bab iii kostum - · pdf filemasa berikutnya adalah masuknya agama hindu, ... agama islam,...

17
32 BAB III MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN CIREBON III.1 Tinjauan Umum Sosio Budaya Cirebon Secara geografis Cirebon merupakan bagian dari Jawa Barat, dengan luas wilayah 5.642.569 km. Wilayah yang kini dikenal dengan nama Cirebon dahulunya adalah bekas Karisedanan Cirebon. Di tengah-tengahnya berdiri Gunung Ciremai serta deretan bukit karang yang bersifat wadas atau kapur 1 .. Secara administratif wilayah Cirebon berada diperbatasan beberapa wilayah, yaitu kabupaten Indramayu di bagian Utara, Kabupaten Ciamis dan Kuningan di bagian Selatan, sisi Barat Laut Kabupaten Subang, Sumedang, Majalengka dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Letak dataran di wilayah ini memanjang dari Barat ke Laut Tenggara dan terbagi atas dua dataran yaitu dataran rendah yang disebut daerah pantai dan pegunungan. Dataran rendah terletak sepanjang pantai utara yaitu kecamatan Gegesik, Kapetakan, Arjawinangun, Klangenan, Weru, Astanajapura, Lemahabang, Karangsembung, Waled, Ciledug dan Losari, sedangkan dataran tinggi yang terdiri atas pegunungan serta bukit-bukit kapur terbagi atas wilayah Beber, Sumber, Palimanan, Plumbon, Ciwaringin, Susukan dan Slangit. Ciri khas dari kebudayaan masyarakat pesisir adalah terbuka. Posisi ini merupakan sumbangan penting sehingga mewujudkan kebudayaan Cirebon yang sangat khas, yaitu pola budaya ekonomi perdagangan, memiliki jiwa bahari, religius dan menjadikan keraton sebagai pusat kebudayaan sekaligus kekuasaan. Akibat pola budaya tersebut, maka masyarakat di wilayah ini memiliki ciri khas tersendiri dengan wilayah pesisir lain, baik dalam tatanan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya, contohnya adalah terbentuk ekspresi-ekspresi yang sangat khas, antaralain dalam tata bahasa, kosa kata, dialek, kesenian dan aktivitas ritual religinya. 1 .Bentuk-bentuk yang dihasilkan dari deretan bukit kapur ini diasosiasikan pada hal-hal yang misterius sehingga menjadi sumber inspirasi bagi para seniman Cirebon dalam mengekspresikan karya seni yang dihasilkan diantaranya adalah salah satu motif khas Cirebon yang dikenal dengan motif Wadasan.

Upload: hoangthuan

Post on 06-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

32

BAB III

MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN CIREBON

III.1 Tinjauan Umum Sosio Budaya Cirebon

Secara geografis Cirebon merupakan bagian dari Jawa Barat, dengan luas

wilayah 5.642.569 km. Wilayah yang kini dikenal dengan nama Cirebon dahulunya

adalah bekas Karisedanan Cirebon. Di tengah-tengahnya berdiri Gunung Ciremai

serta deretan bukit karang yang bersifat wadas atau kapur1..

Secara administratif wilayah Cirebon berada diperbatasan beberapa wilayah,

yaitu kabupaten Indramayu di bagian Utara, Kabupaten Ciamis dan Kuningan di

bagian Selatan, sisi Barat Laut Kabupaten Subang, Sumedang, Majalengka dan

sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Letak dataran di wilayah ini memanjang dari Barat ke Laut Tenggara dan

terbagi atas dua dataran yaitu dataran rendah yang disebut daerah pantai dan

pegunungan. Dataran rendah terletak sepanjang pantai utara yaitu kecamatan Gegesik,

Kapetakan, Arjawinangun, Klangenan, Weru, Astanajapura, Lemahabang,

Karangsembung, Waled, Ciledug dan Losari, sedangkan dataran tinggi yang terdiri

atas pegunungan serta bukit-bukit kapur terbagi atas wilayah Beber, Sumber,

Palimanan, Plumbon, Ciwaringin, Susukan dan Slangit.

Ciri khas dari kebudayaan masyarakat pesisir adalah terbuka. Posisi ini

merupakan sumbangan penting sehingga mewujudkan kebudayaan Cirebon yang

sangat khas, yaitu pola budaya ekonomi perdagangan, memiliki jiwa bahari, religius

dan menjadikan keraton sebagai pusat kebudayaan sekaligus kekuasaan.

Akibat pola budaya tersebut, maka masyarakat di wilayah ini memiliki ciri

khas tersendiri dengan wilayah pesisir lain, baik dalam tatanan kehidupan sosial,

ekonomi dan budaya, contohnya adalah terbentuk ekspresi-ekspresi yang sangat khas,

antaralain dalam tata bahasa, kosa kata, dialek, kesenian dan aktivitas ritual religinya.

1.Bentuk-bentuk yang dihasilkan dari deretan bukit kapur ini diasosiasikan pada hal-hal yang misterius sehingga menjadi sumber inspirasi bagi para seniman Cirebon dalam mengekspresikan karya seni yang dihasilkan diantaranya adalah salah satu motif khas Cirebon yang dikenal dengan motif Wadasan.

Page 2: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

33

III.2 Kebudayaan Cirebon

Kebudayaan masyarakat Cirebon adalah konsep budaya masyarakat pesisir

atau disebut pula budaya bahari. Istilah budaya pesisir2 atau budaya bahari merujuk

pada suatu tipe kebudayaan yang hidup, tumbuh dan terus berkembang. Sebelum

masuknya agama-agama atau pengaruh dari India yang masuk ke wilayah ini, ada

kemungkinan tatanan kehidupan masyarakat di wilayah ini telah mengalami suatu

tatanan yang teratur walaupun masih sederhana.

Seperti kebudayaan bersahaja lainnya, bangsa Indonesia sebelum datangnya kebudayaan India dapat dikatakan mempunyai cara berpikir yang kompleks, yakni bersifat keseluruhan dan emosional, serta amat dikuasai oleh perasan, yang sangat rapat dengan pengaruh kebudayaan agama, kepercayaan kepada ruh-ruh dan tenaga-tenaga gaib yang meresapi seluruh kehidupannya. (Sutan Takdir Alisyahbana, dalam Budaya Bahari, 2004:198)

Kebudayaan masyarakat di wilayah pantai atau pesisir akhirnya berkembang

dengan pengaruh dari berbagai budaya pendatang, di antaranya India yang

memberikan pengaruh Hindu dan Budha, kemudian pendatang dari daratan Arab yang

membawa pengaruh Islam.

Pada periode sebelum Islam masuk, kebudayaan di daerah pesisir sebelumnya

diwarnai oleh kebudayaan Hindu yang dibawa dari India. Hal ini berakibat pada

bentuk-bentuk pemujaan dan tradisi mengkultuskan roh-roh sebagai manifestasi

kepatuhan mereka terhadap alam. Hal ini terjadi pula pada salah satu produk

kebudayaan, yaitu kesenian. Pada awalnya keberadaan kesenian di wilayah Cirebon

merupakan wujud dari persembahan rakyat pada cara kehidupan keagamaan. Sebelum

kebudayaan Hindu masuk, penduduk di sekitar Cirebon memuja segala manifestasi

alam yang di sekitarnya. Mereka mempercayai bahwa alam memiliki roh nya sendiri,

yang selalu hadir, mengamati dan menjaga kehidupan mereka (Cerbon, 1982:18).

Kepercayaan mayoritas penduduk sebelum Hindu adalah animisme, dan

semua bentuk kesenian akhirnya menjadi media komunikasi dengan roh termasuk

bentuk, elemen atau dekorasi yang digunakan, kesemuannya memiliki perlambangan

spiritual serta makna keagamaan. Dalam kegiatan upacara tersebut sering terlihat

gerakan-gerakan atau tarian yang bersumber pada mitos serta refleksi atas cara hidup

2.Secara etimologi pesisir merujuk pada kondisi geografis yang berbatasan langsung dengan pantai. Primadi Tabrani menyebutnya ‘manusia kepulauan’ untuk menggambarkan kelompok manusia dengan jiwa bahari dan teknologi maritim, selanjutnya istilah pesisir digunakan pula dalam konotasi manusia atau kelompok manusia sehingga lahir sebuat ‘wong gunung’ dan berlawanan dengan ciri ‘manusia benua’ yang sulit bersatu dan indivudualis, dalam ‘Budaya Bahari Sebuah Apresiasi di Cirebon’ (2004 :6).

Page 3: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

34

mereka sehari-hari, serta persembahan-persembahan yang akhirnya memiliki fungsi

sebagai salah satu bentuk penghormatan terhadap kekuatan atau roh-roh yang ada di

alam.

Kepercayaan terhadap adanya kekuatan supranatural di alam dan kekuatan arwah para nenek moyang yang dianggap sebagian orang adalah takhayul memang tak dapat dilepaskan begitu saja sebagai ciri dari masyarakat Indonesia. Karena kepercayaan manusia Indonesia pada takhayul bukanlah hal yang baru. Sampai sekarang bagi sebagian masyarakat menganggap pembakaran kemenyan dalam upacara-upacara adat merupakan hal yang sakral dan suci. (Sofia Rangkuti 2002:31) Masa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, saat masyarakat Cirebon

mulai berinteraksi dengan kerajaan Pajajaran. Agama Hindu dipandang sebagai ajaran

yang sangat ritualistik, mempercayai reinkarnasi, serta adanya tatanan dalam

masyarakat dan agama, sedangkan pada bentuk kesenian, seni berperan sebagai media

atau sarana untuk menyembah para dewa.

Setelah masa Hindu pada abad 15, terjadi tumpang tindih pada bentuk

kesenian di Cirebon, di dalamnya terkandung unsur Hindu dan Islam yang sangat

khas. Berbagai bentuk kesenian juga telah dimanfaatkan oleh para Wali Sanga dalam

upaya menyebarkan agama Islam, hal ini digunakan untuk mengambil hati nurani

pengikutnya.

Namun pada kenyataannya perkembangan kebudayaan yang terjadi di wilayah

ini sebenarnya sangat kompleks, karena dasar animisme dan dinamisme masyarakat

pesisir telah lahir menjadi kebutuhan dasar dan naluri yang berkembang dalam

kehidupan sosial dan spriritualnya. Agama Islam yang berkembang saat itu serta

merta tidak menghapus seluruh peninggalan ajaran yang sebelumnya, yaitu Budha

dan Hindu.

Peran Sunan Kalijaga sangat penting dimana ia melakukan penyesuaian

terhadap bentuk-bentuk kesenian, seperti memadukan perlambangan dan ungkapan

baru sesuai dengan kebutuhan rohani dan artistik masyarakat Cirebon.

Perkembangan selanjutnya adalah Islam menjadi agama yang dianut oleh

mayoritas penduduk di Cirebon serta menjadi identitas bagi masyarakat Cirebon. Hal

ini terjadi akibat peristiwa migrasi pertama orang Jawa ke daerah ini, bersamaan

dengan maraknya persebaran agama Islam di wilayah Pulau Jawa.

Pada akhirnya bentuk-bentuk kesenian yang ada di Cirebon terlihat khas,

karena di dalamnya masih memperlihatkan jejak-jejak kebudayaan dari masa

Page 4: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

35

sebelumnya, walaupun terlihat tumpang tindih, namun menjadikan ciri yang sangat

khas, yaitu hasil dari sebuah sintesa berbagai kebudayaan besar. Seni pertunjukan

yang ada di Cirebon akhirnya menjadi sarana yang paling efektif dalam penyebaran

agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan sangat halus serta substansi dari

ajaran tersebut langsung mengena pada masyarakat Cirebon di masa tersebut.

III.3 Fungsi dan Jenis Seni Pertunjukan Tradisi di Cirebon

Pada awalnya fungsi kesenian di wilayah Cirebon selalu berkait dengan

kegiatan religi dan suatu bentuk persembahan rakyat pada cara kehidupan keagamaan.

Bentuk seni pertunjukan yang ada di Cirebon, pada umumnya merupakan refleksi dari

masyarakatnya terhadap kekuatan yang ada di alam semesta.

Dengan latar belakang budaya animisme dan Hindu - Budha, kesenian

berfungsi sebagai sarana dalam melakukan ritual-ritual dan upacara-upacara

persembahan. Setelah Islam masuk, fungsi kesenian bergeser, dan terjadi penyesuaian

dalam berbagai aspek. Akhirnya kesenian berkembang dan mulai memiliki peran

sebagai perangkat sosial dan keagamaan.

Kini bentuk kesenian tradisional di Cirebon, sifatnya berupa tontonan yang

bersifat tuntunan, walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur magis yang

sakral tidak pernah lepas dari setiap pertunjukannya.

Pada perkembangannya kesenian di Cirebon lahir dengan bentuk yang

beragam dan hasil interaksi dari berbagai unsur kebudayaan. Bentuk kesenian tradisi

yang tercatat hingga kini berjumlah limapuluh jenis, dan terbagi atas delapan

kategori, yaitu :

1. Karawitan jenisnya adalah Tabu Renteng dan Gamelan Gede

2. Teater, jenisnya Mastres dan Tarling Drama

3. Pedalangan, jenisnya Wayang Kulit Purwa, Wayang Wong, Wayang Golek

Purwa, Wayang Cepak,Wayang Beber dan lainnya.

4. Musik, jenisnya Tarling, Jidor, Genjring santri dan lainnya

5. Sastra, jenisnya Kecawan, Macapat, Kidung, Jawokan dan Pantun

6. Seni Rupa, seperti Lukis kaca, Sungging,Tatah, Ukir Kedok,Ukir Kayu

7. Seni Tari, jenisnya Tari Topeng, Tari Baksa, Tari Angklung,Tari Ronggeng Bugis

dan lainnya

Page 5: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

36

8. Seni Pertunjukan, seperti Gejring Akrobat, Sintren dan Lais, Dombret, Ronggeng

Umbul, Debus dan Berokan serta masih banyak lagi.

Dari uraian di atas, ternyata bentuk kesenian yang ada di Cirebon dapat

digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu seni pertunjukan dan seni rupa. Untuk

seni rupa diantaranya adalah seni lukis kaca, salah satu seniman yang berhasil adalah

Rastika. Ciri khas lukisannya adalah memberikan efek bayangan yang disebut pepes,

adanya pertemuan tiga warna gradasi yang disebut papag, serta arsir titik-titik yang

disebut tawuran.

Gambar III.1 Aktivitas melukis di atas kaca

(sumber : Cirebon, Times Edition,1995)

Seni rupa jenis ke dua adalah gerabah yang berada di Sitiwinagun, Siti berarti

tanah dan Winangun berarti mengolah. Menurut cerita yang yang berkembang di

Cirebon, keberadaan seni gerabah di wilayah ini dibawa dari Baghdad oleh Syarif

Abdurrahman yang disebut Pangeran Panjunan. Bentuk gerabah di wilayah ini

memiliki kemiripan dengan gerabah dari masa prasejarah. Berdasarkan peta

prasejarah, ternyata dari Cirebon sampai wilayah Barat dilewati aliran sungai yang

memungkinkan tumbuhnya wilayah pembuatan keramik (Rokhmin Dahuri dkk, 2004

: 164)

Untuk seni pertunjukan, terdapat lima jenis kesenian tradisi, yaitu wayang,

berokan, rudat dan tari topeng Cirebon. Seni wayang yang berada di wilayah ini salah

satunya adalah wayang cepak atau wayang menak, bentuknya seperti wayang golek,

namun pada bagian kepalanya terdapat bentuk yang seperti dipapak atau dipangkas.

Sedangkan wayang kulit adalah wayang yang ditatah dari kulit, dari aspek bentuk,

wayang kulit masih dianggap sebagai tradisi Hindu.

Page 6: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

37

Kedudukan pertunjukan wayang kulit tergeser oleh wayang papak, karena

Sunan Kalijaga melakukan perubahan pada pertunjukannya, dengan mengaitkan

keberadaan Wali Sanga sebagai sarana dakwah.

Wayang papak lebih menekankan pada misi dakwah, yaitu i’tibar, artinya

memberikan pelajaran tentang hidup, sikap dan perilaku saat sedang mengalami

persoalan hidup serta penyelesaiannya yang diambil dari cerita atau babad. Berikut

beberapa gambar wayang cepak atau papak.

Gambar III.2 Wayang Golek

Cepak tokoh ‘Raja Halus’

(Sumber : Icons of Art, 2006)

Gambar III.3 Wayang Golek

Cepak tokoh ‘Dewi

Munigar’

(sumber : Anne Ritcher, 1993)

Gambar III.4

Wayang Golek Cepak

tokoh ‘Sekar Pandan’

(sumber : Anne Ritcher, 1993)

Gambar III.5

Wayang Golek Cepak Tokoh Raja dan

Panakawan

(Sumber : Ensiklopedia WayangPurwa I)

Page 7: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

38

Gambar III.6 Wayang Golek

Bentuk dan tokoh wayang golek di wilayah Jawa memiliki kesamaan dari aspek bentuk cerita

dan tokohnya. Cerita yang disajikan pada umumnya berdasarkan mengacu pada riwayat-riwayat yang ada pada masa Hindu dan Islam.

(sumber : Anne Ritcher, 1993)

Bentuk kesenian wayang kulit di Cirebon sebenarnya memiliki kesamaan dengan

wayang kulit di daerah lain, berikut di bawah ini gambar wayang kulit Cirebon.

Gambar III.7

Wayang Kulit ’Sekar Pandan’

(Sumber : Shadow Theatre in Java)

Gambar III.8 Wayang Kulit tokoh ’Semar’ (Sumber : Shadow Theatre in

Java)

Gambar III.9 Wayang Kulit ’Monster’ (Sumber : Shadow Theatre

in Java)

Berikut beberapa perangkat gamelan peninggalan Sunan Kali Jaga yang

digunakan dalam pertunjukan wayang di Cirebon :

Page 8: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

39

Gambar III.10

Rebana peninggalan Sunan Kali Jaga (sumber : Keraton Kasepuhan Cirebon,

dokumentasi penulis)

Gambar III.11

Perangkat gamelan (sumber : Keraton Kasepuhan Cirebon,

dokumentasi penulis)

Sedangkan kesenian rudat berwujud tarian atau gerakan yang berpadu dengan

aliran dzikir pujian kepa Allah SWT dan diiringi dengan tabuhan ’genjring’. Kesenian

ini disertai dengan tarian kuda Lumping yang mengejewantahkan sikap kavaleri

sahabat Husein cucu Rasul ketika berperang melawan musuh-musuhnya di medan

perang Karbala. Ia digambarkan ulet, kebal, sakti sehingga mampu makan beling dan

api yang yang menunjukkan betapa hebatnya pasukan tersebut.

Gambar III.12

Pertunjukan Rudat di Cirebon (Sumber : Gelar Produk dan Apresiasi seni dan Budaya,2005)

Bentuk kesenian lainnya adalah Berokan, yaitu kesenian yang wujudnya

berbentuk tiruan kepala singa jantan dengan badan meniru bentuk raksasa Syiwa-

Durga sambil meniupkan terompet atau sempritan, yang mengeluarkan suara-suara

khas. Pada awalnya kesenian Berokan diciptakan oleh para wali untuk mendukung

dakwah Islam kepada masyarakat dengan tujuan menyadarkan masyarakat agar tidak

takut terhadap Barong salah seorang calon arang di Bali yang sering meneror

Page 9: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

40

masyarakat. Hal ni terkait dengan kepercayaan masyarakat Cirebon pada saat itu akan

adanya mahkluk gaib yang bernama buta ijo.

Gambar III.13 Boneka Berokan tampak

Samping (Sumber : koleksi penulis, 2007)

Gambar III.14

Boneka Berokan dari muka

(Sumber : koleksi penulis, 2007)

Gambar III.15

Suasana Arakan Berokan

(Sumber : Times Edition, 1995)

Bentuk seni pertunjukan lain adalah tari topeng yang berkembang hampir di

seluruh wilayah Jawa dan pesisir. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di Cirebon

pada abad ke 10 sampai dengan abad ke 11, bersamaan dengan masa perkembangan

agama Islam di wilayah ini dan digunakan sebagai media dakwah oleh Sunan Gunung

Jati dan Sunan Kalijaga.

Selanjutnya pertunjukan ini berkembang pesat di kalangan masyarakat sekitar

abad ke-15 di Cirebon. Setelah topeng berkembang di masyarakat, maka kesenian ini

mulai dimanfaatkan dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat perayaan ritual, seperti

perkawinan, pelepas nadar atau kaulan, ruwatan dan lainnya.

Gambar III.16 Tari Topeng Cirebon (sumber: Indonesian Heritage, 1996)

Page 10: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

41

Gambar III.17 Aktivitas membuat Kelengkapan Topeng

(sumber: dokumentasi penulis,2006)

III.4 Riwayat Panji Sebagai Dasar Tari Topeng Cirebon

Jika ditinjau dari bentuk tuanya, pertunjukan tari topeng pada masa

kelahirannya berperan sebagai sarana ritual yang bersifat religius. Dan

pertunjukannya berlangsung dalam lingkungan kerajaan. Dalam perkembangannya,

pertunjukan ini memiliki fungsi sebagai berikut :

Tabel III.1 Sifat, Fungsi dan Jenis Kesenian Topeng di Cirebon

Sifat Fungsi Jenis

Sakral Keagamaan Sebagai simbol perwujudan representasi suatu komunitas

1. Komunal; hajatan desa untukkepentingan bersama.

2. Bebarang, inisiatif dari senimannyauntuk mengadakan pertunjukan,umumnya saat musim paceklik(kemarau)

Profan/Keduniawian Seni hiburan karena estetika, kekuatan visual, dinamika

musik dan gerak

Individual; hajatan yang dilakukan perorangan atau keluarga, contoh: mitoni,

kaulan

(sumber : dirangkum dari berbagai sumber)

Kandungan dalam pertunjukan topeng pada dasarnya menggambarkan siklus

kehidupan manusia, dari bayi beranjak ke masa kanak-kanak, masa dewasa hingga

masa dimana seorang manusia telah mencapai kedudukan. Dalam siklus kehidupan

tersebut terkandung tiga unsur hidup dalam manusia, yaitu perkawinan, perjalanan

atau pengembaraan serta pertempuran.

Topeng yang digunakan sampai saat ini tetap menampilkan lima karakter, dan

kelima karakter tersebut dibedakan dengan penggunaan lima jenis topeng. Perihal

Page 11: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

42

kelima tokoh dalam tarian tersebut, ternyata tidak dapat dilepaskan dari hikayat Panji

yang diduga telah ada sejak tahun ± 1350 pada zaman kejayaan Majapahit.

Kisah Panji menceritakan tentang pangeran dan putri dari empat negara yaitu

Kediri, Kahuripan, Daha dan Singasari, empat negara tersebut dipimpin oleh raja yang

saling bersaudara. Saat itu Raden Panji menolak perjodohan dengan Puteri Chandra

Kirana, puteri dari kerajaan Daha, karena ia sudah memiliki Anggraini, namun

Anggraini dibunuh dan Panji mengembara dengan menyamarkan diri sebagai Panji

Kelana Edan. Dalam pelariannya ia bertemu dan jatuh cinta pada Kuda Semirang

yang ternyata ia adalah putri Chandra Kirana yang menyamar menjadi laki-laki.

Panji diartikan sebagai yang pertama, yang berasal dari kata siji atau satu

dalam bahasa Jawa. Panji menggambarkan mahluk yang baru lahir ke dunia,

gambaran seorang bayi yang tak berdaya. Hal tersebut terlihat pada gerakan tari yang

kecil – kecil dan diam. Pernikahan Panji dengan Chandra Kirana membuat bersatunya

keempat kerajaan Jawa dan pusatnya di Jenggala atau Kahuripan.

Tokoh kedua adalah Pamindo, tokoh ini yang menggambarkan masa kanak-

kanak. Ia digambarkan adalah Gunung Sari dari Kerajaan Daha. Tokoh Pamindo

pada wayang dikisahkan sebagai Raden Kuda Panulis. Sedangkan di daerah lain yaitu

Losari-Cirebon, Pamindo diidentikan dengan tokoh Sutera Winangon.

Tarian ini berada di posisi kedua, dalam bahasa Jawa mindo artinya kedua.

Tarian-tarian yang hadir setelah Panji disebut sebagai tarian horizontal, yang

mewakili empat arah mata angin semesta dan keempat tarian ini merupakan wujud

dari aspek pusat yang transenden, dan ruang pertamanya adalah posisi yang ditempati

oleh Gunung Sari dari arah Timur.

Tokoh ketiga adalah Rumyang, dalam wayang tokoh ini diidentikkan dengan

Sadewa dan Somantri. Pada topeng Cirebon Rumyang merupakan tarian bagian

ketiga. Rumyang digambarkan sebagai Candra Kirana, dewi yang menjelma menjadi

manusia, dan melakukan penyamaran sebagai Panji Semirang dan berperilaku laki

laki.

Penokohan Rumyang hampir sama dengan Panji, kedua pasangan ini dianggap

sebagai pasangan suami istri sejak di dunia atas. Asal kata Rumyang sendiri berasal

dari ramyang-ramyang artinya mulai terang (Toto Amsar Suanda, 1989:24).

Keadaan mulai terang atau carangcang tihang dalam bahasa Sunda artinya

baru setengah terlihat. Rumyang digambarkan sebagai manusia yang sudah mulai

Page 12: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

43

terang dalam melihat kehidupan dunia, walaupun terlihat ragu-ragu dalam gerakannya

namun cenderung membuat gerakan yang terlihat menolak atau membuang .

Arah ruang Rumyang sendiri ada di utara, dalam konsep primordial, alam

semesta dunia dibagi menjadi dua wilayah yang berlawanan yaitu Timur-Utara, Barat-

Selatan. Rumyang menggambarkan masa remaja, dia melambangkan anak sulung

perempuan namun memiliki asas seperti laki-laki. Itulah alasannya tarian ini

menampilkan tokoh laki-laki walaupun ia adalah perempuan.

Gerak dalam tarian ini merefleksikan perjalanan serta penyamaran

Candrakirana, sehingga sepanjang tariannya ia tak pernah sedikitpun menanggalkan

kedoknya, agar penyamaran yang ia lakukan berhasil.

Tokoh keempat adalah Patih yang selalu bergerak di area luar. Ia diidentikan

sebagai Raja Soca Windu, musuh keluarga Panji. Sedangkan dalam wayang dianggap

sebagai Raden Setiaki dan Gatot Kaca. Tarian ini menggambarkan pertikaian

Tumenggung Magangdiraja, calon menantu Raja Bawarna yang berupaya untuk

menaklukkan Jingga Anom. Dalam tarian ini didapati pula unsur dialog, sehingga

tarian ini tampak seperti cukilan fragmen tari. Sosok Patih digambarkan sebagai

lambang kedewasaan jaman. Ia berada di arah Barat-Selatan atau sebagai pihak luar,

duniawi, pihak musuh, kematian, kasar dan kelelakian.

Tokoh kelima adalah Klana, dalam cerita wayang ia diidentikan dengan

Rahwana atau Dasamuka. Klana atau Kelana digambarkan karakter yang penuh

dinamika dengan hasrat jasmani dan duniawi. Terkadang ia disebut Menak Jingga

karena melambangkan nafsu yang terkekang manusia. Sosok Klana menggambarkan

raja yang gagah perkasa bernama Kelana Budanegara, ia tergila-gila pada puteri Dewi

Tunjung Ayu.

Kisah lain menyebutkan Kelana adalah Raja Blambangan yang ingin

mempersunting Dewi Sekartaji dari kerajaan Jenggala, yang tak lain adalah Candra

Kirana, pasangan Panji. Jika kelima karakter topeng tersebut ditempatkan dalam satu

pola kosmologi, maka penempatan, posisi serta arah dari lima karakter tersebut adalah

sebagai berikut :

Page 13: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

44

Bagan III.1 Posisi Tokoh dalam Tari Topeng dalam Kosmologi ’Buana Panca Tengah’

(sumber : dirangkum dari Jakob Soemardjo)

III.5 Konsep Mandala pada Tari Topeng

Dalam pertunjukan topeng terdapat lima karakter yaitu Panji, Pamindo,

Rumyang, Tumenggung, dan Klana. Setiap karakter dalam topeng menempati posisi

dan arah masing-masing, dan penempatan posisi tersebut dapat dipetakan dalam suatu

konsep Mandala. Posisinya adalah Panji-Pusat, Pamindo-Timur, Rumyang-Utara,

Patih-Barat, Klana-Selatan.

Tabel III.2 Arah dan Sifat dalam Karakter Topeng Arah Karakter Sifat

Pusat Panji Lelaki – Perempuan , Surga Dunia Dunia atas – dunia Bawah)

Utara Rumyang Candrakirana Perempuan bersifat lelaki

Selatan Klana Lelaki-Pejabat negara Barat Patih Lelaki- Raja dunia Timur Pamindo Gunung Sari

Lelaki bersifat perempuan (sumber : Jakob Sumardjo)

Berikut adalah cara pembacaan konsep Mandala serta pola oposisi dalam tari

topeng Cirebon :

Page 14: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

45

1. Posisi pusat ditempati Panji dan berada di tengah, diartikan bahwa semua nilai ada

di dalamnya dan semua arah yang ada disekelilingnya, Timur-Barat, Utara-

Selatan, selalu menuju ke arah tengah. Begitu pula unsur yang ada di Panji akan

terlihat pada empat arah di sekelilingnya.

Bagan III.2 Skema Konsep Mandala (sumber : rekontruksi penulis)

2. Oposisi vertikal-horisontal adalah oposisi yang ditunjukan oleh arah Utara dan

Selatan, ditempati Rumyang dan Klana serta Timur dan Barat ditempati Pamindo

dan Patih. Cara pembacaan pada posisi horisontal adalah akan terdapat nilai sama

dan nilai beda pada Pamindo dan Patih.

Bagan III.3 Skema Konsep Mandala (sumber : rekontruksi penulis)

Sedangkan pada posisi vertikal, nilai sama dan nilai beda ada pada Rumyang dan

Klana.

Memusat

Horisontal

U

TB

S

U

B T

S

Page 15: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

46

Bagan III.4 Skema Konsep Mandala (sumber : rekontruksi penulis)

3. Oposisi diagonal atas adalah oposisi yang ditunjukan oleh arah Utara-Barat dan

diagonal bawah adalah Timur-Selatan. Pola seperti ini artinya ada nilai sama

terdapat pada karakter Rumyang-Patih, dan nilai sama pada Pamindo-Klana.

Kedua oposisi tersebut saling berhadapan. Dua arah diagonal yang saling

berhadapan ini memiliki nilai yang saling berbeda. Arah yang diberi tanda (----)

artinya kedua arah tersebut memiliki persamaan sekaligus perbedaan yaitu pada

Rumyang-Pamindo dan Patih-Klana.

Bagan III.5 Skema Konsep Mandala

(sumber : rekontruksi penulis)

Diagonal bawah

Diagonal atas

U

B T

S

U

TB

S

Vertikal

Page 16: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

47

4. Oposisi berhadapan adalah oposisi yang ditunjukan pada posisi Timur-Selatan-

Barat dan oposisinya adalah Utara. Sedangkan posisi Timur-Utara-Selatan

beroposisi dengan Selatan. Cara pembacaan terhadap pola oposisi bawah adalah

terdapat unsur nilai sama pada tiga arah Patih-Rumyang-Pamindo dan nilai

bedanya ada di Klana, begitu pula sebaliknya, pada oposisi atas, nilai sama

terdapat pada Patih-Klana-Pamindo, dan nilai beda terdapat pada Rumyang.

Bagan III.6 Skema Konsep Mandala

(sumber : rekontruksi penulis)

Artinya terdapat nilai sama pada tiga posisi yaitu Barat-Utara-Timur, dan nilai yang

terlihat berbeda ada pada Selatan.

Bagan III.7 Skema Konsep Mandala (sumber : rekontruksi penulis)

Artinya terdapat nilai sama pada tiga posisi yaitu Barat-Selatan-Timur, dan nilai yang

terlihat berbeda ada pada Utara.

U

TB

S

TB

S

U

Page 17: Bab III kostum -  · PDF fileMasa berikutnya adalah masuknya agama Hindu, ... agama Islam, karena dalam penyajiannya dirasakan ... walaupun nilai mistik keagamaan dan unsur-unsur

48