bab iii kebijakan dan kelembagaan penanggulangan...
TRANSCRIPT
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-1
BAB III
KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN
KEMISKINAN KOTA SURAKARTA
3.1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Nasional
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, diselenggarakan
berdasarkan asas demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. Sistem perencanaan
pembangunan nasional bertujuan a) mendukung koordinasi antar pelaku
pembangunan, b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik
antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara
pusat dan daerah; c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; d) mengoptimalkan partisipasi
masyarakat; dan e) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara
efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Perencanaan pembangunan nasional dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM); dan Rencana Pembangunan Tahunan. Segenap
tahapan perencanaan pembangunan ini merupakan penjabaran dari tujuan
dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah
pembangunan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPNas) 2005-2025, disebutkan
bahwa visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah Indonesia yang
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-2
Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Dalam upaya mewujudkan misi tersebut akan
ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional, yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional.
Dari 8 uraian misi di atas, tersirat sebuah misi yang mendorong pada
tingkat pemerataan dan berkeadilan dalam pembangunan, yaitu misi ke 5. Misi
kelima ini diarahkan pada upaya meningkatkan pembangunan daerah,
mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada
masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi
kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama
bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan
prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek
termasuk gender.
Lahirnya misi ke 5 ini salah satunya adalah bahwa dalam 20 tahun
mendatang, Indonesia menghadapi tekanan jumlah penduduk yang makin
besar. Jumlah penduduk yang pada tahun 2005 sebesar 219,9 juta orang
diperkirakan meningkat mencapai sekitar 274 juta orang pada tahun 2025.
Sejalan dengan itu berbagai masalah kependudukan diperkirakan akan menjadi
tantangan bagi pemerintah yang salah satunya adalah tingkat kemiskinan.
Dalam rangka mencapai terwujudnya pembangunan yang lebih merata
dan berkeadilan terhadap masayarakat miskin, maka tujuan pembangunan
diarahkan sebagai berikut :
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-3
1. Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan kesejahteraan
sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada
kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin
dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana.
2. Pembangunan kesejahteraan sosial dalam rangka memberikan
perlindungan pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung
disempurnakan melalui penguatan lembaga jaminan sosial yang didukung
oleh peraturan-peraturan perundangan, pendanaan, serta sistem nomor
induk kependudukan (NIK). Pemberian jaminan sosial dilaksanakan dengan
mempertimbangkan budaya dan kelembagaan yang sudah berakar di
masyarakat.
3. Sistem perlindungan dan jaminan sosial disusun, ditata, dan dikembangkan
untuk memastikan dan memantapkan pemenuhan hak-hak rakyat akan
pelayanan sosial dasar. Sistem jaminan sosial nasional (SJSN) yang sudah
disempurnakan bersama sistem perlindungan sosial nasional (SPSN) yang
didukung oleh peraturan perundang–undangan dan pendanaan serta sistem
Nomor Induk Kependudukan (NIK) dapat memberikan perlindungan penuh
kepada masyarakat luas. secara bertahap sehingga Pengembangan SPSN
dan SJSN dilaksanakan dengan memperhatikan budaya dan sistem yang
sudah berakar di kalangan masyarakat luas.
4. Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya
diarahkan pada (1) penyelenggaraan pembangunan perumahan yang
berkelanjutan, memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat
serta didukung oleh prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi
dan berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan
efisien; (2) penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta prasarana
dan sarana pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi
pembiayaan yang berasal dari masyarakat dan pasar modal, menciptakan
lapangan kerja, serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran
pembangunan; dan (3) pembangunan pembangunan perumahan beserta
prasarana dan sarana pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan
keseimbangan lingkungan hidup.
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-4
5. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan
sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset
management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi; (2) pemenuhan
kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat; (3)
penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan
profesional; dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam
pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin
6. Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan, perlindungan,
dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara bertahap dengan
mengutamakan prinsip kesetaraan dan nondiskriminasi. Sejalan dengan
proses demokratisasi, pemenuhan hak dasar rakyat diarahkan pada
peningkatan pemahaman tentang pentingnya mewujudkan hak-hak dasar
rakyat. Kebijakan penanggulangan kemiskinan juga diarahkan pada
peningkatan mutu penyelenggaraan otonomi daerah sebagai bagian dari
upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin.
RPJP Nasional memiliki tahapan perencanaan jangka menengah atau
yang biasa disebut RPJM, terdiri dari RPJM ke-1 untuk periode 2005-2009,
RPJM ke-2 untuk periode 2010-2014 dan RPJM ke-4 untuk periode 2020-2024.
Saat ini RPJMN masuuk pada periode 2015-2019. Pada periode tersebut, arah
kebijakan pembangunan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya
manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Kebijakan peningkatan kesejahteraan masyarakat mendorong pada
meningkatnya kualitas sumber daya manusia, yang ditandai oleh :
1. Meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan, termasuk yang berbasis
keunggulan lokal dan didukung oleh manajemen pelayananan pendidikan
yang efisien dan efektif;
2. Meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;
3. Meningkatnya kesetaraan gender;
4. Meningkatnya tumbuh kembang optimal, serta kesejahteraan dan
perlindungan anak;
5. Tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang;
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-5
6. Mantapnya budaya dan karakter bangsa.
Penanggulangan kemiskinan secara nasional dirumuskan melalui
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan. Inti dari instruksi ini adalah ditetapkannya 3 program utama yaitu
program pembangunan pro rakyat, keadilan untuk semua, dan pencapaian
tujuan pembangunan milenium (MDGs). Inpres tersebut kemudian
diterjemahkan kembali dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Melalui perpres tersebut
diharapkan adanya efektifitas pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan dapat mempercepat uapaya penurunan angka kemiskinan di
Indonesia.
Pada pasal 1 Perpres Nomor 96 tahun 2015 yang merupakan
perubahan atas Perpres Nomor 15 Tahun 2010 disebutkan bahwa
Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan
pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis terencana dan bersinergi
dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin
dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Arah kebijakan
penanggulangan kemiskinan disebutkan pada pasal 2 yaitu: (1) arah kebijakan
penanggulangan kemiskinan nasional berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); (2) arah kebijakan penanggulangan
kemiskinan daerah berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD). Kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan melalui
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 diarahkan melalui 4 strategi
mendasar, yaitu :
1. Penyempurnaan program perlindungan sosial;
2. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar;
3. Pemberdayaan masyarakat, dan
4. Pembangunan yang inklusif.
Upaya penanggulangan kemiskinan juga diatur melalui melalui Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2011 tentang Fakir Miskin. Lahirnya Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2011 tentang Fakir Miskin merupakan bagian dari amanat
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-6
ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
negara bertanggung jawab untuk memelihara fakir miskin guna memenuhi
kebutuhan dasar yang layak bagi kemanusiaan. Pengertian fakir miskin yang
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 ini adalah orang yang
sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai
sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
Dalam undang-undang ini, fakir miskin memiliki hak-hak hidup yang
harus dipenuhi selayaknya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Pada pasal 3
menyebutkan bahwa hak-hak fakir miskin yang harus dipenuhi yaitu:
1. Memperoleh kecukupan pangan, sandang, dan perumahan.
2. Memperoleh pelayanan kesehatan.
3. Memperoleh pendidikan yang dapat meningkatkan martabatnya.
4. Mendapatkan perlindungan sosial dalam membangun, mengembangkan,
dan memberdayakan diri dan keluarganya sesuai dengan karakter
budayanya.
5. Mendapatkan pelayanan sosial melalui jaminan sosial, pemberdayaan
sosial, dan rehabilitasi sosial dalam membangun, mengembangkan, serta
memberdayakan diri dan keluarganya.
6. Memperoleh derajat kehidupan yang layak.
7. Memperoleh lingkungan hidup yang sehat.
8. Meningkatkan kondisi kesejahteraan yang berkesinambungan; dan
9. Memperoleh pekerjaan dan kesempatan berusaha.
Dalam undang-undang tersebut, penanganan fakir miskin ditujukan
kepada perseorangan, keluarga kelompok dan atau masyarakat. Penanganan
fakir miskin dilakukan dalam bentuk pengembangan potensi diri, bantuan
pangan dan sandang, penyediaan pelayanan perumahan, penyediaan
pelayanan kesehatan, penyediaan pelayanan pendidikan, penyediaan akses
kesempatan kerja dan berusaha, bantuan hukum; dan/atau pelayanan sosial.
Sementara itu pendekatan penanganan fakir miskin dapat dilakukan melalui
pemberdayaan kelembagaan masyarakat, peningkatan kapasitas fakir miskin
untuk mengembangkan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha, jaminan
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-7
dan perlindungan sosial untuk memberikan rasa aman bagi fakir miskin,
kemitraan dan kerja sama antar pemangku kepentingan.
Tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin, pada tahun 2013 pemerintah menetapkan satu
kebijakan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun
2013 Tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui
Pendekatan Wilayah. Melalui peraturan ini Upaya Penanganan Fakir Miskin
melalui pendekatan wilayah dimaksudkan untuk memberikan arah agar
Penanganan Fakir Miskin dilakukan secara terpadu, terarah, dan
berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan derajat kesejahteraan Fakir
Miskin dan memberikan pedoman bagi pengambilan kebijakan yang berpihak
kepada peningkatan kesejahteraan Fakir Miskin, berbasiskan wilayah dengan
memperhatikan kearifan lokal.
Upaya Penanganan Fakir Miskin melalui pendekatan wilayah bertujuan
terpenuhinya kebutuhan dasar fakir miskin agar memperoleh kehidupan yang
layak dan bermartabat, meningkatnya kapasitas dan berkembangnya
kemampuan dasar serta kemampuan berusaha bagi fakir miskin dan
terentaskannya fakir miskin dari kemiskinan. Penanganan Fakir Miskin melalui
pendekatan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal,
yang meliputi wilayah perdesaan, perkotaan, pesisir dan pulau-pulau kecil,
daerah tertinggal/terpencil dan/atau perbatasan antar negara.
Pada Pasal 6 menyebutkan bahwa upaya penanganan fakir miskin di
wilayah perdesaan dilakukan melalui:
1. Penyediaan sumber mata pencaharian di bidang pertanian, peternakan, dan
kerajinan;
2. Bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil pertanian, peternakan, dan
kerajinan;
3. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana;
4. Penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintahan desa; dan/atau
5. Pemeliharaan dan pendayagunaan sumber daya.
Upaya Penanganan Fakir Miskin di wilayah perkotaan berdasarkan
pasal 12 dilakukan melalui:
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-8
1. Penyediaan sumber mata pencaharian di bidang usaha sektor informal;
2. Bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil usaha;
3. Pengembangan lingkungan permukiman yang sehat; dan/atau
4. Peningkatan rasa aman dari tindak kekerasan dan kejahatan.
Upaya Penanganan Fakir Miskin di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
berdasarkan pasal 17 dilakukan melalui:
1. Penyediaan sumber mata pencaharian di bidang perikanan dan sumber
daya laut;
2. Bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil usaha;
3. Penguatan lembaga dan organisasi masyarakat pesisir dan nelayan;
4. Pemeliharaan daya dukung serta mutu lingkungan pesisir dan pulau-pulau
kecil; dan/atau
5. Peningkatan keamanan berusaha dan pengamanan sumber daya kelautan
dan pesisir.
Upaya Penanganan Fakir Miskin di wilayah tertinggal/terpencil
berdasarkan pasal 24 dilakukan melalui:
1. Pengembangan ekonomi lokal bertumpu pada pemanfaatan sumber daya
alam, budaya, adat istiadat, dan kearifan lokal secara berkelanjutan;
2. Penyediaan sumber mata pencaharian di bidang pertanian, peternakan,
perikanan, dan kerajinan;
3. Bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil pertanian, peternakan,
perikanan, dan kerajinan;
4. Peningkatan pembangunan terhadap sarana dan prasarana;
5. Penguatan kelembagaan dan pemerintahan; dan/atau
6. Pemeliharaan, perlindungan, dan pendayagunaan sumber daya lokal.
Upaya Penanganan Fakir Miskin di wilayah perbatasan antarnegara
berdasarkan pasal 32 dilakukan melalui:
1. Penyediaan sumber mata pencaharian di bidang pertanian, peternakan,
perikanan, dan kerajinan;
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-9
2. Bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil pertanian, peternakan,
perikanan, dan kerajinan;
3. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana;
4. Penguatan kelembagaan dan pemerintahan;
5. Pemeliharaan dan pendayagunaan sumber daya;
6. Menjamin keamanan wilayah perbatasan serta pengamanan sumber daya
lokal; dan/atau
7. Peningkatan daya tahan budaya lokal dari pengaruh negatif budaya asing.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun
2013, Pasal 42 menyebutkan bahwa upaya Penanganan Fakir Miskin
dilaksanakan secara terencana, terarah, terukur, dan terpadu dengan
berdasarkan pada Rencana Aksi Nasional Penanganan Fakir Miskin. Rencana
aksi nasional Penanganan Fakir Miskin disusun untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun. Sementara itu pada Pasal 43 menjelaskan bahwa Gubernur menyusun
rencana aksi provinsi dengan berpedoman pada rencana aksi nasional
Penanganan Fakir Miskin. Sedangkan bupati/walikota menyusun rencana aksi
kabupaten/kota dengan berpedoman pada rencana aksi nasional dan rencana
aksi provinsi Penanganan Fakir Miskin.
Perpres No 2 Tahun 2015 tentang Rencana Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2014-2019 disebutkan bahwa visi pembangunan nasional adalah :
Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, ban Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong. Upaya untuk mewujudkan visi tersebut ditempuh
dengan 7 Misi Pembangunan yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-10
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Sementara itu strategi pembangunan nasional yang ditempuh dalam
rangka menjalankan misi pembangunan nasional adalah sebagai berikut :
1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan
masyarakat.
b. Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas
tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat
merusak keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus kepada
peningkatan produk-tivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa
menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan
pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertum-buhan. Hal ini
dimaksudkan untuk menciptakan pertum-buhan ekonomi yang
berkelanjutan.
c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung
lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
2. Tiga Dimensi Pembangunan;
a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.
b. Dimensi pembangunan sektor unggulan.
c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan.
3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlu-kan
sebagai prasyarat pembangunan yang berkualitas
4. Kepastian dan penegakan hukum :
a. Keamanan dan ketertiban
b. Politik dan demokrasi
c. Tetakelola dan reformasi birokrasi.
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-11
5. Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya).
Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan
waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan
contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang
berjalan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.
Dalam lima tahun ke depan, terdapat 9 prioritas pembangunan yang
masuk dalam agenda NAWACITA pembangunan nasional. Kesembilan cita-cita
tersebut adalah :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Kebjakan penanggulangan kemiskinan termasuk ke dalam agenda
Nawacita, yang dapat dilihat pada agenda pembangunan ke 3 yaitu Membangun
Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-daerah dan Desa dalam
Kerangka Negara Kesatuan. Agenda pembangunan ketiga ini memuat tiga hal
pokok yaitu Peletakan Dasar-Dasar Dimulainya Desentralisasi Asimetris,
Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah Terutama Kawasan Timur Indonesia
dan Penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian, upaya penanggulangan
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-12
kemiskinan secara jelas termasuk menjadi agenda utama pembangunanan
nasional.
Dalam agenda pembangunan nasional, masalah kemiskinan merupakan
bagian dari dua konsekuensi penting dari adanya pertumbuhan dan kemajuan
sosial ekonomi masyarakat serta perubahan struktur perekonomian Indonesia.
Pertama, penduduk golongan menengah ke bawah akan semakin membutuhkan
sistem perlindungan sosial yang komprehensif. Kedua, adanya potensi
meningkatnya kesenjangan antarkelompok berpendapatan terbawah dan
menengah ke atas yang menjadikan masalah kemiskinan semakin kompleks.
Untuk itu pemerintah dalam lima tahun ke depan memiliki target dalam
penanggulangan kemiskinan yaitu menurunkan tingkat kemiskinan menjadi 7,0-
8,0 persen pada tahun 2019. Sasar utama dalam mencapai target tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya investasi padat pekerja sehingga memperluas kesempatan
pekerjaan yang layak bagi masyarakat yang kurang mampu (decent job).
2. Meningkatnya akses usaha mikro dan kecil untuk mengem-bangkan
keterampilan, pendampingan, modal usaha, dan pengembangan teknologi.
3. Terbentuknya kemitraan pemerintah, pemerintah daerah dan
swasta/BUMN/BUMD dalam pengembangan kapasitas dan keterampilan
masyarakat dalam rangka peningkatan penghidupan masyarakat.
4. Tersedianya sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi yang
berkualitas.
5. Meningkatnya penjangkauan pelayanan dasar mencakup identitas hukum,
sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar, dan
sarana ekonomi yang inklusif bagi masyarakat kurang mampu termasuk
penyandang disabilitas dan lansia.
6. Meningkatnya perlindungan sosial, produktivitas dan pemenuhan hak dasar
bagi penduduk kurang mampu.
Arah kebijakan yang diambil dalam rangka menjawab tantangan
kemiskinan dalam lima tahun yang akan datang adalah dengan mengurangi
ketimpangan yang dilakukan dengan pembangunan yang inklusif dan kebijakan
afirmatif yang lebih nyata, yaitu :
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-13
1. Mengembangkan sistem perlindungan sosial yang komprehensif.
2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat kurang mampu.
3. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat miskin
melalui penyaluran tenaga kerja dan pengembangan kewirausahaan.
Adapun strategi yang akan ditempuh dalam upaya penanggulangan
kemiskinan mencakup hal-hal berikut.
1. Mengarahkan kebijakan fiskal yang mendukung penghidupan masyarakat
kurang mampu terutama pengeluaran publik yang bersifat bantuan sosial
yang bersasaran.
2. Sinkronisasi kerangka regulasi dan kebijakan pemerintah terutama kerangka
regulasi dan kebijakan sektor pertanian, perdagangan luar negeri, aturan
logistik komoditas pangan, dan aturan monopoli.
3. Meningkatkan perlindungan, produktivitas dan pemenuhan hak dasar bagi
penduduk kurang mampu, melalui (i) penataan asistensi sosial terpadu
berbasis keluarga dan siklus hidup melalui Program Keluarga Produktif dan
Sejahtera yang menca-kup antara lain bantuan tunai bersyarat dan/atau
sementara, pangan bernutrisi, peningkatan kapasitas pengasuhan dan
usaha keluarga, pengembangan penyaluran bantuan melalui keuangan
digital, serta pemberdayaan dan rehabilitasi sosial; (ii) peningkatan
inklusivitas bagi penyandang disabilitas dan lanjut usia pada setiap aspek
penghidupan, dan (iii) penguatan kelembagaan dan koordinasi melalui
peningkatan kualitas dan ketersediaan tenaga kesejahteraan sosial,
standarisasi lembaga kesejahteraan sosial, serta pengembangan sistem
rujukan dan layanan terpadu.
4. Memperluas dan meningkatkan pelayanan dasar untuk masyarakat kurang
mampu melalui: (i) peningkatkan keterse-diaan infrastruktur dan sarana
pelayanan dasar bagi masyara-kat kurang mampu dan rentan; (ii)
meningkatkan penjangkau-an pelayanan dasar bagi penduduk kurang
mampu dan rentan; (iii) penyempurnaan pengukuran kemiskinan yang
menyang-kut kriteria, standarisasi, dan sistem pengelolaan data terpadu.
5. Meningkatkan penghidupan masyarakat kurang mampu melalui: (i)
pemberdayaan ekonomi berbasis pengembangan ekonomi lokal, (ii)
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-14
perluasan akses permodalan dan layanan keuangan melalui penguatan
layanan keuangan mikro, (iii) peningkatan pelatihan dan pendampingan
dalam rangka meningkatkan kapasitas dan keterampilan, (iv) peningkatan
kapasitas pemanfaatan sumber daya lokal sebagai sumber penghidupan
yang berkelanjutan, (v) peningkatan akses pasar yang didukung penyediaan
kepastian lokasi usaha, dan (vi) penguasaan aset-aset produksi (seperti
lahan pertanian), secara memadai bagi masyarakat kurang mampu sebagai
modal dasar bagi pengembangan penghidupan
6. Kebijakan tenaga kerja yang kondusif dan perluasan kesempatan kerja bagi
masyarakat kurang mampu dengan meningkatkan iklim investasi yang
bersifat padat pekerja.
7. Meningkatkan akses masyarakat kurang mampu terhadap informasi
lapangan pekerjaan, peningkatan pelatihan, dan penyaluran tenaga kerja
8. Menciptakan kemitraan yang kuat antara pemerintah daerah, pusat
pelatihan kerja, dan pihak swasta/ BUMN
9. Meningkatkan kesempatan masyarakat kurang mampu terhadap pendidikan
formal dan non-formal sehingga dapat meningkatan akses terhadap
pekerjaan yang layak (decent job)
10. Menguatkan konektivitas lokasi pedesaan dengan pembangunan
infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi di perdesaan yang dapat
menghubungkan lokasi-lokasi produksi usaha mikro dan kecil kepada pusat
ekonomi terdekat.
11. Advokasi kepada penduduk kurang mampu tentang pening-katan kualitas
pendidikan dan kesehatan anak yang akhirnya dapat mengontrol
pertumbuhan penduduk terutama penduduk kurang mampu dan rentan.
Selanjutnya berdasarkan RPJMN Tahun 2015-2019, dalam Buku III
tentang Agenda Pembangunan Wilayah khususnya berkenaan dengan capaian
kinerja penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran di wilayah Provinsi
Jawa-Bali, dinyatakan bahwa Pemerintah Provinsi di Wilayah Jawa-Bali telah
cukup berhasil dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dari tahun 2009
hingga 2014 (Maret) dan sudah berada di bawah angka kemiskinan nasional
sebesar 14,15 % (2009) dan 11,25 % (Maret 2014), kecuali di Provinsi Jawa
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-15
Tengah, Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Timur yang masih berada di
atas angka kemiskinan nasional. Demikian halnya dengan pencapaian tingkat
pengangguran terbuka (TPT). Pemerintah Provinsi di Wilayah Jawa-Bali juga
telah berhasil menurunkan TPT dan sudah berada di bawah TPT nasional
sebesar 7,87 % (2009) dan 5,70 % (Feb, 2014), kecuali di Provinsi DKI Jakarta,
Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten yang masih berada di atas TPT
Nasional.
Adapun sasaran target penurunan tingkat kemiskinan dan
pengangguran Wilayah Jawa-Bali sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.1.
Sasaran Tingkat Kemiskinan Wilayah Jawa-Bali Per Provinsi
Tahun 2015-2019
3.2. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah
Dalam dokumen RPJPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025
disebutkan bahwa Tujuan pembangunan jangka panjang daerah Provinsi Jawa
Tengah tahun 2005-2025 adalah mewujudkan daerah dan masyarakat Jawa
Tengah yang mandiri, maju, sejahtera, dan lestari sebagai landasan bagi
tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sedangkan sasaran pokok yang ingin dicapai adalah sebagai berikut 1)
Terwujudnya sumber daya manusia dan masyarakat Jawa Tengah yang
berkualitas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas,
sehat, serta berbudaya 2) Terwujudnya perekonomian daerah yang berbasis
pada potensi unggulan daerah dengan dukungan rekayasa teknologi dan
berorientasi padaekonomi kerakyatan. 3). Terwujudnya pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup yang optimal dengan tetap menjaga pelestarian
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-16
fungsinya dalam menopang kehidupan 4). Terwujudnya kualitas dan kuantitas
prasarana dan sarana yang menunjang pengembangan wilayah, penyediaan
pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah, 5.Terwujudnya kehidupan
masyarakat yang sejahtera, aman, damai dan bersatu dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didukung dengan kepastian hukum dan
penegakan HAM serta keadilan dan kesetaraan gender.
Kebijakan penanggulangan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah dalam
RPJMD 2013-2018 secara jelas tertuang dalam misi ke 2 yaitu “Mewujudkan
Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan, Menanggulangi Kemiskinan
dan Pengangguran”. Misi ke 2 ini diarahkan untuk mewujudkan kebijakan yang
sistematis dalam rangka mengangkat derajat kelompok miskin dan hampir
miskin yang sebagian besar berada di perdesaan, dengan kebijakan
pengalokasian anggaran yang proporsional dan pembangunan yang
berkeadilan. Afirmasi pelaksanaan misi melalui kemudahan akses permodalan,
dukungan teknologi dan informasi, jaminan ketahanan pangan, pengendalian
alih fungsi lahan yang didukung dengan reformasi agraria, kemandirian energi,
peningkatan kesejahteraan pekerja, mewujudkan keadilan gender dan
perlindungan anak, perluasan akses dan kualitas pelayanan dasar, penciptaan
dan perluasan lapangan kerja, peningkatan produktivitas industri dan nilai
investasi.
Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan pada misi ke 2 ini memiliki
tujuan sebagi berikut :
1. Menurunkan jumlah penduduk miskin;
2. Menurunkan jumlah penganggur;
3. Mengembangkan Koperasi dan UMKM;
4. Mewujudkan Desa Mandiri/ Berdikari melalui Kedaulatan Pangan dan
Kedaulatan Energi;
5. Meningkatkan kelembagaan ekonomi pedesaan;
6. Meningkatkan produk berkualitas ekspor dan penggunaan produk dalam
negeri;
7. Meningkatkan iklim dan pengembangan investasi;
8. Mewujudkan pembangunan yang berkeadilan;
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-17
9. Meningkatkan pencegahan permasalahan sosial dan pemerataan akses
pelayanan bagi PMKS.
Sementara itu sasaran utama dalam mencapai tujuan misi ke 2 di atas
adalah :
1. Menurunnya angka kemiskinan;
2. Menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka;
3. Terjaminnya kedaulatan pangan melalui ketersediaan (produksi dan
cadangan pangan), keterjangkauan, konsumsi pangan dan gizi serta
keamanan pangan berbasis bahan baku, sumber daya dan kearifan lokal;
4. Terjaminnya ketersediaan energi dengan potensi lokal;
5. Meningkatnya jumlah dan kualitas daya saing dan produktivitas Koperasi
dan UMKM;
6. Meningkatnya kelembagaan ekonomi pedesaan;
7. Meningkatnya kualitas produk unggulan orientasi ekspor dan pengendalian
impor non migas;
8. Meningkatnya realisasi investasi;
9. Meningkatnya keadilan gender dan perlindungan anak;
10. Meningkatnya kualitas hidup serta perlindungan terhadap perempuan dan
anak termasuk anak berkebutuhan khusus;
11. Meningkatnya ketersediaan, keterjangkauan dan kesetaraan penyeleng-
garaan pendidikan;
12. Meningkatnya kualitas dan keterampilan masyarakat;
13. Meningkatnya upaya pencegahan permasalahan sosial dan aksesibilitas
PMKS dalam memperoleh pelayanan dan rehabilitasi yang berperspektif
HAM.
Target penurunan angka kemiskinan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan
RPJMD 2013-2018 adalah 7,80% sampai dengan 7,60% pada tahun 2018
dengan kondisi angka kemiskinan pada awal tahun perencanaan sebesar
14,44%. Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan di Provinsi Jawa
Tengah diwujudkan melalui :
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-18
1. Pengurangan beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan
masyarakat miskin;
2. Peningkatan kapasitas dan keterampilan pencari kerja;
3. Perluasan dan pengembangan kesempatan kerja;
4. Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja;
5. Peningkatan penerapan hasil penelitian dan pengembangan iptek serta
inovasi;
6. Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan;
7. Peningkatan akses masyarakat terhadap pangan;
8. Peningkatan diversifikasi dan konsumsi melalui sumber daya lokal;
9. Perlindungan petani dan lahan pertanian serta pengendalian alih fungsi
lahan pertanian;
10. Optimalisasi pemanfaatan potensi panas bumi, energi alternatif, dan
peningkatan jaringan listrik perdesaan;
11. Peningkatan budaya hemat energi;
12. Peningkatan fasilitasi pengembangan wirausaha baru;
13. Peningkatan produktivitas dan kapasitas Koperasi dan UMKM;
14. Pengembangan kelembagaan ekonomi perdesaan;
15. Peningkatan penguasaan akses dan informasi pasar, kemitraan/ kerjasama
usaha serta mengembangkan keunggulan lokal;
16. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk lokal yang memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif;
17. Peningkatan iklim investasi yang berdaya saing berbasis keunggulan
daerah;
18. Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar destinasi pariwisata;
19. Pengarusutamaan gender dan hak anak;
20. Penguatan perlindungan terhadap perempuan dan anak
21. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan dan kesetaraan
penyelenggaraan pendidikan;
22. Peningkatan kualitas dan ketrampilan masyarakat;
23. Peningkatan perlindungan, pemberian jaminan dan pemberdayaan PMKS.
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-19
Prioritas kebijakan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan, menanggulangi kemiskinan dan pengangguran meliputi:
1. Mengurangi penduduk miskin diprioritaskan pada wilayah kabupaten/kota
dengan persentase di atas rata-rata Jawa Tengah;
2. Memprioritaskan pendidikan kejuruan dan keterampilan SDM berbasis
kompetensi;
3. Optimalisasi penerapan Sapta Usaha Tani didukung pemanfaatan teknologi
dan modernisasi alat mesin pertanian berwawasan lingkungan;
4. Mengembangkan regulasi ketahanan pangan/kedaulatan pangan termasuk
alih fungsi lahan pertanian yang didukung dengan reformasi agraria;
5. Meningkatkan ketersediaan, distribusi, keterjangkauan, kualitas, keamanan
pangan berbasis sumber daya lokal dan penanganan rawan pangan serta
penyediaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat;
6. Meningkatkan pemanfaatan potensi panas bumi dan energi alternatif
dengan penggunaan pilihan teknologi sederhana, tepat guna dan ramah
lingkungan;
7. Meningkatkan pembangunan jaringan listrik perdesaan;
8. Meningkatkan budaya hemat energi;
9. Mengembangkan wirausaha baru diarahkan pada usaha kreatif bernilai
tambah tinggi;
10. Meningkatkan fasilitas akses modal kerja, pembimbingan teknis dan
pendampingan manajerial Koperasi dan UMKM berbasis sumber daya lokal;
11. Optimalisasi kelembagaan ekonomi perdesaan;
12. Optimalisasi pengembangan akses dan informasi pasar melalui perkuatan
jejaring sentra dan klaster;
13. Peningkatan kualitas, keberagaman, produktivitas, dan promosi serta
mendorong penerapan standar mutu produk lokal;
14. Membangun kesadaran bersama untuk mengutamakan penggunaan produk
dalam negeri;
15. Mendorong terciptanya iklim investasi yang berdaya saing, kondusif dan
responsif terhadap perubahan kebijakan nasional dan global;
16. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan destinasi
pariwisata;
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-20
17. Mendorong percepatan implementasi PUG dan PUHA;
18. Meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan terhadap perempuan dan
anak;
19. Meningkatkan kualitas pelayanan penanganan kasus kekerasan berbasis
gender, anak dan trafficking;
20. Meningkatkan upaya pencegahan, penanganan dan pengurangan risiko
terjadinya kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran
terhadap perempuan dan anak;
21. Meningkatkan jangkauan layanan pendidikan dengan pendampingan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada jenjang pendidikan dasar dan
pemberian Bantuan Siswa Miskin pada jenjang pendidikan menengah;
22. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pendidik;
23. Meningkatkan ketrampilan dan kewirausahaan masyarakat;
24. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana panti rehabilitasi
sosial serta Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
Program unggulan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan, menanggulangi kemiskinan dan pengangguran meliputi:
1. Rakyat Sehat, melalui jaminan dasar kesehatan dengan meng-utamakan
masyarakat berpenghasilan rendah;
2. Optimalisasi Penyelenggaraan Pendidikan di Jawa Tengah, dengan :
meningkatkan dan memperluas jangkauan penyelenggaraan pendidikan;
meningkatkan tunjangan guru honorer dan tenaga kependidikan tidak tetap;
3. Peningkatan Kesejahteraan Pekerja, dengan meningkatkan sumber daya
pekerja; meningkatkan upah minimum buruh; memfasilitasi hunian yang
layak untuk buruh; penyediaan modal usaha rakyat; serta perluasan
lapangan pekerjaan dengan mendorong penanaman modal;
4. Mewujudkan Desa Mandiri, dengan menggali dan mengembangkan
sumber daya potensial kawasan perdesaan, menyediakan modal usaha
rakyat baik berupa modal kerja, bimbingan dan pendampingan untuk usaha
mikro, kecil dan menengah, penerbitan Kartu Petani dan Kartu Nelayan,
mengembangkan jamaah produksi (kelompok usaha produksi yang pro poor
bersifat kolektif berbasis masyarakat desa, yang beranggotakan 20-30 orang
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-21
dengan 50% perempuan, mempunyai bidang usaha pertanian dalam arti
luas atau pengelolaan hasil pertanian) serta mengembangkan lumbung
ganjaran (gerakan membangun lumbung desa menuju kemandirian melalui
kelompok tani yang berjumlah minimal 40 orang dengan luas hamparan 10
hektar);
5. Meningkatkan Keadilan Gender dan Perlindungan Anak dengan
penerapan perencanaan pembangunan responsif gender dan anak.
Dalam RPJMD Jawa Tengah secara jelas memberikan gambaran
tentang arah Pengembangan wilayah berdasarkan delapan wilayah
pengembangan. Pengembangan wilayah Jawa Tengah merupakan upaya untuk
memantapkan pertumbuhan pembangunan wilayah yang berkeadilan dan
berdikari dari aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya, dengan memperhatikan
potensi dan keragaman daya dukung serta daya tampung lingkungan, dengan
tujuan guna mencapai :
a. Pembangunan yang merata dan harmonis antar wilayah;
b. Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas
wilayah;
c. Pembangunan ekonomi dengan berbasis potensi lokal;
d. Keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasan berfungsi lindung
dengan kawasan budidaya.
Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan wilayah Jawa Tengah
adalah sebagai berikut:
a. Berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan baru di tiap wilayah
pengembangan dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah
serta yang akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah, antara
lain melalui pengembangan klaster dan sentra industri unggulan;
b. Berkurangnya kesenjangan antar wilayah yang ditandai dengan nilai Indeks
Williamson yang semakin baik, serta menurunnya penduduk miskin dan
pengangguran;
c. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan berkelanjutan;
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-22
d. Meningkatnya tata kelola dan kelembagaan dalam pelaksanaan
pembangunan lintas sektor dan wilayah.
Dengan memperhatikan sasaran pengembangan wilayah tersebut,
diharapkan kesenjangan antar wilayah di Jawa Tengah semakin berkurang yang
ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, serta berkurangnya
angka kemiskinan dan pengangguran di 8 wilayah pengembangan dengan
sasaran tahun 2017-2018. Untuk wilayah pengembangan Subosukowonosraten
(Surakarta-Boyolal- Sukoharjo-Karanganyar–Wonogiri-Sragen) meliputi :
1. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi wilayah Subosukowonosraten tahun 2010-2014
cenderung fluktuatif karena adanya pengaruh ekonomi regional, nasional
dan global. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Subosukowonosraten tahun
2010-2014 sebesar 5,24 persen. Pertumbuhan ekonomi rata-rata tertinggi
adalah Kabupaten Sragen yaitu sebesar 6,29 persen, dimana pertumbuhan
ekonomi tahun 2014 sebesar 5,59 persen. Peringkat kedua adalah Kota
Surakarta, dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata selama lima tahun
sebesar 5,81 persen. Pertumbuhan ekonomi di wilayah
Subosukowonosraten tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.2. Pertumbuhan Ekonomi Subosukowonosraten
Tahun 2010-2014
No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
1 Boyolali 3,60 5,28 5,66 5,43 5,48
2 Klaten 1,73 1,96 5,54 5,73 5,23
3 Sukoharjo 4,65 4,59 5,03 5,01 5,26
4 Wonogiri 5,67 3,58 5,94 4,79 5,26
5 Karanganyar 5,42 5,50 5,82 5,38 5,41
6 Sragen 6,09 6,53 6,60 6,64 5,59
7 Kota Surakarta 5,94 6,04 6,12 5,89 5,08
Sasaran yang diharapkan dapat dicapai wilayah Subosukowonosraten
meliputi pertumbuhan ekonomi tahun 2017-2018 dapat dilihat pada Tabel
berikut.
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-23
Tabel 3.3.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Subosukowonosraten Per Kabupaten/Kota Tahun 2017-2018
No Kabupaten/Kota Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
2017 2018
1 Boyolali 5,50-5,90 5,90-6,30
2 Sukoharjo 5,30-5,70 5,70-6,10
3 Karanganyar 6,10-6,20 6,20-6,60
4 Wonogiri 5,20-5,60 5,60-6,00
5 Sragen 6,00-6,20 6,20-6,60
6 Klaten 5,20-5,60 5,60-6,00
7 Kota Surakarta 5,80-6,20 6,20-6,60
2. Kemiskinan
Kemiskinan rata-rata di wilayah Subosukowonosraten selama tahun 2008-
2013 adalah sebesar 15,27 persen, lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah.
Penyumbang angka kemiskinan tertinggi adalah Kabupaten Klaten, dengan
rata-rata kemiskinan selama enam tahun adalah sebesar 18,18 persen,
meskipun memiliki tren menurun dengan angka di tahun 2013 sebesar 15,6
persen. Di tahun 2013, angka kemiskinan tertinggi adalah Kabupaten
Sragen sebesar 15,9 persen, dan terendah adalah Kabupaten Sukoharjo
sebesar 9,8 persen. Persentase penduduk miskin di wilayah
Subosukowonosraten tahun 2008-2013 dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.4. Persentase Penduduk Miskin Subosukowonosraten
Tahun 2008-2013
No Kabupaten/
Kota 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Kota Surakarta 16,1 15,0 13,9 12,9 12,0 11,7
2 Boyolali 17,1 16,0 13,7 15,0 13,9 13,3
3 Sukoharjo 12,1 11,5 10,9 11,1 10,2 9,8
4 Karanganyar 15,7 14,7 14,0 15,3 14,1 13,6
5 Wonogiri 20,7 19,1 15,7 15,7 14,7 14,0
6 Sragen 20,8 19,7 17,5 17,9 16,7 15,9
7 Klaten 21,7 19,7 17,5 17,9 16,7 15,6
Sasaran yang diharapkan dapat dicapai wilayah Subosukowonosraten pada
penurunan angka kemiskinan berdasarkan RPJMD Jawa Tengah Tahun
2017-2018 adalah sebagai berikut :
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-24
Tabel 3.5. Sasaran Angka Kemiskinan Wilayah Subosukowonosraten
Per Kabupaten/Kota Tahun 2017-2018
No Kabupaten/Kota Angka Kemiskinan (Persen)
2017 2018
1 Boyolali 10,21 9,45
2 Sukoharjo 8,07 7,62
3 Karanganyar 12,05 11,64
4 Wonogiri 8,66 7,32
5 Sragen 12,01 11,03
6 Klaten 10,71 9,49
7 Kota Surakarta 8,23 7,35
3. Pengangguran
Tingkat pengangguran terbuka di wilayah Subosukowonosraten selama
tahun 2010-2014 cenderung mengalami penurunan, dengan TPT rata-rata
sebesar 5,23, lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Tengah. Jumlah
pengangguran terbuka tertinggi berada di Kota Surakarta, dengan TPT pada
tahun 2014 sebesar 6,16, dan rata-rata TPT selama lima tahun sebesar
6,90. Permasalahan pengangguran ini juga dialami oleh Kota Semarang,
dimana Kota Semarang memiliki TPT rata-rata selama lima tahun tertinggi di
wilayah Kedungsepur. Sedangkan TPT terendah berada di Kabupaten
Wonogiri dengan rata-rata sebesar 3,78. Tingkat pengangguran terbuka di
wilayah Subosukowonosraten tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel 3.6.
Tingkat Pengangguran Terbuka Subosukowonosraten
Tahun 2010-2014
No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
1 Boyolali 3,90 5,18 4,52 5,44 4,95
2 Klaten 4,50 4,35 3,66 5,38 4,75
3 Sukoharjo 7,40 5,75 5,98 4,64 4,60
4 Wonogiri 4,70 3,41 3,60 3,65 3,55
5 Karanganyar 6,62 5,51 5,79 5,52 3,54
6 Sragen 4,09 5,69 6,00 5,70 6,04
7 Kota Surakarta 8,73 6,36 6,07 7,18 6,16
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-25
Sasaran yang diharapkan dapat dicapai wilayah Subosukowonosraten pada
penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan RPJMD
Jawa Tengah tahun 2017-2018 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7. Sasaran TPT Wilayah Subosukowonosraten
Per Kabupaten/Kota Tahun 2017-2018
No Kabupaten/Kota TPT (Persen)
2017 2018
1 Boyolali 5,54 5,59
2 Sukoharjo 3,83 3,57
3 Karanganyar 4,44 4,17
4 Wonogiri 2,49 2,24
5 Sragen 6,98 7,18
6 Klaten 4,42 4,29
7 Kota Surakarta 4,63 4,20
3.3. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta
Visi pembangunan jangka panjang untuk kurun waktu 2005 -2025 Kota
Surakarta adalah sebagai Surakarta Kota Budaya, Mandiri, Maju dan Sejahtera.
Untuk mewujudkan visi pembangunan di atas ditempuh melalui misi sebagai
berikut :
1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
2. Mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan umum
3. Mewujudkan keamanan dan ketertiban
4. Mewujudkan perekonomian daerah yang mantap
5. Mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
6. Mewujudkan perlindungan sosial
7. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan yang cukup
dan berkualitas.
Berdasarkan visi tersebut di atas, pembangunan di Kota Surakarta
diarahkan pada upaya kemandirian masyarakat untuk lebih maju dengan tidak
terlepas dari Kota Surakarta sebagai kota budaya dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Untuk terwujudnya masyarakat yang sejahtera,
maka salah satu indikator yang ditunjukkan adalah menurunnya angka
kemiskinan. Kebijakan penanggulangan kemiskinan dalam RPJPD Kota
Surakarta tercermin dari berbagai sektor yang dapat dilihat dari misi
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-26
pembangunan untuk periode 2005-2025. Arah kebijakan penanggulangan
kemiskinan dalam RPJPD secara tersirat tergambarkan melalui :
1. Peningkatan kualitas pendidikan.
Kebijakan peningkatan kualitas pendidikan yang berkaitan dengan
peningkatan partisipasi pendidikan masyarakat terlihat dari misi 1 yang
berbunyi “Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas”.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini antara lain dengan semakin
tingginya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat, semakin tingginya
kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sasaran
kebijakan ini diarahkan pada meningkatnya angka partisipasi pendidikan
yang meliputi Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni
(APM) di semua tingkatan pendidikan. Selain itu sasaran yang diharapkan
selain partisipasi sekolah adalah meningkatnya keterampilan masyarakat
yang didukung oleh semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana pendidikan luar sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan
bagi masyarakat miskin di arahkan pada :
Peningkatan penyelenggaraan wajib belajar 12 (dua belas) tahun untuk
mewujudkan pemerataan pendidikan yang bermutu di seluruh wilayah
Kota Surakarta, melalui optimalisasi pendidikan di jalur pendidikan
formal, non formal dan informal seperti sekolah terbuka, Kejar Paket A /
B / C dan ujian persamaan;
Peningkatan pemenuhan sarana prasarana pendidikan, termasuk di
dalamya media pembelajaran agar pendidikan murah yang berkualitas
dapat tercapai;
Penurunan kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok
masyarakat dengan memberikan akses yang lebih besar kepada
kelompok masyarakat yang selama ini masih kurang terjangkau oleh
pelayanan pendidikan seperti dari keluarga miskin dan kelompok
masyarakat dari wilayah yang masih relatif tertinggal.
2. Peningkatan Kualitas Kesehatan
Kebijakan terhadap perwujudan peniingkatan kualitas kesehatan, terutama
pada masyarakat miskin diwujudkan melalui misi “Mewujudkan Sumber
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-27
Daya Manusia Yang Berkualitas”. Melalui misi ini, kualitas kesehatan
masyarakat miskin menjadi salah satu perhatian penting dalam RPJPD Kota
Surakarta 2005-2025. Sasaran pembangunan kesehatan yang mengarah
pada masyarakat miskin ditujukan melalui meningkatnya mutu dan standar
pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan terutama
yang dapat dijangkau oleh sebagian besar masyarakat tidak mampu.
Peningkatan kualitas kesehatan penduduk miskin diarahkan pada :
Peningkatan upaya kesehatan dengan mengutamakan upaya promotif
dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif;
Peningkatan perluasan jaringan pelayanan kesehatan dasar dan
pelayanan kesehatan rujukan yang murah dan berkualitas yang dapat
dijangkau oleh sebagian besar masyarakat tidak mampu, melalui
penyediaan dana APBD yang semakin meningkat dan penggalangan
kerjasama dengan pihak swasta;
Peningkatan ketersediaan sarana prasarana pelayanan kesehatan yang
dapat dijangkau masyarakat.
3. Pengembangan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah
Pengembangan ekonomi masyarakat dalam RPJPD Kota Surakarta
diwujudkan melalui misi Mewujdukan Perekonomian Daerah yang Mantap.
Pada misi ini, pembanguna ekonomi masyarakat diarahkan pada
pengembangan unggulan daerah (core competence). Usaha
pengembangan ekonomi masyarakat Kota Surakarta lebih mengedepankan
keberpihakan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta
koperasi. Sasaran pengembangan ekonomi kerakyatan ditujuakan melalui :
Meningkatnya upaya pengendalian stabilitas harga yang diukur dari
tingkat inflasi daerah dalam rangka mewujudkan iklim usaha yang lebih
kondusif bagi dunia usaha terutama UMKM dan koperasi;
Meningkatnya ketersediaan dan aksesibilitas terhadap lembaga
keuangan atau pembiayaan mikro atas prakarsa pemerintah
sampai pada tingkat kelurahan;
Meningkatnya hasil-hasil produk pertanian dalam arti luas yang
menunjang tumbuh berkembangnya agroindustri;
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-28
Meningkatnya klaster-klaster industri kecil dan menengah sebagai
sentra perekonomian berbasis masyarakat;
Meningkatnya daya saing UMKM dan koperasi yang didukung oleh
kemampuan dan penguasaan iptek dalam sistem produksi;
Meningkatnya program-program penataan dan pembinaan PKL
(Pedagang Kaki Lima) sebagai penunjang keberadaan sektor informal.
Sasaran pembangunan ekonomi kerakyatan di Kota Surakarta diarahkan
pada :
Penumbuhan sentra-sentra industri kecil dan menengah agar mampu
berperan aktif dalam penyerapan tenaga kerja;
Perluasan akses UMKM dan Koperasi kepada sumber-sumber
permodalan, inovasi dan teknologi produksi, serta pemasaran global;
Pengembangan UMKM dan Koperasi melalui pendekatan klaster di
sektor agro industri disertai dengan pemberian kemudahan dalam
pengelolaan usaha;
Pengembangan UMKM dan Koperasi agar makin berperan dalam
proses industrialisasi, perkuatan keterkaitan industri, percepatan
pengalihan teknologi dan peningkatan kualitas SDM serta perkuatan
struktur perekonomian daerah;
Peningkatan program-program penataan dan pembinaan serta
pemberdayaan PKL (Pedagang Kaki Lima) sebagai penunjang
keberadaan sektor informal.
4. Peningkatan Pelayanan Perlindungan Sosial
Kebijakan pembangunan yang mengarah pada upaya perlindungan sosial
masyarakat diwujudkan melalui misi “Mewujudkan perlindungan sosial”.
Sasaran kebijkan perlindungan sosial ditujukan pada :
Semakin meningkatnya kualitas hidup penyandang masalah
kesejahteraan sosial sesuai harkat dan martabat kemanusiaan;
Semakin meningkatnya kemampuan dan kepedulian sosial masyarakat
dalam pelayanan kesejahteraan sosial secara melembaga dan
berkelanjutan;
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-29
Semakin meningkatnya ketahanan sosial individu, keluarga dan
komunitas masyarakat dalam mencegah dan menangani permasalahan
sosial;
Semakin optimalnya pembinaan dan peran serta masyarakat dalam
pelayanan KB / KS (Keluarga Berencana / Keluarga Sejahtera) yang
mandiri.
Arah kebijakan pembangunan pada tatanan perlindungan sosial diarahkan
pada:
Peningkatan kualitas hidup penyandang masalah kesejahteraan sosial
sesuai harkat dan martabat kemanusiaan;
Peningkatan kemampuan dan kepedulian sosial masyarakat dalam
pelayanan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan;
Peningkatan ketahanan sosial individu, keluarga dan komunitas
masyarakat dalam mencegah dan menangani permasalahan sosial;
Penyusunan sistem dan peningkatan kualitas menejemen perlindungan
sosial masyarakat;
Pengembangan kebijakan pelayanan KB, Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) dalam mendorong peran serta masyarakat dalam KB dan
Kesehatan Reproduksi.
5. Peningkatan Ketersediaan Sarana dan Prasaran Dasar Masyarakat
Kebijakan penyediaan sarana dan prasaran dasar bagi masyarakat miskin
diwujudkan dalam misi “Mewujudkan pembangunan ketersediaan sarana
dan prasarana perkotaan yang cukup dan berkualitas”. Sasaran kebijakan
pembangunan pemenuhan dasar masyarakat miskin ditujukan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan bidang perumahan, air bersih dan sanitasi. Dalam
kebijakan RPJPD Kota Surakarta, sasaran kebijakan secara umum tersirat
melalui sasaran berikut, yaitu :
Semakin meningkatnya ketersediaan jumlah dan kualitas sarana
perumahan dalam rangka meningkatkan kehidupan masyarakat yang
lebih layak;
Semakin meningkatnya jumlah dan kualitas sarana prasarana
lingkungan yang meliputi air minum, sanitasi dan drainase, pembuangan
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-30
sampah dan instalasi pengolahan air limbah dalam rangka
meningkatkan lingkungan yang nyaman.
Penyediaan sarana dan prasarana dasar bagi masyarakat miskin
pembangunannya diarah pada :
Peningkatan ketersediaan fasilitas rumah murah yang dapat dijangkau
oleh sebagian besar masyarakat pada berbagai lapisan pendapatan;
Peningkatan jumlah dan kualitas sarana prasarana lingkungan yang
meliputi air minum, sanitasi dan drainase, pengelolaan sampah serta
instalasi pengolah air limbah dalam rangka meningkatkan lingkungan
yang bersih dan nyaman.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surakarata Tahun 2005-
2025, tahapan perencanaan pembangunan Kota Surakrata saat ini memasuki
RPJMD tahap III (Tahun 2015-2019). Arah pembangunan yang ada dalam
Rancangan RPJMD Kota Surakarta tahun 2016-2021 telah ditetapkan visi
sebagai berikut :
“Terwujudnya Surakarta Sebagai Kota Budaya, Mandiri, Maju
dan Sejahtera”
Untuk mencapai visi tersebut di atas, telah ditetapkan 5 misi
pembangunan Kota Surakarta Tahun 2016-2021 melalui rumusan misi sebagai
berikut:
1. Waras
Mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani dan rohani dalam lingkungan
hidup yang sehat.
2. Wasis
Mewujudkan masyarakat yang cerdas, berkualitas, berdaya saing, mandiri,
dan berkarakter menjunjung tinggi nilai–nilai luhur dan melestarikan warisan
budaya daerah.
3. Wareg
Mewujudkan masyarakat yang produktif, mandiri, dan berkeadilan mampu
memenuhi kebutuhan dasar jasmani dan rohani.
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-31
4. Mapan
Mewujudkan masyarakat yang tertib, aman, damai, berkeadilan, berkarakter,
dan berdaya saing melalui pembangunan daerah yang akuntabel (sektoral,
kewilayahan, dan kependudukan) dan tata kelola pemerintahan yang efektif,
bersih, responsif dan melayani.
5. Papan
Mewujudkan Surakarta nyaman melalui pemenuhan kebutuhan perumahan
dan permukiman, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum perkotaan
yang berkeadilan, serta berwawasan kependudukan, lingkungan, dan
budaya.
Dari misi pembangunan lima tahun yang akan datang, perwujudan
kebijakan dibidang penanggulangan kemiskinan tercermin pada misi “Wareg”
yang mengandung arti mewujudkan masyarakat yang produktif, mandiri dan
berkeadilan mampu memenuhi kebutuhan dasar jasmani dan rohani. Tujuan
utama dalam pembangunan misi Wareg ini adalah Meningkatkan kualitas hidup
dan kesejahteraan masyarakat jasmani dan rohani. Secara eksplist, sasaran
penanggulangan kemiskinan terwujud pada upaya Pemerintah Kota Surakarta
dalam menurunkan angka kemiskinan, penurunan angka pengangguran,
pengurangan kesenjangan pendapatan penduduk dan peningkatan pendapatan
perkapita masyarakat.
Kebijakan penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu program
prioritas pembangunan Kota Surakarta untuk periode 2016-2021. Untuk
mencapai kesejahteran bagi masyarakat miskin, kebijakan pembangunan
diarahkan pada penguatan kemampuan produktif dan karakter mandiri pada
kelompok PMKS dan rentan miskin, peningkatan produktivitas dan kecukupan
bahan kebutuhan pokok, pengembangan kebijakan untuk peningkatan
kecakapan dan ketrampilan dalam sistem budaya meraih keunggulan menuju
kemandirian dan keadilan serta pengembangan ekonomi kreatif berbasis industri
seni dan budaya.
Upaya penurunan angka kemiskinan yang tercermin dalam misi Wareg
di dalamnya terdapat rincian program yang menjadi prioritas pembangunan.
Beberapa fokus program pembangunan yang menjadi prioritas dalam upaya
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-32
penurunan angka kemiskinan, pengangguran dan peningkatan pendapatan
perkapita masyarakat antara lain :
a. Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK,
narkoba dan penyakit sosial lainnya)
b. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
c. Program Pengembangan Budidaya Perikanan
d. Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan
e. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa
f. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
g. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
h. Program Peningkatan Kesempatan Kerja
i. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM
j. Program peningkatan kemampuan teknologi industri
k. Program Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi
l. Program penyiapan potensi pemberdaya sarana dan prasarana daerah
Dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat di Kota Surakarta, target penurunan angka kemisikinan ditetapkan
pada tahun 2021 menjadi sebesar 6,38% dengan kondisi pada tahun 2015
sebesar 10,30%. Tingkat pengangguran terbuka menurun menjadi 5,46%
ditahun 2021 dengan kondisi tahun 2015 sebesar 5,95%, kesenjangan
pendapatan penduduk menurun ditahun 2021 menjadi 0,29 dengan kondisi
tahun 2015 sebesar 0,35 dan pendapatan perkapita masyarakat meningkat
menjadi Rp. 72.163.382,69 ditahun 2021 dengan kondisi tahun 2015 sebesar
Rp. 55.614.295,67. Target yang ditetapkan dalam RPJMD Kota Surkarta tahun
2016-2021 secara rinci dapat dilihat melalui tabel berikut :
Tabel 3.8. Target Indikator Pencapaian Kesejahteran Masyarakat Kota Surakarta
Tahun 2016-2021
No Indikator Target Tahun
2016 2017 2018 2019 2020 2021 1 Tingkat
Kemiskinan 9,64 8,99 8,34 7,68 7,03 6,38
2 Indeks Gini 0,332 0,321 0,320 0,305 0,301 0,299
3 TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)
5,83 5,76 5,68 5,61 5,55 5,46
4 Pendapatan per kapita
58.142.285,46 60.922.565,68 63.823.145,56 66.534.165,91 69.337.235,56 72.163.382,69
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-33
Dalam mendukung pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kota
Surakarta, ditetapkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 11 Tahun 2014
tentang Penanggulangan Kemiskinan. Dalam peraturan ini Arah kebijakan
penanggulangan kemiskinan Daerah berpedoman pada Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Penanggulangan Kemiskinan di Daerah
bertujuan untuk :
a. meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kemampuan dasar serta
kemampuan berusaha masyarakat miskin;
b. memperkuat peran masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan
kebijakan publik yang menjamin penghargaan, perlindungan dan
pemenuhan hak-hak dasar;
c. mewujudkan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik dan sosial yang
memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan seluas-
luasnya dalam pemenuhan hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara
berkelanjutan; dan
d. memberikan rasa aman bagi kelompok masyarakat miskin dan rentan.
Hak-hak warga miskin yang memerlukan perhatian dari pemerintah
daerah antara lain :
a. memperoleh kecukupan pangan, sandang, dan perumahan;
b. memperoleh pelayanan kesehatan;
c. memperoleh pendidikan;
d. mendapatkan perlindungan sosial dalam mengembangkan dan
memberdayakan diri dan keluarganya;
e. mendapatkan pelayanan sosial melalui jamman sosial, pemberdayaan
sosial, dan rehabilitasi sosial;
f. memperoleh derajat kehidupan yang layak;
g. memperoleh lingkungan hidup yang sehat;
h. meningkatkan kondisi kesejahteraan yang berkesinambungan;
i. memperoleh pekerjaan dan kesempatan berusaha.
Dengan melihat pada hak warga miskin yang harus dipenuhi, dalam
Penanggulangan Kemiskinan Pemerintah Daerah berkewajiban:
a. melindungi dan mengupayakan terpenuhinya hak Warga Miskin;
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-34
b. menyusun program dan merealisasikan kegiatan penanggulangan
kemiskinan;
c. menyelaraskan dan memadukan program-program penanggulangan
kemiskinan;
d. membangun kemitraan dengan pelaku usaha.
Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan secara terarah, terpadu, dan
berkelanjutan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat dan pelaku usaha.
Penanggulangan Kemiskinan dilakukan secara terpadu dengan kebijakan
penanganan kemiskinan dari Pemerintah. Tahapan Penanggulangan
Kemiskinan sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Pendataan Warga Miskin
b. Penetapan Warga Miskin
c. pelaksanaan dan pengawasan kegiatan Kemiskinan.
Dalam pelaksanaannya, Pemerintah Kota Surakarta melakukan
Penanggulangan Kemiskinan melalui :
1. Pengembangan potensi diri dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap
Warga Miskin yang bersifat perseorangan, keluarga, kelompok dan/ atau
masyarakat agar memiliki ketrampilan, mampu bekerja dan/atau
berwirausaha.
2. Pemberian bantuan pangan dan sandang. Pemerintah Daerah bertanggung
jawab dalam penyediaan bantuan pangan dan sandang yang layak bagi
Warga Miskin.
3. Pemenuhan akses pelayanan perumahan. Pemerintah Daerah bertanggung
jawab atas pemenuhan akses pelayanan perumahan bagi Warga Miskin.
Bentuk pemenuhan akses pelayanan perumahan berupa :
peningkatan jumlah penduduk miskin yang memiliki akses terhadap
rumah layak huni;
bantuan perbaikan rumah;
bantuan sarana dan prasarana pemukiman.
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-35
4. Penyediaan pelayanan kesehatan. Pemerintah Daerah bertanggung jawab
untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi Warga Miskin. Bentuk
pelayanan kesehatan berupa:
pembebasan pembiayaan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama milik
Pemerintah Daerah (Puskesmas) dan fasilitas kesehatan tingkat lanjut
milik Pemerintah Daerah (RSUD) baik layanan rawat jalan maupun
rawat inap.
pembebasan pembiayaan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjut pada
Rumah Sakit yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah berupa
layanan rawat inap.
5. Penyediaan pelayanan pendidikan dapat diberikan dalam bentuk:
pembebasan seluruh biaya pendidikan bagi keluarga miskin dari jenjang
pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan Menengah
pembebasan biaya masuk sekolah pada jenjang pendidikan dasar
sampai jenjang pendidikan menengah
pembebasan biaya pendidikan pada jenjang pendidikan dasar sampai
jenjang pendidikan menengah dalam bentuk beasiswa.
6. Penyediaan akses kesempatan kerja dan berusaha bagi Warga Miskin.
penyediaan informasi lapangan kerja;
pemberian fasilitas pelatihan dan keterampilan;
peningkatan akses terhadap pengembangan usaha mikro
penyediaan fasilitas bantuan permodalan.
7. Penyediaan pelayanan sosial meliputi:
meningkatkan fungsi sosial, aksesibilitas terhadap pelayanan sosial
dasar, dan kualitas hidup
meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam
pelayanan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan;
meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan
menangani masalah kemiskinan;
meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial.
Berdasarkan SPKD Kota Surakarta Tahun 2016-2021, permasalahan
kemiskinan di Kota Surakarta sampai saat masih menjadi perhatian serius dan
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-36
masih menjadi isu strategis baik dalam perencanaan jangka panjang maupun
jangka menengah daerah. Tingkat kemiskinan Kota Surakarta pada tahun 2015
masih cukup besar yaitu mencapai sebesar 10,89%. Kondisi tersebut termasuk
katergori tertinggi dibandingkan dengan wilayah perkotaan lainnya di Jawa
Tengah. Besaran indeks kedalaman kemiskinan sebesar 1,74 dan indeks
keparahan 0,40, dengan kondisi yang fluktuatif, menunjukkan tidak dapat
memberikan kontribusi positif dalam perbaikan capaian persentase penduduk
miskin.
Tingkat kemiskinan di Kota Surakarta tidak terlepas dari pencapaian
kinerja bidang dan indikator yang berpengaruh terhadap penurunan angka
kemiskinan. Dengan melihat kondisi data pada indikator kemiskinan pada
Bidang Ketenagakerjaan, Kesehatan, Pendidikan, Infrastruktur Dasar dan
Ketahanan Pangan, maka permasalahan strategis yang berkaitan dengan
kemiskinan meliputi:
1. Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Surakarta pada tahun 2015
sebesar 4,53%. Tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 70,12%. Laju
pertumbuhan PDRB per tenaga kerja Kota Surakarta 2015 menurun menjadi
sebesar 5,44% menurun dibandingkan dengan kondisi tahun 2014 menjadi
sebesar 5,7%. Menurunnya Laju pertumbuhan PDRB per tenaga kerja
menunjukkan kontribusi tenaga kerja terhadap laju pertumbuhan ekonomi
kinerjanya menurun. Dengan tren laju pertumubuhan PDB per tenaga kerja
yang terus mengalami penurunan ditahun 2015, menunjukkan bahwa kondisi
perekonomian di Kota Surakarta masih belum optimal dalam mendukung
penciptaan kesempatan kerja.
2. Angka Kematian
Di bidang kesehatan, angka kematian masih banyak terjadi baik pada ibu,
bayi maupun balita. Kondisi angka kematian (ibu, bayi dan balita) dalam lima
tahun terakhir (2011-2015) masih bersifat fluktuatif. Tahun 2015, angka
kematian ibu di Kota Surakarta mencapai 52,28 per 1000 KH, angka
kematian balita sebesar 3,56 per 1000 KH dan angka kematian bayi sebesar
2,82 per 1000 KH. Sementara itu angka kematian DBD mengalami kenaikan
ditahun 2015 sebesar 1,96% dibandingkan dengan kondisi tahun 2014
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-37
sebesar 1,56%. Prevalensi kejadian tuberculosis Kota Surakarta terjadi
fluktuasi, yaitu naik pada tahun 2015 sebesar 126,25 per 100.000 penduduk
dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 105,6 per 100.000 penduduk.
3. Pelayanan Kesehatan
Optimalisasi pelayanan kesehatan masyarakat masih menjadi perhatian bagi
pemerintah Kota Surkarta. Pada tahun 2014, pelayanan Antenatal/K4 sbesar
92,74% menurun dibandingkan tahun 2014 sebesar 96,58%. Proporsi kasus
tuberculosis yang disembuhkan melalui DOTS sebesar 93,70%, proporsi
anak berusia 1 tahun diimunisasi campak sebesar 94,24% menurun
dibandingkan tahun 2014 sbebesar 96,36%, capaian pelayanan gizi masih
belum optimal yang ditunjukkan dengan Prevalensi Balita Kekurangan Gizi
mencapai 1,95%. Angka morbiditas di Kota Surakarta mengalami kenaikan,
yaitu pada tahun 2014 sebesar 37,28% meningkat ditahun 2015 menjadi
sebesar 40,97%. Kondisi ini menunjukkan bahwa ada penurunan derajat
kesehatan masyarakat yang dapat semakin menggangu aktivitas
masyarakat akibat masalah kesehatan.
4. Implementasi Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
Rata-rata lama sekolah Kota Surakata pada tahun 2014 mencapai 10,57
tahun, atau setara menginjak hampir ke kelas 2 SMA. Masih menjadi
perhatian saat ini adalah masih terjadinya angka putus sekolah ditingkat
SMA/SMK. Tahun 2015, angka putus sekolah SMA/SMK mencapai sebesar
2,19%. Di Kota Surakarta juga mash terdapat penduduk yang belum melek
huruf, kondisi ini ditunjukkan dengan angka melek huruf pada tahun 2015
masih sebesar 97,81%.
Tingkat partisipasi anak sekolah masih memerlukan perhatian terutama pada
capaian partisipasi murni. Angka Patisipasi Murni (APM) SD/MI sederajat
Kota Surakarta pada tahun 2014 sebesar 96,95%, menurun pada tahun
2015 menjadi sebesar 95,96%. APM SMP/MTs sederajat tahun 2013 hingga
tahun 2015 terus menurun menjadi sebesar 77,21% dan APM SMA/MA
sederajat pada tahun 2012 hingga tahun 2015 terus mengalami kenaikan,
yaitu pada tahun 2012 sebesar 52,48% dan pada tahun 2015 menjadi
sebesar 69,94%.
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-38
Dibidang layanan pendidikan, masih perlu peningkatan kinerja, terutama
dalam mensukseskan wajib belajar 12 tahun bebas pungutan, dan
memperbesar akses warga miskin untuk mendapatkan pendidikan tinggi.
Selain itu perlu perhaitian terhadap kulitas pendidikan non formal yang akan
mendorong pada peningkatan kualitas sumber daya manusia agar memiliki
kecakapan hidup kompetitif untuk meningkatkan peluang usaha dan
pendapatan.
5. Pemenuhan Terhadap Kebutuhan Sarana Dasar
Pada tahun 2015, proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak di Kota
Surakarta baru mencapai sebesar 83% dan Proporsi Rumah Tangga dengan
saluran PDAM baru mencapai 53,76%. Sementara itu ditahun 2013, di Kota
Surakarta masih ditemukan rumah tangga dengan tidak berlistrik, kondisi ini
ditunjukkan dengan Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik tercapai
sebesar 99,69%.
6. Ketersediaan Pangan dan Pengendalian Harga Bahan Pokok
Kota Surakarta dari sisi produksi pangan termasuk kategori rendah dengan
hanya sebesar 2.700 Kg setiap tahunnya. Kondisi ini dikarenakan
terbatasnya lahan pertanian yang ada di wilayah Kota Surakarta. Namun dari
sisi ketersediaan, bahan pokok utama di Kota Surakarta melimpah, melebihi
kebutuhan penduduk di Kota Surakarta. Walaupun ketersediaan pangan
mencukupi, namun perlu diwaspadai gejolak harga barang yang tidak
menentu. Tingkat inflasi yang tinggi memberikan pengaruh yang besar
terhadap pergerakan harga dipasaran. Meningkatnya harga barang dan jasa
ditingkat masyarakat yang tidak diiringi dengan meningkatnya kemampuan
daya beli masyarakat pengaruhnya paling cepat dirasakan oleh penduduk
miskin. Jika kemampuan daya beli masyarakat menurun, tertutama
masyarakat yang berada hanya sedikit pendapatannya di atas garis
kemiskinan, maka kemungkinan besar akan masuk menjadi kelompok
miskin.
Tujuan yang ingin dicapai dalam rangka penanggulangan kemiskinan
berdasarkan masing-masing isu di atas adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan perluasan dan kesempatan berusaha bagi masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas pelayaanan kesehatan penduduk miskin.
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-39
3. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan dalam
penyelenggaraan pendidikan.
4. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dasar penduduk miskin.
5. Meningkatkan ketersediaan cadangan pangan utama.
6. Meningkatkan pengawasan ketersediaan barang dan harga kebutuhan
pokok masyarakat.
Sasaran yang ingin dicapai dalam rangka penanggulangan kemiskinan
berdasarkan tujuan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya partisipasi kerja penduduk usia produktif
2. Meningkatnya pendapatan perkapita penduduk
3. Meningkatnya perluasan kesempatan kerja
4. Meningkatnya akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
5. Terwujudnya layanan pendidikan dasar minimal 9 tahun yang terjangkau
6. Menurunnya angka putus sekolah
7. Tercapainya angka kelulusan sekolah 100%.
8. Terpenuhinya kebutuhan air minum dan sanitasi layak bagi masyarakat
miskin
9. Terpenuhinya kebutuhan rumah layak dan sehat bagi masyarakat miskin
10. Terpenuhinya kebutuhan layanan listrik bagi penduduk miskin
11. Meningkatknya cakupan distribusi bahan pangan utama bagi masyarakat
12. Terkendalinya kondisi harga dan peredaran barang kebutuhan pokok
masyarakat
Adapun indikator dan target masing-masing sasaran diterjemahkan
melalui tabel berikut:
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-40
Tabel 3.9. Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta Tahun 2016-2021
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Kondisi Th. 2015
Target Capaian Tahun :
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Meningkatkan perluasan dan kesempatan berusaha bagi masyarakat
Meningkatnya partisipasi kerja penduduk usia produktif
Angkatan Kerja Jiwa 284.076 287.679 290.309 292.865 295.470 299.618 -
Tingkat Pengangguran Terbuka/TPT
% 5,95 5,83 5,76 5,68 5,61 5,55 5,46
Meningkatnya pendapatan perkapita penduduk
Laju Pertumbuhan PDB Per Tenaga Kerja
% 5,44 4,16 3,95 9,79 3,63 3,49 -
Kontribusi Perempuan dalam Pekerjaan Upahan di Sektor Non Pertanian
% 69,77 45,36 45,79 46,22 46,66 47,11 -
Meningkatnya perluasan kesempatan kerja
Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia Kerja
% 66,95 - - - - -
Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri, Pekerja Bebas dan Pekerja Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja
% 25,55 24,69 23,35 22,08 20,88 19,74 -
Meningkatkan kualitas pelayaanan kesehatan penduduk miskin
Meningkatnya akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
Cakupan Penduduk miskin non kuota yang mnempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
% 3,85 3,92 4,51 4,85 5,19 5,53 5,87
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-41
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Kondisi Th. 2015
Target Capaian Tahun :
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Angka Kematian Bayi/AKB
/1000 KH 2,82 2,72 2,61 2,51 2,41 2,30 2,20
Angka Kematian Balita/AKBA
/1000 KH 3,56 3,45 3.45 3,35 3,24 3,14 3,03
Angka Kematian Ibu Melahirkan/AKI
/100000 KH
52,28 52,28 52,28 52,28 41,83 41,83 41,83
Prevalensi Balita Gizi Buruk
% 0 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Prevalensi Balita Kekurangan Gizi
% 1,95 1,93 1,90 1,88 1,85 1,83 1,80
Proporsi Anak Berusia 1 Tahun Diimunisasi Campak
% 94,24 97,50 98,00 98,20 98,40 98,50 98,60
Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih
% 100 93,00 93,50 94,00 94,50 95,00 95,00
Cakupan Pelayanan Antenatal/K4
% 92,74 100 100 100 100 100 100
Angka Penemuan Kasus Malaria
% 0 0 0 0 0 0 0
Angka Prevalensi Kejadian Tuberculosis
% 126,00 125,00 124,00 123,00 121,00 120,00 118,00
Proporsi Kasus Tuberculosis yang Disembuhkan Melalui DOTS
% 94,0 94,61 95,21 95,81 96,41 97,01 97,01
Angka Kematian DBD
% 2,06 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-42
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Kondisi Th. 2015
Target Capaian Tahun :
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Angka Morbiditas % 17,35 - - - - -
Angka pemakaian kontrasepsi/ Contraceptive Prevalence Rate (CPR) pada perempuan menikah usia 15-49 tahun
% 21,61 23,00 23,00 24,00 25,00 26,00 27,00
Tingkat Kelahiran Pada Remaja Per 1.000 Perempuan Usia 15-19 Tahun
Per 1.000 Perempua
n
9,70 - - - - -
Unmetneed KB % 10,53 10,53 10,43 10,33 10,23 10,13 10,03
Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan pendidikan
Terwujudnya layanan pendidikan dasar minimal 9 tahun yang terjangkau
Angka Melek Huruf % 97,81 98,00 98,18 98,37 98,56 98,75 99,00
Rata-Rata Lama Sekolah
% 10,36 10,47 10,53 10,60 10,67 10,74 10,81
APM SD/MI Sederajat
% 97,39 97,82 98,26 98,69 99,13 99,56 100,00
APM SMP/MTs Sederajat
% 86,20 88,50 90,80 93,10 95,40 97,70 100,00
APM SMA/MA Sederajat
% 69,94 69,75 72,68 75,62 78,56 81,50 84,44
APK SD/MI Sederajat
% 108,25 105,00 105,00 105,00 105,00 105,00 105,00
APK SMP/MTs Sederajat
% 96,95 99,98 103,32 106,65 105,00 105,00 105,00
APK SMA/MA Sederajat
% 74,67 82,08 87,49 92,91 98,32 103,73 109,15
Menurunnya angka putus sekolah
APtS SD/MI Sederajat
% 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02 0,01 0,01
APtS SMP/MTs % 0,33 0,22 0,22 0,21 0,21 0,20 0,20
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-43
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Kondisi Th. 2015
Target Capaian Tahun :
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sederajat
APtS SMA/MA Sederajat
% 0,17 0,15 0,13 0,11 0,10 0,10 0,10
Tercapainya angka kelulusan sekolah 100%.
Angka Kelulusan SD/MI Sederajat
% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Angka Kelulusan SMP/MTs Sederajat
% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Angka Kelulusan SMA/MA Sederajat
% 99,80 99,85 99,99 99,99 99,99 99,97 99,99
Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dasar penduduk miskin
Terpenuhinya kebutuhan air minum dan sanitasi layak bagi masyarakat miskin
Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak
% 97,1 98,05 99,00 100,00 100,00 100,00
Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak
% - - - - - - -
Terpenuhinya kebutuhan rumah layak dan sehat bagi masyarakat miskin
Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik
% - - - - - - -
Terpenuhinya kebutuhan layanan listrik bagi penduduk miskin
Presentase rumah layak huni
% - - - - - - -
Meningkatkan ketersediaan cadangan pangan utama
Meningkatknya cakupan distribusi bahan pangan utama bagi masyarakat
Produksi Beras Kg 826.800 838.800 847.800 856.200 862.200 867.000 868.800
Kebutuhan dan ketersediaan Bahan Pangan Pokok Strategis
1) Beras C4 Kg 4.016.634 3.973.500 3.983.434 3.993.393 4.003.380 4.013.388 4.023.418
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-44
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Kondisi Th. 2015
Target Capaian Tahun :
2016 2017 2018 2019 2020 2021
2) Kedelai Kg 2.225 2.230 2.236 2.242 2.247 2.253 2.258
3) Terigu Kg 58.621 57.991 58.136 58.281 58.427 58.573 58.720
4) Gula Pasir Kg 312.267 308.914 309.686 310.460 311.237 312.015 312.794
5) Daging Sapi Kg 12.400 12.267 12.298 12.329 12.360 12.390 12.421
6) Daging Ayam Kg 171.352 169.512 169.936 170.361 170.787 171.214 171.642
7) Susu Kg 34.383 34.014 34.099 34.184 34.270 34.355 34.441
8) Telur Kg 288.593 285.494 286.208 286.924 287.641 288.360 289.081
9) Minyak Goreng Kg 384.979 380.845 381.797 382.755 383.709 384.668 385.629
10) U B I Kg 136.969 135.498 135.837 136.177 136.517 136.858 137.200
11) Bawang Putih Kg 56.366 55.761 55.900 56.040 56.180 56.320 56.461
12) Bawang Merah Kg 96.949 95.908 96.148 96.388 96.629 96.871 97.113
13) Cabe Merah Besar
Kg 63.412 62.731 62.888 63.045 63.202 63.360 63.519
Ketersediaan Bahan Pangan Pokok Strategis (Kg/Kg)
1) Beras C4 Kg 7.567.270 5.673.088 5.797.391 5.824.200 5.851.143 5.878.220 5.905.433
2) Kedelai Kg 310.716 394.925 296.299 297.781 299.270 300.766 302.270
3) Terigu Kg 566.141 290.167 272.724 274.087 275.458 276.835 278.219
4) Gula Pasir Kg 811.341 2.542.323 2.447.801 2.460.040 2.472.340 2.484.702 2.497.126
5) Daging Sapi Kg 324.276 304.327 297.339 298.350 299.367 300.389 301.416
6) Daging Ayam Kg 313.655 283.516 276.599 277.672 278.750 279.834 280.923
7) Susu Kg 107.000 85.000 140.350 140.702 141.055 141.411 141.768
8) Telur Kg 1.647.700 1.316.597 1.284.327 1.290.748 1.297.202 1.303.688 1.310.207
9) Minyak Goreng Kg 577.292 523.126 528.751 531.394 534.051 536.722 539.405
10) U B I Kg 161.046 145.502 145.733 146.462 147.194 147.930 148.670
11) Bawang Putih Kg 701.291 425.025 426.643 42.877 430.920 433.074 435.240
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-45
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Satuan Kondisi Th. 2015
Target Capaian Tahun :
2016 2017 2018 2019 2020 2021
12) Bawang Merah Kg 790.298 744.002 747.230 750.966 754.721 758.494 762.287
13) Cabe Merah Besar
Kg 1.209.632 1.699.099 1.119.104 1.124.699 1.130.323 1.135.974 1.141.654
Meningkatkan pengawasan ketersediaan barang dan harga kebutuhan pokok masyarakat.
Terkendalinya kondisi harga dan peredaran barang kebutuhan pokok masyarakat
Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama
Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-46
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, strategi yang diupayakan
adalah melalui:
1. Meningkatkan perluasan dan kesempatan kerja penduduk miskin melalui
penyiapan dan pemberdayaan tenaga kerja produktif.
2. Meningkatkan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat miskin melalui
perluasan kepesertaan jaminan kesehatan dan pelayanan sosial.
3. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pelayanan bantuan pendidikan bagis
masyarakat miskin, mengembangkan sekolah kejuruan bagi siswa miskin dan
pemanfaatan pendidikan non formal.
4. Pemenuhan sarana dan prasaran dasar bagi penduduk miskin melalui
perluasan jaringan air bersih, pengembangan perumahan terjangkau dan
penciptaan lingkungan sehat.
5. Meningkatkan cakupan distribusi bahan pangan utama bagi masyarakat melalui
pemenuhan stok pangan pusat-pusat penyedia pangan.
6. Meningkatkan sistem distribusi pangan dan pemantauan harga pangan secara
berkala.
Sementara kebijakan dalam rangka pencapaian strategi yang telah
ditetapkan difokuskan pada:
1. Penyiapan dan pemberdayaan tenaga kerja produktif yang diarahkan pada
peningkatan keterampilan tenaga kerja, perluasan lapangan kerja formal dan
pengembangan wirausaha produktif.
2. Perluasan jaminan pelayanan kesehatan terhadap seluruh penduduk yang
belum tercakup ke dalam JKN KIS dan pendampingan, perluasan layanan
kesehatan pada penyakit tertentu dan penduduk dengan kecacatan.
3. Peningkatan keterjangkauan dan kualitas pendidikan yang difokuskan pada
peningkatan layananan pendidikan dasar, pemberian bantuan siswa miskin,
penarikan kembali anak-anak putus sekoah, mengarahkan siswa miskin
beprestasi untuk bersekolah di kejuruan dan pemberian beasiswa bagi
mahasiswa miskin melalui beasiswa siswa PNF
4. Pemenuhan sarana dan prasarana dasar bagi penduduk miskin yang
difokuskan pada fasilitasi pembangunan rumah layak huni, perluasan
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-47
penyediaan air bersih, peningkatan lingkungan sehat perumahan dan fasilitasi
rumah tangga berlistrik.
5. Optimalisasi Dewan Ketahanan Pangan dan pemantauan terhadap pemenuhan
kebutuhan pangan utama (beras) bagi masyarakat miskin yang tidak
mendapatkan bantuan Raskin.
6. Pemantauan harga pangan strategis dan Ketersediaan Pangan Utama.
Program dan kegiatan prioritas penanggulangan kemiskinan pada tahun
2017 meliputi bidang kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, ketahanan pangan dan
perumahan/pemukiman/prasarana dasar, disarikan dari Rencana Aksi Daerah
(RAD) penanggulangan kemiskinan yang tertuang didalam SPKD Kota Surakarta
Tahun 2016-2021, meliputi program dan kegiatan sebagai berikut:
1. Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan, melalui kegiatan:
Fasilitasi permodalan bagi usaha mikro kecil dan menengah di perdesaan
2. Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam
pembangunan, melalui kegiatan:
Pendidikan dan pelatihan peningkatan peran serta dan kesetaraan jender
Penyuluhan bagi ibu rumah tangga dalam membangun keluarga sejahtera
3. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negri, melalui
kegiatan:
Fasilitasi kemudahan perijinan pengembangan usaha
Pengembangan pasar dan distribusi barang/produk
Pembinaan kemampuan teknologi industri
4. Program Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan, melalui kegiatan:
Kegiatan penyuluhan peningkatan disiplin pedagang kakilima dan asongan
Kegiatan penataan tempat berusaha bagi pedagang kakilima dan asongan
5. Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif, melalui
kegiatan:
Fasilitasi pengembangan Usaha Kecil Menengah
6. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro
Kecil Menengah, dengan kegiatan:
Pengembangan sarana pemasaran produk Usaha Mikro Kecil Menengah
Penyelenggaraan promosi produk Usaha Mikro Kecil Menengah
Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-48
Pengembangan klaster bisnis
7. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah, dengan kegiatan:
Pembinaan industri kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan
klaster industri
8. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri, dengan kegiatan:
Pembinaan kemampuan teknologi industri
9. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, dengan
kegiatan:
Pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi pencari kerja
10. Program Peningkatan Kesempatan Kerja, dengan kegiatan:
Penyusunan informasi bursa tenaga kerja
Pengembangan kelembagaan produktivitas dan pelatihan kewirausahaan
11. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi, dengan kegiatan:
Pengerahan dan fasilitasi perpindahan serta penempatan transmigrasi
untuk memenuhi kebutuhan SDM
12. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif
Usaha Kecil Menengah, dengan kegiatan:
Fasilitasi pengembangan inkubator teknologi dan bisnis
13. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, dengan kegiatan:
Pelatihan petani dan pelaku agribisnis
14. Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan,
dengan kegiatan:
Pelatihan pemasaran pertanian/peternakan/perikanan
15. Program peningkatan produksi hasil peternakan, dengan kegiatan:
Pembibitan dan perawatan ternak
16. Program pengembangan budidaya perikanan, dengan kegiatan:
Pengembangan bibit ikan unggul
17. Program Perbaikan Gizi Masyarakat dengan kegiatan:
Pemberian tambahan makanan dan vitamin
Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan
akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi
mikro lainnya
18. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
19. Program keselamatan ibu melahirkan, dengan kegiatan:
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-49
Penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu
20. Penyakit menular, dengan kegiatan:
Penyemprotan/fogging sarang nyamuk
Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik
Peningkatan Imunisasi
Peningkatan surveillance epideminologi dan penaggulangan wabah
21. Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma, dengan kegiatan:
Pembangunan sarana dan prasarana perawatan para penyandang cacat
dan trauma
Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat dan eks trauma
22. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, dengan
kegiatan:
Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Jenjang SD/SMP
Penyediaan bantuan operasional sekolah(BOS) jenjang SD/SMP (Bantuan
keuangan propinsi)
BPMKS
23. Program Pendidikan Non Formal, dengan kegiatan:
Pemberian bantuan operasional pendidikan non formal
Pengembangan pendidikan keaksaraan
24. Program Pengembangan Perumahan, dengan kegiatan:
Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat
25. Program Lingkungan Sehat Perumahan, dengan kegiatan:
Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat
miskin (DAK)
Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat
miskin
26. Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/ perkebunan, dengan
kegiatan:
Pemanfaatan perkarangan untuk pengembangan pangan
Penyuluhan sumber pangan alternatif
Pemantauan dan analisis akses pangan masyarakat
Pengembangan cadangan pangan daerah
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-50
3.4. Kelembagaan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta
3.4.1. Struktur Kelembagaan
Dalam melaksanakan Program-Program Penanggulangan Kemiskinan,
pemerintah Kota Surakarta telah membentuk lembaga pengelola program,
yaitu Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kota
Surakarta. Lembaga ini berfungsi sebagai koordinasi dalam rangka menjamin
keberlanjutan program dan menggalang partisipasi pemangku kepentingan
pembangunan dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta. Lembaga
ini bersifat lintas SKPD dan pemangku kepentingan yang berkaitan dengan
penanggulangan kemiskinan.
Untuk melakukan koordinasi dan mengendalikan pelaksanaan
penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta, telah ditetapkan Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 746.05/15.9/1/2017 tentang Perubahan Atas
Keputusan Walikota Nomor 746.05/5.11/1/2017 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta. Pembentukan tersebut dengan
mengacu pada Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Adapun susunan
organisasi TKPKD Kota Surakarta dapat dilihat pada bagan berikut:
Gambar 3.1. Struktur Organisasi TKPKD Kota Surakarta
Selanjutnya dalam rangka meningkatkan koordinasi penanggulangan
sampai dengan tingkat kelurahan, Pemerintah Kota Surakarta membentuk
kelembagaan penanggulangan kemiskinan ditingkat kelurahan dengan nama
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-51
Tim Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan (TPKK). Dasar pembentukan
TPKK ditetapkan melalui Peraturan Walikota Surakarta Nomor 11 Tahun 2016
Tentang Tata Cara Pembentukan Dan Tata Kerja Tim Penanggulangan
Kemiskinan Kelurahan dii Kota Surakarta.
Dalam peraturan tersebut, TPKK dibentuk dalam rangka membantu
tugas dan fungsi TKPKD ditingkat Kota. TPKK bertugas melakukan fasilitasi
dan koordinasi penanggulangan kemiskinan pada tingkat Kelurahan. Tugas
TPKK antara lain:
1. Mengelola dan memutakhirkan (updating) data dan profil keluarga miskin;
2. Melaksanakan fasilitasi, verifikasi dan koordinasi kegiatan
penanggulangan kemiskinan;
3. Melakukan usaha penggalangan sumber daya dan membangun
kemitraan;
4. Melakukan monitoring, pemantauan dan penilaian atas implementasi
program penanggulangan kemiskinan yang berada di tingkat Kelurahan;
5. Menyampaikan laporan dan rekomendasi TPKK secara periodik setiap 3
(tiga) bulan kepada TKPKD.
Personil TPKK paling sedikit berjumlah 10 (sepuluh) orang, dengan
Keanggotaan TPKK ditetapkan dengan Keputusan Lurah, untuk masa bhakti
paling lama 5 (lima) tahun. Unsur-unsur yang dapat menjadi keanggotaan
TPKK yaitu :
1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK);
2. Fasilitator kelurahan;
3. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM);
4. PKK Kelurahan;
5. Tokoh masyarakat;
6. Tokoh agama;
7. Karang Taruna Kelurahan;
8. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Kelurahan;
9. Lembaga pendidikan antara lain Perguruan Tinggi, Pesantren,
10. Lembaga Pendidikan Ketrampilan;
11. Pelaku usaha
12. Unsur Pemerintahan Kelurahan
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-52
Adapun susunan organisasi TPKK Kota Surakarta dapat dilihat pada
bagan berikut :
Gambar 3.2. Struktur Organisasi TPKK
3.4.2. Mekanime Kerja Kelembagaan
Dalam pelaksanaan tugas, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (TKPKD) dibantu oleh kelompok program yang terdiri dari: (i) Bantuan
sosial terpadu berbasis keluarga; (ii) Penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat; dan (iii) Penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
Kelompok Program bertugas untuk memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, serta
memberikan masukan dan pertimbangan bagi Komite Penanggulangan
Kemiskinan.
Dalam pelaksanaan tugas, Kelompok Program dibantu oleh Sekretariat.
Peran dan tugas sekretariat ini adalah membantu dalam memantau
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-53
pelaksanaan kebijakan dan progam penanggulangan kemiskinan, melakukan
evaluasi secara berkala terhadap kemajuan pencapaian tujuan, dan
memberikan masukan penyempurnaan kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan, serta melakukan koordinasi pemberian informasi,
diseminasi, dan penanganan pengaduan masyarakat. Untuk menjalankan
fungsi sekretariatan yang baik, sekretaris akan dibantu oleh: (i) Pokja
Pendataan dan Sistem informasi; (ii) Pokja Pengembangan Kemitraan; (iii)
Pokja Pengaduan Masyarakat; (iv) Sekretariat dalam hal ini akan dibantu
satuan unit pelaksana harian.
Gambar 3.3. Mekanisme Kerja TKPKD
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-54
Gambar 3.4. Pembagian Peran Kelompok Program dan Kelompok Kerja pada TKPKD
Tim Koodinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah membutuhkan
sinergitas semua komponen pilar governance, yaitu: (i) pemerintah, (ii) pelaku
usaha/bisnis, dan (iii) masyarakat sipil. Pembagian peran antar pelaku untuk
strategi penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Tabel 3.10.
Sinergitas Antar Pelaku Pelaksanaan Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan
Aktor/ Pelaku Peran Langkah Aksi
Pemerintah Kota
1) Menyediakan kebijakan dan regulasi yang menghargai dan melindungi hak-hak penduduk miskin;
2) Meningkatkan pelayanan publik yang murah, cepat dan bermutu;
3) Melakukan fasilitasi dan mediasi; mendorong pelaku pembangunan lain
1) Bersama DPRD memprioritaskan anggaran dan sumberdaya guna mencapai tujuan dan sasaran penanggulangan kemiskinan, melalui produk regulasi maupun produk pelayanan publik
2) Pembaruan data kemiskinan yang valid dan akurat
3) Menjamin prioritas kegiatan penanggulangan kemiskinan langsung tercakup dalam RKPD dan Renja
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-55
Aktor/ Pelaku Peran Langkah Aksi
untuk menjadi pelaku aktif dalam penanggulangan kemiskinan
4) Mengoptimalkan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah
5) Mengembangkan indikator kinerja dan sistem monitoring dan evaluasi secara terpadu sebagai dasar pengkajian terhadap pelaksanaan upaya penanggulangan kemiskinan, terutama di bidang prioritas penanggulangan kemiskinan, yaitu: kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, ketahanan pangan, dan perumahan/permukiman/ prasarana dasar.
Pelaku Usaha Swasta
1) Pelaku kegiatan investasi, produksi dan distribusi barang dan jasa yang memberikan dampak pada penduduk miskin.
2) Penyediaan modal dan teknologi, penciptaan lapangan kerja, penyumbang penerimaan pajak dan pengembangan fasilitas.
3) Bertanggungjawab untuk tidak abai dampak negatif usahanya seperti kerusakan lahan, pencemaran air, udara, tanah, dan sungai
1) Menyediakan akses lapangan kerja dan usaha pada penduduk miskin melalui kemitraan usaha dan keterkaitan usaha.
2) Memperkuat usaha mikro, kecil dan menengah melalui dana perbankan, bantuan teknis dan pendampingan usaha mikro.
3) Memamastikan tidak ada diskriminasi terhadap perempuan dalam perekrutan pegawai dan pengembangan usaha.
4) Meningkatkan pertanggungjawaban sosial dalam berbagai bentuk (beasiswa, pengembangan masyarakat, dukungan kepada lembaga pendidikan dan penelitian)
Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi
Melakukan advokasi, pendampingan dan kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
1) Melakukan pendampingan dan advokasi bagi kelompok miskin, kaum perempuan, anak-anak, kelompok marjinal lainnya untuk memperjuangkan hak-hak dan kebutuhan mereka.
2) Melakukan kontrol sosial terhadap kinerja dan mutu layanan dasar yang dilakukan oleh pemerintah dan pelaku usaha.
3) Mendorong keterbukaan pemerintah dalam pengambilan
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-56
Aktor/ Pelaku Peran Langkah Aksi
keputusan yang menyangkut pengelolaan anggaran yang berpihak pada kelompok miskin.
4) Bersama dengan pemerintah, mengembangkan dan mendorong pelembagaan forum warga dan forum lintas pelaku sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan berpihak pada kelompok miskin.
Tim Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan
1) Identifikasi permasalahan kemiskinan di lingkungannya
2) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program / kegiatan penanggulangan kemiskinan
3) Menerima pengaduan masyarakat atas program-program penanggulangan kemiskinan
1) Terlibat aktif dalam proses Analisis Kemiskinan Partisipatif (AKP);
2) Terlibat dalam proses penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan tingkat kelurahan
Hubungan antara TKPKD dan TPKK bersifat koordinatif dan fasilitatif.
Dalam melaksanakan tugas, mekanisme kerja TPKK dapat digambarkan
sebagai berikut :
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-57
Gambar 3.5. Mekanisme Kerja Antara RKPKD dengan TPKK