bab iii materi dan metode
DESCRIPTION
materiTRANSCRIPT
27
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2011 di RPH Kota
Pekanbaru. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas
Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Riau, Laboratorium Mikrobiologi dan
Laboratorium Kimia UPT Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Disperindag
Provinsi Riau serta Laboratorium PT Saraswanti Indo Genetech-Bogor.
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging sapi (otot
bagian Longissimus dorsi et lumbarum dan Bicef femoris), hati dan ginjal sapi
yang dipotong di RPH kota Pekanbaru. Adapun bahan untuk analisis mikrobiologi
adalah plate count agar (PCA), buffered pepton water (BPW) 0.1%, brilliant
green lactose bile agar (BGLBB), lauryl sulfate tryptose broth (LSTB),
eschericia coli broth (ECB), Levine eosine methylene blue agar (L-EMBA),
methyl red-voges proskauer (MR-VP), kalium cyanide broth (KCB), simmons
citrate agar (SCA), reagen kovac, reagen voges-proskauer (VP), baird-parker
agar (BPA), egg yolk tellurite emultion, brain heart infusion broth (BHIB), triple
sugar agar (TSA), coagulase rabbit plasma dengan ethylene diamine tetra
acetate (EDTA). Bahan untuk uji residu pestisida antara lain aseton/asetonitril,
heksana, H2SO4dan NHO3.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, pipet
serologis, tabung reaksi dan penutupnya, tabung durham, gelas ukur, beaker glass,
labu erlenmeyer, botol medium, inkubator, stomacher, colony counter, penangas
air, tube mixer, timbangan, clean banch, gunting, pinset, plastik steril, timbangan,
rak tabung, gelas preparat, jarum inokulum diameter 3 mm, mortar, rotary
evaporator, pH-meter, photographic colour standard, carver press,planimeter,
kromatograf gas dan atomic absorbance spechtrofotometry (AAS).
Metode Penelitian
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random
sample) terhadap sejumlah pemilik ternak yang melakukan pemotongan di RPH
28
Kota Pekanbaru. Sebanyak lima pemilik ternak yang melaksanakan pemotongan
di RPH diambil sebagai sampel. Masing-masing dari pemilik ternak diambil tiga
ekor ternaknya untuk dianalisis keamanan daging meliputi kualitas fisik (pH,
warna dan persentase air bebas), cemaran mikroba (TPC, E.coli. Coliform dan
Salmonella), cemaran residu kimia (residu logam berat dan residu pestisida).
Sampel yang digunakan untuk analisis kualitas fisik dan cemaran mikroba pada
daging berupa jaringan otot Bicep femoris (BF) dan Longissimus dorsi et
lumbarum (LD), sedangkan sampel yang digunakan untuk analisis residu logam
berat (Pb, Cd dan Hg) dan residu pestisida (golongan organofosfat) adalah otot
bagian Bicep femoris (BF), hati dan ginjal. Masing-masing sampel diambil
sebanyak 250 gram. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari sekitar pukul
01.00
-06.00
WIB. Sampel yang telah diperoleh harus dibawa ke laboratorium untuk
diuji pada hari yang sama. Selama pengambilan sampel daging sapi ditempatkan
dalam plastik steril dan dimasukkan kedalam cool box yang telah diberi es batu.
Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan untuk mengevaluasi penerapan SSOP, GSP,
SJH, kualitas fisik, cemaran mikroba, residu logam berat dan residu pestisida
adalah secara deskriptif yang bertujuan untuk membuat gambaran secara
sistematis serta hubungan yang diselidiki (Nazir 2005). Penentuan jumlah sampel
yang diperlukan diambil secara acak dengan cara menghitung sampel berdasarkan
rumus (Levy & Lemeshow 1999):
Keterangan : n = Jumlah sampel yang diperlukan
N = Jumlah pemilik ternak yang dipotong di RPH
e = Nilai error sebesar 30%
z = 1,96 dengan a = 0,05
Py = Peluang jawaban 50% karena ada 2 pilihan jawaban, yaitu ya (1) dan tidak (0)
Peubah yang Diukur
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah evaluasi penerapan sanitasi
(standard sanitation operational procedure/SSOP), sistem pemotongan (good
slaughtering practices/GSP) dan sistem jaminan halal (SJH) serta penilaian
terhadap nilai kontol veteriner (NKV). Selain itu, pengujian dilakukan terhadap
29
kualitas fisik daging (warna, persentase air bebas dan pH), uji mikrobiologis
(TPC, E. coli, Coliform dan Salmonella), residu logam berat (Pb, Cd dan Hg) dan
serta residu pestisida golongan organofosfat.
1. Evaluasi Penilaian SSOP, GSP dan SJH serta penilaian NKV di RPH
Kota Pekanbaru
Evaluasi penilain terhadap penerapan SSOP, GSP dan SJH diidentifikasi
dengan kuisioner penilaian yang mencakup parameter penilaian pelaksanaan
SSOP, GSP dan SJH di RPH yang sebelumnya telah diberi pembobotan
berdasarkan titik kritis pada tiap-tiap parameter penilaian.Indikator penilaian
terdiri atas dua pilihan yaitu pilihan “ya” dan “tidak”. Penilaian “ya”
digunakanuntuk setiap parameter yang terlaksana sesuai prosedur, sedangkan
penilaian “tidak” untuk parameter-parameter yang belum atau tidak terlaksana
sesuai prosedur. Penilaian SSOP di RPH mengacu pada Peraturan Menteri
Pertanian (2010) dan SNI 01-6159-1999, evaluasi GSP mengacu pada SK Menteri
Pertanian Nomor 431/Kpts/TN.310/7/1992 tentang syarat dan tata cara
penyembelihan ternak serta penanganan daging. Penilaian SJH mengacu pada
LPPOM-MUI (2011) tentang pedoman pengelolaan rumah potong hewan halal,
sedangkan penilaian NKV mengacu pada Departeman Pertanian (2006) tentang
pedoman nomor kontrol veteriner unit usaha pangan asal hewan.
Setiap penilaian nomor kontrol veteriner (NKV) yang diidentifikasi
berfungsi untuk mengetahui jumlah penyimpangan, baik penyimpangan minor
(MN), mayor (MY), serius (SR), kritis (KT) dan tanpa penyimpangan (OK) dalam
menerapkan GSP dan SJH di RPH. Menurut Ditjen PPHP (2009), penyimpangan
minor merupakan penyimpangan yang kurang serius dan tidak menyebabkan
resiko terhadap kualitas keamanan produk. Penyimpangan mayor merupakan
tingkat penyimpangan yang dapat menyebabkan resiko terhadap kualitas
keamanan produk, sedangkan penyimpangan serius dapat menyebabkan resiko
terhadap kualitas keamanan produk dan segera ditindaklanjuti serta penyimpangan
kritis merupakan tingkat penyimpangan yang sangat serius dan dapat
menyebabkan resiko terhadap keamanan produk dan harus segera ditindaklanjuti.
30
2. Penentuan Sifat Fisik Daging Sapi
Warna Daging Sapi (SNI 3932:2008). Warna daging diukur dengan
menggunakan standar warna daging berdasarkan SNI 3932:2008. Skor warna
daging ditentukan dengan photoghrapic colour standard. Skor warna tersebut
memiliki skala angka 1-9 dimana semakin besar skor warna daging dinyatakan
semakin gelap. Standar warna daging mulai dari merah muda sampai merah tua
(Lampiran 4). Cara mengukur warna daging yaitu dengan mencocokkan warna
daging dengan standar warna daging, namun sebelumnya sampel daging disayat
terlebih dahulu.
Daya Mengikat Air (Metode Hamm 1975 disitir Soeparno 2005).
Penentuan daya mengikat air menggunakan daging sebanyak 0.3 g yang
selanjutnya diletakkan di atas kertas saring jenis Whatman 41 dengan diameter 9
cm diantara dua lempeng besi. Sampel kemudian diberi tekanan sebesar 35
kg/cm2 selama 5 menit. Setelah daerah yang tertutup sampel menjadi rata serta
luas daerah basah di sekitarnya diukur dan diberi tanda untuk memudahkan
pengenalan. Area basah diperoleh dengan mengurangkan area yang tertutup
daging dari area total yang meliputi pula area basah pada kertas saring. Luas
daerah yang tertutup sampel dihitung dengan planimeter. Daya mengikat air dapat
dihitung dengan rumus:
Keterangan:
Area basah : luas penyerapan air pada kertas saring setelah diberi
tekanan selama 5 manit.
% H2O : mgH2O x 100%
300
DMA : dikonversikan pada 0.3 g dan kadar air bahan
Nilai pH Daging (AOAC 1995). Pengukuran pH daging menggunakan
pH meter dengan cara mengambil daging sebanyak 5g yang dihaluskan dan
dimasukkan kedalam beaker glass yang selanjutnya diencerkan dengan aquades
sebanyak 50 ml, kemudian dihomogenkan selama satu menit. Sebelum pH daging
diukur, pH meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan buffer pH 4 dan buffer pH 7.
Setelah dikalibrasi pengukuran derajat keasaman daging dilakukan dengan
menempatkan elektroda pada sampel sehingga nilai pH dapat tertera pada layar.
H2O = Area Basah (cm2)_
0,0948 - 8,0
31
3. Penentuan Cemaran Mikroba pada Daging
Penghitungan Total Plate Count (TPC) (SNI 2897:2008). Penghitungan
TPC menggunakan metode cawan tuang (pour plate). Sampel daging ditimbang
sebanyak 25 g, kemudian dimasukkan kedalam plastik steril yang telah berisi 225
ml larutan BPW 0.1% steril, kemudian dihomogenkan dengan stomacher selama
1–2 menit. Larutan yang terbentuk merupakan pengenceran 10-1
. Suspensi 10-1
sebanyak 1 ml dipindahkan ke dalam 9 ml larutan BPW dengan pipet steril untuk
mendapatkan pengenceran 10-2
. Selanjutnya buat pengenceran 10-3
, 10-4
, 10-5
dan
seterusnya dengan cara yang sama.
Selanjutnya dimasukkan 1 ml suspensi dari setiap pengenceran ke dalam
cawan petri secara duplo. Cawan petri ditambah 15-20 ml PCA yang sudah
didinginkan hingga temperatur 45°C ± 1
°C pada masing-masing cawan yang
sudah berisi suspensi. Supaya larutan contoh dan media PCA tercampur
seluruhnya, maka dilakukan homogenisasi dengan memutar cawan membentuk
angka delapan dan didiamkan sampai menjadi padat. Selanjutnya diinkubasi pada
temperatur 34-36 °C selama 24-48 jam dengan posisi cawan petri terbalik.
Penghitungan jumlah koloni dilakukan pada setiap pengenceran kecuali pada
cawan petri yang berisi koloni menyebar (spreader colonies) dengan cara memilih
cawan yang berisi jumlah koloni 25 sampai 250 koloni yang tumbuh di media
dihitung sebagai sebagai total mikroba.
Uji Coliform (SNI 2897:2008). Prinsip penghitungan jumlah Coliform
adalah berdasarkan metode most probable number (MPN) yang terdiri atas uji
presumtif (penduga) dan uji konfirmasi (peneguhan) menggunakan media cair
dalam tabung reaksi dan dilakukan berdasarkan jumlah tabung positif.
Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan timbulnya gas di dalam tabung
durham.
Pengujian diawali dengan penyiapan sampel sebanyak 25 gsecara aseptik
kemudian dimasukkan kedalam plastik steril yang telah berisi 225 ml larutan
BPW 0.1% steril, lalu dihomogenkan dengan stomacher selama 1-2 menit.
Larutan yang terbentuk merupakan pengenceran 10-1
. Uji pendugaan dilakukan
dengan pemindahan 1 ml larutan pengencer 10-1
tersebut dengan pipet steril
32
kedalam larutan 9 ml larutan BPW 1% untuk mendapatkan pengenceran 10-2
.
Selanjutnya dengan cara yang sama dibuat pengenceran 10-3
. Pipet masing-masing
1 ml dari setiap pengenceran ke dalam 3 seri tabung LSTB yang berisi tabung
durham. Selanjutnya diinkubasi pada temperatur 35 °C selama 24-48 jam.
Diperhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam tabung durham. Hasil uji
dinyatakan positif apabila terbentuk gas.
Uji peneguhan harus selalu disertai dengan menggunakan kontrol positif.
Pengujian dilakukan dengan memindahkan biakan positif dari hasil uji pendugaan
positif dengan menggunakan jarum inokulasi dari setiap tabung LSTB ke dalam
tabung ECB yang berisi tabung durham. Selanjutnya ECB diinkubasikan pada
temperatur 45.5 °C selama 24±2 jam dan bila hasilnya negatif diinkubasikan
kembali selama 48±2 jam. Perhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam
tabung durham. Hasil uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas. Selanjutnya
gunakan tabel most probable number (MPN) untuk menentukan nilai MPN
berdasarkan jumlah tabung BGLBB yang positif sebagai jumlah Coliform per
mililiter atau per gram.
Uji Salmonella sp (SNI 2897:2008). Pengujian jumlah Salmonella sp
mengunakan media selektif melalui empat tahapan yaitu pra pengayaan (pre-
enrichment), pengayaan (enrichment) kemudian dilanjutkan dengan uji seleksi
dan uji biokimia. Tahap pra-pengayaan dilakukan dengan mempersiapkan sampel
daging ditimbang sebanyak 25 g kemudian dimasukkan kedalam wadah steril
yang telah berisi 225 ml larutan LB steril, kemudian dihomogenkan dengan
stomacher selama 1-2 menit. Suspensi dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer
atau wadah steril kemudian diinkubasi pada suhu 35 °C selama 24±2 jam.
Tahapan uji pengayaan dengan cara mengaduk perlahan biakan pra-
pengayaan, kemudian diambil dan dipindahkan masing-masing 1 ml ke dalam
media 10 ml TTB, 10 ml RV dan 10 ml SCB. Medium TTB, RV dan SCB
diinkubasikan pada temperatur 35 °C selama 24±2 jam. Tahap seleksi dilakukan
melalui pengambilan 1 ose dari masing-masing media pengayaan dan
diinokulasikan pada media HE, XLD dan BSA, kemudian diinkubasikan pada
temperatur 35 °C selama 24±2 jam. Media BSA yang belum jelas dapat diinkubasi
lagi selama 24±2 jam. Koloni Salmonella diamati pada media HE yang terlihat
33
berwarna hijau kebiruan dengan atau tanpa titik hitam (H2S). pada media XLD
koloni terlihat merah muda dengan atau tanpa titik megkilat atau terlihat hampir
seluruh koloni hitam, sedangkan pada media BSA koloni terlihat keabu-abuan
atau kehitaman, kadang metalik, media disekitar koloni berwarna coklat dan
semakin lama waktu inkubasi akan berubah menjadi hitam.
Tahapan selanjutnya dilakukan identifikasi dengan pengambilan koloni
dengan menduga dari ketiga media tersebut. Inokulasi dilakukan dengan media
agar miring TSIA dan LIA dengan cara menusuk kedasar media agar, selanjutnya
digores pada masing-masing media agar miring. Inkubasi dilakukan pada pada
temperatur 35 °C selama 24±2 jam. Pengamatan koloni spesifik Salmonella
dengan hasil reaksi seperti tercantum pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil uji Salmonella sp pada TSA dan LIA
Media Agar miring
(Slant)
Dasar Agar
(Bottom)
H2S Gas
TSIA Alkalin/K
(merah)
Asam/ A
(kuning)
Positif
(hitam)
Negatif/
positif
LIA Alkalin/K (ungu) Alkalin/K
(ungu)
Positif
(hitam)
Negatif/
positif
Selanjutnya dilakukan uji biokimia untuk Salmonella sp dengan
melakukan uji urease, uji indol, uij MR-VP dan uji sitrat. Pengujian urease negatif
ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan warna, uji indol negatif dengan
terbentuknya cincin kuning, uji VP negatif tidak terjadi perubahan warna pada
media, uji MR positif adanya difusi warna merah dalam media dan uji sitrat
positif adanya pertumbuhan diikuti perubahan warna dari hijau menjadi biru.
Interprestasi hasil reaksi biokimia Salmonella sp ditunjukkan pada Tabel 8.
34
Tabel 8 Reaksi biokimia Salmonella sp
No Uji Substrat Hasil Reaksi
Positif Negatif Salmonella
1 Glukosa (TSI) Tusukan kuning Tusukan merah +
2 Lysine Dekarboksilase (LIA) Tusukan ungu Tusukan kuning +
3 H2S (TSI dan LIA) Hitam Tidak hitam +
4 Urease Pink sampai merah Tetap kuning -
5 Lysine Dekarboksilase Broth Warna ungu Warna kuning +
6 Phenol Red Dulcitol Broth Warna kuning dan
atau dengan gas
Tanpa berubah
warna dan tanpa
terbentuk gas
a)
7 KCN Broth Ada pertumbuhan Tidak ada
pertumbuhan -
8 Malonat Broth Warna biru Tidak berubah
warna b)
9 Uji Indol Permukaan warna
merah
Permukaan warna
kuning -
10 Uji Polyvalent flagelar Aglutinasi Tidak aglutinasi +
11 Uji PolyvalentSomatic Aglutinasi Tidak aglutinasi +
12 Phenol Red Lactose Broth Warna kuning
dengan/tanpa gas
Tidak terbentuk gas
Dan tidak berubah
warna
-
13 PhenolRed Sucrosa Broth Warna kuning
dengan/tanpa gas
Tidak terbentuk gas
Dan tidak berubah
warna
-
14 Uji Voges-Proskauer Pink sampai merah Tidak berubah
warna -
15 Uji Methyl Red Merah menyebar Warna kuning
menyebar +
16 Simmon’s sitrat Pertumbuhan
warna biru
Tidak ada
pertumbuhan dan
tidak ada perubahan
V
Keterangan : a) Mayoritas dari kultur S. arizonae adalah negatif
b) Mayoritas dari kultur S. arizonae adalah negatif
V Variabel
Uji Eschericia coli (SNI 2897:2008). Prinsip dari pengujian E. coli
menggunakan metode most probable number (MPN) dengan menggunakan seri 3
tabung. Pengujian dilakukan dengan uji pendugaan, uji peneguhan dan isolasi-
identifikasi melalui uji biokimia Indole, methyl red, voges-proskauer dan citrate
(iMViC). Pengujian diawali dengan menyiapkan sampel sebanyak 25 g secara
aseptik, kemudian dimasukkan kedalam plastik steril yang telah berisi 225 ml
larutan BPW 0.1% steril, lalu dihomogenkan dengan stomacher selama 1-2 menit.
Larutan yang terbentuk merupakan pengenceran 10-1
. Selanjutnya pengujian
dilakukan dengan menggunakan seri 3 tabung yaitu:
35
1. Uji pendugaan
Uji pendugaan dilakukan dengan memindahkan 1 ml larutan pengencer
10-1
tersebut dengan menggunakan pipet steril kedalam larutan 9 ml larutan BPW
1% untuk mendapatkan pengenceran 10-2
. Dengan cara yang sama dibuat
pengenceran 10-3
. Pipet masing-masing 1 ml dari setiap pengenceran ke dalam 3
seri tabung LSTB yang berisi tabung durham. Inkubasi dilakukan pada temperatur
35 °C selama 24-48 jam dan diperhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam
tabung durham. Hasil uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas.
2. Uji peneguhan (konfirmasi)
Uji peneguhan harus selalu disertai dengan penggunaan kontrol positif.
Pengujian dilakukan melalui pemindahan biakan positif dari hasil uji pendugaan
positif dengan menggunakan jarum inokulasi dari setiap tabung LSTB ke dalam
tabung ECB yang berisi tabung durham. Selanjutnya ECB diinkubasikan pada
temperatur 45.5 °C selama 24±2 jam dan bila hasilnya negatif inkubasikan
kembali selama 48±2 jam dan diperhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam
tabung durham. Hasil uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas.
3. Uji isolasi-identifikasi
Uji isolasi dan identifikasi dilakukan dengan pembuatan goresan pada
media L-EMBA atau VRBA dari tabung ECB yang positif, inkubasi pada
temperatur 35 °C selama 18-24 jam. Koloni yang diduga E. coli adalah yang
memiliki diameter 2 mm sampai 3 mm, warna hitam atau gelap pada bagian pusat
koloni, dengan atau tanpa metalik kehijauan yang mengkilat pada media
L-EMBA. Selanjutnya koloni yang diduga dari masing-masing media L-EMBA
diambil dengan menggunakan jarum ose dan dipindahkan ke PCA miring. PCA
miring diinkubasi pada temperatur 35 °C selama 18-24 jam untuk uji biokimia.
Uji indol dilakukan melalui inokulasi koloni dari tabung OCA pada TB
dan diinkubasikan pada temperatur 35 °C selama 24±2 jam selanjutnya tambahkan
0.2-0.3 ml reagen Kovac. Hasil reaksi positif ditandai dengan adanya bentuk
cincin merah pada lapisan atas media sedangkan hasil negatif ditandai dengan
terbentuknya cincin berwarna kuning.
36
Uji Voges-Proskauer (VP) dilakukan dengan pengambilan biakan dari
media PCA, lalu diinokulasikan kedalam tabung yang berisi 10 ml media MR-VP
dan diinokulasikan pada temperatur 35 °C selama 48±2 jam. Inokulan dipindahkan
sebanyak 5 ml MR-VP ke tabung rekasi dan ditambahkan 0.6 ml larutan α-
naphthol dan 0.2 ml KOH 40%, kemudian homogenkan. Hasil reaksi positif
ditandai dengan adanya warna merah muda eosin dalam waktu 2 jam.
Uji Methyl Red (MR) diambil dari media PCA lalu diinokulasikan ke
dalam tabung yang berisi 10 ml media MR-VP dan inkubasikan pada temperatur
35 °C selama 48 ± 2 jam. Selanjutnya ditambahkan 2-5 tetes indikator MR pada
tabung. Hasil uji positif ditandai dengan adanya warna merah dan hasil reaksi
negatif ditandai adanya warna kuning.
Uji citrate dilakukan dengan inokulasi koloni dari media Agar miring PCA
ke dalam media KCB dan inkubasikan pada temperatur 35 ᴼC selama 96 jam.
Hasil uji positif ditandai dengan terbentuknya kekeruhan pada media. Klasifikasi
E. coli adalah apabila reaksi iMViC dengan pola + + - - atau - + - - (Tabel 9),
membentuk gas di EC broth setelah diinkubasi selama 48±2 jam dan pada
pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif, tidak berspora dan berbentuk bola
atau kokus. Dihitung MPN untuk E.coli per gram contoh dengan menggunakan
tabel MPN berdasarkan jumlah seri tabung yang positif pada tabung EC broth.
Tabel 9 Hasil rekasi indole, Methyl red, Voges-proskauer, citrate (iMViC)
terhadap E.coli
Tipe Organisme Indol MR VP Citrat
E. coli spesifik + + - -
E. coli non spesifik - + - -
Typical intermediate N/A + - +
Atypical intermediate - + - +
Typical Enterobacter aerogenes - - + +
Atypical Enterobacter aerogenes + - + +
37
4. Penentuan Cemaran Residu Kimia pada Daging
Penentuan Cemaran Logam Berat Pb, Cd dan Hg (SNI 01-2896-1998).
Prinsip dari analisis ini adalah mengukur mineral, seperti kalium, besi, phospor
dan logam berat seperti timbal, tembaga dan kadmium dengan persiapan sampel
dengan cara-cara pengabuan basah. Selanjutnya dianalisis mineral dan logam
beratnya menggunakan atomic absorbance spechtrofotometry (AAS). Setiap
sampel ditimbang 5-10 g dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 125 ml kemudian
ditambahkan 10 ml H2SO4 dan 10 ml NHO3, selanjutnya dipanaskan secara
perlahan-lahan sampai larutan berwarna gelap. Sampel ditambahkan kembali
NHO3 dan dipanaskan 5-10 menit sampai larutan menjadi tidak gelap lagi.
Sebanyak 10 ml aquades ditambahkan dan dipanaskan sampai berasap. Larutan
didiamkan sampai dingin, kemudian ditambahkan 5 ml aquades dan dididihkan
sampai berasap. Selanjutnya larutan didinginkan dan diencerkan kemudian
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer.
Kandungan mineral dan cemaran logam berat pada produk daging segar
dianalisis dengan menggunakan AAS. Sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu
dibuat larutan blanko yang berisi semua pereaksi untuk mengetahui kadar mineral
dan cemaran logam berat yaitu H2SO4 pekat dan NHO3 pekat. Sampel dibaca
absorbansinya dengan AAS pada gelombang 235.4 nm untuk timbal; 248.3 nm
untuk tembaga; 228.8 nm untuk kadmium; 766.5 nm untuk kalium; 248.3 nm
untuk besi dan 213.6 nm untuk phospor.
Uji Residu Pestisida (Komisi Pestisida 1997). Pengujian residu pestisida
yang dilakukan pada penelitian ini adalah hanya untuk melihat pestisida yang
berasal dari golongan organofosfat yang terdiri dari diazinon, fenitrotion,
metidation, malation, chlorpirifos, paration dan profenofos. Analisis dilakukan
dengan menggunakan gas kromatrografi dengan detektor FPD (flame photometric
detector). Penentuan residu pestisida dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Proses ekstraksi
a. Daging tanpa lemak yang telah dicincang ditimbang sebanyak 25 g
selanjutnya dimasukkan dalam mortar dan ditambahkan 45 g natrium
sulfat, dicampur hingga diperoleh serbuk kering
38
b. Serbuk kering dipindah kedalam blender, dan ditambah 13 ml aseton, 125
ml asetonitril, 5 g Celite 545 dan 10 g Calflo E.
c. Serbuk kering dilumatkan selama 2-3 menit, kemudian disaring dengan
corong Buchner dengan menggunakan tekanan secukupnya untuk
mencegah penyumbatan.
d. Penyaringan diulangi dengan menggunakan kertas saring dan diukur
volumenya. Dihitung berat contoh analitik yang sepadan dengan volume.
e. Sebagian hasil penyaringan dipekatkan beberapa ml dengan rotary
evaporator pada suhu tangas air 45°C.
f. Residu dipindahkan secara kuantitatif kedalam tabung kimia dengan
aseton, dan diuapkan sampai kering dengan mengalirkan gas nitrogen
secara perlahan-lahan pada suhu kamar.
2. Pra-perlakuan dan penetapan residu
a. Residu dilarutkan dalam 2.0 ml heksana yang telah dijenuhkan dengan
asetonitril, ditambahkan 2.0 ml asetonitril yang telah dijenuhkan dengan
heksana.
b. Sampel dikocok dengan kuat selama 2 menit, hingga kedua fase terpisah
c. Lapisan bagian bawah (fase asetonitril) selanjutnya digunakan untuk
penetapan secara kromatrografi gas
d. Penetapan residu dilakukan dengan menyuntikkan 2–2.5 μl fase asetonitril
kedalam kromatrograf gas.
Kadar residu pestisida dapat ditentukan berdasarkan hasil rekaman yang
tercatat dalam kertas kromatrografi yaitu berupa kromatrogram. Cara membaca
hasil kromatrogram yaitu dengan melihat jarak dan tinggi peak (puncak) yang
dihasilkan dalam kromatrogram dan membandingkan dengan jarak dan peak
(puncak) pada pestisida standar. Penentuan konsentrasi residu dihitung dengan
menggunakan rumus yang sesuai dengan Komisi Pestisida Departemen Pertanian
(1997) sebagai berikut :
39
Keterangan :
TS = Tinggi Sampel (mm)
T std = Tinggi Standar (mm)
FP = Faktor Pengenceran (10 ml)
BS = Berat Sampel (g)
Analisis Data
Data hasil uji laboratorium dianalisis secara statistik dengan pengujian
nilai rata-rata, kemudian tiap nilai pengujian dibandingkan dengan SNI tentang
kualitas fisik, cemaran mikrobiologis, residu logam berat dan residu pestisida
pada daging. Hasil evaluasi penilaian SSOP, GSP, SJH dan NKV di rumah potong
hewan (RPH) Kota Pekanbaru dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan
dengan studi literatur yang mendukung.