bab iii metode penelitian - blog iain...

50
168 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini secara berturut-turut menjelaskan secara lebih detail mengenai a) pendekatan penelitian; b) rancangan penelitian; c) lokasi penelitian; d) kehadiran peneliti; e) data, sumber data dan instrument penelitian; f) Teknik pengumpulan data; g) teknik analisis data; h) pengecekan keabsahan data; i) tahap-tahap penelitian. A. Pendekatan Penelitian Berdasarkan fokus dan tujuan penelitian, maka penelitian ini merupakan kajian yang mendalam guna memperoleh data yang lengkap dan terperinci. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mendalam mengenai manajemen public relations yang meliputi keberadaan, komunikasi, dan citra public relations itu sendiri di pondok pesantren salafiyah dengan pendekatan kualitatif. 1 Dari paparan mendalam tersebut peneliti akan menarik dalam suatu model public relations yang ada di ponpes salafiyah, sebagai sumbangan konstruksi teori baru. Pendekatan kualitatif menurut Best, seperti yang dikutip Sukardi adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa 1 Noeng Muhadjir, Metodologi Keilmuan: Paradigma Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2007), hlm. 136-195. Muhadjir mencatat ada lima tahapan perkembangan pemikiran dalam mencari metodologi penelitian kualitatif; 1) Model Interpretif Geertz; 2) Model Grounded Research; 3) Model Ethnographik-Ethnometodologik; 4) Model Paradigma Naturalistik; dan 5) Model Interaksi Simbolik

Upload: nguyennhi

Post on 03-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

168

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini secara berturut-turut menjelaskan secara lebih detail mengenai a)

pendekatan penelitian; b) rancangan penelitian; c) lokasi penelitian; d) kehadiran

peneliti; e) data, sumber data dan instrument penelitian; f) Teknik pengumpulan

data; g) teknik analisis data; h) pengecekan keabsahan data; i) tahap-tahap

penelitian.

A. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan fokus dan tujuan penelitian, maka penelitian ini

merupakan kajian yang mendalam guna memperoleh data yang lengkap dan

terperinci. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mendalam

mengenai manajemen public relations yang meliputi keberadaan,

komunikasi, dan citra public relations itu sendiri di pondok pesantren

salafiyah dengan pendekatan kualitatif.1 Dari paparan mendalam tersebut

peneliti akan menarik dalam suatu model public relations yang ada di ponpes

salafiyah, sebagai sumbangan konstruksi teori baru. Pendekatan kualitatif

menurut Best, seperti yang dikutip Sukardi adalah metode penelitian yang

berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa

1 Noeng Muhadjir, Metodologi Keilmuan: Paradigma Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed,

(Yogyakarta: Rake Sarasin, 2007), hlm. 136-195. Muhadjir mencatat ada lima tahapan

perkembangan pemikiran dalam mencari metodologi penelitian kualitatif; 1) Model Interpretif

Geertz; 2) Model Grounded Research; 3) Model Ethnographik-Ethnometodologik; 4) Model

Paradigma Naturalistik; dan 5) Model Interaksi Simbolik

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

169

adanya.2 Demikian juga Prasetya mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menjelaskan fakta apa adanya.3

Pendekatan kualitatif dipilih, karena pendekatan kualitatif mampu

mendeskripsikan sekaligus memahami makna yang mendasari tingkah laku

partisipan, mendiskripsikan latar dan interaksi yang kompleks, eksplorasi

untuk mengidentifikasi tipe-tipe informasi, dan mendeskripsikan fenomena.4

Hal ini didukung oleh Mantja sebagaimana yang dikutip oleh Moleong, yang

menyatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1)

Merupakan tradisi Jerman yang berlandaskan idealisme, humanisme, dan

kulturalisme; 2) penelitian ini dapat menghasilkan teori, mengembangkan

pemahaman, dan menjelaskan realita yang kompleks; 3) Bersifat dengan

pendekatan induktif-deskriptif; 4) memerlukan waktu yang panjang; 5)

Datanya berupa deskripsi, dokumen, catatan lapangan, foto, dan gambar; 6)

Informannya “Maximum Variety”; 7) berorientasi pada proses; 8)

Penelitiannya berkonteks mikro.5

Berdasar paparan tersebut di atas, pendekatan penelitian kualitatif

yang sesuai adalah fenomenologic naturalistic. Karena penelitian dalam

pandangan fenomenologi bermakna memahami peristiwa dalam kaitannya

dengan orang dalam situasi tertentu. Hal ini sebagaimana pendapat Bogdan

menyatakan bahwa, “untuk dapat memahami makna peristiwa dan interaksi

2 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2005), hlm. 157. 3 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian : Pengantar Teori dan Panduan Praktis

Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta: STAIN, 1999), hlm. 59. 4 Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasi, (Malang: YA3, 1990),

hlm. 22 5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1999), hlm. 24.

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

170

orang, digunakan orientasi teoritik atau perspektif teoritik dengan pendekatan

fenomenologik (phenomenological approach)”.6

Data dikumpulkan dari latar yang alami (natural setting) sebagai

sumber data langsung. Paradigma naturalistik digunakan karena

memungkinkan peneliti menemukan pemaknaan (meaning) dari setiap

fenomena sehingga diharapkan dapat menemukan local wisdom (kearifan

local), traditional wisdom (kearifan tradisi), moral value (emik, etik, dan

noetik)7 serta teori-teori dari subjek yang diteliti. Pemaknaan terhadap data

secara mendalam dan mampu mengembangkan teori hanya dapat dilakukan

apabila diperoleh fakta yang cukup detail dan dapat disinkronkan dengan teori

yang sudah ada. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan sekaligus

mendeskripsikan data secara menyeluruh dan utuh mengenai manajemen

public realation di pondok pesantren salafiyah. Manajenem public relations

di sini meliputi keberadaan public relations, mengenai implementasinya

dalam regenerasi santri, peran dan kiprah ponpes di masyarakat serta peran

ponpes salafiyah dalam mengatasi masalah yang ada di masyarakat. Selain itu

penelitian ini bertujuan mendapatkan data yang menyeluruh mengenai peran

dan strategi kiai, santri dan alumni dalam membangun image building pondok

pesantren salafiyah. Peneliti juga mengejar data yang berkaitan dengan sistem

komunikasi yang dibangun di ponpes salafiyah, yang meliputi pola jaringan

komunikasi antar kiai, santri, alumni dan masyarakat.

6 Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: An

Introduction to Theory and Methods, (Boston: Aliyn and Bacon, Inc., 1998), hlm. 31 7 Emik bisa diartikan sebagai moral values individual atau personal values, etik adalah

ekstrensik dan universal values, noetik adalah moral values kolektif

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

171

Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menemukan suatu

teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang dikumpulkan tentang

manajemen public relations di pondok pesantren salafiyah berdasarkan

temuan makna dalam latar yang alami. Pondok pesantren yang menjadi objek

penelitian adalah pondok pesantren salafiyah Lirboyo Kediri dan pondok

pesantren salafiyah Sidogiri Pasuruan. Kedua pondok pesantren tersebut

merupakan pondok pesantren salafiyah besar dan berusia sangat tua, namun

keberadaannya sampai dengan sekarang masih tetap eksis dengan santri yang

bertahan banyak dan hubungan dengan masyarakat terjalin bagus.

Secara aplikatif, dalam penelitian tentang manajemen public relations

di pondok pesantren salafiyah, peneliti berusaha memahami terlebih dahulu

mengenai arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap para santri orang-orang

biasa, masyarakat di sekelilingnya dalam situasi tertentu, dengan berusaha

masuk dalam dunia konseptual para subjek yang sedang diteliti sedemikian

rupa, sehingga mudah dimengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang

dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan pendapat Hasri sebagaimana yang dikutip oleh Hariadi

yang menyatakan bahwa dalam pendekatan kualitatif fenomenologi

mensyaratkan: pertama, data penelitian bersifat laten, artinya fakta dan data

yang tampak di permukaan termasuk pola perilaku sehari-hari anggota

organisasi sebagai aktor yang diteliti hanyalah suatu fenomena dari apa yang

tersembunyi di “kepala” si pelaku, dan masih memerlukan apa yang

tersembunyi dalam dunia kesadaran atau dunia pengetahuan pelaku. Kedua,

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

172

ditinjau dari kedalamannya, penelitian ini mengungkapkan perilaku kolektif

anggota organisasi di mana kegiatan penelitian dilakukan. Aktor atau subjek

penelitian ini adalah kiai, para ustadz, pengurus, santri, alumni, dan tokoh

masyarakat. Ketiga, fokus penelitian membicarakan hubungan fungsional

antar seluruh unit organisasi, sebagaimana disebutkan di atas.

Selanjutnya dalam penelitian ini, ungkapan-ungkapan yang meliputi

kata-kata, tindakan, tanda-tanda, artefak-artefak dan simbol-simbol yang

ekspresi dari subjek penelitian. Hanya melalui ekspresilah peneliti mampu

menangkap pikiran-pikiran dan nilai-nilai yang ada dalam pengembangan

public relations serta hanya dengan memikirkan serta mengalaminya kembali

dengan empati atau wawasan imaginatif, peneliti memasuki pikiran dan

budaya mereka.

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan studi multi situs,

yaitu berusaha mendeskripsikan suatu latar, objek atau peristiwa tertentu

secara rinci dan mendalam. Studi kasus/situs adalah penelitian yang bertujuan

untuk mempelajari secara intensif mengenai unit sosial tertentu, yang meliputi

individu, kelompok, lembaga dan masyarakat.8 Penelitian ini akan

menghasilkan informasi yang detail yang mungkin tidak bisa didapatkan pada

jenis penelitian lain

Selanjutnya peneliti menggunakan jenis penelitian studi multi situs

(multy-site studies), yang mana penggunaan metode ini karena sebuah inquiry

8 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya : SIC,2001), hlm. 24.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

173

secara empiris yang menginvestigasi fenomena sementara dalam konteks

kehidupan nyata (real life context), ketika batas antara fenomena dan konteks

tidak tampak secara jelas; dan sumber-sumber fakta ganda yang digunakan.

Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Bogdan dan Biklen bahwa:

“multi-case study oriented more toward developing theory and they

usually require many sites or subjects rather than two or three ”9

Karakteristik utama studi situs adalah apabila peneliti meneliti dua atau

lebih subjek, latar atau tempat penyimpanan data. Kasus yang diteliti dalam

situs penelitian ini adalah manajemen public relations di dua pondok

pesantren salafiyah yang memiliki karakter secara umum yang sama, yaitu

keduanya sama-sama mempertahankan salafiyahnya. Walaupun secara umum

memiliki kesamaan karakter, namun terdapat ciri khusus tertentu yang

membedakan kedua ponpes salafiyah tersebut sebagai ciri khasnya. Ponpes

salafiyah Lirboyo sejak awal berdiri hingga sekarang tetap mempertahankan

desain salafiyahnya, dengan memposisikan kharisma kiai sebagai figur

sekaligus icon yang mampu menggerakkan masyarakat. Demikian pula

dengan ponpes salafiyah Sidogiri Pasuruan. Namun yang membedakan

keduanya adalah ponpes Lirboyo telah mampu mengembangkan lembaga

pendidikan formal di bawah naungan Hidayatul Mubtadi’in, mulai dari tingkat

SD/MI sampai dengan Perguruan Tinggi. Bahkan sudah ada kelas

internasional SDI, SMPI dan SMAI, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai

salafiyah. Semuanya tak lepas dari peran manajemen public relations.

Sedangkan ponpes Sidogiri memang belum memiliki sekolah formal yang

9 Bogdan dan Biklen, Qualitative Research…, hlm. 62

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

174

dikelola sendiri, namun memiliki basis ekonomi yang kuat, dan jiwa

enterpreneurship ditanamkan dalam diri santri. Rancangan studi multi situs

ini dilakukan sebagai upaya pertanggungajwaban ilmiah berkenaan dengan

kaitan logis antara fokus penelitian, pengumpulan data yang relevan, dan

analisis data hasil penelitian.

Dengan memperhatikan keberadaan masing-masing pesantren yang

menjadi subjek penelitian ini, maka penelitian ini cocok untuk menggunakan

rancangan studi multi situs. Penerapan rancangan studi multi situs dimulai dari

situs tunggal (sebagai kasus pertama) terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan

pada situs kedua (sebagai kasus kedua).

Sebagai penelitian studi multi situs, maka langkah-langkah yang akan

ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) melakukan

pengumpulan data pada situs pertama, yaitu ponpes salafiyah Lirboyo Kediri.

Penelitian ini dilakukan sampai pada tingkat kejenuhan data, dan selama itu

pula dilakukan kategorisasi dalam tema-tema untuk menemukan konsepsi

tematik mengenai peran public relations dalam ponpes salafiyah, termasuk

peran kiai, santri maupun alumninya, strategi membangun citra/image

building dan sistem komunikasi yang dijalankan di ponpes salafiyah; 2)

melakukan pengamatan pada situs kedua, yaitu ponpes salafiyah Sidogiri

Pasuruan. Tujuannya adalah untuk memperoleh temuan berupa proposisi-

proposisi mengenai manajemen public relations di pondok pesantren tersebut

yang meliputi peran kiai, santri dan alumni dalam public relations di ponpes

salafiyah, sistem komunikasi antar kiai, santri, alumni dan masyarakat luas

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

175

yang dijalankan oleh ponpes salafiyah, strategi membangun citra/image

building, dan proses pembentukan model public relaions di pondok pesantren.

Berdasar temuan yang berupa proposisi-proposisi dari kedua ponpes

salafiyah tersebut, selanjutnya dilakukan analisis komparasi dan

pengembangan ke arah konseptual untuk mendapatkan abstraksi tentang

manajemen public relations di pondok pesantren salafiyah. Dalam hal ini

dilakukan analisis termodifikasi sebagai suatu cara menemukan teori.

Sejalan dengan jenis penelitian studi multi situs, penelitian ini

berusaha memahami makna peristiwa serta interaksi orang dalam situasi

tertentu untuk dapat memahami makna peristiwa dan interaksi orang,

digunakan orientasi teoritik atau perspektif teoritik dengan pendekatan

fenomenologis (phenomenological approach) seperti yang telah dijelaskan di

atas.

Sehubungan dengan tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis,

memahami, dan mendiskripsikan manajemen public relations di pondok

pesantren salafiyah, maka untuk memahami perbedaan yang muncul pada

masing-masing pondok pesantren digunakan pula orientasi teoritik dengan

pendekatan teori public relations, komunikasi dan image building untuk

memahami hakekat implementasinya, keterkaitan dengan pengembangan

lembaga pendidikannya dan animo masyarakat luas terhadap pondok

pesantren. Hal ini dilakukan untuk bisa mengungkap visinya mengenai dunia.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

176

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah pondok pesantren

salafiyah Lirboyo Kediri dan Sidogiri Pasuruan. Lokasi ini berada di desa

Lirboyo kecamatan Mojoroto Kediri, tepatnya sebelah timur sungai Brantas,

sedangkan pondok pesantren Sidogiri terletak di desa Sidogiri, tepatnya di

wilayah Kraton Pasuruan Jawa Timur.

Kedua lokasi pondok pesantren tersebut peneliti pilih, karena sifat

penelitian ini adalah naturalistik. Penelitian naturalistik adalah penelitian yang

menghindari pengambilan sample secara acak, untuk menekan kemungkinan

munculnya kasus menyimpang, dan pengambilan acak peran sejumlah

variabel menjadi moderat, sehingga karakteristik ekstrim tidak muncul.

Paradigma naturalistik memilih pengambilan sampel secara purposive atau

teoritik, sehingga hal-hal yang dicari dapat dipilih pada kasus-kasus ekstrim

bisa tampil menonjol dan lebih mudah dicari maknanya.

Hasil yang dicapai dengan pengambilan sampel ini bukan untuk

mencari generalisasi, melainkan transferability, sebagaimana pendapat Guba,

yang menyatakan bahwa hasil penelitian pada satu kasus mungkin dapat

transferable pada kasus yang lain.10

Sedangkan pada konsep positivistik, hasil

penelitian tersebut dapat digeneralisasikan pada parent populationnya, yaitu

pada populasi yang memiliki ciri-ciri kasus itu. Konsep generalisasi pada

10

YS. Lincoln and Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry, (Beverly Hill, Caifornia: Sage

Publications, 1985), hlm. 124-125

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

177

metode positivistik tersebut diganti oleh Guba dengan konsep

transferability.11

Berdasar paparan di atas, peneliti mengambil lokasi di ponpes

salafiyah Lirboyo Kediri dan Sidogiri Pasuruan, karena pemilihan dan

penentuan lokasi tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan atas

dasar kekhasan, kemenarikkan, keunikan dan sesuai dengan topik dalam

penelitian ini. Adapun beberapa alasan yang cukup signifikan mengapa

penelitian ini dilaksanakan pada kedua ponpes salafiyah tersebut adalah alasan

yang berkenaan dengan lokasi penelitian dan alasan yang bersifat substantif

penelitian.

Penelitian ini berdasar pada seleksi perbandingan antar situs, dengan

jalan menseleksi pondok pesantren dengan kriteria kasus, yaitu:

1. Pondok Pesantren Salafiyah Lirboyo Kediri (selanjutnya disingkat Ponpes

Salafiyah Lirboyo Kediri), adalah pondok pesantren yang didirikan

dengan desain salaf sejak awal berdiri tahun 1910 M, menjadi rujukan

khazanah keilmuan, terutama dalam bidang nahwu sharafnya.

Perkembangan lembaga pendidikan hingga saat ini memiliki sekolah dan

madrasah sendiri sampai tingkat perguruan tinggi, bahkan kelas

internasional sampai tingkat SMAI, dengan tetap mempertahankan nilai-

11

Transferability bagi naturalistic sangat berbeda dengan generalisasi pada positivistik.

Bagi positivistik generalisasi (dinyatakan dalam batas kepercayaan prosentase) atau prediksi itu

mungkin, sedangkan transferability (keteralihan penuh) itu tidak mungkin. Naturalis hanya berani

menyajikan hipotesa kerja disertai deskripsi yang terikat pada waktu dan konteks (hipotesis kerja

pada naturalis analog dengan kesimpulan pada penelitian positivistik). Dengan demikian

transferability bagi naturalis analog dengan generalisasi pada positivis. Istilah transferability yang

ditawarkan oleh Guba, yang sama dengan hipotesis kerja tawaran dari Cronbach, sama dengan

generalisasi holographic tawaran Schwartz dan Ogivly. Lihat Noeng Muhadjir, Metodologi

Keilmuan: Paradigma Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2007), hlm.

184

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

178

nilai salafiyah.12

Pondok pesantren ini mempunyai bentuk-bentuk

publikasi berupa: mading, buku, safari ramadhan13

, website dan majalah

sampai ke luar negeri, kalender, dan ikatan alumni pondok pesantren.14

Itulah berbagai bentuk publikasi yang dilakukan oleh pondok pesantren

Lirboyo yang tidak dilakukan oleh pondok pesantren yang lainnya,

sehingga pondok pesantren ini menarik untuk diteliti.

2. Pondok Pesantren Salafiyah Sidogiri Pasuruan (selanjutnya di singkat

dengan Ponpes Salafiyah Sidogiri Pasuruan) adalah pondok pesantren

12

Sejarah lahirnya pondok pesantren salafiyah Lirboyo diprakarsai oleh Kyai Sholeh pada

tahun 1910 M. Ia adalah seorang Alim dari desa Banjarmelati bersama menantunya yang bernama

KHLM. Abdul Karim, seorang yang Alim berasal dari Magelang Jawa Tengahlm. Santri pertama

adalah Umar menyusul Yusuf, Shomad Dan Sahil, mereka semua dari Magelang. Lalu datang lagi

Syamsuddin dan Maulana, keduanya berasal dari Gurah Kediri. Tahun demi tahun, akhirnya

pondok pesantren Lirboyo semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin banyaklah santri

yang berdatangan. 13

Madding diletakkan di depan kamar para santri dan alhamdulillah berjalan lancar, dalam

arti mading tidak pernah vakum. Buku berada di bawah Lembaga Ittihadul Mubalighin (LIM).

Buku yang diterbitkan merupakan hasil dari bahtsul masail yang kemudian dibukukan dan dijual

ke toko bagi masyarakat yang membutuhkan. Sementara safari ramadhan dilaksanakan atas

inisiatif santri daerah dengan biaya mandiri. Letak publikasinya adalah ketika safari ramadhan

semua santri yang terlibat berfungsi sebagai marketer dengan tetap membawa citra dan nama

lembaga yaitu pondok. Hasil wawancara peneliti dengan Ketua Umum ponpes Lirboyo, pada hari

Jum’at, tanggal 25 Desember 2009 14

Untuk publikasi yang sifatnya ekstern, pondok memiliki situs website internet, yaitu

http://www.pondoklirboyo.com. Website ini dikelola oleh pengurus. Sedangkan yang lain berupa

majalah MISYKAT (Media Informasi Santri dan Masyarakat) yang berdiri sejak tanggal 29

Pebruari 2004 dan memiliki agen distributor yang tersebar di seluruh Indonesia yang berjumlah

lebih dari 100 agen. Bahkan Misykat juga telah merambah ke luar negeri, yaitu ke Taiwan dan

Hongkong. Kalender merupakan ide murni bukan dari bapak kiai, melainkan itu memang publikasi

rutin sebagai tugas dari seksi penerangan yang dikeluarkan tiap tahun sekaligus untuk sarana

publikasi dan melatih para santri untuk berfungsi juga sebagai marketer. Ikatan alumni Lirboyo di

kenal dengan sebutan HIMMASAL. Semua itu karena adanya kesadaran sendiri dari alumni.

Biasanya rutinan HIMASAL (Himpunan Alumni Santri Lirboyo) ini menjalankan amalan

’jauzan’, yaitu amalan dari KHLM. Idris Marzuqi, sekaligus untuk publikasi ke masyarakat

sekitar.” Hasil wawancara peneliti dengan Ketua Umum ponpes Lirboyo, pada hari Jum’at, tanggal

25 Desember 2009.

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

179

yang didirikan dengan desain salaf pula dan berdiri sejak tahun 1745 M,

merupakan ponpes yang selain kuat di bidang keilmuan juga kuat dibidang

ekonominya, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai salafiyah.15

Pondok

pesantren ini melakukan publikasi dengan mengadakan berbagai kegiatan

di masyarakat, yaitu bukan dengan publikasi melainkan dengan cara

sosialisasi langsung ke masyarakat dengan cara ”khidmah”, baik dalam

bidang keilmuan seperti: guru tugas, pendelegasian da’i, kerjasama

dengan sekolah formal sebagai guru mata pelajaran agama, program

madrasah binaan, konsultasi keagamaan, dan lain-lain; bidang sosial

seperti: kesehatan gratis bagi masyarakat, khitanan masal, pembagian

sembako, dan lain-lain yang semuanya tersentral melalui Laziswa

(Lembaga Amil Zakat dan Wakaf) Sidogiri; di bidang Ekonomi seperti:

kopontren, air minum ’santri’, BMT, pengolahan air limbah, dan lain-lain.

Bentuk-bentuk penguatan ekonomi ini belum dilakukan oleh pondok

pesantren lain selain pondok pesantren Sidogiri Pasuruan. Hal ini

menyebabkan pondok pesantren Sidogiri merupakan pondok pesantren

yang menarik untuk diteliti dan diamati dengan lebih mendetail.

Dengan demikian, penelitian ini dirancang dengan menggunakan

rancangan studi multi situs (multiple site studies), sebagaimana dikatakan

Bogdan dan Biklen bahwa rancangan studi multi situs merupakan salah satu

15 Pondok pesantren Sidogiri Pasuruan diprakarsai oleh Sayid Sulaiman (putra

Sunan Gunung Jati) berdiri pada tahun 1745 M atau 1158 HLM. Pondok Pesantren Sidogiri

didirikan atas dasar takwa. Pada tanggal 14 Shafar 1357 HLM. atau 15 April 1938 M.,

KHLM. Abdul Jalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri saat itu, mendirikan madrasah yang

diberi nama Madrasah Miftahul Ulum. Sejak saat itu Pondok Pesantren Sidogiri mulai

memakai sistem pendidikan, yakni sistem pengajian ma’hadiyah dan sistem madrasiyah

(klasikal).

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

180

bentuk rancangan penelitian kualitatif yang memang dapat digunakan

terutama untuk mengembangkan teori, sehingga dapat ditransfer ke situasi

yang lebih luas dan lebih umum.16

Di samping pemilihan dengan seleksi perbandingan antar situs, maka

alasan substansifnya pada kedua pondok pesantren tersebut, menunjukkan

data-data yang unik dan menarik untuk diteliti jika dianalisis dengan

perkembangan respon masyarakat terhadap kedua pondok pesantren tersebut,

yaitu:

1. Kedua ponpes tersebut merupakan pondok pesantren salafiyah yang

sampai sekarang masih eksis di tengah-tengah perkembangan modernisasi

dan pendidikan Nasional.

2. Kedua ponpes tersebut masih menjadi pilihan masyarakat untuk tempat

pendidikan agama Islam bagi anak-anak mereka. Di samping karena

banyak alumni kedua pondok tersebut yang sudah bermasyarakat dan

tumbuh menjadi tokoh masyarakat yang berinisiatif untuk tetap

menjadikan kedua pondok pesantren tersebut sebagai tempat pendidikan

anaknya, masyarakat mampu menilai kualitas dari lulusan kedua pondok

tersebut.

3. Kedua ponpes tersebut, walaupun masih tergolong pondok pesantren yang

salafiyah, tetap menjaga dan meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan

dengan slogan al-Muhâfadhah 'ala al-Qadîm al-Shâlih wa al-Ahdzu bi al-

16

Miles dan Huberman mengingatkan pembaca bahwa dalam menggunakan “situs” untuk

menunjukkan konteks terikat di tempat orang mengkaji sesuatu. Tetapi bagi Miles dan Huberman

“situs” sama dengan kasus, dalam arti “kajian kasus”, maka yang disebut metode “lintas situs”

sebenarnya dapat digunakan dalam kajian beberapa orang, yang masing-masing dianggap sebagai

“kasus”. Lihat Bogdan dan Biklen, Qualitative Research…, hlm. 151

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

181

Jadîd al-Ashlâh (memelihara hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-

hal baru yang lebih baik). Hal tersebut terbukti dengan penggunaan

komputer dan software yang membantu dalam kegiatan ponpes di-upload

melalui website, seperti bahtsu al-masail, profil, bulletin, majalah, tanya

jawab keagamaan, interaksi langsung melalui sarana internet, dan lain-lain

yang diadakan di kedua pondok tersebut.

4. Kedua pondok pesantren tersebut mempunyai pemimpin yang cukup

mempunyai kharisma, sehingga masyarakat mempunyai pandangan yang

lain, dan tertarik dengan kedua pondok pesantren tersebut. Kalau dilihat

secara global, hampir setiap kiai mempunyai kharisma, namun kharisma

kiai kedua pondok pesantren ini berbeda dengan yang biasanya. Hal

tersebut juga nampaknya menjadi alasan bahwa pengembangan publikasi

kedua pondok pesantren ini juga dikarenakan pengaruh kharisma kiai.

Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa kharisma kiai merupakan

salah satu faktor yang termasuk di dalam manajemen public relations.

5. Untuk memajukan pondok pesantrennya, agar tidak kalah dengan sekolah-

sekolah lain, maka didirikan dan atau diperkenankan untuk sekolah umum

di lingkungan pondok pesantren tersebut (ponpes Lirboyo), sehingga

santri yang ingin mengenyam pendidikan umum tetap sambil di pondok

pesantren tersebut. Sedangkan di Sidogiri, penguatan SDM bagi santri

berpotensi dan terseleksi untuk selanjutnya dikuliahkan/dikursuskan ke

lembaga pendidikan yang telah bekerja sama dengan ponpes.

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

182

Demikianlah alasan yang peneliti kemukakan sehingga kedua

pondok tersebut, menurut peneliti, merupakan pondok pesantren yang unik

dan menarik untuk diteliti.

D. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti wajib hadir di lapangan, karena

peneliti merupakan instrumen penelitian utama (the instrument of choice in

naturalistic inquiry is the human)17

yang memang harus hadir sendiri di

lapangan secara langsung untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini,

peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, karena

dalam penelitian kualitatif instrumen utama (key person-nya) adalah

manusia.18

Dalam rangka mencapai tujuan penelitian maka peneliti di sini

sebagai instrumen kunci. Peneliti melakukan obsevasi, wawancara dan

pengambilan dokumen Selama pengumpulan data dari subjek penelitian di

lapangan, peneliti menempatkan diri sebagai instrumen sekaligus pengumpul

data. Sebagai seorang instrumen penelitian yang mengumpulkan data, maka

seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Ciri umum, meliputi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan

kebutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan

mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang

tidak lazim.

2. Kualitas yang diharapkan,

17

Lincoln and Guba, Naturalistic Inquiry…, hlm. 236 18

Rochiati Wiriaatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Rosdakarya,

2007), hlm. 96.

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

183

3. Peningkatan kualitas peneliti sebagai instrumen.19

Untuk mendukung pengumpulan data dari sumber yang ada di

lapangan, peneliti juga memanfaatkan, alat perekam data, buku tulis, paper

dan juga alat tulis seperti pensil juga bolpoin sebagai alat pencatat data.

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian dapat menunjang keabsahan data

sehingga data yang didapat memenuhi orisinalitas. Maka dari itu, peneliti

selalu menyempatkan waktu untuk mengadakan observasi langsung ke

lokasi penelitian, dengan intensitas yang cukup tinggi.

Dalam memasuki lapangan peneliti bersikap hati-hati, terutama

dengan informan kunci agar tercipta suasana yang mendukung keberhasilan

dalam pengumpulan data. Peneliti harus dapat segera membangun

komunikasi yang baik terhadap komunitas yang berbeda-beda, mulai dari

kiai, ustadz, pengurus, santri, alumni maupun masyarakat pondok pesantren

tersebut.20

Hubungan yang baik antara peneliti dengan komunitas di

lapangan penelitian (pondok pesantren) dapat melahirkan kepercayaan dan

saling pengertian. Tingkat kepercayaan yang tinggi membantu kelancaran

proses penelitian, sehingga data diinginkan dapat diperoleh dengan mudah

dan lengkap. Peneliti harus berusaha menghindari kesan-kesan yang

merugikan informan. Kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan harus

diketahui secara terbuka oleh subjek penelitian.

19Moleong, Metodologi Penelitian..., hlm. 169-173.

20 Sikap peneliti ini merupakan implementasi dari pendapatnya Guba dan Lincoln, yang

mengemukakan tujuh karakteristik manusia sebagai instrument penelitian dengan kualifikasi baik,

yaitu sifatnya yang responsif, adaptif, lebih holistic, kesadaran pada konteks tak terkatakan,

mampu memproses segera, mampu mengejar klarifikasi, mampu meringkaskan segera, dan

mampu menjelajahi jawaban ideosinkretik serta mampu mengejar pemahaman yang lebih

dalam.Lihat Naturalistic Inquiry…, hlm. 237

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

184

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti mengambil langkah-

langkah sebagai berikut: a) sebelum memasuki lapangan peneliti terlebih

dahulu meminta ijin kepada kiai yang menjadi pemimpin pondok pesantren,

K.H. M. Idris Marzuki sebagai pimpinan ponpes salafiyah Lirboyo; dan

K.H. A. Nawawi Abd. Djalil sebagai pimpinan ponpes salafiyah Sidogiri,

dengan menyiapkan segala peralatan yang diperlukan seperti tape recorder,

handycam, kamera, dan lain-lain; b) peneliti menghadap kepala

madrasah/sekolah, lurah pondok, pengasuh dan lainnya secara bergantian,

memperkenalkan diri serta menginformasikan maksud kedatangan peneliti;

c) mengadakan penelusuran terhadap alumni dan aktifitasnya yang

mendukung terhadap public relations ponpes; d) secara formal mengadakan

kontak dengan komunitas pesantren baik melalui pertemuan formal, non

formal maupun informal; e) membuat jadual kegiatan berdasarkan

kesepakatan peneliti dengan subjek penelitian; dan f) melaksanakan

kunjungan untuk mengumpulkan data sesuai jadual yang telah disepakati.

Penelitian kualitatif mengharuskan peneliti sebagai instrumen kunci,

konsekuensi psikologis bagi peneliti untuk memasuki latar yang memiliki

norma, nilai, aturan dan budaya yang harus dipahami dan dipelajari oleh

peneleti. Interaksi antara peneliti dengan subjek penelitian, memiliki peluang

timbulnya interest dan konflik minat yang tidak diharapkan sebelumnya,

untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, maka peneliti

memperhatikan etika penelitian.21

21

Ethical principle penelitian adalah: 1) memperhatikan, menghargai, dan menjunjung hak-

hak dan kepentingan informan; 2) mengkomunikasikan maksud penelitian kepada informan; 3)

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

185

Dalam penelitian ini peneliti datang langsung ke lokasi penelitian yaitu

pondok pesantren salafiyah Lirboyo dan Sidogiri Pasuruan. Peneliti datang ke

lokasi untuk melakukan penelitian di lapangan. Peneliti melihat dan mengikuti

kegiatan secara langsung dengan tetap berdasar pada ethical principle seorang

peneliti. Untuk itu, kehadiran peneliti sangat diperlukan untuk mendapatkan

data yang komprehensif dan utuh.

E. Data, Sumber Data dan Instrumen Penelitian

1. Data

Data dalam penelitian ini berarti informasi atau fakta yang

diperoleh melalui pengamatan atau penelitian di lapangan yang bisa

dianalisis dalam rangka memahami sebuah fenomena atau untuk men-

support sebuah teori.22

Dalam penelitian kualitatif data disajikan berupa

uraian yang berbentuk deskripsi. Adapun yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian.

Pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara snowball

sampling yaitu informan kunci menunjuk orang-orang yang mengetahui

masalah yang akan diteliti untuk melengkapi keterangannya dan orang-

tidak melanggar kebebasan dan tetap menjaga privasi informan; 4) tidak mengeksploitasi

informan; 5) mengkomunikasikan hasil laporan penelitian kepada informan dan pihak-pihak

terkait secara langsung dalam penelitian, jika diperlukan; 6) memperhatikan dan menghargai

pandangan informan; 7) nama lokasi penelitian dan nama informan tidak disamarkan karena

melihat sisi positifnya, dengan seijin informan waktu diwawancarai dengan dipertimbangkan

secara hati-hati segi positif dan negatif informan oleh peneliti; dan 8) penelitian dilakukan secara

cermat sehingga tidak mengganggu aktifitas subjek sehari-hariLihat James P. Spradley, The

Ethnographyc Interview, (New York: Holt, Rinehart and Winston, 1979), hlm. 34-35 22

Jack. C. Richards, Longman Dictionary of Language Teaching and Appied Linguistics,

(Malaysia : Longman Group, 1999), hlm. 96.

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

186

orang yang ditunjuk dan menunjuk orang lain bila keterangan kurang

memadai begitu seterusnya.23

Jenis data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dalam bentuk kata-

kata atau ucapan lisan (verbal) dan perilaku dari subjek (informan)

berkaitan dengan manajemen public relations di pondok pesantren

salafiyah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen,

foto-foto, dan benda-benda yang dapat digunakan sebagai pelengkap data

primer. Karakteristik data sekunder yaitu berupa tulisan-tulisan, rekaman-

rekaman, gambar atau foto yang berhubungan dengan proses ataupun

aktifitas yang berkenaan dengan public relations di pondok pesantren

salafiyah.

a. Data primer yang berkaitan dengan manajemen public relations di

ponpes salafiyah didapatkan melalui observasi dan interview antara

lain: bentuk-bentuk public relations, strategi public relations, bentuk

komunikasi dengan alumni, perencanaan manajemen public relations,

image masyarakat terhadap pondok pesantren, sistem komunikasi

yang dibangun dalam rangka melakukan public relations, peran kiai

dalam public relations, dan sebagainya.

b. Data sekunder yang dijaring melalui dokumen adalah data yang

diperkirakan ada kaitannya dengan fokus penelitian antara lain

tentang: lokasi kedua pondok pesantren tersebut, jumlah santri, jumlah

23

W. Mantja, Etnografi Desain Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan,(Malang:

Winaka Media, 2003), hlm. 7.

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

187

alumni, bentuk komunikasi dengan orang tua santri, bentuk

komunikasi dengan alumni, dan sebagainya.

2. Sumber Data

Untuk mendapatkan data tersebut peneliti perlu menentukan

sumber data dengan baik, karena data tidak akan diperoleh tanpa adanya

sumber data. Pemilihan dan penentuan jumlah sumber data tidak hanya

didasarkan pada banyaknya informan, tetapi lebih dipentingkan pada

pemenuhan kebutuhan data, sehingga sumber data di lapangan bisa

berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.

Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu manusia (human) dan bukan manusia. Sumber data manusia

berfungsi sebagai subjek atau informan kunci (key informant) dan data

yang diperoleh melalui informan berupa soft data (data lunak). Sedangkan

sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan

fokus penelitian, seperti peristiwa atau aktifitas yang ada kaitannya

dengan fokus penelitian. Data yang diperoleh melalui dokumen bersifat

hard data (data keras).24

Kelompok sumber data dalam penelitian kualitatif dikelompokkan

sebagai berikut:

24

Soft data senantiasa dapat diperhalus, diperinci dan diperdalam, karena masih selalu

dapat megalami perubahan. Sedangkan hard data adalah data yang tidak mengalami perubahan

lagi. Lihat S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2003), hlm.

55

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

188

1. Narasumber (informan)

Dalam penelitian kualitatif, posisi narasumber sangat penting

sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber

memiliki posisi yang sama, dan narasumber bukan sekedar memberikan

tanggapan yang diminta peneliti, tetapi bisa memilih arah dan selera dalam

menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi ini, sumber data yang

berupa manusia lebih tepat disebut sebagai informan.25

Penentuan informan dalam penelitian ini bukan asal informan,

namun didasarkan pada kriteria: 1) subjek cukup lama dan intensif

menyatu dengan medan aktifitas yang menjadi sasaran penelitian; 2)

subjek yang masih aktif terlibat di lingkungan aktifitas yang menjadi

sasaran penelitian; 3) subjek yang masih mempunyai waktu untuk dimintai

informasi oleh penelti; 4) subjek yang tidak mengemas informasi, tetapi

relative memberikan informasi yang sebenarnya; dan 5) subjek yang

tergolong asing bagi peneliti.

Sehubungan dengan kriteria tersebut di atas, dalam penelitian ini

pemilihan informan dilakukan, pertama, dengan teknik sampling

purposive. Teknik ini digunakan untuk menseleksi dan memilih informan

yang benar-benar menguasai informasi dan permaslahan secara mendalam

serta dapat dipercaya menjadi sumber data yang mantap. Penggunaan

teknik purposive ini, peneliti dapat menentukan sampling sesuai dengan

tujuan penelitian. Sampling yang dimaksud di sini bukanlah sampling

25

HLM. B Sutopo, Pengumpulan dan Pengolahan Data dalam Penelitian Kualitatif dalam

(Metodologi Penelitian Kualitatif: Tinjauan Teoritis dan Praktis), (Malang: Lembaga Penelitian

Universitas Islam Malang, tt), hlm. 111.

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

189

yang mewakili populasi, melainkan didasarkan pada relevansi dan

kedalaman informasi, namun demikian tidak hanya berdasar subjektif

peneliti, melainkan berdasarkan tema yang muncul di lapangan.

Dengan menggunakan teknik purposive terhadap informan, maka

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) pimpinan

atau pengasuh ponpes salafiyah; 2) kepala madrasah; 3) lurah ponpes; 4)

ketua organisasi santri atau santri senior; 5) alumni santri. Dari informan

kunci tersebut selanjutnya dikembangkan untuk mencari informasi lainnya

dengan teknik bola salju (snowball sampling).

Kedua, snowball sampling, adalah teknik bola salju yang

digunakan untuk mencari informasi secara terus menerus dari informan

satu ke informan yang lainnya, sehingga data yang diperoleh semakin

banyak, lengkap dan mendalam. Penggunaan teknik bola salju ini

dihentikan apabila data yang diperoleh dianggap telah jenuh (saturation

data) atau jika data tentang manajemen public relations di ponpes

salafiyah sudah tidak berkembang lagi sehingga sama dengan data yang

telah diperoleh sebelumnya (point of theoretical saturation).

Ketiga, internal sampling, yaitu pemilihan sampling secara

internal dengan mengambil keputusan berdasarkan gagasan umum

mengenai apa yang diteliti, dengan siapa berbicara, kapan melakukan

pengamatan, dan berapa banyak dokumen yang di-review. Intinya internal

sampling digunakan untuk mempersempit atau mempertajam fokus.26

26

Bogdan and Biklen, Qualitative Research

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

190

Teknik ini tidak digunakan untuk mempertajam studi melainkan untuk

memperoleh kedalam studi dan fokus penelitian secara integratif.

Keempat, teknik sampling waktu (time sampling), yaitu

penyesuaian waktu etika menemui informan untuk memperoleh data yang

diinginkan. Kecuali terhadap peristiwa atau kejadian yang bersifat

kebetulan, peneliti memperkirakan waktu yang baik untuk observasi dan

wawancara. Penggunaan sampling waktu ini penting sebab sangat

mempengaruhi makna dan penafsiran berdasarkan konteks terhadap

subjek atau peristiwa di lapangan.

2. Peristiwa atau aktivitas

Peristiwa digunakan peneliti untuk mengetahui proses bagaimana

sesuatu secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung.

Contohnya jalannya perkuliahan, program-program yang dijalankan, dan

lain-lain. Di sini peneliti melihat secara langsung peristiwa yang terjadi

terkait dengan manajemen public relations untuk dijadikan data berupa

catatan peristiwa yang terjadi di kedua pondok pesantren tersebut.

3. Tempat atau lokasi

Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau

permasalahan penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data yang

bisa dimanfaatkan dan digali oleh peneliti. Dalam penelitian ini lokasinya

adalah di Kediri, tepatnya di Ponpes Salafiyah Lirboyo yang terletak di

desa Lirboyo kecamatan Mojoroto Kediri, tepatnya sebelah timur sungai

Brantas, dan pondok pesantren Sidogiri Pasuruan yang terletak di desa

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

191

Sidogiri kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan, tepatnya ±20 km dari

mata air Umbulan Pasuruan.

4. Dokumen atau arsip

Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berhubungan

dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen dalam penelitian

ini bisa berupa catatan tertulis, rekaman, gambar atau benda yang

berkaitan dengan segala hal yang berhubungan dengan model

pengembangan public relations di kedua pondok pesantren salafiyah

Lirboyo dan Sidogiri Pasuruan.

Selanjutnya, semua hasil temuan penelitian dari sumber data pada

kedua ponpes salafiyah tersebut tersebut dibandingkan dan dipadukan

dalam suatu analisis lintas kasus (cross-case analysis) untuk menyusun

sebuah kerangka konseptual yang dikembangkan dalam abstraksi temuan

di lapangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Seperti yang telah dijelaskan dalam uraian di atas, bahwa sumber data

berupa orang, peristiwa, lokasi, dokumen dan arsip. Untuk memperoleh data

secara holistic dan integrative, maka pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan tiga teknik yang ditawarkan oleh Bogdan dan Biklen, yaitu: 1)

wawancara mendalam (indepth interview); 2) observasi partisipan (partisipant

observation); dan 3) studi dokumentasi (study document).27

John W. Creswell

27

Bogdan dan Biklen, Qualitative Research…, hlm. 119-143

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

192

menambah, yaitu: Audiovisual materials28

, sedangkan Robert K. Yin

menyarankan enam teknik, yaitu: 1) dokumen (documentation); 2) rekaman

arsip (archival record); 3) wawancara (interview); 4) observasi langsung

(direct observation); 5) observasi partisipan (participant observation); 6)

perangkat fisik (physical artifact).29

Dalam hal ini peneliti memilih tiga teknik

yang ditawarkan oleh Bogdan dan Biklen, karena menurut peneliti apa yang

ditawarkan John W. Creswell dan oleh Robert K. Yin bersifat tumpang tindih

(overlapping). Adapun pembahasan rinci mengenai ketiga teknik tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam

Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif

adalah yang berupa manusia yang dalam posisi sebagai nara sumber atau

informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan

teknik wawancara.30

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data yang berupa

konstruksi tentang orang, kejadian, aktifitas organisasi, perasaan motivasi,

dan pengakuan.31

Wawancara mendalam adalah percakapan antara dua

orang dengan maksud tertentu dalam hal ini antara peneliti dengan

informan, dimana percakapan yang dimaksud tidak sekedar menjawab

pertanyaan dan mengetes hipotesis yang menilai sebagai istilah

28

John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative, (London: Sage

Publications, 1994), hlm. 148-150 29

Robert K. Yin, Case Study Research: Design and Methods, (Beverly Hills: Sage

Publications, 1987), hlm. 79 30

Ibid., p.117. 31

Mantja, Etnografi Desain…, hlm. 7

Page 26: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

193

percakapan dalam pengertian sehari-hari, melainkan suatu percakapan

yang mendalam untuk mendalami pengalaman dan makna dari

pengalaman tersebut.

Teknik yang digunakan dalam wawancara adalah wawancara tidak

terstruktur (unstandarized interview) yang dilakukan tanpa menyusun

suatu daftar pertanyaan yang ketat. Selanjutnya wawancara unstandarized

ini dikembangkan menjadi tiga teknik, yaitu: 1) wawancara tidak

terstruktur (unstructured interview atau passive interview), dengan

wawancara ini bisa diperoleh data “emic”32

; 2) wawancara agak

terstruktur (some what structured interview or active interview), dengan

wawancara ini dapat diperoleh data “etic”33

; 3) wawancara sambil lalu

(casual interview).

Kelebihan wawancara tidak terstruktur ini dapat dilakukan secara

lebih personal yang memungkinkan diperoleh informasi sebanyak-

banyaknya. Selain itu wawancara tidak terstruktur memungkinkan dicatat

respon afektif yang tampak selama wawancara berlangsung, dipilah-pilah

pengaruh pribadi yang mungkin mempengaruhi hasil wawancara, serta

memungkinkan pewawancara belajar dari informan tentang peran, strategi,

kebiasaan, tradisi, cara-cara komunikasi, publikasi dan lain-lain yang

mendukung public relations di ponpes salafiyah. Secara psikologis

32

Data emic adalah data yang berupa informasi dari informan yang menggambarkan

pandangan dunia dari perspektifnya, menurut pikiran dan perasaannya. Lihat Nasution, Metode

Penelitian …, hlm. 71 33

Data etic adalah data yang berupa informasi dari informan yang diinginkan oleh peneliti,

walau sebenarnya data etic tidak bisa dipisahkan dari data emic. Data emic yang disampaikan oleh

informan diterima oleh peneliti. Peneliti kemudian mengolahnya, mentafsirkannya,

menganalisisnya, menurut metode, teori, teknik, dan pandangannya sendiri. Lihat Ibid., hlm. 71-72

Page 27: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

194

wawancara ini lebih bebas dan dapat bersifat obrolan sehingga tidak

melelahkan dan menjemukan informan.

Pada waktu melakukan wawancara tidak terstruktur, pertanyaan-

pertanyaan dilakukan secara bebas (free interview) pada pertanyaan-

pertanyaan umum tentang eksistensi dan sejarah kedua pondok pesantren

salafiyah tempat penelitian, administrasinya, persepsi masyarakat tentang

pondok pesantren tersebut, kondisi internal dan sebagainya. Selanjutnya

dilakukan wawancara terfokus (focused interview) yang pertanyaannya

tidak memiliki struktur tertentu, akan tetapi selalu berpusat pada satu

pokok ke pokok yang lainnya. Dalam hal ini fokus diarahkan pada

manajemen public relations di ponpes salafiyah, dengan mengajukan

pertanyaan misalnya: apa rencana yang dilakukan pondok pesantren ini

untuk menjaga image di masyarakat? Apa yang dilakukan pondok

pesantren ini agar selalu dapat berkomunikasi dengan alumni pondok

pesantren ini? Dengan kata lain, wawancara pada tahap kedua ini tidak

menggunakan instrument terstruktur namun peneliti telah membuat garis-

garis yang disusun berdasarkan fokus penelitian. Kedua metode ini

dilakukan secara terbuka (open interview) sesuai dengan sifat penelitian

kualitatif yang open ended, dan ditujukan kepada informan-informan

tertentu yang dianggap sebagai informan kunci (key informant) serta

informan biasa.

Wawancara yang ketiga yang bersifat sambil lalu (casual

interview) dilakukan apabila secara kebetulan peneliti bertemu informan

Page 28: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

195

yang tidak direncanakan atau diseleksi terlebih dahulu, seperti tokoh

masyarakat dan masyarakat sekitar ponpes, para alumni yang sedang

silaturrahmi ke ponpes, dan lain-lain yang tidak diperhitungkan

sebelumnya. Wawancara ini dilakukan sangat tidak terstruktur (very

instructured) dan digunakan sebagai pendukung dari metode wawancara

pertama dan kedua.

Dalam memilih informan pertama, yang dipilih adalah informan

yang memiliki pengetahuan khusus, informatif dan dekat dengan situasi

yang menjadi fokus penelitian, di samping memiliki status tertentu. Lurah

ponpes dan pengurus diasumsikan memiliki banyak informasi tentang

ponpes, kepala madrasah diasumsikan memiliki banyak informasi tentang

bidang akademis yang berada di bawah wilayahnya, bidang kehumasan

diasumsikan memiliki banyak informasi tentang prosedur operasional

tentang public relations, sedangkan kiai sebagai informan kunci,

diasumsikan memiliki banyak informasi tentang pondok pesantren yang

dipimpinnya, termasuk situasi, sejarah dan prosedur pelaksanaan public

relations di pesantrennya. Karena itu, lurah dan kepala madrasah dipilih

sebagai informan pertama untuk diwawancarai.

Setelah wawancara dengan kiai dianggap cukup, peneliti meminta

untuk ditunjukkan informan berikutnya yang dianggap memiliki informasi

yang dibutuhkan, relevan dan memadai. Dari informan yang ditunjuk

tersebut, dilakukan wwancara secukupnya serta pada akhir wawancara

diminta pula untuk menunjuk informan lain. Demikian seterusnya

Page 29: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

196

sehingga informasi yang diperoleh semakin besar seperti bola salju

(snowball sampling technique) dan sesuai tujuan (purposive) yang

terdapat dalam fokus penelitian.

Untuk melakukan wawancara yang lebih terstruktur terlebih

dahulu dipersiapkan bahan-bahan yang diangkat dari isu-isu yang

dieksplorasi sebelumnya. Dalam hal ini bisa dilakukan pendalaman atau

dapat pula menjaga kemungkinan terjadinya bias. Dalam kondisi tertentu

jika pendalaman yang dilakukan kurang menunjukkan hasil, maka dapat

dilakukan pendalaman dengan saling mempertentangkan. Namun

demikian hal ini harus dilakukan secara persuasive, sopan dan santai.

Topik wawancara selalu diarahkan pada pertanyaan-pertanyaan

yang terkait dengan fokus penelitian. Hal ini dilakukan untuk menghindari

wawancara yang melantur dan menghasilkan informasi yang kosong

selama wawancara. Wawancara bisa dilakukan dengan perjanjian terlebih

dahulu, atau dapat pula dilakukan secara spontan sesuai dengan

kesempatan yang diberikan oleh informan. Untuk merekam hasil

wawancara dengan seizin informan, peneliti menggunakan alat bantu

berupa buku catatan dan MP4 maupun kamera.

Langkah-langkah wawancara dalam penelitian ini adalah: 1)

menetapkan kepada siapa wawancara dilakukan; 2) menyiapkan bahan

pokok masalah yang menjadi bahan pembicaraan; 3) mengawali atau

membuka alur wawancara; 4) melangsungkan alur wawancara; 5)

mengkonfirmasikan hasil wawancara; 6) menulis hasil wawancara ke

Page 30: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

197

dalam catatan lapangan; 7) mengidentifikasi tindak lanjut hasil

wawancara.34

Dalam wawancara harus meliputi beberapa aspek sebagai berikut:

1) pertanyaan tentang tingkah laku atau pengalaman. Pertanyaan ini untuk

memperoleh pengalaman, tingkah laku, tindakan, dan kegiatan; 2)

pertanyaan tentang opini atau nilai. Pertanyaan ini digunakan untuk

pemahaman kognitif dan proses penafsiran orang; 3) pertanyaan tentang

perasaan. Pertanyaan ini digunakan untuk pemahaman tanggapan

emosional orang terhadap pengalaman dan pikiran; 4) pertanyaan tentang

pengetahuan, digunakan untuk menemukan informasi faktual apa yang

dimiliki responden; 5) pertanyaan tentang indera, pertanyaan untuk

memperoleh tentang apa yang dilihat, didengar, diraba dan dibau; 6)

pertanyaan tentang latar belakang atau demografis, digunakan untuk

identifikasi responden.35

Dalam wawancara ini peneliti terlebih dahulu menyiapkan siapa

yang diwawancarai dan menyiapkan materi yang terkait dengan Public

Relations. Oleh karena itu sebelum dilakukan wawancara, garis besar

pertanyaan harus sesuai dengan penggalian data dan kepada siapa

wawancara itu dilaksanakan. Di sela percakapan itu diselipkan pertanyaan

pancingan dengan tujuan untuk menggali lebih dalam lagi tentang hal-hal

yang diperlukan.

34

Faisal, Penelitian Kualitatif…, hlm. 63 35

Michael Quinn Patton, How To Use Qualitative Methods in Evaluation, terj. Budi Puspo

Priyadi., Metode Evaluasi Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 199-203

Page 31: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

198

Melakukan wawancara, disediakan perekam suara bila diizinkan

oleh informan, tetapi jika tidak diizinkan peneliti mencatat kemudian

menyimpulkannya. Sering dialami bahwa ketika dipadukan dengan

informasi yang diperoleh dari informan lain, sering bertentangan satu

dengan yang lain. Sehingga data yang menunjukkan ketidaksesuaian itu

hendaknya dilacak kembali kepada subyek terdahulu untuk mendapatkan

kebenaran atau keabsahan data. Dengan demikian wawancara tidak cukup

dilakukan hanya sekali.

Dalam teknik wawancara, ada juga yang dinamakan grand tour

dan mini tour. Grand tour tak hanya digunakan untuk mencari data secara

umum, biasanya pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam grand tour

hanya bersifat umum. Wawancara grand tour ini juga lazim disebut

wawancara deskriptif. Melalui wawancara grand tour, peneliti telah

mendapatkan gambaran umum dan global tentang situasi dan kondisi

pondok pesantren yang peneliti jadikan objek penelitian. Setelah proses ini

tentu peneliti melanjutkan apa yang disebut dengan mini tour, pertanyaan-

pertanyaan dalam wawancara mini tour, tentu lebih terfokus dan tajam

serta mengarah pada data yang didapatkan sesuai dengan fokus penelitian

dan jabarannya.

Wawancara mini tour ini dilakukan terhadap kiai, pengasuh

pondok pesantren, lurah, santri dan alumni pondok pesantren. Isi yang

ingin digali dari wawancara antara lain: 1) pandangan tentang image

masyarakat terhadap pondok pesantren tersebut; 2) fungsi manajemen

Page 32: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

199

public relations dalam melakukan perannya; 3) komunikasi yang dijalin

antara pondok pesantren dengan masyarakat; 4) bentuk-bentuk komunikasi

yang dijalin; 5) bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan di pondok

pesantren; dan sebagainya.

2. Observasi Partisipan

Observasi dilakukan untuk menggali data dari sumber data yang

berupa peristiwa, tempat, benda, serta rekaman dan gambar.36

Dalam

penelitian ini dilaksanakan dengan teknik (participant observation), yaitu

dilakukan dengan cara peneliti melibatkan diri atau berinteraksi pada

kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian dalam lingkungannya,

selain itu juga mengumpulkan data secara sistematik dalam bentuk catatan

lapangan.37

Teknik inilah yang disebut teknik observasi partisipan.

Dalam observasi partsipasi, peneliti menggunakan buku catatan

kecil dan alat perekam. Buku catatan kecil diperlukan untuk mencatat hal-

hal penting yang ditemui selama pengamatan. Sedangkan alat perekam

(tape recorder) digunakan untuk mengabadikan beberapa momen yang

relevan dnegan fokus penelitian. Ada tiga tahap observasi yang dilakukan

dalam penelitian, yaitu observasi deskriptif (untuk mengetahui gambaran

umum), observasi terfokus (untuk menemukan kategori-kategori), dan

observasi selektif (mencari perbedaan di antara kategori-kategori).38

36

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offser, 1989), hlm. 91. 37

Ibid., hlm. 69. 38

Lihat James P. Spradley, Participant Observation, (New York: Holt, Rinehard and

Winston, 1980)

Page 33: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

200

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipan tahap

pertama, yaitu dimulai dari observasi deskriptif (descriptive observation)

secara luas dengan melukiskan secara umum situasi sosial yang terjadi

pada ponpes salafiyah Lirboyo dan Sidogiri Pasuruan. Tahap berikutnya

dilakukan observasi terfokus (focused observations) untuk menemukan

kategori-kategori, seperti bentuk manajemen public relations, bentuk

komunikasi pondok pesantren dengan masyarakat, strategi image building,

peran kiai dalam image building dan public relations, dan sebagainya.

Tahap akhir setelah dilakukan analisis dan observasi yang berulang-ulang,

diadakan penyempitan lagi dengan melakukan observasi selektif (selective

observation) dengan mencari perbedaan di antara kategori-kategori,

seperti karakteristik mengenai bentuk komunikasi dengan alumni dan

bentuk komunikasi dengan masyarakat umum, serta fungsi public

relations sebagai problem solving, karakteristik masing-masing fungsi

manajemen public relations, dan sebagainya. Semua hasil pengamatan

selanjutnya dicatat dan direkam sebagai pegamanatan lapangan (field

note), yang selanjutnya dilakukan refleksi.

Hal ini peneliti lakukan, sebagaimana menurut Faisal, yang

menyatakan bahwa observasi difokuskan pada situasi sosial, yaitu:

a. Gambaran keadaan tempat dan ruang tempat suatu situasi sosial

berlangsung;

Page 34: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

201

b. Para pelaku pada suatu situasi sosial, termasuk karakteristik yang

melekat pada mereka (seperti status, jenis kelamin, usia, dan

sebagainya);

c. Kegiatan atau aktivitas yang berlangsung pada situasi sosial;

d. Tingkah laku para pelaku dalam proses berlangsungnya aktifitas atau

kegiatan di suatu situasi sosial (tindakan-tindakan);

e. Peristiwa yang berlangsung di suatu situasi sosial (perangkat aktifitas

atau kegiatan yang saling berhubungan);

f. Waktu berlangsungnya peristiwa, kegiatan, dan tindakan di suatu

situasi sosial;

g. Ekspresi perasaan yang tampak pada para pelaku di suatu situasi

sosial.39

Hal-hal tersebut harus diamati secara mendalam untuk dapat

mengungkap fakta dan menjadikannya sebuah teori. Hal-hal yang diamati

dalam penelitian ini, agar mudah dipahami, disajikan dan dirinci pada

tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Ragam Situasi yang Diobservasi

No Ragam situasi yang

diamati

Keterangan

1. Pengelolaan fungsi Public

relations a. Penyusuran keberadaan public

relations di pondok pesantren salafiyah:

gambaran tentang struktur organisasi

public relations, siapa yang

menjalankan public relations, siapa saja

yang menjadi sasarannya.

39

Faisal, Penelitian Kualitatif…, hlm. 78. lihat pula Nasution, Metode Penelitian …, hlm.

64

Page 35: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

202

b. Penyusuran pada manajemen pondok

pesantren salafiyah dalam melakukan

regenerasi santri, peningkatan kualitas

mutu, dan promosi ke masyarakat 2. Sistem komunikasi yang

dibangun melalui public

relations di pondok

pesantren salafiyah

Pengamatan mengenai:

a. Pola komunikasi yang dibangun antara

santri dengan santri dan kiai

b. Pola komunikasi yang dibangun pondok

pesantren antara santri dan alumni

c. Pola komunikasi yang dibangun pondok

pesantren dengan masyarakat luas

d. Pola jaringan komunikasi yang dibangun

untuk mempertahankan eksistensi

pondok pesantren salafiyah. 3. Pembangunan

citra/image di pondok

pesantren salafiyah

melalui manajemen

public relations

Observasi mengenai proses membangun

image, mempertahankan dan

menyebarluaskan image/citra pondok

pesantren salafiyah.

4. Proses public relations

di pondok pesantren

salafiyah.

a. Kajian perspektif kultural (pengamatan

budaya sekitar ponpes)

b. Kajian sosiologis maupun stakeholders

(pengamatan peran dan pengaruh

stakeholders)

Demikian beberapa peristiwa yang harus diobservasi di pesantren

yang menjadi lokasi penelitian. Tanpa melakukan observasi tersebut, maka

mustahil penelitian ini bisa berjalan dan berhasil dengan baik dan

memuaskan.

3. Studi dokumentasi

Data penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber

manusia melalui observasi dan wawancara, namun data dari sumber non

manusia, seperti dokumen, foto, dan bahan statistik perlu mendapat

perhatian selayaknya. Dokumen terdiri dari tulisan pribadi seperti surat-

surat, buku harian, dan dokumen resmi. Dokumen, surat-surat, foto dan

Page 36: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

203

lain-lain dapat dipandang sebagai ”nara sumber" yang dapat diminta

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.40

Studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mengumpulkan data-data yang mendukung untuk memahami dan

menganalisis manajemen public relations di pesantren. Data tersebut

meliputi personal document (dokumen pribadi) dan official document

(dokumen resmi). Dokumen pribadi terdiri dari intimate diaries Buku

harian), personal letters (surat pribadi), autobiographies (autobiografi).

Sedangkan dokumen resmi terdiri dari internal documents, external

communications, student record and personnel files.41

Semua dokumen

yang dipaparkan tersebut di atas berkaitan dengan kedua pesantren yang

menjadi lokasi penelitian.

Penggunaan studi dokumentasi ini didasarkan pada lima alasan

yaitu: (1) sumber-sumber ini tersedia dan murah (terutama dari segi

waktu); (2) dokumen dan rekaman merupakan sumber informasi yang

stabil, aklurat dan dapat dianalisis kembali; (3) dokumen dan rekaman

merupakan sumber informasi yang kaya secara kontekstual relevan dan

mendasar dalam konteksnya; (4) sumber ini merupakan pernyataan legal

yang dapat memenuhi akuntabilitas; dan (5) sumber ini bersifat nonreaktif,

sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi. Sebagai alat

pengumpul data adalah tape recorder, handycam, kamera, dan lembar

catatan lapangan.

40

Ibid.(Metode Penelitian Naturalistik), hlm. 89 41

Bogdan dan Biklen, Qualitative Researchlm. .., hlm. 97-102

Page 37: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

204

G. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara

sistematis tanskrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang

telah dihimpun oleh peneliti. Kegiatan analisis dilanjutkan dengan menelaah

data, menata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola

mensintesis, mencari pola, menemukan apa yang bermakna dan apa yang

diteliti dan dilaporkan secara sistematik. Data tersebut terdiri dari deskripsi-

deskripsi yang rinci mengenai situasi, peristiwa orang, interaksi, dan perilaku.

Dengan kata lain, data merupakan deskripsi dari pernyataan-pernyataan

seseorang tentang perspektif, pengalaman, atau sesuatu hal sikap, keyakinan

dan pikirannya serta petikan-petikan isi dokumen yang berkaitan dengan suatu

program.42

Analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis data situs tunggal

Analisis situs tunggal dimulai dengan menelaah seluruh data yang

telah terkumpul dari berbagai teknik yang telah dilaksanakan, yaitu

wawancara, observasi dan studi dokumen yang telah dicatat peneliti dalam

catatan lapangan. Skema analisis data tunggal dapat digambarkan seperti

skema berikut:

42

Ibid., hlm. 145

Page 38: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

205

Gambar 3.1

Langkah-langkah analisis data situs tunggal

diadaptasi dari Bogdan & Biklen (1982)

Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

deskriptif dengan menempuh tiga langkah yang terjadi secara bersamaan

menurut Miles dan Huberman yaitu: l) reduksi data (data reduction), yaitu

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisir data; 2) penyajian data (data displays), yaitu: menemukan

pola-pola hubungan yang bermakna serta memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan; dan 3) penarikan kesimpulan/verifikasi

(conclusion drawing/veriffication). Komponen alur tersebut di atas

diperjelas dengan bagan sebagaimana berikut dibawah ini:

Menganalisis secara

induktif konseptual

Menganalisis secara

induktif konseptual

Situs Tunggal 1 Situs Tunggal 2

Manajemen public

relation di Ponpes

Lirboyo

Manajemen public

relation di Ponpes

Sidogiri

Menyusun Temuan teori substantive

Situs 1

Membandingkan dan

Memadukan Situs Tunggal

1 dan 2

Membandingkan

dan Memadukan

Menyusun Proposisi

sebagai Temuan

Membandingkan dan

Memadukan antar

Proposisi

Membandingkan dan

Memadukan temuan

teori

Membandingkan dan

Memadukan semua

aspek secara lintas situs

Analisis dan

Pembahasan

Lintas Situs Menyusun Temuan

teori substantive

Situs 2

Menyusun Proposisi

sebagai Temuan

Page 39: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

206

Gambar: 3.2 Teknik Analisis Data43

a. Pengumpulan data/Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga diperoleh

kesimpulan akhir dan diverifikasi. Reduksi data diartikan juga sebagai

proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus

selama penelitian berlangsung bahkan sebelum data benar-benar

terkumpul sudah mengantisipasi adanya reduksi data sudah tampak

sewaktu memutuskan kerangka konseptual, wilayah penelitian,

permasalahan penelitian, dan penentuan metode pengumpulan data.

Selama pengumpulan data berlangsung sudah terjadi tahapan reduksi,

selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,

membuat gugus-gugus, menulis memo). Proses ini berlanjut sampai

43

Miles and Huberman, Qualitative Reseanrch…, hlm. 22

Penyajian

Data

Pengumpulan

Data

Kesimpulan: Penggambaran/

Verifikasi

Reduksi

Data

Page 40: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

207

pasca pengumpulan data di lapangan, bahkan pada akhir pembuatan

laporan sehingga tersusun lengkap.

Dalam reduksi data, peneliti melakukan grand tour ke ponpes

Lirboyo dan Sidogiri untuk memperoleh gambaran umum situasi

sosial yang ada di kedua tempat tersebut yang meliputi place, actors

dan activity. Langkah ini bertujuan selain untuk memperoleh

gambaran umum situasi sosial juga untuk menemukan berbagai

domain dan kategori yang berhubungan dengan public relations,

kemudian peneliti menulis hasil observasi tersebut, berikut wawancara

yang dilakukan dengan kiai maupun pengelola ponpes.44

Langkah selanjutnya, dari data yang terkumpul tadi dimasukkan

dalam sistem pengkodean. Semua data yang telah dituangkan dalam

catatan lapangan (transkrip) dibuat ringkasan kontak berdasarkan

fokus penelitian. Setiap topik liputan dibuat kode yang

menggambarkan topik tersebut. Kode-kode tersebut dipakai untuk

mengorganisasi satuan-satuan data yaitu: potongan-potongan kalimat

yang diarnbil dari transkrip sesuai dengan urutan paragraf

menggunakan komputer.

44

Langkah ini menurut Spreadly termasuk dalam analisis domain, yang meliputi melakukan

grand tour/minitour, memilih situasi sosial tempat penelitian, mencatat hasil observasi dan

wawancara dan menemukan berbagai domain dan kategori di lapangan. Lihat Sugiyono,

Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2000), hlm. 103. Lihat pula Sugiyono,

Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan Research and Development,

cet. 12, ((Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 346

Page 41: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

208

b. Penyajian data

Sebagaimana ditegaskan oleh Miles dan Huberman,45

bahwa

penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang

bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam

penelitian ini juga dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari

data-data yang telah diperoleh, kemudian disusun secara sistematis,

dari bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana namun

selektif.

Penyajian data dalam penelitian ini meliputi peran public

relations, sistem komunikasi yang dijalankan di ponpes salafiyah, cara

membangun citra dan model public relations di ponpes ponpes

salafiyah. Dalam masing-masing domain tersebut, peneliti

menjabarkan secara lebih rinci berdasar pemaknaan data yang ada di

lapangan sekaligus untuk mengetahui struktur internalnya.46

Selanjutnya, peneliti mencari ciri spesifik pada setiap unsur

internalnya tersebut dengan cara mengkontraskan masing-masing

elemen yang ada di kedua ponpes salafiyah dengan cara melakukan

observasi dan wawancara terseleksi dengan tujuan untuk

45

Miles and Huberman, Qualitative, hlm. 21-22 46

Analisis data Model Spradley dalam Sugiyono, Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:

Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan Research and Development, cet. 12, ((Bandung: Alfabeta,

2011), hlm. 356-358

Page 42: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

209

mengkontraskannya. Analisis penyajian data ini dalam Spreadly

dikategorikan dalam analisis taksonomi dan komponensial.47

c. Penarikan kesimpulan/Verifikasi

Kegiatan analisis pada tahap ketiga adalah menarik kesimpulan

dan verifikasi. Analisis yang dilakukan selama pengumpulan data dan

sesudah pengumpulan data digunakan untuk menarik kesimpulan,

sehingga dapat rnenemukan pola tentang peristiwa-peristiwa yang

terjadi. Sejak pengumpulan data peneliti berusaha mencari makna atau

arti dari simbol-simbol, mencatat, keteraturan pola, penjelasan-

penjelasan, dan alur sebab akibat yang terjadi. Dari kegiatan ini dibuat

simpulan-simpulan yang sifatnya masih terbuka, umum, kemudian

menuju ke yang spesifik/rinci.48

Kesimpulan final diharapkan dapat

diperoleh setelah pengumpulan data selesai.

2. Analisis Lintas Situs

Analisis data lintas situs bertujuan untuk membandingkan dan

memadukan temuan yang diperoleh dari masing-masing situs penelitian.

Secara umum proses analisis data lintas situs mencakup kegiatan sebagai

berikut: a) merumuskan proposisi berdasarkan temuan situs pertama dan

47

Ibid., hlm. 358-362 48

Penarikan kesimpulan/verifikasi ini adalah usaha penencarian makna dari simbol-simbol,

mencatat, keteraturan pola, penjelasan-penjelasan, dan alur sebab akibat yang terjadi, lalu ditarik

kesimpulan yang sifatnya masih terbuka, umum, kemudian menuju ke yang spesifik. Hal ini

sesungguhnya merupakan upaya mencari ”benang merah” yang mengintegrasikan lintas domain

yang ada, yang meliputi hasil dari analisis domain, analisis taksonomi dan komponensial, yang

selanjutnya akan tersusun dalam ”konstruksi bangunan” situasi sosial objek penelitian yang

sebelumnya masih gelap atau remang-remang, dan setelah dilakukan penelitian menjadi lebih

jelas. Hal inilah yang menurut Spradley dinamakan dengan analisis tema budaya atau discovering

cultural themes. Kesimpulan penelitian kualitatif yang menekankan pada proses pemaknaan,

selanjutnya mampu ditransferabilikan pada ragam situasi yang lain. Lihat Sugiyono, Metode...,

hlm. 360

Page 43: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

210

kemudian dilanjutkan situs kedua; b) membandingkan dan memadukan

temuan teoritik sementara dari kedua situs penelitian; c) merumuskan

simpulan teoritik berdasarkan analisis lintas situs sebagai temuan akhir

dari kedua situs penelitian. Kegiatan analisis data lintas situs dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Gambar. 3.3 Kegiatan analisis data lintas data

H. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data (trustworthiness) adalah bagian yang sangat

penting dan tidak terpisahkan dari penelitian kualitatif, Menurut Lincoln dan

Guba bahwa pelaksanaan pengecekan keabsahan data didasarkan pada empat

kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibitity), keteralihan (transferabitity),

kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability).49

l. Kredibilitas

49

Lincoln and Guba, Naturalistic Inquiry…, hlm. 289-331

Situs 1 Manajemen public

relation di Ponpes

Lirboyo

Situs 2

Manajemen public

relation di Ponpes

Sidogiri

Menyusun Proposisi

Lintas Situs

Analisis Lintas

Situs

TEMUAN

AKHIR

Temuan

Situs 1

Temuan

Situs 2

Temuan

Penelitian

Prooposisi

Situs 1

Prooposisi

Situs 2

Page 44: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

211

Pengecekan kredibilitas atau derajat kepercayaan data perlu

dilakukan untuk membuktikan apakah yang diamati oleh peneliti benar-

benar telah sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di

lapangan. Derajat kepercayaan data (kesahihan data) dalam penelitian

kualitatif digunakan untuk memenuhi kriteria (nilai) kebenaran yang

bersifat emik, baik bagi pembaca maupun bagi subjek yang diteliti.

Sedangkan menurut Lincoln dan Guba bahwa untuk memperoleh

data yang valid dapat ditempuh teknik pengecekan data melalui: (l)

observasi yang dilakukan secara terus-menerus (persistent observation);

(2) trianggulasi (triangulation) sumber data, metode dan peneliti lain; (3)

pengecekan anggota (member check), diskusi teman sejawat (peer

reviewing); dan (4) pengecekan mengenai kecukupan referensi

(referencial adequacy check) transferibilitas atau keteralihan dalam

penelitian kualitatif dapat dicapai dengan cara “uraian rinci”.50

Senada dengan apa yang ditawarkan keabsahan data oleh Lincoln

dan Guba John W. Creswell dalam bukunya Reserch Design: Qualitative,

Quantitative, and Mixed Methods Approaches merekomendasikan delapan

langkah sebagai berikut: Triangulation member-checking, thick

description, clarify, present negative or discrepant information, spend

prolonged time, peer debriefing and external auditor.51

Pengujian terhadap kredibilitas data dalam penelitian ini dilakukan

dengan trianggulasi sumber data dan pemanfaatan metode, serta member

50

Ibid. 51

John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods

Approaches, (California: Sage Publications, 2002), hlm. 196-197

Page 45: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

212

check. Dengan demikian dalam pengecekan keabsahan data mutlak

diperlukan dalam penelitian kualitatif agar supaya data yang diperoleh

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan melakukan verifikasi

terhadap data. Verifikasi terhadap data tentang kepemimpinan kiai dalam

mempertahankan budaya organisasi pada pondok pesantren dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengoreksi metode yang digunakan untuk memperoleh data. Dalam

hal ini peneliti telah melakukan cek ulang terhadap metode yang

digunakan untuk menjaring data. Metode yang dimaksud adalah

participant observation, indepth interview, dan dokumentasi

b. Mengecek kembali hasil laporan penelitian yang berupa uraian data

dan hasil interpretasi peneliti. Peneliti telah mengulang-ulang hasil

laporan yang merupakan produk dari analisis data diteruskan dengan

cross check terhadap subyek penelitian.

c. Triangulasi untuk menjamin obyektifitas dalam memahami dan

menerima informasi, sehingga hasil penelitian lebih objektif dengan

didukung cross check dengan demikian hasil dari penelitian ini benar-

benar dapat dipertanggungjawabkan. Terdapat tiga macam triangulasi

yang dipergunakan untuk mendukung dan memperoleh keabsahan

data, yaitu52

:

1) Triangulasi sumber

52

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2010), hlm. 273

Page 46: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

213

Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh melalui

beberapa sumber. Dalam penelitian ini, peneliti menguji

kredibiltas data mengenai manajemen public relations ke kiai,

ustadz, pengelola, santri dan alumni.

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kredibilitas

data yang dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data wawancara

yang telah didapat oleh peneliti di cross cek dengan observasi dan

dokumentasi. Jika dengan ketiga tersebut menghasilkan data yang

berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada

sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan

data mana yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar,

karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3) Triangulasi Waktu.

Triangulasi waktu dilakukan oleh peneliti untuk menguji

kredibilitas data, karena waktu dapat mempengaruhi kredibiltas

data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi

hari pada saat narasumber masih segar, memberikan data yang

lebih valid sehingga kredibel. Demikian pula dengan observasi

atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Page 47: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

214

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini

dilakukan triangulasi sumber, teknik dan waktu dengan cara

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh dari informan yang satu dengan informan

lainnya, dari teknik wawancara, observasi maupun dokumentasi dengan

waktu yang berbeda.

2. Transferabilitas

Transferabilitas atau keteralihan dalam penelitian kualitatif dapat

dicapai dengan cara "uraian rinci". Transferabilitas adalah pemberlakuan

hasil penelitian pada wilayah yang memiliki kesamaan atau kemiripan

objek penelitian.53

Untuk kepentingan ini peneliti berusaha melaporkan

hasil penelitiannya secara rinci. Uraian laporan diusahakan dapat

mengungkap secara khusus segala sesuatu yang diperlukan oleh pembaca

agar dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Penemuan itu

sendiri bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsirannya yang

diuraikan secara rinci dengan penuh tanggung jawab berdasarkan

kejadian-kejadian nyata.

3. Dependabilitas

Dependebilitas atau kebergantungan dilakukan untuk menanggulangi

kesalahan-kesalahan dalam konseptualisasi rencana penelitian,

pengumpulan data, interpretasi temuan, dan pelaporan hasil penelitian.

Untuk itu diperlukan dependent auditor atau para ahli di bidang pokok

53

Sugiyono, Memahami Penelitian..., hlm. 130

Page 48: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

215

persoalan penelitian ini. Sebagai dependent auditor dalam penelitian ini

adalah para promotor (Prof. Dr H. Baharudin, M.Pd.I dan Prof, Dr. H.

Mujamil, M.Ag)

4. Konfirmabilitas.

Konfirmabilitas atau kepastian diperlukan untuk mengetahui apakah

data yang diperoleh obyektif atau tidak. Hal ini tergantung pada

persetujuan beberapa orang terhadap pandangan pendapat dan temuan

seseorang. Jika telah disepakati oleh beberapa atau banyak orang dapat

dikatakan obyektif, namun penekanannya tetap pada datanya. Untuk

menentukan kepastian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

mengkonfirmasikan data dengan para informan atau para ahli. Kegiatan

ini dilakukan bersama-sama dengan pengauditan dependabilitas.

Perbedaannya jika pengauditan dependabilitas ditujukan pada penilaian

proses yang dilalui selama penelitian, sedangkan pengauditan

konfirmabilitas adalah untuk menjamin keterkaitan antara data, informasi,

dan interpretasi yang dituangkan dalam laporan serta didukung oleh

bahan-bahan yang tersedia.

I. Tahapan Penelitian

Salah satu karakteristik penetitian kualitatif adalah desainnya disusun

secara sirkuler.54

Oleh karena itu penelitian ini ditempuh melalui tiga tahap,

yaitu: a) studi persiapan orientasi; b) studi eksplorasi umum; c) studi

eksplorasi terfokus. Pertama, tahapan studi persiapan atau studi orientasi

54

Penelitian dapat berlangsung terus untuk memperoleh pemahaman yang senantiasa lebih

mendalam, namun pada suatu saat penelitian dihentikan karena pertimbangan waktu, biaya, dan

tenaga, sehingga tidak dipastikan kapan berakhir. Lihat Nasution, Metode Penelitian …, hlm. 40

Page 49: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

216

dengan menyusun prapoposal dan proposal penelitian tentatif dan menggalang

sumber pendukung yang diperlukan. Penentuan objek dan fokus penelitian ini

didasarkan atas: 1) isu-isu umum yaitu pondok pesantren salafiyah; 2)

mengkaji literatur-literatur yang relevan; 3) orientasi ke beberapa pondok

pesantren dan menetapkan objek penelitian, yaitu: pondok pesantren salafiyah

Lirboyo dan Sidogiri Pasuruan; dan 4) diskusi dengan teman sejawat.

Kedua, tahapan studi eksplorasi umum, adalah: l) konsultasi, wawancara

dan perizinan pada instansi yang berwenang, 2) penjajagan umum pada

beberapa objek yang ditunjukkan untuk melakukan observasi dan wawancara

secara global (disebut dengan grand tour dan mini tour),55

guna menentukan

pemilihan objek lebih lanjut; 3) studi literature dan menentukan kembali fokus

penelitian; 4) seminar kecil dengan promotor dan diskusi dengan teman

sejawat untuk memperoleh masukan; serta 5) konsultasi secara kontinyu

dengan promotor untuk rnemperolehle legitimasi guna melanjutkan penelitian.

Ketiga, tahap eksplorasi terfokus yang diikuti dengan pengecekan hasil

temuan penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian. Tahap eksplorasi

terfokus ini mencakup tahap: (1) pengumpulan data yang dilakukan secara

rinci dan mendalam guna menemukan kerangka konseptual tema-tema di

lapangan; (2) pengumpulan dan analisis data secara bersama-sama; (3)

pengecekan hasil dan temuan penelitian oleh promotor; dan (4) penulisan

laporan hasil penelitian untuk diajukan pada tahap ujian disertasi.

55

James P. Spradley, Participant Observation, (New York: Holt, Rinehart and Winston,

1980), hlm. 79

Page 50: BAB III METODE PENELITIAN - Blog IAIN Tulungagungblog.iain-tulungagung.ac.id/.../sites/28/2013/11/BAB-III-disertasi.pdf · teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang

217

Grand tour, datang ke sekret ponpes,

menemui penguruslurah

pondoknyampaikan

maksud&tujuanobservasi situasi

sosialnemui kiai kiai

mendelegasikan wawancara

informanngejar informasi &

informan yg ditunjuk

snowballkross checkdata jenuh