bab iii metode penelitian -...
TRANSCRIPT
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam sebuah penelitian, perlu ditentukan serangkaian strategi
lapangan yang sistematis dan dapat digunakan sebagai panduan peneliti
dalam mengumpulkan dan menganalisa data yang diperoleh. Pada bab ini,
peneliti akan memaparkan paradigma penelitian yang digunakan dan
metode penelitian yang mencakup jenis metode, unit analisis dan unit
amatan, teknik pengambilan data, serta teknik analisis data.
A. Paradigma Penelitian
Setiap penelitian dalam kajian ilmu-ilmu sosial memerlukan
prosedur dan sistematika yang jelas dalam perancangan maupun
pelaksanaannya, mulai dari konsep, teori yang digunakan, metodologi
penelitian, serta hasil dan analisa data. Melalui definisi APA, paradigma
mencakup serangkaian asumsi-asumsi, sikap, konsep, nilai-nilai, prosedur,
dan teknik yang dibentuk dari kerangka teoritis atau perspektif umum
dalam kajian psikologi. Singkatnya, paradigma ialah mind-set yang
ditanamkan dan dipakai peneliti untuk melihat dan memaknai fenomena
yang berlangsung di sekitar peneliti.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini ialah paradigma
konstruktivis. Paradigma konstruktivis adalah paradigma yang meletakkan
pengamatan dan objektivitas dalam menentukan suatu realitas (Hidayat,
2003). Menurut Patton (2002), para peneliti konstruktivis mempelajari
beragam realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari
konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain. Dalam
konstruktivis, setiap individu memiliki pengalaman yang unik sehingga
penelitian dengan strategi ini menyarankan bahwa setiap cara yang
diambil individu dalam memandang dunia adalah valid dan perlu adanya
rasa menghargai atas pandangan tersebut. Penulis menggunakan paradigm
konstruktivis untuk mengetahui pengalaman perempuan sebagai korban
kekerasan dalam pacaran dan pola kelekatan dengan orang tua dari masa
anak hingga remaja.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menginterpretasikan dan
menjelaskan suatu fenomena secara holistic dengan menggunakan kata-
kata, tanpa bergantung pada angka. Menurut Bogdan dan Taylor (1975),
metodologi kualititaif adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistic sehingga tidak dapat mengisolasikan individu atau organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis, melainkan memandangnya sebagai bagian
dari suatu keutuhan.
Penelitian kualitatif deskriptif dimaksudkan untuk membuat
deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta di
daerah tertentu (Suryabrata, 1983). Selain itu, jenis penelitian ini juga
membantu peneliti untuk mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat
serta situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses dari suatu fenomena
(Nazir, 2003). Berdasarkan sifat penelitian kualitatif deskriptif, data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Maka
dari itu, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk member
gambaran penyajian laporan tersebut. Data dapat berasal dari naskah
wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, memo, atau dokumen resmi
lainnya (Moleong, 2014).
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini ialah studi
kasus. Studi kasus fokus kepada kasus tertentu untuk diamati dan
dianalisis secara cermat hingga tuntas. Kasus yang dimaksud bisa berupa
tunggal atau jamak Penelitian studi kasus dimaksudkan untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan
posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi
lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Subyek
penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi, atau masyarakat.
(Sutedi dalam Muhlisian, 2013).
D. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah perempuan korban kekerasan
dalam pacaran yang berdomisili di Salatiga dan Solo dengan rentang usia
18-25 tahun. Pemilihan rentang usia tersebut didasarkan pada
pertimbangan bahwa pada usia tersebut, individu telah mengalami transisi
dari masa remaja ke dewasa awal yang mendukung kematangan proses
mental untuk memenuhi tugas perkembangan di rentang usia tersebut.
Pada penelitian ini, pemilihan subyek penelitian dilakukan berdasarkan
kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan kriteria tersebut, awalnya penulis
mendapati 4 orang perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam
relasi pacaran, namun dari hasil pengambilan data awal terhadap 4 orang
tersebut, penulis menemukan ada dua latar belakang keluarga subyek yang
menjadi penting untuk dikaji mendalam, yakni 2 orang korban memiliki
latar belakang keluarga yang harmonis, sedangkan 2 orang lainnya berasal
dari keluarga broken home. Oleh sebab itu, penulis melakukan studi kasus
terhadap 2 orang subyek, yakni 1 orang subyek dari keluarga harmonis
dan 1 orang lainnya berasal dari keluarga broken home. Pemilihan ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa penulis hendak melihat pola
kelekatan subyek dengan orang tua dari masa anak hingga remaja,
sehingga latar belakang keluarga menjadi hal yang krusial dalam melihat
relasi lekat antara subyek dan orang tua.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Salatiga pada bulan Maret 2016
hingga tujuan penelitian tercapai. Pemilihan lokasi didasarkan pada
pertimbangan bahwa data empiris menyebutkan tingginya tingkat
kekerasan dalam pacaran di Jawa Tengah. Selain itu, kasus kekerasan
dalam pacaran banyak ditemukan di kota Salatiga dan peneliti memiliki
akses yang terbuka untuk melakukan penelitian.
F. Unit Amatan dan Unit Analisis
Dalam penelitian kualitatif, perlu dirumuskan unit analisis dan unit
amatan yang ada dalam penelitian. Menurut Arikunto (1992), unit analisis
adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian.
Hamidi (2005) menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan yang diteliti
yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa
sosial seperti misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek
penelitian. Dengan demikian unit analisis bisa diartikan adalah apa yang
ingin dianalisis dalam penelitian.
1. Unit Amatan
Unit amatan dalam penelitian ini adalah perempuan korban kekerasan
dalam pacaran berusia 18-25 tahun yang berdomisili di Salatiga, Jawa
Tengah.
2. Unit Analisis
Unit analisis dari penelitian ini adalah pola kelekatan perempuan
korban kekerasan dalam pacaran dengan orang tua dan pola relasi
kekerasan korban dengan pacar.
G. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang dikenal dalam penelitian kualitatif terdiri dari
dua jenis, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber
data primer adalah informasi yang diperoleh langsung dari pelaku yang
melihat dan terlibat langsung dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara). Selain data primer, dapat juga
menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui pihak lain yang umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Pada penelitian ini, berikut ini adalah sumber informasi yang dapat
digali dan diperoleh peneliti dalam proses pengumpulan data:
1. Teknik Pengambilan Data Primer
a) In-depth Interview
Data primer dalam penelitian ini akan diperoleh melalui proses
in-depth interview terhadap korban kekerasan dalam pacaran dan
observasi terhadap perilaku dan pernyataan korban baik verbal
maupun tidak verbal. Menurut Taylor dan Bogdan (1984), wawancara
mendalam ialah temu muka berulang antara peneliti dan subyek
penelitian, dalam rangka memahami pandangan subyek penelitian
mengenai hidupnya, pengalamannya, ataupun situasi sosial
sebagaimana diungkapkan dalam bahasanya sendiri. Wawancara
mendalam bersifat luwes, terbuka, tidak terstruktur, dan tidak baku.
Berdasarkan substansinya, ada tiga jenis wawancara mendalam,
yakni:
Tabel 3.1 Jenis In-depth Interview
Jenis in-depth interview
Wawancara untuk
menggali riwayat hidup
sosiologis. Riwayat
hidup menyajikan
pandangan orang
mengenai kehidupannya
dalam bahasanya sendiri.
Peneliti berupaya
menangkap pengalaman
penting dalam
kehidupan seseorang
menurut definisi orang
tersebut.
Wawancara untuk
mempelajari kejadian
dan kegiatan, yang
tidak dapat diamati
secara langsung.
Orang yang
diwawancarai ialah
subyek yang hidup di
lingkungan sosial
yang diteliti. Mereka
bertindak sebagai
“pengamat” bagi
peneliti
Wawancara untuk
menghasilkan
gambaran luas
mengenai sejumlah
ajang, situasi atau
orang. Wawancara
lebih tepat untuk
mempelajari sejumlah
besar orang dalam
waktu relatif singkat
dibandingkan
pengamatan
berpartisipasi.
Pada penelitian ini, in-depth interview dilakukan untuk
menggali riwayat hidup yang menyajikan pandangan seseorang
mengenai kehidupan yang dijalani dalam bahasanya sendiri. Untuk
mengambil data lapangan, peneliti menyusun daftar pertanyaan
sebagai berikut:
No TUJUAN KOMPONEN
KELEKATAN
AITEM PERTANYAAN
1 Mengetahui
pola kelekatan
korban dengan
orangtua di
masa lampau
a) Proximity
Maintenance
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Apakah Anda dapat
menceritakan apapun dengan
terbuka kepada ayah?
Hal-hal apa saja yang biasa
Anda ceritakan kepada ayah?
Apakah Anda pernah merasa
marah atau kecewa dengan ayah
Anda?
Dalam situasi seperti apa Anda
bisa marah atau kecewa terhadap
ayah Anda?
Bagaimana Anda mengung-
kapkan kemarahan dan
kekecewaan tersebut?
Apa Anda juga menceritakan
tentang kebahagiaan yang
sedang Anda rasakan?
Bagaimana Anda mengung-
kapkan kebahagiaan tersebut?
Apakah Anda melibatkan ayah
dalam memecahkan persoalan-
persoalan Anda?
Apakah Anda menceritakan
tentang rencana-rencana jangka
pendek maupun panjang Anda
kepada ayah?
Apakah Anda dapat
menceritakan apapun dengan
terbuka kepada ibu?
Hal-hal apa saja yang biasa
Anda ceritakan kepada ibu?
Apakah Anda pernah merasa
marah atau kecewa dengan ibu
Anda?
Dalam situasi seperti apa Anda
bisa marah atau kecewa terhadap
ibu Anda?
Bagaimana Anda mengun-
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
kapkan kemarahan dan
kekecewaan tersebut?
Apa Anda juga menceritakan
tentang kebahagiaan yang
sedang Anda rasakan?
Bagaimana Anda mengung-
kapkan kebahagiaan tersebut?
Apa Anda melibatkan ibu dalam
memecahkan masalah Anda?
Apakah Anda menceritakan
tentang rencana-rencana jangka
pendek maupun panjang Anda
kepada ibu?
Bagaimana Anda mendes-
kripsikan sosok ayah Anda?
Bagaimana Anda mendes-
kripsikan sosok ibu Anda?
Dari keduanya, mana yang
memiliki kedekatan dengan
Anda?
Apa kenangan yang paling Anda
ingat tentang ayah Anda?
Adakah kenangan yang paling
membekas tentang ibu Anda?
Apa yang Anda rasakan ketika
Anda berada dalam keadaan
yang berjauhan dengan ayah
atau ibumu?
Apakah Anda sering merindukan
ayah atau ibu?
Apakah Anda pernah merasa
ditinggal atau ditelantarkan oleh
ayah atau ibu?
b) Safe Haven 27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Bagaimana ayah memandang
dirimu?
Apa pernah ada pelabelan yang
diberikan ayah terhadapmu?
Apa ayah meluangkan banyak
waktunya untuk menghabiskan
waktu denganmu?
Bagaimana ibu memandang
dirimu?
Apa pernah ada pelabelan yang
diberikan ibu terhadapmu?
Apa ibu meluangkan banyak
waktunya untuk menghabiskan
waktu denganmu?
Apakah ayah dapat diakses
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
setiap kali Anda memerlukan
bantuan?
Bagaimana respons ayah jika
mendengar Anda berada dalam
kesulitan?
Apa ayah terbiasa memberikan
kontak fisik seperti pelukan atau
ciuman?
Apakah Anda merasa nyaman
dengan kontak fisik yang
diberikan oleh ayah?
Apakah Anda merasa bahwa
ayah akan selalu menerima Anda
dalam kondisi terburuk?
Apakah Anda merasa
membutuhkan ayah dalam hidup
Anda?
Apakah ibu dapat diakses setiap
kali Anda memerlukan bantuan?
Bagaimana respons ibu jika
mendengar Anda berada dalam
kesulitan?
Apa ibu terbiasa memberikan
kontak fisik seperti pelukan atau
ciuman?
Apakah Anda merasa nyaman
dengan kontak fisik yang
diberikan oleh ibu?
Apakah Anda merasa bahwa ibu
akan selalu menerima Anda
dalam kondisi terburuk?
Apakah Anda merasa
membutuhkan ibu dalam hidup
Anda?
c) Secure Base 45.
46.
47.
48.
49.
50.
Apa ayah membebaskanmu
untuk menentukan pilihan untuk
dirimu?
Bagaimana tanggapan ayah jika
ia tidak setuju dengan
pilihanmu?
Apa ayah mau mendengarkan
pendapatmu?
Apa ayah selalu mendukung
keputusanmu?
Bagaimanakah cara ayah
menunjukkan dukungan
terhadapmu?
Apakah ayah membiarkanmu
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
mencoba hal-hal atau kegiatan
baru?
Apakah ibu membebaskanmu
untuk menentukan pilihan untuk
dirimu?
Bagaimana tanggapan ibu jika ia
tidak setuju dengan pilihanmu?
Apa ibu mau mendengarkan
pendapatmu?
Apa ibu selalu mendukung
keputusanmu?
Bagaimanakah cara ibu
menunjukkan dukungan
terhadapmu?
Apakah ibu membiarkanmu
mencoba hal-hal atau kegiatan
baru?
Apakah Anda merasa aman
ketika berada di dekat ayah?
Apakah Anda merasa nyaman
berada di dekat ayah?
Apakah Anda mencari ayah
ketika Anda berada dalam situasi
sulit?
Apakah Anda merasa aman
ketika berada di dekat ibu?
Apakah Anda merasa nyaman
berada di dekat ibu?
Apakah Anda mencari ibu ketika
Anda berada dalam situasi sulit?
2. Mengetahui gambaran kekerasan
yang dialami oleh korban
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
Sejak kapan Anda berpacaran
dengan pasangan Anda?
Dimana atau bagaimana Anda
bisa mengenalnya?
Apa yang awalnya membuat
Anda tertarik dengannya?
Pernahkah Anda mengalami
konflik atau bertengkar dengan
pasangan?
Jika ya, biasanya apa yang
menjadi pemicu konflik
diantara kalian berdua?
Selama sekian lama Anda
berpacaran, cerita atau
kenangan manis apa yang Anda
ingat sampai sekarang?
Kira-kira, sejauh apa hubungan
Anda dan pacar?
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
Apakah keluarga sudah merestui
hubungan kalian berdua?
Apakah pasangan pernah
memulai pembicaraan untuk
melanjutkan ke tahap yang lebih
serius dengan Anda?
Sejak kapan pasangan Anda
mulai melakukan tindak
kekerasan terhadap Anda?
Dalam bentuk apa biasanya
tindakan dia yang Anda anggap
sebagai kekerasan?
Saat pasangan Anda melakukan
tindak kekerasan, apakah Anda
mencium aroma alkohol pada
mulut atau tubuhnya?
Apakah menurutmu, pasangan
Anda mencintaimu?
Bagaimana perasaan Anda
terhadap pasangan Anda saat
ini?
Bagaimana perasaan Anda
terhadap pasangan Anda setiap
kali ia menyakiti Anda?
Apa yang sebenarnya Anda
harapkan dari pasangan Anda?
Apakah Anda merasa berkorban
dalam hubungan ini?
Jika ya, apa saja yang telah
Anda korbankan?
Apakah kerelaan Anda
menerima tindak kekerasan
tersebut merupakan ungkapan
dari rasa ingin berkorban?
Jika dihitung, sudah berapa kali
Anda menerima kekerasan dari
pasangan Anda?
Adakah benda yang digunakan
pasangan saat melakukan tindak
kekerasan terhadap Anda?
Dalam situasi atau keadaan
seperti apa biasanya pasangan
mulai melakukan tindak
kekerasan?
Biasanya dimana pasangan
berani untuk melakukan
kekerasan terhadap Anda?
Apa yang biasanya dikatakan
pasangan terhadap Anda saat ia
87.
88.
89.
melakukan kekerasan?
Apakah pada saat itu, Anda
berusaha melindungi diri atau
melawan pasangan Anda?
Bagaimana respons Anda saat
kejadian itu terulang?
Apa saja yang sudah Anda
lakukan untuk mengurangi
tindak kekerasan yang dilakukan
pasangan terhadap Anda?
3. Menggambarkan dialektika pola
kelekatan korban dengan orang tua
dalam menentukan kebertahanan
korban dalam relasi berpacaran
90.
91.
Apakah Anda berpikir bahwa
pacar Anda memiliki karakter
yang mirip atau sama dengan
ayah Anda?
Apakah Anda berpikir bahwa
pacar Anda memiliki karakter
yang mirip atau sama dengan ibu
Anda?
4. Menggali informasi tentang diri
korban
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100
Siapa nama lengkap Anda?
Berapa usia Anda saat ini?
Dimana Anda tinggal?
Bersama siapa Anda tinggal?
Apa pendidikan terakhir Anda?
Anda adalah anak keberapa dan
dari berapa bersaudara?
Apakah Anda pernah tinggal
berpindah-pindah?
Siapakah orang yang Anda
anggap paling dekat dengan
Anda?
Siapakah orang yang menurut
Anda paling mengenal diri
Anda?
Siapa orang Anda percayai?
Tabel 3.2 In-depth Interview Guide
b) Observasi
Selain mengumpulkan data dengan in-depth interview,
peneliti juga melakukan observasi dan membuat catatan lapangan.
Menurut Moleong (2001), fokus dalam observasi atau pengamatan
penelitian kualitatif pada dasarnya sudah dirumuskan sejak studi
itu dirancangkan dan merupakan satu unsur studi yang penting.
Setelah berada di lapangan, peneliti hendaknya mengatur agar
kerumitan perilaku pada latar penelitian dapat direkam melalui
pengamatan. Hal ini mengarahkan pengamatan pada seperangkat
tanda yang membimbing kepekaan perasaannya untuk “hanya”
mengamati peristiwa yang diperlukan bagi informasinya dan
mencakup suatu lingkup situasi dan latar secara lengkap.
Sehubungan dengan kepekaan perasaan tersebut, Schazman dan
Strauss mengingatkan bahwa kepekaan itu akan memudarkan
sesudah mengalami masa-masa permulaan pengamatan.
Pengamatan senantiasa berjuang untuk memelihara kepekaan itu
agar senantiasa tinggi dengan jalan belajar menyenangi peristiwa
yang diamati. Pengamatan dapat dibagi atas pengamatan terbuka
dan pengamatan tertutup. Pengamatan secara terbuka diketahui
oleh subjek. Pada pengamatan ini subjek dengan sukarela
memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati
peristiwa yang terjadi dan mereka menyadari bahwa ada orang
yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka, sedangkan, pada
pengamatan tertutup, pengamatan beroperasi dan mengadakan
pengamatan tanpa diketahui oleh pada subjek. Proses pengamatan
juga harus dituliskan ke dalam bentuk catatan. Sehingga, apapun
yang teramati oleh peneliti harus dicatat agar peneliti dapat
menganalisis data-data pengamatan tersebut.
Hasil pengamatan tersebut akan dibuat menjadi catatan
pengamatan. Moleong (2001) menyatakan bahwa catatan
pengamatan adalah pernyataan tentang semua yang dialami yaitu
yang dilihat dan didengar dengan menceritakan siapa yang
menyatakan atau melakukan apa dalam situasi tertentu. Catatan
pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung (Widyawati,
2008). Pernyataan tersebut tidak boleh berisi penafsiran, hanya
merupakan catatan sebagaimana adanya dan pernyataan yang
datanya sudah teruji kepercayaan dan keabsahannya. Setiap catatan
pengamatan mewakili peristiwa yang penting sebagai bagian yang
akan dimasukkan ke dalam proposisi yang akan disusun atau
sebagai kawasan suatu konteks atau situasi. Moleong (2001)
menambahkan bahwa catatan pengamatan merupakan catatan
tentang siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana. Setiap catatan
pengamatan merupakan suatu kesatuan yang menunjukkan adanya
satu datum atau sesuatu yang sangat berkaitan atau menjelaskan
peristiwa atau situasi yang ada pada catatan pengamatan lainnya.
2. Teknik Pengambilan Data Sekunder
Selain data primer yang dikumpulkan dalam proses
pengumpulan data kualitatif, peneliti juga dapat mengumpulkan
data sekunder sebagai data pendukung yang dapat menguatkan
penelitian. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan (Moleong, 2014).
Untuk menjamin dan mengkaji keabsahan data yang akan
diperoleh dalam penelitian ini, maka akan digunakan teknik
triangulasi. Patton (dalam Moleong, 2010) menyebutkan
triangulasi sumber sebagai cara untuk memanfaatkan penggunaan
sumber dalam rangka membandingkan dan mengecek kembali
(cross check) derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan informan. Hal ini dapat dicapai dengan
membandingkan sumber data yang diberikan oleh pendapat orang
lain yang mengenal subyek seperti suami, orangtua, sahabat, serta
keluarga (Poerwandari, 2007).
Selanjutnya agar dapat memastikan kesesuaian data yang
diperoleh dengan data yang diberikan sumber informasi maka
peneliti akan melakukan member check dengan subyek riset.
Apabila data yang ditemukan peneliti disepakati oleh pemberi data,
maka data tersebut valid sehingga dapat dipercaya. Tetapi apabila
data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak
disepakati oleh pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam,
maka peneliti harus mengubah temuannya agar sesuai dengan data
yang diberikan pemberi data (Sugiyono, 2010). Data sekunder
akan diperoleh peneliti dari orang-orang terdekat korban atau
pernah menjadi saksi tindak kekerasan yang dialami oleh korban.
Selain itu, dapat juga peneliti menggali informasi tentang latar
belakang korban dari orangtuanya.
Pada penelitian ini, 6 orang terdekat subyek juga turut
diwawancara sebagai pemenuhan data sekunder penelitian. Adapun
6 orang tersebut ialah teman dekat subyek, pacar subyek, dan
orang tua subyek. Dengan demikian, penelitian ini melibatkan 8
orang sebagai sumber infomasi bagi peneliti, yakni 2 orang subyek
dan 6 orang informan.
H. Teknik Penyusunan Instrumen
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci.
Meskipun demikian, sebagai instrument kunci, peneliti perlu
menyusun daftar pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada subyek
untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan peneliti. Millan
(2001) menyatakan bahwa pertanyaan yang diberikan hendaknya
dengan kalimat pendek dan tegas, dan bersifat netral sehingga tidak
memancing ke arah jawaban tertentu. Selain itu, yang menjadi penting
juga ialah peneliti tidak menggunakan pertanyaan yang bersifat
intimidasi atau menghakimi subyek.
Secara mendasar, ada dua jenis pertanyaan yang dapat diberikan
kepada subyek yakni pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan
terbuka ialah pertanyaan yang dapat memunculkan jawaban berupa
deskripsi atau diungkapkan dengan panjang lebar oleh subyek,
sedangkan pertanyaan tertutup ialah pertanyaan yang hanya
memungkinkan subyek menjawab dengan singkat atau tidak
memberikan ruang kepada subyek untuk menjawab dengan leluasa.
Untuk penelitian kualitatif, peneliti biasanya menggunakan pertanyaan-
pertanyaan terbuka untuk menggali informasi yang lengkap dari subyek.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diujicobakan terlebih dahulu
sebelum diberikan kepada subyek atau responden. Berikut adalah alur
dalam menyusun pertanyaan dalam interview (Alwasilah, 2003):
Gambar 3.1 Alur Penyusunan Interview Guide
Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti akan
diujicobakan kepada subyek untuk mengetahui apakah pertanyaan-
pertanyaan tersebut mudah dipahami atau menimbulkan ambiguitas, dan
pertanyaan lain yang mungkin dapat ditambahkan dalam proses
pengambilan data berikutnya. Seiring dengan proses wawancara
dilangsungkan dan peneliti berupaya mendapattkan data primer dan
sekunder untuk memenuhi tujuan penelitian, maka interpretasi data
dapat dilakukan.
I. Teknik Interpretasi Data
Menurut Kvale (1996) interpretasi adalah upaya untuk
memahami data secara lebih eksentif sekaligus mendalam. Peneliti
memiliki perspektif dan menginterpretasi menurut perspektifnya.
Proses interpretasi memerlukan distansi (upaya mengambil jarak) dari
data, dicapai melalui langkah yang metodis dan teoritis yang jelas.
Oleh karena penelitian kualitatif sangat rentan dengan subjektivitas
Pertanyaan
penelitian
1. Teori
2. Wawancara
3. Pengamatan
Draft
pertanyaan
Uji Coba PERTANYAAN
FINAL
peneliti, maka peneliti perlu menafsirkan jawaban-jawaban subyek
melalui sudut pandang subyek tersebut dan tidak menambahkan atau
mengurangi jawaban yang diberikan subyek.