drama i mimpiku di haru kelabu
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
12
Mimpiku di Haru Kelabu(Karya : Elsana Bekti Nugroho/12/XIA3)
Narasi :
Drama ini menceritakan sosok lelaki, Igo (sebagai peran utama) yang dihantui
oleh mimpi misterius yang tak kunjung dia kenali apa maksud dari semua itu.
Ditemani kedua sehabatnya, Junot dan Gleva, petualangan cinta Igo dimulai.
Cintanya kepada Ines adalah penantian terakhir yang bergejolak di asa. Hingga pada
akhirnya dia sadar, bahwa mimpi buruknya itu adalah pertanda mengenai malapetaka
yang akan terjadi pada Ines, pujaan hatinya.
Para Pelaku :
1. Igo : Tokoh utama ini berwatak apa adanya, mempunyai visi hidup yang
jelas serta tidak plin-plan dalam mengambil keputusan. Dia sedikit ketus,
namun tetap perhatian dengan semua orang.
2. Junot : Sahabat Igo yang satu ini mempunyai watak yang humoris, suka
bersolek (namun tak separah seorang perempuan), dan dia orangnya selalu
heboh dengan hal-hal yang biasa.
3. Gleva : Pacar Junot ini bercirikan fashionable yang agak kemayu dan selalu
tampil cantik di tiap kesempatan. Dia tipikal perempuan yang cerewet pula.
4. Ines : Sosok gadis yang lugu menjadi pujaan hati Igo hanyalah Ines semata.
Dia mengidap penyakit leukemia, sehingga raut muka yang dia suguhkan
tampak sayu dan sedikit pucat.
Setting :
- Babak 1 :Di dalm ruangan besar, lebih tepatnya beranda rumah, suasana
sedih, banyak orang melayat dan waktu masih menunjukkan pagi hari.
|
12
- Babak 2 : Bertempat di dalam ruang kelas SMA dengan suasana pikuk
siswa-siswi yang saling bercengkerama, saat itu menggambarkan suasana jam
kosong pada pagi hari.
- Babak 3 : Taman kota pada malam hari dengan pedagang kaki lima di
sudut setapak taman itu dengan bangku satu sebagai pusat perhatian, dimana
pemeranan tokoh berlangsung.
- Babak 4 : Menggambarkan ruangan bangsal di rumah sakit, diperankan
Ines yang sedang dirawat dengan tokoh lain sebagai lawan bicaranya
Alur : Maju (Progresif)
1. Pemaparan : Igo seorang anak SMA yang jatuh hati dengan sosok
perempuan cantik bernama Ines. Dia merasa perempuan itu sungguhlah
berbeda dengan perempuan yang lainnya.
2. Konflik : Mimpi Igo adalah awal mula konflik ini akan terjadi, dimana
Igo terjebak sendiri uleh teka-teki mimpinya yang diutarakannya dengan
sahabatnya, Junot. Tetapi tetap saja masih nihil.
3. Klimaks : Igo dihadapkan pada kenyataan, dimana kisah asmaranya
digantung tanpa kepastian oleh Ines.
4. Peleraian : Ines tetap saja luluh dengan cinta Igo dan mengindahkan
segala ucapnya untuk bersedia menjadi pacarnya, meski ada maksud lain
mengapa Ines sempat menggantung jawaban itu.
5. Penyelesaian : Relasi antara mimpinya itu sebagai kunci asmaranya
terungkap sudah. Nyawa Ines tak mungkin dapat tertolong lagi, hingga pada
akhirnya ajal menjemputnya. Igo sedih, namun apa daya, dia melepasnya
dengan ikhlas di hati.
|
12
BABAK 1
(Pentas berawal dari mimpi Igo yang membawanya ke suatu hunian, tampak biasa
baginya namun sama sekali tak dapat diingatnya dimanakah dia berada sekarang.
Semakin membingungkan mimpi ini dengan berkerumunnya sekumpulan orang
berdandan serba hitam dan terlihat pandangan ke satu arah, ke gundukan kain batik
bermootif parangkusumo yang disertai dengan wewangian menyengat dari
sekitarnya. Dia berusaha bertanya kepada orang disekelilingnya.)
1. Igo : (Menyapa seorang bapak setengah baya tepat di sebelah kanan
hadapannya)
2. Igo : “Permisi Bapak, kalau boleh saya tahu, saya……”(pembicaraan itu
seketika tak dihiraukan sama sekali oleh Bapak itu, dan langsung saja
berjalan menuju pintu depan)
3. Igo : (Semakin dekat berjalan menuju pusat perhatian, dan sekali lagi
mencoba bertanya kepada seseorang didekatnya, kali ini sosok wanita
dewasa.)
4. Igo : “Ibu, maaf, Ibu tahu tempat macam apa ini hingga tak ada seorang
pun yang sudi menunjukkan senyumnya kepadaku?”(Sedikit jengkel
dengan nada agak keras dilontarkan Igo sebab kesal tak tahu dimana
dia sebenarnya berada)
5. Igo : (Hanya melihat tanpa digerakkannya bibir itu mengucap satu kata
pun. Kemudian, dia beranjak dari duduknya dan dengan sigap
mengambil langkah ke arah luar)
6. Igo : “Hei, semuanya, aku tidak peduli siapa kalian, tetapi jika kalian
semua punya telinga, aku mohon jaawab pertanyaanku. Tempat
macam apa ini?”(Emosiya benar-benar memuncak dengan dia
berteriak menggema di dalam ruangan itu)
7. Igo : (Tiba-tiba dilihatnya sosok yang menjadi pusat perhatian yang
terbaring di atas tikar Arab itu adalah mayat. Igo melihatnya duduk
dengan senyum menakutkan tergurat di wajahnya, setelah dia |
12
berteriak. Igo nampak takut)”Apa?Se….Se…Setan….Kurang ajar
kamu Setan!”(Sambil berlari menuju pintu itu)
BABAK 2
(Setting pentas yang kedua menggambarkan situasi ruangan kelas sekolah menengah
atas pada saat jam belajar mengajar telah usai, dimana waktu itu Igo sedang tertidur
pulas, dan segala apa yang terjadi tadi hanyalah mimpinya belaka. Bersama sahabat
karibnya, Junot disini Igo duduk bersebelahan. Junot sedang membaca komik
kesukaannya yang tak menghiraukan sahabatnya itu yang sedang tertidur.)
8. Igo : “Tidak…..!!”(Igo tersentak kaget dan langsung terbangun dari
tidurnya,terasa seakan melanjutkan episode semunya di alam nyata)
9. Junot : “Hei, sobat! Santai saja bisa kan?”(sambil melemparkan komiknya
karena kaget mendengar Igo terbangun)
10. Igo : “Huh!”,(menghela nafas dengan kemudian kembali lagi terengah-
engah)”Aku ada dimana ini?”(Keadaannya masih setengah
sadar)”Haaaahh…Kamu setan kurangajar itu ya?”(menunjuk Igo
sambil mata melotot)
11. Junot : “Haaaahh? Aku setan? Mana ada setan ganteng kayak aku ini? Yang
ada perempuan-perempuan pada mengantri ke kuburan untuk melihat
aku! Huh, ada-ada saja! (Jengkel dengan salah satu alisnya agak di
angkat ke atas)
12. Igo : “Ternyata benar kamu Junot asli, bukan Junot jadi-jadian! Untung
aja, aku seneng banget lihat kamu, Sob!”(Sambil mengacak-ngacak
rambut Junot, karena itu yang membuat Junot marah)
13. Junot : “Maksud kamu?”
14. Igo : “Ya, iyalah, Tidak ada sejarahnya setan pakai lotion-nya perempuan,
apalagi setan yang katanya sih, mengaku sebagai lelaki
|
12
sejati,haaaaa…. Dasar kamu, setan narsis!”(Tertawa terbahak-bahak
sambil memegangi perutnya)
15. Junot : “Apa kata kamu tadi bilang? Dasar singa kamu!,Oke sekarang begini
saja, kita pembuktian siapa yang benar-benar jadi cowok yang bias
mengayomi sosok hawa di muka bumi yang penuh laki-laki jomblo
penuh nestapa seperti adinda “Aldigo Pramudya Sentana”,hahaha…
Kena kamu!”(membalas celoteh igo dengan nada agak menantang)
16. Igo : “Oh, kamu mengeledek aku yang tidak pernah pacaran ini?
Hmm..Tunggu aja, paling dekat-dekat ini aku akan mendapatkan
biduan wanitaku yang mempesona. Memang sih, tidak secantik
rupawan seorang Gleva pacar kamu, tapi yah…hm, lihat saja, kamu
pasti kaget, karena ternyata teman karibmu yang top-cer ini memang
hampir setipe denganmu!”
17. Junot : “Jeileeehh… Ada orang yang kasmaran ternyata, ucuk-ucuk-nang-
ning-nong-ning-nang-ning-nong anak papah sudah besar ya,haa! Gokil
kamu! Memangnya kamu sedang dekat dengan siapa? Kalau memang
benar kita setipe,hm udahlah blak-blakan saja denganku, seperti kau
tidak kenal dengan aku saja?”(Tampak menyindir Igo, karena Junot
tak percaya dengan arus pembicaraan Igo itu)
18. Igo : ”Nanti kamu pasti akan mengerti juga dengan apa yang ku maksud
dan siapa yang ku maksud”(Menyengir kepada Junot dengan maksud
menyembunyikan sesuatu kepadanya)
19. Junot : “Kamu kok tidak adil sih dengan sahabat kamu sejak dalam
kandungan orang tua kita yang pastinya selalu tampil oke?hahaha…
Ingat kan, dulu waktu aku sedang dalam pendekatan dengan Bunga
Hatiku, Gleva, aku selalu kabarkan hal-hal yang sekiranya perlu kamu
tahu. Yah, piker-pikir untuk sharing-lah berbagi dengan sahabat kan
baik untuk melanggengkan hubungan kita. Hahaha..”(Sambil memukul
pundak kiri Igo, dengan mata agak memelas)
|
12
20. Igo : (Bergaya seperti meludah ke bawah meja di tambah dengan raut
muka yang terlihat jijik)“Cuih… Aku masih normal ya, lagipula orang
tuaku juga tidak akan sudi punya anak yang tidak jelas asal-usul
gender-nya dari mana?haha…Aku bahkan tak bias membayangkan,
bagaimana jadinya bayi suka berdandan seperti remaja-remaja yang
haus akan dunia fashion, ini bayi perjaka jantan pula!Haduh.. Toh juga
kamu kan selalu mengabarkan hal-hal yang tidak sangatlah penting
untuk hidup, karir, dan masa depanku!”
21. Igo : (Kepalanya seketika berpaling dari arah lawan bicaranya dan
menutup kedua matanya dengan telapak tangan sambil sayup-sayup
terdengar bisikan kesal melihat Gleva dating dari arah pintu kelas)
“Sial, kenapa lagi itu perempuan berkalung rambut dating kemari”
22. Junot : (Masih menyambung ujaran dari Igo yang mengeledek dia tadi)
“Hahaha… Benar juga kata kamu, semakin aku dalami ternyata
perkataanmu mampu membuat orang
ingin…..Hyaaaaaa…..Hahahaha”(Menggelitik Igo, karena itulah hal
yang paling tak disukainya, namun Junot acap kali melakukan hal
yang sama sekedar bercanda biasa)
23. Igo : “Hahahaaaa… Awas kamu…Hahaha…. Sudah, sudah, sudah cukup
ah!”
24. Gleva: “Udahlah sayang, jangan begitu ah dengan selingkuhan lelaki kamu
itu, aku kan jadi malu kalau punya pacar yang,hmm, bagaimana gitu,
pokoknya kekanak-kanakan gitu lah, tidak
banget!,hahaha…”(Berusaha menghentikan tindakan Junot)
25. Junot : “Eh Baginda Puteriku dari negeri Takhayul datang. Kenapa kamu
datang kesini? Bukannya kamu juga masih ada pelajaran ya di
kelasmu?”(Kaget dan senang sekali melihat pacarnya, Gleva datang)
26. Gleva: “Ye, lagipula siapa juga yang berniat untuk menemui Raja
Genderuwo Ganteng Tapi Yang Narsis Banget? Orang aku ingin
|
12
menemui teman baikku yang seharusnya mendapatkan semua
informasi-informasi terbaru tentang Ines.”
27. Junot : “Hah? Apa? Ines maksud kamu? Oh, oh, oh, aku tahu sekarang
kenapa sebab Sang Tokek Racun tampak sensitif hari ini.
Hahaha…”(Senang sekali dan kaget tentunya. Disini Junot melompat
kegirangan ke atas kursi duduknya)
28. Igo : “Huh…. Nasib-nasib, terbongkarlah semerbak bangkai yang
diaromakan Puteri Takhayul, Mbak Glevania Putri Setrika”(Pasrah
dan menghela nafas sesaat setelah dia berkata)
29. Gleva: “Sentika! Glevania Putri Sentika! Awas kamu, hidup mati, redup
terang fengshui cintamu ada di dalam keindahan solek bibirku. Ingat
itu!Sebenarnya aku tadi ke sini berniat untuk…hm….Tapi sepertinya
ada yang menolaknya mentah-mentah sebelum aku tawarkan, ya
sudahlah…”(Sambil mengibaskan kipasnya selagi menanggapi
perkataannya Igo)
30. Igo : “Eits, sudahlah kita sekarang blak-blakan saja! Puas kamu Not! Hm,
maaf deh Va. Sekarang begini saja, apakah menurutmu dia punya
perasaan lebih denganku?”(Menarik tangan kanan Gleva)
31. Junot : “Hahaha, akhirnya Perjaka Sok Serius menyerah juga!”(membalas
ujaran Igo smabil tersenyum kecil padanya) “Sudahlah Sayang, kita
kan sudah bersahabat sejak SMP, masak begini saja kamu cemberut
tidak karuan begitu”(Menasehati Gleva dan berdiri menggiring Gleva
untuk duduk disampingnya)
32. Gleva: “Oke, It’s no problem for me! Hm, jadi begini, sebenarnya Ines
sudahlah sangat sangat sangat mengagumi kamu Igo sejak MOS kita
dulu. Dia lihat kamu dengan seriusnya dan selalu deg-degan bila dekat
denganmu, ya itu intinya curhatan dia tadi malam denganku. Masalah
benar atau tidaknya, silakan saja konfirmasi ke dukun terdekat,
haaa…”(Berbicara dengan nada yang agak kemayu, melengking
|
12
sambil sekali lagi mengipaskan kipasnya itu dengan arah yang
berlawanan)
33. Junot : “Hm, kesempatan besar itu Go, mana ada keberuntungan bias jatuh
tepat di atas pengharapanmu yang kamu damba! Mau aku bantu,
kawan?”(Menoleh ke arah Igo)
34. Igo : “Alhamdulilah-lah kalau begitu, jadi tak perlu menguras otak dengan
macam-macam cara yang berbelit.Hah, lega rasanya. Oh ya, aku titip
surat ini dong untuk Ines, yah bias di bilang undangan tak resmilah”
(Melihat ke langit-langit ruangan kelas sambil tersenyum lega) “Apa?
Kamu mau membantuku? No,no,no…cukup sudahlah insiden dengan
Ratih dulu waktu kita SMP kelas 2 itu, tak sanggup lagi aku
mengingatnya. Jadi maaf banget, bukannya aku menolak tapi aku
sudah kapok!”
35. Junot : ‘Hahaha… Benar sekali perkataanmu itu, di piker-pikr dulu itu aku
seharusnya……”
(Di potong oleh Gleva, karena rupanya Guru Kimia telah masuk ruangan kelas
itu)
36. Gleva: “Eh sudah dulu ya Sayang dan kamu Junot, semoga berhasil ya? Aku
dukung kamu selalu! Dada…!” (Pergi beranjak dari kursi itu dan
pergi dengan gesitnya munuju luar kelas)
37. Igo : (Hanya diam dan tersenyum dengan mengacungkan jempol kanannya
ke arah Gleva)
BABAK 3
(Area panggung disini di ubah hingga mampu menggambarkan situasi taman kota
yang dipenuhi dengan bunga berwarna-warni dan dihiasi lampu kota yang waktu itu
sedang berpijar karena malam hari. Igo telah membuat surat kepada Ines semacam
|
12
undangan untuknya untuk kemudian Igo bias mengungkapkan perasaannya kepada
Ines.)
38. Igo : (Dalam posisi duduk menunggu Ines datang dengan memainkan
telepon genggamnya) “ Dimana lagi ini si Ines? Sudah hampir 10
menit aku menunggu, tapi tetap saja nihil. Atau mungkin surat itu tak
disampaikan oleh Gleva? Ah, tak mungkin, aku sudah percaya dengan
dia, toh aq yakin mungkin Ines masih dalam perjalanan menuju kesini
dan membawa berita bahagia kepadaku. Semoga…”
39. Ines : (Dari arah belakang berjalan pelan sambil menoleh ke kanan-depan
dan kiri-depan untuk memastikan bahwa itu adalah Igo)
“Ma..ma..maaf sudah menungguku, Lama pasti kamu di sini? Aku tadi
sempat bingung kamu serius tidak dengan suratmu ini, jadi aku tadi
perlu memikirkannya, hinggan aku yakin jika kamu memang berniat
untuk mengajakku ki taman kota ini. Sekali lagi maaf”
40. Igo : “Hei, santai sajalah Nes, lagian baru sepuluh menit aku menunggu
kamu, bahkan hingga kamu datang nanti jam Sembilan pun tetap aku
tunggu. Oh iya, jangan maaf, maaf, maaf terus, jadi risih aku jadinya,
orang kamu juga cuman telat kan?haha… Hm, mau kopi aku belikan?”
41. Ines : “Terimakasih sebelumnya, tetapi aku bias membeli itu sendiri kok”
42. Igo : “Ah, tak apa. Tunggu aku sebentar ya,”(Berjalan menuju penjual
kopi di warung ujung taman kota itu)
43. Igo : “Ini nes, mumpung masih panas, kopi spesial khusus buat
kamu”(Sambil menyerahkan kopinya kepada Ines dan duduk kembali)
44. Ines : “Terimakasih ya Go, kamu baik banget denganku. Hm, kalau boleh
aku tahu, hm, ada apa ya kamu mengundang aku untuk datang ke sini?
Sepertinya ada masalah serius dan sangatlah penting bagimu yang
ingin kamu ketahui dariku?”
45. Igo : (Tersedak saat minum kopi itu) “Uhuk…Uhuk…”
|
12
46. Ines : “Eh kamu kenapa Go? Maaf kalau aku berbuat yang kurang enak di
telinga kamu.”(Sambil mengelus-elus leher belakang Igo)
47. Igo : “Eh…Ehm…Tidak apa-apa kok, aku hanya tersedak saja saking
melihat wajahmu yang imut. Haaaa… Sudahlah, itu kan maaf, maaf,
maaf lagi yang kamu ucapkan, tak ada hal lainkah selain kata “maaf”?
Aku yakin seyakin-yakinnya dosa kamu pasti selalu diampuni sam
malaikatmu itu”
48. Ines : “Hahaha… Ah kamu Go bisa saja merayu permpuan polos sepertiku.
Aku selalu saja merasa bersalah jikalau mungkin aku yang
membuatnya menjadi tidak baik. He..)
49. Igo : “Ya itulah gunanya aku mengundang kamu kemari, untuk merayumu
supaya jadi pacarku!”
50. Ines : “Hah? Maksud kamu Go?”
51. Igo : “Kamu mau jadi pacarku?”
52. Ines : “Hm, tetapi aku mohon kamu mau menerima segala apa yang ada
pada diriku dan segala apa yang kurang berkenan bagimu yang
melekat di diriku.”
53. Igo : “Apapun itu aku tak pernah menyia-nyiakan sosok wanita
dihadapanku yang kali memanglah benar-benar aku cintai”
54. Ines : “Sungguh?”
55. Igo : “Apakah perlu aku kumandangkan perasaanku ini di atas menara
Monas?”
56. Ines : “Aku perlu bukti, maka buktikanlah….!”(Ines pergi meninggalkan
Igo sendirian di taman itu, karena ada sesuatu hal yang
disembunyikan Ines, makanya dia langsung mengambil langkah
menuju jalan untuk kembali pulang)
57. Igo : “Ines, tunggu, maafkan aku jika memang aku salah menyayangimu,
tapi aku tulus ungkapkan ini padamu. Aku mohon…”(Memelas
dengan teriakan berharap Ines kembali padanya)
|
12
58. Ines : (Menoleh sejenak dan terus melanjutkan langkahnya menuju arah
pulang)
(Igo sangat menyesal tidak dapat meneruskan arah pembicaraan ini yang semula
berharap agar Ines menjadi kekasihnya. Namun keadaaan malah menjadi
menggantung seperti ini. Igo sedih dan dia yakin dia mampu membuktikan
perkataannya kepada Ines)
BABAK 4
(Panggung didekorasi sehingga mirip dengan keadaan di rumah sakit, dimana Ines
ternaring sakit leukemia disana. Ines masih belum tersadarkan diri. Dan
digambarkan dia berada di dalam salah satu bangsal rumah sakit bersama Gleva
duduk disampingnya.)
59. Gleva: (Memegangi salah satu tangan Ines) “Kenapa kamu tidak bilang
padaku bagaimana penyakit yang seserius ini bias menjangkit
tubuhmu ini? Huh, aku tidak mau kehilangan sahabat terbaikku
Tuhan. Aku berdoa pada-Mu, maka kabulkanlah pinta hamba Ya
Allah)
(Dari arah pintu Nampak Igo dan Junot yang mengantarnya masuk ke bangsal
itu.)
60. Junot : “Pagi sayang, Kamu dari tadi malam di sini?”(Mendekati tempat
tidur itu)
61. Gleva: “Iya Pangeran Takhayul, aku khawatir dengan keadaannya yang tak
sadarkan diri”
62. Junot : “Kamu terlihat lelah, lebih baik kamu istirahat, pulang sejenak
bersamaku”
|
12
63. Gleva: “Ah tidak, aku adalah sahabat ternaiknya. Mana mungkin aku
meninggalkannya dalam keadaan yang seperti ini”
64. Igo : “Tidak dengan kamu memaksakan kondisi kamu membuktikan kalau
kamu berniat menjaga sosok sahabat yang kamu sayangi. Akan tetapi
alangkah bahagianya manakala kamu juga tak membiarkan ragamu
pada akhirnya sakit akibat kamu juga tidak menjaga dirimu sendiri”
65. Gleva: “Hm, benar juga, tetapi siapa yang akan menjaga dia kalau nanti dia
membutuhkan sesuatu atau dia bangun inginkan ini itu atau..,”
66. Junot : “Stop! Kamu pikir kami berdua sahabat Ines yang buruk? Kami lelaki
dan punya harga diri, haha… Tenang saja biar Igo yang menjaga dia,
sudah ada di niatan dia sejak dari tadi dia aku jemput di rumah,
haha…”
67. Gleva: “Hahaha… Memang benar Go?”
68. Igo : “Hm, ya iyalah, aku kemarin Minggu baru saja bertemu dengannya di
taman kota, dan mungkin ini menjadi sebab dia sakit seperti ini?”
69. Gleva: “Oh kemarin surat kamu itu isinya mengajak dia ke taman kota? Jadi
bagaimana? Kalian sudah pacarankah?”
70. Igo : “Mending pacaran, lihat sajalah keadaan dia saat ini. Bahkan aku tak
dapat menyapanya kali ini.”
71. Gleva: “Oh maaf, tapi aku yakin mungkin ada sesuatu yang ingin
disampaikan Ines di balik kejadian kemarin Minggu. Lagipula aku juga
kaget ternyata dia selama ini mengidap penyakit leukemia.”
72. Igo & Junot : (Bersamaan) “Apa?”
73. Igo : (Raut muka sedih) “Kenapa tapi kenapa kamu tak bilang padaku
Ines? Tentu saja menerima keadaanmu deutuhnya yang kamu
maksudkan kemarin mengenai hal ini? Aku sangatlah yakin!” (Sambil
membelai rambut Ines)
74. Junot : (Menarik Gleva sambil berbisik) “Ssstt, sudah ah, ayo kita pulang
saja. Aku tak enak dengan Igo kalu begini jadinya. Biarkan dia
bersama Ines, sayang” |
12
75. Gleva: “Tapi….?”
76. Junot : “Sudah, ayo !”
(Junot dan Gleva akhirnya pergi pulang meninggalkan bangsal itu)
77. Igo : “Aku mohon Ines, jika kamu bisa mendengarku tolong bangun. Aku
tak mau melihat kamu seperti ini. Aku mohon!”(Duduk dan kali ini
meneteskan air matanya)
78. Ines : (Tiba-tiba menggerakkan tangannya dan sedikit demi sedikit
membuka matanya)
79. Igo : “Ines? Ini aku Igo”
80. Ines : “Eh kamu Go, hm, maafkan kejadian kemarin Minggu ya? Aku tak
bermaksud……”
81. Igo : “Ssstt, cukup, aku sudah lebih dari bahagia melihat kamu nisa
tersenyum kembali”(Sambil mengarahkan jari telunjuk kanannya ke
bibir Ines, isyarat meminta Ines untuk diam)
82. Ines : (Menyingkirkan jari telunjuknya Igo dari bibirnya, dan
menggenggamnya erat)“Aku sungguh tak berharap kejadian itu terjadi.
Karena seseorang yang ada dihadapanku ini adalah lelaki yang aku
mau temani sisa hidupku. Dan aku rasa pembuktianmu lebih dari
cukup”
83. Igo : “Entah kenapa wajah kamu itu mengingatkanku akan mimpi seram
waktu di sekolah itu… Kau sungguh mirip dengan…..”
84. Ines : “Mirip dengan siapa Igo?”
85. Igo : “Ah enggak bukan apa-apa. Tadi yang kumaksudkan kamu mirip
sekali dengan Ibumu,hahaha…”
86. Ines : “Ah memang benar? Aku rasa aku lebih mirip dengan Ayah?
hahaha…”
87. Igo : (Terdiam sejenak memikirkan apa yang dilihatnya sekarang apakah
cermianan dari mimpi seram yang dialaminya di babak pertama itu?.
Dia merasa takut apabila hal itu adalah benar adanya) |
12
88. Ines : “Igo?”(Sambil menggerakkan tangannya ke muka Igo, karena dia
terlihat bengong memikirkan mimpi tadi)
89. Igo : “Eh, iya, maaf, tadi aku sedang berpikir bagaimana jika setelah kamu
sembuh kita bisa bercanda bersama dutemani kebersamaan dan gelora
cintaku padamu.Hahaha….”
90. Ines : “Lagi, lagi kamu ngegombal lagi, dasar lelaki hidung
polkadot,haha..!”(Pipinya memerah) “Hm, kepalaku pusing banget,
kalau boleh aku ingin tidur sejenak lepaskan penat di kepalaku ini”
91. Igo : “Oh tentu saja Sayang, aku akan tetap disampingmu menjagamu dan
menemanimu selalu”
92. Ines : “Teramakasih Sayang. Aku sayang kamu”(Memejamkan matanya
perlahan)
93. Igo : “Siap Bos! Aku juga sayang kamu”
(Pikiran Igo Tak jauh hilang mengenai hunungan antara Ines dan mimpi di
adegan pertama itu. Hatinya sungguh tak menentu, dia takut kehilangan
cintanya yang baru saja di rajut oleh benang-benang asmara hari itu. Dan benar
saja, terdengar suara nyaring dari alat pengukur denyut nadi yang terpasang di
tangan kanannya itu. Pertanda Ines sudahlah hanya raga yang kosong,
nyawanya sudah diselamatkan oleh Tuhan dan begitu pula dengan cinta Igo
yang pada akhirnya di terma oleh Ines meski berakhir pilu)
94. Igo : “Ya Allah, Tidakkah Enagkau biarkan saja ragaku ini sebagai
gantinya saja. Aku sungguh-sungguh cinta kepadanya, tak kurang
sedikitpun oleh mimpi-mimpi setan itu! Ah, tidak…..!”(Adegan
terakhir dilakukan dengan memeluk raga Ines yang sudah tak
bernyawa)
|