bab iii metode penelitian a. -...

17
31 Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian quasi eksperimen, dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Diagram desain penelitian adalah sebagai berikut: O X O O O (Ruseffendi, 2005: 53) Keterangan: X : pembelajaran dengan menggunakan differentiated instruction O : adanya pretes, dan adanya postes : subjek tidak dikelompokkan secara acak Disain faktorial antar variabel penelitian berdasarkan klasifikasi pengetahuan awal matematika yang terkait dengan analisis data dan pengujian hipotesis penelitian disusun seperti tabel 3.1 Tabel 3.1 Disain Faktorial Antar Variabel Penelitian Pengetahuan Awal Matematis Pendekatan Pembelajaran Differentiated Instruction Konvensional Pemecahan Masalah Penalaran Pemecahan Masalah Penalaran Atas DIPMA DIPA KPMA KPA Bawah DIPMB DIPB KPMB KPB Total Keterangan: DIPMA = Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori PAM atas dengan pendekatan DI DIPMB = Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori PAM bawah dengan pendekatan DI

Upload: others

Post on 18-Sep-2019

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

31 Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian quasi eksperimen, dengan

desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Diagram desain penelitian adalah

sebagai berikut:

O X O

O O

(Ruseffendi, 2005: 53)

Keterangan:

X : pembelajaran dengan menggunakan differentiated instruction

O : adanya pretes, dan adanya postes

: subjek tidak dikelompokkan secara acak

Disain faktorial antar variabel penelitian berdasarkan klasifikasi

pengetahuan awal matematika yang terkait dengan analisis data dan pengujian

hipotesis penelitian disusun seperti tabel 3.1

Tabel 3.1

Disain Faktorial Antar Variabel Penelitian

Pengetahuan

Awal

Matematis

Pendekatan Pembelajaran

Differentiated Instruction Konvensional

Pemecahan

Masalah

Penalaran Pemecahan

Masalah

Penalaran

Atas DIPMA DIPA KPMA KPA

Bawah DIPMB DIPB KPMB KPB

Total

Keterangan:

DIPMA = Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori

PAM atas dengan pendekatan DI

DIPMB = Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori

PAM bawah dengan pendekatan DI

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

32

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DIPA = Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM atas

dengan pendekatan DI

DIPB = Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM bawah

dengan pendekatan DI

KPMA = Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori

PAM atas dengan pembelajaran konvensional

KPMB = Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori

PAM bawah dengan pembelajaran konvensional

KPA = Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM atas

dengan pembelajaran konvensional

KPB = Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM bawah

dengan pembelajaran konvensional.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa pada SMA Pertiwi

1 Kota Padang tahun pembelajaran 2012/2013. Sedangkan siswa yang

menjadi sampel adalah kelas X. Sampel diambil dengan teknik purposive

sampling yaitu dua kelas yang ada di SMA tersebut. Pengambilan kelas X

disesuaikan dengan materi pembelajaran.

Sampel penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling karena

mempertimbangkan beberapa hal diantaranya : (1) Peneliti memilih SMA

dengan cluster sedang sebagai sampel penelitian karena jumlah sekolah

dengan cluster sedang relatif lebih banyak daripada cluster tinggi dan

rendah, sehingga mempermudah dalam pemilihan sampel. SMA Pertiwi 1

Kota Padang termasuk sekolah yang tergolong pada cluster sedang; (2)

Letaknya berdekatan dan mudah dijangkau; (3) Memiliki prosedur

administratif yang relatif mudah; (4) Memiliki ketersediaan sarana dan

prasarana yang relatif lengkap. Adapun pertimbangan-pertimbangan

dimaksudkan agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

33

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan dua jenis instrumen

yaitu: 1) tes, yaitu soal pengetahuan awal matematis, soal kemampuan

pemecahan masalah dan soal penalaran serta 2) non tes, terdiri dari angket

yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang profil belajar siswa,

lembar observasi, dan pedoman wawancara. Instrumen tes akan diujicobakan

sebelum digunakan untuk penelitian. Uji coba instrumen akan diujicobakan

ke kelas X yang telah menerima materi tersebut.Uji coba instrumen ini juga

dilakukan di tempat penelitian agar mempunyai kesamaan dalam

pengembangan kurikulum. Berikut ini merupakan uraian dari instrumen yang

digunakan.

1) Tes Pengetahuan Awal Matematis (PAM)

Pengetahuan awal matematis siswa adalah pengetahuan yang dimiliki

siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Pemberian tes pengetahuan awal

matematis siswa bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa sebelum

pembelajaran dan untuk penempatan siswa berdasarkan pengetahuan awal

matematisnya. Adapun kategori pengetahuan awal matematis siswa diperoleh

melalui seperangkat soal tes serta dengan mempertimbangkan nilai

matematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya.

Adapun tes yang diberikan peneliti mencakup materi yang sudah dipelajari di

SMP, tes pengetahuan awal matematis berupa soal pilihan ganda dengan

empat pilihan jawaban terdiri dari 20 butir soal. Sedangkan penskoran

terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal dilakukan dengan aturan untuk

setiap jawaban benar diberi skor 1, dan untuk setiap jawaban salah atau tidak

menjawab diberi skor 0.

Berdasarkan skor pengetahuan awal matematis yang diperoleh, siswa

dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu siswa kelompok atas dan siswa

kelompok bawah .

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

34

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Kriteria Pengelompokkan PAM Siswa

Skor PAM Kategori Siswa

PAM ≥ ̅ Siswa kelompok atas

PAM < ̅ Siswa kelompok bawah

2) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penalaran Matematis

Tes kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis terdiri

dari 10 butir soal, 4 soal merupakan soal tes kemampuan pemecahan masalah,

dan 6 soal merupakan soal tes kemampuan penalaran matematis. Soal disusun

dalam bentuk uraian. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Frankel dan Wallen (Suryadi, 2005) yang menyatakan bahwa tes berbentuk

uraian sangat cocok untuk mengukur higher level learning outcomes.

Tes kemampuan pemecahan masalah dibuat untuk mengukur

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X mengenai materi

yang sudah dipelajarinya. Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah

yang akan diukur adalah : (1) Mengidentifikasi kecukupan data untuk

pemecahan masalah yang meliputi unsur-unsur yang diketahui dan yang

ditanyakan; (2) Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah

sehari-hari dan menyelesaikannya; (3) Memilih dan menerapkan strategi

untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika; (4)

Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta

memeriksa kebenaran hasil atau jawaban; (5) Menerapkan matematika secara

bermakna.

Sedangkan untuk pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan

masalah matematis menggunakan penskoran holistik. Penskoran holistik

adalah penskoran yang mengharuskan para penulis soal untuk menilai secara

sepintas pada kualitas masing-masing unsur yang terdapat pada jawaban

siswa. Dengan kata lain, guru tidak perlu memberikan skor pada masing-

masing unsur tersebut (Surapranata, 2005: 226).

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

35

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pedoman penskoran kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 3.3

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Skor Kriteria

4 Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap konsep

Menggunakan strategi yang sesuai

Perhitungan benar

Melebihi pemecahan masalah yang diinginkan

3 Menunjukkan pemahaman terhadap konsep-konsep

Menggunakan strategi yang sesuai

Perhitungan sebagian besar benar

Memenuhi semua pemecahan masalah yang diinginkan

2 Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian besar konsep-

konsep

Tidak menggunakan strategi yang sesuai

Perhitungan sebagian besar benar

Memenuhi sebagian besar pemecahan masalah yang diinginkan

1 Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman terhadap

konsep-konsep

Tidak menggunakan strategi yang sesuai

Perhitungan tidak benar

Tidak memenuhi pemecahan masalah yang diinginkan

Tes yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran

matematis terdiri atas 6 butir soal uraian. Adapun kriteria pemberian skornya

berpedoman pada indikator dalam tabel berikut:

Tabel 3.4

Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis

Indikator Respon Skor

Menarik kesimpulan dari

satu kasus atau sifat khusus

yang ditetapkan pada kasus

lainnya

Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai

dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar

0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1

Menjawab hampir semua benar dari

pertanyaan

2

Menjawab dengan mengikuti argumen-

argumen logis, dan menarik kesimpulan logis

serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar

3

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

36

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penarikan kesimpulan

umum berdasarkan

sejumlah data yang

teramati

Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai

dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar

0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1

Menjawab hampir semua benar dari

pertanyaan

2

Menjawab dengan mengikuti argumen-

argumen logis, dan menarik kesimpulan logis

serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar

3

Memperkirakan jawaban

dan solusi serta sifat atau

pola dalam suatu kasus

Tidak menjawab/menjawab tidak sesuai

dengan pertanyaan/tidak ada yang benar

0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1

Menjawab hampir semua benar dari

pertanyaan

2

Menjawab dengan mengikuti argumen-

argumen logis, dan menarik kesimpulan logis

serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar

3

Melaksanakan perhitungan

berdasarkan aturan atau

rumus tertentu

Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai

dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar

0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1

Menjawab hampir semua benar dari

pertanyaan

2

Menjawab dengan mengikuti argumen-

argumen logis, dan menarik kesimpulan logis

serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar

3

Untuk mendapatkan data yang baik maka diperlukan instrumen yang

baik pula. Instrumen terlebih dahulu diujicobakan agar dapat diketahui

validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Validitas butir soal

Suatu instrumen dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas butir

soal pada penelitian ini menggunakan dua uji validitas yaitu:

1) Validitas teoritik

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

37

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi merujuk pada

kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid

berdasarkan penalaran atau logika (Arikunto, 2006: 65). Pada validitas

teoritik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) ketepatan

alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, artinya apakah

materi yang dipakai sebagai alat evaluasi tersebut merupakan sampel

representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai, apakah rumusan

butir tes sesuai dengan indikator; (2) keabsahan susunan kalimat atau

kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak

menimbulkan penafsiran lain. Untuk menguji validitas ini, digunakan

pendapat dari ahli (judgment), dalam hal ini yang bertindak sebagai ahli

atau evaluator adalah 2 dosen pembimbing dan 1 orang guru matematika

SMA di Kota Padang.

2) Validitas empiris

Valditas empiris yaitu validitas yang diperoleh dengan melalui

observasi atau pengalaman yang bersifat empiris. Untuk mengetahui

validitas empiris, maka dihitung koofisien korelasi (rxy). Koofisien

korelasi (rxy) dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product

moment yang dikemukakan oleh Pearson. Kegunaannya untuk

mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (independent)

dengan variabel terikat (dependent) (Riduwan, 2010: 138). Rumus

korelasi product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2003: 72)

sebagai berikut:

r xy ∑ ∑ ∑

√ ∑ –(∑ } ∑

Keterangan :

rxy : Koefisian validitas

X : Skor tiap butir soal

Y : Skor total

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

38

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

N : Jumlah subyek

Kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) dapat dilihat

pada tabel 3.3 berikut

Tabel 3.5

Klasifikasi Interpretasi Validitas

Koefisien Validitas Interpretasi

0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah

rxy ≤ 0,20 Sangat rendah

Sumber: (Suherman, 2001: 136)

Selanjutnya uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan

membandingkan dengan nilai kritis (nilai tabel). Tiap item tes

dikatakan valid apabila pada taraf signifikasi didapat

.

Untuk pengujian signifikansi koefisien korelasi pada penelitian

ini digunakan uji signifikansi yang berfungsi untuk mencari makna

hubungan innstrumen X terhadap Y dengan rumus:

Keterangan :

t : nilai thitung

rxy : koefisien korelasi product moment Pearson

n : jumlah responden

Setelah instrument dinyatakan memenuhi validitas isi dan

validitas muka, kemudian soal tes kemampuan pemecahan masalah dan

penalaran matematis tersebut dujicobakan secara empiris kepada 30

orang siswa kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang. Tujuan uji coba empiris ini

adalah untuk mengetahui tingkat reliabilitas dan validitas butir soal tes.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

39

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data hasil uji coba soal tes serta validitas butir soal selengkapnya ada

pada Lampiran. Perhitungan validitas butir soal menggunakan software

Anates V.4 For Windows. Untuk validitas butir soal digunakan korelasi

product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal

dengan skor total. Hasil validitas butir soal kemampuan pemecahan

masalah dan penalaran matematis disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 3.6

Tingkat Validitas Hasil Uji Coba Soal

Nomor Soal Koefisien Kategori Kriteria

1 0,603 Tinggi Valid

2 0,510 Cukup Valid

3 0,471 Cukup Valid

4 0,525 Cukup Valid

5 0,499 Cukup Valid

6 0,444 Cukup Valid

7 0,647 Tinggi Valid

8 0,430 Cukup Valid

9 0,541 Cukup Valid

10 0,618 Tinggi Valid

Catatan: rtabel (α = 5%) = 0,374 dengan dk = 28

Sedangkan kriteria pengujiannya adalah dikatakan signifikan

jika thitung > ttabel dan tidak signifikan jika thitung ≤ ttabel. Harga ttabel

diperoleh dari tabel distribusi t dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan

(dk = n – 2)

b. Reliabilitas Butir Soal

Menurut Suherman (2001: 153) suatu alat evaluasi disebut

reliabel jika alat evaluasi memberikan hasil yang relatif tetap jika

digunakan untuk subyek yang sama, dengan demikian reliabilitas disebut

juga konsisten dan ajeg.

Rumus reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan rumus Cronbach Alpha (Riduwan, 2010: 115) sebagai

berikut:

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

40

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

[

] [

]

Keterangan :

r11 : nilai reliabilitas

∑ : jumlah variansi skor tiap-tiap item

St : variansi total

k : jumlah item soal

Kriteria penafsiran mengenai tolok ukur untuk

menginterprestasikan derajat reliabilitas menurut Guilford yang terdapat

pada tabel 3.7.

Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak

maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus alpha-croncbach

dengan bantuan program Anates V.4 for Windows. Pengambilan

keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel.

Jika rhitung > rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka

soal tidak reliabel.

Tabel 3.7

Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas

Besarnya r11 Interpretasi

0,80 < r11 ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 reliabilitas tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 reliabilitas sedang

0,20 < r11≤ 0,40 reliabilitas rendah

r11≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah

Sumber: Suherman (2001: 156)

Maka untuk α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 28 diperoleh

harga rtabel 0,374. Hasil perhitungan reliabilitas dari uji coba instrumen

diperoleh rhitung = 0,80. Artinya soal tersebut reliable karena 0,80 > 0,374

dan termasuk kedalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan

reliabilitas dari soal uji coba pemecahan masalah dan penalaran

matematis adalah sebagai berikut:

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

41

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.8

Reliabilitas Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis

rhitung rtabel Kriteria Kategori

0,80 0,374 Reliabel Tinggi

Sedangkan kriteria pengujiannya adalah Jika r11 > rtabel maka soal

reliabel, sedangkan jika r11 ≤ rtabel maka soal tidak reliabel. Harga rtabel

diperoleh dari nilai tabel r product moment untuk signifikansi 5% (α =

0,05) dan derajat kebebasan (dk = n – 1).

c. Daya Pembeda

Daya pembeda menunjukkan kemampuan soal tersebut

membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang

pandai. Analisis daya pembeda pada penelitian ini digunakan program

Anates 4.0, dan daya pembeda uji coba soal kemampuan pemecahan

masalah dan penalaran didasarkan pada klasifikasi yang dipaparkan

berikut ini (Suherman dan Sukjaya, 1990, h.202).

Tabel 3.9

Klasifikasi Daya Pembeda

Kriteria Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran, daya pembeda dari

hasil uji coba soal kemampuan pemecahan masalah dan penalaran

matematis dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.10

Tingkat Daya Pembeda

Hasil Uji Coba Soal Pemecahan Masalah dan Penalaran Matematis

No Urut No Soal DP Interpretasi

1 1 0,719 Sangat Baik

2 2 0,406 Baik

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

42

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3 3 0,312 Cukup

4 4 0,344 Cukup

5 5 0,500 Baik

6 6 0,333 Cukup

7 7 0,458 Baik

8 8 0,417 Baik

9 9 0,333 Cukup

10 10 0,542 Baik

d. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar

suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan

dalam bentuk indeks (Safari, 2005: 23).

Untuk mengetahui soal–soal yang mudah, sedang dan sukar

dilakukan uji tingkat kesukaran, untuk menghitung indeks kesukaran ini

digunakan rumus (Surapranata, 2006: 12) sebagai berikut:

Keterangan

: tingkat kesukaran

∑ : banyak peserta tes yang menjawab benar

Sm : skor maksimum

N : jumlah peserta tes

Tabel 3.11

Klasifikasi Interpretasi Tingkat Kesukaran

Kriteria Tingkat Kesukaran Klasifikasi

TK = 0,00 Soal Sangat Sukar

0,00 TK 0,3 Soal Sukar

0,3 TK ≤ 0,7 Soal Sedang

0,7 TK ≤ 1,00 Soal Mudah

TK = 1,00 Soal Sangat Mudah

Sumber: Suherman (2001: 170)

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

43

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut ini merupakan hasil uji coba untuk tingkat kesukaran

dengan menggunakan bantuan software Anates V.4 For Windows.

Tabel 3.12

Tingkat Kesukaran Uji Coba

No Urut No Soal IK Interpretasi

1 1 0,6406 Sedang

2 2 0,6406 Sedang

3 3 0,5938 Sedang

4 4 0,6406 Sedang

5 5 0,4167 Sedang

6 6 0,6250 Sedang

7 7 0,3542 Sedang

8 8 0,5417 Sedang

9 9 0,2917 Sukar

10 10 0,6458 Sedang

Dari hasil uji coba instrumen di atas diperoleh 9 soal dengan

kriteria tingkat kesukaran sedang, yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

dan 10, dan untuk kriteria tingkat kesukaran sukar terdapat 1 soal yaitu

soal no 9. Seluruh kriteria sedang dan sukar, soal tersebut digunakan

sebab memiliki prasyarat yang baik untuk digunakan.

3) Pedoman Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengungkap dan menggali informasi

yang belum teramati dalam observasi pengamat. Pedoman wawancara dibuat

untuk mengetahui lebih lanjut berkenaan dengan kesulitan dan kekeliruan

siswa dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah dan penalaran

matematis, memastikan penyebab ketidak konsistenan jawaban siswa .

4) Lembar Observasi

Penelitian ini menggunakan lembar obeservasi untuk mengamati

kesesuaian proses pembelajaran di kelas dengan aktivitas dan unsur-unsur

yang harus muncul dalam menggunakan DI. Data hasil pengamatan yang

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

44

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh digunakan sebagai bahan refleksi dan diskusi guru untuk menjadi

bahan pertimbangan proses pembelajaran selanjutnya.

D. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data

kualitatif. Untuk itu pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan, dilakukan

secara kualitatif dan kuantitatif.

a. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh melalui wawancara dan lembar observasi.

Hasil wawancara dan observasi diolah secara deskrptif dan hasilnya dianalisis

melalui laporan penulisan essay yang menyimpulkan kriteria, karakteristik

serta proses yang terjadi dalam pembelajaran.

b. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data

pretes, postes, dan gain siswa. Data hasil uji instrumen diolah dengan

software Anates Versi 4.1 untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya

pembeda serta derajat kesulitan soal. Sedangkan data hasil pretes, postes, dan

gain diolah dengan software SPSS Versi 17.0 for Windows.

c. Data Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penalaran

Matematis

Hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis

digunakan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan

penalaran matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan

pendekatan DI dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Selanjutnya

dilakukan pengolahan data berdasarkan kategori pengetahuan awal matematis

yaitu kategori atas, dan bawah pada siswa yang mendapat pembelajaran

dengan pendekatan Differentiated Instruction.

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

45

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah

dan penalaran matematis diolah melalui tahapan sebagai berikut:

1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan

pedoman penskoran yang digunakan.

2) Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

3) Menentukan skor peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan

penalaran matematis dengan rumus gain ternormalisasi (Hake, 1999)

yaitu:

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.13

Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Besarnya Gain (g) Klasifikasi

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ g < 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

Sumber : (Hake, 1999)

4) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes,

postes dan gain kemampuan pemecahan masalah dan penalaran

matematis menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov untuk data ≤

30 dan Saphiro Wilk untuk data > 30

Adapun rumusan hipotesisnya adalah:

Ho: data berdistribusi normal

Ha: data tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka Ho ditolak

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka Ho diterima.

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

46

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Menguji homogenitas varians skor pretes, postes dan gain kemampuan

pemecahan masalah dan penalaran matematis menggunakan uji Levene.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho: Kedua data bervariansi homogen

Ha: Kedua data tidak bervariansi homogen

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka Ho ditolak

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka Ho diterima.

6) Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya

dilakukan uji kesamaan rataan skor pretes, uji perbedaan rataan skor

postes dan skor gain menggunakan uji-t yaitu Independent Sample T-

Test. Sedangkan untuk data tidak berditribusi normal menggunakan uji

non parametrik yaitu uji Mann Whitney.

7) Melakukan uji perbedaan rataan skor gain kemampuan pemecahan

masalah dan penalaran matematis siswa yang mendapat pembelajaran

dengan pendekatan DI dan pembelajaran konvensional berdasarkan

kategori pengetahuan awal matematis siswa (atas dan bawah). Uji

statistik yang digunakan adalah Uji statistik yang digunakan adalah

analysis of variance (ANOVA) dua jalur dilanjutkan uji Scheffe untuk

melihat letak perbedaanya (untuk data berdistibusi normal dan

homogen). Sedangkan untuk data tidak berdistribusi normal

menggunakan uji non parametrik.

8) Melakukan uji korelasi product momen Pearson skor postes untuk

melihat hubungan antara kemampuan penalaran dan pemecahan masalah

matematis siswa.

E. PROSEDUR PENELITIAN

Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti:

a. Persiapan

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/2138/6/T_MTK_1102608_Chapter3.pdfmatematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes

47

Candra Ditasona, 2013

Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Telaah literatur

2) Observasi

3) Membuat rencana penelitian.

4) Menyusun instrumen penelitian.

b. Pelaksanaan:

1) Melakukan tes diagnostik untuk mengetahui perbedaan individual siswa

2) Menentukan kelas kontrol dan eksperimen dari sampel yang ada.

3) Mengadakan tes pengetahuan awal matematis siswa pada kelas

eksperimen.

4) Melakukan pretest pada kedua kelas

5) Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran untuk

masing-masing kelas.

6) Melakukan postest pada kedua kelas.

c. Pengumpulan Data.