam bentuk usaha pertanian dalam skala yang besar dan
kompleks dengan ciri-ciri: bersifat padat modal, penggunaan lahan yang luas, terdapat
organisasi tenaga kerja besar, pembagian kerja yang sangat rinci, penggunaan tenaga
dan mesin-mesin baru menggantikan mesin tradisional, orang-orang yang terampil dan
organisasi yang modern, spesialisasi administrasi, pengerahan pekerja dengan upah
teratur, dan penanaman tanaman yang berorientasi kepada pasar dunia.16
Seiring dengan masuknya pihak swasta dalam bisnis perkebunan, maka
bermunculanlah berbagai komoditas lain di Sukabumi antara lain: kopi, teh, kina dan
juga karet. Setidaknya terdapat 20 afdeling perkebunan yang berada di Sukabumi. Di
distrik Pelabuhan untuk yang pertama kalinya berdiri perkebunan swasta yaitu Cibungur
dengan luas lahan perkebunan yakni seluas 2885 bau. Di afdeling Sukabumi seluas
10.708 bau dengan pembagian di tiap distri yang berbeda dengan komoditi masing-
masing. Di Sukabumi sudah memiliki setidaknya 474 perkebunan swasta yang berdiri
dengan hasil sewa pemerintah sebesar f. 165.486.24.17
untuk menunjang penelitian
tentang teh maka pengusaha perkebunan Sukabumi mendirikan Proefstation voor Thee
melalui Gouverment Besluit No 16 tanggal 13 April 1902 .
Tenaga kerja juga merupakan faktor yang penting dalam pendirian sebuah
perkebunan. Tanah dan tenaga kerja merupakan faktor terpenting dalam pembangunan
16
Ibid., 17
Irman “Sufi” Firmansyah,op.cit.,hlm. 117.
54
sebuah perkebunan. Dimana tenaga kerja yang banyak dan murah merupakan
keuntungan bagi pengusaha asing swasta yang sedang dalam proses pedirian
perkebunan. Dalam sebuah perkebunan teh tenaga yang sangat banyak adalah buruh
perempuan. Buruh perempuan dipekerjakan untuk memetik teh. Buruh petik teh dengan
lahan yang sangat luas tentu diperlukan dengan jumlah yang tidak sedikit. Oleh sebab
itu jika di daerah perkebunan tersebut masih kekurangan buruh pemetik teh maka bisa
di datangkan dari luar daerah tersebut.
Upaya pengerahan tenaga kerja untuk perkebunan teh dibedakan menjadi dua
bentuk, pertama adalah pengerahan tenaga kerja dalam rangka kerja wajib penduduk
desa; kedua adalah pengerahan tenaga kerja melalui perantara yang biasanya dikuasai
oleh orang Cina.18
Mereka sebagai tenaga kerja yang bekerja di perkebunan memang
mendapatkan upah tetapi mereka juga memiliki tanggung jawab desa dalam hal ini pada
pribadi penguasa. Tanggung jawab untuk penguasa biasanya tenaga kerja hanya
dibutuhkan hanya waktu panen saja. Sedangkan tenaga kerja melalui agen perantara
cina menggunakan sistem pengupahan di awal sebelum pekerjaan dilakukan atau
pemberian uang muka sebagai ikatan kerja.
Tenaga kerja wanita yang menjadi sasaran agen pencari kerja adalah wanita-wanita
yang ditinggal pergi atau merantau oleh suami mereka. jadi hal tersebut mengakibatkan
wanita untuk mencari pekerjaan untuk memiliki uang tambahan yang digunakan
diwaktu suami tidak mengirim uang yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Menurut Nadia, terdapat 3 faktor yang menjadi pendorong masuknya buruh
18
Nadia Fatia, Tenaga Kerja Wanita di Perkebunan Teh Malabar Afdeling Cianjur
Regentschapen Priyangan Tahun 1880-1900, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Sastra
UGM) 1987,hlm. 21.
55
wanita di perkebunan teh yaitu komersialisasi tanah, itroduksi ekonomi uang dan
tingginya tingkat pengangguran.19
Perubahan yang terjadi dengan munculnya
perkebunan teh telah mengakibatkan sebagian penduduk merelakan tanah untuk disewa
oleh perusahaan perkebunan. Uang yang digunakan sebagai transaksi perjanjian sewa
tanah telah melibatkan penduduk dalam lalu lintas ekonomi uang. Terbukanya
kesempatan bagi kaum wanita untuk bekerja sebagai buruh perkebunan telah
menciptakan otonomi wanita sepenuhnya dalam keluarga.
Secara umum pembagian tenaga kerja perkebunan dibagi menjadi 4 golongan:
pertama, adminiatratur; kedua, pegawai staf; ketiga, pegawai non-staf dan keempat
buruh perkebunan.20
Pembagian tugas juga sudah ditentukan menurut golongan yang
sudah tercantum dalam struktur organisasi perkebunan. Pejabat administratur, pegawai
staf dan non staf biasanya disebut dengan kelompok pertama, sedangkan kebanyakan
kaum pribumi hanya menepati posisi sebagai buruh rendahan. Seorang administratur
merupakan penanggungjawab terbesar dalam sebuah perkebunan, dengan bantuan
seorang kontrolir dan juga seorang penasehat yang mereka sering disebut dengan staf
karena mereka tidak terjun langsung untuk mengawasi aktivitas di kebun. Lapisan
terbawah adalah buruh, baik itu buruh pabrik dan juga buruh kebun. Disetiap
perkebunan biasanya terdapat polisi-polisi khusus untuk menjaga perkebunan yang
bertanggungjawab langsung ke kontrolir yang disebut dengan mandor. Mandor
biasanya berasal dari penduduk pribumi yang berasal dari keluarga penguasa desa yang
bekerja di perkebunan.
19
Ibid., 20
Mubyarto.dkk, op.cit.,hlm. 115.
56
2. Prosedur Sewa Tanah di Perkebunan Teh Goalpara
Sewa tanah sudah dilakukan sejak perusahaan sudah berdiri, prosedurnya pun
berubah-ubah seiring dengan bergantinya tahun. Seseorang dapat menggunakan tanah
perkebunan apabila, pihak perkebunan tidak berkeberatan atas permohonan penggunaan
lahan perkebunan dengan status pinjam pakai, pemakai lahan harus menyerahkan dana
kompensasi kepada perkebunan sebanyak Rp 12.000 atau menyerahkan bagi hasil
sebesar 20% kepada pihak perkebunan, sewa ini berlaku sejak di buatnya surat
perjanjian, penyewa lahan tidak diperbolehkan memindahtangankan tanah tersebut
kepada pihak lain tanpa sepengetahuan pihak perkebunan, jika masa sewa ini sudah
selesai maka bisa diperpanjang lagi atas dasar kesepakatan kedua belah pihak, dan
apabila pidah perkebunan memerlukan tanah tersebut maka penyewa harus bersedia
menyerahkan tanah tersebut dengan suka rela.21
Selain harus mendapat persetujuan dari
pihak perkebunan, sewa tanah dapat berjalan apabila memiliki izin dari kantor agraria
kabupaten Sukabumi.
3. Penggunaan Tanah HGU
Setelah nasionalisasi perkebunan teh Goalpara memiliki sistem sewa tanah dengan
penyewaan tanah yang digunakan sebagai hak guna usaha. Artinya tanah milik
perkebunan bisa disewa oleh masyarakat dan bisa dipergunakan sebagai ladang, sawah,
bangunan rumah, bangunan sosial dan bahkan dijadikan gedung olahraga dengan syarat
yang sudah ditentukan oleh pihak perkebunan dengan pemakai HGU. Pada tahun 1971
adalah tahun dimana perkebunan menjadi persero dan pada tahun ini banyak tanah-
21
Surat Perjanjian Sewa lahan. Arsip koleksi PTPN Goalpara Sukabumi
57
tanah perkebunan yang beralih fungsi dan juga banyak tanah adat yang masih
disengketakan oleh pihak perkebunan.
Pada tahun 1971 ada beberapa desa di wilayah kabupaten Sukabumi yang tanahnya
digunakan untuk Hak Guna Usaha. Desa-desa teraebut umumnya berada di dekat
perkebunan teh Goalpara. Desa-desa tersebut antara lain: desa Cipetir, Sukalarang,
Sukaradja dan Limbangan. Desa tersebut terletak tidak jauh dari area perkebunan, maka
banyak dari petani yang menyewa tanah tanah tersebut digunakan untuk bertani yang
hasil pertaniannya juga akan disetorkan ke perkebunan teh Goalpara. Umumnya para
petani tersebut juga menanam tanaman teh karena sudah pasti akan digunakan oleh
perkebunan.
58
Gambar 7. Kondisi tanah hak erfpacht
Sumber koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara
59
a. Desa Cipetir
Desa ini memiliki luas wilayah sepanjang 650 M2 dengan hak erfpacht seluas
541 M2 yang terbagi menjadi 5 bagian wilayah hak erfpacht dengan pembagian per
wilayah sebagai berikut:erfpacht. 79 Ha untuk wilayah satu, erfpacht. 115 Ha untuk
wilayah dua, erfpacht. 117 Ha untuk wilayah tiga, erfpacht. 114 Ha untuk wilayah
empat dan erfpacht. 116 Ha untuk wilayah lima. Sedangkan sisa luas tanah
merupakan tanah milik adat yang digunakan untuk keperluan masyarakat.
Masing-masing wilayah yang digunakan untuk hak erfpacht memiliki
persyaratan dan kesepakatan yang telah dibuat oleh pihak perkebunan dan juga
pemilik tanah. Dengan luas wilayah 650 M2
dan penggunaan hak erfpacht seluas
541 M2 maka tanah seluas 109 M
2 merupakan tanah milik adat atau wilayah
perkampungan warga. Jika dilihat lagi ternyata hampir seluruh wilayah desa Cipetir
merupakan lahan perkebunan teh.
Hal tersebut terjadi karena kontur tanah yang terdapat di desa Cipetir adalah
lereng, jadi lahan tersebut cocok digunakan untuk tanaman teh. Karena berkebun
sudah bukan hal yang baru untuk masyarakat desa Cipetir maka tidak heran mereka
mau bekerja di perkebunan teh Goalpara. Dengan menggarap tanah millik
perkebunan.
60
Gambar 8. Kondisi tanah hak erfpacht
Sumber koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara
61
b. Desa Sukalarang
Desa ini memiliki daerah yang cukup luas yakni 30.000 M2 dengan hak erfpacht
seluas 1. 242 M2
yang terbagi menjadi 3 wilayah hak erfpacht berikut ini pembagian
tiga wilayah tersebut: erfpacht. 207 Ha untuk wilayah pertama, erfpacht. 516 Ha untuk
wilayah kedua, erfpacht. 519 Ha untuk wilayah ketiga. Sisa tanah tersebut merupakan
tanah adat yang digunakan untuk berbagai keperluan masyarakat. Dan juga ada tanah
pemerintah di wilayah desa Sukalarang tersebut.
Sukalarang merupakan bagian kabupaten Sukabumi di wilayah timur dan
merupakan sebuah desa perbatasan sebelum masuk ke wilayah kabupaten Cianjur. Di
bagian wilayah utara desa ini berbatasan langsung dengan Gunung Gede Pangrango,
maka tidak heran kalau wilayah ini juga masuk dalam hak erfpacht perkebunan teh
Goalpara.
Desa ini memiliki luas 30.000 M2 dengan penggunaan hak erfpacht seluas 1.242
M2, maka 28.758 M
2 merupakan tanah milik adat dan juga wilayah perkambungan
warga. Jika dilihat lagi luas tanah yang digunakan hak erfpacht sangat sempit, hal ini
terjadi karena banyak dari warganya yang menanam sayuran dan juga buah dan
merupakan komoditi terbanyak yang ada di wilayah kabupaten Sukabumi. Di desa ini
sekali panen bisa dijual di luar kota, dan juga diperjual belikan di pasar induk yang ada
di wilayah kabupaten Sukabumi sendiri.
Selain denga komoditi sayur-sayuran yang sangat bagus, di wilayah ini juga
terkenal dengan peternakan sapi perahnya. Maka tidak heran jika susu yang dihasilkan
di wilayah ini di pasarkan ke wilayah kabupaten Sukabumi karena susu adalah
62
minuman yang tidak tahan lama jika berada di suhu ruang. Maka dari itu pemasarannya
hanya di sekitar wilayah Sukabumi saja.
Gambar 9. Kondisi tanah hak erfpacht
Sumber koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara
63
c. Desa Sukaradja
Di desa sukaradja memiliki luas wilayah yang juga luas yakni 260.350 M2 dengan
hak erfpacht seluas 423 M2 yang dibagi menjadi 5 wilayah hak erfpacht. Berikut
merupakan pembagian hak erfpacht berdasarkan wilayahnya: erfpacht. 95 Ha untuk
wilayah pertama, erfpacht. 78 Ha untuk wilayah kedua, erfpacht. 67 Ha untuk wilayah
ketiga, erfpacht. 103 Ha untuk wilayah keempat, erfpacht. 80 Ha untuk wilayah kelima.
Sisa tanah yang tidak digunakan untuk hak erfpacht merupakan tanah adat dan juga
banyak tanah yang sudah digunakan oleh masyarakat digunakan untuk berkebun sendiri
dan menghasilkan tanaman untuk dijual sebagai sumber penghasilan sendiri.
Sukaraja merupakan salah satu desa yang jaraknya tidak jauh dari pusat kota
Sukabumi yang berudara sejuk dan cocok ditanamai sayur dan juga teh. Dari luas
wilayah 260.350 M2, wilayah yang digunakan sebagai hak erfpacht hanyalah seluas 423
M2. Dan sisanya merupakan wilayah tanaman sayur dan juga perkampungan padat
penduduk. Karena letaknya yang tidak jauh dari pusat kota maka tidak banyak dari
masyarakatnya yang mengolah lahan pertanian sebagai sumber penghasilan, mereka
lebih senang untuk bekerja di pusat kota Sukabumi. Di wilayah ini juga merupakan
kantor dari perkebunan teh Goalpara.
64
Gambar 10. Kondisi tanah hak erfpacht
Sumber: koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara
65
d. Desa Limbangan
Desa ini memiliki luas wilayah 324.800 M2 dengan luas hak erfpacht 25.154 M
2
yang terbagi menjadi beberapa wilayah yaitu: erfpacht. 464 Ha untuk wilayah satu,
erfpacht. 14490 Ha untuk wilayah dua, erfpacht. 10200 Ha untuk wilayah tiga. Luas
tanah yang tidak digunakan untuk hak erfpacht merupakan tanah milik adat, tanah desa
dan juga tanah milik negara.
Desa Limbangan merupakan desa yang terdapat di kecamatan Sukaraja. Dan di
wilayah ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan desa Sukaraja.
66
Gambar 11. Kondisi tanah hak erfpacht
Sumber: koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara
67
Bagian lain dari perkebunan teh Goalpara adalah afdeling Selabintana. Daerah
ini merupakan salah satu daerah terbesar yang manghasilkan teh karena daerahnya yang
sangat lah cocok digunakan untuk ditanami teh karena juga berada di kaki gunung Gede
Pangrango. Dengan luas kebun teh seluas 22059 M2. Luas kebun tersebut terbagi
menjadi beberapa blok, karena dengan dibagi menjadi blok blok maka akan lebih
mudah bagi para pemetik teh untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan satu blok.
Wilayah yang digunakan untuk persemaian seluas 5 M2.
Wilayah pembibitan juga ada
dan dibagi menjadi dua blok dengan luas masing-masing blok adalah 2 M2. Terdapat
tanah seluas 6592 M2 merupakan tanah yang digarap oleh masyarakat terbagi menjadi
dua blok. Dan juga tanah seluas 2021 M2 merupakan tanah cadangan yang dimiliki oleh
pihak perkebunan. Tanah ini sewaktu-waktu bisa digunakan oleh pihak perkebunan
untuk daerah persemaian atau juga pembibitan dan juga bisa digunakan untuk perluasan
daerah tanaman teh.
Tanah HGU juga bisa digunakan untuk keperluan lain diluar penanaman
tanaman teh saja. Dengan ketentuan bahwa tanah tersebut memiliki jangka waktu
dengan status hak pakai dalam bentuk pinjam sesuai dengan peraturan perundang-
undangan keagrariaan yang berlaku.22
Jangka waktu pinjam pakai areal tanah hanya
sampai saat berakhirnya HGU perkebunan Goalpara, tetapi jangka waktu tersebut bisa
diperpanjang lagi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Pihak peminjam diharapkan tidak memperluas batas-batas daerah yang sudah
diberikan dari pihak perkebunan, terkecuali atas ijin dari pihak perkebunan yang
22
Surat perjanjian Peminjaman tanah HGU. Koleksi PT. Perkebunan Nusantara VIII
Goalpara.
68
memiliki tanggungjawab atas perjanjian tersebut. Peminjam juga tidak diperbolehkan
untuk memindahtangankan areal tanah tersebut kepada pihak ketiga. Segala pungutan
dan juga pajan-pajak merupakan beban dan harus dibayar oleh pihak peminjam tanah.
Segala biaya yang berhubungan dengan pembuatan dan pembatalan perjanjian ini,
demikian pula biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan penggunaan areal tanah ini,
sepenuhnya merupakan tanggungjawab pihak peminjam tanah.23
C. Periode Tahun 1972-1982
Sekitar tahun 1972 sampai 1982 perkebunan teh Goalpara tidak mengalami
kenaikan maupun penurunan yang signifikan. Pada tahun tersebut juga tidak ada konflik
dalam perkebunan. Sewa tanah pada tahun ini juga tidak mengalami banyak perubahan
karena sewa tanah yang ada di perkebunan teh Goalpara sebelumnya juga tidak
menimbulkan kerugian bagi perkebunan, maka dari itu sistem sewa masih digunakan
dan tidak diganti.
1. Sistem Sewa Tanah
Sistem sewa tanah yang terjadi di perkebunan teh Goalpara pada tahun 1971-
1982 tidak mengalami perubahan. Sistem sewa yang digunakan tetap menggunakan
sistem yang lama yaitu dengan pemberian hak erfpacht. Hak erfpacht pada tahun ini
memiliki peraturan yang sama dan juga perjanjian yang sama seperti pada tahun-tahun
sebelumnya. Perluasan tanah yang menjadi tanah HGU seluas kurang lebih 578 Ha di
areal afdeling perbawati.24
Perluasan tanah tersebut merupakan salah satu rencana pihak
perkebunan untuk memperluas areal tanam teh yang selanjutnya digunakan untuk
23
Surat perjanjian pinjam pakai Tanah HGU. Koleksi PT. Perkebunan Nusantara VIII
Goalpara. 24
Surat Perluasan Wilayah Budidaya Teh Afdeling Perbawati/Goalpara tahun 1981.
Koleksi PTPN VIII Goalpara.
69
menghasilkan produk teh yang lebih banyak dan menggunakan areal tanah kosong
untuk menghasilkan teh dengan kualitas yang baik. Tanah yang akan digunakan untuk
HGU sebelum melakukan perjanjian dengan pihak pengguna HGU tanah tersebut
terlebih dahulu diukur oleh pihak kantor Agraria Kabupaten Sukabumi. Pada tahun
1976 pihak perkebunan meminta kepada kantorAgraria untuk mengukur tanah di areal
afdeling Perbawati seluas 65,93 Ha.25
2. Bergabungnya kembali Afdeling Bungameleur
Afdeling Bungameleur merupakan salah satu cabang dari perkebunan teh
Goalpara yang terletak di Kabupaten Cianjur. Afdeling ini merupakan salah satu
afdeling yang terbesar area perkebunannya juga hasil produksinya. Bungameleur
melepaskan diri dari bagian perkebunan Goalpara pada tahun 1971. Hal ini ditujukan
agar pengolahan tanaman teh lebih mudah untuk diolah dan tanaman teh menghasilkan
harga yang lebih mahal jika perkebunan Bungamelur bergabung dengan perkebunan
pusat yaitu PTPN VIII Goalpara.
Pada tahun 1982 tepatnya pada 1 Januari 1982 perkebunan Bungamelur
bergabung kembali dengan PTPN VIII Goalpara. Sampai tahun 2000 perkebunan
Bungamelur tetap menjadi bagian dari PTPN VIII Goalpara, dan menjadi salah satu
afdeling terbesar dari PTPN VIII Goalpara afdeling Cianjur. Setelah tahun 1982
Bungamelur terbagi dalam beberapa areal lahan yang terbagi tidak hanya terbatas pada
areal perkebunan teh.
25
Surat permohonan pengukuran HGU kepada Kantor Agraria Kabupaten Sukabumi
Tahun 1976. Koleksi PTPN VIII Goalpara.
70
Perkebunan Bungamelur terbagi dalam beberapa konsensi wilayah, dalam
perkebuanan masih terbagi dalam beberapa areal lahan yang lain. Luas areal konsesi
Bungamelur yaitu 1.509,02 Ha yang terbagi dalam 1.018,58 Hektar tanah yang
ditanami, 60,30 Hektar tanah yang digarap rakyat, 2,08 tanah yang ditempati instansi,
2,40 Hektar tanah sawah dan rawa, 401,71 Hektar tanah cadangan / hutan, 4,95 Hektar
pesemain teh, menjadi total luas tanah 1.509,02 Hektar perkebunan Bungamelur.26
Gambar 12. Perkebunan Teh Goalpara Afdeling Bungameleur
Sumber: koleksi PTPN VIII Goalpara
26
Arsip AFD. Bungamelur keluaran perkebunan Bungamelur PTPN VIII Goalpara
lembar pertama, koleksi PTPN VIII Goalpara.
71
Gambar 13. Peta Pembagian Lahan Perkebunan Bungamelur
Sumber Arsip AFD.Bungamelur Koleksi PTPN VIII Goalpara
Penjelasan dari pembagian tanah di atas adalah tanah yang ditanami yaitu tanah
tempat penanaman teh di perkebunan Bungamelur. Tanah yang ditanami rakyat adalah
tanah yang disediakan perkebunan untuk kemudian diolah masyarakat untuk menanam
tanaman kebutuhan sehari-hari mereka dan dapat ditanami tanaman teh seperti
72
perkebunan Bungamelur. Tanah ditempati instansi adalah tanah yang dikhususkan
untuk pembangunan bangunan instansi perkebunan dan pembangunan pemukiman bagi
petinggi perkebunan seperti administratur. Tanah sawah dan rawa adalah bagian tanah
yang masih berupa areal persawahan dan rawa-rawa, biasa digunakan untuk bercocok
tanam dan membuat karamba ikan. Tanah cadangan/hutan adalah bagian tanah yang
masih berupa hutan lebat dan bertujuan sebagai tanah cadangan untuk pemekaran areal
perkebunan Bungamelur. Pesemain teh adalah tanah yang digunakan untuk menanam
bibit teh yang kemudian dikembangbiakkan dalam areal tertentu. Dengan pemanfaatan
dan penggunaan faktor-faktor produksi dengan efisien dan lebih baik. Dalam
memperoleh hasil yang maksimal, penerapan proses efisiensi merupakan suatu alternatif
dan cara yang terbaik bagi perusahaan.
Sistem persewaan tanah yang ada di afdeling tidak jauh berbeda dengan sistem
persewaan tanah yang ada di perkebunan teh Goalpara. Hal ini di sebabkan karena
Bungameleur hanyalah cabang dari perkebunan teh Goalpara, maka sistem persewaan
juga sama dengan perkebunan Goalpara. Akan tetapi disini tidak banyak lahan yang
dikelola oleh perseorangan, karena afdeling ini terletak diluar kabupaten Sukabumi jadi
tidak banyak dari masyarakatnya yang memiliki HGU.
D. Periode Tahun 1983-1994
Perkebunan teh Goalpara merupakan peninggalan dari orang Belanda yang datang
untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada di wilayah Indonesia. Perkebunan ini
dibangun jauh sebelum Indonesia merdeka dan juga merupakan milik pengusaha swasta
Belanda yang mengelola. untuk memperlancar perekonomian negara pasca
kemerdekaan banyak perusahaan-perusahaan Belanda yang dinasionalisasi. Demikian
73
dengan perusahaan perkebunan Belanda yang di ambilalih dan kemudian ditempatkan di
bawah pengawasan Pusat Perkebunan Negara (PPN).27
Pemerintah Indonesia baru mengeluarkan undang-undang tentang aturan jalannya
pengambilalihan yang oleh pemerintah disebut nasionalisasi pada akhir tahun 1958. Hal
tersebut merupakan putusan parlemen pada 3 Desember 1958 yang menyetujui
diberlakukannya undang-undang tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda yang
terdapat di wilayah Indonesia. UU tersebut tentang nasionalisasi disahkan berlakunya
pada tanggal 27 Desember 1958. 28
dengan disahkannya UU tersebut maka perusahaan-
perusahaan milik Belanda sepenuhnya menjadi milik negara Republik Indonesia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Nasionalisai memiliki arti sebuah
proses atau cara perbuatan menjadikan sesuatu, terutama milik asing menjadi milik
negara, biasanya diikuti dengan penggantian yang merupakan kompensasi.29
Perkebunan teh Goalpara merupakan salah satu perkebunan yang di nasionalisasi
menjadi milik negara pada tahun 1958, yang berbentuk Perusahaan Perkebunan Negara
(PPN) Perkebunan Goalpara, selanjutnya menjadi PT Perkebunan XII (PTP XII). Hal
tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya UUPA No 5 Tahun 1960 pasal 1 ayat 1 dan 2
yang berbunyi:
Pasal 1 menyebutkan, bahwa seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah-
air dari seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Pasal 2
menyebutkan, seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
27
Bondan Kanumoyoso, Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia (Jakarta:
Pustaka sinar Harapan 2001), hlm. 46. 28
Ibid., hlm. 68. 29
http://kbbi.web.id/nasionalisasi. diunduh pada tanggal 19 November 2016 pukul 12.30
74
terkandung didalamnya dalam wilayah republik Indonesia sebagai Karunia Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional.30
1. Bentuk Sewa Tanah di Perkebunan Teh Goalpara
Pada tahun 1968 PPN berubah menjadi Aneka Tanaman (Antan), yang
merupakan gabungan dari Antan VII, VIII sebagian karet XI dan karet XII menjadi
Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) XII, dan selanjutnya berubah lagi menjdai PT.
perkebunan XII. Pada tahun 1982 Perkebunan Bungameleur yang terletak di kecamatan
Takokak Cianjur bergabung dengan Perkebunan Teh Goalpara, dan akhirnya menjadi
salah satu cabanng dari Perkebunan Teh Goalpara. Selanjutnya pada bulan Mei 1994
PT. perkebunan XI, XII, dan XIII digabung menjadi PT. Perkebunan Nusantara Group
Jabar dan pada bulan yang sama yaitu bulan Mei tahun 1996 sesuai dengan akta notaris
Sri Rahayu H Prsetyo, SH dirubah kembali menjadi PT. Perkebunan Nusantara VIII
yang berkantor pusat di jalan Sindangsirna No 4 Bandung.31
Dengan berbagai ketetapan dari pemerintah tersebut berdampak pula ke dalam
bagian intern perkebunan dan juga ektern perkebunan. Ditetapkannya berbagai
ketentuan diatas maka salah satu yang dipengaruhi adalah sistem sewa tanah
perkebunan. Sudah disebutkan diatas bahwa Pemerintah Belanda membuka perkebunan
swasta dengan dibukanya undang-undang pemberian Hak Guna Usaha atau hak erfpacht
. Hak erfapcht sendiri adalah hak untuk menggunakan tanah milik orang lain dengan
kewajiban membayar sewa tiap-tiap tahun kepada pemilik tanah, baik berupa uang
maupun penghasilan. Hak ini merupakan hak yang sangat dibutuhkan oleh sebuah
30Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Himpunan Peraturan-Peraturan Tanah,
(Jakarta: Djambatan, 2002), hlm. 5. 31
Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan
VIII Goalpara.
75
perusahaan perkebunan swasta, karena dengan begitu mereka bisa melakukan
penanaman modal. Hak erfpacht juga merupakan hak sewa turun temurun jadi apabila
pemegang hak erfpacht meninggal dunia, hak tersebut tetap berlaku dan beralih kepada
pewarisnya. Hak erfpacht juga bisa dipindahtangankan atau dijual.32
2. Sewa Tanah antara Perkebunan dengan Pemerintah dan Masyarakat
Tanah yang disewa oleh pengusaha asing merupakan persewaan tanah
pemerintah yang tanah-tanahnya dikuasai oleh pemerintah dan tanah kosong yang sudah
tidak dikerjakan. Ada beberapa persyaratan dalm perswaan tanah ini antara lain
penyewa harus mengelola tanah sewaannya itu sendiri atau tanah tersebut tidak boleh
diserahkan kepada orang lain. Lama menyewa tanah tidak lebih dari 20 tahun berturut-
turut, apabila ingin memperpanjang kontrak penyewa minimal sudah menyewa tanah
selama ¾ dari jangka waktu yang telah disepakati.33
Dengan nasionalisai maka semua sistem yang ada di perkebunan teh Goalpara
mengalami perubahan. Sistem yang berubah mengakibatkan beberapa perusahaan atau
PT yang melakukan kerjasama dengan perkebunan teh Goalpara meminta pembukuan
akhir yang terjadi setelah nasionalisasi tahun 1958. Surat perintah tersebut diberikan
dari PT. Triangel Corporation ke perkebunan teh Goalpara. Surat perintah tersebut
berisi tentang permintaan catatan pembukuan akhir tahun 1959 perkebunan teh
32
Noer Fauzi, Petani dan Penguasa: dinamika perjalanan politik agraria Indonesia,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 36. 33
Sudikno Mertokusumo,Perundang-undangan Agraria Indonesia, (Yogyakarta:
Liberty, 1988), hlm. 56-57.
76
Goalpara pasca dilakukannya nasionalisasi perkebunan teh Goalpara.34
Dibawah ini
merupakan rincian pembukuan yang dibutuhkan oleh PT. Triangle Corporation:
Tabel 4. Girorekening Goalpara Sukabumi pada Desember 1959
Tanggal Keterangan Perubahan Sisa
Debet Kredit
28-11-1959 Stor - 1.000.000 1.000.000
1-12-1959 Cheque 712702 100.000 - 900.000
2-12-1959 Cheque 712703 180.000 - 720.000
5-12-1959 Cheque 712704 119.880 - 600.000
7-12-1959 Stor d/CV Bukit Mas
Bogor
- 55. 198 655.318
12-12-1959 Cheque 712705 150.000 - 505.318
16-12-1959 Cheque 712706 50.000 - 455. 318
17-12-1959 Cheque 712707 128.000 - 327. 318
21-12-1959 Stor d/K. Sumintan
Lurah Limbangan
- 43.500 370. 818
22-12-1959 Cheque 712708 150.000 - 220. 818
24-12-1959 Cheque 712709 220.000 - 818
1.079.880 1.098.698 818
Sumber: salinan Girorekening Atas Nama “Goalpara Sukabumi” pada akhir bulan
Desember tahun 1959.
34
Surat perintah permintaan Catatan Pembukuan Akhir Tahun PT. Triangle ke
Perkebunan Teh Goalpara bulan Desember tahun 1959. Koleksi PT. Perkebunan
Nusantara VIII Goalpara.
77
Laporan pembukuan tersebut digunakan oleh PT. Triangle Corporation untuk
melihat bahwa setelah nasionalisai perkebunan tersebut masih bisa berkembang dan
juga memberikan keuntungan bagi PT. Triangle Corporation. Dan juga pembukuan
tersebut digunakan sebagai awal dari pembuatan pembukuan baru untuk kelanjutan PT.
Triangle Corporation dalam memantau perkembangan dari perkebunan teh Goalpara.
Tabel 5. Daftar nama Penggarap HGU
Nama Pekerjaan PBB Kompensasi
Bapak Jaji Bertani 12.500 70.000
Bapak Onet Karyawan 7.885, 26 45.000
Bapak Ujang Bertani 14.018, 24 80.000
Bapak Wasma Bertani 8.761, 40 50.000
Bapak Nindik Bertani 12.265, 96 70.000
Bapak Muhtar Bertani 15.770, 52 90.000
Sumber: Koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara
Tabel 5 diatas merupakan daftar penggarap tanah HGU milik perkebunan teh
Goalpara. Terdapat juga kewajiban-kewajiban yang harus dibayar oleh penggarap HGU
yang diserahkan kepada pihak Goalpara. Kewajiban yang harus dibayar kepada pihak
Goalpara berbeda jumlahnya setiap orang. Perbedaan tersebut karena perbedaan luas
lahan yang digarap oleh petani. Semakin luas lahan yang digarap oleh petani maka
semakin banyak kewajiban yang harus diserahkan petani kepada pihak pemerintah.
Karena lahan tersebut digunakan oleh petani atau masyarakat yang menyewa makan
78
PBB dari lahan tersebut menjadi tanggungjawab petani, bukan menjadi tanggungjawab
perkebunan.
Sewa tanah dari perkebunan Goalpara kepada tanah masyarakat atau tanah
pemerintah digunakan untuk memperluas wilayah produksi teh karena kebutuhan teh
yang terus meningkat dan juga membutuhkan kualitas teh yang bagus. Sewa dilakukan
jika kedua belah pihak menyetujui persyaratan yang telah dibuat dan disepakati
bersama. Sewa tanah biasanya terjadi jika dibutuhkan lagi lahan yang digunakan untuk
menanam teh lebih banyak lagi.
Sewa dilakukan jika pihak perkebunan memberikan ijin tertulis kepada petani.
Petani juga tidak boleh memperluas wilayah garapannya tanpa persetujuan dari pihak
perkebunan. Penggarap tanah HGU wajib membayarkan hasil buminya kepada pihak
perkebunan. Penggarap HGU juga memiliki kewajiban untuk membayar PBB, karena
lahan yang digunakan petani memiliki kewajiban untuk membayar pajak maka pajak
tanah merupakan tanggungjawab penuh dari pihak penyewa disini adalah pihak petani.35
3. Penyalahgunaan Tanah HGU
Beberapa perusahaan perkebunan tidak selalu berjalan dengan baik, karena didalam
perusahaan memiliki masalah-masalah yang ada. Konflik yang terjadi tidak semuanya
meerupakan kekerasan atau terjadinya demonstrasi. Pasang surut selalu ada dalam
sebuah perusahaan apalagi perusahaan perkebunan yang sangat rawan akan timbulnya
konflik. Sama halnya dengan yang terjadi di perkebunan teh Goalpara Sukabumi.
Perkebunan yang mempermudah masyarakat untuk menggarap tanah HGU perkebunan
35
Surat perjanjian pemakaian tanah HGU. Koleksi PT. Perkebunan Nusantara VIII
Goalpara.
79
dapat disalahgunakan oleh masyarakat yang bermain curang dalam melaksanakan sewa
tanah HGU perkebunan.
Tanah HGU miliki perkebunan yang digarap oleh masyarakat atau karyawan
pada saat mengadakan perjanjian sudah tercatat bahwa tanah garapan tersebut tidak
boleh diperjual belikan atau dipindah tangankan. Namun ada salah satu kasus
penyimpangan dari surat perjanjian tersebut, contoh kasus yang dialami oleh bapak
Usni selaku penggarap tanah menjual tanah garapanya kepada Sholeh seharga Rp.
90.000. Jual beli tersebut dibawah tangan tanda adanya perjanjian hitam diatas putih
dan bermaterai. Dengan kejadian tersebut Usni selaku pihak pertama yang menggarap
tanah HGU dimintai keterangan oleh pihak perkebunan dan jika benar dilakukan
pelanggaran tersebut maka hak garapan yang diterima oleh bapak Usni akan dicabut
oleh pihak perkebunan.36
Permasalahan yang dialami oleh Usni masih bisa diselesaikan
secara kekeluargaan oleh pihak perkebunan. Usni yang telah melanggar perjanjian
dengan pihak perkebunan harus merelakan tanah yang digarapnya dicabut oleh pihak
perkebunan dan tidak boleh memiliki tanah tersebut lagi.
Permasalahan tersebut tidak diselesaikan melalui jalur hukum atau kasus
tersebut tidak dibawa ke pengadilan. Tidak terjadi demo dalam penyelesaian
perasalahan tersebut ataupun terjadinya kekerasan. Masalah tersebut diselesaikan secara
kekeluargaan dengan berbagai konsekuensi yang harus dijalani oleh Usni.
Tanah HGU milik perkebunan awalnya merupakan tanah pemerintah yang
diminta hak gunanya untuk keperluan perkebunan. Pada tahun 1981, merupakan
kelanjutan usaha penguasaan kembali tanah-tanah yang telah lama digarap rakyat seluas
36
Surat Pernyataan. Koleksi PTPN Goalpara Sukabumi tahun 1985
80
kurang lebih 100 Ha belum dapat melakukan kegitan apapun diatas tanah-tanah tersebut
karena HGUnya belum keluar, karena pemerintah daerah berpendapat bahwa tanah
yang HGUnya belum dikeluarkan dianggap sebagai tanah negara. Oleh karena itu pihak
perkebunan meminta kepada pemerintah agar segera mengeluarkan HGU atas tanah-
tanah tersebut agar dapat segera dipergunakan sesuai dengan fungsinya.37
37
Surat Permohonan. Nomor: 314-39/PTP. XII/GP-XI/83. Koleksi PTPN Goalpara
Sukabumi.