bab iii penerapan kebijakan penyerahan wajib padi di

33
38 BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI TEMANGGUNG MASA PENDUDUKAN JEPANG A. Kebijakan Ekonomi Jepang di Indonesia Masa pendudukan Jepang merupakan suatu periode penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada masa ini terjadi perubahan yang mendasar pada sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Di antara sekian banyak perubahan sosial yang dialami masyarakat Jawa selama masa pendudukan Jepang, yang sangat menonjol adalah perubahan yang terjadi di desa. Organisasi pedesaan langsung dihubungkan keluar dalam pengertian politik, ekonomi dan spiritual. Dengan memperkenalkan lembaga sosial serta politik yang baru seperti koperasi (kumiai) dan rukun tetangga (tonarigumi), maka struktur otoritas tradisional di daerah pedesaan juga berubah. Kepala desa sebagai wakil pemerintah penjajah diperlakukan sedikit baik. 1 Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas, yaitu: 1. Menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia 1 Akira Nagazumi, Pemberontakan Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), hlm. 83-84 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

38

BAB III

PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

TEMANGGUNG MASA PENDUDUKAN JEPANG

A. Kebijakan Ekonomi Jepang di Indonesia

Masa pendudukan Jepang merupakan suatu periode penting dalam

perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada masa ini terjadi perubahan yang

mendasar pada sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Di antara sekian

banyak perubahan sosial yang dialami masyarakat Jawa selama masa pendudukan

Jepang, yang sangat menonjol adalah perubahan yang terjadi di desa. Organisasi

pedesaan langsung dihubungkan keluar dalam pengertian politik, ekonomi dan

spiritual. Dengan memperkenalkan lembaga sosial serta politik yang baru seperti

koperasi (kumiai) dan rukun tetangga (tonarigumi), maka struktur otoritas

tradisional di daerah pedesaan juga berubah. Kepala desa sebagai wakil

pemerintah penjajah diperlakukan sedikit baik.1

Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas,

yaitu:

1. Menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia

1 Akira Nagazumi, Pemberontakan Indonesia Pada Masa Pendudukan

Jepang (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), hlm. 83-84

38

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

39

2. Memobilisasi rakyat Indonesia demi kepentingan kemenangan Jepang

dalam Perang Asia Timur Raya.2

Jepang segera mempolitisikan segala aspek yang ada di Indonesia. Politik

imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam

dan manusia. Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Melalui

berbagai cara Jepang menguras kekayaan alam dan tenaga rakyat melalui janji-

janji maupun kekerasan. Dalam pengaturan ekonomi, Pemerintah Jepang

memberlakukan beberapa hal, sebagai berikut :

1. Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang, oleh sebab itu

maka seluruh potensi sumer daya alam dan bahan mentah digunakan untuk

industri yang mendukung kepentingan perang. Jepang menyita seluruh

hasil pertanian, perkebunan, pabrik, bank dan semua perusahaan pentin

2. Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan

sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan

pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian

harga untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan

perkebunan teh, kopi, karet, tebu, gula, tanaman jarak, kapas dan sekaligus

memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau karena

tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang.

3. Menerapkan ekonomi perang dengan sistem autarki atau memenuhi

kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang.

2 Cahyo Budi Utomo, Dinamika Pergerakan Bangsa Indonesia dari

Kebangkitan Hingga Kemerdekaan (Semarang: IKIP Semarang Press, 1995), hlm.

180.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

40

4. Mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan secara besar-besaran

melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian) serta

instansi resmi pemerintah.

5. Pemaksaan untuk menanam tanaman jarak, kapas dan padi dengan bibit

yang telah disediakan Jepang berikut dengan tata cara penanamannya.

Hasil panen yang diproleh diwajibkan untuk disetorkan kepada Pemerintah

Jepang.3

Saat pendudukan Jepang berlangsung Jawa ditetapkan sebagai pemasok

beras untuk pulau-pulau di luar Jawa serta untuk kebutuhan peperangan di Pasifik

Selatan. Jepang begitu memprioritaskan pulau Jawa untuk memenuhi

kebutuhannya akan beras. Semua kemampuan di bidang ekonomi dipusatkan

untuk menunjang kepentingan perang, tindakan keras dalam melaksanakan sistem

ekonomi itu meningkat setiap tahun. Di daerah Temanggung pemerintah Jepang

telah mengerahkan tenaga petani untuk kepentingan perang. Di samping itu

Jepang juga menerapkan politik ekonomi perang, segala upaya dipusatkan untuk

kepentingan perang. Dalam rangka politik ekonominya, tujuan pemerintah Jepang

adalah untuk mengeruk kekayaan dan menjadikan daerah yang diduduki sebagai

gudang beras di daerah selatan.

Jawa yang masyarakatnya sebagai penghasil beras terbesar yaitu sekitar

8,5 juta ton beras per tahun dianggap daerah yang paling strategis untuk

menyuplai kebutuhan makanan bagi militer Jepang. Beras sendiri merupakan

3 Hendri F. Isnaeni, dan Apid, Romusha: Sejarah Yang Terlupakan

(Yogyakarta: Ombak, 2008), hlm. 37-38.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

41

bahan makanan utama seluruh penduduk Jawa, selain makanan tambahan seperti

palawija. Pada tahun 1930-an, konsumsi tahunan per kapita di Jawa hanya sekitar

84 kilogram atau 230 gram per hari, namun setiap orang Jawa ingin makan

sekucupnya yaitu sebanyak 146 kilogram per tahun atau sekitar 440 gram per hari.

Keterbatasan lahan dan banyaknya jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan

dasar seperti makan tidak dapat terpenuhi secara maksimal.4

Pedesaan di Jawa dengan tanahnya yang subur dan penduduknya yang

banyak, dianggap memiliki poteni ekonomi yang luar biasa besar. Berbagai

tuntutan-tuntutan berat dibebankan kepada penduduk Jawa oleh pasukan militer

Jepang. Tidak hanya untuk mendukung pasukan setempat, namun juga untuk

mendukung operasi-operasi militer mereka lebih jauh. Kegiatan ekonomi di Jawa

diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat melayani dan mencukupi upaya perang

Jepang.5

Masa pendudukan Belanda, kondisi pertanian di Jawa kurang baik karena

kurangnya perhatian pemerintah Belanda saat itu. Akibatnya hasil panen tidak

dapat maksimal sehingga produktivitas pangan di Jawa sangat rendah. Hal ini

disebabkan pemerintah Belanda tidak melalukan berbagai inovasi yang dapat

menunjang peningkatan pertanian. Kondisi demikian membuat pemerintah Jepang

ketika menduduki Jawa segera merombak dan menerapkan tata cara serta

kebijakan dalam pertanan demi mendapatkan hasil panen yang maksimal. Di

4 Sri Agus, et.al., Krisis dan Respons: Studi Tentang Respons Petani

Dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Dilihat Dari Perspektif Sejarah (Surakarta:

Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret, 2008), hlm. 24-25. 5 Aiko Kurosawa, Mobilisasi dan Kontrol Studi tentang Perubahan

Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945 (Jakarta: Grasindo, 1993), hlm. 3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

42

samping itu pemerintah Jepang juga terus menyebarluaskan slogan

“Melipatgandakan Hasil” melalui media-media propagandanya seperti surat

kabar, brosur, film, dan lain-lain.

Tabel 2

Hasil Padi di Jawa tahun 1930-an

Tahun Padi Basah Padi Kering Total

1930 6.725.600 579.900 7.305.500

1931 6.428.600 532.000 7.014.600

1932 6.884.400 543.300 7.427.700

1933 7.007.400 525.300 7.532.700

1934 6.623.700 462.200 7.085.900

1935 7.225.800 452.700 7.678.500

1936 7.476.100 509.300 7.985.400

1937 7.447.000 441.900 7.888.900

1938 7.866.100 477.100 8.343.200

1939 7.914.800 445.800 8.360.600

Sumber: Aiko Kurosawa, Mobilisasi dan Kontrol Studi tentang Perubahan

Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945 (Jakarta: Grasindo, 1993),

hlm.5.

Jepang dalam upayanya untuk meningkatkan produksi pertanian di Jawa,

mulai mengeluarkan program yang disebut dengan Kinkyu Shokuryo Taisaku atau

Tindakan Mendesak Mengenai Bahan Makanan pada bulan November 1943.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

43

Dalam program ini pemerintah Jepang menerapkan beberapa kebijakan dalam

pertanian seperti:

1. Pengenalan bibit padi baru

2. Inovasi teknik-teknik penanaman

3. Perluasan area persawahan

4. Pelatihan dan propaganda pertanian6

Padi yang ditanam di Jawa adalah padi sejenis yang bernama Oryza

sativa L. Yang terbagi menjadi dua yaitu padi cere (padi tak berambut) dan padi

bulu (padi berambut). Menurut cepat lambatnya kematangan padi terbagi dalam

ketiga tahap yaitu tahap genjah, tahap tengahan, tahap dalam. Tahap genjah dalam

menuju ke kematangan padi membutuhkan waktu sekitar 130-145 hari. Tahap

tengahan memerlukan waktu sekitar 145-160 hari dan tahap dalam berlangsung

sekitar 161-175 hari atau lebih.7

Padi cere memiliki ciri-ciri batangnya kecil, anakannya banyak, daun

panjang dan kecil, mudah rontok dan rebah, biji tidak berekor dan tidak mudah

dipengaruhi oleh keadaan buruk. Padi bulu memiliki ciri-ciri berlawanan dengan

padi cere, yaitu batang besar, anakan sedikit, daun lebar dan keras, tidak mudah

rontok dan tidak mudah rebah, biji berekor, dan sangat mudah dipengaruhi oleh

keadaan buruk.8

6 Ibid., hlm.7

7 Djawa Baroe, “Penanaman Padi (3)” edisi 1 Maret 2604 hlm. 10

8 Bahrinsamad Soemartono dan R. Hardjono, Bercocok Tanam Padi

(Jakarta: Yasaguna, 1990), hlm. 26.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

44

Sebagian besar penduduk di Jawa lebih memilih menanam padi bulu

karena dianggap rasanya lebih enak dan bermutu lebih bagus, oleh sebab itu pula

harga padi bulu lebih mahal. Namun kelemahan padi bulu adalah kurang tahan

terhadap musim kering dan kurang bisa tumbuh di tanah yang kurang subur.

Berbeda dengan padi cere yang lebih tangguh di segala kondisi dan medan. Jika

dibandingkan dengan padi cere dalam produktivitas per hektar, padi bulu tidak

dapat menghasilkan panen yang lebih tinggi dari padi cere.

Tergiur dengan melihat produktivitas padi cere yang cukup besar,

membuat pemerintah militer Jepang lebih merekomendasikan padi cere untuk

diutamakan dalam kebijakan penanaman padi walaupun rasanya tidak begitu

enak. Namun bukan rasa yang diutamakan pemerintah Jepang melainkan hasil

yang maksimal. Rakyat dalam memperoleh bibit tersebut, pemerintah Jepang

dengan bantuan Pangreh Praja membuat sebuah gudang bibit yang disebut dengan

lumbung bibit. Lumbung bibit terdapat di setiap ken di Jawa.9

Tahap selanjutnya dalam penanaman padi setelah penetapan jenis bibit

adalah proses persemaian. Dalam proses ini, jumlah bibit yang disebar di lahan

adalah sekitar 15 kwintal di luas lahan 1/10 dari luasnya lahan sawah. Waktu padi

dalam persemaian untuk padi jenis cere berlangsung kurang lebih 25-30 hari.

Sedangkan padi jenis horai membutuhkan waktu sekitar 15-20 hari. Padi jenis

horai merupakan padi bibit baru yang didatangkan dari negara Taiwan dan

diperkenalkan oleh pemerintah Jepang kepada rakyat Jawa. Karesidenan Cirebon

9 R.P. Soeroso, “Menambah Banjaknja Hasil Boemi”, Asia Raya edisi 29

April 2603 (1943), hlm 17.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

45

dan Kedu adalah wilayah yang ditunjuk sebagai lahan percobaan bagi padi jenis

horai.10

Tempat persemaian haruslah tempat yang mudah untuk mendapatkan air

dan yang mudah pula untuk mengalirkan air serta harus cukup mendapatkan sinar

matahari dan sirkulasi udara yang baik.

Pupuk yang diberikan pada bibit padi ialah pupuk kompos dan pupuk

hijau. Pupuk dicampurkan ke dalam tanah saat 5-7 hari sebelum penanaman padi.

Untuk padi jenis horai, semakin banyak pupuk yang diberikan maka semakin

banyak pula panen yang dihasilkan. Tahap berikutnya yaitu cara menanam.

Jepang mensosialisasikan cara penanaman padi yang baru. Penanaman harus

secara dangkal dengan dalam 3 cm. Menanam harus menurut jarak tertentu dan

jarak tersebut kira-kira 25x25 cm. Penanaman menurut jarak tertentu ini harus

dilakukan karena dengan cara ini maka akan memudahkan dalam proses

penyiangan.11

Pengairan dalam penanaman padi harus diperhatikan dengan teliti. Baik

dan buruknya pengairan akan sangat menentukan kualitas dari padi yang

dihasilkan. Dalamnya air pengairan kurang lebih 3 cm. Kemudian dalamnya air

tersebut harus ditambah menjadi 5 atau 6 cm. Ketika masa percabangan tangkai

harus diperhatikan airnya agar tanaman tidak kekeringan.

Proses penyiangan juga merupakan tahap yang sangat penting dalam

pemeliharaan tanaman padi. Manfaat dari penyiangan adalah dapat mempercepat

tumbuhnya padi dan memudahkan tangkai untuk bercabang. Penyiangan

10

Aiko Kurosawa., op.cit., hlm. 8. 11

Djawa Baroe., “Penanaman Padi (3)” edisi 1 Maret 2604 hlm. 10.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

46

dilakukan dengan 3 tahap, yaitu penyiangan pertama kali dilakukan 10-14 hari

setelah padi ditanam. Penyiangan kedua dan ketiga bisa disusul setelah

dilakukannya penyiangan pertama. Agar penyiangan tersebut mudah untuk

dilakukan, maka dianjurkan penanaman dengan jarak yang benar. Dalam masa-

masa pertumbuhan padi, tanaman harus dalam kondisi yang baik. Tidak dapat

dihindari bahwa padi yang sedang tumbuh juga dapat terkena penyakit dan hama.

Penyakit yang sering mengganggu tanaman padi yaitu penyakit mentek. Jika padi

terkena penyakit ini maka pertumbuhan padi menjadi terhenti karena batang

menjadi kerdil, ruasnya menjadi pendek dan bagian akar menjadi hitam.

Cara yang digunakan untuk mencegah penyakit mentek ini adalah dengan

di beri bermacam-macam pupuk, seperti pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk

kompos serta tanah harus selalu digemburkan dan rutin dilakukan penyiangan.

Selain penyakit mentek, ada juga hama kupu-kupu dan hama tikus. Kerugian yang

ditimbulakan hama-hama tersebut sangat banyak, terutama hama tikus. Petani

harus membuat perangkap-perangkap untuk mencegah semakin banyaknya hama

tikus. Adanya gangguan-gangguan dalam penanaman padi maka diharapkan para

petani mampu menjaga kualitas padinya agar dalam produktifitasnya

menghasilkan padi yang bermutu baik.

Panen padi dilakukan ketika pada setiap butir padi mulai menguning.

Tiga hari setelah panen sebaiknya padi dijemur dan dibalik-balikan di bawah sinar

matahari. Setelah itu padi yang sudah kering disimpan di tempat yang kering juga.

Dengan adanya beberapa cara untuk pemeliharan padi yang dikeluarkan

Pemerintah Jepang, diharapkan para petani Jawa mampu melaksanakannya agar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

47

menghasilkan panenan yang berlimpah dan slogan “Melipatgandakan Hasil” dapat

terwujud dalam memenuhi kebutuhan perang Jepang.12

Dalam mendukung pelipatgandaan hasil, Kinkyu Shokuryo Taisaku

memberikan pemahaman kepada petani Jawa dalam inovasi teknik-teknik

penanaman padi. Sebelum Jawa diduduki Jepang, petani Jawa menanam padi

secara acak dan tidak teratur. Hal ini menyebabkan produktivitas padi di Jawa

sangat rendah. Melihat kondisi ini pemerintah Jepang memperkenalkan cara baru

dalam penanaman padi, yaitu dengan cara larikan atau menanam padi pada satu

garis lurus dengan jarak tertentu di antara padi.13

Pemerintah Jepang melarang beberapa hal dalam menerapkan inovasi

teknik-teknik dalam pertanian tersebut, seperti petani tidak boleh menanam bibit

padi lebih dari kedalaman 2 cm dan dalam tempo 20-25 hari bibit-bibit padi sudah

harus dipindahkan. Petani tidak diperbolehkan untuk mempraktekkan sistem

tumpangsari atau kegiatan menanam lebih dari 2 tanaman padi secara bersamaan.

Menurut pemerintah Jepang, menanam dengan sistem tumpangsari merupakan

cara yang tidak efektif dan tidak efisien untuk mendapatkan produksi yang

banyak.

Inovasi berikutnya yang dilakukan Jepang dalam bidang pertanian adalah

memperkenalkan ganzume semacam alat penggaruk untuk proses penyiangan.

Pemerintah Jepang juga mempopulerkan pupuk alam sebgai alternatif, karena

sulitnya mendapatkan pupuk kimia semasa perang. Pupuk alam yang

12

Djawa Baroe, “Penanaman Padi (4)” edisi No. 6 Tahun 2604 hlm. 10 13

Lihat lampiran 20, hlm. 113.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

48

diperintahkan pemerintah militer Jepang yaitu pupuk kompos. Petani dianjurkan

untuk membuat pupuk kompos sendiri dengan cara mengumpulkan dedaunan, sisa

makanan, kotoran ternak, dan sampah lain kemudian ditimbun sedalam satu meter

bersamaan dengan tanah.14

Areal sawah dan lahan merupakan faktor yang sangat vital di bidang

pertanian. Pemerintah Jepang di Indonesia mengumumkan diadakannya perluasan

wilayah tanam dalam meningkatkan produktivitas padi per hektar. Perluasan lahan

sawah dilakukan dengan membuka tanah-tanah yang belum diusahakan dan

memanfaatkan tanah dengan sebaik-baiknya. Penambahan area lahan pertanian

dilakukan dengan cara pembabatan hutan. Jepang benar-benar menggunakan

kesempatan dan peluang dalam memanfaatkan lahan di Jawa untuk kepentingan

pertaniannya. Pemerintah militer Jepang secara aktif mendorong pembabatan

hutan ini secara besar-besaran dengan mengundang petani tak bertanah untuk

datang ke hutan yang akan di babat di kabupaten-kabupaten di Jawa. Umumnya

pembabatan hutan tersebut memanfaatkan tanah partikelir peninggalan jaman

Belanda yang ditinggalkan pemiliknya.15

Program Kinkyu Shokuryo Taisaku yang keempat yaitu pelatihan yang

ditujukan kepada pejabat dan insinyur pertanian pribumi. Diharapkan setelah

mendapatkan pelatihan dan pendidikan tersebut para pejabat dan insinyur

pertanian pribumi mampu untuk menyebarkan gagasan-gagasan baru pemerintah

Jepang kepada para petani. Gunseikanbu (Pemerintah Militer Pusat) mengadakan

14

Aiko Kurosawa, op. cit., hlm 10. 15

Ibid., hlm 13

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

49

kursus pertama bagi para peserta didik tingkat nasional dilaksanakan selama 10

hari mulai dari tanggal 19-28 Agustus 1943 di Bogor yang dihadiri oleh kurang

lebih 40 wakil pegawai pertanian dari tiap-tiap syu dan kochi di Jawa.16

Berikut adalah daftar macam-macam pelajaran yang diajarkan selama

kursus pada bulan Agustus 1943:

a. Kewajiban pegawai, keadaan serta maksud dan tujuan pertanian di Jawa

pada masa peperangan.

b. Alat kelengkapan untuk anjuran menambah hasil tanaman yang penting.

c. Menambah hasil tanaman untuk persediaan makanan.

d. Menambah hasil tanaman perkebunan.

e. Mencegah bahaya penyakit tanaman.

f. Memperbaiki cara memupuk.

g. Menambah hasil tanaman yang berserat.

h. Pengairan pertanian.

i. Menganjurkan peternakan.

j. Mengurus persediaan makanan.

k. Praktek perkebunan.17

Pemerintah militer Jepang juga memasukkan pelajaran pertanian ke

sekolah-sekolah pertama, menengah, dan lanjutan bagi pemuda-pemuda di tingkat

ku atau aza. Untuk mempercepat tujuan dalam menambah hasil pertanian, para

pemuda diberika pengajaran pertanian yang nyata dan praktis. Selain

16

Kan Poo, No.25 Bulan 8 Tahun 2603 (1943), hlm.7 17

Ibid., hlm.7-8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

50

memasukkan ilmu pertanian ke dalam pelajaran sekolah, ilmu hewan dan ilmu

kerajian turut pula diikutsertakan. Tenaga pengajar diambil dari orang-orang tani

yang mengerti dengan baik masalah pertanian.18

B. Penyerahan Wajib Padi

Dalam menjalankan kebijakan, pemerintah Jepang berpegang pada tiga

prinsip utama, yaitu:

1. Mengusahakan agar mendapat dukungan rakyat untuk memenangkan

perang dan mempertahankan ketertiban umum.

2. Memanfaatkan sebanyak mungkin struktur pemerintahan yang suda ada.

3. Meletakkan dasar agar wilayah yang bersangkutan dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri bagi wilayah selatan.19

Usaha Jepang dalam upaya memenangkan perang Asia Timur Raya,

pemerintah Jepang telah menempuh banyak cara untuk mencapai tujuan tesebut.

Hal ini terlihat pemerintah Jepang memberlakukan politik beras Jepang. Politik

beras merupakan suatu gerakan penyerahan padi secara paksa yang ditujukan

untuk para petani yang memiliki sawah. Politik beras ini terjadi hampir merata di

setiap pedesaan di Jawa. Wajib serah padi diawali secara resmi dengan

dikeluarkannya dekrit di setiap karesidenan dan masing-masing karesidenan

18

Indonesia Merdeka, “Usaha Meninggikan Derajat Petani” No.5 edisi

25 Juni 2605, hlm. 33-34. 19

AB Lapian dan JR Chaniago, Di Bawah Pendudukan Jepang: Kisah

Empat Puluh Dua Orang yang Mengalaminya (Jakarta: Arsip Nasional Republik

Indonesia), hlm.2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

51

memiliki otonomi sendiri yaitu diizinkan untuk menerapkan dekrit tersebut sesuai

kehendaknya sendiri.

Bulan Agustus 1942, Gunseikanbu mulai mengambil langkah pertama

dalam melakukan pemungutan bahan makanan secara sistematis. Dasar-dasar dari

pemerintah Jepang tersebut adalah:

1. Padi di bawah pengawasan negara dan hanya pemerintah saja yang

diizinkan melakukan seluruh proses pungutan dan penyaluran padi, untuk

itu maka didirikan suatu badan pengelola pangan yang dinamakan

Shokuryo Kanri Zimusyo (SKZ) yang merupakan Kantor Pengelolaan

Pangan.

2. Para petani harus menjual hasil produksi mereka kepada pemerintah

sebanyak kuota yang telah ditentutan dengan harga yang telah ditentukan

pula. Petani juga diharuskan menggiling padinya sesuai dengan

penggilingan yang telah ditunjuk oleh permintaan desa dan tidak diizinkan

untuk menjual padinya kepada para tengkulak.

3. Harga gabah dan beras ditetapkan oleh pemerintah.20

Sejak peresmian SKZ, pembelian beras dilakukan secara terstruktur

dengan persediaan dana sebesar ƒ 30.000.000 dari Gunseikanbu untuk pembelian

beras dalam skala besar. Jumlah padi yang dibeli oleh penggilingan beras di

20

Akira Nagazumi, Pemberontakan Indonesia Pada Masa Pendudukan

Jepang (Jakarta: Yayasan Obor, 1988), hlm. 87.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

52

daerah karesidenan Kedu untuk pemerintah sebesar 8.302 ton, sedangkan beras

yang untuk konsumsi sendiri sebanyak 11.220 ton.21

Bersamaan dengan pecahnya Perang Pasifik, maka persediaan beras yang

dimiliki balatentara Jepang semakin menipis. Mulai pada bulan April 1943,

kebijakan pemerintah Jepnag pada penyerahan padi berubah. Penyerahan padi

disebut dengan Momi Kyoosyutu. Momi berarti padi dan Kyoosyutu yang berati

mengeluarkan sesuatu barang untuk kepentingan umum oleh kaum produksi.22

Pemerintah Jepang menerapkan kebijakan penyerahan padi bagi petani. Kebijakan

ini berjalan secara sistematis dan lebih tegas dari sebelumnya. Petani diwajibkan

menyerahkan hasil panen mereka dalam jumlah yang telah ditentukan kemudian

dibeli pemerintah dengan harga serendah-rendahnya bahkan kegiatan ini hampir

mirip dengan sebuah penyiataan.

Agar para petani memberikan respon cepat mengenai kebijakan ini maka

pemerintah Jepang membuat propaganda-propaganda yang dikemas dengan

bahasa sedemikian menarik sehingga petani tertarik untuk ikut serta dalam

kegiatan penyerahan padi. Melakukan Momi Kyoosyutu untuk petani agar

menyerahkan padinya yang jumlahnya ditetapkan oleh pemerintah untuk

mencapai kemenangan akhir. Selain menyebarkan propaganda melalui media

cetak, pemerintah Jepang juga mengerahkan para Pangreh Praja untuk membujuk

rakyat petaninya agar mendukung program Jepang tersebut.

21

Aiko Kurosawa, op.cit., hlm.72. 22

Djawa Baroe, “Marilah Kita Membantu Penyerahan Padi” No.7

tanggal 1 April 2605, hlm.3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

53

Upaya Jepang dalam memanipulasi seluruh kegiatan ekonomi di Jawa

selama perang, pada tingkat desa Jepang membentuk sebuah badan yang disebut

dengan kumiai. Kumiai merupakan mesin Jepang dalam mengendalikan ekonomi

pribumi, khususnya koperasi pertanian. Koperasi pertanian bentukan Jepang

tersebut terdapat di masing-masing karesidenan, bernama nogyo kumiai. Biasanya

dibentuk pada tingkat kecamatan dan soncho sebagai ketuanya. Di setiap son

terdapat cabang-cabang pada tingkat ku atau desa dengan kepala desa sebagai

penanggung jawabnya.23

C. Penyerahan Wajib Padi di Kabupaten Temanggung

Saat tentara militer Jepang menyerbu Jawa pada bulan Maret 1942, panen

padi musim penghujan baru akan dimulai. Mula-mula pemerintah pendudukan

begitu sibuk memulihkan ketertiban sehingga belum mengeluarkan kebijakan

dalam eksploitasi pangan. Mereka hanya melanjutkan kebijakan dari pemerintah

Belanda yang bersifat pasar bebas kecuali kontrol harga.24

Petani masih memiliki sedikit kebebasan untuk menyisihkan panen

mereka. Selama periode panen Maret-Juni yang merupakan puncak musim panen,

pembelian padi oleh penggilingan beras tidak berjalan lancar karena kredit dari

bank diberhentikan. Akibat dari hal ini adalah memburuknya keseimbangan antara

penawaran dan permintaan beras sehingga harganya pun jatuh. Pada tahun 1942,

harga tertinggi padi yang dijual oleh petani adalah ƒ 3,6 (3,6 rupiah) per kuintal.25

23

Aiko Kurosawa, op.cit., hlm 210. 24

Ibid., hlm. 70. 25

Ibid., hlm. 77.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

54

Kebijakan ekonomi wajib serah padi yang diterapkan Jepang semakin

menyebar ke setiap pelosok daerah di Jawa. Pelaksanaan penyerahan padi di

Kabupaten Temanggung tidak berbeda dengan kabupaten lainnya di karesidenan

Kedu. Pemerintah Jepang mengijinkan adanya otonomi karesidenan yaitu masing-

masing karesidenan di Jawa untuk menentukan peraturan menurut kehendak

mereka sendiri. Pada umumnya kebijakan ekonomi yang dibuat pemerintah pusat

lebih terperinci pada tingkat karesidenan dan pengaturan sebagian besar organisasi

kegiatan ekonomi dikelola dan ditetapkan oleh masing-masing karesidenan.

Walaupun setiap karesidenan diberi wewenang untuk mengatur rumah

tangganya sendiri, namun segala keputusan harus sesuai dengan persetujuan

pemerintah militer Jepang. Khususnya dalam bidang perekonomian, Jepang

melakukan berbagai pengetatan di Temanggung Ken, salah satunya yang paling

signifikan yaitu menekan lajunya produksi tembakau. Meskipun tanaman

tembakau merupakan komoditas utama di Temanggung, namun pemerintah

Jepang tidak tertarik untuk membudidayakan tanaman tersebut karena tembakau

tidak berperan penting dalam jalannya perang.

Pemerintah Jepang mengharuskan kepada petani Temanggung agar

meminta ijin terlebih dahulu kepada guncho atau soncho setempat jika akan

menanam tembakau di sawah. Walaupun telah diijinkan namun tetap ada

pembatasan-pembatasan dalam penanaman bibit tembakau dan pengawasan ketat

dalam penjualannya. Hal tersebut bermaksud untuk menjaga produksi tembakau

agar tidak berlebihan. Pada tahun 1943, di Temanggung luas lahan tembakau

dikurangi menjadi 16.000 ha dari sebelumnya yang mencapai 26.000 ha. Dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

55

adanya pembatasan lahan bagi tanaman tembakau, secara langsung produksi

tembakau menurun dan perhatian rakyat Temanggung menjadi terfokus untuk

memprioritaskan produksi pangan terutama beras.26

1. Usaha Pemerintah Jepang Dalam Menunjang Produksi Padi

Proses penanaman padi dari perawatan bibit hingga panen padi mendapat

perhatian lebih dari pemerintah militer Jepang. Dalam meningkatkan hasil panen

yang akan didapat, Jepang memberikan metode-metode khusus bagi para petani.

Berbagai usaha dan upaya dilakukan pemerintah Jepang untuk meningkatkan

produksi padi di Temanggung demi kebutuhan perangnya. Tanah-tanah kosong

diperluas lagi untuk menambah lahan pertanian. Jepang juga memanfaatkan tanah

pekarangan rumah-rumah penduduk supaya ditanami tanaman pangan.

Bibit padi yang dibudidayakan di Kabupaten Temanggung sesuai dengan

bibit padi yang direkomendasikan oleh pemerintah Jepang. Padi jenis cere dan

padi bulu tetap menjadi yang utama untuk ditanam. Selain kedua jenis padi

tersebut pemerintah Jepang juga memperkenalkan bibit padi jenis baru, yaitu padi

horai. Padi ini berasal dari Taiwan yang termasuk varietas indica dan identik

dengan padi cere Jawa. Selain di Karesidenan Cirebon, Jepang juga memilih

Karesidenan Kedu dalam pembudidayaan padi horai. Bibitnya dibagi-bagikan

kepada petani secara gratis. Wilayah yang dipilih oleh penanaman padi baru ini

terletak di Kecamatan Pringsurat karena di sini terdapat banyak lahan yang masih

kosong. Lamanya penanaman bibit padi horai memakan waktu sekitar 25 hari,

26

Sinar Baroe edisi 31 Maret 1943, hlm. 3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

56

lebih cepat dengan selisih 10-15 hari dari penanaman bibit padi di Jawa pada

umumnya. Setiap hektarnya dapat menghasilkan panenan sebesar 70 kwintal.27

Pihak Pangreh Praja seperti kencho pada waktu itu R.T. Singgih

Hadipoero dengan dibantu para guncho dan soncho serta para penyuluh Pertanian

yang berperan sebagai penyambung antara pemerintah Jepang dan rakyat

menghimbau agar dalam misi memperbanyak produksi beras maka harus

dilaksanakan dengan usaha memilih benih yang baik, memberinya pupuk yang

tepat dan menanam padi di sawah secara larikan. Selain itu terdapat pula faktor-

faktor tertentu yang harus memenuhi syarat seperti tanah, tenaga, modal dan

pengetahuan yang memadai.

Penyuluh pertanian yang bertugas di Temanggung merupakan orang

pribumi Temanggung yang dipimpin oleh Pemimpin Muda Badan Penyuluh

Pertanian dan dibantu oleh Pegawai Kantor Pertanian Temanggung.28

Para

petugas menyebar ke setiap son di Temanggung untuk memberikan penyuluhan

kepada petani terkait kebijakan-kebijakan pertanian dari Jepang. Penyuluhan

diadakan di pendopo-pendopo di setiap son agar petugas dan para petani dapat

terjun langsung untuk melihat kondisi sawah. Di Temanggung Son penyuluhan

berlangsung di Pendopo Temanggung depan Alun-alun.29

Pemerintah Jepang di Temanggung memberikan sokongan dana sebagai

modal guna memajukan pertanian di Temanggung untuk sistem irigasi, pembelian

27

Tjahaja edisi 19 Januari 1943, hlm. 2. 28

Pembangoen edisi 2 September 1943, hlm. 2. 29

Wawancara dengan Istikomah tanggal 9 November 2014.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

57

bibit, dan pengupahan pekerja sekaligus menambah hasil produksi. Daerah Kedu

Syu mendapatkan bantuan dana dari pemerintah total sebesar ƒ 8000 dan setiap

ken mendapat bagiannya masing-masing, berikut rinciannya:

Tabel 3

Dana Bantuan Pemerintah Jepang Kepada Pertanian Kedu Syu

Ken Dana

Temanggung ƒ 150,-

Wonosobo ƒ 150,-

Magelang ƒ 150,-

Kebumen ƒ 75,-

Purworejo ƒ 75,-

Sumber: Sinar Baroe edisi 31 Maret 1944, hlm. 3.

Penunjangan dalam infrastruktur pertanian, pemerintah Jepang begitu

memperhatikan perihal irigasi atau pengairan. Pada awalnya dengan memperbaiki

bendungan Nogo yang sempat rusak. Bendungan Nogo ini sebelumnya sudah

sejak tahun 1934 telah dapat mengairi 300 hektar sawah di daerah Walitelon dan

Sidorejo. Kemudian pemerintah Jepang menyokong dana sebesar ƒ 500,- untuk

pembuatan bendungan baru yang bernama Carikan. Setelah adanya pembangunan

bendungan tersebut, hasil pertanian menjadi bertambah 1½ kali lipat dari

biasanya.30

30

Pembangoen edisi 23 Juli 1943, hlm. 4.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

58

Pembangunan pengairan juga terjadi di Temanggung wilayah selatan.

Saluran air tersebut dapat mengairi sawah seluas 1500 hektar dari daerah Kaloran

menuju Kandangan hingga Jumo. Menurut pemerintah Jepang, dengan

pembangunan irigasi di setiap daerah di Temanggung, maka panen dapat

dilakukan dua kali dalam setahun.31

Adanya saluran air sepanjang 75 meter dari

Kandangan menuju ke Kenitir juga sangat mempengaruhi keberlangsungan

pertanian Temanggung. Saluran air yang berasal dari air sungai Progo ini dapat

mengairi hampir 2800 hektar sawah.32

Menggiatkan adanya perluasan lahan juga merupakan salah satu upaya

pemerintah Jepang dalam menambah hasil pertanian di Temanggung. Tanah-tanah

peninggalan jaman Belanda yang kosong dan terbengkalai dibuka oleh tentara

Jepang untuk dimanfaatkan. Pembukaan lahan pertanian yang terjadi di

Kabupaten Temanggung terjadi di daerah Parakan. Lahan-lahan tersebut

dipergunakan oleh Pemerintah Jepang di Temanggung untuk ditanami padi. Tidak

hanya itu, pekarangan rumah-rumah warga yang kosong pun juga harus ditanami

tanaman-tanaman lain rekomendasi pemerintah Jepang yang bukan padi, seperti

jagung, singkong, ubi, dan tanaman jarak.33

Pemerintah militer menyediakan dana

sebesar ƒ 30,- setiap hektarnya untuk pembuatan sawah baru termasuk sistem

irigasinya di Temanggung Ken.34

31

Pembangoen edisi 7 September 1943, hlm. 4. 32

Tjahaja edisi 15 Februari 1943, hlm. 3. 33

Wawancara dengan Mundjiat tanggal 15 Agustus 2014. 34

Soeara Asia edisi 24 November 1943, hlm. 2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

59

Para petani dalam pengerjaaan lahan persawahan dibantu oleh pemuda-

pemuda Seinendan dan Keibodan. Biasanya penduduk yang memiliki tanah

memilih untuk mempekerjakan Seinendan dan Keibodan Temanggung yang

berasal dari desa Mardisari, Parakan. Hasil dari penjualan padi yang diperoleh

kemudian dibagi-bagi dengan ketentuan 5% untuk bibit, 10% untuk kas

Seinendan dan Keibodan, sisanya 85% dibagi rata untuk pajak, pemilik tanah dan

buruh lain yang ikut mengerjakan tanah.35

Pengetahuan yang ditujukan bagi petani-petani di Temanggung sangat

berguna agar rakyat dapat memahami dengan mudah hal-hal yang disampaikan

pemerintah Jepang berhubungan dengan pertanian. Pada tanggal 20 September

1943 di Temanggung diadakan pelatihan perihal pertanian yang bertempat di

Asrama Pingit. Pelatihan berlangsung selama satu minggu dengan guru dari

Kantor Pertanian, Oemar Sanoesi.36

Kursus-kursus tani juga telah dibuka mulai

awal September 1943 bagi para pemuda-pemuda Temanggung. Kursus diadakan

setiap hari Rabu jam 05.30 hingga 07.00 di Kantor Pertanian.37

Berbagai upaya telah disosialisasikan oleh pemerintah Jepang kepada

petani demi mendapatkan keuntungan yang melimpah dari hasil pertanian untuk

kepentingan perangnya. Hasil panen yang diperoleh setiap petani di Temanggung

Ken, pemerintah Jepang mewajibkan 35% dari panenan agar diserahkan untuk

dijual kepada pemerintah Jepang dengan harga yang telah ditetapkan. Pada

awalnya penyerahan padi berlangsung dengan teratur. Namun semakin lama

35

Pembangoen edisi 21 Agustus 1943, hlm. 3. 36

Sinar Matahari edisi 7 September 1943, hlm. 2. 37

Pembangoen edisi 2 September 1943, hlm. 2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

60

praktek ini semakin menyengsarakan petani karena setiap kali panen petani

diwajibkan untuk menyerahkan hampir seluruh hasil panen yang ada ke

pemerintah Jepang, sehingga rakyat tidak mendapatkan hasil apapun dari

panenannya tersebut.38

2. Alur dan Pelaksanaan Penyerahan Wajib Padi

Pengurusan penyerahan padi yang berlaku di Temanggung Ken diawasi

oleh Keizabu Kedu dan syucookan Kedu, R.P. Soeroso. Dalam mengurusi proses

penyerahan padi Jepang memanfaatkan para Pangreh Praja seperti kencho

(bupati), guncho (wedana), soncho (asisten wedana/camat), dan kucho (kepala

desa/lurah).39

Pada saat panen berlangsung petani diwajibkan melapor kepada

kucho. Selanjutnya kucho akan mengirim orang-orangnya untuk mengawasi

jalannya panen dan proses penyerahan padi. Salah satu orang yang dikirim kucho

adalah kumicho yaitu ketua tonarigumi dan didampingi oleh kempetai. Dialah

yang bertanggung jawab atas segala keadaan penyerahan padi yang terjadi di

tonariguminya.

Petugas pertanian yang terdapat di Temanggung dengan jabatan tertinggi

sebagai seorang consulen pertanian bernama Murata. Murata bertanggung jawab

atas peningkatan produksi padi di Temanggung Ken. Hampir setiap hari

melakukan inspeksi ke seluruh lahan pertanian di daerah Temanggung. Jika ada

petani diketahui menanam dengan sistem tumpangsari atau menanam lebih dari

38

Wawancara dengan Mundjiat tanggal 7 Oktober 2014. 39

Julianto Ibrahim, Bandit dan Pejuang di Simpag Bengawan,

Kriminalitas dan Kekerasan Masa Revolusi di Surakarta (Wonogiri: Bina Citra

Pustaka, 2004), hlm. 61.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

61

dua jenis tanaman pada satu lahan maka Murata memerintahkan petani yang

menanamnya untuk segera mencabuti tanaman tersebut dan diganti dengan

tanaman padi yang telah direkomendasikan pemerintah Jepang. Sangat tidak

diperkenankan jika ada lahan yang kosong, sesegera mungkin harus ditanami

tanaman pangan.40

Cara lain selain mendirikan gudang padi di setiap son untuk

mempermudah pengiriman padi dari rakyat ke pemerintah, kegiatan mengontrol

dan upaya menaikkan hasil produksi beras di Temanggung, Jepang membentuk

sebuah badan yang disebut BHK atau Beikoku Hambai Kumiai semacam koperasi.

Fungsi dari koperasi ini adalah untuk menampung beras yang berasal dari

masyarakat terutama karena adanya wajib setor beras, juga sebagai sarana

penyebar informasi berkaitan dengan kebijakan perekonomian Jepang. Segenap

anggota pengurus BHK cabang Temanggung diberikan wewenang untuk

mengurusi segala kegiatan di gudang beras baik penerimaan, penjualan, hingga

pembagian beras.

Setelah panen padi selesai, padi yang telah terkumpul dibawa ke tempat

lumbung padi yang terdapat di setiap son dan kemudian menjalani proses

penggilingan. Gudang penggilingan padi di Temanggung ada 2 tempat yaitu Hap

Hien di Pandean dan Gombol di Parakan.41

Padi yang telah digiling diangkut ke

lumbung padi pusat di Temanggung yang berada di daerah Tambi. Setelah itu

BHK membagi-bagikan sebuah kupon kepada setiap kepala keluarga. Kupon

40

Wawancara dengan Istikomah tanggal 12 Desember 2012. 41

Data diolah dari Djawa Baroe edisi 1 September 2603 (1943), hlm. 17

dan wawancara dengan Mundjiat tanggal 7 Oktober 2014.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

62

tersebut oleh masyarakat Temanggung dibawa ke gudang padi yang telah dipasoki

beras, untuk ditukarkan dengan 1 kilogram beras. Satu kupon hanya berlaku untuk

satu kilogram beras dan untuk satu keluarga saja.

Kupon tersebut diberikan oleh BHK kepada masyarakat Temanggung

dalam rentang waktu sekali dalam satu minggu.42

Sebelum adanya sistem kupon,

penduduk yang akan mendapatkan beras harus terlebih dulu antri selama 2 hingga

3 jam dan mereka yang berada di antrian belakang terkadang tidak mendapatkan

jatah beras karena sudah dihabiskan antrian depan. Dengan sistem kupon tersebut

pembagian beras kepada penduduk berlangsung baik dan adil.43

Sejak didirikannya Beikoku Hambai Kumiai di Temanggung, pada akhir

tahun 1943 BHK telah dapat membagikan beras sebanyak 2.340 kwintal beras,

termasuk beras ketan kepada 13.000 jiwa penduduk Temanggung. Pembagian

beras pertama dengan kupon di Temanggung Ken berlangsung mulai tanggal 10

September 1943 hingga 15 November 1943.44

Berikut merupakan bagan

mekanisme penyerahan padi di Kabupaten Temanggung.

42

Wawancara dengan Mundjiat tanggal 15 Agustus 2014 43

SinarMatahari (Djokjakarta), “Penjualan Beras Pada Rakyat” edisi 19

Oktober 1943, hlm. 2. 44

Pembangoen edisi 27 November 1943, hlm. 5.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

63

Bagan 4

Mekanisme Penyerahan Padi di Temanggung Ken

Sumber: Data diolah dari Aiko Kurosawa, op.,cit. hlm.75 dan hasil wawancara

dengan Mundjiat tanggal 15 Agustus 2014.

Shucookan

Penggilingan Padi BHK

(Beikoku Hambai

Kumiai)

Masyarakat

Distributor

(Gudang Padi)

Petani

Kucho

Soncho

Kencho

Kumicho/Kempetai

& Keibodan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

64

Sebelum diterapkan kebijakan penyerahan padi dan sebelum didirikannya

Beikoku Hambai Kumiai, rakyat Temanggung masih dapat leluasa untuk membeli

segala kebutuhan-kebutuhan pokok di pasar, namun sejak dibentuk BHK tersebut

pada bulan Oktober 1943 pergerakan rakyat untuk berbelanja menjadi dibatasi.

Khusus padi dan beras sejak adanya BHK, tidak diedarkan lagi di pasar. Untuk

mendapatkan beras, rakyat harus menukarkan kupon di gudang padi yang telah

ditunjuk pemerintah Jepang. Berikut merupakan harga beras yang beredar di pasar

Temanggung sebelum dibentuknya BHK dari bulan Agustus hingga Oktober

1943:

Tabel 4

Harga Padi, Beras, dan Gabah di Pasar Temanggung Tahun 1943

Agustus September Oktober

Padi Bulu ƒ 3,40,- ƒ 3,80,- ƒ 3,65,-

Gabah ƒ 3,80,- ƒ 4,00,- ƒ 3,90,-

Beras ƒ 8,00,- ƒ 9,00,- ƒ 8,50,-

Sumber: Pembangoen edisi 17 Agustus 1943, hlm. 3, 26 Oktober 1943, hlm. 3,

dan 17 November 1943, hlm. 5.

Osamu Seirei No.7 yang mengatur tentang harga pembelian padi tiap 100

kilogram atau 1 kwintal yang paling rendah bagi perusahan penggilingan padi

untuk tahun 2603 (1943) di setiap syu ditetapkan sebagai berikut :

1. Padi bulu seharga 3,80 rupiah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

65

2. Padi cere seharga 3,45 rupiah

3. Gabah 4,15 rupiah

Perusahaan penggilingan padi tidak boleh membeli padi dengan harga

yang lebih rendah daripada harga pembelian paling rendah yang telah ditetapkan.

Jika ada yang melanggar aturan maka akan dijatuhi hukuman penjara atau denda

sedikitnya ƒ 10 (10 rupiah).45

Harga padi tersebut adalah harga padi di tempat

penggilingan, bila diserahkan di tempat pengumpulan desa akan dikurangi ƒ

0,50,- per kwintal. Jadi penduduk yang menjual padi di tempat pengumpulan desa,

harganya akan lebih rendah lagi. Dengan harga yang rendah tersebut petani

menjadi menderita kerugian karena uang yang mereka terima tidak dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari.46

Berbeda dengan harga padi yang paling rendah, untuk harga padi yang

paling tinggi pemerintah Jepang menetapkan harga yang berbeda-beda di setiap

syu. Harga padi yang paling tinggi untuk setiap 100 kilogram yang berlaku di

Temanggung Ken yaitu untuk beras padi bulu sebesar ƒ 8,10 dan untuk beras padi

cere sebesar ƒ 7,80.47

3. Hasil Pengumpulan Padi

Target pengumpulan padi untuk Kedu Syu berkisar antara 40-80 ton

beras di setiap periode pengumpulannya. Pada pertengahan hingga akhir tahun

45

Kan Poo, No.15 Bulan 3 Tahun 2603 (1943), hlm.11. 46

L. De Jong, Pendudukan Jepang di Indonesia (Jakarta: Keisant Blanc,

1987), hlm. 48. 47

Maklumat Gunseikan No.2 dalam Kan Poo edisi 10 Maret 2603

(1943), hlm. 6.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

66

1943 Temanggung Ken yang memiliki 289 ku dari 19 son 48

ini telah menyetorkan

hasil panen padinya kepada pemerintah Jepang sebesar 14.641 kwintal.49

Berikut

adalah tabel permintaan dan penyerahan padi di seluruh karesidenan di Jawa

Tabel 5

Permintaan dan Penyerahan Beras Periode April 1943 – Maret 1944

1 2 3 4 5

Karesidenan Target

(ton)

Presentase

Terhadap Hasil

Panen

Keseluruhan (%)

Penyerahan

(ton)

Rata-Rata

Penyerahan

(%)

Banten

Jakarta

Bogor

Priangan

Cirebon

39.777

337.883

86.143

40.262

152.903

13,5

41,6

15,2

5,1

21,4

31.517

293.807

69.472

41.383

128.692

79,2

87,0

80,6

102,8

84,2

Jawa Barat 656.968 20,7 564.871 86,0

Semarang

Pekalongan

Pati

Banyumas

Kedu

Yogyakarta

Surakarta

67.660

84.141

44.894

73.861

43.010

12.619

30.521

15,6

15,7

12,4

16,2

8,8

5,8

7,0

53.691

85.519

31.382

75.009

45.229

7.903

16.141

79,4

101,6

69,9

101,6

105,2

62,6

52,9

Jawa Tengah 356.706 12,2 314.874 88,3

Surabaya

Bojonegoro

Madiun

Kediri

Malang

Besuki

Madura

71.320

10.482

28.156

68.171

144.301

303.945

-

15,7

3,4

7,9

16,5

26,4

44,0

-

68.650

11.440

29.218

70.511

139.552

291.430

-

96,3

109,1

103,8

103,4

96,7

95,9

-

48

Lihat lampiran 52-53, hlm. 145-146. 49

Sinar Matahari (Djokjakarta) edisi 2 Juli 1943, hlm. 2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

67

1 2 3 4 5

Jawa Timur 626.378 28,4 610.801 97,5

JAWA 1.640.049 18,3 1.490.546 90,5

Sumber: Aiko Kurosawa, Mobilisasi dan Kontrol Studi tentang Perubahan Sosial

di Pedesaan Jawa 1942-1945 (Jakarta: Grasindo, 1993), hlm.83.

Periode pengumpulan padi pada April 1943-Maret 1944, pemerintah

Kedu Syu mentargetkan penyerahan padi dari petani sebesar 43.010 ton dengan

presentase terhadap hasil panen keseluruhan adalah 8,8%. Dari target yang

ditetapkan tersebut ternyata penyerahan padi melebihi target yaitu 45.229 ton

dengan presentase rata-rata 105,2%. Pada periode ini, pegumpulan padi yang

terjadi di karesidenan Kedu merupakan karesidenan tertinggi rata-rata

penyerahannya dibandingkan dengan karesidenan lain di seluruh Jawa.

Pengumpulan padi periode April 1944-Maret 1945, target penyetoran

padi di karesidenan Kedu sebanyak 54.000 ton dengan presentase terhadap hasil

panen keseluruhan mencapai 11%. Namun dalam realisasinya, penyerahan padi

yang didapat hanya sebanya 25.237 ton dengan presentase rata-rata penyerahan

adalah 46,7%. Pada periode berikutnya hasil penyerahan padi yang terjadi di

setiap karesidenan di Jawa Tengah mengalami penurunan semua.

Wilayah Karesidenan Kedu periode April-September 1945 memiliki

target penyetoran mencapai 80.000 ton dengan presentase terhadap hasil panen

keseluruhan 16,3%. Namun penyerahan padi yang terjadi justru sangat jauh di

bawah target yang telah ditetapkan, yaitu hanya sekitar 17.464 ton dengan

presentase rata-rata penyerahan adalah 21,8%. Hal ini disebabkan oleh posisi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

68

pemerintah militer Jepang yang telah terdesak oleh pasukan Sekutu sehingga

banyak lahan-lahan pertanian menjadi terbengkalai dan hasilnya produksi pangan

mengalami penurunan.50

D. Pemanfaatan Hasil Produksi Padi

Kehadiran tentara Jepang di Indonesia memang tidak dengan maksud

yang jujur dan ikhlas untuk membebaskan rakyat Indonesia dari penjajah Belanda.

Sebaliknya, Jepang memiliki niat yang sama dengan penjajah sebelumnya, yaitu

menduduki dan menjajah. Indonesia kaya akan hasil-hasil taambng seperti minyak

bumi, timah, nikel, batu bara, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut jelas

dibutuhkan oleh tentara Jepang untuk keperluan industri dan pendukung

perlengkapan perang mereka.51

Kegiatan ekonomi yang dilakukan Jepang di Indonesia segalanya

diarahkan untuk kepentingan perang, maka seluruh potensi sumber daya alam dan

bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Bahan-

bahan mentah dianggap sangat penting untuk keperluan sebagai alat perang

seperti besi, tembaga, kuningan dan sebagainya. Dalam mengatur bahan-bahan

tersebut, Jepang mengadakan pengaturan terhadap distribusinya. Pengaturan

tersebut tercantum dalam Osamu Seirei No.19 tahun 1944 tentang mengatur

pembagian tembaga tua dan besi tua.52

50

Aiko Kurosawa, op.cit., hlm 84-85. 51

Sagimun M.D, Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Fasisme

Jepang(Jakarta: Idayu Press, 1985), hlm. 47. 52

Aiko Kurosawa, op.cit., hlm 453.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

69

Minyak bumi di Indonesia merupakan salah satu faktor pendorong yang

kuat bagi tentara Jepang untuk melancarkan Perang Pasifik atau Perang Asia

Timur Raya. Jepang sngat membutuhkan pula bahan-bahan pangan berupa beras,

jagung, ternak dan sebagainya untuk makanan para prajurit yang sangat banyak

jumlahnya dan tersebar di medan pertempuran yang wilayahnya sangat luas.

Bahan pangan adalah keperluan yang penting bagi para tentara yang

bertempur dalam peperangan. Beras merupakan kebutuhan yang paling mutlak

dibanding dengan bahan pangan lainnya. Pulau Jawa ditetapkan oleh Jepang

sebagai pemasok utama beras karena Jawa memiliki luas sawah yang cukup besar

dan penduduknya yang sebagian besar bekerja sebagai petani. Beras dari Jawa

semakin memiliki arti yang sangat penting karena semasa perang membutuhkan

kebutuhan bahan makanan yang banyak.

Hasil produksi beras yang diperoleh dari setiap karesidenan di Jawa

diserahkan kepada kantor pusat persatuan penggilingan padi di setiap karesidenan

dan jumlahnya dilaporkan ke kantor karesidenan. Beras yang terkumpul tersebut

dibagi menjadi dua yaitu untuk konsumsi di dalam karesidenan dan konsumsi di

luar karesidenan, termasuk untuk kepentingan militer Jepang (Angkatan Darat dan

Angkatan Laut), ekspor ke wilayah pendudukan lain serta pemasokan untuk

karesidenan lain.53

Jawa memiliki dua jenis karesidenan yaitu karesidenan swadaya beras

dan karesidenan tidak swadaya beras. Karesidenan yang tidak berswadaya beras

53

Ibid., hlm 93.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: BAB III PENERAPAN KEBIJAKAN PENYERAHAN WAJIB PADI DI

70

akan mendapat pasokan beras dari daerah yang berswadaya beras. Pada awal

pendudukannya di Indonesia, Jepang memang terkesan sangat perhatian dengan

rakyat, namun semakin lama rakyat semakin tak diperhatikan dan dibiarkan hidup

miskin seadanya.

Tentara Jepang yang ada di medan pertempuran seperti Angkatan Darat

dan Angkatan Lautnya juga sangat membutuhkan kiriman beras dari Jawa. Jika

dipresentase, jumlah beras yang didapat dari para petani akan untuk konsumsi

domestik 70%, untuk Angkatan Darat Jepang 26%, untuk Angkatan Laut Jepang

1% dan untuk ekspor ke wilayah pendudukan lain sebesar 3%.54

Dalam pendistribusian beras dan bahan makanan lainnya, di setiap

karesidenan dibentuk sebuah gerakan yang disebut dengan Baridan Pelopor

Oentoek Mengangkoet Bahan Makanan dengan residen sebagai pemimpinnya.

Beras yang telah terkumpul di kantor karesidenan kemudian di bawa ke pusat dan

diangkut dengan menggunakan kapal menuju daerah Pasfik Selatan markas

tentara Jepang berada.55

54

Ibid., hlm. 94. 55

Asia Raya edisi 8 Juni 1944.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user