bab iii metode penelitian 3.1 metode...

22
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam latar belakang masalah telah diuraikan bahwa pembelajaran kritis dengan metode problem solving dimugkinkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran ekonomi. Dengan kata lain, terdapat hubungan sebab akibat antara pembelajaran ekonomi dengan menggunakan metode problem solving dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X. Berdasarkan hal ini, dengan melihat adanya hubungan sebab akibat antara pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik, maka penelitian ini disebut penelitian eksperimen (experimental research). Penelitian eksperimen merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat (Nana Syaodih, 2012:194). Penelitian eksperimen terbagi menjadi 2 (dua), yakni eksperimen murni dan kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Pada kuasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya (Ruseffendi, 2005:52). Artinya penelitian ini dilaksanakan pada kondisi suasana kelas normal yang sudah ada di SMA Negeri 11 Pekanbaru tanpa mengubah komposisi kelas yang sudah ada tanpa adanya penugasan secara acak baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. 3.2 Desain Penelitian Jenis desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design yang merupakan bagian dari metode penelitian kuasi eksperimen. Dimana kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi

Upload: trinhhanh

Post on 14-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam latar belakang masalah telah diuraikan bahwa pembelajaran kritis

dengan metode problem solving dimugkinkan dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dalam pembelajaran ekonomi. Dengan kata lain, terdapat hubungan

sebab akibat antara pembelajaran ekonomi dengan menggunakan metode problem

solving dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X.

Berdasarkan hal ini, dengan melihat adanya hubungan sebab akibat antara

pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving terhadap peningkatan

kemampuan berpikir kritis peserta didik, maka penelitian ini disebut penelitian

eksperimen (experimental research). Penelitian eksperimen merupakan pendekatan

penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan

untuk menguji hubungan sebab akibat (Nana Syaodih, 2012:194). Penelitian

eksperimen terbagi menjadi 2 (dua), yakni eksperimen murni dan kuasi eksperimen.

Dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen

dengan pendekatan kuantitatif. Pada kuasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan

secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya (Ruseffendi, 2005:52).

Artinya penelitian ini dilaksanakan pada kondisi suasana kelas normal yang sudah

ada di SMA Negeri 11 Pekanbaru tanpa mengubah komposisi kelas yang sudah ada

tanpa adanya penugasan secara acak baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas

kontrol.

3.2 Desain Penelitian

Jenis desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Nonequivalent Control Group Design yang merupakan bagian dari metode penelitian

kuasi eksperimen. Dimana kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi

47

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanpa acak (without random assignment). Pada kedua kelompk tersebut sama-sama

diberikan pretest dan posttest. Hanya kelompok eksperimen saja yang diberikan

treatment, dengan rancangan sebagai berikut (Creswell, 2010:242):

Tabel 3.1

Desain Quasi Eksperimen

Keterangan:

O1 = Pretest / tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

O2 = Posttest / tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

X = Perlakuan dengan pembelajaran metode Problem solving

Pada desain ini, setiap kelompok masing-masing diberi tes awal/Pretest (O1)

dan setelah diberi perlakuan diukur dengan tes akhir/Posttest (O2). Hal ini dilakukan

untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta

didik sebelum dan sesudah pembelajaran.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian kemampuan berpikir kritis ini adalah seluruh peserta

didik kelas X pada SMA Negeri 11 Pekanbaru yang penelitiannya dilaksanakan pada

pertengahan semester II (genap). Kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih dari

kelas yang telah ada. Karena desain penelitian menggunakan desain ”Kelompok

Kontrol Non-Ekuivalen”, maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan

teknik “Purposive Sampling”, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 126). Informasi awal dalam pemilihan

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 O2

48

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan dari guru bidang studi ekonomi

sebelumnya. Agar penentuan sampel tidak bersifat subjektif, maka pertimbangan

dalam menentukan sampel juga didasarkan pada perolehan nilai ekonomi peserta

didik pada ujian tengah semester.

Ada beberapa alasan dalam pemilihan subjek penelitian tersebut, yaitu:

a. SMA Negeri 11 Pekanbaru Provinsi Riau termasuk salah satu SMA yang belum

menerapkan Kurikulum 2013 (dalam rangka persiapan penerapan Kurikulum

2013).

b. Dipilih Kelas X, dengan asumsi bahwa mereka dengan cepat dapat beradaptasi

dengan Kurikulum 2013 yang sudah menekankan pada pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual. Penelitian ini berfokus pada kemampuan berpikir kritis

peserta didik SMA melalui pembelajaran dengan metode Problem solving

c. Dipilih Kelas X, karena sudah mendapatkan izin dari pihak sekolah sehingga

hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat dilihat secara nyata manfaat

penelitian tersebut.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur

bagaimana pengunaan metode problem solving terhadap kemampuan berpikir kritis

peserta didik dalam pembelajaran ekonomi. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini hanya menggunakan tes.

3.4.1 Tes

Tes kemampuan berpikir kritis peserta didik yang digunakan berbentuk pilihan

ganda beralasan, dengan maksud untuk melihat proses pengerjaan yang dilakukan

peserta didik agar dapat diketahui sejauh mana peserta didik mampu mengembangkan

kemampuan berpikir kritis. Tes pilihan ganda beralasan yang diberikan mencakup

soal-soal yang berbasis kontekstual. Tes dalam penelitian ini terdiri dari tes awal

(Pretest), yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan dan tes akhir (Posttest), yaitu

49

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tes yang dilakukan setelah perlakuan. Pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan

awal peserta didik sementara itu posttest dilakukan setelah pembelajaran (setelah

diberi perlakuan kepada kelas eksperimen) dilakukan.

Dalam penyusunan tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang mencakup

kompetensi dasar, indikator, aspek yang diukur beserta skor penilaiannya dan nomor

butir soal. Setelah membuat kisi-kisi soal, dilanjutkan dengan menyusun soal beserta

kunci jawabannya dan aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal.

Adapun pemberian skor untuk soal-soal berpikir kritis dalam bentuk pilihan

berganda beralasan mengacu pada pedoman Holistic scale dari North Caroline of

Public Instruction, 1994 (Ratnaningsih, 2003) seperti Tabel berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kritis

Respon Peserta didik terhadap Soal Skor

Tidak ada pilihan ganda dan alasan yang dijawab dengan benar 0

Hanya alasan saja yang dijawab dengan benar 1

Hanya pilihan ganda saja yang dijawab dengan benar 2

Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar 3

Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik dikembangkan

instrument (tes) yang akan diberikan penilaian menggunakan teknik tes objektif

dengan bentuk soal pilihan ganda beralasan seperti tercantum dalam tabel 3.3

Tabel 3.3

Kisi-kisi Intrumen Kemampuan Berpikir Kritis

No Indikator Berpikir Kritis Sub Indikator No. Soal

1

Elementary Clarification

(Memberikan Penjelasan

Sederhana)

Memfokuskan pertanyaan 1,17

Menganalisis argumen 2, 18

Bertanya dan menjawab pertanyaan

klarifikasi dan pertanyaan yang

menantang

3, 9, 19

50

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 Basic Support (Membangun

Keterampilan Dasar)

Mempertimbangkan kredibilitas suatu

sumber 10, 20

Mengobservasi dan mempertimbangkan

observasi 4, 21

3 Inference (Menyimpulkan)

Membuat deduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi 5,11

Membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil induksi 6, 24

Membuat dan mempertimbangkan

keputusan 12

4 Advance clasification (Membuat

Klasifikasi Lanjut)

Mengidentifikasi istilah dan

mempertimbangkan definisi 7, 13, 22

Mengidentifikasi asumsi 14, 25

5 Strategies and tactics (Strategi

dan Taktik)

Memutuskan suatu tindakan 8,15

Berinteraksi dengan orang lain 16, 23

Sebelum instrumen tes diujicoba, terlebih dahulu instrument tersebut di

konsultasikan kepada dua orang dosen pembimbing. Intrumen diperiksa dari segi

bahasa dan redaksi, sajian serta akurasi kajian atau teori, kemudian soal diujicobakan

secara empiris. Tujuan ujicoba ini untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas

butir soal.

Instrumen tes diujicobakan kepada peserta didik kelas XI IPS SMA Labschool

Sekolah Percontohan UPI Bandung sebanyak 59 orang. Kemudian hasil tes diolah

untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran

soal tes.

3.5 Analisis Uji Tes

Untuk mengetahui kualitas tes tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji coba

instrument terhadap peserta didik. Intrumen yang berkualitas dapat ditinjau dari

beberapa hal diantaranya tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

kesukaran soal tes.

51

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut ini adalah perhitungan uji coba intrumen yang akan digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

3.5.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihaan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006:168).

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antar

bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap

butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan

rumus Pearson Product Moment (Riduwan, 2006: 80). Adapun langkah-langkah

untuk menguji validitas butir soal tes adalah sebagai berikut:

1. Menghitung harga korelasi setiap butir soal dengan menggunakan rumus

Pearson Product Moment, yaitu:

𝑟𝑥𝑦 =𝑛 𝑋𝑌 − 𝑋 . 𝑌

𝑛. 𝑋2 − 𝑋 2 . 𝑛. 𝑌2 − 𝑌 2

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi

n : Jumlah responden

∑X : Jumlah skor item

∑Y : Jumlah skor total (seluruh item)

2. Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑟 𝑛 − 2

1 − 𝑟2

Keterangan :

t : Nilai thitung

52

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

r : Koefisien korelasi hasil rhitung

n : Jumlah responden

3. Mencari ttabel dengan ttabel =tα (dk = n-2) dengan α = 0,05

4. Membuat kesimpulan dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika thitung > ttabel , berarti valid

Jika thitung < ttabel , berarti tidak valid

Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah

sebagai berikut :

Table 3.4

Klasifikasi Validitas Soal

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < 𝑟 ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < 𝑟 ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < 𝑟 ≤ 0,60 Cukup

0,20 < 𝑟 ≤ 0,40 Rendah

𝑟 ≤ 0,20 Kurang

Sumber :Suherman (2003:113)

Data diujicoba dengan bantuan Program SPSS versi 21.0, sehingga diperoleh

nilai koefisien korelasi validitas butir. Selanjutnya uji validitas butir soal intrumen

dilakukan dengan membandingkan rxy (𝑟hitung) dengan nilai kritis 𝑟tabel (nilai tabel).

Tiap item tes dikatakan valid apabila pada taraf signifikasi α = 0,05 didapat 𝑟hitung ≥

𝑟tabel. Berikut ini hasil uji validitas butir intrumen dengan menggunakan Program

SPSS versi 21.0 pada α = 0,05 dengan derajat bebas (df) = jumlah kasus (n) – 2.

Jumlah kasus atau butir soal pada uji coba kali ini adalah 25 soal dengan sampel 59

peserta didik (df = 59 – 2 = 57). Maka 𝑟tabel. Pada uji satu arah adalah 𝑟 (0,05;57) =

53

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,256. Berkenaan dengan hal tersebut dibawah ini disajikan tebel asil uji validitas

kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran ekonomi yang diolah

dengan menggunakan program SPSS versi 21.0.

Tabel 3.5

Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Butir

Soal

Corrected Item- Total

Correlation (rhitung) rtabel Validitas

1 0,524 0,256 Valid

2 0,324 0,256 Valid

3 0,312 0,256 Valid

4 0,296 0,256 Valid

5 0,420 0,256 Valid

6 0,274 0,256 Valid

7 0,399 0,256 Valid

8 0,422 0,256 Valid

9 0,192 0,256 Tidak valid

10 0,295 0,256 Valid

11 0,369 0,256 Valid

12 0,268 0,256 Valid

13 0,070 0,256 Tidak valid

14 0,261 0,256 Valid

15 0,369 0,256 Valid

16 0,265 0,256 Valid

17 0,361 0,256 Valid

18 0,344 0,256 Valid

19 0,279 0,256 Valid

20 0,346 0,256 Valid

21 0,281 0,256 Valid

22 0,350 0,256 Valid

23 0,182 0,256 Tidak valid

24 0,298 0,256 Valid

25 0,361 0,256 Valid

Sumber : Lampiran B.2

54

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji coba soal tes kemampuan berpikir kritis terdiri 25 soal berbentuk pilihan

ganda beralasan. Berdasarkan hasil uji coba, terdapat 22 soal yang telah valid dan 3

soal yang tidak valid. Jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan posttest

berjumlah 22 soal (Lampiran A.5 dan Lampiran A.6).

1.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu intrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Suatu intrumen memiliki tingkat

reliabilitas yang memadai, bila intrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang

diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.

Butir soal yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes pilihan

ganda beralasan. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien realiabilitas adalah

rumus Cronbach’s Alpha (Suherman, 2003: 154) yaitu:

𝑟𝑖 =𝑛

(𝑛 − 1) 1 −

𝑠𝑖2

𝑠𝑡2

Keterangan :

𝑟𝑖 : Koefisen reliabilitas soal

𝑛 : Banyak butir soal

𝑠𝑖2

: Variansi item

𝑠𝑡2 : Variansi total

Selanjutnya nilai r yang diperoleh dari perhitungan ditafsirkan dengan

menggunkan interperetasi nilai r dari Guilford (Sundayana, 2010:71) dan data yang

diperoleh dianalisis dengan SPSS versi 21.0 untuk mengetahui nilai Alpha, yaitu :

Tabel 3.6

Klasifikasi Tingkat Reliabilitas

55

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Besarnya R Tingkat Reliabilitas

0,00 ≤ r < 0,20 Sangat Rendah

0,20 ≤ r < 0,40 Rendah

0,40 ≤ r < 0,60 Sedang

0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi

0,80 ≤ r < 1,00 Sangat Tinggi

Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefisien reliabilitas tes

pilihan ganda beralasan sebesar 0,675 yang berarti soal-soal dalam tes yang

diujicobakan termasuk dalam klasifikasi tingkat relibilitas tinggi. Perhitungan dalam

dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.675 26

Sumber : Lampiran B.3

3.5.3 Tingkat Kesukaran

Bermutu atau tidaknya butir-butir item pada instrumen dapat diketahui dari

derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item

tersebut. Menurut Sudijono (2001: 370) butir-butir item tes hasil belajar dapat

dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak

terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Dengan kata lain, butir-butir item tes baik

jika derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Tingkat kesukaran tes

dihitung dengan rumus (Sundayana, 2010:77):

𝑇𝐾 =𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵

2. 𝐽𝑆𝐴

Keterangan:

56

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TK : Tingkat kesukaran

JBA : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar

JBB : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar

JSA : Jumlah peserta didik kelompok atas

Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan

kriteria tingkat kesukaran butir soal yang dikemukakan oleh Sundayana (2010 : 78)

yaitu pada tabel 3.8

Tabel 3.8

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Interpretasi

TK = 0,00 Terlalu sukar

0,00 < TK 0,30 Sukar

0,30 < TK 0,70 Sedang

0,70 < TK < 1,00 Mudah

TK = 1,00 Terlalu mudah

Rangkuman hasil perhitungan uji tingkat kesukaran untuk tiap butir soal tes

kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut :

Tabel 3.9

Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

No Soal Nilai Interpretasi No Soal Nilai Interpretasi

1 0,80 Mudah 14 0,60 Sedang

2 0,45 Sedang 15 0,65 Sedang

3 0,30 Sukar 16 0,72 Mudah

4 0,68 Sedang 17 0,68 Sedang

5 0,58 Sedang 18 0,27 Sukar

6 0,57 Sedang 19 0,67 Sedang

57

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7 0,78 Mudah 20 0,62 Sedang

8 0,30 Sukar 21 0,62 Sedang

10 0,73 Mudah 22 0,80 Mudah

11 0,43 Sedang 24 0,88 Mudah

12 0,53 Sedang 25 0,65 Sedang

Sumber : Data Diolah Ms. Excel (Lampiran B.4)

Hasil uji tingkat kesukaran soal menunjukkan bahwa 3 soal termasuk dalam

kriteria tingkat sukar, 13 soal termasuk dalam tingkat sedang, dan 6 soal yang

tergolong kedalam kriteria kesukaran mudah.

3.5.4 Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda sebuah soal adalah kemampuan soal tersebut untuk dapat

membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang

kemampuannya rendah. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik

bila memang peserta didik yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, dan peserta

didik yang kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik. Faktor yang mempengaruhi

tingkat daya pembeda adalah pengetahuan yang dimiliki peserta didik dan

pengalaman belajar peserta didik telah mendorong peserta didik dalam memahami

tentang konsep-konsep dalam mata pelajaran. Daya pembeda tes dihitung dengan

rumus (Sundayana, 2010:77):

𝐷𝑃 =𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵

𝐽𝑆𝐴

Keterangan:

DP : Daya pembeda

JBA : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar

JBB : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar

JSA : Jumlah peserta didik kelompok atas

58

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan

klasifikasi yang dikemukakan oleh Sundayana (2010: 78) seperti pada tabel 3.10

dibawah ini:

Tabel 3.10

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

DP 0,00 Sangat rendah

0,00 < DP 0,20 Rendah

0,20 < DP 0,40 Cukup/sedang

0,40 < DP 0,70 Baik

0,70 < DP 1,00 Sangat baik

Rangkuman hasil daya pembeda tes kemampuan berpikir kritis disajikan pada

tabel berikut ini:

Tabel 3.11

Uji Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

No Soal Nilai Interpretasi No Soal Nilai Interpretasi

1 1,20 Sangat Baik 14 0,40 Cukup

2 0,37 Cukup 15 0,70 Baik

3 0,47 Baik 16 0,50 Baik

4 0,50 Baik 17 0,83 Sangat Baik

5 0,90 Sangat Baik 18 0,53 Baik

6 0,47 Baik 19 0,47 Baik

7 0,70 Baik 20 0,63 Baik

59

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8 0,47 Baik 21 0,30 Cukup

10 0,47 Baik 22 0,60 Baik

11 0,73 Sangat Baik 24 0,63 Baik

12 0,40 Cukup 25 0,63 Baik

Sumber : Data Di Olah Ms. Excel (Lampiran B.4)

Dari hasil perhitungan daya pembeda pada soal uji instrumen dapat diketahui

bahwa 4 soal yang termasuk dalam kriteria daya pembeda sangat baik, 14 soal yang

termasuk dalam kriteria daya pembeda baik, dan 4 soal termasuk dalam kriteria

cukup.

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui tes yang diperoleh dari hasil tes

awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang dianalisis untuk mengetahui peningkatan

berpikir kritis peserta didik.

Data yang diperoleh dari hasil dianalisis secara statistik. Skor yang diperoleh

dari hasil tes peserta didik sebelum dan setelah diberi perlakuan pembelajaran metode

problem solving dianalisis dengan cara membandingkan skor peserta didik yang

diperoleh dari hasil tes peserta didik sebelum dan setelah diberi perlakuan

pembelajaran konvensional.

Data-data yang diperolah dari hasil pretest dan posttest dianalisis secara

statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS v 21.0 dan Ms. Excel 2007.

Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus

gain ternormalisasi (normalized gain) yang dianalisis dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

60

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Menskor tiap lembar jawaban tes peserta didik sesuai dengan kunci jawaban

2. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretest dan posttest. Jika

semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar diberi

skor 3 (tiga), jika hanya pilihan ganda saja yang dijawab dengan benar

diberi skor 2 (dua), jika hanya pilihan ganda saja yang dijawab dengan

benar diberi skor 1 (satu), dan jika tidak ada pilihan ganda dan alasan yang

dijawab dengan benar diberi skor 0 (nol).

3. Mengubah bentuk ke dalam persentase dengan cara:

Nilai peserta didik (%) = 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑥 100%

4. Menghitung normalisasi Gain antara nilai rata-rata pretest dan nilai posttest

secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus (Meltzer dan David, 2002)

Normalisasi Gain (g) = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡 −𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 −𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑥 100%

Tabel 3.12

Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

Skor Gain Interpretasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

3.6.1.1 Melakukan Uji Normalitas

Manfaat uji normalitas adalah untuk mengetahui normal atau tidaknya

distribusi data. Pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Z

dengan menggunakan bantuan software komputer SPSS versi 21.0 Kriteria

pengujiannya adalah jika nilai Sig. (Signifikansi) atau nilai probabilitas < 0.05 maka

distribusi adalah tidak normal, sedangkan jika nilai Sig. (Signifikansi) atau nilai

probabililtas > 0.05 maka distribusi adalah normal.

61

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.6.1.2 Melakukan Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji terhadap kesamaan

(homogenitas) beberapa bagian sampel, yaitu seragam tidaknya varian sampel yang

diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data

sampel pada setiap kelompok untuk dapat dikatakan homogen atau tidak, dan bisa

atau tidaknya digabung untuk dinalisis lebih lanjut. Dalam hal ini, untuk menguji

homogenitas data normalisasi gain dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah

berikut:

1. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus:

Fhitung = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (Sugiyono, 2011:276)

2. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus:

dk pembilang = n -1 (untuk varians terbesar)

dk penyebut = n – 1 (untuk varians terkecil)

a. Jika diperoleh harga Fhitung < Ftabel, maka kedua variansi homogen

b. Jika diperoleh harga Fhitung > Ftabel, maka kedua variansi tidak homogen

Dalam penelitian ini perhitungan homogenitas dilakukan dengan

menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 21.0. Uji homogenitas

dilakukan pada skor hasil pretest dan posttest dengan ketentuan jika nilai signifikasi

hitung lebih besar dari taraf signifikasi 0,05 (5%) maka skor hasil tes tersebut

memiliki perbedaan varian atau homogen.

3.6.1.3 Melakukan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta

didik yang mendapat pembelajaran dengan metode problem solving dibandingkan

dengan peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan metode konvensional,

62

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maka dilakukan pengujian perbedaan dua rata-rata dengan taraf signifikasi α = 0,05.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah :

Hipotesis I

H0 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan

menggunakan metode problem solving sama dengan sebelum pembelajaran

dengan menggunakan metode problem solving

H1 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan

menggunakan metode problem solving lebih tinggi dibandingkan sebelum

pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving

Hipotesis II

H0 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah sama dengan sebelum pembelajaran dengan

mengguanakan metode ceramah

H1 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah lebih tinggi dibandingkan sebelum

pembelajaran dengan mengguanakan metode ceramah

Hipotesis III

H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memperoleh

pembelajaran metode problem solving sama dengan kemampuan berpikir

kritis peserta didik yang memperoleh pembelajaran metode ceramah

H1 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memperoleh

pembelajaran metode problem solving lebih tinggi dibandingkan kemampuan

berpikir kritis peserta didik yang memperoleh pembelajaran metode ceramah

Hipotesis yang akan diuji adalah:

63

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 > µ2

Keterangan :

µ1 = rata-rata skor kelas eksperimen

µ2 = rata-rata kelas kontrol

Jika kedua rata-rata skor berdistribusi normal dan variansinya homogen maka

uji statistik yang digunakan adalah uji-t dan jika variansinya tidak homogen, maka uji

statistik yang digunakan adalah uji-t’ dengan menggunakan bantuan program SPSS

versi 21.0

3.6.1.4 Pengukuran Effect Size

Selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen dan variabel

dependen maka gunakan Effect Size. Effect size merupakan ukuran mengenai

signifikansi praktis hasil penelitian yang berupa ukuran besarnya korelasi atau

perbedaan, atau efek dari suatu variabel pada variabel lain. Ukuran ini melengkapi

informasi hasil analisis yang disediakan oleh uji signifikansi. Informasi mengenai

effect size ini dapat digunakan juga untuk membandingkan efek suatu variabel dari

penelitian-penelitian yang menggunakan skala pengukuran yang berbeda

Secara umum ukuran pengaruh (Effect Size) dapat diukur dengan koefisien Eta

Square (ɳ2).

𝜂2 =𝑆𝑆𝑏𝑒𝑡𝑤𝑒𝑒𝑛𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Tabel 3. 13

Kriteria Pengukuran Effect Size

Eta Square (η2) Kriteria

≤ 0,10 Kecil

0,10 < η

2 ≤ 0,24 Sedang

64

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,24 < η

2 ≤ 0,37 Besar

> 0,37 Sangat Besar

Jacob Cohen (Santoso, A, 2010:12)

Tabel 3. 14

Hipotesis dan Statistik Uji

Hipotesis Hipotesis

Statistik

Statistik Uji

Kriteria Uji Parametik

Non

Parametik

1. Kemampuan

berpikir kritis

peserta didik kelas

X SMA Negeri 11

Pekanbaru sesudah

pembelajaran

dengan

menggunakan

metode problem

solving lebih tinggi

dibandingkan

sebelum

pembelajaran

dengan

menggunakan

metode problem

solving

Ho : Ŷpost =

Ŷpre

H1 : Ŷpost >

Ŷpre

Paired

Samples t

Test

Wicoxon’s

Matched

Pairs Test

Ho tidak dapat

diterima jika

p-value ≤ 0,05

(1-tailed test,

Sig/2)

2. Kemampuan

berpikir kritis

peserta didik kelas

X SMA Negeri 11

Pekanbaru sesudah

pembelajaran

dengan

menggunakan

metode ceramah

lebih tinggi

Ho : Ŷpost =

Ŷpre

H1 : Ŷpost >

Ŷpre

Paired

Samples t

Test

Wicoxon’s

Matched

Pairs Test

Ho tidak dapat

diterima jika

p-value ≤

0,05 (1-tailed

test, Sig/2)

65

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hipotesis Hipotesis

Statistik

Statistik Uji

Kriteria Uji Parametik

Non

Parametik

dibandingkan

sebelum

pembelajaran

dengan

menggunakan

metode ceramah

3. Peningkatan

kemampuan

berpikir kritis

peserta didik kelas

X SMA Negeri 11

Pekanbaru antara

kelas eksperimen

yang menggunakan

metode problem

solving lebih tinggi

dibandingkan

dengan kelas

kontrol yang

menggunakan

metode ceramah.

Ho :

G_ekspeimen =

G_kontrol

H1 :

G_ekspeimen >

G_kontrol

Independen

t Samples t

Test

Mann

Whitney U

Test

Ho tidak dapat

diterima jika

p-value ≤

0,05 (1-tailed

test, Sig/2)

3.7 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai buan April 2014 sampai dengan Mei 2014. Jadwal

kegiatan penelitian dapat dilihat dalam tabel 3.12 berikut:

Tabel 3.15

Jadwal Kegiatan Penelitian

66

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.8 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan

penelitian. Selanjutnya prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk diagram

berikut:

No Kegiatan Bulan

Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni

1 Pembuatan Proposal

2 Seminar Proposal

3 Menyusun Intrumen

Penelitian

4

Kunjungan Ke Sekolah

Dan Pelaksanaan Pbm

Di Kelas Eksperimen

5 Pengumpulan Data

6 Pengolahan Data

7 Penulisan Tesis

Identifikasi Masalah

Studi Pendahuluan

Penyusunan instrumen, uji coba instrumen, validasai &

perbaikan instrumen

Penentuan Sampel & Pretest

Kelas Kontrol:

Pembelajaran dengan

Metode Ceramah

Kelas Eksperimen:

Pembelajaran dengan

Metode Problem solving

Posttest

Kesimpulan

Pengolahan data

Analisis data

67

Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

Diagram Alur Penelitian