bab iii peran penyidik ppns dalam menangani kasus...

22
73 BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS PELANGGARAN PENGELUARAN DAN PEMASUKAN HEWAN DARI DAERAH ASAL Karantina merupakan bagian integral program ketahanan pangan dan aspek perlindungan keamanan pangan dari cemaran biologis berupa organisme penggangu (Hamzah, 2002). Karantina mencegah pada lini pertama dari ancaman masuknya hama penyakit hewanyang dapat terbawa pada komoditas petanian, orang , dan barang. Setiap hewan dan bagian-bagiannya yang dilalu-lintaskan antar Negara selalu mempunyai risiko sebagai pembawa hama penyakit hewan karantina yang dapat mengancam produksi pertanian. Oleh karena itu, setiap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah RI atau yang dilalulintaskan antar area di dalam wilayah RI dikenakan tindakan karantina. Tindakan karantina meliputi ; pemeriksaan, pengasingan, pengamanan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan. 28 1. Peran Penyidik Karantina Pertanian Dalam Sistim Perlindungan Hewan Sesuai Undang-undang Nomor16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, Karantina didefinisikan sebagai tempat pengasingan dan atau tindakan dalam rangka upaya pencegahan masuk dan menyebarnya hama dan penyakit untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati hewan, ikan, dan tumbuhan. Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina 28 Felix Hadi Mulyanto dan Endar Sugiarto, 1997. Pabean, Imigrasi, dan Karantina. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 48 UNIVERSITAS MEDAN AREA

Upload: others

Post on 25-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

73

BAB III

PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS

PELANGGARAN PENGELUARAN DAN PEMASUKAN HEWAN DARI

DAERAH ASAL

Karantina merupakan bagian integral program ketahanan pangan dan

aspek perlindungan keamanan pangan dari cemaran biologis berupa organisme

penggangu (Hamzah, 2002). Karantina mencegah pada lini pertama dari ancaman

masuknya hama penyakit hewanyang dapat terbawa pada komoditas petanian,

orang , dan barang. Setiap hewan dan bagian-bagiannya yang dilalu-lintaskan

antar Negara selalu mempunyai risiko sebagai pembawa hama penyakit hewan

karantina yang dapat mengancam produksi pertanian. Oleh karena itu, setiap

media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah RI atau yang dilalulintaskan

antar area di dalam wilayah RI dikenakan tindakan karantina. Tindakan karantina

meliputi ; pemeriksaan, pengasingan, pengamanan, perlakuan, penahanan,

penolakan, pemusnahan, dan pembebasan.28

1. Peran Penyidik Karantina Pertanian Dalam Sistim Perlindungan Hewan

Sesuai Undang-undang Nomor16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,

Ikan dan Tumbuhan, Karantina didefinisikan sebagai tempat pengasingan dan atau

tindakan dalam rangka upaya pencegahan masuk dan menyebarnya hama dan

penyakit untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati hewan, ikan, dan

tumbuhan. Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina

28Felix Hadi Mulyanto dan Endar Sugiarto, 1997. Pabean, Imigrasi, dan Karantina.

Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 48

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 2: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

74

Hewan, Ikan dan Tumbuhan sebagai dasar hukum penyelenggaraan karantina,

diamanahkan bahwa perlunya kekayaan tanah air dan wilayah Negara Indonesia

yang kaya akan sumberdaya alam hayati untuk dijaga, dilindungi dan dipelihara

kelestariannya dari ancaman dan gangguan Hama Penyakit Hewan Karantina

(HPHK). Ancaman kelestarian dan keamanan hayati akan menimbulkan dampak

yang sangat luas pada stabilitas ekonomi, keberhasilan usaha agribisnis dan

kestabilan ketahanan pangan nasional.

Dengan demikian Pemerintah Indonesia telah menetapkan pilihan bahwa

salah satu strategi didalam melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan

dan tumbuhan adalah melalui “Penyelenggaraan Perkarantinaan Hewan dan

Tumbuhan ” Tujuan perkarantinaan Hewan dan Tumbuhan di Indonesia adalah

a) Mencegah masuknya hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan

organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) ke dalam wilayah

Negara Republik Indonesia serta penyebaran dari suatu area ke area lain di

dalam wilayah Negara Republik Indonesia;

b) Mencegah keluarnya hama dan penyakit hewan karantina ke luar negeri;

dan

c) Mencegah keluarnya organisme pengganggu tumbuhan tertentu dari

wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri apabila dipersyaratkan

oleh negara tujuan.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 3: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

75

Walaupun karantina diartikan sebagai tempat dan tindakan, ruang lingkup

pengaturan dibidang perkarantinaan meliputi :

a) Persyaratan Karantina;

b) Tindakan Karantina;

c) Kawasan Karantina ;

d) Jenis-jenis hama dan penyakit, media pembawa dan daerah sebarnya; dan

e) Tempat-tempat pemasukkan.29

Ruang lingkup objek yang berkaitan dengan karantina berkaitan dengan

orang, alat angkut dalam perhubungan, hewan dan produk hewan, tumbuhan dan

produk tumbuhan, barang-barang perdagangan lainnya yang dilalulintaskan,

diletakkan pada prinsip bahwa segala sesuatu yang ditetapkan berdasarkan

penilaian risiko dapat ditetapkan menjadi media pembawa hama dan penyakit

hewan serta organisme pengganggu tumbuhan Perkarantinaan diselenggarakan

berdasarkan asas kelestarian sumberdaya alam hayati hewan, ikan dan tumbuhan.

Hal ini mengandung arti bahwa segala tindakan karantina yang dilakukan semata-

mata ditujukan untuk melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan, ikan

dan tumbuhan dari serangan hama dan penyakit hewan karantina, hama dan

penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu tumbuhan karantina, dan

tidak untuk tujuan-tujuan lainnya.”

Pada saat ini ancaman yang dapat mengganggu kelestarian sumberdaya

alam, ketenteraman dan kesehatan masyarakat, kesehatan pangan, gangguan

terhadap produksi sektor Pertanian/perikanan dan kehutanan, serta lingkungan

29M. Yahya Harahap. 2006. Pembahasan Permaslahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika. Halaman 77

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 4: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

76

telah didefinisikan sebagai ancaman yang perlu untuk dicegah masuk dan

menyebar. Ancaman yang secara global telah diidentifikasi dapat dikendalikan

efektif melalui penyelenggaraan perkarantinaan antara lain adalah:

a. Ancaman terhadap kesehatan hewan dan tumbuhan;

b. Invassive Species;

c. Penyakit Zoonosis;

d. Bioterorism;

e. Pangan yang tidak sehat termasuk GMO yang belum dapat diidentifikasi

keamanannya;

f. Kelestarian Plasma nutfah/Keanekaragaman hayati;

g. Hambatan Teknis Perdagangan, dan

h. Ancaman terhadap kestabilan perekonomian nasional.

Ancaman-ancaman tersebut dapat juga dikelola dengan baik agar tidak

masuk dan menyebar ke dalam negeri melalui kegiatan pemeriksaan dan

sertifikasi karantina.30

2. Peran Penyidik Karantina Dalam Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional diatur oleh organisasi perdagangan dunia yang

disebut World Trade Organization (WTO), dalam implementasinya organisasi

tersebut menerbitkan berbagai perjanjian yang berkaitan dengan pengaturan dan

prosedur dibidang perdagangan internasional.

30Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Bina Cipta, Bandung, 2004 halaman

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 5: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

77

Beberapa perjanjian yang telah diterbitkan antara lain yaitu:

a. General Agreement on Tariffs and Trade;

b. Agreement on Trade Related Aspects of Intelectual Property Rights (TRIPS);

c. Agreement on Aplication of Sanitary and Phytosanitary Measure (SPS).

SPS-agreement atau perjanjian SPS diberlakukan untuk mengatur tatacara

perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan serta lingkungan

hidupnya dalam hubungannya dengan perdagangan internasional. Kesepakatan

SPS berlaku dan mengikat secara global seluruh negara yang menjadi anggotanya.

Negara Indonesia merupakan salah satu negara anggota WTO, yang telah

menyepakati piagam berdirinya organisasi tersebut dan diratifikasi melalui

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994. Oleh karena itu Negara Indonesia

berkewajiban memenuhi kesepakatan internasional tersebut. Dasar hukum

penyelenggaraan karantina hewan, ikan, dan tumbuhan yaitu Undang- undang

Nomor 16 Tahun 1992 dalam uraian penjelasannya telah mengamanatkan bahwa

penyelenggaraan perkarantinaan merupakan wujud dari pelaksanaan kewajiban

internasional.31

Sesuai dengan implementasi perjanjian SPS dalam perdagangan

internasional maka peran Barantan adalah:

a. Mengoperasionalkan persyaratan teknis (persyaratan karantina) impor

yang ditetapkan di tempat pemasukkan dalam upaya tindakan

perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan

lingkungan;

31Lamintang, P.A.F. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. Halaman 87

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 6: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

78

b. Memfasilitasi ekspor komoditas pertanian melalui pemeriksaan, audit,

verifikasi dan sertifikasi karantina ekspor agar persyaratan teknis yang

ditentukan negara pengimpor dapat terpenuhi;

c. Turut serta memverifikasi persyaratan teknis Negara tujuan ekspor agar

tetap dalam koridor perjanjian SPS;

d. Barantan ditetapkan sebagai ‘Notification Body’ dan ‘National Enquiry

Point’ SPS, peran tersebut merupakan salah satu bentuk dari komunikasi

persyaratan teknis (dengan organisasi internasional dan Negara mitra)

yang akan diberlakukan.

3. Peran Penyidik Karantina dalam Mewujudkan Pertanian Menjadi Basis

Perekonomian Nasional

Sesuai amanat perioritas RPJM II 2010-2014 dalam rangka mewujudkan

pertanian menjadi basis perekonomian nasional, maka komoditas pertanian

Indonesia harus memiliki daya saing pasar yang kuat baik pasar domestik maupun

pasar internasional. Keberlanjutan perekonomian yang ditunjang oleh komoditas

pertanian, dan kontribusi pada perdagangan serta pasar internasional ditentukan

oleh banyak faktor, beberapa faktor utama antara lain:

a) Kualitas dan kontinyuitas komoditas pertanian itu sendiri, yang

didukung oleh informasi tatakelola produksi yang baik (GAP/GFP/SOP

dll);

b) Kemampuan promosi dan negosiasi internasional dengan prinsip saling

menguntungkan;

c) Keberadaan dan status penyakit;

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 7: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

79

Satu satunya kondisi yang didefinisikan sebagai hambatan teknis adalah

keberadaan/status penyakit, yang berdasarkan ketentuan internasional berkaitan

dengan prevalensi hama dan penyakit serta organisme penganggu tumbuhan

disuatu area/kawasan, panduan surveilans yang dimiliki dan dilaksanakan, dan

pedoman pengendalian yang dibangun. Banyak faktor yang berhubungan dengan

ancaman resiko penyakit pada hewan dan tumbuhan, serta status penyakit di suatu

area, antara lain yaitu:32

a) Globalisasi perdagangan;

b) Keberadaan media pembawa hama dan penyakit;

c) Industrialisasi/intensifikasi pertanian;

d) Kelayakan kesehatan perlindungan tanaman, kesehatan hewan dan

kesehatan masyarakat veteriner nasional.

e) Daya tahan penyakit dari hewan dan tumbuhan, dan

f) Kemampuan dan kualifikasi SDM di bidang kesehatan hewan dan

tumbuhan, serta kelayakan sarana dan prasarana penunjang.

Peran Karantina Pertanian dalam hubungannya meningkatkan daya saing

komoditas Pertanian adalah:

a) Mempertahankan dan meningkatkan status bebas, dan mempersempit dan

membatasi area penyebaran hama dan penyakit. Sebagaimana diketahui

bahwa status penyakit suatu Negara merupakan hal yang paling strategis

32Isnadi. 1999. Menuju Terbentuknya Badan Karantina Pertanian Nasional Menghadapi

Era Globalisasi. Jakarta: Pusat Karantina Pertanian Departemen Pertanian halaman 67

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 8: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

80

dan menentukan dalam penentuan posisi perdagangan internasional

produk-produk Pertanian.

b) Menyampaikan laporan ‘Pest List’, kejadian, keberadaan serta status

penyebaran hama dan penyakit tumbuhan kepada mitra dagang dan

organisasi internasional di bidang perlindungan tanaman (IPPC) sebagai

salah satu kewajiban internasional.

c) Menetapkan area/kawasan serta status area komoditas unggulan ekspor

(Pest free area, pest production area, pest production site, dan Area of

Low Pest Prevalence –ALPP);

d) Berkontribusi pada negosiasi penetapan persyaratan teknis Negara

pengimpor;

e) Melakukan audit, verifikasi, pemeriksaan dan sertifikasi karantina ekspor

untuk menjamin kesesuaian persyaratan teknis Negara pengimpor yang

telah disepakati, sehingga akses pasar ekspor tidak terganggu karena

adanya penolakan kiriman barang ekspor (Notification of non Compliance)

Fungsi utama Kementerian Pertanian yang diperankan Badan Karantina

Pertanian adalah berhubungan dengan menjamin tersedianya sumberdaya

pertanian yang berkelanjutan dalam menjamin tersedianya suplai yang cukup,

serta jaminan keamanan pangan yang berkaitan dengan kualitas suplai pangan

yang sehat dan ketenteraman masyarakat dalam mengkonsumsi pangan halal,

melalui kegiatan pengawasan dan sertifikasi impor dan ekspor, verifikasi dan

audit kesesuaian persyaratan teknis. Penetapan kawasan/area dan sertifikasi

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 9: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

81

karantina antar area juga diperankan Karantina Pertanian dalam rangka memenuhi

daya saing pasar internasional.33

Ketiga peran tersebut di atas pada prinsipnya merupakan satu kesatuan

peran dari penyelenggaraan karantina pertanian dan pengawasan keamanan hayati

sebagaimana tupoksi Barantan. Oleh karena itu, dengan peran yang strategis

tersebut maka setiap instansi terkait dan masyarakat perlu memberikan dukungan

yang memadai dalam pencapaian visi, misi, dan tujuan strategis Barantan.

4. Dasar hukum kewenangan Balai Karantina dalam melakukan penyidikan

Dalam kerangka sistem peradilan pidana (criminal justice system), peran

aparatur penegak hukum, khususnya penyidik, sangat strategis. Penyidik

merupakan pintu gerbang utama dimulainya tugas pencarian kebenaran materiil

karena melalui proses penyidikan sejatinya upaya penegakan hukum mulai

dilaksanakan. Selama ini luas lingkup tugas dan tanggung jawab penyidik dalam

sistem penegakan hukum di Indonesia menyisakan banyak permasalahan, tidak

saja terkait banyaknya institusi yang diberi kewenangan untuk melakukan

penyidikan atas suatu tindak pidana, tetapi juga masih terdapatnya tumpang tindih

kewenangan penyidikan antara beberapa institusi. Akibatnya, antar institusi

penyidik muncul kesan kurang terjalin koordinasi dan sinergitas yang dapat

berdampak pada berkurangnya kredibilitas institusi penegak hukum dimata

masyarakat.

33 GPH. Haryomataram dan Joko Poerwono, 1999. Hukum Internasional. Surakarta.

Universitas sebelas maret. Halaman 39

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 10: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

82

Permasalahan sebagaimana digambarkan di atas tentunya akan terus

berlanjut apabila tidak segera ditemukan jalan keluarnya, dan yang lebih

mengkhawatirkan adalah terancamnya rasa keadilan masyarakat. Hanya karena

muncul sikap ego sektoral di antara masing-masing intitusi penegak hukum, rasa

keadilan masyarakat yang seharusnya dijunjung tinggi harus dikorbankan. Apabila

memperhatikan pada perundang-undangan nasional, ada beberapa perundang-

undangan yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum diberikannya wewenang

kepada PPNS untuk melakukan penyidikan di antaranya:

a) Pasal 6 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana;

b) Pasal 1 angka 10 dari Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik

Indonesia;

c) Penyidik Karantina berdasarkan Pasal 30 Undang-undang No. 16

Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,Ikan dan Tumbuhan;

d) Pasal 89 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang

menegaskan bahwa Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Direktorat

Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual, diberi wewenang khusus

sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan

penyidikan tindak pidana di bidang Merek.

Diberikannya wewenang untuk melaksanakan tugas penyidikan kepada

PPNS, di satu sisi tentunya akan memudahkan dalam pengungkapan suatu tindak

pidana mengingat banyaknya kendala yang dihadapi oleh aparat kepolisian dalam

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 11: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

83

melakukan penyidikan, seperti kualitas dan kuantitas sumber daya manusia,

sarana-prasarana pendukung, serta anggaran. Namun, di sisi lain banyaknya

institusi penyidik berpotensi menimbulkan tarik menarik kewenangan antar

institusi, terlebih apabila masing-masing institusi penyidik mengedepankan ego

sektoral, yang dapat berujung pada terhambatnya proses penegakan hukum.34

Oleh karena itu, dalam mengantisipasi munculnya ketidaksinkronan dalam

melaksanakan tugas penyidikan, khususnya antara penyidik Polri dan PPNS,

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah memberikan solusi

terkait kedudukan kedua intsitusi tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat

(2) KUHAP yang menegaskan bahwa Penyidik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 ayat (1) huruf b (PPNS) mempunyai wewenang sesuai dengan undang-

undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan

tugasnya berada dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik tersebut dalam

Pasal 6 ayat (1) huruf a (Polri).

Dalam pelaksanaan penyidikan serta pelaksanan sanksi administrasi atau

sanksi pidana merupakan bagian akhir (sluitstuk) dari penegakan hukum. Yang

perlu ada terlebih dahulu adalah penegakan preventif, yaitu pengawasan dan

pelaksanaan peraturan. Pengawasan preventiv ini ditujukan kepada pemberian

pelarangandan saran serta upaya menyakinkan seseorang denganbijaksana agar

beralihdari suasana pelanggaranke tahap pemenuhan ketentuan peraturan.

34Zaiinal Abidin. 2011. Modul Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Jakarta:PUSDIKLAT Bea dan Cukai. Halaman 87

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 12: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

84

4. Peran Balai Karantina dalam Penegakan Hukum Pidana

Di dalam Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice system) terkandung

gerak sistemik dari subsistem-subsistem pendukungnya yaitu, Kepolisian,

Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Koreksi (Lembaga Pemasyarakatan) yang

secara keseluruhan berusaha mentransformasikan masukan (input) menjadi

keluaran (output) yang menjadi tujuan Sistem Peradilan Pidana yang berwujud

resosialisasi pelaku tindak pidana (jangka pendek), pencegahan kejahatan (jangka

menengah) dan kesejahteraan sosial (jangka panjang).

Sistem peradilan pidana yang digariskan KUHAP merupakan “sistem

terpadu” (integrated criminal justiuce system). Sistem terpadu tersebut diletakkan

di atas landasan prinsip “diferensiasi fungsional” di antara aparat penegak hukum

sesuai dengan “tahap proses kewenangan” yang diberikan undang-undang kepada

masing-masing. Pada pokoknya, sistem peradilan pidana didukung dan

dilaksanakan oleh empat fungsi utama, yaitu:

1. Fungsi pembuatan undang-undang (law making function)

Fungsi ini dilaksanakan oleh DPR dan Pemerintah atau badan lain berdasar

delegated legislation. Yang diharapkan, hukum yang diatur dalam undang-

undang, “tidak kaku” (not rigid). Sedapat mungkin “fleksibel” (flexible) yang

bersifat cukup akomodatif terhadap kondisi-kondisi perubahan social.

2. Fungsi penegakan hukum (law enforcement function)

Tujuan obyektif fungsi ini ditinjau dari pendekatan “tata tertib sosial”

(social order):

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 13: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

85

a. Penegakan hukum “secara aktual” (the actual enforcement law) meliputi

tindakan:

i. Penyelidikan-penyidikan (investigation)

ii. Penangkapan (arrest)– penahanan (detention);

iii. Persidangan pengadilan (trial), dan

iv. Pemidanaan (punishment) – pemenjaraan guna memperbaiki tingkah

laku individu terpidana (correcting the behaviour of individual

offender)

b. Efek “preventif” (preventive effect)

Fungsi penegakan hukum diharapkan mencegah orang (anggota

masyarakat melakukan tindak pidana). Dalam konteks kehadiran polisi

berseragam ditengah-tengah masyarakat dimaksudkan sebagai upaya

prevensi. Kehadiran dan keberadaan Polisi dianggap mengandung

preventive effect yang memiliki daya cegah (detterent effort) anggota

masyarakat melakukan tindak kriminal.35

3. Fungsi pemeriksaan persidangan pengadilan (function of adjudication)

Fungsi pemeriksaan ini merupakan sub fungsi dari kerangka

penegakan hukum yang dilaksanakan oleh Jaksa Penuntut Umum serta

pejabat pengadilan yang terkait. Melalui fungsi inilah ditentukan:

a) Kesalahan terdakwa (the determination of guilty)

b) Penjatuhan hukuman (the imposition of punishment)

35Rahman, A,. 2005. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan, Pusat Kajian Kesehatan

Lingkungan dan Industri FKM UI, Depok halaman 52

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 14: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

86

4. Fungsi memperbaiki terpidana (The function of correction)

Fungsi ini meliputi aktivitas Lembaga Pemasyarakatan, Pelayanan

Sosial Terkait, dan Lembaga Kesehatan Mental. Tujuan umum semua

lembaga-lembaga yang berhubungan dengan penghukuman dan

pemenjaraan terpidana: merehabilitasi pelaku pidana (to rehabilitate the

offender) agar dapat kembali menjalani kehidupan normal dan produktif

(return to a normal and productive life).36

Penyidik Polri bila dilihat dari Sistem Peradilan Pidana merupakan salah

satu mata rantai dalam sistem tersebut. Polri merupakan salah satu sub sistem

peradilan pidana yang terdiri dari: sub Sistem Kepolisian (dalam hal ini penyidik

Polri), kejaksaan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Keempat Sub sistem

tersebut mempunyai peranan masing-masing yang satu sama lain saling berkaitan.

Dalam kerangka pemahaman sistem tersebut maka kepolisian, kejaksaan, advokat,

pengadilan dan lembaga pemasyarakatan merupakan unsur-unsur yang

membangun sistem tersebut. Masing-masing memang berdiri sendiri dan

menjalankan pekerjaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya tetap merupakan satu

kesatuan.

Jika diperhatikan ketentuan Pasal 7 ayat (1) KUHAP terlebih jika

dihubungkan dengan beberapa bab dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP), seperti Bab V (Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan,

Penyitaan, dan Pemeriksaan Surat) serta Bab XIV (Penyidikan), ruang lingkup

wewenang dan kewajiban penyidik adalah sangat luas.

36 Satjipto Rahardjo, 1986. Ilmu Hukum. Bandung: Alumni. Halaman 49

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 15: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

87

Ruang lingkup wewenang yang masuk dalam proses penyidikan

antara lain :

a) Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya suatu tindak

pidana;

b) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

c) Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari

tersangka;

d) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

e) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

g) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksan sebagai tersangka atau saksi;

h) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan

pemeriksaan perkara;

i) Mengadakan penghentian penyidikan;

j) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Dengan memperhatikan ruang lingkup wewenang di atas tidak dapat

disangkal lagi bahwa proses penyidikan sejatinya bukan proses yang sederhana,

karena itu tidak setiap institusi dapat melaksanakannya. Apalagi hanya dilakukan

oleh institusi yang tugas pokoknya sejatinya bukan sebagai penyidik karena

dikhawatirkan dapat menimbulkan kesalahan prosedural yang berpotensi

menyebabkan terlanggarnya hak asasi seseorang. Dilibatkannya PPNS, yang

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 16: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

88

sejatinya merupakan bagian dari institusi eksekutif, dalam proses penyidikan

tindak pidana lebih banyak dilatarbelakangi kondisi faktual di lingkungan internal

Polri yang mana Polri masih memiliki berbagai kekurangan sumber daya, di

antaranya:

a. Sumber Daya Manusia

Harus diakui bahwa sampai sekarang kondisi sumber daya manusia

Polri masih menghadapi kendala, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Belum seimbangnya ratio antara jumlah anggota Polri dan masyarakat

berdampak pada minimnya personil Polri yang memiliki kualifikasi sebagai

penyidik, sedangkan secara kuantitas, masih banyak anggota Polri yang belum

memahami materi (substansi) kasus pidana tertentu. Misalnya, pemahaman

tentang keimigrasian, kepabeanan, ketenagakerjaan, dan sebagainya. Oleh

karena itu, keterlibatan PPNS dalam penyidikan suatu tindak pidana tertentu

sejatinya merupakan upaya mengatasi kendala tersebut. Namun demikian,

dalam tataran taktis dan teknis penyidikan kendali tetap ada pada aparat Polri

sebagai penyidik utama.

b. Sarana Prasarana

Dalam kasus-kasus tertentu, institusi Polri belum memiliki sarana

prasarana penyidikan yang relatif memadai dibandingkan dengan PPNS.

Misalnya untuk penindakan kasus kepabeanan tentunya diperlukan sarana

prasarana kapal motor dengan kualifikasi khusus, sementara aparat Polri belum

memiliki kapal dengan kwalifikasi tersebut sehingga memerlukan bantuan dari

Bea dan Cukai. Hal yang sama terjadi pula pada penyidikan tindak pidana

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 17: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

89

illegal fishing, hingga sekarang sarana prasarana pendukung penyidikan yang

dimiliki Polri masih belum memadai sehingga membutuhkan keterlibatan

PPNS.

c. Anggaran

Sebagaimana diketahui bersama anggaran yang dialokasikan khusus

untuk melakukan penyidikan suatu tindak pidana relatif kecil dibandingkan

kebutuhan riil, apalagi jika lokasi penyidikan saling berjauhan dan melintasi

batas wilayah. Karena itu, keterlibatan PPNS dalam melakukan penyidikan

diharapkan dapat meminimalisir kendala anggaran.37

Dengan memperhatikan pada beberapa kendala di atas, dapat dijelaskan

bahwa pelibatan PPNS dalan tugas-tugas penyidikan tidak pada tataran taktis dan

teknis penyidikan karena sudah sejak semula instansi tersebut dibentuk hanya

untuk membantu aparat Polri dalam melakukan penyidikan, sehingga upaya

melembagakan PPNS sebagai lembaga mandiri dalam melakukan tugas

penyidikan dikhawatirkan akan berdampak pada tercederainya proses penegakan

hukum. Oleh karena itu, agar pada saat melaksanakan kewenangan melakukan

penyidikan antara PPNS dan penyidik Polri tidak terjadi tumpang tindih

kewenangan, KUHAP telah mengatur hubungan di antara masing-masing institusi

sebagai berikut:

1. Penyidik pegawai negeri sipil berkedudukan di bawah:

a) Koordinasi penyidik Polri

b) Di bawah pengawasan penyidik Polri

37 Peter Mahmud Marzuki, 2005.Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group halaman 19

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 18: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

90

2. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik Polri memberikan petunjuk kepada

penyidik pegawai negeri sipil tertentu dan memberikan bantuan penyidikan

yang diperlukan (Pasal 107 ayat (1) KUHAP)

3. Penyidik pegawai negeri sipil tertentu, harus melaporkan kepada penyidik Polri

tentang adanya suatu tindak pidana yang sedang disidik, jika dari penyidikan

itu oleh penyidik pegawai negeri sipil ditemukan bukti yang kuat untuk

mengajukan tindak pidananya kepada penuntut umum (Pasal 107 ayat (2)

KUHAP)

4. Apabila penyidik pegawai negeri sipil telah selesai melakukan penyidikan, hasil

penyidikan tersebut harus diserahkan kepada penuntut umum. Cara penyerahan

hasil penyidikan tersebut kepada penuntut umum dilakukan penyidik pegawai

negeri sipil melalui penyidik Polri (Pasal 107 ayat (3) KUHAP)

5. Apabila penyidik pegawai negeri sipil menghentikan penyidikan yang telah

dilaporkan kepada penyidik Polri, penghentian penyidikan itu harus

diberitahukan kepada penyidik Polri dan penuntut umum (Pasal 109 ayat (3)

KUHAP). Yang perlu mendapat perhatian dalam hal penghentian penyidikan

oleh penyidik pegawai negeri sipil adalah meskipun pada saat pelaporan tindak

pidana yang sedang disidiknya, penyidik pegawai negeri sipil cukup

memberitahukan atau melaporkan penyidikan itu kepada penyidik Polri, tidak

perlu diberitahukan kepada pununtut umum, namun dalam hal penghentian

penyidikan, disamping harus memberitahukan penghentian tersebut kepada

penyidik Polri, juga harus memberitahukan penghentian penyidikan tersebut

kepada penuntut umum.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 19: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

91

Hal lain yang menurut penulis dapat dijadikan sebagai alasan sehingga

kewenangan PPNS dalam melakukan penyidikan tidak dapat dipisahkan dari

kedudukan Polri sebagai Korwas PPNS dapat ditinjau dari kerangka Criminal

Justice System (CJS). Sebagaimana diketahui, dalam kerangka CJS institusi

utama yang menjadi pilar penopang berjalannya sistem tersebut adalah kepolisian,

kejaksaan, dan kehakiman.38 Apabila PPNS, yang sejatinya merupakan

subordinasi dari lembaga eksekutif diperkenankan untuk langsung melakukan

tugas-tugas penyidikan menggantikan kedudukan Polri sebagai penyidik, maka

dikhawatirkan proses penegakan hukum nasional yang selama ini dibangun atas

landasan CJS akan tercederai mengingat eksekutif tidak masuk dalam kerangka

CJS. Oleh karena itu, agar CJS tidak tercederai dengan masuknya PPNS sebagai

institusi penyidik, maka KUHAP dengan tegas menyatakan bahwa PPNS tidak

diperkenankan untuk secara langsung menyerahkan hasil pemeriksaan kepada

jaksa penuntut umum tetapi kepada penyidik Polri.

Selain kewenangan PPNS yang sudah di atur dalam KUHAP pasal 6

ayat 1, didalam UU No 16 Tahun 1992 tentang karantina Hewan, Ikan dan

Tumbuhan sendiri telah di atur kewenangan PPNS dalan pasal 30 tentang

penyidikan dan pasal 31 tentang ketentuan pidana;

1. Pasal 30 UU No 16 Tahun1992

(1) Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia, juga pegawai

negeri sipil tertentu di lingkungan Departemen yang lingkup tugas dan

tanggung jawabnya meliputi pembinaan karantina hewan, ikan dan

38Andi Zainal Abidin. 1987. Hukum Pidana (Asas Hukum PIdana dan Beberapa

Pengupasan tentang Delik-Delik). Jakarta: Prapanca. Halaman 69

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 20: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

92

tumbuhan, dapat pula diberi wewenang khusus sebagai pemyidik

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana

dibidang karantina hewan, ikan dan tumbuhan.

(2) Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak

mengurangi kewenangan penyidik sebaggaimana diatur dalam Undang-

undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang perikanan dan Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan

ekosistemnya.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang untuk:

a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan

berkenaan dengan tindak pidana dibidang karantina hewan,ikan dan

tumbuhan.

b. Melakukan pemanggilan terhadap seseorang untuk didengar dan

diperiksa sebagai tersangka atau saksi dalam tindak pidana dibidang

karantina hewan,ikan dan tumbuhan.

c. Melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana

dibidang karantina hewan,ikan dan tumbuhan.

d. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan sehubungan

dengan tindak pidana dibidang karantina hewan,ikan dan tumbuhan.

e. Membuat dan menandatangani berita acara.

f. Menghentikan penyidikan apabila tidak didapat cukup bukti tentang

adanya tindak pidana dibidang karantina hewan,ikan dan tumbuhan.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 21: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

93

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan

dimulainya penyidikan kepada penuntut umum melalui penyidik pajabat

polisi NegaraRI sesuai ketentuan pasal 107 Undang-undang no 8 Tahun

1981 tentang hukum Acara Pidana.

2. Pasal 31 berbunyi:

(1). Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, pasal 6, pasal 7, pasal 9,

pasal 21 dan pasal 25,dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)

tahun dan denda paling banyak Rp.150.000.000,-(seratus lima puluh juta

rupiah.

(2). Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, pasal 6,

pasal 7, pasal 9, pasal 21 dan pasal 25, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah ).

Dari data hasil tindakan penyidikan yang dilakukan oleh PPNS Karantina

(Terlampir) dapat menggambarkan bahwa tindakan penyidikan yang dilakukan

oleh PPNS Karantina belum optimal dikarenakan beberapa hal diantaranya adalah

ketrampilan personil PPNS dalam melakukan pemberkasan, kurangnya anggaran,

persespsi organisasi sendiri yang belum menempatkan penegakan hukum didepan

dari kegiatan fungsional dan belum adanya fungsional khusus PPNS di Badan

Karantina Pertanian sehingga menimbulkan hambatan hambatan dalam penegakan

hukum pelanggaran karantina baik secara yuridis maupun non yuridis.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 22: BAB III PERAN PENYIDIK PPNS DALAM MENANGANI KASUS …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1798/6/151803068... · 2017. 9. 18. · penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu

94

Table .2

Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa tindakan penegakan hukum

pelanggaran pemasukan dan pengeluaran pada karantina hewan terjadi secara

yustisi (penegakan hukum) dan non yustisi (tindakan fungsional). Pelanggaran

yang terjadi paling tinggi dan sering terjadi adalah tindakan non yustisi. Pada

tahun 2015 tindakan yustisi dengan jumlah 20 kali dan pada tahun 2016 terjadi

peningkatan dengan jumlah 22 kali. Kenaikan penanganan kasus pelanggaran

pengeluaran dan atau pemasukan secara yustisi sangat tidak signifikan yang

memberikan gambaran bahwa penegakan hukum terhadap kasus yang terjadi

belum optimal. Sedangkan tindakan non yustisi (fungsional) pada tahun 2015

dengan jumlah 2.086 kali dan terjadi peningkatan pada tahun 2016 dengan jumlah

2.490 kali. Hal ini menggambarkan bahwa kejadian kasus pelanggaran pemasukan

dan atau pengeluaran hewan dan produknya yang terjadi masih sangat besar

diwilayah kerja karantina pertanian di Indonesia. Adanya perbedaan penanganan

kasus pelanggaran pengeluaran dan pemasukan hewan dan produknya yang

dilakukan oleh petugas karantina dikarenakan adanya hambatan-hambatan baik

hambatan yuridis maupun hambatan non yuridis yang akan dibahas pada pada IV.

PERBANDINGAN TINDAKAN PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN PEMASUKAN DAN PENGELURAN KARANTINA HEWAN TAHUN 2015 DAN 2016

JENIS TINDAKAN TOTAL2015 2016

YUSTISI 20 22 42NON YUSTISI 2,086 2,490 4,576

TAHUN

UNIVERSITAS MEDAN AREA