bab iii penyajian data a. deskripsi wilayaheprints.umm.ac.id/39302/4/bab iii.pdf · 2018. 11....

17
42 BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Wilayah Kota Malang adalah kota terpadat kedua di Jawa Timur setalah Surabaya,Diketahui ketinggian Kota Malang antara 440-667 meter diatas permukaan air laut (mdpl). Selain kota terpadat kedua, Kota Malang juga memiliki fasilitas kesehatan yang mempuni, terdapat 24 rumah sakit baik swasta maupun milik pemerintah, 55 begitupun dengan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang mencapai 15 unit dan tersebar di lima kecamatan di Kota Malang. 56 Dengan menjadi kota urban, selain dikenal sebagai kota pendidikan, Kota Malang juga merupakan barometer pelayanan kesehatan di Jawa Timur. Salah satu rumah sakit type B yang berada di Kota Malang dan dibawah kewenangan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur adalah Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) yang beralamat di Jalan Agung Suprapto No 2 Klojen Kota Malang. RSSA selalu mendapatkan rujukan dari rumah sakit type C dan D di seluruh Jawa Timur. Saking padatnya pasien RSSA, mereka rela mengantri dari jam satu pagi. Selain rumah sakit dan puskesmas, praktek dokter umum yang diketahui jumlahnya mencapai 114. 57 Dengan jumlah fasilitas kesehatan yang demikian maka untuk memperoleh pelayanan kesehatan semakin mudah. Saat ini pelayanan kesehatan di Kota Malang sudah terintegrasi dengan BPJS Kesehatan. Semenjak tahun 2014 telah dilaksanakan keintegrasian data 55 Pemerintah Kota Malang. Data Rumah Sakit Umum. https://malangkota.go.id/layanan- publik/kesehatan/data-rumah-sakit-umum/ 56 Pemerintah Kota Malang. Puskesmas. https://malangkota.go.id/fasilitas-daerah/puskesmas/ 57 Pemerintah Kota Malang. Data Praktek Dokter Umum. https://malangkota.go.id/layanan- publik/kesehatan/data-praktek-dokter-umum/.

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 42

    BAB III

    PENYAJIAN DATA

    A. Deskripsi Wilayah

    Kota Malang adalah kota terpadat kedua di Jawa Timur setalah

    Surabaya,Diketahui ketinggian Kota Malang antara 440-667 meter diatas

    permukaan air laut (mdpl). Selain kota terpadat kedua, Kota Malang juga

    memiliki fasilitas kesehatan yang mempuni, terdapat 24 rumah sakit baik swasta

    maupun milik pemerintah,55

    begitupun dengan pusat kesehatan masyarakat

    (puskesmas) yang mencapai 15 unit dan tersebar di lima kecamatan di Kota

    Malang.56

    Dengan menjadi kota urban, selain dikenal sebagai kota pendidikan,

    Kota Malang juga merupakan barometer pelayanan kesehatan di Jawa Timur.

    Salah satu rumah sakit type B yang berada di Kota Malang dan dibawah

    kewenangan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur adalah Rumah Sakit Syaiful

    Anwar (RSSA) yang beralamat di Jalan Agung Suprapto No 2 Klojen Kota

    Malang. RSSA selalu mendapatkan rujukan dari rumah sakit type C dan D di

    seluruh Jawa Timur. Saking padatnya pasien RSSA, mereka rela mengantri dari

    jam satu pagi.

    Selain rumah sakit dan puskesmas, praktek dokter umum yang diketahui

    jumlahnya mencapai 114.57

    Dengan jumlah fasilitas kesehatan yang demikian

    maka untuk memperoleh pelayanan kesehatan semakin mudah.

    Saat ini pelayanan kesehatan di Kota Malang sudah terintegrasi dengan

    BPJS Kesehatan. Semenjak tahun 2014 telah dilaksanakan keintegrasian data

    55Pemerintah Kota Malang. Data Rumah Sakit Umum. https://malangkota.go.id/layanan-

    publik/kesehatan/data-rumah-sakit-umum/ 56

    Pemerintah Kota Malang. Puskesmas. https://malangkota.go.id/fasilitas-daerah/puskesmas/ 57

    Pemerintah Kota Malang. Data Praktek Dokter Umum. https://malangkota.go.id/layanan-

    publik/kesehatan/data-praktek-dokter-umum/.

  • 43

    jamkesmas dan jamkesda untuk dijadikan peserta PBI-JKN. Untuk mengem

    bangkan program JKN tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh BPJS Kesehatan,

    maka dapat dibantu oleh kewenangan pemerintah daerah maupun pihak swasta

    (Baca; PP No 85 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Hubungan Antara Lembaga

    BPJS). Penyelenggara pemerintah yang melaksanakan program jaminan sosial

    yaitu Dinas Sosial. Sebagai pelaksana fungsi dari program JKN Dinas Sosial

    memiliki kewenangan dalam penetapan peserta PBI-JKN dan harus terkordinasi

    dengan BPS dan juga diketahui oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan

    Kementerian Kesehatan.

    Dengan luas wilayah Kota Malang mencapai 110.06 Km². Pada tahun 2016

    Penduduk Kota Malang mencapai 855.196 jiwa dengan total warga miskinnya

    37.030 jiwa. Jumlah warga miskin adalah indikator untuk menentukan sebaran

    peserta yang akan menerima akses jaminan kesehatan melalui program JKN non

    mandiri. Karena permasalahan kemiskinan rentan kaitannya dengan persoalan

    kesehatan, maka penting untuk mengetahui jumlah warga miskin di Kota Malang

    beserta permasalahan kesehatan yang dialami.

    B. Permasalahan

    Temuan dari penelitian ini terdapat dua masalah, yaitu kondisi kemiskinan

    dan kesehatan. oleh karena ini berikut ini akan disampaikan penyajian data

    kondisi kemiskinan dan kesehatan dan analisa data.

    1. Penyajian Data

    Kemiskinan menjadi penting, karena hal tersebut merupakan

    tanggungjawab negara (pemerintah) dalam mengayomi dan membina warga

  • 44

    negaranya, sehingga warga miskin akan menjadi objek dari penerima bantuan

    sosial yang diperuntukan sebagai bentuk untuk mendapatkan kesejahteraan.

    Oleh karena itu penting mengetahui jumlah warga miskin di Kota Malang.

    Badan Pusat Satatistik Kota Malang menyampaikan dari tahun 2008 hingga

    2016 setidaknya telah terjadi penurunan angka kemiskinan, hal tersebut dapat

    dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini:

    Tabel 3.2Jumlah Penduduk Miskin Kota Malang Tahun 2008 – 201658

    Tahun Jumlah Warga

    Kota Malang

    Jumlah Penduduk

    Miskin

    (Persentase

    PendudukMiskin) %

    2008 792.243 57.200 7,22

    2009 795.161 44.370 5,58

    2010 820.338 48.400 5,90

    2011 826.181 45.440 5,50

    2012 836.223 43.400 5,19

    2013 843.298 40.900 4,85

    2014 846.666 40.640 4,80

    2015 850.000 39.100 4,60

    2016 855.196 37.030 4,33

    Sumber: Badan Pusat Satistik Kota Malang.

    Kondisi menurunnya angka kemiskinan hingga tahun 2016

    menandakan besaran warga yang akan mendapatkan bantuan sosial, termasuk

    jaminan kesehatan. Indikator sebagai wilayah yang dapat dikatakan kondisi

    kesehatannya baik apabila Angka Harapan Hidup (AHH) semakin tinggi dan

    Angka Kematian Bayi (AKB) menurun setiap tahunnya. Hal tersebut akan

    menggambarkan tingkat kesehatan menjadi penting untuk mutu pembangunan

    58

    Badan Pusat Satistik Kota Malang. Angka Kemiskinan Kota Malang dari Tahun 2008 – 2016.

    https://malangkota.bps.go.id/statictable/2017/06/21/540/jumlah-penduduk-miskin-persentase-

    penduduk-miskin-p0-garis-kemiskinan-indeks-kedalaman-kemiskinan-p1-dan-indeks-keparahan-

    kemiskinan-p2-kota-malang-2008-2016.html.Diakses pada 22 Juni 2017.

  • 45

    manusia di suatu wilayah. Hal itu juga akan menjadi tolak ukur bahwa semakin

    sehat kondisi masyarakat maka akan semakin mendukung proses dan dinamika

    pembangunan ekonomi semakin baik. Pada akhirnya hasil dari kegiatan

    perekonomian adalah tingkat produktifitas penduduk suatu wilayah dapat

    diwujudkan berkaitan dengan pembangunan kesehatan, pemerintah melakukan

    berbagai program kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

    khususnya memberikan kemudahan akses; pelayanan publik, seperti

    Puskesmas yang sasaran utamanya menurunkan angka tingkat kesakitan

    masyarakat, menurunkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang serta

    meningkatkan angka harapan hidup.59

    Selain itu BPS menjelaskan bahwa AHH merupakan cara untuk

    mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk

    pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. AHH

    yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan

    kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,

    kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Kota

    Malang, tercatatat pada tahun 2010 – 2016 terjadi peningkatan AHH, hal

    tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini:

    59

    Chazali Husni Situmorang. Kebijakan Pemerintah Kaitannya dengan Kesejahteraan. http://

    www.jurnalsocialsecurity.com/news/kebijakan-pemerintah-kaitannya-dengan-kesejahteraan. html.

    Diakses pada 05 Juanuari 2017.

  • 46

    Tebel 3.3 Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Malang, 2010-2016

    Uraian Tahun

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

    Angka Harapan Hidup (AHH) 72,17 72,21 72,25 72,28 72,30 72,60 72,68

    Sumber: Badan Pusat Satistik Kota Malang.60

    Sedangkan Angka Kematian Bayi sebagaimana yang disampaikan

    oleh Dinas Kesehatan Kota Malang hanya terdapat pada tahun 2010 – 2014.

    Hal tersebut dapat dilihat pada grafik 3.1 dibawah ini:

    Grafik 3.1 Perkembangan Kematian Bayi di Kota Malang Tahun 2010-201461

    Sumber: Dinas Kesehatan Kota Malang

    Pada tahun 2010 hingga tahun 2014 angka kematian bayi di Kota

    Malang menurun. Sedangkan tahun 2015 dan 2016 angka kematian bayi

    mencapai 16,65 (2015) dan 15,57 (2016)62

    dari keseluruhan kelahiran pada

    tahun tersebut.

    Oleh karena itu penting untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan,

    meskipun pada data yang disampaikan oleh BPS maupun Dinas Kesehatan

    60

    Badan Pusat Satistik Kota Malang. Angka Harapan Hidup Kota Malang dari Tahun 2010 –

    2016. https:// malangkota.bps.go.id/statictable/2017/06/13/536/angka-harapan-hidup-ahh-kota-

    malang-2010-2016.html. Diakses pada 14 Juni 2017 61

    Dinas Kesehatan Kota Malang. 2015. Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2014.

    http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2014/3573_Jatim_Ko

    ta_Malang_2014.pdf 62

    Surya Malang. Media Online. Di Kota Malang : Angka Kematian Bayi Turun, Angka Kematian

    Ibu Naik. http://suryamalang.tribunnews.com/2016/12/13/di-kota-malang-angka-kematian-bayi-

    turun-angka-kematian-ibu -naik. Diakses pada 13 Desember 2016

  • 47

    menyampaikan bahwa permasalahan kesehatan dan kemiskinan telah menurun,

    akan tetapi untuk mengantisipasi agar tidak terjadinya kesulitan dala

    mengakses pelayanan kesehatan, khusus bagi warga tidak mampu, maka

    penting untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan agar mendapatkan akses

    kesehatan dengan mudah.

    2. Analisa Data

    Semenjak diterapkan program JKN, warga Kota Malang yang tidak

    mampu mendapatkan jaminan kesehatan melalui PBI disampaikan melalui

    Keputusan Menteri Sosial No Huk 2015 Tentang Penetapan PBI JKN Tahun

    2016 mencapai 129.314 jiwa. Namun dari hasil jumlah kemiskinan dengan

    warga penerima bantuan iuran tidak terjadi kecocokan data dari tahun 2014

    hingga tahun 2017, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3,5 dibawah ini:

    Tabel 3.5 Jumlah Kemiskinan dan Penerima Bantuan Iuran

    Tahun Jumlah Penduduk

    Miskin Penerima PBI – KIS Penerima PBI-APBD

    2014 40.640 jiwa 106.902 20.190 jiwa

    2015 39.100 jiwa - 24.190 jiwa

    2016 37.030 jiwa 129.314 jiwa (SK

    Kemensos) 24.924 Jiwa

    119.854 jiwa (data PBI-

    KIS)

    2017 35.890 jiwa 111.768 Jiwa (SK

    Kemensos)

    27.956 Jiwa

    (Jamkesda Okt 2017)

    Penetapan warga miskin belum menjadi perioritas oleh pemerintah

    Kota Malang dalam mendistribusikan bantuan sosial sebagai bentuk sinergitas

    antara instansi. Hal tersebut jika diperhatikan pada tabel 3.5 jumlah warga

    miskin tidak sesuai dengan jumlah penetapan PBI-JKN. Padahal dalam PP 101

    Tahun 2012, penetapan pendataan warga untuk menerima PBI dilakukan setiap

  • 48

    enam bulan sekali, seharusnya terjadi kesesuaian data antara BPS, Kementrian

    Sosial dan Dinas Sosial Kota Malang.

    C. Pentingnya Sinergitas Dalam Program JKN

    Telah disampaikan diatas dari jumlah warga miskin hingga kondisi

    kesehatan yang dialami oleh warga Kota Malang. Melalui program JKN, dengan

    kewenangan yang dimiliki oleh BPJS Kesehatan dan Dinas Sosial, maka akan

    membantu warga tidak mampu tersebut untuk mendapatkan akses kesehatan

    dengan mudah. BPJS Kesehatan salah satu kewenangannya adalah menerima

    iuran dari pemerintah agar warga tidak mampu mendapatkan akses kesehatan,

    sedangkan Dinas Sosial memiliki kewenangan untuk mendata warga tidak mampu

    untuk mendapatkan jaminan atau bantuan sosial. Sehingga dari persoalan yang

    disampaikan diatas, warga sebagai penerima layanan akan merasakan kehadiran

    pemerintah (negara) dalam memberikan pelayanan publik, terkhusus pada sektor

    kesehatan.

    Oleh karena itu, sinergitas dalam menjalankan program JKN merupakan

    hal yang tepat, karena persoalan kesehatan tidak bisa ditebak. Melalui program

    JKN, kondisi AKB yang disampaikan diatas dapat ditanggulangi oleh pemerintah,

    sehingga AHH akan semakin meningkat, baik bayi maupun ibu, selain itu juga

    persoalan kesehatan lainnya dapat diatasi (solusi).

    1. Kewenangan BPJS Kesehatan dalam Melaksanakan Program JKN

    BPJS Kesehatan yang merupakan amanat dari UUD 1945 tentang

    jaminan sosial dan disampaikan pada pasal 28H ayat (3) dan pasal 34 ayat (2).

    Penerapan dari aturan tersebut baru dilaksanakan awal tahun 2014. BPJS

  • 49

    Kesehatan memiliki kewenangan yang begitu luas, semenjak ditetapkan pada

    UU No 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, diperkukuh

    pula dengan UU No 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelanggara Jaminan

    Sosial (BPJS). Sebagai lembaga yang menjalankan program jaminan sosial,

    BPJS memiliki fungsi, tugas, wewenang, hak, dan kewajiban.

    I. Tugas BPJS disampaikan pada pasal 10, diantaranya:

    a. melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta; b. memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja; c. menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah; d. mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta; e. mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial; f. membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan

    sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan

    g. memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial kepada Peserta dan masyarakat

    II. Wewenang BPJS Pasal 11:

    a. menagih pembayaran Iuran; b. menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan

    jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas,

    solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;

    c. melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;

    d. membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang

    ditetapkan oleh Pemerintah;

    e. membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan; f. mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja

    yang tidak memenuhi kewajibannya;

    g. melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi

    kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundangundangan; dan

    h. melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program Jaminan Sosial.

    III. Hak BPJS Pasal 12:

  • 50

    a. memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan

    b. memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.

    IV. Kewajiban BPJS Pasal 13:

    a. memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta; b. mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk

    sebesar-besarnya kepentingan Peserta;

    c. memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil

    pengembangannya;

    d. memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;

    e. memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang berlaku;

    f. memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;

    g. memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

    h. memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak pensiun 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

    i. membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang lazim dan berlaku umum;

    j. melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan

    k. melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan

    tembusan kepada DJSN.

    Sebagai fungsi BPJS Kesehatan adalah memberikan jaminan

    kesehatan kepada masyarakat. Dalam hal tugas yang disampaikan, bahwa

    BPJS Kesehatan menerima bantuan iuran dari pemerintah, yang dikhususkan

    bagi masyarakat tidak mampu untuk mendapatkan akses pelayanan

    kesehatan, dimana aturan tersebut disampaikan pada PP 101 Tahun 2012

    Tentang Penerima Bantuan Iuran.

    Oleh karena itu, penting untuk mengetahui struktur organisasi BPJS

    Kesehatan, karena dibeberapa bagian akan diketahui pelaksana tugas BPJS

  • 51

    Kesehatan yang berhubungan dengan instasi lainnya, seperti Dinas Sosial.

    Adapun struktur organisasi BPJS Kesehatan dapat dilihat pada bagan 3.1

    dibawah ini:

    Bagan 3.1 Struktur Organisasi BPJS Kesehatan63

    Dari struktur BPJS Kesehatan untuk mengetahui sejauh mana

    kinerja antara BPJS Kesehatan dengan instansi lainnya, serta bagaimana

    proses evaluasi yang dilakukan untuk tetap mengembangkan sistem jaminan

    sosial. Direktur Kepatuhan Hukum dan Hubungan Antar Lembaga yang

    memiliki kewenangan pada pelaksana kegiatan tersebut. Dari Direktur

    63

    Struktur Organisasi BPJS Kesehatan. https://bpjs kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/

    2010/3_. Diakses pada 19 Februari 2018.

  • 52

    Kepatuhan Hukum dan Hubungan Antar Lembaga memiliki dua deputi

    dengan kewenangan, antara lain; Deputi Direksi Bidang Kepatuhan dan

    Pelayanan Hukum, Deputi Direksi Bidang Hubungan Antar Lembaga dan

    Regulasi. Selain itu juga agar setiap warga negara dapat menjadi peserta

    jaminan kesehatan terdapat pada bagian Direktur Perluasan dan Pelayanan

    Peserta yang memiliki tiga deputi, diantaranya; Deputi Direksi Bidang

    Perluasan Kepesertaan, Deputi Direksi Bidang Kepesertaan dan Deputi

    Pelayanan Peserta. yang dimaksud, baik peserta yang membiayai sendiri

    maupun yang dibiayai oleh pemerintah.

    Ketika masyarakat tersebut sudah didata dan didaftarkan oleh

    pemerintah, juga BPJS sebagai kewenangannya dalam melaksanakan

    program JKN adalah perluasan peserta, baik yang dibiayai oleh pemerintah

    maupun masyarakat yang membiayai sendiri. Dari hal ini perlu difokuskan

    untuk melaksakan kerjasama dengan Dinas Sosial (sinergitas), agar

    pendataan yang dilakukan dapat mencangkup seluruh masyarakat tidak

    mampu di Kota Malang.

    2. Kewenangan Dinas Sosial dalam Melaksanakan Program JKN

    Dalam hal kewenangan, Dinas Sosial merupakan pelaksana

    pemerintah pada bidang sosial yang melaksanakan perlindungan sosial.

    Perlindungan sosial adalah bentuk kehadiran pemerintah untuk memberikan

    bantuan sosial sehingga masyarakat akan mendapatkan jaminan atas hak

    hidupnya.

    Semenjak dilakasanakan program JKN awal tahun 2014, Dinas

    Sosial telah memiliki peran penting dalam hal pendataan. Pelaksanaan PP 101

  • 53

    Tahun 2012 telah dilaksanakan semenjak program Jamkemas dan Jamkesda.

    Program Jamkesmas dan Jamkesda telah masuk dalam pelaksanaan BPJS

    Kesehatan yang menjadi motor pelaksana dari program JKN.64

    Dinas Sosial Kota Malang memiliki peran penting dan sangat

    strategis sebagai pembantu pelaksana pemerintah dibidang sosial (Perwali

    Malang No 29 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas

    dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Sosial). Salah satu tugas dan fungsi Dinas

    Sosial adalah melaksanakan jaminan sosial (Pasal 3 Perwali Malang No 29

    Tahun 2016).

    Dalam melaksanakan jaminan sosial, Dinas Sosial secara otomatis

    memberikan perlindungan sosial, dimana perlindungan sosial merupakan

    elemen penting dalam merumuskan kebijakan terkait dengan permasalahan

    kemiskinan dan kesenjangan.65

    Jaminan sosial pada bidang kesehatan

    merupakan salah satu bentuk dan strategi perlindungan sosial dalam

    meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.66

    Berhubung permasalahan

    kesehatan merupakan hak dasar manusia, sebagaimana yang disampaikan

    pada Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia Pasal 25. Karena pentingnya

    pelaksanaan pelayanan kesehatan, sehingga di Indonesia dijadikan sebagai

    jaminan yang diberikan kepada seluruh warga negara, sejatinya pelaksanaan

    jaminan sosial telah dituangkan pada UUD 1945 Pasal 28 H ayat (3).

    Disampaikan terkait pentingnya untuk melaksanakan jaminan sosial

    agar pendataan yang menjadi kewengan dari Dinas Sosial tepat sasaran,

    64

    Thabrany, Hasbullah. 2015. Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta. RajaGrafindo. Cet Ke II 65

    Abu Huraerah. Desember 2015. Perlindungan Sosial Bidang Kesehatan bagi Masyarakat

    Miskin. Bandung: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Volume 14, Nomor 2: 70-78.

    https://jurnal.usu.ac.id/ index.php/jurnalpember dayaan/article/view/15791/6658. 66

    Hasbullah Thabrany. 2015. Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta. RajaGrafindo. Cet Ke II

  • 54

    sehingga masyarakat tidak mampu mendapatkan akses kesehatan melalui

    program JKN.

    Selain Dinas Sosial, permasalahan kesehatan memang domain dari

    pelaskanaan tugas Dinas Kesehatan. Dari hal tersebut penting kiranya

    sinergitas antara lembaga yang melaksanakan program JKN untuk terus

    berdampingan agar pelayanan kesehatan diperoleh untuk semua warga

    negara, sebagaimana yang disampaikan pada UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1).

    Penyataan pada Pasal 28 UUD 1945, tidak ada pembeda dalam

    mendapatkan jaminan kesehatan, karena hal tersebut merupakan hak hidup

    masyarakat. Peran penting pemerintah dalam memberikan jaminan

    kesehatan adalah salahsatunya. Sebagai kewenangan dari pemerintah daerah

    yang disampaikan pada UU 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

    terkait dengan Pembagian urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah

    Pusatdan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, bahwa kewenangan

    dari pemerintah daerah pada pelaksanaan perlindungan sosial terdapat dua

    poin, pertama sebagai pemelihara anak-anak terlantar, kedua sebagai

    pendata dan pengelola data fakir miskin cakupan daerah kabupaten/kota.

    Dalam hal pengelola data fakir miskin ini terdapat kewenangan yang

    dilaksanakan oleh Dinas Sosial untuk memberikan bantuan sosial,

    salahsatunya adalah jaminan kesehatan. Adapun bidang yang melaksanakan

    pendataan terdapat pada Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial, pada

    bidang ini terdapat tiga kasi (kepala seksi), diantaranya; Kasi Bantuan Sosial

    dan Korban Bencana, Kasi Bantuan Advokasi Perlindungan Sosial dan Kasi

  • 55

    Pengelola Sumber Dana Sosial dan Jaminan Sosial – struktur organisasi

    dapat dilihat pada bagan 2.2 dibawah ini:

    Terdapat juga Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang diatur dalam

    Permensos No 1 Tahun 2012 Tentang PSM. PSM memiliki peran untuk

    memberikan kesejahteraan sosial kepada masyarakat yang berkedudukan di

    desa atau kelurahan. Karena PSM langsung berdekatan dengan kehidupan

    warga, maka PSM dapat memberikan data yang akurat sesuai dengan warga

    yang membutuhkan kesejahteraan sosial, salahsatunya adalah jaminan

    kesehatan. PSM bertanggungjawab pada dinas sosial hingga kementrian

    sosial, karena wilayah kerjanya mencangkup dari desa/kelurahan,

    kecamatan, kebupaten/kota, provinsi, hingga nasional.

  • 56

    D. Pelayanan Kesehatan bagi Warga Tidak Mampu selain PBI-JKN di

    Kota Malang

    Selain program PBI-JKN, di Kota Malang terdapat pelayanan kesehatan

    dalam memudahkan masyarakat tidak mampu. Perwali No 11 Tahun2013 Tetang

    Tata Cara Penerbitan Surat Pernyataan Miskin adalah akses bagi masyarakat tidak

    mampu untuk mendapatkan kemudahan dalam pelayanan kesehatan. Pelaksanaan

    Surat Pernyataan Miskin (SPM) telah diberlakukan sebelum program JKN

    diterapkan, dimana awalnya adalah untuk memberikan perlindungan kesehatan

    bagi masyarakat yang tidak tercantum dalam Jamkesmas (jaminan kesehatan

    masyarakat) dan jamkesda (jaminan kesehatan daerah).

    Untuk memperoleh SPM setidaknya dapat dilakukan sebagaimana yang

    disampaikan pada Perwali No 11 Tahun2013 Tetang Tata Cara Penerbitan Surat

    Pernyataan Miskin:

    1. Ketentuan SPM adalah

    a) Setiap penduduk Kota Malang yang termasuk dalam kelompok masyarakat miskin yang tidak memiliki Jamkesmas dan Jam kesda

    berhak mendapatkan SPM;

    b) Kelompok masyarakat miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah keluarga yang berdasarkan penghitungan indikator yang

    tercantum dalam formulir SPM memiliki jumlah skor paling sedikit 30

    (tiga puluh);

    c) SPM diberikan setelah masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengajukan permohonan dan melengkapi persyaratan secara

    lengkap dan benar;

    d) Rumah Sakit yang ditetapkan wajib memberikan pelayanan kesehatan lanjutan kepada masyarakat pemegang SPM sesuai standar pelayanan

    yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah

    Daerah dengan Rumah Sakit tersebut;

    e) Dalam kondisi gawat darurat dan SPM masih dalam proses penerbitan sedangkan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus

    mendapatkan pelayanan kesehatan dari rumah sakit, maka dapat

    diberikan Surat Pengantar yang dikeluarkan oleh Ketua RT yang

  • 57

    didasarkan pada hasil penghitungan indikator yang tercantum dalam

    formulir SPM;

    f) Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi : a. Rumah Sakit Tentara Dr. Soepraoen Malang sebagai sarana rujukan

    sekunder; dan

    b. Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang sebagai sarana rujukan tersier.

    g) Pelayanan kesehatan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi RJTL dan RITL;

    h) Seluruh biaya pelayanan kesehatan yang timbul atas pelayanan terhadap masyarakat pemegang SPM ditanggung oleh Pemerintah Daerah;

    2. Tata Cara Penerbitan SPM, dapat dilakukan sebagai berikut:

    a) Pemrosesan penerbitan SPM dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan; b) Pengajuan permohonan SPM dilakukan oleh pasien atau anggota

    keluarga pasien yang tercantum dalam KK yang sama dengan pasien;

    c) Apabila pasien tidak memiliki keluarga, pengajuan permohonan SPM dilakukan oleh Ketua RT diwilayah pasien berkedudukan sebagaimana

    tercantum dalam KTP pasien;

    d) Tata cara penerbitan SPM meliputi persyaratan administrasi, mekanisme pelayanan dan waktu pemrosesan sebagaimana tercantum dalam

    lampiran I Peraturan Walikota ini;

    e) Bentuk Formulir SPM dan Surat Pengantar dari Ketua RT yang dipersyaratkan dalam pengajuan permohonan SPM sebagaimana

    tercantum dalam lampiran II Peraturan Walikota ini;

    f) Bentuk SPM yang diterbitkan oleh Kepa la Dinas Kesehatan sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan Walikota ini;

    g) Terhadap pelayanan penerbitan SPM tidak dikenakan biaya apapun kepada Pemohon;

    h) Masa berlaku SPM adalah selama 3 (tiga) bulan sejak tanggal ditandatangani;

    3. Tim Pengelola Jaminan Kesehatan

    a) Tim Pengelola Jaminan Kesehatan bertugas melakukan verifikasi terhadap kelengkapan berkas persyaratan permohonan SPM.

    b) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi bahan pertimbangan bagi Kepala Dinas Kesehatan dalam penerbitan SPM.

    c) Tim Pengelola Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan.

    d) Sekretariat Tim Pengelola Jaminan Kesehatan bertempat di Bidang Pelayanan Kesehatan.

    Pelaksanaan SPM ini hanya berlangsung selama tiga bulan, apabila

    pasien yang dimaksud masih membutuhkan perawatan dan jangka waktu

  • 58

    penggunaan SPM telah selesai, maka dapat diperpanjang melalui surat pengantar

    dari RT yang akan disampaikan kembali kepada Dinas Kesehatan.

    Pada tahun 2018 ini, pemerintah Kota Malang telah mengembangkan

    sistem online SPM. Mekanisme tersebut warga cukup datang ke kantor kelurahan

    dan mengisi formulir secara online.67

    Apabila persayatan yang disampaikan diatas

    sesuai dengan aturan SPM, maka akan langsung mendapatkan akses kesehatan.

    67

    Pemerintah Kota Malang. Dinas Kominfo Gelar Bimtek Operasional Aplikasi e-SPM. https://

    malangkota.go.id/2017/12/05/kominfo-gelar-bimtek-operator-e-spm/. Diakses pada 05 Desember

    2017.