bab iii pemrosesan dan interpretasi data iii.1. · pdf filearti dalam geologi khususnya dalam...

18
21 BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. Dasar-dasar Interpretasi Struktur Pada Penampang Seismik Analisis dan interpretasi struktur dengan menggunakan data seismik pada dasarnya adalah melakukan interpretasi keberadaan struktur patahan pada penampang seismik dengan mengunakan bantuan sifat fisik dari lapisan batuan tersebut terhadap gelombang bunyi. Struktur patahan yang secara sederhana dapat diamati secara visual pada suatu singkapan di alam, berupa terpotong dan bergesernya bidang perlapisan oleh bidang patahan, pada penampang seismik ditunjukkan dengan adanya kenampakan diskontinuitas atau ketidak menerusan yang tiba-tiba dari seismik atribut yang merefleksikan bidang perlapisan secara lateral. Ketidak menerusan ini dapat berupa terputus dan bergesernya seismik atribut tersebut secara lateral atau dapat juga berupa perubahan sudut, dan geometri yang terjadi secara tiba-tiba (Gambar III.1). Gambar III.1. (a) diskontinuitas atribut seismik yang memperlihatkan bagian yang hilang pada garis merah umumnya mencirikan sesar pada rejim tensional. (b) perulangan karakter atribut seismik pada garis merah yang umumnya mencirikan sesar pada rejim kompresi. Selain itu interpretasi dengan menggunakan data seismik ini juga dapat digunakan untuk mengamati periode pembentukan sesar dan umur relatif dari sesar tersebut (Gambar III.2). Proses tersebut tidak lepas dari pengamatan stratigrafi misalnya dari pengamatan ketebalan lapisan yang memiliki umur relatif sama yang terlibat dalam proses pembentukan sesar atau lipatan.

Upload: hoangthuy

Post on 07-Mar-2018

229 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

21

BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA

III.1. Dasar-dasar Interpretasi Struktur Pada Penampang Seismik

Analisis dan interpretasi struktur dengan menggunakan data seismik pada

dasarnya adalah melakukan interpretasi keberadaan struktur patahan pada

penampang seismik dengan mengunakan bantuan sifat fisik dari lapisan batuan

tersebut terhadap gelombang bunyi. Struktur patahan yang secara sederhana dapat

diamati secara visual pada suatu singkapan di alam, berupa terpotong dan

bergesernya bidang perlapisan oleh bidang patahan, pada penampang seismik

ditunjukkan dengan adanya kenampakan diskontinuitas atau ketidak menerusan

yang tiba-tiba dari seismik atribut yang merefleksikan bidang perlapisan secara

lateral. Ketidak menerusan ini dapat berupa terputus dan bergesernya seismik

atribut tersebut secara lateral atau dapat juga berupa perubahan sudut, dan

geometri yang terjadi secara tiba-tiba (Gambar III.1).

Gambar III.1. (a) diskontinuitas atribut seismik yang memperlihatkan bagian yang hilang

pada garis merah umumnya mencirikan sesar pada rejim tensional. (b) perulangan karakter atribut seismik pada garis merah yang umumnya mencirikan sesar pada rejim kompresi.

Selain itu interpretasi dengan menggunakan data seismik ini juga dapat digunakan

untuk mengamati periode pembentukan sesar dan umur relatif dari sesar tersebut

(Gambar III.2). Proses tersebut tidak lepas dari pengamatan stratigrafi misalnya

dari pengamatan ketebalan lapisan yang memiliki umur relatif sama yang terlibat

dalam proses pembentukan sesar atau lipatan.

Page 2: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

22

Gambar III.2. (a) unit lapisan 1, 2 dan 3 diendapkan sebelum terjadinya sesar yang

dicirikan oleh ketebalan yang sama pada bagian hanging wall (HW) dan footwall (FW), sedangkan unit lapisan 4 diendapkan saat berlangsungnya pensesaran dicirikan dengan perbedaan ketebalan pada bagian footwall (FW) dengan hanging wall (HW). (b) unit lapisan 5 diendapkan setelah pensesaran yang mengontrol pengendapan lapisan 4 berhenti dan kemudian tersesarkan pada saat pengendapan lapisan 6 selama terjadinya reaktivasi sesar. (Hill, 2003).

Pemahaman terhadap sejarah rejim tektonik yang bekerja pada suatu wilayah

menjadi hal yang banyak dipraktikan dan diperhatikan saat ini sebelum

menentukan interpretasi akhir sesar dan lipatan. Praktik tersebut menghasilkan

suatu iterasi pada proses interpretasi: interpretasi sesar tidak dapat dilakukan

sebelum mengetahui sejarah tektonik, tetapi sejarah tektonik hanya mungkin

dipahami dari keberadaan sesar dan lipatan. Sehingga interpretasi sesar tidak bisa

berdiri sendiri dan terisolasi dari sejarah tektoniknya, oleh karena itu interpretasi

akan dimulai dengan penarikan sesar-sesar yang dengan jelas membawa ciri rejim

tektonik tertentu untuk membuat suatu gambaran regional dan kemudian

melakukan interpretasi seluruh sesar sampai pola yang koheren dengan tektonik

dapat dihasilkan.

Pada prinsipnya interpretasi struktur pada penampang seismik tidak hanya sekedar

menarik bidang patahan, tetapi berusaha mengambarkan suatu yang mempunyai

arti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 dapat

memperlihatkan beberapa contoh interpretasi struktur dan penarikan bidang

patahan pada penampang seismik.

Page 3: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

23

Gambar III.3. Contoh interpretasi struktur patahan pada penampang seismik.

Karena patahan adalah produk dari suatu gaya atau rejim tegasan (stress fields),

sedangkan rejim tegasan ini dapat berubah dengan waktu, maka adalah umum

dijumpai bentuk dan orientasi struktur patahan berubah pada bagian yang berbeda

dari penampang seismik. Atau dengan kata lain bentuk dan orientasi struktur

patahan dapat berubah terhadap kedalaman pada suatu penampang seismik.

Ketelitian dalam menginterpretasi data seismik terutama dalam menangkap

perubahan geometri dan orientasi dari suatu bidang patahan akan sangat

membantu dalam menganalisis perubahan pola tektonik daerah tersebut.

SW NE

Penarikan patahan dikarenakan

ketidakmenerusan event

Penarikan patahan dikarenakan perubahan dip domain yang tajam

dari suatu horison

Penarikan patahan dikarenakan perubahan ketebalan pada footwall dan hanging wall dari suatu horison

NW SE

Page 4: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

24

III.1.1. Pengikatan data stratigrafi sikuen pada penampang seismik

Persiapan data log dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan. Tahapan

pertama adalah pengerjaan model stratigrafi sikuen pada sumur-sumur kunci yang

memiliki data log, biostratigrafi dan data penunjang lainnya yang cukup lengkap.

Unit stratigrafi sikuen yang digunakan adalah unit sikuen orde ke-3 yang

mewakili stratigrafi regional dan diharapkan dapat mewakili sejarah tektonik

selama pengendapan unit stratigrafi tersebut. Batas sikuen (sequence boundary)

dan permukan genang laut maksimum (maximum flooding surface) merupakan

horison yang penting yang akan digunakan sebagai marker untuk pengikatan

dengan data seismik.

Pada rekaman seismik refleksi, hampir seluruh perubahan refleksi gelombang

primer disebabkan oleh batas impedansi akustik akibat perubahan densitas lapisan

batuan. Perbedaan densitas batuan ini dapat akibat dari perubahan litologi batuan

tersebut yang dicerminkan oleh batas atas dan batas bawah lapisan batuan, atau

dapat juga mencerminkan perbedaan sejarah pengendapan (umur) atau kompaksi

dari batuan yang dicerminkan oleh bidang ketidak selarasan (unconformity) yang

pada umumnya diwakili oleh batas sikuen. Sehingga dalam analisis dan

interpretasi struktur memakai data seismik refleksi penentuan bidang refleksi ini

menjadi sangat penting karena data inilah yang akan digunakan sebagai kunci

untuk memahami arti rekaman seismik dengan keadaan geologi yang sebenarnya.

Setelah membangun model stratigrafi sikuen pada beberapa sumur kunci

selanjutnya dilakukan tahapan kedua yaitu korelasi stratigrafi sikuen antar sumur

untuk mendapatkan gambaran secara lebih luas tatanan stratigrafi daerah Rimau

terutama kemenerusan dari batas sikuen (sequence boundary) dan permukaan

genang laut maksimum (maximum flooding surface) yang berguna untuk

interpretasi dan pemetaan pada data seismik. Validasi dari marker batas sikuen

dan permukaan genang laut ini dilakukan dengan pengikatan marker terhadap data

seismogram sintetik sehingga interpretasi marker pada data sumur dengan data

Page 5: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

25

seismik akan harmonis. Gambar III.4 merupakan salah satu contoh pengikatan

data seismik dengan seismogram sintetik yang dilakukan dalam penelitian ini.

Sonic Density Scale RC Wavelet Sesimic Synth Seismic Marker

SB-7SB-8SB-10

MFS-10

SB-11

JMK-1 SintetikJMK-1 Sintetik

Gambar III.4. Sintetik seismogram lintasan seismik 1053-84 melewati sumur Jmk-1.

Setelah data log dan data seismik telah terintegrasi dengan baik dalam suatu

proyek interpretasi IESX, maka tahapan berikutnya adalah melakukan

interpretasi.

III.2. Interpretasi Dengan Kombinasi Tektonostratigrafi dan Stratigrafi Sikuen

Dengan memakai dasar konsep tektonostratigrafi yaitu dengan menempatkan

stratigrafi dalam kerangka tektonik sebagai pengontrol utama dalam melakukan

interpretasi dan pemetaan, secara langsung kita mencoba menggambarkan

keadaan atau perkembangan tektonik dari cekungan dimana lapisan sedimen itu

diendapkan. Perkembangan ini dapat dikenali dari bentuk dan karakter unit

stratigrafinya. Jadi dengan mengetahui umur dan karakter dari suatu unit

stratigrafi kita dapat mengetahui lingkungan tektonik di mana sedimen itu

diendapkan.

Page 6: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

26

Konsep stratigrafi sikuen yang saat ini dikenal dan diaplikasi secara luas terutama

untuk kepentingan eksplorasi sumber daya mineral berawal dari pemahaman

proses sedimentasi dan tatanan stratigrafi pada daerah batas kontinen yang relatif

stabil. Definisi dari stratigrafi sikuen itu sendiri ialah penggolongan lapisan

batuan secara bersistem menjadi satuan bernama berdasarkan satuan genesa yang

dibatasi dibagian bawah dan atasnya oleh bidang ketidakselarasan atau

keselarasan padanannya (IAGI, 1996). Bidang ketidakselarasan merupakan

bidang erosi, pada umumnya terjadi diatas muka air laut dengan ditandai oleh

rumpang waktu geologi. Sedangkan bidang keselarasan padanan adalah bidang

kelanjutan dari bidang ketidakselarasan ke arah susunan lapisan batuan yang

selaras. Bidang ketidakselarasan atau bidang erosi batas satuan stratigrafi sikuen

disebabkan oleh proses penurunan relatif muka-laut, yang disebabkan oleh banyak

hal diantaranya gerak muka-laut global, sedimentasi maupun tektonik.

Aplikasi konsep stratigrafi sikuen ini pada daerah tektonik aktif kemudian

dijembatani oleh Prosser (1993). Kunci dari aplikasi konsep sikuen ini pada

daerah tektonik aktif terletak pada pengenalan karakter refleksi seismik dari pola

sedimentasi yang terjadi pada setiap system tract. System tract ini didefinisikan

dengan menggunakan metoda interpretasi terhadap karakter refleksi seismik pada

pengendapan lowstand, transgresive dan highstand.

Saat tektonik menjadi faktor yang dominan sebagai pengontrol sedimentasi maka

karakter seismik refleksi akan dapat mencerminkan pengaruh tektonik tersebut

terhadap pola pengendapan, sehingga pola ini oleh Prosser disebut sebagai

tectonic system tract. Sistem ini dibangun pada daerah cekungan yang mengalami

proses rifting. Berdasarkan karakter seismik refleksi, sedimentasi pada cekungan

rifting dibagi menjadi empat tahap yaitu (1) rift initiation (2) rift climax (3)

immediate post-rift dan (4) late post-rift (Gambar III.5).

Page 7: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

27

Gambar III.5. Contoh ideal cekungan half-graben dengan karakter refleksi seismik yang

ideal mencerminkan setiap tahapan endapan rift. (Prosser, 1993).

Aplikasi dari tectonic system tract ini pada daerah penelitian menitikberatkan

pada metoda pengenalan karakter seismik untuk menjembatani model stratigrafi

sikuen yang dibangun di daerah Rimau dengan proses tektonik yang terjadi

didaerah tersebut terutama pada saat awal terjadinya rifting sampai post-rifting.

Pada beberapa lintasan seismik dapat dikenali dengan baik karakter khas dari

tahapan rifting walaupun tahapan yang terjadi tidak sama ideal dengan yang

ditelaah pada daerah penelitian Prosser dicekungan daerah Laut Barents dan Laut

Utara.

III.2.1. Kesetaraan marker stratigrafi sikuen terhadap unit tektonik

Seperti telah didiskusikan diatas, bahwa tujuan untuk mempadu padankan

tektono-stratigrafi dengan unit marker stratigrafi sikuen adalah untuk

menjembatani pengenalan unit tektonik yang terjadi pada setiap sikuen

pengendapan. Hasil dari padanan ini akan sangat membantu proses rekonstruksi

penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol oleh struktur geologi

yang kompleks. Marker stratigrafi sikuen yang diinterpretasi dari pola log elektrik

Page 8: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

28

dan dilengkapi oleh data biostratigrafi akan menjadi dasar untuk menghubungkan

secara akurat interpretasi setiap permukaan sikuen pada data seismik didaerah

hangingwall dan footwall stuktur Iliran-Kluang.

Untuk keperluan tersebut maka dibangun model padanan tektono-stratigrafi

dengan stratigrafi sikuen pada sumur Jmk-1 yang merupakan sumur terdalam

sehingga dapat mencerminkan sikuen secara lebih lengkap dan sumur ini

memiliki data log elektrik dan data biostratigrafi yang cukup baik (Gambar III.6).

Selanjutnya model pada sumur Jmk-1 ini akan digunakan sebagai titik ikat untuk

membangun model korelasi regional didaerah penelitian melintasi struktur Iliran-

Kluang yang terdapat diantara sumur Stb-1 dengan Tbn-3 (Gambar III.7).

Dari hasil pemodelan pada sumur Jmk-1 dan pemodelan korelasi regional dari

sumur Ast-1 ke sumur Fjr-1 dapat dipadankan antara unit tektonostratigrafi

dengan unit stratigrafi sikuen (Gambar III.6). Paket sedimen Syn-Rift terdapat

diantara sikuen SB-1 yang merupakan batas unit Pre-Rift sampai dengan sikuen

SB-8. Berdasarkan karakter refleksi seismik paket syn-rift ini dapat dibagi

menjadi dua bagian yaitu (1) Mid Syn-Rift dengan batas SB-7 yang ekuivalen

dengan batas Formasi Lemat, (2) Late Syn-Rift dengan batas SB-8 yang ekuivalen

dengan batas Formasi Talang Akar bagian bawah yang masih didominasi oleh

endapan batupasir lingkungan fluvial-deltaik.

Paket Post-Rift diendapkan diantara sikuen SB-8 sampai sikuen setelah SB-11

yaitu pada Formasi Air Benakat. Berdasarkan pada karakter seismik refleksi paket

Post-Rift ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu (1) Early Post-Rift diantara

sikuen SB-8 dan SB-10 yang didalamnya terdapat endapan Formasi Talang Akar

bagian atas yang didominasi oleh batulempung dan endapan Formasi Baturaja

yang merupakan endapan batuan karbonat, (2) Mid Post-Rift yang terdapat

diantara sikuen SB-10 sampai SB-11 dimana pada sikuen ini terdapat MFS-10

yang merupakan sikuen yang mencerminkan fase regional transgresi didaerah

Rimau.

Page 9: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

29

Gambar III.6. Model tektonostratigrafi dan stratigrafi sikuen pada sumur Jmk-1.

Page 10: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

30

5000 10000 15000 20000 25000m0 5000 10000 15000 20000 25000m0

BiukiuBiukiu--11 SHSH--11

SHSH--22

SHSH--33BerkahBerkah--11

RejekiRejeki--11IliranIliran--11

TlTl. Jauh. Jauh--11

SalipSalip--11

TenggulengTengguleng--11SungaiSungai--11

TabTab--33

S. TabS. Tab--11

BungaBunga--11

KerangKerang--11

TjTj. Laban. Laban--11

LKPLKP--22

JemakurJemakur--11

AstaAsta--11

KSKS--138138KalabauKalabau--11 KSKS--7474

KancangKancang--11

FajarFajar--11

BiukiuBiukiu--11 SHSH--11

SHSH--22

SHSH--33BerkahBerkah--11

RejekiRejeki--11IliranIliran--11

TlTl. Jauh. Jauh--11

SalipSalip--11

TenggulengTengguleng--11SungaiSungai--11

TabTab--33

S. TabS. Tab--11

BungaBunga--11

KerangKerang--11

TjTj. Laban. Laban--11

LKPLKP--22

JemakurJemakur--11

AstaAsta--11

KSKS--138138KalabauKalabau--11 KSKS--7474

KancangKancang--11

FajarFajar--11

Legend

Batuan Dasar MetamorfBatupasirBatugampingBatulempung

Simbol Litologi

Batuan Dasar MetamorfBatupasirBatugampingBatulempung

Simbol Litologi

13.6 km 6.6 km 5.2 km 6.1 km 1.8 km 2.8 km 8.9 km 16.2 km

Gambar III.7. Model korelasi stratigrafi regional arah baratdaya-timurlaut dengan datum pada MFS-10. Sesar Iliran-Kluang terdapat diantara sumur Stb-1 dan Tbn-3.

Page 11: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

31

Selain itu dari hasil korelasi regional dapat tercermin proses sagging yang mulai

terjadi sejak sikuen SB-10 diendapkan (Gambar III.7). Endapan paket ini

didominasi oleh batulempung namun diatas sikuen SB-10 diendapkan batupasir

Telisa yang merupakan reservoir produktif di Tinggian Palembang, dan (3) Late

Post-Rift yang terdapat setelah sikuen SB-11 sampai Formasi Air Benakat. Pada

bagian ini mulai terjadi fase regresi yang diduga berkaitan dengan dimulainya

perubahan rejim tektonik ekstensional menjadi tektonik kompresif dimana

disebagian daerah cekungan mulai terjadi pengangkatan.

Beberapa sikuen terpilih untuk mewakili unit tektonostratigrafi yaitu sikuen SB-7,

SB-10, MFS-10 dan SB-11 untuk diikat dengan data seismik dan kemudian

digunakan sebagai marker pada rekonstruksi penampang seimbang. Selanjutnya

sikuen ini dipetakan distribusi lateralnya dalam domain peta struktur kedalaman

maupun peta isopah.

III.2.2. Karakteristik Unit Tektonostratigrafi Pada Penampang Seismik

Dengan melakukan interpretasi dan pemetaan memakai pendekatan

tektonostratigrafi ini perkembangan struktur atau evolusi tektonik daerah Rimau

khususnya patahan Kluang-Iliran dapat dianalisis dari waktu kewaktu. Dari data

kolom tektonostratigrafi cekungan Sumatra Selatan, sedikitnya ada tiga bidang

tektonostratigrafi yang dapat diinterpretasi dan dipetakan, yaitu batas atas SB-1

yang ekuivalen dengan batuan dasar mewakili tahapan akhir unit

tektonostratigrafi Pre-Rift, batas atas bidang batas sikuen SB-8 yang mewakili

batas sikuen Syn-Rift akhir, dan batas sikuen SB-10 yang merepresentasikan salah

satu bagian dari sikuen Post-Rift. Pada penampang seismik, ketiga unit

tektonostratigrafi yang ada di daerah Rimau ini dapat dibedakan dari

kenampakannya yang spesifik, seperti yang dapat dilihat pada Gambar III.8

dibawah ini

Page 12: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

32

1085-84

Proy. Jmk-1 Proy. Bga-1BL TG

1 km0 1 km0

5000 10000 15000 20000 25000 m0 5000 10000 15000 20000 25000 m0

BiukiuBiukiu--11 SHSH--11

SHSH--22SHSH--33BerkahBerkah--11

RejekiRejeki--11IliranIliran--11

TlTl. Jauh. Jauh--11

SalipSalip--11

TenggulengTengguleng--11SungaiSungai--11

TabTab--33

S. TabS. Tab--11

BungaBunga--11

KerangKerang--11

TjTj. Laban. Laban--11

LKPLKP--22

JemakurJemakur--11

AstaAsta--11

KSKS--138138KalabauKalabau--11 KSKS--7474

KancangKancang--11

FajarFajar--11

BiukiuBiukiu--11 SHSH--11

SHSH--22SHSH--33BerkahBerkah--11

RejekiRejeki--11IliranIliran--11

TlTl. Jauh. Jauh--11

SalipSalip--11

TenggulengTengguleng--11SungaiSungai--11

TabTab--33

S. TabS. Tab--11

BungaBunga--11

KerangKerang--11

TjTj. Laban. Laban--11

LKPLKP--22

JemakurJemakur--11

AstaAsta--11

KSKS--138138KalabauKalabau--11 KSKS--7474

KancangKancang--11

FajarFajar--11Pre-Rift

Syn-Rift

Post-Rift

Sagging

SB1

SB7

SB8

SB10

MFS10

SB11

Gambar III.8. Karakter refleksi seismik untuk sikuen Pre-Rift, Syn-Rift, Sag, Post-Rift.

Sikuen Pre-Rift di daerah Rimau dicirikan oleh dua karakter seismik refleksi yaitu

berupa karakter refleksi tidak kontinyu serta karakter refleksi yang koheren.

Refleksi yang tidak kontinyu berpola chaotic mencerminkan batuan dasar yang

masif yang diinterpretasikan sebagai batuan beku atau batuan metamorfosis

tingkat tinggi. Sedangkan refleksi yang koheren dijumpai pada bagian atas

refleksi chaotic. Refleksi ini terdiri dari beberapa lapis dengan amplitude yang

kuat sehingga dapat dijejak dengan baik dibeberapa lintasan seismik. Refleksi ini

diinterpretasikan sebagai batuan dasar yang bertipe batuan metamorfosis tingkat

rendah.

Sikuen Syn-Rift terdiri dari endapan batuan pengisi cekungan yang mana pada

daerah Rimau sikuen ini dapat dibagi menjadi dua sikuen yaitu Mid Syn-Rift dan

Late Syn-Rift akhir. Pada Mid Syn-Rift endapan ini didominasi oleh endapan

alluvial dan fluvial-lakustrin (Lemat Fm.). Endapan ini secara umum memiliki

karakter refleksi seismik yang kontinyu dengan amplitude yang cukup kuat, pola

chaotic dijumpai bila terdapat tinggian lokal yang dikontrol oleh sesar yang

mungkin mengindikasikan endapan alluvial yang diendapkan oleh mekanisme

Page 13: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

33

gravitasi. Sedangkan refleksi yang kontinyu dan berlapis dapat mengindikasikan

endapan lakustrin yang lebih didominasi oleh batuan lempung. Selain karakter

refleksi seismik, endapan Mid Syn-Rift ini dapat dikenali dari geometrinya

dengan ciri paket endapan yang membaji dengan terminasi refleksi onlapping

pada batuan dasar. Sedangkan sikuen Late Syn-Rift dicirikan oleh refleksi seismik

yang kontinyu, berlapis pararel, dengan amplituda yang cukup kuat. Pada lintasan

seismik yang mengarah pada cekungan yang lebih dalam dapat terlihat pola

retrogradasi dan agradasi. Sikuen ini didominasi oleh endapan fluvial-laut dangkal

(Talang Akar Fm). Di beberapa lintasan seismik dapat ditemukan juga terminasi

refleksi pada batuan dasar terutama di daerah sekitar Iliran High.

Sikuen Post-Rift, pada daerah Rimau seperti umumnya di Cekungan Sumatra

Selatan dicirikan oleh sikuen endapan batuan klastik trangresif shoreline yang

terdiri dari perselingan batupasir dengan batu lempung dibagian cekungan.

Refleksi seismik pararel-sub pararel dengan amplituda yang sedang menjadi

penciri endapan ini. Sedangkan dibagian tinggian dicirikan oleh munculnya

endapan batugamping terumbu yang kemenerusannya kearah cekungan

mengalami perubahan fasies menjadi batugamping klastik halus. Pada bagian

terumbu memperlihatkan ciri refleksi seismik yang lemah dan kemudian berubah

menjadi refleksi yang kontinyu dengan amplitude yang kuat kearah cekungan.

Sikuen MFS-10 umumnya memperlihatkan refleksi seismik yang diskontinyu.

Atribut seismik menunjukan amplitudo yang lemah sampai kuat degan frekuensi

yang cukup tinggi. Sementara sikuen SB-11 menunjukan kontinuitas refleksi

buruk sampai baik. Pola refleksi memperlihatkan pola lapisan yang pararel.

Sikuen ini memiliki refleksi seismik yang cukup kuat dan memiliki frekuensi

yang tinggi.

III.3. Interpretasi Struktur Sesar Blok Rimau

Dari interpretasi penampang seismik 2D Rimau dapat didentifikasi sedikitnya

sebanyak 35 bidang patahan yang tersebar diarea penelitian. Terdapat dua

orientasi utama sesar-sesar di daerah Rimau yaitu arah baratlaut-tenggara dan arah

Page 14: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

34

timurlaut-baratdaya dan dua orientasi minor yaitu sesar berarah relatif utara-

selatan dan berarah relatif barat-timur (Gambar III.9).

NN0 5 10 km0 5 10 km

Bku-1 SH-1

SH-2SH-3

Brk-1

Rjk-1Iln-1Tlj-1

Slp-1-

Tgl-1

Tbn-3

Stb-1

Bga-1

Krg-1

Tjb-1

Lkp-2

Jmk-1

KS-138Klb-1

KS-74

Kcg-1

Fjr-1

Ars-1

Sgi-1

Ast-1

Bku-1 SH-1

SH-2SH-3

Brk-1

Rjk-1Iln-1Tlj-1

Slp-1-

Tgl-1

Tbn-3

Stb-1

Bga-1

Krg-1

Tjb-1

Lkp-2

Jmk-1

KS-138Klb-1

KS-74

Kcg-1

Fjr-1

Ars-1

Sgi-1

Ast-1

Gambar III.9. Peta struktur kedalaman batuan dasar

Dengan menggunakan bantuan aplikasi geomodelling Petrel, gambaran tiga

dimensi hasil dari interpretasi bidang patahan pada penampang seismik dan

penyebarannya dapat dilihat pada Gambar III.10 dibawah ini.

Gambar III.10. Visualisasi 3-Dimensi tatanan struktur geologi.

Page 15: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

35

III.4. Konsep Analisis Struktur III.4.1. Konsep Strain dan Stress

Peacock dan Marrett (1997) menjelaskan bahwa strain merupakan perpindahan

relatif yang berhubungan dengan pembentukan struktur dan dapat diterangkan

dengan spesifik dengan penggambaran geometri tanpa harus melihat dinamika

prosesnya. Sebaliknya, stress adalah gaya yang bekerja selama pembentukan

struktur dan tidak dapat dipahami tanpa mengacu kepada analisis kinematik dan

observasi geometrinya. Secara sederhana stress didefinisikan sebagai satuan

gaya/area (F/A) sedangkan strain didefenisikan sebagai pertambahan panjang

(volume) suatu benda dibandingkan dengan keadaan awal atau keadaan aslinya,

misalkan terjadi perubahan panjang maka strain = DL / L. Lebih jauh Marret dan

Peacock menyatakan bahwa stress dan strain tidak mempunyai hubungan satu

arah sebab akibat secara langsung. Analisis struktur pada fase geometri/kinematik

lebih bersifat diskriptif dan analisis fase dinamik lebih bersifat genetik.

Edelman (1989) melihat strain lebih kepada strain rate yang merupakan bagian

simetri dari gradien perpindahan dan gradien kecepatan regangan pada suatu titik

dan waktu tertentu. Pengukuran dari strain tergantung dari penentuan keadaan

awal yang belum terubah undeformed. Edelman juga melihat bahwa hubungan

antara stress dan strain sangat dipengaruhi oleh rheologi dari material batuan.

Pada kondisi kental (viscous) stress tidak berhubungan samasekali dengan strain.

Selain itu Edelman menegaskan keterbatasan konsep stress dalam analisis struktur

karena tidak adanya hubungan kuantitatif atau persamaan baku antara stress dan

strain secara permanen. Bila diperoleh informasi yang dapat menentukan suatu

paleostress, laju strain, atau rheology batuan, maka informasi tersebut akan

menjadi tidak akurat bila dihubungkan dengan adanya sejarah deformasi pada

batuan, yaitu terjadinya multi gaya yang menyebabkan batuan mengalami

beberapa kali jenis deformasi dan struktur yang terbentuk sepanjang waktu.

Berbeda dengan beberapa pendapat diatas, Pollard (2000) melihat adanya

hubungan antara stress dan strain secara esensial, keduanya merupakan kuantitas

Page 16: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

36

fisik yang penting dalam analisis struktur. Pollard melihat bahwa stress

merupakan penyebab deformasi, sedangkan deformasi menghasilkan strain.

Dengan kata lain Pollard melihat bahwa stress dan strain mempunyai hubungan

sebab dan akibat. Kalau dikaitkan dengan kondisi di alam, strain didefenisikannya

sebagai perubahan ukuran dan bentuk tubuh batuan (benda) sebagai akibat dari

diberikannya stress pada benda tersebut.

III.4.2. Konsep Rekonstruksi Penampang Seimbang

Rekonstruksi penampang seimbang diperlukan untuk mencari hubungan antara

keadaan setelah deformasi dengan sebelum terjadinya deformasi terhadap batuan,

selain itu juga bermanfaat untuk perhitungan strain, memeriksa benar tidaknya

interpretasi struktur dan untuk memahami sejarah geologi suatu daerah. Asumsi

yang digunakan bahwa selama terjadinya deformasi isi batuan tetap konstan.

Secara umum metodologi dalam rekonstruksi penambang seimbang dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu unfolding restoration dengan beberapa algoritma

antara lain simple shear, flexural slip dan line length. Sedangkan kategori yang

lain adalah move on restoration dengan algoritma diantaranya inclined shear dan

fault pararel flow (Midland Valley, 2001).

Pemilihan metodologi dan algoritma rekonstruksi penampang seimbang

bergantung pada tatanan geologi suatu daerah. Merujuk pada tatanan geologi

regional daerah cekungan Sumatra Selatan yang memiliki dua rejim tektonik yaitu

tensional dan kompresional maka metoda dan algoritma yang cukup tepat adalah

inclined shear. Prinsip dasar dari inclined shear ini adalah melakukan restorasi

dengan mempertimbangkan hubungan antara geometri sesar dengan deformasi

yang terjadi pada blok hanging wall. Restorasi kemudian dilakukan dengan

mengikuti arah garis perpindahan yang memiliki kemiringan tertentu seperti

gambar dibawah (Gambar III.11).

Page 17: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

37

A2

Area ekstensional A2 = A1

Shear vectors

Elemen Hangingwall runtuh keatas bidang sesar

A

B

C

Area ekstensional

A1HangingwallFootwall

A2

Area ekstensional A2 = A1

Shear vectors

Elemen Hangingwall runtuh keatas bidang sesar

A

B

C

Area ekstensional

A1HangingwallFootwall

Gambar III.11. Rekonstruksi penambang seimbang dengan metoda inclined shear

Sedangkan untuk menghitung besaran strain yang terjadi akibat deformasi

digunakan algoritma Gibbs (1983) (Gambar III.12).

Gambar III.12. Algoritma perhitungan strain (Gibbs, 1983)

Page 18: BAB III PEMROSESAN DAN INTERPRETASI DATA III.1. · PDF filearti dalam geologi khususnya dalam struktur geologi. Gambar III.3 ... penampang seimbang didaerah penelitian yang dikontrol

38

Untuk membangun dan menganalisis evolusi tektonik dan struktur di daerah

penelitian, maka dipilih empat lintasan komposit seismik untuk digunakan dalam

pembuatan penampang palinspatik. Keempat lintasan tersebut terdiri dari tiga

lintasan berarah timurlaut-barat daya atau tegak lurus dengan struktural dip masa

kini dan satu lintasan berarah baratlaut-tenggara untuk mewakili struktur dari

daerah Tinggian Iliran ke arah Graben Jemakur.