bab iii metodologi penelitian a. metode dan desain...

42
23 Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelilitian Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilaksanakan dengan menciptakan suatu perlakuan yang berfungsi sebagai variabel bebas dan sengaja diciptakan pada suatu objek. Adapun jenis metode dalam penelitian ini yaitu metode penelitian eksperimen kuasi atau disebut quasi experimental research. Metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012, hlm.107). Penelitian ini melibatkan dua kelas pada tingkat VII SMP Negeri 45 Bandung, yaitu satu kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan (treatment) berupa pembelajaran bahasa Indonesia berfokus pada keterampilan menyimak dongeng dengan tenik dictogloss, dan satu kelas pembanding yang tidak dikenai perlakuan tetapi pembelajaran di kelas tersebut dilakukan secara terlansung (sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh pendidik di SMPN 45 Bandung). Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Nonequivalent Control Grup Design. Dalam desain ini, terdapat dua kelompok yang tidak dipilih secara acak, dengan menggunakan teknik sampling Nonprobability Sampling yaitu purposive sampling. Sugiono (2001, hlm.61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu. Peneliti lainnya Margono (2004, hlm.128) menegaskan pengambilan sampel berdasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubingi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 23

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Metode dan Desain Penelilitian

    Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode

    eksperimen yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilaksanakan dengan

    menciptakan suatu perlakuan yang berfungsi sebagai variabel bebas dan

    sengaja diciptakan pada suatu objek. Adapun jenis metode dalam

    penelitian ini yaitu metode penelitian eksperimen kuasi atau disebut quasi

    experimental research. Metode eksperimen adalah metode penelitian yang

    digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

    dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012, hlm.107).

    Penelitian ini melibatkan dua kelas pada tingkat VII SMP Negeri

    45 Bandung, yaitu satu kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan

    (treatment) berupa pembelajaran bahasa Indonesia berfokus pada

    keterampilan menyimak dongeng dengan tenik dictogloss, dan satu kelas

    pembanding yang tidak dikenai perlakuan tetapi pembelajaran di kelas

    tersebut dilakukan secara terlansung (sesuai dengan rencana pelaksanaan

    pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh pendidik di SMPN 45

    Bandung).

    Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Nonequivalent

    Control Grup Design. Dalam desain ini, terdapat dua kelompok yang tidak

    dipilih secara acak, dengan menggunakan teknik sampling Nonprobability

    Sampling yaitu purposive sampling. Sugiono (2001, hlm.61) menyatakan

    bahwa sampling purposive adalah teknik pengumpulan sampel dengan

    pertimbangan tertentu. Peneliti lainnya Margono (2004, hlm.128)

    menegaskan pengambilan sampel berdasarkan atas ciri-ciri tertentu yang

    dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang sudah

    diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubingi

    disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan

    tujuan penelitian.

  • 24

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Nonequivalent Control Group Design menempatkan subyek

    penelitian ke dalam dua kelompok yang dibedakan menjadi kategori kelas

    eksperimen dan kelas pembanding. Kelas eksperimen diberi perlakuan

    yaitu pembelajaran menyimak dengan menggunakan teknik dictogloss.

    Perlakuan tetap dilaksanakan di kelas pembanding, akan tetapi dalam kelas

    pembanding dilakukan pembelajaran terlangsung

    Teknis penelitian dalam desain ini yaitu kedua sampel diberi dua

    kali tes. Prates untuk mengetahui keadaan awal dan pascates untuk

    mengetahui kemampuan akhir, serta mengetahui adakah perbedaan antara

    kelompok eksperimen dan kelompok pembanding.

    Metode eksperimen kuasi digunakan untuk melihat keefektifitasan

    variabel bebas (teknik dictogloss) terhadap variabel terikat (hasil

    menyimak dongeng). Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3)

    Tabel 3.1 Rancangan Penelitian (Sugiono)

    Kelompok Prates Perlakuan Pascates

    Eksperimen O1 X O2

    Pembanding O3 O4

    (Sugiono, 2015, hlm 112)

    Keterangan:

    X : Perlakuan (Kegiaatan Pembelajaran Menggunakan Teknik

    Dictogloss dalam pembelajaran menyimak dongeng)

    O1 : Nilai prates kelompok eksperimen

    O2 : Nilai pascates kelompok eksperimen

    O3 : Nilai prates kelompok kontrol

    O4 : Nilai pascates kelompok kontrol

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP

    Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2016/2017. Populasi ini dipilih karena

    pembelajaran menyimak dongeng sebagaimana dalam Kurikulum

  • 25

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    KTSP 2006 yang terdapat di jenjang kelas VII Semester Ganjil. Siswa

    yang menjadi populasi tersebut tersebar dalam 10 kelas yaitu kelas

    VII-A, VII-B, VII-C, VII-D, VII-E, VII-F, VIIG, VII-H, VII-Idan VII-

    J

    Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 45 Bandung, maka

    populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 45

    Bandung.

    Tabel 3.2 Rincian Siswa Kelas VII SMP Negeri 45 Banding

    Populasi

    Jumlah Siswa Jumlah

    Keseluruhan Laki-Laki Perempuan

    kelas VII A 17 19 36

    kelas VII B 19 18 37

    kelas VII C 16 18 34

    kelas VII D 20 20 40

    kelas VII E 16 21 37

    kelas VII G 18 20 38

    kelas VII G 20 19 39

    kelas VII H 16 24 40

    kelas VII I 15 22 37

    Jumlah Total

    Siswa

    157 181 338

    (Sumber: staff TU SMPN 45 Bandung)

  • 26

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2. Sampel

    a. Sampel adalah sebagian dari populasi. Penentuan sampel dalam

    penelitian ini dilakukan menggunakan teknik sampel purposif

    (purposive sampling). Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan

    desain penelitian eksperimen kuasi nonequaivalent control group

    design, yang tidak dipilih secara random. Sampling purposif adalah

    teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang

    artinya peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena

    adanya pertimbangan untuk memilih kelas dengan siswa yang

    memiliki kemampuan homogen. Dengan kriteria maampu memuhi

    faktor-faktor yang mempengaruhi proses menyimak, seperti alat

    dengar, situasi/kondisi, konsentrasi, dan tujuan pembelajaran.

    Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari sepuluh kelas

    di SMP Negeri 45 Bandung. Satu kelas sebagi kelas eksperimen,

    dan satu kelas sebagai kelas pembanding. Pemilahan dua kelas ini

    merupakan wakil dari jumlah poulasi yang akan diteliti.

    Pemilihan kelas penelitian juga disesuaikan dengan

    rekomendasi guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 45 Bandung

    Ibu Dwi Astutie, S.Pd pada tahun ajaran 2016/2017. Rincian

    sampel sebagai berikut:

    Tabel 3.3 Sampel Penelitian

    Sampel Kelas Jumlah Jumlah

    Laki-laki Perempuan

    Kelas Ekperimen VII-B 19 18 37

    Kelas Pembanding VII-C 16 18 34

    Jumlah 35 36 71

    Sumber: staf TU SMPN 45 Bandung

  • 27

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    C. Instrumen Penelitian

    Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

    yang diperlukan sehubungan dengan permasalahan penelitian itu sendiri.

    1) Tes

    Tes ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang

    signifikan pada kemampuan menulis petunjuk siswa sebelum dan sesudah

    penerapan metode dictogloss. Pada tahap ini peneliti melakukan dua kali

    tes yang terdiri dari prates dan pascates pada siswa kelas eksperimen dan

    kelas pembanding. Kedua tes tersebut dilakukan untuk mengetahui

    perkembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran menyimak

    dongeng.

    Soal tes dibuat berdasarkan tes kemampuan menyimak, dalam ranah

    kognitif memiliki tingkatan-tingkatan seperti yang dikembangkan oleh

    Bloom (Nurgiyantoro, 1995, hlm. 237). Tingkatan-tingkatan tes aspek

    kognitif yang dimaksud dari tingkat ingatan (C1) sampai dengan tingkat

    analisis (C4). Berdasarkan kedua ranah kognitif ini maka soal tes

    menyimak dongeng dibuat berdasarkan tingkatan yang meliputi tingkat

    ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C5).

    Berdasarkan adanya tingkatan dalam soal tes menyimak dongeng

    ini, maka peneliti membuat adanya daya pembeda setiap soal, yaitu dengan

    adanya bobot. Pertanyaan mengenai unsur-unsur intrinsik dongeng

    memiliki bobot yang berbeda. Misalnya soal nomor satu siswa diminta

    menyebutkan nama-nama tokoh yang ada dalam dongeng, soal tersebut

    merupakan soal ranah kognitif tingkat ingatan (C1) yang tidak terlalu

    membutuhkan kemampuan berpikir siswa terlalu dalam. Sehingga bobot

    yang diberikan untuk soal nomor satu adalah satu. Semakin besar bobot

    soal maka semakin tinggi pula tingkatan soal ranah kognitif, juga semakin

    besar skor siswa. Penentuan bobot soal dan skor yang akan diperoleh siswa

    diatur dalam kriteria penilaian. Agar lebih jelas berikut adalah kriteria

    penilaian menyimak dongeng.

  • 28

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Ranah Kognitif untuk Menyimak

    Dongeng

    No Aspek Penilaian Skor Kriteria Penilaian

    1. Menemukan hal-

    hal yang menarik

    dalam dongeng

    yang terdapat

    dalam unsur-unsur

    insrinsik di

    dongeng

    meliputi:

    1. tokoh

    3

    2

    1

    Siswa mampu menyebutkan tiga tokoh utama yang

    ada di dalam dongeng dengan tepat:

    1) Pussi

    2) Belang

    3) Ibu

    Siswa mampu menyebutkan dua tokoh dongeng

    dengan tepat.

    Siswa mampu menyebutkan satu tokoh yang ada di

    dalam dongeng dengan tepat.

    2. perwatakan

    6

    5

    4

    3

    Siswa mampu menjelaskan tiga perwatakan yang

    ada di dalam dongeng dengan tepat:

    1. Pussi: Kucing yang manja, pemarah, dan tidak

    bersyukur dengan apa yang dia punyya saat ini.

    Akan tetapi setelah ia bertemu dengan si belang,

    ia berubah menjadi baik hati, penyayang, dan

    mensyukuri apa yang ia miliki sekarang.

    2. Belang: kucing yang baik hati, dan bersyukur

    terhadap apa yang sudah dimilikinya.

    3. Ibu: Ibu Pussi yang penyabar, sangat baik, dan

    menyayangi anak kucing

    Siswa mampu menjelaskan dua tokoh dengan tepat

    dan satu tokoh dengan kurang lengkap.

    Siswa mampu menjelaskan dua perwatakan yang

    ada di dalam dongeng dengan tepat.

    Siswa mampu menjelaskan satu perwatakan yang

    ada di dalam dongeng dengan tepat.

    3. latar/setting,

    3

    Siswa mampu menjelaskan tiga latar dengan tepat:

    1. Latar tempat (rumah Pussi, kamar Pussi, dapur,

  • 29

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2

    1

    halaman rumah Pussi)

    2. Latar waktu ( pagi hari).

    3. Latar suasana (haru, sedih, bahagia).

    Siswa mampu menjelaskan dua latar dengan tepat.

    Siswa mampu menjelaskan satu latar dengan tepat.

    Siswa mampu menjelaskan satu latar yang ada di

    dalam dongeng dengan tepat.

    4. alur,

    5

    Siswa mampu menyebutkan alur yang ada di dalam

    dongeng dengan tepat, disertai penjelasan mengenai

    tahapan alur. Penjelasan yang dikemukakan tepat:

    Alur Maju: karena memiliki hubungan sebab akibat

    dan sesuai dengan tahapan dongeng yaitu

    pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks,

    peleraian, dan penyelesaian.

    Pengenalan: ketika Pussi sedang menangis

    dikaarnya dan melihat ada jucing sedang memakan

    sisa makanan di tong sampah. Pussi hendak

    melerainya, dan mereka berkenalan satu sama lain.

    Klimaks: ketika Belang menceritakan betapa

    nikmatnya hidup si Pussi yang memiliki apa yang ia

    tidak miliki, seperti kedua orang tua dan rumah

    yang dapat melindungi ia dari hujan dan terik

    matahari. Pussi terentuh akan perkataan Belang

    Peleraian: untuk rasa terimakasih Pussi kepada

    Belang yang sudah mengingatkannya untuk

    bersyukur, Pusii mengajak Belang makan makanan

    yang layak kepada Belang di rumahnya

    Penyelesaian: Pusii meminta maaf kepada ibunya

    atas semua perbuatan yang ia telah lakukan kepada

    kedua orang tuanya, dan Pussi mengenalkan Belang

    pada ibunya. Ibunya sangat terharu dengan

  • 30

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3

    2

    1

    perbuatan dan sikap baik yang dimiliki Belang.

    Belang diperbolehkan untuk sering bermain dengan

    anaknya Pussi..

    Siswa mampu menyebutkan alur yang ada di dalam

    dongeng dengan tepat disertai penjelasan mengenai

    tahapan alur. Penjelasan yang dikemukakan kurang

    tepat.

    Siswa mampu menyebutkan alur yang ada di dalam

    dongeng dengan tepat , namun tidak disertai

    penjelasan mengenai tahapan alur.

    Siswa hanya mampu menyebutkan alur tanpa ada

    pejelasan mengenai tahapan alur

    5. amanat/pesan

    moral

    3

    2

    1

    Siswa mampu menyebutkan tiga dari beberapa

    amanat yang ada di dalam dongeng dengan tepat

    sesuai dengan tema:

    1. Berbaktilah kepada orang tua, dengan cara tidak

    menjadi anak yang manja (memiliki sikap

    mandiri)

    2. Berbagilah kepada sesama mahkluk tuhan

    3. Bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki

    Siswa mampu menyebutkan dua amanat yang

    terdapat dalam dongeng

    Siswa manyebutkan satu yang ada di dalam

    dongeng dengan tepat namun kurang sesuai dengan

    tema.

    6. tema

    2

    Siswa mampu menyebutkan tema dengan tepat

    yang ada di dalam dongeng maupun tema minor

    yang ada di dalam dongeng yang mendukung tema

    mayor:

    Tema mayor: kemanusiaan dan kasih sayang dalam

    keluarga

  • 31

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    1

    Tema minor: selalu bersyukur terhadap apa yang

    sudah dimiliki

    Siswa kurang tepat menyebutkan tema yang ada di

    dalam dongeng namun menyebutkan tema minor

    tetapi tidak mendukung tema mayor.

    2. Menemukan hal-

    hal menarik dalam

    dongeng

    5

    4

    3

    2

    1

    Siswa mampu menemukan lima hal menarik yang

    terdapat dalam dongeng.

    Siswa mampu menemukan empat hal-hal menarik

    dari dongeng.

    Siswa mampu menemukan tiga hal-hal menarik dari

    dongeng.

    Siswa mampu menemukan dua hal-hal yang

    menarik dari dongeng.

    Siswa mampu menemukan satu hal yang menarik

    dari dongeng.

    Perhitungan nilai akhir adalah sebagai berikut:

    Nilai siswa = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

    𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 (27) x 100

    Diadaptasi dari:

    Nurgiyantoro, B. (1995). Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra.

    Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

    Berikut merupakan transkrip dari dongeng fabel yang digunakan untuk

    prates dan pascates. Dengan judul “Pussi dan si Belang”

    Pusi Bergelas lari masuk ke kamarnya dan menutup pintunya dengan keras

    “bruuug” suara bantingan pintu.

    Pussi menangis meraung-raung (suara seokor anak kucing menagis). Panggilan

    ibunya tidak dihiraukan. Sampai pada akhirnya, Pussi mendengar ada suara

    berisik (suara krasak-krusuk berisik gesekan plastik) diluar jendela kamarnya.

    Pussi pun berhenti menangis. Dia inggin tahu, suara apa itu.

  • 32

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Kemudian si Pusii mengintip dari jendela kamarnya. Ternyata ada seekor anak

    kucing kecil yang sedang membongkar tempat sampahnya.

    “Hay, sedang apa kamu? Itu sampah! Kotor!” tegur si Pussi.

    Kucing kecil itu sedikit terkejut, tapi tersenyum.

    “Namaku sei Belang, aku sedang mencari makan. Di tempat sampahmu ada duri

    ikan lele yang sangat enak!” kata si Belang menjawab sapaan si Pussi.

    Kemudian, si Pusii melompat keluar dari jendela, dan mendekati si Belang. Si

    Pusii bertanya kepada si Belang

    “Apakah ibumu tidak menggorengkan ikan untuk mu?”

    “kalau aku punya ibu, pasti aku enak, ada yang menyiapkan makanan. Tapi aku

    tidak punya ibu. “ si Belang tertunduk sedih.

    Si pussi bertanya ragu “sekarang kamu tinggal dengan siapa?”

    Belang menjawab “aku tidak punya rumah, auk sendirian”

    “kamu senang yah punya rumah, ibu, dan ayah. Apakah kamu punya adik? Tentu

    senang sekali rasanya punya adik. Apakah punya adik itu menyenangkan? adik

    banyi biasanya suka manangis, dan ibu jadi repot mengurus adi. Kalau aku punya

    adik, aku akan membantu ibu mengurusnya. Adik kecil itu lucu, kalau sudah

    besar, dia bisa diajak bermain. Woaaah.. itu asiik”

    Mendengar kata-kata si Belang, si Pussi terdiam. Dia berfikir dan biacara dalam

    hati. “Kasihan si Belang gak ada ibu, ayah, bahkan ga punya rumah. Untuk

    makan pun ia mencari sendiri. Si Belang baik, ia ingin punya adik, dan

    menyayangi adiknya. Aku jadi malu. Aku tak sebaik si Belang.” Kata Pussi dalam

    hati. Aku suka marah, dan minta disuapi ibu. Aku belum pernah membantu ibu

    mengurus adik.

    Si Pussi teringat dengan ikan lele yang di goreng ibunya. Kemudian, si Pusii

    masuk kerumah, untuik mengambil ikan lele goreng, untuk dimakan bersama Si

    Belang.

    “Ibu, lelenya masih ada kan? Boleh Pussi minta dua? Diluar ada teman baru yang

    sangat baik. Pussi mau makan bersama dia. Pussi tiadak usah disuapi ya Bu”

    Ibunya tersenyum sanang saat mendengar perkataan Pussi. Pussi tiba-tiba

  • 33

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    berubah.

    “Tentu saja sayang, ajak teman mu makan bersama yah..”

    Kemudian, si Pussi keluar menggil Si Belang dan mengajaknya masuk untuk

    memakan lele goreng bersama. Si Belang sangat senang menerima ajakan si

    Pusii”

    Waaah.. sekarang Pusii jadi baik ya bu. Iya aku uga baik seperti Pussi.

    Si Belang memenag anak kucing yang baik. Ia inggin menemani si Pusii menjaga

    adik bayinya. Tentu saja ibu sangat senang. Ibu Pussi pun berkata

    “belang, kamu anak kucing yang baik, kamu boleh sering main kesini, dan makan

    bersama si Pusii yaa.. “

    Tentu si Belang sangat senang karena dia tidak usah mengrek sampah lagi untuk

    mencari makanan.

    Pussi tersenyum sembari memeluk ibunya, Pussi sangat bersyukur ia punya

    rumah, ibu, ayah, adik yang lucu, dan teman baru yang baik.

    “Pussi berjanji gak akan gampang marah, gampang nangis, atau berteriak-teriak,

    Pussi mau jadi anak yang baik, dan sayang sama Abi.”

    Diva juga sayang sama ibu, Pupus juga. iya sayang, ibu juga sayang Diva dan

    Pupus.

    Dongeng yang akan digunakan dalam tes awal dan tes akhir adalah

    dongeng berjudul “Si Pusi dan Si Belang” (sumber dongeng tercantum). Adapun

    instrumen tes yang akan digunakan dalam tes awal dan tes akhir adalah sebagai

    berikut.

    Tabel 3.5 Kisi-Kisi Intrumen Tes Awal dan Tes Akhir

    Indikator Teknik Bentuk Instrumen

    1. Mampu

    mengidentifikasi

    hal menarik dari

    unsur-unsur

    instrinsik dalam

    dongeng

    Tes Uraian Tentukan hal-hal yang

    manrik dari unsur-unsur

    intrinsik berikut ini!

    1. Tema

    2. Alur

    3. Tokoh

  • 34

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    4. Penokohan

    5. Setting

    6. Pesan moral/amanat

    2. Mampu

    mengungkapkan

    alasan yang logis

    terhadap hal-hal

    menarik dari

    dongeng

    Tes Uraian Setelah mengidentifikasi hal-

    hal menarik dari dongeng,

    berikanlah alasan yang logis,

    terhadap dongeng yang

    disimak!

    a. Prates

    Diberikan untuk memperoleh data terkait kemampuan awal peserta

    didik dalam pebelajaran bahasa Indonesia dalam keterampilan menyimak

    dongeng.

    Sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (2013, hlm.112) bahwa tes

    awal dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang

    berkaitan dengan kompetensi atau bahan ajar yang akan dipelajarinya.

    Pelaksanaan tes awal prates dilaksanakan sebelum peserta didik mendapatkan

    perlakuan dari peneliti. Prates dilaksanakan di kelas ekperimen maupun kelas

    pembanding

    b. Pascates

    Untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah mendapat

    perlakuan. Pascates dilaksanakan pada kedua kelas, yaitu kelas eksperimen

    dan kelas pembanding. Berikut ini adalah lembar prates dan pascates

    kemampuan menyimak dongeng

  • 35

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.6

    Instrumen Soal Prates dan Pasca Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

    Petunjuk Umum:

    1. Bacalah dengan seksama soal terlebih dahulu!

    2. Silahkan bertanya jika belum mengerti mengenai soal tersebut!

    3. Simaklah dongeng yang akan diperdengarkan oleh guru dengan cermat

    dan teliti!

    4. Guru hanya memutarkan dongeng sekali!

    5. Tidak ada pemutaran ulang oleh guru!

    6. Silahkan menyimak!

    Petunjuk Pengerjaan:

    1. Tulislah no absen kalian di bagian kode pada lembar soal yang telah

    disediakan!

    2. Kerjakanlah pada lembar jawaban yang telah disediakan!

    Soal:

    1. Setelah menyimak dengan seksama. Tentukanlah hal-hal manarik

    berdasarkan unsur intrinsik yang terdapat dalam dongeng!

    1. Tema

    2. Alur

    3. Seting

    4. Tokoh

    5. Penokohan

    6. Nilai moral/amanat

    2. Berikan alasan yang logis sesuai dengan hal-hal menarik dalam dongeng

    yang telah disimak!

    (waktu yang disediakan maksimal 20 menit)

  • 36

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.7

    Lembar Jawaban Prates dan Pascates Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

    Lembar jawaban

    Isilah jawaban dari soal dilembar jawaban yang telah disediakan!

    Kode:............

    Kelas:...........

    Tanggal:...........

    1. Hal-hal menarik dalam unsur intrinsik!

    a. Tema:

    ..............................................................................................................

    ..............................................................................................................

    b. Alur:

    ..............................................................................................................

    ..............................................................................................................

    c. Tokoh:

    ..............................................................................................................

    .............................................................................................................

    d. Penokohan

    ...........................................................................................................

    ..........................................................................................................

    e. Setting:

    ..............................................................................................................

    ..............................................................................................................

    f. Pesan moral/amanat:

  • 37

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    ..............................................................................................................

    ..............................................................................................................

    ...........................................................................................................

    2. Alasan terkait dengan hal menarik dalam dongeng!

    - ...............................................................................................................

    ..............................................................................................................

    - ...............................................................................................................

    .................................................................................

    - ...............................................................................................................

    ..............................................................................................................

    - ...............................................................................................................

    ...............................................................................................................

    .................................................................................

    - ...............................................................................................................

    ............................................................................................................

    Tabel 3.8

    Kunci Jawaban

    Berikut merupakan kunci jawaban yang sudah disesuaikan dengan

    kriteria penilaian

    1. Hal-hal manarik dalam unsur intrinsik!

    a. Tema:

    mayor: Kemanusian, kasih sayang, dan persahabatan

    minor: selalu bersyukur terhadap apa yang sudah dimiliki

    b. Alur:

    alur Maju: karena memiliki hubungan sebab akibat dan sesuai

    dengan tahapan dongeng yaitu pengenalan, konflik, komplikasi,

    klimaks, peleraian, dan penyelesaian.

    Pengenalan: ketika Pussi sedang menangis dikaarnya dan melihat

    ada jucing sedang memakan sisa makanan di tong sampah. Pussi

    hendak melerainya, dan mereka berkenalan satu sama lain.

    Klimaks: ketika Belang menceritakan betapa nikmatnya hidup si

  • 38

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Pussi yang memiliki apa yang ia tidak miliki, seperti kedua orang tua

    dan rumah yang dapat melindungi ia dari hujan dan terik matahari.

    Pussi terentuh akan perkataan Belang

    Peleraian: untuk rasa terimakasih Pussi kepada Belang yang sudah

    mengingatkannya untuk bersyukur, Pusii mengajak Belang makan

    makanan yang layak kepada Belang di rumahnya

    Penyelesaian: Pusii meminta maaf kepada ibunya atas semua

    perbuatan yang ia telah lakukan kepada kedua orang tuanya, dan

    Pussi mengenalkan Belang pada ibunya. Ibunya sangat terharu

    dengan perbuatan dan sikap baik yang dimiliki Belang. Sehingga

    belang diperbolehkan untuk sering bermain dengan anaknya Pusii.

    c. Tokoh:

    1) Pussi

    2) Belang

    3) Ibu

    d. Penokohan:

    1) Pussi: Kucing yang manja, pemarah, dan tidak bersyukur

    dengan apa yang dia punyya saat ini. Akan tetapi setelah ia

    bertemu dengan si belang, ia berubah menjadi baik hati,

    penyayang, dan mensyukuri apa yang ia miliki sekarang.

    2) Belang: kucing yang baik hati, dan bersyukur terhadap apa yang

    sudah dimilikinya.

    3) Ibu: Ibu Pussi yang penyabar, sangat baik, dan menyayangi anak

    kucing

    e. Setting/ latar:

    1) latar tempat (rumah Pussi, kamar Pussi, dapur, halaman rumah

    Pussi)

    2) latar waktu ( pagi hari).

    3) latar suasana (haru, sedih, bahagia).

    f. Pesan moral/amanat:

    1) berbaktilah kepada orang tua, dengan cara tidak menjadi anak

  • 39

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    yang manja (memiliki sikap mandiri)

    2) berbagilah kepada sesama mahkluk tuhan

    3) bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki

    2. Alasan terkait dengan hal menarik dalam dongeng!

    a. Berbaiktilah kepada kedua orang tua

    b. Bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki, karena dengan

    bersyukur kita akan jauh lebih menikmati apa yang menjadi

    kepnyaan kita.

    c. Harus baik dengan sesama, karena berbagi itu merupakan hal

    yang mulia, dan merupakan sikap yang terpuji

    d. Jangan suka membantah kedua orang tua, karena tidak semua

    anak memuliki kesempatan untuk tumbuh besar dengan kedua

    orangtuanya

    2) Non Tes

    1) Instrumen Perlakuan

    a. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

    Intrumen Perlakuan berbentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    dalam kelas ekperimen dan kelas pembanding. Rancangan Pembelajaran

    menggunakan teknik dictogloss pada pembelajaran menyimak dongeng

    terdapat di kelas ekperimen.

    Penerapan teknik dictogloss dalam pembelajaran menyimak dongeng

    bahasa Indonesia pada kelas VII SMP N 45 Bandung sebagai berikut

    Tabel 3.9

    Tabel Perlakuan Kelas Eksperimen

    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)

    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

    SEKOLAH : SMP N 45 Bandung

    MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia

    KELAS : VII

  • 40

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    SEMESTER : I

    STANDAR KOMPETENSI :

    Mendengarkan :

    5. Mengapresiasi dongeng yang telah diperdengarkan

    KOMPETENSI DASAR :

    5.1 Menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diperdengarkan

    MATERI PEMBELAJARAN :

    A. Pengertian dongeng

    Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak

    masuk akal (Nurgiantoro, 2005, hllm.198). Pendapat lain mengenai dongeng adalah cerita yang

    tidak benar-benar terjadi, terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh (KBBI 2007,

    hlm.274). Masih mengenai dongeng dalam buku Bibliocollège Charles Perrault Lezin mengatakan

    bahwa « Le conte est un court récit d’aventures imaginaires mettant en scène des situations et des

    personnages surnaturels. » Dongeng adalah cerita pendek tentang petualangan khayal dengan

    situasi dan tokoh-tokoh yang luar biasa dan gaib.

    Disipulkan bahwa dongeng merupakan ceria yang tidak bisa dibenarkan keberadaannya,

    dipenuhi dengan imajinasi yang terkadang tidak masuk akal denan menampilkan siuasi dan para

    tokoh yang luar biasa.

    B. Ciri-ciri dongeng

    1. Isinya khayalan

    2. Anonim (tanpa pengrang)

    3. Milik bersama

    4. Istanasentris (fukus ceritanya adalah para raja atau kerajaan)

    5. Beredar dari mulut ke mulut atau secara lisan.

    C. Jenis-jenis dongeng (tema, alur, konflik, penokohan, sudut pandang, dan amanat)

    1. Dongeng Mite

    Mite adalah jenis dongeng yang menceritakan kisah-kisah ajaib, tokoh/pelakunya dewa, roh

    halus atau peri dan sejenisnya.

    Misal: Nyai Roro Kidul, Kuntilanak, dan sebagainya.

  • 41

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2. Lagenda

    Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat.

    Misalnya Sangkuriang (dongeng terjadinya Gunung Tangkuban Perahu di Jawa barat), Si

    Malin Kundang (dongeng terjadinya sebuah batu besar di pantai Sumatra Barat), dan Loro

    Jonggrang (dongeng terjadinya Candi Prambanan).

    3. Fabel

    Fabel adalah dongeng yang pelaku-pelakunya binatang.

    Misalnya,Si Kancil mencuri timun.

    4. Hikayat

    Hikayat adalah dongeng yang ceritanya pengaruh arab yang banyak mengisahkan raja-raja

    sakti.

    Misalnya, cerita Seribu Satu Malam dan Aladin.

    5. Cerita Berbingkai

    Cerita berbingkai adalah dongeng yang menceritakan yang di dalamnya terdapat cerita lagi

    yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya,

    Misalnya, Seribu Satu Malam.

    6. Tema dongeng

    Temanya selalu berkaitan dengan sisi kehdupan manusia dan memiliki nilai moral yang dapat

    diperoleh dari setiap dongeng yang berkembang baik mengenai kemanusiaan, kasih sayang,

    kekuasaan, keagamaan, dan sebagainya.

    7. Tujuan (amanat/nilai moral yang dapat diambil dari setiap dongeng)

    Untuk memberi pesan-pesan moral yang baik, yang diharapkan bisa diteladani dalam

    kehidupan sehari-hari

    D. Unsur Intrinsik Dongeng:

    1. Alur/Plot

    Merupakan hubungan antar peristiwa yang bersifat sebab akibat, tidak hanya jalinan peristiwa

    secara kronologis (Nurgiyantoro, 2009, hlm.112). Stanton (Nurgiyantoro, 2009, hlm.113) juga

    berpendapat bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian yang di dalamnya terdapat

    hubungan sebab akibat. Suatu peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa

    yang lain. Plot juga dapat berupa cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam

    bertindak, berpikir, berasa, dan mengambil sikap terhadap masalah yang dihadapi.

    Pengembangan plot dalam cerita didasarkan pada peristiwa, konflik, dan klimaks. Tiga unsur

  • 42

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    penentu plot ini memiliki keterkaitan yang rapat. Kemenarikan cerita tergantung dari ketiga

    unsur ini.

    2. Tokoh dan penokohan

    Unsur penokohan mencakup pada tokoh, perwatakan, dan bagaimana penempatan dan

    pelukisannya dalam cerita (Nurgiyantoro, 2009, hlm.166). Berikut ulasan tentang unsur-unsur

    penokohan.

    1) Tokoh

    Tokoh rekaan dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan

    tersebut didasarkan pada sudut pandang dan tinjauan seperti, tokoh utama, tokoh protagonis,

    tokoh berkembang, dan tokoh tipikal.

    a) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

    Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel. Tokoh yang paling

    banyak diceritakan, sering hadir dalam setiap kejadian, dan berhubungan erat dengan tokoh-

    tokoh lain. Tokoh utama kemungkinan ada lebih dari satu dalam sebuah novel. Kadar

    keutamaannya ditentukan dengan dominasi penceritaan dan perkembangan plot secara utuh.

    Sedangkan tokoh tambahan merupakan lawan dari tokoh utama. Tokoh tambahan lebih sedikit

    pemunculannya dalam cerita dan kehadirannya hanya ada permasalahan yang terkait tokoh

    utama (Nurgiyantoro, 2009, hlm.177).

    b) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

    Berdasarkan fungsi penampilannya dalam cerita tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

    tokoh protagonis dan antagonis. Altenberd dan Lewis (Nurgiyantoro, 2009, hlm.178)

    mengemukakan bahwa tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi dan sering dijadikan

    pahlawan yang taat dengan norma-norma, nilai-nilai sesuai dengan konvensi masyarakat.

    Berbeda dengan Protagonis, tokoh antagonis merupakan tokoh yang menjadi lawan dari tokoh

    protagonis. Tokoh antagonis tidak banyak digemari karena banyak menganut nilai-nilai

    penyimpangan.

    3. Setting/latar

    Menurut Nurgiyantoro (2009: hlm.220) latar dibedakan menjadi dua, latar netral dan latar

    tipikal. Latar netral merupakan latar yang tidak mendeskripsikan secara khas dan tidak

    memiliki sifat fungsional. Latar netral tidak menjelaskan secara pasti cerita terjadi dimana,

    kapan, dan dalam lingkungan sosial yang seperti apa. Contoh latar netral seperti di desa, kota,

    hutan, suatu waktu, dan lain sebagainya. Lain halnya dengan latar tipikal, latar tipikal

  • 43

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    menjelaskan secara konkret sifat khas latar tertentu. Kejelasan latar tipikal memudahkan

    pembaca dalam pengimajinasian, karena pada latar tipikal ada keterkaitan yang rapat dengan

    realitas pada kehidupan nyata.

    1) Unsur-unsur Latar

    Unsur-unsur latar menurut Nurgiyantoro (2009, hlm.227) dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu

    tempat, waktu, dan sosial. Berikut ulasan tentang unsur-unsur latar tersebut.

    a) Latar Tempat

    Latar tempat adalah suatu unsur latar yang mengarah pada lokasi dan menjelaskan dimana

    peristiwa itu terjadi. Bila latar tersebut termasuk latar tipikal, akan disebutkan nama dari

    tempat tersebut. Bisa berupa nama terang seperti Yogyakarta, Jakarta, Madiun, atau nama

    inisial seperti, Y, J, M.

    b) Latar Waktu

    Latar waktu merupakan unsur latar yang mengarah pada kapan terjadinya suatu peristiwa-

    peristiwa di dalam sebuah cerita fiksi (Nurgiyantoro: 2009, hlm.230). Waktu dalam latar dapat

    berupa masa terjadinya peristiwa tersebut dikisahkan, waktu dalam hitungan detik, menit, jam,

    hari, bulan, tahun, dan lain sebagainya. Memahami latar waktu harus dikaitkan dengan unsur

    latar yang lain, karena sudah menjadi syarat utama bagi karya fiksi memiliki sifat yang padu.

    c) Latar Sosial

    Latar sosial adalah latar yang menjelaskan tata cara kehidupan sosial masyarakat yang meliputi

    masalah-masalah dan kebiasan-kebiasaan pada masyarakat tersebut. Latar sosial dapat berupa

    kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, cara berpikir, dan lain sebagainya

    (Nurgiyantoro, 2009, hlm.233). Penggunaan bahasa dan nama-nama tokoh juga dapat

    diidentifikasi menjadi latar sosial.

    INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :

    No Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Budaya Dan

    Karakter Bangsa

    Kewirausahaan/

    Ekonomi Kreatif

    1 Menentukan hal-hal yang menarik dari dongeng

    yang diperdengarkan (dari segi setting, alur,

    tokoh-penokohan, dan jenis dongeng itu sendiri)

    1.Bersahabat/

    komunikatif

    2.Tanggung jawab

    3.Kepemimpinan

    4.Kreatif

    2 Memberikan alasan mengenai hal-hal yang

    menarik dalam dongeng yang telah

  • 44

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    diperdengarkan

    3 Mampu menenukan pesan moral yang

    terkandung dalam sebuah deongeng

    TUJUAN PEMBELAJARAN:

    1. Siswa dapat menentukan hal-hal yang menarik yang terdapat dalam dongeng yang

    diperdengarkan

    2. Siswa dapat menyampaikan alasan yang logis serta relevan terhadap hal-hal yang menarik

    dalam dongeng

    3. Siswa dapat menyimpulkan nilai moral dalam dongeng yang diperdengarkan.

    METODE PEMBELAJARAN :

    A. Doctogloss

    B. Inquiry

    C. Ceramah

    D. Diskusi

    E. Tanya jawab

    STRATEGI PEMBELAJARAN:

    Tatap Muka Terstruktur Mandiri

    1. Memahami materi

    mengenai pengertian,

    ciri, jenis, tema, serta

    tujuan dalam dongeng.

    2. Menentukan hal-hal

    menarik yang terdapat

    dalam novel yang

    diperdengarkan

    3. Mengutarajan alasan

    yang menajadikan hal

    menarik dalam novel

    1. Menyimak dengan

    seksama dongeng yang

    diperdengarkan.

    2. Mencatat poin-poin

    penting yang menarik dari

    dongeng

    1. Siswa dapat menentukan

    hal-hal yang manarik sesuai

    dengan materi yang telah

    disampaikan (pengertian,

    ciri, jenis, tema, tujuan)

    2. Siswa mampu menuliskan

    alasan yang televan

    terhadap hal-hal menarik

    yang ada pada dongeng

    3. Siswa Menyimpulkan

    tentang materi dongeng

    dan nilai moral yang

    terkandung dalam dongeng.

  • 45

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :

    No Kegiatan Belajar

    Nilai Budaya

    Dan Karakter

    Bangsa

    Alokasi

    Waktu

    1. Kegiatan Awal :

    1) Guru membuka pembelajaran dengan salam, berdoa

    dan melakukan pengecekan presensi harian

    2) Guru memberikan motivasi kepada siswa

    3) Guru memberikan apresepsi

    4) Guru menyampaikan SK dan KD pembelajaran

    5) Guru memaparkan Tujuan Pembelajaran

    6) Guru menjelaskan indikator pencapaian

    Bersahabat/

    komunikatif

    10

    menit

    2. Kegiatan Inti :

    Eksplorasi

    Dalam kegiatan eksplorasi :

    7) Siswa dipancing untuk mengerti apa itu dongeng

    8) Siswa berkomunikasi dengan guru mengenai

    dongeng

    9) Siswa memberikan pengetahuan awal dan umum

    secara global mengenai dongeng setelah itu guru

    mengaitkan (memberi contoh) dengan kehidupan

    sekitar (yang sedang hangat diperbincangkan/yang

    depat dengan kehidupan siswa)

    10) Siswa diberikan materi mengenai dongeng dengan

    proses diskusi komunikatif bersama guru

    11) Siswa berdiskusi ihwal dongeng

    12) Siswa menerima kertas kecil berwarna (berguna

    untuk menarik perhatian siswa)

    13) Siswa diberikan penjelasan mengenai penggunaan

    kertas tersebut (untuk mencatat hal-hal penting./kata

    kuci yang terdapat dalam simakan)

    a) Tanggung

    jawab

    b) Kritis

    c) Sopan

    d) Aktif

    60

    menit

  • 46

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    14) Siswa diberikan dongeng dengan menyimak

    dongeng yang diperdengarkan

    Pertemuan I : dongeng dengan judul

    “Dongeng - Ternyata Semua Anak

    Pintar - Kastari Animation Official”

    Pertemuan II: dongeng dengan judul

    “Dongeng - Tiga Kata Ajaib - Kastari

    Animation Official”

    Pertemuan III: dongeng dengan judul

    “Momo Sakit Gigi - Seri Cerita

    Momo - Komunitas Animasiku”

    15) Siswa mencatat poin-poin penting terkait hal

    menarik yang terdapat dalam dongeng di kertas yang

    sudah diseakan oleh guru)

    16) Siswa menyimak dengan seksama dongeng yang

    telah di sediakan oleh guru

    Elaborasi

    17) Siswa menyampaikan hasil dengan cara

    mempresentasikan bagian-demi bagian

    18) Siswa berdiskusi mengenai hal menarik yang

    terdapat dalam dongeng tersebut

    19) Diskusi dan tanya jawab jika dikira masih ada

    yang belum mengerti

    20) Guru mengawasi serta mengarahkan jalannya

    diskusi

    Konfirmasi

    21) Siswa menyimpulkan tentang hal-hal yang belum

    diketahui

    22) Guru Menjelaskan tentang hal-hal yang belum

    diketahui.

    23) Siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.

  • 47

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    24) Guru mengarahkan siswa agar mampu

    menyimpulkan dengan tepat serta mengulang

    kembali materi yang sudah dibahas.

    3. Kegiatan Akhir :

    25) Refleksi & apresiasi

    26) Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

    27) Guru menutup pembelajaran

    Bersahabat/

    komunikatif

    10

    menit

    LOKASI WAKTU :

    6 x 40 menit

    (dalam 3x pertemuan)

    SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN :

    a. Sumber Belajar

    1. Buku panduan paket Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII

    Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Buku Bahasa dan Sastra

    Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

    2. Artikel mengenai dongeng

    - Kbaihaqi, D (2015). Pengertian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Menurut Para Ahli.

    [Online]. Diakses dari http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/11/pengertian-unsur-

    intrinsik-dan-ekstrinsik-menurut-para-ahli-dan-daftar-pustakanya.html.

    3. Buku Panduan lainnya (buku mengenai folklor)

    Danandjaja, J. (2007). Foklor Indonesia ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta:

    PT Pustaka Utama Grafiti.

    4. Tayangan dongeng berupa animasi di ambil di youtube

    Di unduh pada 22 April 18:58:22 [online]

    (http://www.youtube.com/results?search_query= Dongeng cerita fabel pusi dan belang-

    Kastari.Animation.Official//.com)

    Di unduh pada 21 Juli 2016, 17:19:55 [online]

    (http://www.youtube.com/results?search_query= Dongeng - Tiga Kata Ajaib - Kastari

    Animation Official- Kastari.Animation.Official//.com)

    Di unduh pada 21 Juli 2016, 17:19:55 [online]

    (http://www.youtube.com/results?search_query= Momo Sakit Gigi - Seri Cerita Momo -

    http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/11/pengertian-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-menurut-para-ahli-dan-daftar-pustakanya.htmlhttp://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/11/pengertian-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-menurut-para-ahli-dan-daftar-pustakanya.htmlhttp://www.youtube.com/results?search_query=%20Dongeng%20ceritahttp://www.youtube.com/results?search_query=%20Dongeng%20ceritahttp://www.youtube.com/results?search_query=%20Dongeng%20ceritahttp://www.youtube.com/results?search_query=%20Momo%20Sakit%20Gigi%20-%20Seri%20Cerita%20Momo%20-%20Komunitas%20Animasiku%20(1)

  • 48

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Pembelajaran menyimak dongeng dengan pembelajaran terlangsung dalam

    kelas kontrol/

    Tabel 3.10

    Instrumen Perlakuan Kelas Pembanding

    Komunitas Animasiku (1)- Kastari.Animation.Official//.com)

    b. Bahan Ajar

    1. Power-point

    2. Materi Ajar (unsur intrinsik, pengertian, ciri, jenis, tema, dan tujuan dari dongeng tersebut)

    3. Rekaman dongeng/teks yang dibaca dan direkam

    4. Tayangan Animasi Dongeng Nusantara (audio-visual)

    c. Alat Ajar

    1. Laptop

    2. Speaker

    3. Proyektor

    4. Layar Proyektor

    5. Lembar jawaban siswa

    6. Buku catatan

    7. Buku Paket

    8. Lembaran kertas origami (note) untuk menuliskan hal-hal penting dalam dongeng.

    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)

    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

    SEKOLAH : SMP N 45 Bandung

    MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia

    KELAS : VII

    SEMESTER : I

    STANDAR KOMPETENSI :

    Mendengarkan :

    5. Mengapresiasi dongeng yang telah diperdengarkan

    KOMPETENSI DASAR :

    http://www.youtube.com/results?search_query=%20Momo%20Sakit%20Gigi%20-%20Seri%20Cerita%20Momo%20-%20Komunitas%20Animasiku%20(1)

  • 49

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    5.1 Menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diperdengarkan.

    MATERI PEMBELAJARAN :

    A. Pengertian dongeng

    Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering

    tidak masuk akal (Nurgiantoro, 2005:198). Pendapat lain mengenai dongeng adalah cerita

    yang tidak benar-benar terjadi, terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh

    (KBBI 2007:274). Masih mengenai dongeng dalam buku Bibliocollège Charles Perrault

    Lezin mengatakan bahwa « Le conte est un court récit d’aventures imaginaires mettant en

    scène des situations et des personnages surnaturels. » Dongeng adalah cerita pendek

    tentang petualangan khayal dengan situasi dan tokoh-tokoh yang luar biasa dan gaib.

    Disipulkan bahwa dongeng merupakan ceria yang tidak bisa dibenarkan

    keberadaannya, dipenuhi dengan imajinasi yang terkadang tidak masuk akal denan

    menampilkan siuasi dan para tokoh yang luar biasa.

    B. Ciri-ciri dongeng

    a) Isinya khayalan

    b) Anonim (tanpa pengrang)

    c) Milik bersama

    d) Istanasentris (fukus ceritanya adalah para raja atau kerajaan)

    e) Beredar dari mulut ke mulut atau secara lisan

    C. Jenis-jenis dongeng (tema, alur, konflik, penokohan, sudut pandang, dan amanat)

    1. Dongeng Mite

    Mite adalah jenis dongeng yang menceritakan kisah-kisah ajaib, tokoh/pelakunya dewa,

    roh halus atau peri dan sejenisnya.

    Misal: Nyai Roro Kidul, Kuntilanak, dan sebagainya.

    2. Lagenda

    Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat.

    Misalnya Sangkuriang (dongeng terjadinya Gunung Tangkuban Perahu di Jawa barat),

    Si Malin Kundang (dongeng terjadinya sebuah batu besar di pantai Sumatra Barat), dan

    Loro Jonggrang (dongeng terjadinya Candi Prambanan).

    3. Fabel

    Fabel adalah dongeng yang pelaku-pelakunya binatang.

    Misalnya,Si Kancil mencuri timun.

  • 50

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    4. Hikayat

    Hikayat adalah dongeng yang ceritanya pengaruh arab yang banyak mengisahkan raja-

    raja sakti.

    Misalnya, cerita Seribu Satu Malam dan Aladin.

    5. Cita Berbingkai

    Cerita berbingkai adalah dongeng yang menceritakan yang di dalamnya terdapat cerita

    lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya,

    E. Unsur Intrinsik Dongeng:

    4. Alur/Plot

    Merupakan hubungan antar peristiwa yang bersifat sebab akibat, tidak hanya jalinan

    peristiwa secara kronologis (Nurgiyantoro, 2009: 112). Stanton (via Nurgiyantoro,

    2009: 113) juga berpendapat bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian yang

    di dalamnya terdapat hubungan sebab akibat. Suatu peristiwa disebabkan atau

    menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Plot juga dapat berupa cerminan atau

    perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan mengambil

    sikap terhadap masalah yang dihadapi.

    Pengembangan plot dalam cerita didasarkan pada peristiwa, konflik, dan klimaks. Tiga

    unsur penentu plot ini memiliki keterkaitan yang rapat. Kemenarikan cerita tergantung

    dari ketiga unsur ini.

    5. Tokoh dan penokohan

    Unsur penokohan mencakup pada tokoh, perwatakan, dan bagaimana penempatan dan

    pelukisannya dalam cerita (Nurgiyantoro, 2009: 166). Berikut ulasan tentang unsur-

    unsur penokohan.

    1) Tokoh

    Tokoh rekaan dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.

    Pembedaan tersebut didasarkan pada sudut pandang dan tinjauan seperti, tokoh utama,

    tokoh protagonis, tokoh berkembang, dan tokoh tipikal.

    a) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

    Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel. Tokoh yang

    paling banyak diceritakan, sering hadir dalam setiap kejadian, dan berhubungan erat

    dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama kemungkinan ada lebih dari satu dalam sebuah

    novel. Kadar keutamaannya ditentukan dengan dominasi penceritaan dan perkembangan

  • 51

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    plot secara utuh. Sedangkan tokoh tambahan merupakan lawan dari tokoh utama. Tokoh

    tambahan lebih sedikit pemunculannya dalam cerita dan kehadirannya hanya ada

    permasalahan yang terkait tokoh utama (Nurgiyantoro, 2009: 177).

    b) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

    Berdasarkan fungsi penampilannya dalam cerita tokoh dapat dibedakan menjadi dua,

    yaitu tokoh protagonis dan antagonis. Altenberd dan Lewis (via Nurgiyantoro, 2009:

    178) mengemukakan bahwa tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi dan sering

    dijadikan pahlawan yang taat dengan norma-norma, nilai-nilai sesuai dengan konvensi

    masyarakat.

    Berbeda dengan Protagonis, tokoh antagonis merupakan tokoh yang menjadi lawan dari

    tokoh protagonis. Tokoh antagonis tidak banyak digemari karena banyak menganut

    nilai-nilai penyimpangan.

    6. Setting/latar

    Menurut Nurgiyantoro (2009: 220) latar dibedakan menjadi dua, latar netral dan latar

    tipikal. Latar netral merupakan latar yang tidak mendeskripsikan secara khas dan tidak

    memiliki sifat fungsional. Latar netral tidak menjelaskan secara pasti cerita terjadi

    dimana, kapan, dan dalam lingkungan sosial yang seperti apa. Contoh latar netral seperti

    di desa, kota, hutan, suatu waktu, dan lain sebagainya. Lain halnya dengan latar tipikal,

    latar tipikal menjelaskan secara konkret sifat khas latar tertentu. Kejelasan latar tipikal

    memudahkan pembaca dalam pengimajinasian, karena pada latar tipikal ada keterkaitan

    yang rapat dengan realitas pada kehidupan nyata.

    1) Unsur-unsur Latar

    Unsur-unsur latar menurut Nurgiyantoro (2009: 227) dapat dibedakan menjadi tiga,

    yaitu tempat, waktu, dan sosial. Berikut ulasan tentang unsur-unsur latar tersebut.

    a) Latar Tempat

    Latar tempat adalah suatu unsur latar yang mengarah pada lokasi dan menjelaskan

    dimana peristiwa itu terjadi. Bila latar tersebut termasuk latar tipikal, akan disebutkan

    nama dari tempat tersebut. Bisa berupa nama terang seperti Yogyakarta, Jakarta,

    Madiun, atau nama inisial seperti, Y, J, M.

    b) Latar Waktu

    Latar waktu merupakan unsur latar yang mengarah pada kapan terjadinya suatu

    peristiwa-peristiwa di dalam sebuah cerita fiksi (Nurgiyantoro: 2009: 230). Waktu

  • 52

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    dalam latar dapat berupa masa terjadinya peristiwa tersebut dikisahkan, waktu dalam

    hitungan detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dan lain sebagainya. Memahami latar

    waktu harus dikaitkan dengan unsur latar yang lain, karena sudah menjadi syarat utama

    bagi karya fiksi memiliki sifat yang padu.

    c) Latar Sosial

    Latar sosial adalah latar yang menjelaskan tata cara kehidupan sosial masyarakat yang

    meliputi masalah-masalah dan kebiasan-kebiasaan pada masyarakat tersebut. Latar

    sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, cara berpikir, dan

    lain sebagainya (Nurgiyantoro, 2009: 233). Penggunaan bahasa dan nama-nama tokoh

    juga dapat diidentifikasi menjadi latar sosial.

    7. Tema dongeng

    Temanya selalu berkaitan dengan sisi kehdupan manusia dan memiliki nilai moral yang

    dapat diperoleh dari setiap dongeng yang berkembang baik mengenai kemanusiaan, kasih

    sayang, kekuasaan, keagamaan, dan sebagainya.

    8. Tujuan (amanat/nilai moral yang dapat diambil dari setiap dongeng)

    Untuk memberi pesan-pesan moral yang baik, yang diharapkan bisa diteladani dalam

    kehidupa sehari-hari

    INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :

    No Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Budaya Dan

    Karakter Bangsa

    Kewirausahaan/

    Ekonomi Kreatif

    1 Menentukan hal-hal yang menarik dari

    dongeng yang diperdengarkan (dari segi

    setting, latar, alur, tokoh-penokohan, dan jenis

    dongeng itu sendiri)

    a. Bersahabat/

    komunikatif

    b.Tanggung jawab

    c. Kepemimpinan

    d.Kreatif

    2 Memberikan alasan mengenai hal-hal yang

    menarik dalam dongeng yang telah

    diperdengarkan

    3 Mampu menenukan pesan moral yang

    terkandung dalam sebuah deongeng

    TUJUAN PEMBELAJARAN:

    1. Siswa dapat menentukan hal-hal yang menarik yang terdapat dalam dongeng yang

  • 53

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    diperdengarkan

    2. Siswa dapat menyampaikan alasan yang relevan dengan hal-hal yang menarik dalam

    dongeng

    3. Siswa dapat menyimpulkan nilai moral dalamp dongeng yang diperdengarkan.

    METODE PEMBELAJARAN :

    1. Terlangsung

    2. Ceramah

    3. Diskusi

    4. Tanya jawab

    STRATEGI PEMBELAJARAN:

    Tatap Muka Terstruktur Mandiri

    1. Memahami materi

    mengenai pengertian, ciri,

    jenis, tema, serta tujuan

    dalam dongeng.

    2. Menentukan hal-hal

    menarik yang terdapat

    dalam dongeng yang

    diperdengarkan.

    3. Mengutarakan alasan

    yang menajadikan hal

    menarik dalam novel

    1. Menyimak dengan

    seksama dongeng yang

    diperdengarkan

    1. Siswa dapat menentukan

    hal-hal yang manarik sesuai

    dengan materi yang telah

    disampaikan (pengertian, ciri,

    jenis, tema, tujuan).

    2. Siswa mampu menuliskan

    alasan yang televan terhadap

    hal-hal menarik yang ada

    pada dongeng.

    3. Siswa Menyimpulkan

    tentang materi dongeng dan

    nilai moral yang terkandung

    dalam dongeng.

    LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :

    No Kegiatan Belajar

    Nilai Budaya

    Dan Karakter

    Bangsa

    Alokasi

    Waktu

  • 54

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    1. Kegiatan Awal :

    1) Guru membuka pembelajaran dengan salam, berdoa

    dan melakukan pengecekan presensi harian

    2) Guru memberikan apresepsi

    3) Guru menyampaikan KI dan KD pembelajaran

    4) Guru memaparkan Tujuan Pembelajaran

    5) Guru menjelaskan Indikator Pencapaian

    Bersahabat/

    komunikatif

    10

    menit

    2. Kegiatan Inti :

    Eksplorasi

    6) Siswa dipancing untuk mengerti apa itu dongeng

    7) Siswa memberikan pengetahuan awal mengenai

    dongeng

    8) Siswa diberikan pengerahan materi mengenai

    dongeng oleh guru

    Pertemuan I : dongeng dengan judul

    “Dongeng - Ternyata Semua Anak Pintar

    - Kastari Animation Official”

    Pertemuan II: dongeng dengan judul

    “Dongeng - Tiga Kata Ajaib - Kastari

    Animation Official”

    Pertemuan III: dongeng dengan judul

    “Momo Sakit Gigi - Seri Cerita Momo -

    Komunitas Animasiku”

    9) Siswa langsung menentukan hal-hal menarik dalam

    dongeng yang ditayangkan setalah diberikan materi

    mengenai dongeng

    10) Siswa mengerjakan tugas untuk menentukan hal

    menarik dalam dongeng berserta alasannya, dan

    menentukan nilai moral yang terkandung dalam

    dongeng yang telah disimak

    11) Siswa berdiskusi mengenai apa yang mereka

    - tanggung

    jawab

    - kritis

    - sopan

    - aktif

    60

    menit

  • 55

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    temukan terkait dengan unsur intrinsik yang terdapat

    dalam dongeng yang sudah diperdengarjan

    12) Siwa menanyakan hal-hal yang kurang dimengeri

    kepada guru.

    13) Siswa menyimak ulasan dari tiap simakan dengan

    materi terkait

    Elaborasi

    14) Siswa menyampaikan hasil dengan cara

    mempresentasikan bagian-demi bagian

    15) Siswa berdiskusi mengenai hal menarik yang

    terdapat dalam dongeng tersebut

    16) Diskusi dan tanya jawab mengenai materi dongeng

    Siswa mengawasi disertai dengan arahan

    Konfirmasi

    17) Siswa menyimpulkan tentang hal-hal yang belum

    diketahui

    18) Guru Menjelaskan tentang hal-hal yang belum

    diketahui.

    19) Siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.

    3. Kegiatan Akhir :

    20) Refleksi & apresiasi

    21) Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

    22) Guru menutup pembelajaran

    Bersahabat/

    komunikatif

    10

    menit

    LOKASI WAKTU :

    6 x 40 menit

    (dalam 3 x pertemuan)

    SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN :

    A. Sumber Belajar

    1. Buku panduan paket Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII

    Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Buku Bahasa dan Sastra

    Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan

  • 56

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Kebudayaan.

    2. Artikel mengenai dongeng

    - Kbaihaqi, D (2015). Pengertian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Menurut Para

    Ahli. [Online]. Diakses dari

    http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/11/pengertian-unsur-intrinsik-dan-

    ekstrinsik-menurut-para-ahli-dan-daftar-pustakanya.html.

    -

    3. Buku Panduan lainnya (buku mengenai folklor)

    Danandjaja, J. (2007). Foklor Indonesia ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain.

    Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

    4. Tayangan dongeng berupa animasi di ambil di youtube

    Di unduh pada 22 April 18:58:22 [online]

    (http://www.youtube.com/results?search_query= Dongeng cerita fabel pusi dan

    belang- Kastari.Animation.Official//.com)

    Di unduh pada 21 Juli 2016, 17:19:55 [online]

    (http://www.youtube.com/results?search_query= Dongeng - Tiga Kata Ajaib -

    Kastari Animation Official- Kastari.Animation.Official//.com)

    Di unduh pada 21 Juli 2016, 17:19:55 [online]

    (http://www.youtube.com/results?search_query= Momo Sakit Gigi - Seri Cerita

    Momo - Komunitas Animasiku (1)- Kastari.Animation.Official//.com)

    B. Bahan Ajar

    1. Power-point

    2. Materi Ajar (pengertian, ciri, jenis, tema, dan tujuan dari dongeng tersebut)

    3. Tayangan Animasi Dongeng Nusantara (audio-visual)

    C. Alat Ajar

    1. Laptop

    2. Speaker

    3. Proyektor

    4. Layar Proyektor

    5. Buku catatan

    6. Buku Paket / Pegangan Siswa

    http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/11/pengertian-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-menurut-para-ahli-dan-daftar-pustakanya.htmlhttp://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/11/pengertian-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-menurut-para-ahli-dan-daftar-pustakanya.htmlhttp://www.youtube.com/results?search_query=%20Dongeng%20ceritahttp://www.youtube.com/results?search_query=%20Dongeng%20ceritahttp://www.youtube.com/results?search_query=%20Dongeng%20ceritahttp://www.youtube.com/results?search_query=%20Momo%20Sakit%20Gigi%20-%20Seri%20Cerita%20Momo%20-%20Komunitas%20Animasiku%20(1)http://www.youtube.com/results?search_query=%20Momo%20Sakit%20Gigi%20-%20Seri%20Cerita%20Momo%20-%20Komunitas%20Animasiku%20(1)

  • 57

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2) Media Pembelajaran

    Dalam setiap intrumen perlakuan baik di kelas eksperimen maupun dikelas

    pembanding, peneliti menggunakan peranan media dalam proeses

    pembelajarannya. Penggunaan memdia dalam kedua kelas ini sama, tanpa

    dibedakan. Media yang digunakan yaitu media audi-visual berupa tayangan

    animasi, yang sudah tersedia di jaringan internet www.youtube.com , sumber

    media sudah tertera dalam RPP tiap kelas. Peneliti selalu menggunakan tayangan

    animasi youtube yang diunggah oleh salah satu situs youtube yang memiliki

    keyword kestari. Berikut merupakan contoh tayanyan dari media tayangan yang

    digunakan untuk menunjang proses pembelajaran dikelas eksperimen dan kelas

    pembanding.

    Selain menggunakan media dalam menunjang proses pembelajaran,

    peneliti juga mengunakan media lainnya seperti PPT, leptop, proyektor, serta

    layar proyektor untuk melaksanakan pembelejaran sesuai dengan RPP.

    D. Prosedur Penelitian

    1. Tahap Persiapan

    Tahap persiapan penelitian berhubungan dengan berbagai aktifitas yang

    dilakukan oleh peneliti sebelum dilaksanakannya penelitian. Penyusunan proposal

    penelitian yang berkaitan dengan fokus penelitian yang akan dilaksnakan menjadi

    langkah awal yang harus ditetapkan. Setalah itu melakukan seminar proposal

    penelitian sampai pada melengkapinya dengan berbagai materi yang berhubungan

    dengan penelitian. Artinya, setelah melakukan seminar proposal, peneliti harus

    melakakukan revisian terhadap proposal penelitian tersebut.

    2. Tahap Pelaksanaan

    Tahap pelaksanaan berkaitan dengan pelaksanaan tes baik itu tes sebelum

    perlakuan atau biasa disebut dengan prates untuk mengetahui kemampuan awal

    siswa sebelum diberlakukannya perlakuan dan setelah hasil setelah diberikan

    perlakuan atau pascates.

    Peneliti akan memberikan pra test kepada siswa, perlakuan sebanyak tiga

    kali kepada masing-masing kelas, dan melaksanakan pasca tes

    http://www.youtube.com/

  • 58

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Perlakuan (treathment) dengan teknik dictogloss sebanyak tiga kali

    perlakuan dilaksanakan pada kelas eksperimen dan perlakuan (treathment) secara

    pembelajaran terlangsung dilaksakan pada kelas komtrol dengan jumlah perlakuan

    yang sama yaitu sebanyak tiga kali

    3. Tahap Penyelesaian

    Tahap penyelesaian merupakan tahap yang berkaitan erat dengan hasil yang

    didapatkan setelah penelitian. Tahap ini dapat dilakukan ketika peneliti

    melakukan pengolahan dan analisis data yang didapatkan pada pelaksanaan

    penelitian diolah, untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari hasil yang

    didapatkan setelah pelaksanaan penelitian. Data yang didapatkan berupa data

    hasil prates dan pascates. Berdasarkan tahapan ini, peneliti dapat mengetahui

    apakah hipotesis yang telah dibuat itu diterima atau ditolak. Dan dapat

    membuktikan apakah tekik yang digunakan dalam pembelajaran menyimak

    dongeng sudah efektif atau masih kurang

    Lebih jelasnya perhatikan bagan berikut ini

    Skema 3.1

    Prosedur Pelaksanaan Penelitian

    Prates (tes awal)

    Kelas eksperimen Kelas pembanding

    Perlakuan 1

    (dictogloss)

    Perlakuan 1

    (pembelajaran terlangsung)

    Perlakuan 2

    (dictogloss)

    Perlakuan 2

    (pembelajaran terlangsung)

  • 59

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    E. Analisis Data

    Teknik analisis yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis

    data kuantitatif. Data yang dimaksud adalah data terkumpul dari hasil

    menyimak dongeng oleh siswa. Pengolahan data dilakukan terhadap skor tes

    awal dan skor tes akhir kemampuan siswa dalam menyimak dongeng.

    Data kuantitatif yang telah diperoleh diolah melalui penghitungan statistik

    dengan bantuan aplikasi SPSS versi 19 yang melewati beberapa tahap sebagai

    berikut.

    1. Deskripsi Proses Penelitian

    Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka segera

    dilanjutkan dengan mengolah data. Secara garis besar menurut Arikunto

    (2010, hlm.278-282), teknik pengolahan data meliputi 3 langkah yaitu:

    1.1 Persiapan

    Kegiatan dalam langkah ini antara lain:

    a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas sample. Apalagi jika

    instrumen anonym, perlu sekali dicek sejauh mana atau identitas

    apa saja yang sangat diperlukan bagi pengolahan data lebih lanjut.

    b. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrument

    pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembaran

    instrument barangkali ada yang terlepas atau sobek).

    Pascates (tes akhir)

    Analisis data

    Perlakuan 3

    (dictogloss)

    Perlakuan 3

    (pembelajaran terlangsung)

    Simpulan

  • 60

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    c. Mengecek macam isian data.

    1.2 Tabulasi

    a. Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor.

    b. Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.

    c. Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasi dengan teknik

    analisis yang akan digunakan

    d. Memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan data jika

    menggunakan komputer.

    1.3 Penerapan Data Sesuai dengan Pendekatan Penelitian

    Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumurs-rumus

    atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau

    desain yang diambil.

    Data yang diperoleh pada penelitian ini akan diolah menggunakan

    pengolahan kuantitatif (hasil prates dan pascates). Analisis data dilakukan

    setelah peneliti mengumpulkan semua data yang berupa prates dan

    menyimak dongeng. Setelah itu, data prates dan pascares dianalisis

    berdasarkan kategori. Penentuan kategori tersebut disesuaikan dengan

    penilaian berikut.

    Tabel 3.11

    Rentang Nilai dan Kategori Penilaian Keterampilan Menyimak Dongeng

    No Kategori Rentang Skor

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Sangat Baik

    Baik

    Cukup

    Kurang

    Sangat kurang

    85-100

    70-84

    55-69

    30-54

    0-29

    (Hasil Modifikasi Nurgiyantoro, 2013, hlm. 253)

    2. Pengolahan Data

    Pengolahan data pada penelitian ini digunakan setelah semua data

    terkumpul. Data-data yang telah ditemukan kemudian diklasifikasikan

  • 61

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    berdasarkan variabel yang sesuai. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

    mengolah data penelitian adalah sebagai berikut.

    2.1 Menganalisis dan membaca hasil pratest dan pascatest

    2.2 Mendeskripsikan beberapa hasil pratest dan pascates

    2.3 Mengubah skor mentah menjadi nilai dengan rumus.

    Nilai siswa = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

    𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 (27) x 100

    2.4 Hasil tes awal dan akhir tersebut akan dirata-ratakan dari tiga penilai.

    Nilai akhir = p1+p2+p3

    3

    2.5 Uji Reliabilitas Tes

    Peneliti menguji reliabilitas digunakan untuk menguji konsisten alat

    ukur, apakah hasilnya tetap konsisten atau tidak jika pengukuran

    diulang (Priyatno, 2012, hlm. 105). Langkah-langkah pengujian

    reliabilitas adalah sebagai berikutDeskripsi Hasil Prates Dan Postes

    Kelas Eksperimen dan Kelas pembanding

    1) Menggunakan data input nilai hasil prates dan postes kelas

    ekperimen lalu kelas pembanding;

    2) Buka SPSS, klik variable view. Selanjutnya membuat variable;

    3) Memasukan data di halaman data view, dengan klik tab data view;

    4) Untuk melakukan uji reliabilitas, pada menu bar klik analyze >>

    scale >> reliability analysis;

    5) Selanjutnya terbuka kotak dialog Reliability Analysis pindahkan

    semua nilai ke kolom item dan biarkan model terpilih Alpha;

    6) Selanjutnya klik tombol statistics. Jika ingin menampilkan analisis

    deskriptif tiap item penguji maka beri tanda centang pada item. Jika

    sudah klik tombol Continue;

    7) Pada kotak dialog sebelumnya klik tombol OK, maka hasil output

    akan keluar;

  • 62

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    8) Mengambil keputusan menggunakan tabel Korelasi Guilford.

    Tabel 3.12

    Tabel Guilford

    Rentang Kriteria

    0,80 – 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

    0,60 – 0,80 Reliabilitas tinggi

    0,40 – 0,60 Reliabilitas sedang

    0,20 – 0,40 Reliabilitas rendah

    0,00 – 0,20 Reliabilitas sangat rendah

    (Arikunto, 2010, hlm. 245)

    2.6 Uji Normalitas

    Uji normalitas sendiri digunakan untuk mengetahui apakah data

    terdistribusi dengan normal atau tidak, hal ini sebagai persyaratan

    digunakan analisis parametrik atau non parametrik (Priyatno, 2012, hlm.

    88). Langkah-langkah analisis data sebagai berikut.

    1) Buka SPSS, klik variable view;

    2) Memasukan data di halaman data view, dengan klik tab data view;

    3) Selanjutnya melakukan analisis data, pada menu bar klik analyze

    >> descriptive statistics >> explore;

    4) Selanjutnya terbuka kotak dialog explore. Pindahkan variabel ke

    kolom dependent. Selanjutnya pindahkan variable lain ke kolom

    factor list;

    5) Klik tombol plots. Pada kotak dialog explore: plots, beri tanda

    centang pada normality plots with test >> continue.

    6) Klik OK, maka hasil output test of normality akan keluar;

    7) Data view >> analyze >> descriptive statistics >> descriptives

    untuk mrndapatkan mean, nilai maksimal, nilai minimal, dan

    range;

  • 63

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    8) Data view >> analyze >> descriptive statistics >> P-P plots untuk

    menguji data menggunakan uji normalitas model regresi atau

    residual memiliki distribusi normal atau tidak. Normal probably

    plot berbentuk grafik;

    9) Menganalisis dengan mengambil keputusan, jika nilai signifikansi

    >0,05 maka data berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi > Compare Means >> One-Way ANOVA

    4) Klik variabel (data yang sudah dimasukan) ke kotak Dependent

    List.

    5) Kliks Options pada kotak One-Way ANOVA

    6) Beri tanda centang pada Homogenity of Variance Tests Lalu klik

    Continue

    7) Klik Ok, maka hasil output uji homogenitas akan muncul dengan

    label Test of Homogenity of Variance

    2.8 Uji Hipotesis

    Peneliti menguji data hipotesis untuk mengetahui hubungan

    mendeskripsikan korelasi atau hubungan dari nilai prates dan postes. Jika data

    berdistribusi normal atau parametrik menggunakan analisis paired sample t-test

  • 64

    Annisa Dwiseptiani M, 2016 PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    namun jika data berdistribusi tidak normal menggunakan chi square dalam

    analisis crosstab. Berikut langkah-langkah analisis data sebagai berikut.

    1) Buka SPSS, klik variable view;

    2) Masukan data di halaman data view, klik tab data view >> analyze

    >> comper Means>> Independent Sampel T Test;

    3) Selanjutnya terbuka kotak dialog, kemudian pindahkan variabel ke

    test variable (s);

    4) Klik Options. Ubah Confidence Interval Percentage menjadi 95%;

    5) Masih pada kotak dialog Options, centang Exclude cases analysis by

    analysis >> Continue >> OK.

    6) Klik tombol OK, maka hasil output Independent Samples Test akan

    keluar.

    Uji hipotesis digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya perubahan

    yang signifikan antar variabel. Uji hipotesis ini menggunakan rumus Uji –t.

    - Jika thitung> ttabel maka Ho atau hipotesis nol ditolak dan Ha atau

    hipotesis kerja diterima.

    - Jika thitung< ttabel maka Ho atau hipotesis nol diterima dan Ha atau

    hipotesis kerja ditolak.

    Hipotesis yang dibuat adalah sebagai berikut.

    Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan siswa dalam

    menyimak dongeng di kelas eksperimen dan kelas pembanding.

    Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan siswa

    dalam menyimak dongeng di kelas eksperimen dan kelas pembanding.

    Jika thitung lebih besar dari ttabel, dapat disimpulkan bahwa kedua

    variabel mempunyai perbedaan yang signifikan. Namun, jika thitung lebih

    kecil atau sama dengan ttabel maka kedua variabel tidak mempunyai

    perbedaan yang signifikan.

    (Subana, 2005, hlm.173)