bab iii metode penelitian a. -...
TRANSCRIPT
31 Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian quasi eksperimen, dengan
desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Diagram desain penelitian adalah
sebagai berikut:
O X O
O O
(Ruseffendi, 2005: 53)
Keterangan:
X : pembelajaran dengan menggunakan differentiated instruction
O : adanya pretes, dan adanya postes
: subjek tidak dikelompokkan secara acak
Disain faktorial antar variabel penelitian berdasarkan klasifikasi
pengetahuan awal matematika yang terkait dengan analisis data dan pengujian
hipotesis penelitian disusun seperti tabel 3.1
Tabel 3.1
Disain Faktorial Antar Variabel Penelitian
Pengetahuan
Awal
Matematis
Pendekatan Pembelajaran
Differentiated Instruction Konvensional
Pemecahan
Masalah
Penalaran Pemecahan
Masalah
Penalaran
Atas DIPMA DIPA KPMA KPA
Bawah DIPMB DIPB KPMB KPB
Total
Keterangan:
DIPMA = Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori
PAM atas dengan pendekatan DI
DIPMB = Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori
PAM bawah dengan pendekatan DI
32
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DIPA = Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM atas
dengan pendekatan DI
DIPB = Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM bawah
dengan pendekatan DI
KPMA = Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori
PAM atas dengan pembelajaran konvensional
KPMB = Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori
PAM bawah dengan pembelajaran konvensional
KPA = Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM atas
dengan pembelajaran konvensional
KPB = Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM bawah
dengan pembelajaran konvensional.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa pada SMA Pertiwi
1 Kota Padang tahun pembelajaran 2012/2013. Sedangkan siswa yang
menjadi sampel adalah kelas X. Sampel diambil dengan teknik purposive
sampling yaitu dua kelas yang ada di SMA tersebut. Pengambilan kelas X
disesuaikan dengan materi pembelajaran.
Sampel penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling karena
mempertimbangkan beberapa hal diantaranya : (1) Peneliti memilih SMA
dengan cluster sedang sebagai sampel penelitian karena jumlah sekolah
dengan cluster sedang relatif lebih banyak daripada cluster tinggi dan
rendah, sehingga mempermudah dalam pemilihan sampel. SMA Pertiwi 1
Kota Padang termasuk sekolah yang tergolong pada cluster sedang; (2)
Letaknya berdekatan dan mudah dijangkau; (3) Memiliki prosedur
administratif yang relatif mudah; (4) Memiliki ketersediaan sarana dan
prasarana yang relatif lengkap. Adapun pertimbangan-pertimbangan
dimaksudkan agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
33
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan dua jenis instrumen
yaitu: 1) tes, yaitu soal pengetahuan awal matematis, soal kemampuan
pemecahan masalah dan soal penalaran serta 2) non tes, terdiri dari angket
yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang profil belajar siswa,
lembar observasi, dan pedoman wawancara. Instrumen tes akan diujicobakan
sebelum digunakan untuk penelitian. Uji coba instrumen akan diujicobakan
ke kelas X yang telah menerima materi tersebut.Uji coba instrumen ini juga
dilakukan di tempat penelitian agar mempunyai kesamaan dalam
pengembangan kurikulum. Berikut ini merupakan uraian dari instrumen yang
digunakan.
1) Tes Pengetahuan Awal Matematis (PAM)
Pengetahuan awal matematis siswa adalah pengetahuan yang dimiliki
siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Pemberian tes pengetahuan awal
matematis siswa bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa sebelum
pembelajaran dan untuk penempatan siswa berdasarkan pengetahuan awal
matematisnya. Adapun kategori pengetahuan awal matematis siswa diperoleh
melalui seperangkat soal tes serta dengan mempertimbangkan nilai
matematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya.
Adapun tes yang diberikan peneliti mencakup materi yang sudah dipelajari di
SMP, tes pengetahuan awal matematis berupa soal pilihan ganda dengan
empat pilihan jawaban terdiri dari 20 butir soal. Sedangkan penskoran
terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal dilakukan dengan aturan untuk
setiap jawaban benar diberi skor 1, dan untuk setiap jawaban salah atau tidak
menjawab diberi skor 0.
Berdasarkan skor pengetahuan awal matematis yang diperoleh, siswa
dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu siswa kelompok atas dan siswa
kelompok bawah .
34
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
Kriteria Pengelompokkan PAM Siswa
Skor PAM Kategori Siswa
PAM ≥ ̅ Siswa kelompok atas
PAM < ̅ Siswa kelompok bawah
2) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penalaran Matematis
Tes kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis terdiri
dari 10 butir soal, 4 soal merupakan soal tes kemampuan pemecahan masalah,
dan 6 soal merupakan soal tes kemampuan penalaran matematis. Soal disusun
dalam bentuk uraian. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Frankel dan Wallen (Suryadi, 2005) yang menyatakan bahwa tes berbentuk
uraian sangat cocok untuk mengukur higher level learning outcomes.
Tes kemampuan pemecahan masalah dibuat untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X mengenai materi
yang sudah dipelajarinya. Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah
yang akan diukur adalah : (1) Mengidentifikasi kecukupan data untuk
pemecahan masalah yang meliputi unsur-unsur yang diketahui dan yang
ditanyakan; (2) Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah
sehari-hari dan menyelesaikannya; (3) Memilih dan menerapkan strategi
untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika; (4)
Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta
memeriksa kebenaran hasil atau jawaban; (5) Menerapkan matematika secara
bermakna.
Sedangkan untuk pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan
masalah matematis menggunakan penskoran holistik. Penskoran holistik
adalah penskoran yang mengharuskan para penulis soal untuk menilai secara
sepintas pada kualitas masing-masing unsur yang terdapat pada jawaban
siswa. Dengan kata lain, guru tidak perlu memberikan skor pada masing-
masing unsur tersebut (Surapranata, 2005: 226).
35
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pedoman penskoran kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Skor Kriteria
4 Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap konsep
Menggunakan strategi yang sesuai
Perhitungan benar
Melebihi pemecahan masalah yang diinginkan
3 Menunjukkan pemahaman terhadap konsep-konsep
Menggunakan strategi yang sesuai
Perhitungan sebagian besar benar
Memenuhi semua pemecahan masalah yang diinginkan
2 Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian besar konsep-
konsep
Tidak menggunakan strategi yang sesuai
Perhitungan sebagian besar benar
Memenuhi sebagian besar pemecahan masalah yang diinginkan
1 Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman terhadap
konsep-konsep
Tidak menggunakan strategi yang sesuai
Perhitungan tidak benar
Tidak memenuhi pemecahan masalah yang diinginkan
Tes yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran
matematis terdiri atas 6 butir soal uraian. Adapun kriteria pemberian skornya
berpedoman pada indikator dalam tabel berikut:
Tabel 3.4
Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis
Indikator Respon Skor
Menarik kesimpulan dari
satu kasus atau sifat khusus
yang ditetapkan pada kasus
lainnya
Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai
dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar
0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1
Menjawab hampir semua benar dari
pertanyaan
2
Menjawab dengan mengikuti argumen-
argumen logis, dan menarik kesimpulan logis
serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar
3
36
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penarikan kesimpulan
umum berdasarkan
sejumlah data yang
teramati
Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai
dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar
0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1
Menjawab hampir semua benar dari
pertanyaan
2
Menjawab dengan mengikuti argumen-
argumen logis, dan menarik kesimpulan logis
serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar
3
Memperkirakan jawaban
dan solusi serta sifat atau
pola dalam suatu kasus
Tidak menjawab/menjawab tidak sesuai
dengan pertanyaan/tidak ada yang benar
0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1
Menjawab hampir semua benar dari
pertanyaan
2
Menjawab dengan mengikuti argumen-
argumen logis, dan menarik kesimpulan logis
serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar
3
Melaksanakan perhitungan
berdasarkan aturan atau
rumus tertentu
Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai
dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar
0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1
Menjawab hampir semua benar dari
pertanyaan
2
Menjawab dengan mengikuti argumen-
argumen logis, dan menarik kesimpulan logis
serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar
3
Untuk mendapatkan data yang baik maka diperlukan instrumen yang
baik pula. Instrumen terlebih dahulu diujicobakan agar dapat diketahui
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Validitas butir soal
Suatu instrumen dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas butir
soal pada penelitian ini menggunakan dua uji validitas yaitu:
1) Validitas teoritik
37
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi merujuk pada
kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan penalaran atau logika (Arikunto, 2006: 65). Pada validitas
teoritik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) ketepatan
alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, artinya apakah
materi yang dipakai sebagai alat evaluasi tersebut merupakan sampel
representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai, apakah rumusan
butir tes sesuai dengan indikator; (2) keabsahan susunan kalimat atau
kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak
menimbulkan penafsiran lain. Untuk menguji validitas ini, digunakan
pendapat dari ahli (judgment), dalam hal ini yang bertindak sebagai ahli
atau evaluator adalah 2 dosen pembimbing dan 1 orang guru matematika
SMA di Kota Padang.
2) Validitas empiris
Valditas empiris yaitu validitas yang diperoleh dengan melalui
observasi atau pengalaman yang bersifat empiris. Untuk mengetahui
validitas empiris, maka dihitung koofisien korelasi (rxy). Koofisien
korelasi (rxy) dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product
moment yang dikemukakan oleh Pearson. Kegunaannya untuk
mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (independent)
dengan variabel terikat (dependent) (Riduwan, 2010: 138). Rumus
korelasi product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2003: 72)
sebagai berikut:
r xy ∑ ∑ ∑
√ ∑ –(∑ } ∑
∑
Keterangan :
rxy : Koefisian validitas
X : Skor tiap butir soal
Y : Skor total
38
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
N : Jumlah subyek
Kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) dapat dilihat
pada tabel 3.3 berikut
Tabel 3.5
Klasifikasi Interpretasi Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah
rxy ≤ 0,20 Sangat rendah
Sumber: (Suherman, 2001: 136)
Selanjutnya uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan
membandingkan dengan nilai kritis (nilai tabel). Tiap item tes
dikatakan valid apabila pada taraf signifikasi didapat
.
Untuk pengujian signifikansi koefisien korelasi pada penelitian
ini digunakan uji signifikansi yang berfungsi untuk mencari makna
hubungan innstrumen X terhadap Y dengan rumus:
√
√
Keterangan :
t : nilai thitung
rxy : koefisien korelasi product moment Pearson
n : jumlah responden
Setelah instrument dinyatakan memenuhi validitas isi dan
validitas muka, kemudian soal tes kemampuan pemecahan masalah dan
penalaran matematis tersebut dujicobakan secara empiris kepada 30
orang siswa kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang. Tujuan uji coba empiris ini
adalah untuk mengetahui tingkat reliabilitas dan validitas butir soal tes.
39
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data hasil uji coba soal tes serta validitas butir soal selengkapnya ada
pada Lampiran. Perhitungan validitas butir soal menggunakan software
Anates V.4 For Windows. Untuk validitas butir soal digunakan korelasi
product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal
dengan skor total. Hasil validitas butir soal kemampuan pemecahan
masalah dan penalaran matematis disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 3.6
Tingkat Validitas Hasil Uji Coba Soal
Nomor Soal Koefisien Kategori Kriteria
1 0,603 Tinggi Valid
2 0,510 Cukup Valid
3 0,471 Cukup Valid
4 0,525 Cukup Valid
5 0,499 Cukup Valid
6 0,444 Cukup Valid
7 0,647 Tinggi Valid
8 0,430 Cukup Valid
9 0,541 Cukup Valid
10 0,618 Tinggi Valid
Catatan: rtabel (α = 5%) = 0,374 dengan dk = 28
Sedangkan kriteria pengujiannya adalah dikatakan signifikan
jika thitung > ttabel dan tidak signifikan jika thitung ≤ ttabel. Harga ttabel
diperoleh dari tabel distribusi t dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan
(dk = n – 2)
b. Reliabilitas Butir Soal
Menurut Suherman (2001: 153) suatu alat evaluasi disebut
reliabel jika alat evaluasi memberikan hasil yang relatif tetap jika
digunakan untuk subyek yang sama, dengan demikian reliabilitas disebut
juga konsisten dan ajeg.
Rumus reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan rumus Cronbach Alpha (Riduwan, 2010: 115) sebagai
berikut:
40
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
[
] [
∑
]
Keterangan :
r11 : nilai reliabilitas
∑ : jumlah variansi skor tiap-tiap item
St : variansi total
k : jumlah item soal
Kriteria penafsiran mengenai tolok ukur untuk
menginterprestasikan derajat reliabilitas menurut Guilford yang terdapat
pada tabel 3.7.
Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak
maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus alpha-croncbach
dengan bantuan program Anates V.4 for Windows. Pengambilan
keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel.
Jika rhitung > rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka
soal tidak reliabel.
Tabel 3.7
Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas
Besarnya r11 Interpretasi
0,80 < r11 ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11≤ 0,80 reliabilitas tinggi
0,40 < r11≤ 0,60 reliabilitas sedang
0,20 < r11≤ 0,40 reliabilitas rendah
r11≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah
Sumber: Suherman (2001: 156)
Maka untuk α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 28 diperoleh
harga rtabel 0,374. Hasil perhitungan reliabilitas dari uji coba instrumen
diperoleh rhitung = 0,80. Artinya soal tersebut reliable karena 0,80 > 0,374
dan termasuk kedalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan
reliabilitas dari soal uji coba pemecahan masalah dan penalaran
matematis adalah sebagai berikut:
41
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8
Reliabilitas Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis
rhitung rtabel Kriteria Kategori
0,80 0,374 Reliabel Tinggi
Sedangkan kriteria pengujiannya adalah Jika r11 > rtabel maka soal
reliabel, sedangkan jika r11 ≤ rtabel maka soal tidak reliabel. Harga rtabel
diperoleh dari nilai tabel r product moment untuk signifikansi 5% (α =
0,05) dan derajat kebebasan (dk = n – 1).
c. Daya Pembeda
Daya pembeda menunjukkan kemampuan soal tersebut
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang
pandai. Analisis daya pembeda pada penelitian ini digunakan program
Anates 4.0, dan daya pembeda uji coba soal kemampuan pemecahan
masalah dan penalaran didasarkan pada klasifikasi yang dipaparkan
berikut ini (Suherman dan Sukjaya, 1990, h.202).
Tabel 3.9
Klasifikasi Daya Pembeda
Kriteria Daya Pembeda Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran, daya pembeda dari
hasil uji coba soal kemampuan pemecahan masalah dan penalaran
matematis dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.10
Tingkat Daya Pembeda
Hasil Uji Coba Soal Pemecahan Masalah dan Penalaran Matematis
No Urut No Soal DP Interpretasi
1 1 0,719 Sangat Baik
2 2 0,406 Baik
42
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3 3 0,312 Cukup
4 4 0,344 Cukup
5 5 0,500 Baik
6 6 0,333 Cukup
7 7 0,458 Baik
8 8 0,417 Baik
9 9 0,333 Cukup
10 10 0,542 Baik
d. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar
suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan
dalam bentuk indeks (Safari, 2005: 23).
Untuk mengetahui soal–soal yang mudah, sedang dan sukar
dilakukan uji tingkat kesukaran, untuk menghitung indeks kesukaran ini
digunakan rumus (Surapranata, 2006: 12) sebagai berikut:
∑
Keterangan
: tingkat kesukaran
∑ : banyak peserta tes yang menjawab benar
Sm : skor maksimum
N : jumlah peserta tes
Tabel 3.11
Klasifikasi Interpretasi Tingkat Kesukaran
Kriteria Tingkat Kesukaran Klasifikasi
TK = 0,00 Soal Sangat Sukar
0,00 TK 0,3 Soal Sukar
0,3 TK ≤ 0,7 Soal Sedang
0,7 TK ≤ 1,00 Soal Mudah
TK = 1,00 Soal Sangat Mudah
Sumber: Suherman (2001: 170)
43
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berikut ini merupakan hasil uji coba untuk tingkat kesukaran
dengan menggunakan bantuan software Anates V.4 For Windows.
Tabel 3.12
Tingkat Kesukaran Uji Coba
No Urut No Soal IK Interpretasi
1 1 0,6406 Sedang
2 2 0,6406 Sedang
3 3 0,5938 Sedang
4 4 0,6406 Sedang
5 5 0,4167 Sedang
6 6 0,6250 Sedang
7 7 0,3542 Sedang
8 8 0,5417 Sedang
9 9 0,2917 Sukar
10 10 0,6458 Sedang
Dari hasil uji coba instrumen di atas diperoleh 9 soal dengan
kriteria tingkat kesukaran sedang, yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
dan 10, dan untuk kriteria tingkat kesukaran sukar terdapat 1 soal yaitu
soal no 9. Seluruh kriteria sedang dan sukar, soal tersebut digunakan
sebab memiliki prasyarat yang baik untuk digunakan.
3) Pedoman Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengungkap dan menggali informasi
yang belum teramati dalam observasi pengamat. Pedoman wawancara dibuat
untuk mengetahui lebih lanjut berkenaan dengan kesulitan dan kekeliruan
siswa dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah dan penalaran
matematis, memastikan penyebab ketidak konsistenan jawaban siswa .
4) Lembar Observasi
Penelitian ini menggunakan lembar obeservasi untuk mengamati
kesesuaian proses pembelajaran di kelas dengan aktivitas dan unsur-unsur
yang harus muncul dalam menggunakan DI. Data hasil pengamatan yang
44
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diperoleh digunakan sebagai bahan refleksi dan diskusi guru untuk menjadi
bahan pertimbangan proses pembelajaran selanjutnya.
D. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Untuk itu pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan, dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif.
a. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh melalui wawancara dan lembar observasi.
Hasil wawancara dan observasi diolah secara deskrptif dan hasilnya dianalisis
melalui laporan penulisan essay yang menyimpulkan kriteria, karakteristik
serta proses yang terjadi dalam pembelajaran.
b. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data
pretes, postes, dan gain siswa. Data hasil uji instrumen diolah dengan
software Anates Versi 4.1 untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya
pembeda serta derajat kesulitan soal. Sedangkan data hasil pretes, postes, dan
gain diolah dengan software SPSS Versi 17.0 for Windows.
c. Data Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penalaran
Matematis
Hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis
digunakan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan
penalaran matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
pendekatan DI dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Selanjutnya
dilakukan pengolahan data berdasarkan kategori pengetahuan awal matematis
yaitu kategori atas, dan bawah pada siswa yang mendapat pembelajaran
dengan pendekatan Differentiated Instruction.
45
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah
dan penalaran matematis diolah melalui tahapan sebagai berikut:
1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan
pedoman penskoran yang digunakan.
2) Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
3) Menentukan skor peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan
penalaran matematis dengan rumus gain ternormalisasi (Hake, 1999)
yaitu:
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.13
Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Besarnya Gain (g) Klasifikasi
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
Sumber : (Hake, 1999)
4) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes,
postes dan gain kemampuan pemecahan masalah dan penalaran
matematis menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov untuk data ≤
30 dan Saphiro Wilk untuk data > 30
Adapun rumusan hipotesisnya adalah:
Ho: data berdistribusi normal
Ha: data tidak berdistribusi normal
Dengan kriteria uji sebagai berikut:
Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka Ho ditolak
Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka Ho diterima.
46
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Menguji homogenitas varians skor pretes, postes dan gain kemampuan
pemecahan masalah dan penalaran matematis menggunakan uji Levene.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho: Kedua data bervariansi homogen
Ha: Kedua data tidak bervariansi homogen
Dengan kriteria uji sebagai berikut:
Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka Ho ditolak
Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka Ho diterima.
6) Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya
dilakukan uji kesamaan rataan skor pretes, uji perbedaan rataan skor
postes dan skor gain menggunakan uji-t yaitu Independent Sample T-
Test. Sedangkan untuk data tidak berditribusi normal menggunakan uji
non parametrik yaitu uji Mann Whitney.
7) Melakukan uji perbedaan rataan skor gain kemampuan pemecahan
masalah dan penalaran matematis siswa yang mendapat pembelajaran
dengan pendekatan DI dan pembelajaran konvensional berdasarkan
kategori pengetahuan awal matematis siswa (atas dan bawah). Uji
statistik yang digunakan adalah Uji statistik yang digunakan adalah
analysis of variance (ANOVA) dua jalur dilanjutkan uji Scheffe untuk
melihat letak perbedaanya (untuk data berdistibusi normal dan
homogen). Sedangkan untuk data tidak berdistribusi normal
menggunakan uji non parametrik.
8) Melakukan uji korelasi product momen Pearson skor postes untuk
melihat hubungan antara kemampuan penalaran dan pemecahan masalah
matematis siswa.
E. PROSEDUR PENELITIAN
Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti:
a. Persiapan
47
Candra Ditasona, 2013
Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Telaah literatur
2) Observasi
3) Membuat rencana penelitian.
4) Menyusun instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan:
1) Melakukan tes diagnostik untuk mengetahui perbedaan individual siswa
2) Menentukan kelas kontrol dan eksperimen dari sampel yang ada.
3) Mengadakan tes pengetahuan awal matematis siswa pada kelas
eksperimen.
4) Melakukan pretest pada kedua kelas
5) Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran untuk
masing-masing kelas.
6) Melakukan postest pada kedua kelas.
c. Pengumpulan Data.