bab iii metode penelitian a. 1. lokasi penelitian...
TRANSCRIPT
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN Mandalaherang II, yang
berada di Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Alasan memilih
SDN Mandalaherang sebagai tempat untuk penelitian, karena SD tersebut
memiliki tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan, tidak terlalu jauh
dari perkotaan, dan tidak terlalu dekat dengan perkotaan. Ketika
dilaksanakan penelitian di kelas IV SDN Mandalaherang II pada
pembelajaran bahasa Indonesia, ternyata kelas tersebut memiliki masalah
untuk diperbaiki. Hasil dari data awal yang dilakukan mengenai materi
menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana, masih sangat
kurang memuaskan, siswa banyak yang tidak memenuhi KKM, dan
kemampuan membuat karangannya masih sangat rendah. Oleh karena itu
perlu dilakukannya suatu tindakan untuk memecahkan permasalahan
tersebut, sebagai solusinya peneliti menerapkan metode Toples berbantuan
permainan Cerita Berantai untuk meningkatkan keterampilan menulis
karangan siswa kelas IV di SDN Mandalaherang II.
a. Keadaan Sekolah
Sekolah SDN Mandalaherang II memiliki 9 ruangan, yang terdapat
dari 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, dan 1 ruang
guru yang di dalamnya terdapat ruang tamu, ruang guru dan ruang
kepala sekolah. Ruangan kelas di SDN Mandalaherang II semuanya
layak untuk dijadikan tempat belajar, meskipun masih terdapat
beberapa sarana prasarana yang kurang terpenuhi, seperti media untuk
pembelajaran yang kurang, keadaan bangku sekolah yang rusak,
keadaan pintu dan dinding pembatas kelas banyak yang rusak. Selain
ruang kelas, SDN Mandalaherang II memiliki 1 lapangan, lapangan
tersebut memiliki fungsi ganda, selain untuk berolahraga lapang
tersebut digunakan pula untuk lapangan upacara bendera. Namun
semua permasalahan tersebut tidak terlalu menghambat proses
pembelajaran.
52
Gambar3.1.Denah Sekolah SDN Mandalaherang II
Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang Keterangan:
: SDN Mandalaherang II
1 : Ruang kelas 1
2 : Ruang kelas 6
3 : Ruang kelas 5
4 : Ruang UKS
5 : Ruang kelas 4
6 : Ruang kelas 3
7 : Ruang kelas 2
8 : Ruang Guru dan Kepala Sekolah
9 : Ruang Perpustakaan
Lapangan Olahraga dan UpacaraBendera
1 2 3
5 6 7 8 9
4
SDN Mandalaherang I
SDN
Mandala
herang I
Gerbang
53
b. Keadaan Siswa
Siswa SDN Mandalaherang II dari hasil penjumlahan seluruhnya
memiliki siswa159, dengan jumlah laki-laki 82, dan jumlah perempuan
77.Jumlah kelas di SDN Mandalaherang II terdapat 6 kelas mulai dari
kelas 1-6. Jumlah siswa kelas I terdapat jumlah siswa 26, dengan siswa
laki-laki berjumlah 9 orang dan siswa perempuan berjumlah 17 orang.
Kelas II memiliki jumlah 24 siswa, dengan siswa laki-laki berjumlah 14
orang dan siswa perempuan berjumlah 10 orang. Kelas III memiliki
jumlah 23 siswa, dengan siswa laki-laki berjumlah 13 orang dan siswa
perempuan berjumlah 10 orang.Kelas IV yaitu kelas yang dijadikan
subjek dari penelitian memiliki jumlah siswa 23, dengan siswa laki-laki
berjumlah 16 orang dan siswa perempuan berjumlah 7 orang. Untuk
kelas V memiliki jumlah 37 siswa, dengan siswa laki-laki berjumlah 17
orang dan siswa perempuan berjumlah 20 orang. Terakhirkelas VI yang
memiliki jumlah26 orang siswa, dengan siswa laki-laki berjumlah 14
orang dan siswa perempuan berjumlah 12 orang. Total akhir dari semua
jumlah siswa yang terdapat dari kelas 1-6 memilki jumlah siswa 159.
Berikut daftar tebel jumlah siswa dari kelas 1-6:
Tabel 3.2Daftar Siswa SDN Mandalaherang II
Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang
No. Kelas Banyak Siswa
Laki-laki
Banyak Siswa
Perempuan
Jumlah
Keseluruhan
1. I 9 17 26
2. II 14 10 24
3. III 13 10 23
4. IV 16 7 23
5. V 17 20 37
6. VI 14 12 26
Jumlah 81 77 159
c. Keadaan Personil
Personil yang terdapat di SDN Mandalaherang II
berjumlah 15 orang, dengan terdapat 1 kepala sekolah, 13
guru, dan 1 penjaga sekolah. Guru kelas di SDN
Mandalaherang II terdapat guru yang bertugas menjadi wali
kelas berjumlah 6 orang, guru olahraga 1 orang, guru agama 1
orang, guru mulok 4 orang dan sisanya 1 orang guru operator
54
sekolah. Berikut daftar nama dari pengajar dan staf SDN
Mandalaherang II Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang:
Tabel 3.3.Daftar Nama Guru dan Penjaga SDN Mandalaherang II
KecamatanCimalakaKabupatenSumedang No Nama NIP Golongan Jabatan Pendidikan
1. UJU JUNAEDI, S.Pd. 196003261984121002 IV/a Kepala
Sekolah S-1
2. MARTINI, S.Pd. 195803281978032003 IV/a Guru Kelas S-1
3. YEYEN SRI
MULYANI S., S.Pd. 19600817198201206 IV/a
Guru Kelas S-1
4. NUR ASIH, S.Pd. 196208111983052005 IV/a Guru Kelas S-1
5. SITI HASANAH,
S.Pd. 196401061986102001 IV/a Guru Kelas S-1
6. ROHIMAH, S.Pd.I. 196606081986102003 IV/b Guru PAI S-1
7. WAWAN SUKAMA,
S.Pd. 196711102000121002 III/b
Guru
PJOK S-1
8. ANAH ROHANAH,
S.Pd. 197005032003122005 III/b Guru Kelas S-1
9. RISA MARINI
YONITA, S.Pd. 198604072009022002 III/b Guru Kelas S-1
10. NINING, A.Ma.Pd. Guru
Mulok D-2
11. RIA ARDHYA
GARINI, S.Pd.
Guru
Mulok S-1
12. TETY ROSSIVA,
S.Pd.I.
Guru
Mulok S-1
13. ASEP GINANJAR,
S.Pd.
Operator S-1
14. AMI NURUTAMI
NANDITA, S.Pd.
Guru
Mulok S-1
15. TATIS SUPRIADI 196307071994121001 Penjaga SMP
2. Waktu Penelitian
Data awal dilakukan pada hari Selasa tanggal 22
November 2016 pada materi menyusun karangan tentang
berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan
ejaan, yang dilakukan di SDN MandalaherangII, Kecamatan
Cimalaka Kabupaten Sumedang. Penelitian ini dilaksanakan
perkiraan waktu selama enam bulan yang akan datang terhitung
dari bulan Januari 2017 sampai Juni 2017.
55
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dilakukan adalah siswa kelas IV SDN
Mandalaherang II, yang berada di Kecamatan Cimalaka, Kabupaten
Sumedang. Jumlah siswa di kelas IV terdapat 23 orang siswa,
dengan jumlah siswa laki-laki 16 orang, dan siswa perempuan 7
orang.
Tabel3.4.DaftarSiswaKelas IV SDN Mandalaherang II
No. Nomor
Induk Siswa Nama Siswa
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
1. 131401002 Ahmad Sudrajat L -
2. 131401003 Aldi Surya L -
3. 131401004 Anisa Ameliani Putri - P
4. 131401005 A. Anurrohman L -
5. 131401006 AuliaAzahra - P
6. 131401007 DeviraAnindya - P
7. 131401008 FaizanNurrizqi L -
8. 131401009 FajarLesmana L -
9. 131401011 GhinaStania N. R. - P
10. 131401012 Gevandra Galang G. L -
11. 131401013 HelmiArya Nugraha L -
12. 131401014 IneuFitriAulia - P
13. 131401015 Kukuh Perkasa L -
14. 131401016 M. Daffa Ardiansyah L -
15. 131401017 M. Fadli Gustianto L -
16. 131401018 MuhamadFawwaz L -
17. 131401019 MuhamadHafizh R. L -
18. 131401020 M. SahrunAzis L -
19. 131401021 Ridwan Abdul Fajar L -
20. 131401022 Sri Nuralin - P
21. 131401023 Wanda Maharani - P
22. 151603029 Endru M. Fitriah L -
23. 161704030 Zhafir Muhamad
Zubair L
-
Jumlah 16 7
Jumlah Siswa (%)
69,56 % 30,44%
100%
Jumlah Siswa 23
Penelitian dilakukan di kelas IV SDN Mandalaherang II, jumlah
siswa kelas IV pada data awal terdapat 23 siswa dengan jumlah
siswa laki-laki 16 orang dan siswa perempuan 7 orang.Namun pada
56
bulam Maret terdapat satu siswa laki-laki yang dinyatakan pindah
sekolah dengan nama Endru M. Fitriah, sehingga jumlah siswa di
kelas IV menjadi 22 orang siswa, dengan jumlah siswa laki-laki 15
orang, dan jumlah siswa perempuan 7 orang.
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalahPenelitian Tindakan
Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian berbasis kelas, atau penelitian
yang dilakukan di suatu kelas.PTK memiliki tujuan untuk memperbaiki
pembelajaran yang kurang baik atau kurang memuaskan, proses perbaikan
tersebut dilakukan mulai dari proses maupun hasil dari
pembelajarannya.Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto, S. dkk (2015,
hlm. 1) “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memaparkan
terjadinya sebab akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja
yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses
sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan
tersebut”.
Selain menurut para ahli di atas, terdapat pula pemaparan dari
peneliti yang telah melakukan penelitian sebelumnya dengan menerapkan
PTK. Halimah, H. dkk. (2016, hlm. 653)menyatakan bahwa
“Metodepenelitiantindakankelasdilaksanakan guru
untukmemecahkanmasalah-masalahpembelajaran yang dihadapioleh guru,
memperbaikimutudanhasilpembelajaran, danmencobakanhal-
halbarupembelajaran demi peningkatanmutudanhasilpembelajaran”.
PTK merupakan proses yang bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran yang terdapat di suatu kelas, dalam pelaksanaan PTK siswa
akan melakukan suatu tindakan, sedangkan guru yang akan melaksanakan
penelitiannya. Menurut Sumadayo, S. (2013, hlm. 20)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian
yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk
memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh
guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan
hal-hal baru pembelajaran demi meningkatkan mutu dan hasil
pembelajaran.
57
Aspek yang diperbaiki dalam PTKmanfaatnya akan dirasakan
bukan oleh siswa saja, numun guru pun akan merasakan manfaatnya,
karena dalam PTK guru akan memperbaiki praktik pembelajaran sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik, selain itu guru dapat
meningkatkan suatu metode ketika mengajar, sehingga guru akan
diberikan kemudahan untukmenyampaikan pembelajaran.Seperti menurut
Hanifah, N. (2014, hlm. 10), dengan diterapkannya PTK akan memberikan
manfaat sebagai berikut:
a) Inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah, karena guru adalah
ujung tombak pelaksana lapangan;
b) Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dijadikan sumber
masukan dalam rangka melakukan pengembangan kurikulum.
c) Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas untuk
kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas.
d) Peningkatan profesionalisme guru.
2. Desain Penelitian
Desain yang dilakukan peneliti dalam PTK (Penelitian Tindakan
Kelas) menggunakan model Spiral dari Kemmis dan Taggart tahun 1988.
Menurut Wiriaatmadja, R. (2005, hlm. 66). “model Spiral ini memiliki
empat tahapan, yaitu tahap perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan
(observe), dan refleksi (reflect)”. Tahapan model Spiral tersebut memiliki
keterkaitan satu sama lain, dan tahapan tersebut dapat dipandang sebagai
satu siklus. Seperti menurut peneliti yang telah melakukan penelitian
sebelumnya menggunakan model Spiral dari Taggart. Yulianingtyas, A.
dkk. (2016, hlm. 284) menyatakan bahwa:
Desain penelitian yang dipilih yaitu model Kemmis dan Mc
Taggart terdiri dari empat langkah yaitu mulai dari perencanaan
(planning), tindakan (action), observasi (observing), refleksi
(reflecting), dan perencanaan kembali. Tahapan tersebut dilakukan
pada setiap siklus sampai tujuan penelitian dapat tercapai.
Jumlah siklus dalam penelitian sesungguhnya tergantung dari hasil
pencapaiannya, apabila hasil dari siklus pertama yang dilakukan belum
memenuhi target pencapaiannya, maka harus disusun kembali untuk
melanjutkan siklus sampai penelitiannya dapat mencapai target.Keempat
58
tahapan pada satu siklus tersebut memiliki keterkaitan satu sama
lain,seperti yang dilihat dari bagan model Spiral berikut:
Gambar 3.2.Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (1988)
Sumber: Wiriaatmadja, R. (2005, hlm. 66)
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap dari perencanaan tindakan yaitu melakukan segala suatu yang
dirasa penting untuk penelitian seperti merancang dan merencanakan suatu
persiapan untuk penelitian dilakukan. Tahapan tersebut yaitu:
a. Melakukan kunjungan ke SDN Mandalaherang II dan melakukan
perizinan kepada kepala sekolah dan wali kelas IV.
b. Melakukan wawancara kepada wali kelas IV dengan tujuan mencari
informasi mengenai permasalahan atau kendala-kendala yang terjadi
pada pelajaran bahasa Indonesia di kelas tersebut.
c. Melakukan persiapan mengenai alat pengumpulan data yang akan
dilakukan untuk memperoleh data awal penelitian, berupa format
observasi kinerja guru, catatan anekdot, dan lembar tes hasil belajar
siswa.
d. Melakukan penelitian data awal yang dilaksanakan di kelas IV
mengenai pembelajaran menyusun karangan.
59
e. Melakukan pengolahan data mengenai berbagai instrumen penelitian
yang telah diberikan dan merumuskan permasalahan yang harus
diperbaiki.
f. Melakukan perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode
Toples berbantu Permainan Cerita Berantai untuk meningkatkan
keterampilan menulis karangan.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti harus sudah merancang suatu kegiatan
pembelajaran yang nantinya akan dijadikan perbaikan dalam
pembelajarannya. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran materi menulis
karangan peneliti menggunakan metode Toples berbantu Permainan Cerita
Berantai untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan. Berikut
langkah pembelajarannya:
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengucapkan salam.
2) Guru meninta siswa untuk berdoa.
3) Guru mengecek kehadiran siswa.
4) Guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar.
5) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya: “siapa yang ketika
liburan tahun baru pergi berlibur? Kemana kalian pergi berlibur?”
6) Guru bertanya mengenai pengalaman yang mereka lakukan ketika
pergi berlibur.
7) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu menyusun
karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan
penggunaan ejaan.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, setiap anggota kelompok
terdapat 4 orang siswa dan ada yang terdapat 3 orang siswa.
2) Guru menjelaskan langkah-langkah penulisan karangan yang harus
diperhatikan oleh siswa.
3) Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai ejaan yang harus
diperhatikan ketika menulis karangan.
60
4) Siswa diberikan soal teks yang penggunaan ejaannya masih salah,
siswa diminta membetulkan teks yang salah tersebut / mengoreksi
teks. Kemudian siswa diberikan kertas panduan mengenai ejaan,
yang di dalamnya terdapat materi mengenai ejaan yaitu huruf
kapital, tanda titik dan koma. Dengan kertas panduan tersebut akan
memudahkan siswa untuk berdiskusi mengenai ejaan, sehingga
ketika berdiskusi tidak melibatkan guru, dan ketika melaksanakan
pembelajaran siswa lebih aktif untuk mencari tahu, tugas guru
hanya mengawasi jalannya pembelajaran.
5) Guru menerapkan metode Toples (Two Stay Two Stray), langkah
pembelajarannya yaitu dua orang siswa dari masing-masing
anggota kelompok diminta untuk meninggalkan kelompok asal dan
bertamu menuju kelompok lain. Sedangkan dua anggota lagi
bertugas untuk menerima tamu dari anggota kelompok lain. Tujuan
dari bertamu yaitu untuk mendapatkan informasi, ide, bahkan
pengetahuan baru dari kelompok lain, dengan cara berdiskusi dan
mengoreksi teks yang penggunaan ejaannya masih salah. Siswa
diminta membetulkan soal yang salah tersebut dengan berdiskusi
bersama teman dan saling bertukar pikiran atau ide. (Two Stay Two
Stray)
6) Sistem bertamu dari metode Two Stay Two Stray yaitu, kelompok
satu bertamu pada kelompok dua, kelompok dua pada kelompok
tiga, kelompok tiga pada kelompok empat, hingga selanjutnya
sampai kelompok terakhir yaitu kelompok enam pada kelompok
satu.
7) Setelah siswa mengoreksi teks yang salah selanjutnya dua orang
siswa yang telah bertamu kembali pada kelompok asal, siswa
diminta untuk berdiskusi ulang bersama kelompok asal mereka,
dan saling bertukar pikiran mengenai apa yang telah dipelajarinya
setelah berdiskusi dengan kelompok lain. (Two Stay Two Stray)
8) Guru menerapkan kembali metode Toples dengan metode
Examples Non Examples,untuk memudahkan siswa untuk membuat
61
kerangka karangan, sebelum memulai metode siswa diberikan
contoh terlebih dahulu mengenai gambar yang terdapat pertanyaan
beserta jawaban 5W1H, sehingga dapat memudahkan siswa
memahami tugas yang diberikan guru. (Tahap Pramenulis)
9) Selanjutnya siswa diberikan gambar yang terdapat pertanyaan
5W1H sesuai dengan gambar, siswa bersama kelompok secara
berdiskusi diminta untuk menjawab soal tersebut, cara
menjawabnya siswa harus bergantian bersama anggota
kelompoknya, sehingga tidak ada yang tidak bekerja ketika
mengerajakan tugas kelompok.(Examples Non Examples)
10) Setelah mengerjakan pertanyaan 5W1H yang sesuai dengan
gambar, siswa diberikan pemahaman bahwa setiap pertanyaan dari
gambar tersebut, jawabannya akan dijadikan kerangka karangan
untuk karangan yang akan mereka buat.(Examples Non Examples)
11) Setelah selesai berdiskusi mengenai metode Toples, guru melatih
siswa untuk membuat karangan dengan menerapkan permainan
“Cerita Berantai”.
a) Guru bertanya kepada siswa mengenai kerangka karangan
yang mereka dapatkan dari kesimpulan jawaban pada gambar
yang mereka isi atau dari jawaban pertanyaan 5W1H, jawaban
tersebut akan dijadikan kerangka karangan untuk permainan
cerita berantai. (Permainan Cerita Berantai)
b) Kemudian guru menyiapkan kertas origami yang dibagikan
pada setiap kelompok, mereka harus mengisi kerangka
karangannya pada kertas tersebut, kertas origami tersebut
nantinya akan diisi dengan karangan siswa dengan cara siswa
berbaris di depan kelas, sehingga siswa bisa mengarang cerita
secara berantai. Ketika menulis karangan secara berkelompok,
siswa harus memperhatikan penggunaan ejaan huruf kapital,
tanda titik dan tanda koma. (Permainan Cerita Berantai)
c) Pembagian gambarnya kelompok 1 akan membuat karangan
yang sesuai dengan gambar no 1, kelompok 2 sesuai dengan
62
gambar no 2, dan seterusnya sampai kelompok terakhir yaitu
kelompok 6 membuat karangan sesuai gambar no 6.
(Permainan Cerita Berantai)
d) Sebelum memulai permainan siswa harus menuliskan kerangka
karangannya yang sesuai dengan gambar yang sudah
dibagikan, misalnya saja kelompok 1 menuliskan kerangka
karangan yang terdapat pada jawaban 5W1H gambar no 1,
kelompok 2 menuliskan kerangka karangan yang terdapat pada
jawaban 5W1H gambar no 2, dan seterusnya.
e) Peraturan permainannya dimulai bersama-sama dengan cara
siswa berbaris satu persatu untuk menulisakan karangannya
satu atau lebih dari dua kalimat, ketika siswa menulis karangan
diberikan waktu 20 detik per orang, ketika waktu habis maka
dilanjutkan oleh siswa pada barisan kedua, begitu pun untuk
selanjutnya.
f) Karangan yang ditulis siswa harus sesuai dengan kerangka
karangan yang terdapat dari gambar, kalimatnya harus runtut,
dan sesuai dengan kalimat sebelumnya yang ditulis oleh
temannya. Setiap anggota yang berjumlah 4 orang boleh
menuliskan kalimatnya lebih atau hanya 5 kalimat, dan
kelompok yang berjumlah 3 orang boleh menuliskan
kalimatnya lebih atau hanya 4 kalimat. (Permainan Cerita
Berantai)
g) Pelaksanaan permainannya dilakukan secara berbaris bersama-
sama, dan menuliskan karangannya secarra bergantian,
sehingga tidak terdapat kelompok yang diam, permainan ini
dilakukan dengan cara berlomba.
h) Setelah selesai berdiskusi mengenai metode Toples, guru
melatih siswa untuk membuat karangan dengan menerapkan
permainan “Cerita Berantai”, tujuannya untuk
mengembangkan kerangka karangan yang terdapat dari metode
Toples Examples Non Examples. (Tahapan Penderafan)
63
12) Setelah diumumkan pemenangnya, siswa diminta mengoreksi hasil
dari karangannya. (Tahapan Perbaikan)
13) Setelah selesai mengoreksi siswa diminta merevisi hasil
karangannya. (Tahapan Penyuntingan)
14) Kelompok yang berhasil memenangkan hadiah perwakilannya,
diminta untuk membacakan karangan dari semua kelompok.
(Tahapan Publikasi)
c. Kegiatan akhir
1) Guru memberikan tindak lanjut mengenai materi yang belum
dipahami oleh siswa.
2) Setelah selesai guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
3) Guru memberikan evaluasi, siswa diminta membuat kerangka
karangan dan karangannya dengan memperhatikan ejaan huruf
kapital dan tanda titik.
4) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
3. Tahap Obeservasi
Observasi merupakan tahap untuk pengamatan kinerja guru dan
aktivitas siswa yang dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran. Observer
diminta untuk mengisi format kinerja guru dan aktivitas siswa dengan
menggunakan alat indranya, karena observer harus bisa langsung
merasakan, melihat, dan memperhatikan sendiri proses dari penelitian
yang dilaksanakan oleh peneliti. Observer harus mencatat hal-hal yang
dianggap penting ketika mengobservasi penelitian,tujuan dari tahap ini
peneliti dapat mengetahui kekurangan, kelebihan bahkan kesalahan yang
dilakukan peneliti selama penelitiannya berlangsung.
64
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), peneliti diminta mengumpulkan data dari observasi yang berupa
lembar observasikinerja guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar
catatan lapangan, dan pedoman hasil wawancara yang telah dilakukan,
kemudian data tersebut di analisis untuk mengetahui tahap perkembangan
siswa. Apabila hasil dari pembelajarannya yang diteliti belum mencapai
target maka harus ditambahkan lagi siklus pembelajarannya. Siklus dapat
bertambah tergantung dari target pencapaian, apabila target belum tercapai
maka siklus akan terus bertambah.
E. Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas membutuhkan suatu teknik pengumpulan
data dan alat untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpul data merupakan
cara yang digunakan untuk mendapatkan sejumlah informasi yang diperlukan
dalam penelitian, sedangkan alat untuk pengumpulan data disebut instrumen.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menganalisis data yang didapat dari
hasil wawancara serta catatan lapangan yang selanjutnya dideskripsikan
melalui pemaparan, misalnya teknik yang digunakan adalah observasi, maka
instrumennya adalah lembar observasi.
1. Teknikpengumpul data
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik dalam pengolahan data
penelitian tindakan kelas, observasi ini dalam pengamatannya
menggunakan seluruh indra yang terdapat dalam diri manusia.
Observasi ini dilakukan untuk melihat kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh seorang guru. Menurut Best (dalam Hanifah, N. 2014,
hlm. 65) berpendapat bahwa “observasi dilakukan untuk mengamati
dan mengetahui aktivitas dan kinerja guru dalam proses pembelajaran”.
Dengan observai peneliti bisa mengetahui berbagai macam kekurangan
dan kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran.Observasi ini sangat
penting untuk dilakukan, karena dengan observasi peneliti dapat
65
mengetahui permasalah yang terjadi pada tujuan yang akan dilakukan
pada penelitiannya.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk melakukan suatu
pengolahan data, wawancara juga digunakan peneliti untuk
memperoleh informasi dengan cara bertanya langsung kepada
responden. Sumber dari penelitian ini yaitu guru dan juga siswa, yang
sekaligus merupakan objek dari penelitian yang akan dilakukan.
Menurut Denzin (dalam Wiriaatmaja, R. 2005, hlm. 117) “wawancara
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada
orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau
penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Menurutnya terdapat tiga
wawancara, yaitu wawancara baku dan tidak baku, wawancara baku
dan tidak terjadwal, serta wawancara tidak baku.” Wawancara ini
merupakan alat penelitian yang relevan karena dilakukan langsung pada
sumber penelitian.
c. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa Menurut Sudjana (dalam Hanifah, N. 2014, hlm. 69) mengatakan
bahwa, “Tes sebagai alat penilaian belajar adalah pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban
dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes
tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)”. Tes digunakan
untuk mengukur peningkatan kemampuan siswa dari kemampuan
awalnya hingga kemampuan pada saat berhentinya tindakan penelitian.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan teknik yang digunakan untuk
mencatat informasi yang didapatkan ketika penelitian. Menurut
pendapat Wiriaatmadja, R. (2005, hlm.125) “Catatan lapangan memuat
deskriptif berbagai kegiatan suasana kelas, iklim sekolah,
kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial, dan nuansa-nuansa
lainnya”. Dengan catatan lapangan peneliti dapat merefleksi diri
66
terhadap tindakan yang telah dilakukan, apabila tidak mencapai target
maka perlu dilakukan tindakan selanjutnya.
2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan ketika peneliti melaksanakan
observasi secara langsung, dengan lembar observasi akan membantu
peneliti dalam mengumpulkan hasil penelitiannya, misalnya
mengumpulkan data dari objek yang sedang ditelitinya.Melalui lembar
observasi peneliti dapat mengetahui hal-hal yang terjadi dalam
penelitiannya, selain itu dapat merekam data yang digunakan sebagai
hasil dari kinerja guru dan aktivitas siswa dalam penelitian.
b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara dilakukan dengan cara memberikan
pertanyaan kepada sumber. Wawancara yang dilakukan berisikan
pertanyaan untuk memperoleh informasi mengenai kesulitan, atau
kesan guru dan juga siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Dengan
wawancara peneliti dapat mengetahui hal yang sering terjadi ketika
pembelajaran dilaksanakan, sehingga peneliti akan mendapatkan
informasi lebih banyak mengenai penelitiannya.
c. Lembar Soal
Lembar soal merupakan pengumulan data yang berisikan
pertanyaan singkat mengenai uraian, esai, maupun pilihan ganda.
Dalam lembar soal ini dilakukan untuk mengevaluasi dan mengetahui
hasil dari suatu pembelajaran. Sehingga peneliti dapat mengetahui
kemampuan siswa ketika menulis karangan.
d. Lembar Catatan Lapangan
Lembar catatan lapangan merupakan alat pengumpulan data yang
berisikan informasi mengenai proses pelaksanaan penelitian. Dalam
catatan lapangan ini difokuskan atau lebih diberikan pada kinerja yang
telah dilakukan guru dan aktivitas siswa sehingga catatan lapangan ini
akan terlihat mengenai kejadian pada saat proses pembelajaran. Dengan
67
lembar catatan lapangan, peneliti dapat mengetahui permasalahnn yang
terjadi ketika pembelajaran dilaksanakan.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang dilakukan untuk
memperoleh data dari hasil penelitian yang akan diolah. Data yang
diperoleh tersebut merupakan data dari hasil observasi, wawancara, catatan
lapangan, dan data hasil tes belajar yang dilakukan oleh siswa. Data yang
akan diolah dalam penelitian ini yaitu data proses dan data hasil. Data
proses didapat melalui lembar observasi kinerja guru, lembar catatan
lapangan aktivitas siswa, dan hasil wawancara. Sedangkan data hasil
didapat melalui hasil tes belajar siswa. Berikut pemaparannya:
a. Pengolahan Data Proses
Pengolahan data proses pada penelitian yang dilakukan,
penelitiannya menggunakan lembar observasi kinerja guru, lembar
observasi aktivitas siswa, lembar catatan lapangan, dan pedoman hasil
wawancara.
Pengolahan data yang pertama, yaitu observasi kinerja guru, aspek
yang dinilainya mencangkup perencanaan dan pelaksanaan kinerja guru
ketika pembelajaran. Cara penghitungan untuk hasil dari data kinerja
guru yaitu dengan melakukan persentasi terhadap jumlah skor yang
didapatkannya, dengan cara sebagai berikut:
Jumlahskor yang diperoleh
Jumlahskor ideal
Setelah selesai melakukan penghitungan untuk hasil dari data
kinerja guru, kemudian melakukan penilaian.Penilaian untuk persentasi
observasi kinerja guru menurut Hanifah, N. (2014, hlm. 80), dilakukan
dengan menghitung kriteria persentase observasi kinerja guru, sebagai
berikut:
x 100 % PersentaseSkor :
68
Tabel3.5.KriteriaPersentaseObservasi KinerjaGuru
RentangPenilian Kriteriapenilaian
81 % - 100% BaikSekali
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang
0% - 20% KurangSekali
Pengolahan data yang kedua, yaitu mengenai pengolahan data
observasi aktivitas siswa, tujuan dari lembar observasi aktivitas siswa
yaitu untuk menilai aktivitas siswa ketika dilaksanakannya
pembelajaran dalam setiap siklus.Aspek yang dinilai dari lembar
observasi aktivitas siswa yaitu mengenai ketelitian, keaktifan dan
kerjasama siswa ketika melaksanakan pembelajaran. Jumlah skor yang
telah didapatkan dipersentasekan menggunakan perhitungan yang
hampir sama dengan persentase kinerja guru, begitu pun cara
penghitungan kriteria observasi siswa hampir sama dengan cara
penghitungan observasi kinerja guru.
Pengolahan data yang ketiga, yaitu mengenai
lembarcatatanlapangan. Tahapini memiliki tujuan untuk menambah
data yang tidak terdapat dalam pedoman observasi, sehingga akan
menambah informasi yang akan dibutuhkan selama penelitian.
Untukpengolahan data yang keempat atau terakhir, yaitu
pedomanhasilwawancara,
untukhasilnyadapatdiolahdandinalisiskedalambentukdeskripsi yang
kemudianakandituangkandalambentuklembarhasilwawancara.
b. Pengolahan Data Hasil
Pangolahan data hasil dari penelitian dilakukan dengan cara
memberikan test kepada siswa, tujuan dari test tersebut yaitu untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan
mengenai menyusun karangan. Dalam penilaiannya terdapat delapan
aspek yang dinilai untuk menyusun karangan, tiga aspek dalam ranah
pengetahuan dan lima aspek dalam ranah keterampilan. Untuk ranah
pengetahuan, aspek yang dinilai yaitu pembuatan kerangka karangan,
69
Kesesuaian karangan denganlangkahpenulisankerangkakarangan,
penggunaanhurufkapital, penggunaan tanda titik, serta
penggunaantanda koma. Sedangkan ranah keterampilan aspek yang
dinilai terdapat tiga aspek, yaitu ketelitian siswa, keaktifan siswa, dan
kerja sama siswa ketikapelaksanaan
pembelajaran.Rentangskorpadasetiapaspekadalah 0-3,
kriteriaindikatordalampenskoransetiapaspekterdapatpada format
penilaianhasiltesbelajarsiswa
(terlampir).Nilaiakhirdidapatdarijumlahskor yang
diperolehsiswadibagiskor ideal dikali 100.
Penilaian untuk menafsirkan tuntas atau tidaknya nilai yang
diperoleh siswa, ditentukan oleh pencapaian kriteria ketentuan
minimum (KKM), dengan jumlah nilai 70. Penentuan KKM diperoleh
dari kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa, ketiganya sangat
berkaitan erat sekali untuk memenuhi nilai KKM yang akan ditentukan
pada pembelajaran bahasa Indonesia, selain itu ketiga kriteria tersebut
akan menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih terarah, karena
ketiganya sangat penting sekali untuk proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Berikut ketiga kriteria tersebut:
1) Kompleksitas
a) Kompleksitas berhubungan dengan tingkat kesulitan atau
kerumitan materi.
b) Kompleksitas berhubungan dengan guru pada saat memahami
kompetensi pembelajaran, dan menyampaikan materi pembelajaran
dengan inovasi dan kreatifitas yang tinggi.
c) Kompleksitas berhubungan dengan penalaran dan kecermatan
siswa ketika memahami pembelajaran.
2) Daya Dukung
a) Daya dukung berhubungan dengan kemampuan sumber daya
pendukung dilihat dari tenaga pendidik.
b) Daya dukung berhubungan dengan sarana juga prasarana.
70
c) Daya dukung berhubungan dengan lingkungan sekolah yang
mendukung pada saat pembelajaran dilaksanakan dan juga
mengenai manajemen sekolah.
71
3) Intake Siswa
a) Intake siswa berhubungan dengan tingkat kemampuan siswa ketika
bernalar dengan tinggi.
b) Intake siswa berhubungan dengan keaktifan siswa selama
pembelajaran.
c) Intake siswa berhubungan dengan kecakapan siswa dan
keterampilannya ketika menerapkan konsep atau memahami
pembelajaran.
KKM diperoleh dari hasil menjumlahkan kompleksitas, daya
dukung dan intake yang dibagi 3, dengan rumus sebagai berikut.
Nilai =
Kriteriauntukpenilaiankompleksitas, dayadukung, serta intake
siswaberdasarkan KTSP:
Tabel 3.6.RentangNilaiKriteriaKetuntasan Minimum (KKM)
Kriteria Rentang Skor Kategori
Kompleksitas
50-64 Tinggi
65-80 Sedang
81-100 Rendah
Daya Dukung
81-100 Tinggi
65-80 Sedang
50-64 Rendah
Intake Siswa
81-100 Tinggi
65-80 Sedang
50-64 Rendah
Berikutmerupakanpenentuankriteriaketuntasan minimum (KKM)
padaketerampilanmenyusunkarangan di Kelas IV SDN Mandalaherang
II KecamatanCimalakaKabupatenSumedang:
72
Tabel3.7.Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
KompetensiDasar
Kriteria Ketuntasan Minimum
Jumlah Kompleksitas DayaDukung
Intake
Siswa
Menyusun
karangan tentang
berbagai topik
sederhana dengan
memperhatikan
penggunaan ejaan.
70 70 70 70
KKM 70
Standar kompetensi dasar menulis karangan memiliki kriteria:
Kompleksitas sedang : 70
Daya dukung sedang : 70
Intake siswa sedang : 70
70 + 70 + 70
3
Keterangan:
Jikasiswamendapatnilai maka dinyatakan tuntas.
Jika siswamendapatnilai<70makadinyatakantidaktuntas.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan proses untuk menyatukan hasil dari
beberapa data yang telah diperoleh dengan cara pengelompokkannya,
dengan tujuan untuk memudahkan membaca suatu data. MenurutMoleong
(dalamHanifah, 2014, hlm. 75) “Proses analisis data
dimulaidenganmenelaahseluruh data yang tersediadariberbagaisumber,
yaituwawancara, hasilpengamatan yang
sudahditulisdalamcatatanlapangan, gambarfoto, dansebagainya.” Analisis
data dapat dilakukan untuk setiap tahapan penelitian agar data yang satu
dan yang lainnya menjadi satu kesatuan utuh, dengan begituanalisis dari
data yang telah dikelompokkan akan menjadi suatu alat kontrol bagi data
yang telah diperoleh sebelumnya.
G. Validasi Data
= 70 KKM
=
73
Validasi data dapat mengetahui validasi peneliti atau kebenaran dari
suatu data yang ditelitinya, dengan validasi peneliti juga dapat mengetahui
data yang diperolehnya valid atau tidak, karena data yang valid akan
dinyatakan sahih dan dapat digunakan dalam suatu penelitian.
MenurutHopkins (dalamWiriaatmadja, R. 2005, hlm. 168) “validasi data
penelitian memiliki beberapa yaitu, Member chek,Member
check,Triangulas,Saturasi, Eksplanasisaingan, Audit trail,Expert opinion,
Key responden review”.Berdasarkan keenam bentuk validasi data diatas,
maka dalam melakukan penelitian digunakan 3 bentuk validasiyaitu,Member
chek,Triangulas, dan Expert
Opinion.Berikutalasanmengapapenelitimenggunakan3validasi data
tersebutdalampenelitiannya:
1. Member check
Member check digunakan karena pada penelitiannya instrumen
data yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu lembar obervasi
kinerja guru dan aktivitas siswa selain itu terdapat juga wawancara, lembar
catatanlapangan dan lembar soal. Sehingga peneliti memeriksa
kebenarannya melalui wawancara kepada guru atau wali kelas IV yang
sudah mengetahui lebih mendalam mengani kelas tersebut.
2. Triangulasi
Triangulasi digunakan karena pada penelitian data hasil yang
diperolehnya dapat dibandingkan dengan mitra yang turut serta dalam
penelitian, dengan begitu kebenarannya dapat teruji, namun jika terdapat
perbedaan data maka dapat dijadikan data yang mendukung penelitian.
3. Expert Opinion
Expert Opinion digunakan karena peneliti masih harus
melakasanakan bimbingan atau arahan mengenai penelitian yang
dilakukannya, dengan bimbingan tersebut dapat menjadi masukan atau
saran bagi peneliti untuk mengetahui kebenaran atau kesalahan yang
dilakukannya. Hal tersebut bertujuan untuk menambah suatu kepercayaan
bagi peneliti.