bab iii perancangan dan realisasi 3.1. gambaran...

Download BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2769/4/T1... · Rangkaian catu daya 5 Volt DC. dan 10 Volt DC . ... Transistor difungsikan

If you can't read please download the document

Upload: buidiep

Post on 31-Jan-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 26

    BAB III

    PERANCANGAN DAN REALISASI

    3.1. Gambaran Umum Sistem

    Sistem yang dirancang merupakan sistem pengatur intensitas cahaya lampu

    Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

    otomatis maupun secara manual. Perancangan terbagi atas 2 bagian, yaitu

    perancangan perangkat keras, dan perancangan perangkat lunak. Perangkat lunak

    terdiri atas 6 bagian, yaitu:

    1. Modul catu daya

    2. Modul zero crossing detector

    3. Modul dimmer lampu

    4. Modul TSOP

    5. Modul mikrokontroler ATmega8

    6. Modul PIR (Passive Infra Red) Paradox PA-465

    Sedangkan perancangan perangkat lunak merupakan pemrograman terhadap

    mikrokontroler yang berperan sebagai pengendali utama sistem.

  • 27

    Gambar 3.1. Blok diagram sistem

    3.2. Perancangan dan Realisasi Perangkat Keras

    3.2.1. Modul catu daya

    Modul catu daya menghasilkan tegangan sebesar 5 Volt DC dan 10

    Volt DC. Masing-masing sumber tegangan tersebut berasal dari PLN sebesar

    220 Vrms diturunkan menjadi 12 Vrms menggunakan trafo step down.

    Tegangan tersebut kemudian disearahkan dengan rangkaian diode bridge dan

    diratakan dengan kapasitor sehingga menghasilkan tegangan DC.

  • 28

    Gambar 3.2. Rangkaian catu daya 5 Volt DC dan 10 Volt DC

    Dioda D1-D4 merupakan rangkaian penyearah tegangan berbentuk

    sinyal AC. Saat siklus tegangan positif, arus akan dilewatkan oleh D1

    kemudian arus balikannya dikeluarkan oleh D3. Sedangkan saat siklus

    tegangan negatif, arus akan dilewatkan oleh D4 dan arus baliknya dikeluarkan

    lewat D2. Dengan demikian, baik tegangan saat siklus positif maupun siklus

    negatif disalurkan namun menjadi searah meskipun masih berbentuk setengah

    sinusoida.

    Kapasitor C0 berfungsi untuk meratakan tegangan yang telah

    searahkan oleh rangkaian diode. Waktu pengisian kapasitor lebih cepat

    daripada waktu pengosongannya sehingga tengangan kapasitor akan tetap

    karena telah terisi kembali sebelum kapasitor kosong. Sedangkan C1 berfungsi

    D1

    1N4001 D2

    1N4001 D3

    1N4001

    D4 1N4001

    1 2

    ACPWR_IN

    100uF/25V C1

    FB 4 ON/OFF 5 GND 3 IN 1

    OUT 2 U1

    LM2576T-ADJ 1000uF/10V C2

    6.8k R2

    2.2k R1

    D5 1N5822

    100uH L1

    2200uF/25V C0

    100uF/25V C1

    FB 4 ON/OFF 5 GND 3 IN 1

    OUT 2 U1

    LM2576T-ADJ 1000uF/10V C2

    8.2k R4

    1.2k R3

    D5 1N5822

    100uH L1

  • 29

    sebagai menghilang riak tegangan pada masukan LM2576. Sesuai dengan

    datasheet, nilai C1 yang direkomendasikan adalah 100 F.

    R1 dan R2 merupakan tahanan pembagi tegangan untuk feedback bagi

    LM2576. Nilai ini menentukan nilai tegangan keluaran LM2576 sesuai

    persamaan pada datasheet. Jika dipilih R1 = 2,2 k dan diinginkan tegangan

    keluaran 5 Volt DC maka dapat dihitung R2 sebagai berikut:

    = (1 +2

    1)

    5 = 1,23 1 +2

    2,2 k

    2 = 5

    1,23 1 2,2 k

    2 = 6,743 k

    Nilai yang paling mendekati hasil perhitungan R2 adalah 6,8 k

    dengan ralat 0,9 %.

    Sedangkan untuk tegangan keluaran 10 Volt DC, dengan pemilihan

    nilai R1 sebesar 1,2 k dapat dihitung nilai R2 sebagai berikut:

    = (1 +2

    1)

    10 = 1,23 1 +2

    1,2 k

    2 = 10

    1,23 1 1,2 k

    2 = 8,556 k

    Sehingga dipasangkan R2 sebesar 8,2 k yang merupakan nilai

    terdekat dengan hasil perhitungan dengan ralat sebesar 1 %.

  • 30

    Dioda D5 merupakan diode freewheel yang berfungsi menghilangkan

    overshoot tegangan negatif. Overshoot tegangan negatif terjadi karena

    induktansi magnetis yang muncul saat catu daya berkurang secara tiba-tiba.

    Untuk keperluan ini perlu digunakan diode dengan kecepatan pensklaran yang

    tinggi karena LM2576 bekerja dengan frekuensi pensaklaran 52 kHz. Selain

    itu, D5 juga harus mampu menahan arus maksimum LM2576 sebesar 3 A dan

    memiliki tegangan bias balik minimal 1,25 kali tegangan masukan

    maksimum. Sehingga sesuai dengan datasheet, pada rangkaian ini dapat

    digunakan diode schottky tipe 1N5822.

    Induktor L1 berfungsi untuk menyimpan muatan saat pensaklaran

    tersambung dan mengeluarkannya saat pensaklaran terputus. Sedangkan

    kapasitor C2 berfungsi untuk memperhalus tegangan keluaran LM2576.

    3.2.2. Modul zero crossing detector

    Modul zero crossing detector pada sistem ini berfungsi untuk

    mendeteksi keberadaan titik 0 (nol) Volt dari keluaran diode bridge. Dimana

    tegangan keluaran diode bridge ini merupakan hasil penyearahan trafo step

    down dengan tegangan sebesar 12 VRMS. Berikut gambar rangkaian zero

    crossing detector.

  • 31

    Gambar 3.3. Rangkaian zero crossing detector

    Gambar 3.4. Untai LM2576T-ADJ (5 Volt)

    Transistor difungsikan sebagai saklar dengan memanfaatkan dua

    keadaan transistor yaitu kondisi tersumbat (cut-off) dan jenuh (saturation).

    Kondisi tersumbat terjadi saat IB = 0 A atau tidak ada arus masukan pada kaki

    basis sehingga IC = 0 A sesuai dengan persamaan

    =

    ...... (3.1)

    Sedangkan kondisi jenuh terjadi saat IB = IB (saturasi), VBE = 0,7 Volt

    dan VCE(saturasi) 0 Volt. Karena VCE 0 Volt maka tegangan keluaran =

    VCC sehingga dapat diperoleh IC (pada saat saturasi) sebagai berikut:

    100uF/25V C1

    FB 4 ON/OFF 5 GND 3 IN 1

    OUT 2 U1

    LM2576T-ADJ 1000uF/10V C2

    6.8k R2

    2.2k R1

    D5 1N5822

    100uH L1

    2200uF/25V

  • 32

    =

    RC .......... (3.2)

    =5

    100= 50

    Dari nilai IC tersebut dapat dihitung IB:

    =

    =50

    120= 416,67

    Dengan nilai IB diketahui, RB yang akan dipasang:

    =

    ....... (3.3)

    = (5 0,7)

    416,67 = 10,32

    Dengan demikian, dipasangkan resistor sebesar 10 k yang mendekati

    nilai 10.32 k pada kaki basis dengan ralat sebesar 3,2 %.

    3.2.3. Modul dimmer lampu

    Modul dimmer terdiri dari 2 bagian utama, yaitu MOC 3020 dan

    TRIAC BT136. MOC 3020 merupakan sensor optocoupler, yang berfungsi

    sebagai pemisah antara rangkaian power dengan rangkaian kontrol.

    Rangkaian kontrol yang dimaksud adalah mikrokontroler, sebagai pengatur

    waktu ON dan OFF keluaran MOC 3020 ini. Sedangkan rangkaian power

    menggunakan triac sebagai rangkaian pengendali tegangan yang masuk ke

    lampu. Triac akan ON ketika ada arus yang mengalir masuk ke gate, dan

    menyebabkan semakin rendah tegangan break overnya. Triac akan ON

  • 33

    sampai tegangan MT1 dan MT2 sudah mencapai nol volt maka kondisi kerja

    triac akan berubah dari ON ke OFF.

    Gambar 3.5. Rangkaian driver pengatur intensitas lampu

    Setiap terdeteksi pulsa dari keluaran zero crossing detector,

    mikrokontroler akan memicu kaki 1 MOC 3020. Mikrokontroler

    menggunakan PWM (Pulse Width Modulation) untuk mengatur waktu ON

    dan OFF MOC 3020 ini. Lamanya waktu ON diatur secara manual oleh

    pengguna.

    Gambar 3.6. Sinyal Output TRIAC

    330

    220V AC

    BT136

    mikrokontroler

    OPTOISO

    360

    100

  • 34

    Cara di atas disebut pengendalian daya dengan pergeseran fase. Daya

    pada beban dikendalikan dengan mengubah sudut hantar triac. Cara kerja triac

    dalam pengendalian fase ini adalah dengan cara memotong sebagian luasan

    dari tegangan AC yang berbentuk sinusoida, sebab triac dapat berubah dari

    kondisi tidak menghantar ke kondisi menghantar dan sebaliknya.

    Gambar 3.7. Pengendalian fase (phase controller)

    Untuk mengaktifkan MOC 3020 diperlukan picuan arus pada kaki 1

    sebesar 15-30 mA. Tegangan masukan led berasal dari keluaran port

    mikrokontroler sebesar 5,06 Volt. Berdasarkan datasheet MOC 3020, LED

    membutuhkan tegangan sebesar 3 Volt untuk mengaktifkannya. Sehingga

    dapat dilakukan perhitungan terhadap Rin yang perlu dipasangkan pada

    masukan MOC 3020.

    Untuk perhitungan arus minimum IFT :

    IFT = (Vin Vdioda) / Rin ... (3.4)

    15mA = (5,06 3) / Rin

    Rin = 2,06V / 15mA

    Rin = 137

  • 35

    Untuk perhitungan arus maksimum IFT :

    IFT = (Vin Vdioda) / Rin

    30mA = (5,06 3) / Rin

    Rin = 2,06V / 30mA

    Rin = 68,667

    Sehingga dapat diketahui bahwa resistor yang dapat dipasang dengan

    jangkauan 68,667 Rin 137 . Maka dari itu dipasangkan hambatan

    sebesar 100 pada kaki inputan untuk memicu MOC 3020. Ketika MOC ini

    aktif maka MOC akan mengeluarkan arus pada kaki 4 yang terhubung dengan

    kaki gate triac dan menyebabkan triac ON.

    3.2.4. Modul TSOP

    Pada modul ini digunakan TSOP dengan seri 1238 yang memilliki

    frekuensi carrier sebesar 38 kHz. TSOP ini digunakan untuk menerima data

    yang dikirimkan oleh remote control. Berikut untainya:

    Gambar 3.8. Rangkaian TSOP 1238

    Nilai R1 yang digunakan sebesar 100 dan 4,7uF digunakan untuk

    nilai pada kapasitor C1. Konfigurasi R1 dan C1 ini merupakan rekomendasi

  • 36

    dari pabrik yang berfungsi untuk mencegah terjadinya EOS (Electrical

    Overstress). Electrical Overstress merupakan peristiwa dimana terjadi

    kerusakan karena adanya arus atau tegangan yang besarnya melewati batas

    kemampuan komponen.

    Data yang dikirimkan oleh remote diterima oleh TSOP kemudian

    dikirimkan ke mikrokontroler untuk diolah. Semua paket data yang

    dikeluarkan remote control telah mengandung frekuensi carrier dan

    dimodulasi dengan teknik PWM (Pulse Width Modulation). Pada perancangan

    kali ini digunakan Timer 1 untuk menghitung lebar pulsa yang dikirimkan

    remote. Lebar pulsa tersebut dihitung oleh mikrokontroler dengan ukuran 2

    byte untuk tiap pulsa yang diterima. Kemudian byte tersebut digabungkan

    sehingga dapat menjadi sebuah bit data yang nantinya digunakan untuk

    diproses sebagai data remote.

    Ada berbagai macam standar yang dapat digunakan untuk mendeteksi

    paket datanya, diantaranya yang terkenal adalah protokol RC5 dan protokol

    SIRC. Protokol RC5 digunakan oleh Philips, sedangkan protokol SIRC

    (SONY TV Infrared Remote Control) digunakan oleh pabrikan Sony. Pada

    modul TSOP ini digunakan pembacaan data remote dengan SIRC.

    Sebuah paket data lengkap SIRC terdiri atas sebuah start bit dan 12 bit

    data dan sebuah frame space yang memisahkan sebuah frame dengan frame

    berikutnya. Dimana 12 bit data tersebut terbagi atas 7 bit command code (C6

    C0) dan 5 bit device code (D4 D0). Protokol SIRC ini mengirimkan data

  • 37

    LSB terlebih dahulu, sehingga C0 adalah data pertama yang diterima setelah

    start bit.

    Gambar 3.9. Paket data yang dikirimkan protocol SIRC

    (http://www.sbprojects.com/knowledge/ir/sirc.php)

    Untuk mengidentifikasi start bit, pulsa yang dikirimkan sebesar 2,4

    ms. Data 0 diwakili dengan 0,6 ms tidak ada pulsa, dan 0,6 ms ada pulsa,

    sehingga total waktu untuk mendeteksi data 0 sebesar 1,2 ms. Sedangkan

    data 1 diwakili dengan 0,6 ms tidak ada pulsa, dan 1,2 ms ada pulsa,

    sehingga total waktu yang dibutuhkan sebesar 1,8ms.

    0,6ms 0,6ms 0,6ms 1,2ms

    data 0 data 1

    Gambar 3.10. Data 0 dan data 1 pada protokol SIRC

    3.2.5. Modul mikrokontroler ATmega8

    Pada modul ini, mikrokontroler ATmega8 digunakan untuk mengatur

    dan mengolah beberapa data, yaitu:

    1. Menerima data keluaran zero crossing detector.

  • 38

    Pulsa yang dihasilkan modul zero crossing detector

    dimasukkan pada PORT D4 yang berfungsi sebagai interupsi

    eksternal 1 (satu) ATmega8. Interupsi eksternal ini nantinya

    digunakan sebagai penanda titik mulai waktu tunda yang diberikan

    pada MOC 3020.

    2. Mengolah data remote control melalui perantara TSOP 1238.

    Data yang dikirimkan oleh remote control diterima

    mikrokontroler dan dimasukkan pada PORT D3 yang berfungsi

    sebagai interupsi eksternal 0 (nol). Sebuah paket data protokol

    SIRC terdiri atas 1 start bit dan 12 bit data, sehingga untuk sebuah

    paket data dilakukan interupsi eksternal sebanyak 13 kali.

    Gambar 3.11. Interupsi remote control dan lebar pulsanya

    Setiap kali interupsi terjadi, mikrokontroler akan mengaktifkan

    Timer1 untuk melakukan perhitungan lebar pulsa untuk tiap

    interupsi. Setelah perhitungan lebar pulsa itu dilakukan, dapat

    diketahui data mana yang merupakan start bit dan data mana yang

    merupakan bit data.

  • 39

    3. Mengatur lebar pulsa ON dan OFF untuk MOC3020.

    Setelah mendapat interupsi eksternal dari modul zero crossing

    detector, mikrokontroler akan mengaktifkan Timer 2 dengan nilai

    pembanding sebesar OCR2. Untuk satu siklus, Timer 2 memiliki

    waktu maksimal selama 10 mS. Lamanya lebar pulsa ON dan

    OFF bergantung pada besarnya OCR2. Keluarannya pada PORT

    D7 akan diberikan pada input (kaki 1) MOC 3020 untuk

    mengaktifkan MOC 3020.

    4. Menerima dan mengolah data yang dari PIR Paradox PA-465.

    Data yang dikirimkan oleh sensor ini berupa nilai logika 0

    atau 1. Ketika data yang diberikan bernilai 0 selama selang

    waktu 3 menit, berarti sensor ini tidak mendeteksi adanya orang

    dalam ruangan. Ketika dideteksi tidak ada orang dalam ruangan

    maka mikrokontroler akan secara otomatis menonaktifkan lampu.

    Tetapi apabila terdeteksi ada orang dalam ruangan, maka sensor ini

    akan tetap bernilai 1 dan lampu akan tetap menyala normal.

    Pengendali mikro membutuhkan sumber osilator agar dapat bekerja.

    Pada perancangan ini, digunakan osilator dengan kristal 11,0592 MHz dan

    kapasitor 20 pF. Pemasangan osilator sesuai dengan gambar di bawah ini.

  • 40

    Gambar 3.12. Pemasangan osilator pada ATmega8

    ATmega8 membutuhkan low-level reset jika akan me-reset ATmega8

    secara manual, sehingga perlu ditambahkan sebuah rangkaian pe-reset pada

    ATmega8 yang dihubungkan pada kaki RESET. Pada rangkaian tersebut

    dipakai kapasitor 10 F untuk menstabilkan tegangan pada kaki RESET,

    supaya pengendali mikro tidak ter-reset bila catu daya tidak stabil (tiba-tiba

    turun). Sedangkan resistor 10 k berfungsi untuk menunda pengisian

    kapasitor sehingga kaki RESET tetap mendapatkan tegangan < 0,9 Volt (batas

    atas tegangan reset) selama minimal 1,5 s (lebar pulsa minimum reset).

    Saat tombol reset ditekan, maka akan terjadi pengosongan kapasitor

    seketika sehingga kaki RESET bernilai 0. Pada saat tombol dilepas, maka

    akan terjadi proses pengisian sesuai dengan persamaan berikut:

    = 1

    .. (3.5)

    Dengan Vcap(t) = tegangan kapasitor saat t detik, V = tegangan catu

    daya, t = waktu pengisian, = RC, R = tahanan resistor, C = kapasitansi

    kapasitor. Dengan demikian nilai t diperoleh:

  • 41

    = 1

    0,9 = 5 1

    1k 10

    0,9

    5 = 1

    10m

    0,18 = 1

    10m

    10m = 1 0,18

    1k 10 = 0,82

    ln

    10m = log 0,82

    10 = 0,0862

    = 0,0862 10

    = 0,862 = 862 1,5

    Gambar 3.13. Rangkaian Pe-reset ATmega8

  • 42

    3.2.6. Modul PIR (Passive Infra Red) Paradox PA-465

    Modul PIR Paradox PA-465 merupakan sensor yang berfungsi untuk

    mendeteksi pancaran sinar infra merah yang dipancarkan tubuh manusia.

    Sensor ini membutuhkan pasokan tegangan sebesar 9-16 VDC untuk

    mengaktifkannya. Paradox PA-465 memiliki daya jangkau sebesar 7 meter x

    6 meter pada posisi ketinggian 2,5 meter dari permukaan tanah.

    Ketika kondisi normal (tidak terdeteksi gerakan), LED warna merah

    akan mati (OFF) dan kontak relay NC dan C akan terhubung. Saat terdeteksi

    gerakan, LED warna merah akan menyala (ON) dan kontak relay NC dan C

    akan terputus. Ketika kaki C terhubung dengan +Vcc, maka saat terdeteksi

    adanya gerakan tegangan keluaran pada kaki NC akan bernilai 0 (ground),

    saat tidak ada gerakan tegangan keluaran pada kaki kaki NC bernilai +Vcc

    (disini +Vcc berupa keluaran port mikrokontroller sekitar 5,06 V). Begitu

    juga sebaliknya apabila kaki C terhubung dengan ground.

    3.3. Perancangan dan Realisasi Perangkat Lunak

    Perangkat lunak yang dibuat digunakan untuk mengolah data dari modul zero

    crossing detector dan juga mengatur lebar pulsa ON dan OFF pada input MOC

    3020. Perangkat lunak juga mengolah data-data yang dikirim oleh remote control

    melalui sensor TSOP 1238. Secara umum cara kerja sistem sesuai dengan diagram

    alir pada Gambar 3.14.

  • 43

    Gambar 3.14. Diagram alir keseluruhan sistem

    Pertama sistem akan mengecek data yang tersimpan di dalam EEPROM,

    dimana data tersebut diberi label level2. Data dalam EEPROM merupakan level

    terakhir yang disimpan oleh pengguna. Setelah mendapatkan nilai level, sistem akan

    mengatur nilai OCR2 yang merupakan parameter yang berpengaruh lamanya waktu

    Timer 2 aktif. Lamanya waktu Timer 2 aktif akan berpengaruh terhadap lebar pulsa

  • 44

    OFF dan ON pada masukan MOC 3020. Lebar pulsa OFF dan ON secara tidak

    langsung akan berpengaruh terhadap tegangan masukan lampu nantinya.

    Karena menggunakan dimmer dengan karakteristik leading edge, sehingga

    keluaran PORT D7 dibuat agar OFF terlebih dahulu selama OCR2. Setelah nilai

    TCNT2 sama dengan nilai OCR2, PORT D7 akan menghasilkan nilai logika ON

    selama waktu 10 mS dikurangi dengan lamanya waktu yang diperlukan oleh OCR2.

    Setelah itu nilai TCNT2 akan di-reset. Setiap terdeteksi adanya interupsi eksternal

    dari zero crossing detector, perangkat lunak akan mengulang proses ini terus

    menerus.

    Perangkat lunak juga didesain untuk dapat mendeteksi perubahan nilai dari

    sensor PIR. Ketika sensor PIR memberikan logika 1, maka sistem akan terus

    berlangsung karena itu menandakan ada orang dalam ruangan. Sedangkan ketika

    terdeteksi tidak ada orang dalam ruangan dalam selang waktu 3 menit, selama selang

    waktu itu juga PIR akan memberikan logika 0 kepada mikrokontroler dan

    mikrokontroler akan mengubah nilai level menjadi 0 (nol) untuk mematikan lampu.

    Apabila terdeteksi ada orang dalam ruangan, sensor PIR akan langsung memberikan

    logika 1 kepada mikrokontroler dan sistem berjalan dari awal lagi.

    Selain itu perangkat lunak juga digunakan untuk membaca data yang

    dikirimkan oleh remote control dengan cara membaca lebar pulsa tiap data. Untuk

    tiap data yang dikirimkan akan mengaktifkan interupsi eksternal mikrokontroler dan

    secara otomatis perangkat lunak akan menghitung lebar pulsa yang dikirimkan untuk

    setiap interupsi yang terjadi. Berikut diagram alirnya.

  • 45

    Gambar 3.15. Diagram alir pengolahan data remote control