bab iii metodologi penelitianrepository.upi.edu/26166/6/s_te_1105591_chapter3.pdf27 nurachman gofur,...
TRANSCRIPT
25 Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk melakukan
penelitian. Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai: metode dan desain
penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
data, prosedur penelitian, variabel penelitian, hipotesis penelitian, dan teknik analisis
data.
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan
dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang
pendidikan (Sugiyono, 2013, hlm. 6). Dalam pelaksanaan penelitian dan
pengembangan, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif,
evaluatif, dan eksperimen (Sukmadinata, 2005, hlm. 167).
Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2013, hlm. 107). Desain yang digunakan pada
penelitian ini ada Pre-Experimental Designs (nondesign), dikatakan pre-experimental
design karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh – sungguh. Karena
masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
terkait itu bukan semata – mata dipengaruhi oleh variabel bebas. Hal ini dapat terjadi,
karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random
(Sugiyono, 2013, hlm. 109). Bentuk pre-experimental design ada beberapa macam
yaitu : one-shot case study, one-group pretest-posttest design, one-group pretest-
posttest design, dan intact-group comparison (Sugiyono, 2013, hlm. 110). Desain
yang digunakan pada penelitian ini adalah one-group pretest-posttest, Penelitian
dengan bentuk one-group pretest-posttest ini memiliki alur penelitian yaitu sebelum
26
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diberi perlakuan terlebih dahulu kelas eksperimen diberi tes awal (pretest) untuk
mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah diberi pretest selanjutnya kelas diberi
perlakuan (treatment) yaitu dengan berbasis social learning network menggunakan
schoology sebagai pembelajaran kelas maya (virtual class). Kemudian setelah itu
kelas eksperimen diberi tes akhir (posttest) untuk mengetahui ada atau tidaknya
peningkatan hasil belajar siswa setelah digunakannya pembelajaran berbasis social
learning network menggunakan schoology. Desain penelitian One Group Pretest-
Postest Design dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain penelitian One Group Pretest-Postest Design
Pretest Treatment Posttest
O1 X O2
Keterangan :
O1 : nilai pretest (sebelum diberi diklat).
X : Perlakuan (treatment).
O2 : nilai posttest (setelah diberi diklat) .
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013, hlm. 117). Populasi
yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa X Teknik Otomasi Industri 1 SMKN
4 Bandung.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,
2006, hlm. 13). Teknik sampel dalam penelitian ini adalah sampling porposive, yaitu
27
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih secara sengaja menyesuaikan
dengan tujuan penelitian (Purwanto, 2012, hlm. 257). Sampel dalam penelitian ini
adalah peserta didik kelas X Teknik Otomasi Industri 1 dengan jumlah peserta didik
sebanyak 30 orang. Teknik ini digunakan karena berdasarkan pertimbangan dari guru
mata pelajaran Perekayasaan Sistem Antena yang hanya mengizinkan peneliti
penggunakan kelas X Teknik Otomasi Industri 1.
C. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena in
disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2013, hlm. 148).
1. Intrumen Tes Kognitif
Adapun instrumen tes kognitif yang digunakan untuk penelitian berupa soal
pilihan ganda. Tes pada penelitian ini dilakukan pada setiap pertemuan. Tes yang
dilakukan yaitu pretest dan posttest. Pretest merupakan pengetesan awal yang
dilakukan oleh peneliti kepada siswa dan posttest merupakan pengetesan akhir setelah
diberi perlakuan (treatment). Karena pada penelitian ini menggunakan desain subjek
penelitiannya merupakan kelompok tunggal, maka kelompok tersebut diberikan
perlakuan yang sama.
2. Intrumen Penilaian Afektif dan Psikomotor
Instrumen penlaian afektif dan psikomotor menggunakan teknik observasi,
Sasaran penilaian ranah afektif adalah perilaku siswa, bukan pengetahuannya. Dalam
proses pengumpulan data untuk mengukur nilai afektif dan psikomotor siswa, teknik
observasi dilakukan setiap kali jadwal penelitian pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Untuk mempermudah dalam memberikan penilaian, maka dibutuhkan
lembar penilaian afektif dan psikomotor.
28
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Uji Coba Instrumen Penelitian Ranah Kognitif
a) Uji Validitas
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Intrumen yang
valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid. Valid berarti intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sugiyono, 2013, hlm. 172-173).
Untuk mengetahui tingkat validitas intrumen tes yang digunakan (soal-soal
pre-test dan post-test) dalam penelitian ini dihitung menggunakan kolerasi
product moment (𝑟𝑥𝑦) yang dikemukakan oleh pearson :
𝑟𝑥𝑦 =𝑛 ∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖 − (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
√(𝑛 ∑ 𝑋𝑖2 − (∑ 𝑋𝑖)2)(𝑛 ∑ 𝑌𝑖
2 − (∑ 𝑌𝑖)2)
(Arikunto, 2010, hlm.213)
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara skor seluruh responden pada tiap butirm
soal dan skor total tiap responden
∑ 𝑋𝑖 = Jumlah skor seluruh responden pada setiap butir soal
∑ 𝑌𝑖 = Jumlah skor total setiap responden
𝑛 = Jumlah responden
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefesien korelasi ditunjukan oleh
tabel 3.2.
29
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi
Koefisien Korelasi
Koefesien Korelsi Kriteria Validitas
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,00
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sugiyono, 2013, hlm. 257)
Setelah diketahui pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien
korelasi, selanjutnya uji signifikasi dihitung dengan menggunkan uji t dengan
rumus :
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑟√𝑛 − 2
√1 − 𝑟𝑥𝑦2
(Sugiyono, 2012, hlm. 230)
Keterangan :
thitung = Hasil perhitungan uji signifikasi
𝑟𝑥𝑦 = Koefesien korelasi antara skor seluruh responden pada tiap
butir soal dan skor total tiap responden
n = Jumlah responden
Hasil perolehan thitung selanjutnya dibandingkan dengan ttabel. Apabila
thitung > ttabel, maka item soal dinyatakan valid, dan apabila thitung < ttabel
maka item soal dinyatakan tidak valid. Nilai ttabel, diperoleh dari derajat
kebebasan (dk) = n – 2 dengan taraf signifikasi (α) = 0,05.
30
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Uji Reliabilitas
Instrumen yang realiabel adalah intrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama
(Sugiyono, 2013, hlm. 173). Pengujian reliabilitas intrumen dapat dilakukan
secara eksternal maupun iunternal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan
dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya (Sugiyono,
2013, hlm. 183)
Pengujian reliabilitas menggunakan internal consistency, diaman internal
consistency dilakukan dengan cara mencobakan intrumen sekali saja, kemudian
yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2013, hlm. 185).
Untuk menguji reliabilitas tes (r11), pada penelitian ini digunakan rumus
KR.20 (Kuder Richardon), yaitu :
r11= (k
(k-1)) (
vt2 ∑ p
iqi
vt2
)
(Arikunto, 2010, hlm. 231)
Keterangan :
r11 = reliabilitas intrumen
k = Banyaknya butir soal
pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1
q𝑖 = 1- pi
vt = variasi total
Harga varians total (vt) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :
vt=∑ Xt
2 -(∑ Xt)
2
nn
(Arikunto, 2010, hlm. 227)
Keterangan :
∑ Xt = jumlah skor total
31
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
n = jumlah responden
Kemudian harga r11dibandingkan dengan nilai tabel product moment. Jika
r11> ttabel maka intrumen tersebut dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan
bagi penelitian selanjutnya. Sebaliknya jika r11< ttabel maka intrumen tersbut
tidak reliabel. Interpretasi derajat reliabilitas instrumen ditunjukan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Soal
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2010, hlm. 75)
c) Taraf Kesukaran Soal
Analisa tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen soal
yang dibuat termasuk kategori mudah atau sukar (Arikunto, 2010, hlm. 208).
Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal (P) digunakan rumus :
P=B
Js
(Arikunto, 2010, hlm.208)
Keterangan :
P = Tingkat kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel 3.4
32
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Klasifikasi
0,00 – 0,30
0,31 – 0,70
0,71 – 1,00
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
(Arikunto, 2010, hlm. 208)
d) Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan peserta
didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan perserta didik berkemampuan
rendah (Arikunto, 2010, hlm. 211).
Untuk mengetahui daya pembeda soal langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
a) mengurutkan skor total masing-masing siswa dari yang tertinggi sampai
yang terendah;
b) membagi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah;
c) menghitung soal yang dijawab benar dari masing-masing kelompok pada
tiap butir soal;
d) mencari daya pembeda (D) dengan menggunakan rumus:
D = 𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵
(Arikunto, 2010, hlm. 213) Keterangan :
D = daya pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA = banyaknya peserta tes kelompok atas
JB = banyaknya peserta tes kelompok bawah
33
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah soal selesai dikoreksi, dilakukan analisis daya pembeda butir soal
untuk menarik kesimpulannya, dengan melihat klasifikasi daya pembeda
(Arikunto, 2013) dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda
4. Penyusunan Instrumen Ranah Afektif dan Psikomotor
Intrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif pada
penelitian ini berupa lembar penilaian ranah afektif. penilaian hasil belajar ranah
afektif yang diberikan mengacu pada acuan penilaian ranah afektif. Sedangkan untuk
mengukur hasil belajar ranah psikomotor dilakukan dengan tes parktik yang
penilainnya berpedoman pada lembar penilaian dan acuan penilaian ranah
psikomotor.
a) Ranah Afektif
Selain dilakukan pengukuran terhadapa ranah kognitif, dilakukan juga
pengukuran terhadap ranah afektif. Tujuan dari pengukuran ranah afektif
adalah (Arikunto, 2011, hlm. 178):
1) Untuk mendapatkan umpan balik baik (feedback) bagi guru maupun siswa
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
Indeks Daya Pembeda Klasifikasi
0,00 – 0,20 Jelek (poor)
0,21 – 1,40 Cukup (statistifactory)
0,41 – 0,70 Baik (good)
0,71 – 1,00 Baik sekali (excellent)
Negatif Tidak baik, lebih baik dibuang
34
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
yang antara lain diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku
anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus atau
tidaknya anak didik.
3) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar – mengajar yang
tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta
karakteristik anak didik.
4) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar mengajar dan kelainan
tingkah laku anak didik.
Aspek yang dinilai pada ranah afektif ini adalah disiplin, kerjasama,
tanggung jawab, dan santun. Adapun intrumen penilaian yang digunakan
dalam melakukan pengukuran hasil belajar pada ranah afektif pada penelitian
ini ditunjukan pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Lembar Penilaian
Ranah Afektif
NO NAMA SISWA
DISIPLIN AKTIF TANGGUNG
JAWAB KERJA SAMA
NILAI
AKHIR
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
Adapun nilai konversi untuk mengukur nilai akhir hasil belajar ranah
afektif yang mengacu pada kurikulum 2013 ditunjukan pada tabel 3.7.
35
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7 Konversi Nilai pada Kurikulum 2013
Konversi nilai akhir Predikat
(Pengetahuan dan
Keterampilan)
Sikap Skala 100 Skala 4
96 -100 4 A SB
91- 95 3.67 A-
86 – 90 3.33 B+
B 81-85 3.00 B
75-80 2.67 B-
70-74 2.33 C+
C 65-69 2 C
60-64 1.67 C-
55-59 1.33 D+ K
0-54 1 D
Untuk menghitung niali afektif setiap siswa (NA) digunakan
rumus :
NA=Total Nilai Afektif
Jumlah Aspek yang Dinilai
(Arikunto, 2011, hlm. 183)
b) Ranah Psikomotor
Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil – hasil belajar yang
berupa penampilan/keteampilan (Arikunto, 2011, hlm. 182). Penilaian belajar
psikomotor dapat dilakukan dengan cara (Arikunto, 2010):
36
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama
proses pembelajaran praktik langsung.
2) Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada peserta didik untuk mengukur keterampilan dan pengetahuan.
3) Beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam
lingkungan kerjaya.
Aspek yang dinilai pada ranah psikomotor ini adalah keterampilan
menggunakan schoology dan kecepatan dalam menjalankan fitur-fitur yang
tersedia di schoology. Adapun intrumen penilaian yang digunakan dalam
melakukan pengukuran hasil belajar pada ranah psikomotor pada penelitian
ini ditunjukan pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Lembar Penilaian Ranah Psikomotor
NO NAMA
SISWA
KETERAMPILAN KECEPATAN MENALAR GERAKAN KOMUNIKATIF
NILAI
AKHIR
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
Adapun nilai konversi untuk mengukur nilai akhir hasil belajar ranah
Psikomotor yang mengacu pada kurikulum 2013 ditunjukan pada tabel 3.9.
37
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9 Konversi Nilai pada Kurikulum 2013
Konversi nilai akhir Predikat
(Pengetahuan dan
Keterampilan)
Sikap Skala 100 Skala 4
96 -100 4 A SB
91- 95 3.67 A-
86 – 90 3.33 B+
B 81-85 3.00 B
75-80 2.67 B-
70-74 2.33 C+
C 65-69 2 C
60-64 1.67 C-
55-59 1.33 D+ K
0-54 1 D
Untuk menghitung niali psikomotor setiap siswa (NP) digunakan rumus :
NP=Total Nilai Psikomotor
Jumlah Aspek yang Dinilai
(Arikunto, 2011, hlm. 183)
D. Teknik Pengumpulan Data
Terapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian,
yaitu, kualitas intrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instumen
penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas intrumen dan kualitas
38
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengumpulan data berkenaan ketepatan cara – cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data (Sugiyono, 2013, hlm. 193). Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini adalah tes untuk ranah kognitif dan observasi untuk
ranah afektif dan psikomotor.
1. Tes Ranah Kognitif
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan – aturan yang ditentukan
(Arikunto, 2010, hlm. 53). Dalam penelitian ini digunakan intrumen pengukuran
kognitif berupa tes berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif pilihan jawaban
untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif siswa. Tes dilakukan dalam dua tahap
yaitu pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa sebelum dilakukan (treatment) berupa penerapan pembelajaran kelas maya
(vitual class) berbasis social learning network menggunakan schoology. Sedangkan
post-test dilakukan untuk mengetahui perubahan kemampuan siswa sebagai subyek
penelitian setelah mendapat perlakuan (treatment).
2. Observasi Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor
Observasi ranah afektif dilakukan untuk mengetahui hasil belajar afektif siswa
(subyek penelitian) pada saat diberi perlakuan (treatment) begitupun dengan untuk
mengetahui hasil belajar psikomotor.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap
pelaksanaan, dan (3) tahap akhir. Tahapan pelaksanaan penelitian ditunjukkan pada
gambar 3.1 dengan penjelasan tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan tahap
pelaksanaan sebagai tahapan inti dari kegiatan penelitian adalah sebagai berikut.
39
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. observasi awal, dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran yang
dilaksanakan, metode pembelajaran yang digunakan, dan media pembelajaran
yang digunakan dalam proses mata pelajaran Simulasi Digital;
b. studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan teori-teori yang dapat menjadi
landasan mengenai permasalahan yang akan diteliti;
c. mempelajari kurikulum untuk mengetahui tujuan dan kompetensi dasar yang
akan dicapai dalam proses pembelajaran;
d. menentukan populasi dan sampel penelitian;
e. menyusun kisi-kisi instrumen ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang akan
dicapai;
f. melakukan uji coba instrumen tes ranah kognitif;
g. melakukan expert jugdement instrumen penilaian afektif dan psikomotor;
h. menganalisis hasil uji coba instrumen tes lalu menentukan soal yang layak
digunakan untuk memperoleh hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. memberi tes awal (pretest) pada siswa sebagai tolak ukur hasil belajar ranah
kognitif siswa sebelum diberi perlakuan;
b. memberi perlakuan (treatment) yaitu dengan melaksanakan pembelajaran kelas
maya berbasis Social Learning Network menggunakan Schoology;
c. memberi penilaian ranah afektif dan psikomotor siswa;
d. memberi tes akhir (posttest) sebagai tolak ukur hasil belajar siswa pada ranah
kognitif;
3. Tahap Akhir
Tahap akhir dilakukan setelah mendapatkan data dari lapangan, kemudian data
diolah dan dianalisis, yaitu dengan melakukan kegiatan sebagai berikut.
a. mengolah data hasil pretest dan posttest;
40
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. membandingkan hasil analisis tes sebelum dilakukan treatment dan setelah
dilakukan treatment untuk melihat apakah terdapat peningkatan pada hasil
belajar siswa;
c. mengolah lembar penilaian ranah afektif dan psikomotor;
d. membuat kesimpulan berdasarkan data yang diolah dan dianalisis.
Studi Pendahuluan
Merancang Tema atau Bahan Penelitian
Studi Literatur
Mempelajari Kurikulum
Penentuan Materi dan Sampel
Penyusunan Instrumen Penelitian
Uji Coba Instrumen
Pengolahan Data
Pertemuan ke- 1
Pretest
Treatment
Observasi
Pertemuan ke- 2
Treatment
Observasi
Pertemuan ke- 3
Treatment
Observasi
Posttest
41
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Alur Penelitian
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2013, hlm. 207).
Analisis data merupakan tahap yang penting dalam sebuah penelitian. Analisis data
pada penelitian ini dibagi ke dalam lima bagian, yaitu analisis data ranah kognitif, uji
normalitas, dan uji hipotesis.
1. Analisis Data Ranah Kognitif
Analisis data kognitif pada penelitian ini terdiri dari analisis data tes awal
(pretest), analisis data tes akhir (posttest) dan analisis gain. Analisis data tes awal
(pretest) dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum
dilakukannya treatment, sedangkan analisis data tes akhir (posttest) dilakukan untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik setelah dilakukannya treatment. Selain itu juga
dilakukan analisis terkait ada tidaknya peningkatan hasil belajar peserta didik setelah
diberikan treatment, yaitu penerapan pembelajaran kelas maya (virtual class) berbasis
social learning network menggunakan schoology. Berikut langkah-langkah yang
dilakukan untuk menganalisis data pretest, posttest dan gain normalisasi siswa :
1. Pemberian skor dan merubahnya ke dalam bentuk nilai
Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode rights only,
yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang
tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung
jumlah jawaban yang benar. Skor yang diperoleh tersebut kemudian dirubah
menjadi nilai dengen ketentuan berikut:
Analisis Data
Kesimpulan
42
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai siswa = skor siswa
skor maksimum x 100
2. Menghitung Gain Ternormalisasi
Untuk menentukan pengaruh pembelajaran kelas maya berbasis SLN
menggunakan Schoology, dilakukan dengan menghitung nilai gain
ternormalisasi yang diperoleh dari data skor pretest dan posttest yang kemudian
diolah untuk menghitung rata-rata gain normalisasi.
Rata-rata gain normalisasi dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
<g> = 𝑇2−𝑇1
𝑆𝑚−𝑇1
(Savinainen & Scott, 2002)
Keterangan:
<g> = Rata-rata gain normalisasi
T1 = Pretest
T2 = Posttest
Sm = Skor Maksimal
Adapun skala kriteria rata-rata gain normalisasi yang digunakan sebagai
acuan dalam pengujian hipotesis ditunjukan oleh tabel 3.10
Tabel 3.10 Kriteria Gain Ternormalisasi
(Savinainen & Scott, 2002)
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
43
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun tafsiran efektivitas dari N-Gain menurut Arikunto (1999) ditunjukan
oleh tabel 3.11
Tabel 3.11 Kategori Keefektivan N-Gain
Persentase (%) Tafsiran
<40 Tidak Efektif
40 – 55 Kurang Efektif
56 – 75 Cukup Efektif
>76 Efektif
2. Uji Normalitas
Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya
data yang diperoleh dari hasil penelitian. Pengujian normalitas data pada penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat (χ2). Menurut (Sugiyono,
2012, hlm. 79), uji normalitas data dengan chi-kuadrat dilakukan dengan cara
membandingkan kurva normal baku atau standar (a) dengan kurva normal yang
terbentuk dari data yang telah terkumpul (b).
Gambar 3.2 (a) Kurva Normal Baku (b) Kurva distribusi data yang akan diuji
normalitasnya (Sugiyono, 2012, hlm. 80)
34,13% 34,13% 13,53% 13,53%
2,7% 2,7%
? ?
? ?
? ?
(b)
(a)
44
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut (Sugiyono, 2012, hlm. 80), untuk menghitung besarnya nilai chi-
kuadrat, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah kelas interval. Untuk pengujian normalitas dengan chi-
kuadrat, jumlah kelas interval = 6 (sesuai dengan Kurva Normal Baku).
2. Menentukan panjang kelas interval (PK), yaitu:
PK =(data terbesar – data terkecil)
Jumlah kelas interval (6)
3. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi.
Tabel 3.12. Tabel Distribusi Frekuensi
Interval fo fh fo – fh (fo – fh)2
(𝐟𝐨 − 𝐟𝐡)𝟐
𝐟𝐡
Keterangan :
fo : Frekuensi/Jumlah Data Hasil Observasi
fh : Frekuensi/jumlah yang diharapkan (persentase luas tiap
bidang dikalikan dengan n)
4. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh)
5. Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus
menghitung harga-harga (fo – fh) dan (fo− fh)2
fh dan menjumlahkannya.
Harga (fo− fh)2
fh merupakan harga chi-kuadrat (χ
2).
6. Membandingkan harga chi-kuadrat hitung dengan chi-kuadrat tabel
dengan ketentuan, jika :
𝜒2 hitung ≤ 𝜒2 tabel maka data terdistribusi normal
𝜒2 hitung > 𝜒2 tabel maka data terdistribusi tidak normal
45
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Uji Hipotesis (t-test)
Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data peningkatan prestasi belajar,
yaitu selisih nilai pretest dan posttest untuk sampel independen (tidak berkorelasi)
dengan jenis data interval menggunakan uji t-test. Jenis hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah hipotesis deskriptif. Dimana Ha berbunyi lebih besar (>)
dan H0 berbunyi lebih kecil atau sama dengan (≤), uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji pihak kanan.
Rumusan t-test yang digunakan untuk menguji hipotesis deskritif satu sampel
ditunjukan pada Rumus dibawah ini:
t = _ µ𝑜s
√𝑛
(Sugiyono, 2012)
Keterangan :
t = nilai t yang di hitung
x = nilai rata-rata
µo = nilai yang di hipotesiskan
s = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel
Kriteria pengujian adalah thitung > 𝑡(𝛼=0.05) dimana 𝑡(𝛼=0,05) didapat dari daftar
normal baku, maka Ha diterima dan H0 ditolak. Tetapi sebaliknya jika thitung ≤
𝑡(𝛼=0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
a) Hipotesis Ranah Kognitif
Hipotesis Kalimat :
H01 : Pelaksanaan pembelajaran kelas maya (virtual class) berbasis
social learning network menggunakan schoology pada mata
x
46
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelajaran Simulasi Digital di SMKN 4 Bandung tidak dapat
dikatakan efektif untuk meningkatkan hasil belajar jika N - gain
rata – rata hasil belajar ranah kognitif siswa kurang dari 40%.
Ha1 : Pelaksanaan pembelajaran kelas maya (virtual class) berbasis
social learning network menggunakan schoology pada mata
pelajaran Simulasi Digital di SMKN 4 Bandung dapat dikatakan
efektif meningkatkan hasil belajar jika N - gain rata – rata hasil
belajar ranah kognitif siswa lebih besar atau sama dengan 40%.
Hipotesis Statistik :
H01 : µ < 40%
Ha1 : µ ≥ 40%
b) Hipotesis Ranah Afektif
Hipotesis Kalimat :
H02: Pelaksanaan pembelajaran kelas maya (virtual class) berbasis
social learning network menggunakan schoology pada mata
pelajaran Simulasi Digital di SMKN 4 Bandung dianggap tidak
efektif jika hasil pembelajaran kurang dari 75% peserta didik
memperoleh nilai rata-rata hasil belajar afektif lebih kecil atau
sama dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu
75 (2,67).
Ha2: Pelaksanaan pembelajaran kelas maya (virtual class) berbasis
social learning network menggunakan schoology pada mata
pelajaran Simulasi Digital di SMKN 4 Bandung dianggap efektif
jika hasil pembelajaran kurang dari 75% peserta didik
memperoleh nilai rata-rata hasil belajar afektif lebih besar nilai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75 (2,67).
Hipotesis Statistik :
47
Nurachman Gofur, 2016 PEMBELAJARAN KELAS MAYA (VIRTUAL CLASS) BERBASIS SOCIAL LEARNING NETWORK MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DI SMKN 4 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H02: µ ≤ 75
Ha2: µ > 75
c) Hipotesis Ranah Psikomotor
Hipotesis Kalimat :
H03 : Pelaksanaan pembelajaran kelas maya (virtual class) berbasis
social learning network menggunakan schoology pada mata
pelajaran Simulasi Digital di SMKN 4 Bandung dianggap tidak
efektif jika hasil pembelajaran lebih dari 75% peserta didik
memperoleh nilai rata-rata hasil belajar psikomotor lebih kecil
atau sama dengan dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yaitu 75 (2,67).
Ha3 : Pelaksanaan pembelajaran kelas maya (virtual class) berbasis
social learning network menggunakan schoology pada mata
pelajaran Simulasi Digital di SMKN 4 Bandung dianggap efektif
jika hasil pembelajaran lebih dari 75% peserta didik memperoleh
nilai rata-rata hasil belajar psikomotor lebih besar dari nilai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75 (2,67).
Hipotesis Statistik :
H03 : µ < 75
Ha3 : µ ≥ 75