bab 4 - kebijakan penanggulangan bencana
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
1/21
BAB 4
KEBIJAKAN PENANGGULANGANBENCANA
4.1 VISI DAN MISI
4.1.1Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2009-2013
Visi dan Misi Pembangunan Daerah sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pembangaunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur tahun 2009-2013 adalah sebagai berikut:
A. VISI
Terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang
berkualitas, sejahtera, adil dan demokratis, dalam Bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang ingin diwujudkan dalam lima tahun mendatang adalah
Nusa Tenggara Timur yang memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas,
memperhatikan keseimbangan antara kewajiban dan hak, menghargai
pendapat dan menerima pendapat orang lain.
Berkualitas.
Mengandung makna bahwa dalam lima tahun kedepan terjadi peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia NTT yang diukur berdasarkan perbaikan
angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index), angka
Buta Aksara serta Tingkat Partisipasi Sekolah, Usia Harapan Hidup Penduduk;
Status Gizi Balita; Tingkat Kematian Bayi dan Ibu Hamil dan Nisbah Sarana
Kesehatan per Penduduk.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -1
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
2/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Sejahtera.
Mengandung makna dalam lima tahun ke depan akan terjadi
peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang diindikasikan dengan
meningkatnya pendapatan perkapitan penduduk NTT yang berdampak pula
pada menurunnya angka kemiskinan, serta peningkatan ketersedianaan
sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai guna mendukung
pertumbuhan ekonomi di NTT
Adil.
Mengandung makna pembangunan Kesamaan hak dalam hukum dan
pelayanan kemasyarakatan, pemerintahan dan pembangunan yang
mencerminkan keterwakilan agenda pembangunan yang berdampak pada
terjadinya pemerataan distribusi dan akses terhadap sumberdaya dan hasil-
hasil pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
masyarakat NTT.
Demokratis.
Mencerminkan keterwakilan proses dan sustansi agenda-agenda
pembangunan yang dilakukan secara rasional dan obyektif dengan
mempertimbangan aspek keterbukaan, partisipasi publik dan kesamaan
dengan demikian menjamin adanya partisipasi masyarakat, transparansi,
akuntabel sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.
Dalam Bingkai Negara Republik Indonesia.
Mengandung makna bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah bagian
integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi pembangunan tahun
2008-2013 adalah:
a. Meningkatkan pendidikan yang berkualitas, relevan, efisien dan
efektif yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.
b. Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui
pelayanan yang dapat dijangkau seluruh masyarakat.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -2
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
3/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
c. Memberdayakan ekonomi rakyat dengan mengembangkan pelaku
ekonomi yang mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal.
d. Meningkatkan infrastruktur yang memadai agar masyarakat dapat
memiliki aksesibilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
e. Meningkatkan penegakan supremasi hukum dalam rangka
menjelmakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta
mewujudkan masyarakat yang adil dan sadar hukum.
f. Meningkatkan pembangunan yang berbasis tata ruang dan
lingkungan hidup.
g. Meningkatkan akses perempuan dan anak dalam sektor publik,
serta meningkatkan perlindungan terhadap perempuan dan anak.
h. Mempercepat penanggulangan kemiskinan, pengembangan kawasan
perbatasan, pembangunan daerah kepulauan, dan pembangunan daerah
rawan bencana alam.
4.1.2 Visi dan Misi Penanggulangan Bencana Provinsi NTT
Dengan mengacu kepada visi dan misi pembangunan Provinsi NTT 2009-
2014, serta dengan berlandaskan kepada hasil kajian risiko bencana Provinsi
NTT; maka Visi Penanggulangan Bencana Provinsi NTT adalah:
NTT yang Siaga, Tangguh, Solid, dan Responsif dalam
Penanggulangan Bencana
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Misi Penanggulangan Bencana NTT
yang perlu dilaksanakan dan dicapai adalah:
1. Mengurangi risiko bencana dengan dengan membangun
kesiapsiagaan dan infrastruktur diseluruh lini secara terencana dan
terpadu
2. Membangun budaya keselamatan dan ketahanan bencana berbasis
pemberdayaan masyarakat, penguatan kearifan lokal, serta
pengembangan pendidikan, pengetahuan, dan inovasi.
3. Memperkuat kapasitas, kerja sama, dan koordinasi antar lembaga
dalam penanggulangan bencana
4. Meningkatkan kapasitas dan kesigapan dalam upaya rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -3
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
4/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
4.2 Kebijakan Penanggulangan Bencana NTT
Dengan mengacu kepada visi dan misi penanggulangan bencana NTT, maka
dapat diformulasikan kebijakan penanggulangan bencana NTT. Kebijakan
penanggulangan bencana ini disusun atas dasar regulasi daerah,
kelembagaan daerah dan perencanaan.
4.2.1 Regulasi
Regulasi terkait penanggulangan bencana di Provinsi NTT adalah:
1. Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi NTT Tahun 2005 - 2025
2. Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 16 Tahun 2008 tentang
Penanggulangan Bencana di Provinsi NTT
3. Peraturan Daerah NTT Nomor 17 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi NTT Tahun 2009 2013
4. Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur
5. Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi NTT 2010-2030
4.2.2Kelembagaan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, lembaga utama yang khusus menangani penanggulangan bencana
di tingkat provinsi adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
BPBD Provinsi NTT dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi NTT
Nomor 3 tahun 2009 tentang Badan Penanggulangan Bencana DaerahProvinsi Nusa Tenggara Timur.
BPBD Provinsi NTT memiliki tugas sebagai berikut:
1. menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan
setara sesuai kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana;
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -4
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
5/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
2. menyusun standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
3. menyusun, menetapkan, dan menginventarisasikan peta rawan
bencana;
4. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;
5. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala
daerah setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam
kondisi darurat bencana;
6. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
7. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
APBD; dan
8. melaksanakan kewajiban lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Sementara fungsi BPBD Provinsi NTT adalah:
1. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan
efisien;
2. pengkoordinasian pelaksanaan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh;
Dalam menjalankan tugasnya, BPBD Provinsi NTT tidak bekerja secara
individu; melainkan berkoordinasi juga dengan institusi terkait lainnya; baik
institusi pemerintah ataupun non-pemerintah. Pelaksanaan partisipasi dan
peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan
masyarakat dilakukan oleh instansi/lembaga terkait berkoordinasi dengan
BPBD sesuai dengan kewenangannya.
Susunan Organisasi BPBD terdiri dari :
a. Kepala;
b. Unsur Pengarah; dan
c. Unsur Pelaksana.
Unsur Pelaksana BPBD Provinsi berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala BPBD. Unsur Pelaksana BPBD Provinsi dipimpin Kepala
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -5
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
6/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Pelaksana yang membantu Kepala BPBD Provinsi dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi unsur pelaksana BPBD Provinsi sehari-hari.
Unsur Pelaksana BPBD Provinsi mempunyai tugas melaksanakan
penanggulangan bencana secara terintegrasi meliputi pra bencana, saat
tanggap darurat; dan pasca bencana.
Unsur Pelaksana BPBD menyelenggarakan fungsi :
a. pengkoordinasian;
Fungsi koordinasi merupakan fungsi koordinasi Unsur Pelaksana BPBD
dilaksanakan melalui koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah
lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada di daerah, lembaga usaha,
dan/atau pihak lain yang diperlukan pada tahap pra bencana dan pasca
bencana.
b. pengkomandoan;
Fungsi komando merupakan fungsi komando Unsur Pelaksana BPBD
dilaksanakan melalui pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik
satuan kerja perangkat daerah lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada
di daerah, serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka
penanganan darurat bencana.
c. pelaksana.
Fungsi Pelaksana merupakan fungsi Pelaksana BPBD dilaksanakan secara
terkoordinasi dan terintegrasi dengan satuan kerja perangkat daerah
lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada di daerah, dengan
memperhatikan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BPBD dalam melaksanakan tugasnya wajib menyelenggarakan koordinasi
dengan instansi yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja serta
wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam
lingkungan masing-masing maupun antara satuan organisasi di lingkungan
Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing.
4.2.3Perencanaan
Dalam kaitannya dengan penanggulangan bencana, selain dari Rencana
Penanggulangan Bencana, setiap daerah perlu menyusun serangkaian
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -6
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
7/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
rencana terkait lainnya baik untuk kondisi pra-bencana, saat terjadi bencana
maupun pasca bencana. Rencana yang perlu diformulasikan meliputi:
1. Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB) yang
merupakan tindak lanjut dari RPB NTT
2. Rencana Kontijensi
3. Rencana Operasional
4. Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Pemulihan)
Agar tersusun suatu mekanisme Penanggulangan Bencana terpadu, maka
seluruh rencana tersebut perlu disusun dan dilaksanakan secara holistik dan
sinergis.
4.3 Strategi / Pilihan Tindakan Pencegahan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
tingkat provinsi memiliki keterbatasan kewenangan; dimana peranan institusi
ini lebih kepada fungsi koordinasi, motivasi dan katalis bagi institusi di tingkat
pemerintahan yang lebih rendah. Peran teknis yang dimiliki pemerintah
provinsi hanya terbatas pada asset provinsi yang berada di daerah serta
pelaksanaan tanggap darurat bencana jika kabupaten/kota tidak mampu
mengatasi bencana yang terjadi.
Sehubungan dengan hal ini, maka diperlukan suatu kebijakan dan strategi
khusus dalam menyusun RPB NTT agar kemudian pelaksanaannya dapat
mengurangi risiko bencana di dalam wilayah Provinsi NTT.
Secara umum, terdapat 4 strategi Penanggulangan Bencana NTT, yakni:
a. Penguatan regulasi dan kapasitas kelembagaan
b. Perencanaan Penanggulangan Bencana terpadu
c. Penelitian, pendidikan dan pelatihan
d. Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat
Keempat strategi ini beserta sasaran yang ingin dicapai akan dijabarkan
sebagai berikut.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -7
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
8/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
4.3.1 Strategi Penguatan Regulasi dan Kapasitas
Kelembagaan
Strategi ini memiliki sasaran terbentuknya kelembagaan penyelenggaraan
penanggulangan bencana dengan kapasitas yang memadai pada sistem,
desentralisasi kewenangan dan kemitraan; yang ditunjang dengan dasar
hukum yang kuat dalam pelaksanaannya.
Pencapaian sasaran tersebut difokuskan pada:
a. Penguatan Dasar Hukum untuk Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana yang Terkoordinasi
Penguatan dasar hukum untuk mensinergiskan penyelenggaraan
penanggulangan bencana dapat dilakukan melalui penyusunan peraturan dan
serangkaian dokumen rencana yang meliputi:
1. Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB) yang
merupakan tindak lanjut dari RPB NTT
2. Rencana Kontijensi
3. Rencana Operasional
4. Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Pemulihan)
Selain itu, penguatan kerangka regulasi juga bisa dilakukan melalui
penyusunan prosedur-prosedur tetap (protap) Penyusunan dokumen dan
peraturan di tingkat provinsi tersebut tentunya harus tetap berpegang kepada
pedoman dan peraturan mengenai kebencanaan yang ada di tingkat pusat.
Koordinasi juga perlu dilakukan dalam menyusun mekanisme penggalangan
anggaran penanggulangan bencana partisipatif untuk mengatasi keterbatasan
anggaran di tingkat provinsi.Keberadaan mekanisme ini diharapkan dapat
menarik kontribusi dari pemangku kepentingan non-pemerintah ataupun
negara donor dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.Mekanisme
ini perlu dituangkan ke dalam bentuk peraturan agar memiliki kepastian
hukum.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat membentuk kerangka hukum yang
kuat serta memberikan arahan yang jelas dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.Langkah tersebut juga diharapkan dapat
meningkatkan kapasitas serta kontribusi berbagai pihak dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana yang efektif dan efisien.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -8
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
9/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
b. Penguatan Kapasitas Kelembagaan dalam Penanggulangan Bencana
dan Sistem Pendukungnya
Provinsi NTT perlu meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan
daerah dalam penanggulangan bencana. Secara umum, upaya
penanggulangan bencana di provinsi ini berada di bawah tanggung jawab
BPBD Provinsi NTT. Namun untuk mengimplementasikan penanggulangan
bencana yang terpadu diperlukan peningkatan kapasitas personil BPBD dan
institusi terkait lain dalam menghadapi situasi pra-bencana, saat tanggap
darurat dan saat pemulihan pasca bencana.
Koordinasi dan kerjasama antar pemangku kepentingan daerah, termasuk
masyarakat, juga akan ditingkatkan dalam rangka mewujudkan
penanggulangan bencana yang holistik dan terpadu.
Salah satu prioritas utama dalam penguatan kapasitas adalah pembentukan
dan pemberdayaan forum/jaringan daerah khusus untuk pengurangan risiko
bencana yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait.
4.3.2 Strategi Perencanaan Penanggulangan Bencana
Terpadu
Sasaran dari strategi ini adalah diterapkannya upaya-upaya yang terpaduuntuk mengurangi dampak bencana melalui perencanaan yang holistik dan
pembangunan sistem pendukung pada bencana yang berpotensi terjadi dalam
skala provinsi.
Pencapaian sasaran tersebut difokuskan pada:
a. Penguatan Dokumen Kajian Risiko Daerah dan Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten
Saat ini telah terusun Dokumen Kajian Risiko Bencana Daerah untuk Provinsi
NTT. Dokumen ini disusun berdasarkan data ancaman, kerentanan dan
kapasitas untuk setiap potensi bencana di wilayah NTT. Namun untuk
penerapan di level kabupaten masih memerlukan kajian risiko dengan
kedalaman data yang lebih detail. Untuk lebih memperkuat hasil kajian ini
maka perlu dikaji risiko bencana yang lebih detail di level kabupaten, juga
risiko-risiko lintas batas; baik lintas kecamatan maupun lintas kabupaten;
dalam rangka menggalang kerjasama antar daerah untuk pengurangan risiko.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -9
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
10/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Penanganan bencana yang dilaksanakan selama ini seringkali tidak
mempertimbangkan risiko lintas batas, sehingga tidak jarang terjadi irisan
kegiatan dan miskoordinasi antar pemerintah daerah. Sebagai akibatnya,
penanganan bencana menjadi kurang optimal.
Dengan adanya penguatan terhadap dokumen kajian risiko daerah termasuk
kejelasan dalam pembagian kewenangan, diharapkan akan dapat menjadi
acuan bagi penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten
yang akan menghasilkan formulasi kebijakan penanggulangan bencana di
level kabupaten dan menghasilkan pola koordinasi kelembagaan di level
kabupaten yang akan berbeda dengan di level provinsi.
b. Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana untuk Setiap Potensi
Bencana di NTT
Rencana kontijensi bencana disusun untuk semua bencana yang berpotensi
terjadi di wilayah NTT. Berdasarkan hasil kajian risiko daerah, terdapat 11
jenis bencana yang berpotensi terjadi di provinsi ini. Rencana kontijensi ini
akan menjadi acuan bagi daerah dalam melaksanakan upaya penanganan
darurat bencana. Penting untuk diperhatikan bahwa penyusunan rencana
kotijensi harus mengikuti suatu standar dan aturan tertentu yang berlaku di
tingkat pusat. Proses penyusunan rencana kontijensi harus melibatkan
seluruh pemangku kepetingan yang terkait di tingkat daerah.
Sebagai turunan dari rencana kontijensi ini, perlu disusun program-program
tanggap darurat bencana serta prosedur tetap yang terkait. Latihan evakuasi
secara berkala perlu dilakukan sebagai media evaluasi bagi prosedur dan
program ini. Pelaksanaan latihan ini juga dapat bermanfaat untuk
meningkatkan ketahanan masyarakat.
Implementasi langkah-langkah ini diharapkan dapat memperkuat
kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat.
c. Menerapkan Perencanaan dan Pengelolaan Permukiman Manusia yang
Memuat Unsur-Unsur Pengurangan Risiko Bencana
Sektor permukiman penduduk memerlukan perencanaan dan pengelolaan
yang memadai, terutama dari aspek tata ruang dan struktur bangunan agar
faktor risiko bencana dapat dikurangi. Diperlukan penguatan aturan mengenai
kawasan yang aman sebagai lokasi permukiman, sehingga perumahan tidak
akan berlokasi di area yang memiliki tingkat risiko tinggi terhadap bencana.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -10
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
11/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Selain itu, diperlukan juga pemberlakuan syarat dan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) untuk keselamatan dan kesehatan umum (enforcement of
building codes). Diperlukan standarisasi struktur bangunan untuk area-area
tertentu, terutama untuk daerah yang rawan bencana; dimana standar iniharus berbeda untuk area dengan tingkat risiko bencana yang berbeda.
Misalnya saja syarat untuk mendirikan bangunan di area yang berisiko benjir
akan berbeda dengan syarat untuk area berisiko puting beliung. Berkaitan
juga dengan hal ini adalah pengintegrasian AMDAL dan Kajian Risiko Bencana.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat menurunkan risiko bencana bagi
masyarakat, termasuk menurunkan kerugian yang potensial untuk diderita.
d. Memformulasikan Sistem Distribusi Logistik untuk Penanganan Darurat
Bencana dan Pemulihan Pasca Bencana
Di dalam kondisi darurat dan pemulihan pasca bencana, pemenuhan
kebutuhan sehari-hari masyarakat (baik logistik maupun finansial) merupakan
hal yang utama. Hal yang perlu diperhatikan tidak hanya ketersediaan
kebutuhan tersebut, tetapi juga sistem distribusi yang paling optimal untuk
dijalankan. Oleh karena itu diperlukan penyusunan suatu sistem pendukung
dan mekanisme yang diarahkan pada optimalisasi distribusi cadangan logistik
untuk penduduk dan kelompok rentan. Pemenuhan kebutuhan tersebut akan
mempercepat masa penanganan darurat bencana dan membantu
meningkatkan kemampuan daerah untuk bangkit kembali setelah darurat
bencana.
Selain pendistribusian logistik, sistem pendukung yang diformulasikan juga
perlu berisikan mekanisme yang dapat menjamin stabilitas harga barang-
barang kebutuhan pokok setelah terjadinya bencana. Selama ini, cenderung
terjadi kenaikan harga barang setelah kejadian bencana. Penyusunan pola
kerjasama antara pemerintah dengan produsen kebutuhan pokok yangdigunakan saat darurat maupun saat pemulihan menjadi kunci keberhasilan
yang perlu dicapai dalam membangun sistem ini.
Ketersediaan cadangan finansial dan logistik serta penyusunan sistem
pendukung ini akan membantu dalam membangun sistem penanganan
darurat dan pemulihan pasca bencana yang efektif.
e. Pembangunan Infrastruktur pendukung Mitigasi Bencana
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -11
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
12/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Pencegahan bencana dilaksanakan dengan memberikan perlakuan di sumber
bencana sehingga dapat menurunkan, jika tidak menghilangan, ancaman
bencana tersebut. Mitigasi bencana dilakukan dengan membangun suatu zona
penghalang antara potensi bencana dengan faktor risiko yang ada. Mitigasiberupa mitigasi struktural (memperkuat struktur bangun, memformulasikan
kode bangunan dsb.)
f. Memperkuat Sistem Peringatan Dini yang handal
Kesiapsiagaan merupakan tindakan yang perlu diambil jika upaya pencegahan
dan mitigasi dirasa belum optimal. Kunci dari kesiapsiagaan adalah berjalan
dengan optimalnya proses evakuasi masyarakat yang didukung oleh sistem
pendeteksian ancaman dan sistem peringatan dini. Penggabungan antara
teknologi dan kearifan lokal merupakan faktor penting dalam mewujudkan
sistem kesiapsiagaan yang efektif.Berkaitan dengan hal ini, maka diperlukan
pembangunan sistem peringatan dini yang efektif, peningkatan kapasitas
evakuasi masyarakat termasuk latihan evakuasi, serta pembangunan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana kesiapsiagaan bencana.
g. Meningkatkan kapasitas dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana
Penanganan bencana merupakan kebijakan yang perlu diambil saat masakrisis, masa darurat dan masa pemulihan dilaksanakan. Penanganan bencana
dilaksanakan untuk menyelamatkan korban bencana sekaligus melakukan
normalisasi kehidupan korban bencana dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Terkait dengan sasaran ini, maka program akan difokuskan pada tanggap
darurat bencana serta upaya rehabilitasi dan rekonstruksi. Evaluasi juga terus
dilakukan pada proses rehabilitasi dan rekonstruksi sehingga pembelajaran
baru mengenai upaya rehabilitasi dan rekonstruksi yang mengefisienkan
sumber daya akan terus dihasilkan.
4.3.3 Strategi Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan
Sasaran dari strategi ini adalah pemanfaatan jalur penelitian, pendidikan dan
pelatihan secara terukur dan terencana untuk membangun budaya
keselamatan dan ketahanan bencana di masyarakat NTT.
Pencapaian sasaran tersebut difokuskan pada:
a. Pengintegrasian Konsep Kebencanaan di dalam Kurikulum Sekolah
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -12
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
13/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Konsep mengenai kebencanaan perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum
sekolah untuk memperkenalkan masyarakat kepada isu bencana sejak dini.
Penggunaan lembaga pendidikan formal merupakan salah satu strategi yang
efektif di dalam membangun memori kolektif masyarakat secaraberkelanjutan, sehingga diharapkan pengetahuan ini akan terus terbawa dan
diimplementasikan oleh siswa.
Materi kebencanaan yang disampaikan di sekolah tidak hanya berdasarkan
kajian dan temuan ilmiah saja, tetapi juga kearifan lokal agar pengetahuan
lokal tersebut tidak hilang di masa yang akan datang. Penggabungan kedua
jenis materi ini akan memberikan suatu konsep kebencanaan yang
komprehensif untuk disampaikan kepada siswa dalam upaya penanggulangan
bencana. Kurikulum yang disusun juga perlu menyeimbangkan antara teori
dengan praktik agar pemahaman dan keterampilan teknis siswa tetap
berimbang
b. Pelatihan Kebencanan untuk Peningkatan Kapasitas Pemerintah
Diperlukan standarisasi kompetensi minimal yang perlu dimiliki oleh setiap
orang sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing institusi di dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Untuk mencapai standar ini,
maka diperlukan suatu pelatihan yang mampu meningkatkan kapasitas
individu pelaksana penanggulangan bencanadi tataran pemerintahan. Materi
pelatihan tersebut harus mencakup konsep-konsep dan praktik-praktik
mengenai pengurangan risiko bencana dan pemulihan pasca bencana.
Pelaksanaan pelatihan ini akan membantu meningkatkan pemahaman dan
ketrampilan indidvidu tersebut, sehingga penyelenggaraan penanggulangan
bencana di daerah akan berjalan dengan optimal.
c. Peningkatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Lokal
Kemitraan akan dibangun dengan perguruan tinggi agar pihak
tersebutmemiliki peranan di dalam upaya penanggulangan bencana, terutama
dalam kaitannya dengan pengembangan pengetahuan serta teknologi
kebencanaan di tingkat daerah. Pemberdayaan perguruan tinggi lokal juga
dilakukan dengan alasan bahwa pihak tersebut tentunya memiliki
pemahaman yang lebih mendalam mengenai karakteristik daerah, jika
dibandingkan dengan perguruan tinggi yang berada di daerah lain.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -13
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
14/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Langkah ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kuantitas dan kualitas
informasi terkait kebencanaan di Provinsi NTT. Selain itu, langkah ini juga
diharapkan menjadi salah satu upaya meningkatkan kerja sama antar
pemangku kepentingan daerah.
4.3.4 Strategi Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi
Masyarakat
Sasaran dari strategi ini adalah berkembangnya budaya keselamatan dan
ketahanan bencana di segenap masyarakat NTT dengan meningkatkan
partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
a. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk melaksanakan
penanggulangan bencana yang partisipatif
Perlu diperhatikan bahwa salah satu strategi pembangunan Provinsi NTT
adalah Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people-centered
development), yang mengedepankan partisipasi rakyat (participatory-based
development) dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi program
pembangunan yang menyangkut hajat hidup mereka sendiri. Oleh karena
itu, upaya penanggulangan bencana Provinsi NTT akan menerapkan prinsip
partisipatif; dimana masyarakat memiliki peran aktif di dalam program dan
kegiatan penanggulangan bencana. Dengan demikian, pelaksanaan
penanggulangan bencana di NTT akan turut mempertimbangkan aspek
kearifan lokal.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan berbagai program dan
kegiatan yang dapat membantu meningkatkan kapasitas masyarakat;
terutama mempertimbangkan posisi masyarakat sebagai pihak yang terkena
dampak langsung dari bencana.Pembentukan dan pemberdayaan
forum/jaringan daerah khusus untuk pengurangan risiko bencana dapat
menjadi salah satu prioritas untuk mencapai sasaran ini.
Pendekatan partisipatif disini tidak hanya berlaku untuk masyarakat yang
berstatus layanan publik, tetapi juga dari kalangan akademisi dan lembaga
non pemerintah lainnya. Kerja sama dan diskusi aktif dengan pihak-pihak
tersebut diperlukan untuk merangkum masukan demi tercapainya visi dan
misi penanggulangan bencana NTT. Bentuk diskusi aktif dapat berupa
pembentukan dan operasionalisasi forum/jaringan daerah khusus untuk
pengurangan risiko bencana.Dengan dilaksanakannya langkah-langkah
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -14
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
15/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
tersebut, diharapkan agar penanggulangan bencana di Provinsi NTT dapat
berjalan dengan sinergis, efektif dan optimal.
b. Membangun dan Menggiatkan Penggunaan Media Informasi Untuk Isu
Kebencanaan
Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat tidak hanya didapat dengan
pelibatannya di dalam forum-forum khusus kebencanaan, namun juga dengan
menggunakan media informasi. Media informasi yang dimaksud dapat berupa
jejaring, pengembangan sistem untuk berbagi informasi, penggunaan situs
ataupun bulletin board dsb.
Media tersebut akan berisi informasi-informasi yang terkait dengan isu
kebencanaan, termasuk time series kejadian bencana di NTT serta langkah
adaptasi dan mitigasi sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat.
Media ini diharapkan dapat diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku
kepentingan.
4.4 Kaidah Pelaksanaan
Kaidah pelaksanaan dari RPB NTT dibatasi pada pelaku, pendanaan dan
strategi untuk menjamin pelaksanaan RPB NTT.
4.4.1Pelaksana
RPB NTT bukanlah tanggung jawab BPBD Provinsi NTT semata, namun
tanggung jawab bersama seluruh pemangku kepentingan Provinsi NTT. BPBD
Provinsi NTT berperan sebagai leading sectordalam pelaksanaannya. Secara
umum, peran dan fungsi setiap SKPD/UPT serta instansi terkait lainnya di
Provinsi NTT dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT
mengkoordinir, melaksanakan sekaligus bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan seluruh upaya penanggulangan bencana di NTT
b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) mendukung
perencanaan, pengawasan dan evaluasi program-program pembangunan
yang peka risiko bencana bersama dengan dinas-dinas terkait
c. Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) melakukan pengawasan dan
pengendalian serta penataan hukum lingkungan dalam pencegahan
bencana terkait konservasi alam dan lingkungan hidup
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -15
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
16/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
d. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) melakukan upaya
mitigasi bencana kerawanan pangan dan pemberdayaan petani
e. Badan Pusat Statistik (BPS) menyediakan data-data yang diperlukan
bagi perencanaan, pemantauan, dan evaluasi penanggulangan bencana
f. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
melakukan upaya mitigasi dan mediasi bagi penyelesaian konflik sosial
g. Dinas Sosial (Dinsos) merencanakan dan melaksanakan penyediaan
kebutuhan logistik untuk korban bencana terutama kelompok rentan
h. Dinas Kesehatan (Dinkes) merencanakan pencegahan, penyuluhan,
kesiapsiagaan pelayanan kesehatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana
kesehatan termasuk obat-obatan, logistik kesehatan dan tenaga medis.
i. Dinas Pertanian dan Perkebunan meningkatkan kapasitas petani
terutama petani kecil dalam mengantisipasi perubahan iklim serta
melakukan rehabilitasi dan pendayagunaan lahan kritis
j. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop-UKM)
menyelenggarakan program-program usaha kecil dan kegiatan ekonomi
produktif pasca bencana bagi warga masyarakat miskin di daerah untuk
mempercepat pemulihan
k. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menyelenggarakan
kegiatan ekonomi produktif serta menjalin kerjasama dengan dunia usaha
untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok dalam rangka
memepercepat proses pemulihan pasca bencana
l. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) merencanakan
dan mengendalikan penyelenggaraan pendidikan darurat untuk daerah
yang terkenan bencana dan pemulihan sarana-prasarana pendidikan,
serta mengkoordinasikan pendidikan sadar bencana
m.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) melakukan upaya
mitigasi dalam melindungi aset-aset budaya dan pariwisata
n. Dinas PU Pengairan pelaksanaan pembinaan, pengelolaan,
pengawasan dan pengendalian di bidang pengairan dalam upaya mitigasi
dan penanganan bencana
o. Dinas PU Cipta Karya merencanakan, mengendalikan dan menyiapkan
lokasi dan jalur evakuasi, kebutuhan pemulihan sarana/prasarana publik,
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -16
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
17/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
dan pengadaan fasilitas darurat serta mengkoordinasikan pengadaan
perumahan untuk warga yang menjadi korban bencanan serta
melaksanakan pembangunan infrastruktur sesuai dengan rencana tata
ruang daerah yang peka terhadap risiko bencana
p. Dinas Pertambangan dan Energi merencanakan dan mengendalikan
upaya mitigasi di bidang bencana geologi dan bencana akibat ulah
manusia yang terkait dengan bencana geologi
q. Dinas Kehutanan (Dishut) merencanakan dan mengendalikan upaya
mitigasi, khusunya kebakaran hutan dan lahan
r. Dinas Kelautan dan Perikanan merencanakan dan mengendalikan
upaya mitigasi di bidang bencana tsunami dan abrasi pantai
s. Dinas Perhubungan (Dishub) merencanakan dan melaksanakan
dukungan kebutuhan transportasi
t. Dinas Informasi dan Komunikasi (Dinas Infokom) merencanakan dan
melaksanakan dukungan kebutuhan komunikasi dan informasi
u. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan membangun dan
mengembangkan lapangan kerja padat karya bagi masyarakat terdampak
bencana
v. Biro Hukum mendorong peningkatan dan penyelarasan perangkat-
perangkat hukum terkait kebencanaan
w. Biro Kesejahteraan Sosial memperkuat koordinasi dan mendorong
kesigapan dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan sosial yang
mendukung upaya pengurangan risiko bencana
x. Biro Perekonomian memperkuat koordinasi dan mendorong kesigapan
dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi yang mendukung
upaya pengurangan risiko bencana
y. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantu
dalam bidang pemantauan potensi bencana yang terkait dengan
meteorologi, klimatologi dan geofisika
z. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat; Angkatan Laut; Angkatan
Udara dan Kepolisian Republik Indonesia membantu dalam kegiatan
kesiapsiagaan, pencarian dan penyelamatan (SAR) dan mendukung
pengkoordinasian upaya saat terjadi bencana
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -17
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
18/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
aa. Gereja memberikan dukungan personil dalam pelaksanaan
tanggap darurat bencana serta membantu dalam menguatkan dan
mengintegrasikan nilai-nilai lokal serta agama ke dalam upaya
penanggulangan bencana
bb. Palang Merah Indonesia (PMI) memberikan bantuan medis dan
logistik pada kondisi darurat bencana
cc.Badan SAR Provinsi NTT memberikan dukungan personil dalam
pelaksanaan tanggap darurat bencana dan pemulihan pasca bencana;
termasuk mendukung dalam mengkoordinasikan menyelenggarakan
kegiatan pencarian dan penyelamatan
dd. Perguruan Tinggi memberikan dukungan teknis, alih
pengetahuan, dan riset-riset untuk meningkatkan upaya penanggulangan
bencana di Provinsi NTT
ee. Taruna Siaga Bencana (Tagana) memberikan dukungan personil
dalam pelaksanaan tanggap darurat bencana dan pemulihan pasca
bencana; termasuk mendukung dalam mengkoordinasikan
menyelenggarakan kegiatan pencegahan bencana hingga pencarian dan
penyelamatan
ff. Perhimpunan Masyarakat Peduli Bencana (PMPB) memasyarakatkan
upaya-upaya berkelanjutan mengenai pengurangan risiko bencana
kepada masyarakat luas sehingga dapat membantu meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana
gg. Lembaga Donor Internasional seperti UNFPA, UNICEF, GTZ,
CARE, INTERNATIONAL, WVI, WFP, dan lainnya memberikan dukungan
kapasitas finansial dan penguatan kapasitas pemerintah dan masyarakat
dalam upaya pengurangan risiko bencana serta dalam upaya rehabilitasi
dan rekonstruksi
hh. Pelaku usaha memberikan dukungan logistik dan finansial di
dalam pelaksanaan penanggulangan bencana
ii. Pemerintah kabupaten/kota melalui Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kab/Kota berkewajiban mengkoordinir penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten / Kota, yang akan
menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -18
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
19/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Perangkat Daerah dengan memperhatikan RPB NTT dan Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana 2010-2014.
4.4.2Pendanaan
Sumber pendanaan untuk pelaksanaan RPB NTT diperoleh dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dukungan dunia usaha serta lembaga
donor. Anggaran yang berasal dari dana APBD dialokasikan secara rutin setiap
tahun melalui anggaran setiap SKPD/UPT untuk menjaga keberlanjutan
pelaksanaan penanggulangan bencana. Anggaran untuk penyelenggaraan
penanggulangan bencana bukan merupakan dana tambahan terhadap
anggaran Renstra SKPD, tetapi terintegrasi ke dalam anggaran yang terkait
dengan kepentingan penanggulangan bencana. Dengan demikian sebagian
besar sumber daya dan pembiayaan untuk kegiatan penanggulangan bencana
terpadu ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan pemerintah daerah yang
dibiayai dari APBD. Program dan kegiatan di dalam RPB NTT yang spesifik
untuk suatu instansi dibiayai dari anggaran instansi terkait; sementara
programpenanggulangan bencana yang bersifat umum dibiayai melalui
anggaran BPBD. Pendanaan yang berasaldari APBD mengacu pada sistem
penganggaran yang diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri yang
berarti pelaksanaan program dankegiatan dalam RPB NTT ini harus
disesuaikan dengan nomenklatur anggaran terkaitpenanggulangan bencana
dari SKPD/UPT yang mengacupada dokumen Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD).
Di samping pendanaan dari pemerintah, anggaran kegiatan penanggulangan
bencana juga dapat berasal dari bantuan donor, dunia usaha ataupun
swadaya masyarakat. Mekanisme pendanaan yang berasal dari anggaran non-
pemerintah diatur sesuai aturan masing-masing lembaga atau instansi.
Bantuan dana dari pihak asing, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 2008 tentang Peran serta Lembaga Internasional dan Lembaga
Asing Non-Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana, harus disampaikan
atau dikirimkan secara langsung kepada BPBD Provinsi NTT.
Sesuai Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan
dan Pengelolaan Bantuan Bencana, dana penanggulangan bencana digunakan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, BNPB dan/atau BPBD sesuai tugas
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -19
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
20/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
pokok dan fungsinya. Dana penanggulangan bencana digunakan untuk tahap
tidak ada bencana, tanggap darurat dan pasca bencana. Dalam situasi tidak
terjadi bencana, dana penanggulangan bencana dialokasikan untuk program-
program pengurangan risiko bencana. Dalam situasi ada potensi terjadinyabencana, dana penanggulangan bencana dialokasikan untuk kegiatan
kesiapsiagaan, pembangunan sistem peringatan dini dan kegiatan mitigasi
bencana. Untuk mengantisipasi situasi tanggap darurat, pemerintah daerah
mengalokasikan dana siap pakai yang harus selalu tersedia untuk kebutuhan
saat tanggap darurat. Sementara untuk tahap pasca bencana, pemerintah
dapat mengajukan permohonan kepada pemerintah pusat melalui BNPB untuk
memperoleh dana bantuan sosial berpola hibah yang telah dialokasikan oleh
pemerintah.
4.4.3Strategi Pelaksanaan RPB NTT
Untuk menjamin terlaksananya program dan kegiatan RPB NTT secara
terpadu dengan RPJMD Provinsi NTT 2009-2014, strategi pelaksanaan akan
difokuskan pada monitoring intensif pelaksanaan RPB NTT oleh institusi
terkait penanggulangan bencana di NTT. Mekanisme yang akan dilakukan
adalah:
1. Advokasi penerapan RPB NTT kepada masyarakat dan tataran
pemerintah daerah. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah
terlaksananya program dan kegiatan RPB NTT oleh SKPD terkait
2. Rapat kerja tahunan untuk membahas laporan monitoring dan laporan
tahunan pelaksanaan RPB NTT. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan
ini adalah tersedianya laporan monitoring yang berisi keberhasilan,
kendala, pembelajaran dan rekomendasi untuk pelaksanaan RPB NTT
yang lebih baik di tahun berikutnya
3. Melaksanakan pengalihan prioritas penanggulangan bencana yang
tidak mampu ditangani oleh APBD kepada lembaga donor. Keluaran yang
diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedianya anggaran bagi program
yang sebelumnya tidak memiliki anggaran.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -20
-
8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana
21/21
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Contents4.1 VISI DAN MISI ................................................................................. 1
4.1.1 Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2009-2013 .......................................................................................... 1
4.1.2 Visi dan Misi Penanggulangan Bencana Provinsi NTT ...................... 3
4.2 Kebijakan Penanggulangan Bencana NTT ............................................ 4
4.2.1 Regulasi..................................................................................... 4
4.2.2 Kelembagaan ............................................................................. 4
4.2.3 Perencanaan .............................................................................. 6
4.3 Strategi / Pilihan Tindakan Pencegahan .............................................. 7
4.3.1 Strategi Penguatan Regulasi dan Kapasitas Kelembagaan ............... 8
4.3.2 Strategi Perencanaan Penanggulangan Bencana Terpadu ............... 9
4.3.3 Strategi Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan ...............................12
4.3.4 Strategi Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat ...........14
4.4 Kaidah Pelaksanaan ........................................................................15
4.4.1 Pelaksana ................................................................................15
4.4.2 Pendanaan ...............................................................................19
4.4.3 Strategi Pelaksanaan RPB NTT ...................................................20
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)