bab iii hasil penelitian dan pembahasan a...

33
60 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Dinas Perdagangan Kota Malang Dinas Perdagangan saat ini sudah tidak menjadi satu kesatuan lagi dengan Dinas Perindustrian. Dan Dinas Perdagangan sekarang menempati tempat Dinas Pasar. Adapun sejarah pembentukan Dinas Pasar adalah berdasarkan Keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II Malang Nomor 45 Tahun 1973 tanggal 31 Maret 1973 dan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang Nomor 5 Tahun 1979, Pasar sebagai unit pelaksana teknis pendapatan kotamadya daerah tingkat II Malang. Selanjutnya di perbaharui dengan Peraturan Kota Malang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Malang. Sedangkan dalam memberikan kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Unsur Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, telah ditetapkan Peraturan Walikota Malang Nomor 50 Tahun 2012 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan serta Kerja Dinas Pasar. 92 Sedang Tugas dan Fungsi Dinas Perdagangan berdasarkan Pasal 3 Peraturan Walikota Malang Nomor 41 Tahun 2016 tentang Kedudukan, 92 Dinas Pasar Pemerintah Kota Malang. 2016. Profil Dinas Pasar Kota Malang. Malang. Hal. 16.

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 60

    BAB III

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Dinas Perdagangan Kota Malang

    Dinas Perdagangan saat ini sudah tidak menjadi satu kesatuan lagi

    dengan Dinas Perindustrian. Dan Dinas Perdagangan sekarang menempati

    tempat Dinas Pasar. Adapun sejarah pembentukan Dinas Pasar adalah

    berdasarkan Keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II Malang Nomor 45

    Tahun 1973 tanggal 31 Maret 1973 dan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah

    Tingkat II Malang Nomor 5 Tahun 1979, Pasar sebagai unit pelaksana teknis

    pendapatan kotamadya daerah tingkat II Malang. Selanjutnya di perbaharui

    dengan Peraturan Kota Malang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Pembentukan,

    Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Daerah

    sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Malang. Sedangkan dalam

    memberikan kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

    2007 tentang Pembagian Unsur Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah

    Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan

    Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, telah

    ditetapkan Peraturan Walikota Malang Nomor 50 Tahun 2012 tentang Uraian

    Tugas Pokok, Fungsi dan serta Kerja Dinas Pasar.92

    Sedang Tugas dan Fungsi Dinas Perdagangan berdasarkan Pasal 3

    Peraturan Walikota Malang Nomor 41 Tahun 2016 tentang Kedudukan,

    92

    Dinas Pasar Pemerintah Kota Malang. 2016. Profil Dinas Pasar Kota Malang. Malang. Hal.

    16.

  • 61

    Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Perdagangan

    yaitu:

    (1) Dinas Perdagangan mempunyai tugas pelaksanaan pemerintah di bidang perdagangan.

    (2) Untuk melakukan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas Perdagangan menyelenggarakan fungsi:

    a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perdagangan dan ekonomi kreatif;

    b. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di bidang perdagangan dan ekonomi kreatif;

    c. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang perdagangan dan ekonomi kreatif;

    d. Pelaksanaan pembinaan, pengembangan dan pengawasan kelembagaan di bidang perdagangan dan ekonomi kreatif;

    e. Perumusan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perdagangan dalam negeri;

    f. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis

    dan supervisi, evaluasi dan pelaporan dibidang barang

    kebutuhan dan barang penting;

    g. Pelaksanaan monitoring dan fasilitasi kegiatan distribusi bahan kebutuhan pokok;

    h. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan konsumen, tertib ukur dan pengawasan barang beredar serta

    pengawasan kegiatan perdagangan;

    i. Penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan informasi pasar dan stabilisasi harga;

    j. Pelaksanaan monitoring dan fasilitasi kegiatan ekspor impor; k. Pelaksanaan promosi produk usaha perdagangan; l. Pelaksanaan kemetrologian dan pengawasan penerapan standar

    di bidang perdagangan serta perlindungan konsumen;

    m. Pemberian pertimbangan teknis perizinan di bidang perdagangan;

    n. Pelaksanaan penyidikan tindak pidana pelanggaran di bidang perdagangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan;

    o. Pengelolaan pasar daerah meliputi pengaturan, penertiban, pemeliharaan dan pengawasan;

    p. Pelaksanaan pemungutan retribusi pasar daerah; q. Penataan, pembinaan, pemberdayaan dan pengawasan PKL; r. Pengelolaan parkir di areal pasar daerah; s. Pengelolaan kebersihan di pasar daerah; t. Pemberdayaan dan pembinaan jabatan fungsional; dan u. Penyelenggaraan UPT.

  • 62

    (3) Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Kepala Dinas Perdagangan mempunyai

    fungsi:

    a. Menyusun dan merumuskan perencanaan strategis Dinas Perdagangan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Daerah dan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku serta sumber daya yang tersedia sebagai pedoman

    pelaksanaan kegiatan;

    b. Menyusun dan merumuskan kebijakan di bidang perdagangan berdasarkan wewenang yang diberikan dan ketentuan peraturan

    perundang-undangan sebagai bahan arahan operasional Dinas;

    c. Melaksanakan pengkajian/penelaahan dalam rangka pencarian alternatif solusi/kebijakan bagi Pimpnan;

    d. Melaksanakan koordinasi depan Perangkat Daerah dan/atau instansi terkait untuk mendapatkan masukan, informasi serta

    mengevaluasi permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang

    optimal;

    e. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi program dan kegiatan di bidang perdagangan dan ekonomi kreatif serta pengelolaan pasar

    daerah dalam rangka mewujudkan pengembangan usaha

    perdagangan dan meningkatkan pendapatan daerah;

    f. Mengendalikan pelaksanaan program dan kegiatan dibidang perdagangan dan ekonomi kreatif serta pengelolaan pasar daerah

    Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dalam rangka

    mewujudkan tercapainya stabilitas ekonomi sektor perdagangan;

    g. Melaksanakan pembinaan urusan pemerintahan bidang perdagangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan dan kebijkan yang ditetapkan Walikota;

    h. Mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan operasional di bidang perdagangan dan ekonomi kreatif serta pengelolaan pasar

    daerah dengan cara mengukur pencapaian program kerja yang

    telah disusun sebagai bahan penyusunan laporan;

    i. Melaksanakan inventarisasi dan pendataan permasalahan terhadap di bidang perdagangan dan ekonomi kreatif serta

    pengelolaan pasar daerah sebagai bahan evaluasi;

    j. Melaksanakan pembinaan kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya guna menigkatkan kelancaran pelaksanaan

    tugas;

    k. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar pengambil kebijakan;

    l. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas; dan

    m. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

  • 63

    Kemudian, tugas dan fungsi Bidang Stabilisasi Harga dan Perlindungan

    Konsumen berdasarkan Pasal 10 Peraturan Walikota Malang Nomor 41 Tahun

    2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata

    Kerja Dinas Perindustrian adalah sebagai berikut:

    (1) Bidang Stabilisasi Harga dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menyiapkan perumusan

    kebijakan, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi,

    pemantauan dan evaluasi program kerja kegiatan dan

    penyelenggaraan pembinaan teknis, administrasi dan sumber daya

    di bidang stabilisasi harga dan perlindungan konsumen.

    (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Stabilisasi Harga dan Perlindungan Konsumen

    menyelenggarakan fungsi:

    a. Perumusan dan pelaksanaan kebjakan teknis di bidang stabilisasi harga dan perlindungan konsumen;

    b. Pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan tekni Stabilisasi Harga dan Perlindungan Konsumen;

    c. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di bidang Stabilisasi Harga dan Perlindungan Konsumen;

    d. Penyiapan bahan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang barang kebutuhan pokok dan barang penting.

    (3) Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Kepala Bidang Stabilisasi Harga dan

    Perlindungan Konsumen mempunyai tugas:

    a. Merencanakan program dan kegiatan bidang Stabilisasi Harga dan Perlindungan Konsumen berdasarkan ketentuan peraturan

    perundang-undangan dan sumber data yang tersedia sebagai

    pedoman pelaksanaan kegiatan;

    b. Menjabarkan perintah atasan melalui pengkajian/penelaahan agar perlaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan dan kebijakan atasan;

    c. Membagi tugas, memberikan arahan dan petunjuk kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya guna meningkatkan

    kelancaran pelaksanaan tugas;

    d. Melaksanakan koordinasi dengan Sekretariat dan seluruh Bidang di lingkungan Dinas Perdagangan untuk mendapatkan

    masukan, informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan

    agar diperoleh hasil kerja yang optimal;

    e. Merumuskan petunjuk teknis kegiatan di bidang Stabilisasi Harga dan Perlindungan Konsumen berdasarkan ketentuan

    peraturan perundang-undangan sebagai dasar pelaksanaan

    kegiatan;

  • 64

    f. Merencanakan operasional konsultasi, koordinasi dan kerja sama dengan isntansi terkait/lintas sektor dalam kegiatan di

    bidang Stabilisasi Harga dan Perlindungan Konsumen guna

    kelancaran pelaksanaan kegiatan;

    g. Memberikan fasilitasi terhadap kegiatan Stabilisasi Harga dan Perlindungan Konsumen dalam rangka pembinaan dan

    pengawasan;

    h. Melaksanakan inventarisasi dan pendataan permasalahan terhadap kegiatan di bidang Stabilisasi Harga dan Perlindungan

    Konsumen sebagai bahan evaluasi;

    i. Melaksanakan monitoring, mengevaluasi dan menilai kinerja bawahan melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai

    cerminan enampilan kerja;

    j. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar pengambilan kebijakan;

    k. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas; dan

    l. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

    Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Perdagangan

    Sumber Bagan: Kantor Dinas Perdagangan Kota Malang Tahun 2017

  • 65

    B. Pelaksanaan Iktikad Baik Oleh Pelaku Bisnis Kuliner Yang Tidak

    Mencantumkan Daftar Harga Ditinjau Dari Pasal 7 Undang-Undang

    Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

    Di Kota Malang saat ini, sudah banyak para pelaku usaha yang

    menjalankan bisnis di bidang kuliner. Bisnis kuliner merupakan salah satu jenis

    bisnis yang mempunyai banyak peminat. Patut diakui, bisnis kuliner hingga

    saat ini memang tidak ada matinya. Semakin banyak orang yang menggeluti

    bisnis ini. Sehingga menghadirkan beragam pilihan bagi pelanggan. Namun

    tidak semua orang yang menggeluti bisnis ini dapat bertahan lama. Hanya

    orang-orang yang bekerja keras yang dapat bertahan. Tidak hanya itu,

    kreatifitas dan inovasi juga diperlukan dalam menggeluti usaha ini. Dengan

    kompetisi dunia kuliner yang semakin ketat. Para penggelut bisnis kuliner juga

    harus lebih kreatif lagi.93

    Bisnis ini juga seiring dengan semakin banyaknya

    penduduk pendatang di Kota Malang. Sudah barang tentu, tak lengkap jika

    kebutuhan yang satu ini melengkapi kebutuhan tempat tinggal. Dimana ada

    pemukiman di situ juga pasti ada warung atau tempat makan. Hal ini terbukti

    dengan ramainya warung-warung atau tempat makan pada jam-jam tertentu.

    Seperti pada daerah di kawasan Ketawanggede di sore hari menjelang petang,

    ribuan warga, anak kost dan mahasiswa menyerbu warung-warung atau tempat

    makan di daerah sekitar mereka.94

    93

    Surya. Tips Cara Memulai Usaha Kuliner Untuk Pemula. https://infopeluangusaha.org.

    diakses tanggal 19 April 2017 94

    Admin. Kota Malang dan Peluang Usahanya. http://punyaku.web.id. diakses tanggal 19

    April 2017

    https://infopeluangusaha.org/http://punyaku.web.id/

  • 66

    Konsumen rumah makan pada saat memesan makanan hanya diberikan

    daftar menu saja tanpa adanya pencantuman daftar harga pada menu. Pihak

    konsumen akhirnya melakukan transaksi pembayaran dan menilai dirugikan

    karena jumlah yang harus dibayar tidak senilai dengan apa yang diberikan oleh

    produsen. Hal tersebut jelas bertentangan dengan Pasal 4 huruf c Undang-

    Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengenai Hak

    Konsumen, yang berbunyi: “Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar

    dan jujur serta tidak diskriminatif.” Perlu diakui, pengetahuan dan informasi

    konsumen dalam hal ini selalu terbatas, terutama karena alasan itulah mudah

    terjadi praktik-praktik yang merugikan. Setiap konsumen berhak memperoleh

    informasi. Dengan demikian, perlindungan konsumen harus segera dapat

    diimplementasikan dalam kerangka kehidupan ekonomi.95

    Seperti contoh fakta

    di sebuah rumah makan di kawasan wisata Kota Batu.

    SURYAMALANG.COM, BATU - Sejumlah pedagang kaki lima (PKL)

    nekat menerapkan harga lebih mahal pada wisatawan hanya untuk dapat

    untung lebih banyak. Mereka beralasan, wisatawan yang datang

    berkunjung ke Kota Wisata Batu tidak setiap hari datang.

    "Jadi kan tidak apa-apa kali-kali dapat harga mahal mamin di sini. Kan

    mereka lagi berwisata sehingga persiapan duitnya pasti banyak," kata

    Sumiati, salah satu PKL penjual minuman di Kota Batu, Minggu

    (27/3/2016).

    Oleh karena itu, dikatakan Sumiati, pihaknya tidak akan memasang info

    harga minuman yang dijualnya. Apalagi sebagai PKL bermotor akan sulit

    membawa papan info harga.96

    Dapat dilihat dari kasus diatas bahwa para pelaku bisnis kuliner yang

    menjual barang dagangannya tersebut sudah banyak merugikan konsumen atau

    95

    Putri Ariya Dita. 2016. Perlindungan Konsumen Terhadap Tidak Adanya Pencantuman

    Harga Menu Dalam Sebuah Rumah Makan. Jember. Fakultas Hukum. UNEJ. Hal. xiii-xiv. 96

    Ahmad Amru Muiz. Hati-hati Beli Makanan di Lokasi Wisata Kota Batu, Ada Permainan

    Harga. http://suryamalang.tribunnews.com. diakses tanggal 24 Oktober 2016

    http://suryamalang.tribunnews.com/

  • 67

    masyarakat sekitar dengan tidak mencantumkan daftar harga pada menunya.

    Dengan adanya kasus tersebut sudah menunjukkan bahwa tidak adanya iktikad

    baik dari para pelaku usaha atau pedagang tersebut. Dari pihak pemerintah

    Kota Malang juga seharusnya melakukan pengawasan serta penegasan

    terhadap pemilik pelaku bisnis kuliner supaya mereka memiliki iktikad baik

    dalam menjalankan usahanya. Sehingga antara pelaku usaha dan juga

    konsumen merasa adil dan nyaman. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh

    pelaku bisnis kuliner ini dikarenakan sering terjadinya ketidakstabilan harga

    bahan pokok makanan yang menyebabkan ketidakpastian harga makanan.

    Ketika harga cabai atau bawang-bawangan naik, pelaku bisnis kuliner juga

    akan menaikkan harga makanan ataupun mengurangi porsi makanan sesuai

    dengan laba yang didapatkan. Sehingga pelaku bisnis kuliner tersebut tidak

    merasa rugi. Ataupun jika harga bahan baku sering mengalami kenaikan. Cara

    untuk dapat mengatasinya yaitu dengan mencari bahan baku penggantinya atau

    sedikit dikurangi persentase bahannya tapi tidak menaikkan harga jual produk

    makanan.97

    Akan tetapi, jika untuk sebagian konsumen yang melihat Rumah Makan

    dengan tidak adanya daftar harga akan membuat bingung dikarenakan

    konsumen tidak mengetahui apakah uang yang dibawanya cukup untuk

    membayar makanan yang sudah dibelinya tersebut. Selain itu, pelaku bisnis

    kuliner juga tidak mencantumkan daftar harga karena merasa bisa memasang

    tarif yang tinggi kepada konsumen apabila konsumen merupakan Warga

    97 Tia Mutiara Rejeki. 5 Cara Atasi Kendala Menjalankan Bisnis Makanan.

    http://bisnisukm.com. diakses tanggal 5 Mei 2017

    http://bisnisukm.com/

  • 68

    Negara Asing ataupun wisatawan yang memang jarang ke rumah makan

    tersebut.

    Tidak hanya itu, mungkin masalah yang akan dihadapi oleh pelaku bisnis

    kuliner dalam menjalankan usahanya adalah dari segi cita rasa makanan itu

    sendiri. Dapat dilihat jika restoran sepi pengunjung dan bangkrut, penyebabnya

    adalah kualitas makanan yang kurang baik. Rasa dan kebersihan makanan

    harus sangat dipikirkan juga, terlebih bahannya juga harus segar dan benar-

    benar mempunyai standar kesehatan. Dalam rasa makanan pelaku bisnis

    kuliner harus memiliki khas tersendiri, karena kebanyakan orang mencari rasa

    yang berbeda dari yang lain. Sediakanlah berbagai macam varian atau jenis

    makanan. Agar konsumen leluasa dalam menentukan pesanan.98

    Berdasarkan teori iktikad baik yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Siti

    Ismijati Jenie, SH., CN, iktikad baik mempunyai 2 pengertian, baik secara

    subyektif maupun secara obyektif. Iktikad baik dalam arti subyektif disebut

    kejujuran. Hal itu terdapat dalam Pasal 530 KUHPerdata dan seterusnya yang

    mengatur mengenai kedudukan berkuasa (bezit). Iktikad baik ni merupakan

    sikap batin atau suatu keadaan jiwa. Iktikad baik dalam arti obyektif disebut

    kepatutan. Hal ini dirumuskan dalam ayat (3) Pasal 1338 KUHPerdata yang

    berbunyi, “Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Mengutip

    Pasal 1338 (3) KUHPerdata, menurut pengelola bagian akademik PPSN UGM,

    kejujuran (iktikad baik) tidak terletak pada keadaan jiwa manusia, akan tetapi

    terletak pada tindakan yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam

    98 Fandi Ilhami. 10 Hal Yang Bisa Membuat Bisnis Restoran Anda Bangkrut.

    http://www.bisnishack.com. diakses tanggal 5 Mei 2017

    http://www.bisnishack.com/

  • 69

    melaksanakan janji, jadi kejujuran disini bersifat dinamis. Kejujuran dalam arti

    dinamis atau kepatutan ini berakar pada sifat peranan hukum pada umumnya,

    yaitu usaha untuk mengadakan keseimbangan dari berbagai kepentingan yang

    ada dalam masyarakat.99

    Bezit yang beriktikad baik/te goeder trouw adalah

    manakala si yang memegangnya memperoleh kebendaan tadi dengan cara

    memperoleh hak milik dalam mana tak tahulah dia akan cacat-cela yang

    terkandung di dalamnya (Pasal 531 KUHPerdata). Dengan kata lain si

    pemegang tersebut tidak mengetahui apakah benda yang dipegangnya itu

    diperoleh dengan jalan tidak sesuai dengan cara-cara memperoleh hak milik

    ataupun sesuai. Bezit yang beriktikad buruk/te kwader trouw (menurut Pasal

    530 KUHPerdata) adalah mereka yang memegang benda tersebut itu tahu

    bahwa bendanya diperoleh dengan cara-cara yang bertentangan menurut cara-

    cara memperoleh hak milik (Pasal 532 KUHPerdata). Seseorang dapat

    dikatakan beriktikad buruk pada saat perkaranya dimajukan ke pengadilan di

    mana dalam perkaranya itu ia dikalahkan (Pasal 532 ayat 2 KUHPerdata).100

    Penulis melakukan penelitian lapangan terkait dengan pelaku bisnis

    kuliner yang tidak mencantumkan daftar harga pada daftar menu. Berikut

    adalah pengertian dari klasifikasi atau jenis rumah makan:

    A’la Carte adalah restoran yang mendapatkan izin penuh untuk menjual

    makanan lengkap dengan banyak variasi dimana tamu bebas memilih sendiri

    makanan yang mereka inginkan. Dan tiap-tiap makan ini memiliki harga

    99

    Humas UGM. Loc.cit. 100

    Peter Paros Subekti. Hukum Perdata: Kedudukan Berkuasa (Bezit).

    https://kuliahade.wordpress.com. diakses tanggal 29 Mei 2017

    https://kuliahade.wordpress.com/

  • 70

    sendiri-sendiri. Atau dalam bahasa yang sering kita dengan Rumah Makan

    Prasmanan.

    Inn Tavern adalah suatu restoran dengan harga cukupan yang dikelola

    oleh perorangan di tepi Kota. Suasananya dibuat dekat dan ramah dengan

    tamu-tamu. Dan hidangan yang disajikan juga lezat-lezat atau mungkin dalam

    lingkungan sekitar kita adalah Rumah Makan milik perorangan pribadi dengan

    cita rasa masakan khas oleh pembuat sekaligus penjual makanan tersebut.

    Grill Room (Rotisserie), yaitu suatu restoran yang menyediakan

    bermacam-macam daging panggang. Yang pada umumnya antara restoran

    dengan dapur dibatasi dengan sekat dinding kaca sehingga para tamu dapat

    memilih sendiri potongan daging yang dikehendaki dan melihat sendiri

    sebagaimana memasaknya. Grill room kadang-kadang disebut juga sebagai

    Steak House. Atau mungkin anda sering melihat Rumah Makan yang di

    mejanya menyediakan tempang untuk memanggang daging ataupun memasak

    makanannya. Jika di Malang contohmya seperti di Dakgalbi atau Avantree.

    Family Restaurant sendiri adalah suatu restoran sederhana yang

    menghidangkan makanan dan minuman dengan harga tidak mahal, terutama

    disediakan untuk tamu-tamu keluarga maupun rombongan. Jenis Rumah

    Makan ini seperti Bebek Goreng Hj. Slamet ataupun Ayam Penyet Suroboyo.

    Warung, adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi yang

    menyajikan hidangan kepada masyarakat dan menyediakan tempat untuk

    menikmati hidangan tersebut serta menetapkan tarif tertentu untuk makanan

    dan pelayanannya. Meski pada umumnya rumah makan menyajikan makanan

    https://id.wikipedia.org/wiki/Gastronomihttps://id.wikipedia.org/wiki/Makananhttps://id.wikipedia.org/wiki/Tarif

  • 71

    di tempat, tetapi ada juga beberapa yang menyediakan layanan take-out dining

    dan delivery service sebagai salah satu bentuk pelayanan kepada konsumennya.

    Rumah makan ini biasanya memiliki spesialisasi dalam jenis makanan yang

    dihidangkannya. Sebagai contoh yaitu rumah makan Chinese Food, rumah

    makan Padang, rumah makan cepat saji (fast food restaurant) dan

    sebagainya.101

    Adapun pengertian warung makan lainnya menurut kamus

    bahasa Indonesia didefinisikan sebagai tempat yang digunakan untuk berjualan

    makanan. Pada tataran serupa, FAO menyatakan bahwa warung makan sebagai

    street food, merupakan makanan dan minuman siap konsumsi yang

    dipersiapkan dan atau atau dijual di jalan atau di tempat-tempat umum lainnya.

    Terdapat beberapa kriteria warung sehat menurut Winslow102

    sebagai berikut:

    1. Memenuhi kebutuhan fisiologis berupa ruangan yang ada ventilasi

    supaya ada pertukaran udara dan agar ruangan dalam mendapat sinar

    matahari.

    2. Memenuhi syarat psikologis berupa keadaan warung dengan mana

    pengaturannya memenuhi rasa keindahan, kebebasan yang cukup dan

    aman.

    3. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, bangunan harus kuat sehingga

    tidak mudah ambruk dan diusahakan tidak mudah terbakar terutama yang

    menggunakan kompor gas.

    101

    Wikipedia. Loc.cit. 102

    Winslow dalam Kesmas. Pengertian dan Kriteria Warung Makanan atau Street Food dan

    Perannya pada Penularan Penyakit. http://www.indonesian-publichealth.com. diakses tanggal 5

    Mei 2017

    https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_makan_Padanghttps://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_makan_Padanghttps://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_makan_siap_sajihttp://www.indonesian-publichealth.com/

  • 72

    4. Menghindari terjadinya penyakit, harus ada sumber air sehat, ada tempat

    pembuangan kotoran sampah dan air limbah untuk mencegah

    perkembangan faktor penyakit nyamuk, lalat dan tikus.

    Berikut adalah hasil penelitian yang penulis lakukan:

    Tabel 1.

    Tabel Data Bisnis Kuliner di Kota Malang

    No. Jenis Rumah Makan Kelas Daftar Harga

    Ada Tidak Ada

    1. A’la Carte Menengah 1 2

    2. Inn Tavern Menengah 1 -

    Bawah 2 6

    3. Grill Room Menengah 3 -

    4. Family Restoran Menengah 19 2

    Bawah - 4

    5. Warung Menengah 4 1

    Bawah 3 2

    TOTAL 33 17

    Sumber: Penulis

    Data diperoleh dari hasil survei lapangan yang dilakukan oleh penulis.

    Dapat dilihat, dari 33 Rumah Makan ditemukan 17 pelaku bisnis kuliner yang

    tidak mencantumkan daftar harga. Penulis melakukan wawancara dengan

    mengambil 10% sampel dari jumlah populasi atau 5 tempat pelaku bisnis

    kuliner yang tidak mencantumkan daftar harga. Adapun hasil wawancara yang

    dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

    1. Pelaku Bisnis Kuliner 1 (Inn Tavern – Kelas Bawah)

    Pelaku Bisnis Kuliner ini bertempat di daerah Jalan Jakarta dan dimiliki

    oleh Bapak Lamidi. Beliau sudah mengelola bisnis kuliner ini sejak tahun

    2010. Penghasilan kotor yang didapat dalam 1 bulan adalah berkisar

    Rp.26.000.000,- (dua puluh enam juta rupiah), dan penghasilan bersihnya

    adalah sekitar Rp.9.000.000,- (Sembilan juta rupiah). Bapak Lamidi

  • 73

    mengatakan bahwa selama menjalankan bisnis kulinernya tersebut,

    pelaku bisnis kuliner tidak pernah mendapatkan sosialisasi terkait dengan

    kewajiban mencantumkan daftar harga dan tempatnya juga tidak pernah

    mendapatkan pengawasan oleh Dinas Perdagangan atau dari instansi

    Pemerintah yang lainnya. Ketika penulis bertanya mengapa bapak

    Lamidi tidak mencantumkan ataupun menuliskan daftar harga, pelaku

    bisnis kuliner pun menjawab kalau awal membuka usaha kulinernya ini

    pelaku bisnis kuliner pernah memasang daftar harga tersebut. Akantetapi,

    lambat laun pelaku bisnis kuliner sudah tidak pernah memperbaiki atau

    menulis ulang daftar harga yang sudah rusak karena kebanyakan para

    konsumen sudah mengetahui harga yang dipasang. Dan makanan yang

    pelaku bisnis kuliner sajikan pun dapat dibeli dengan satuan (tidak 1

    paket). Bapak Lamidi pun tidak memberikan daftar menu kepada para

    konsumen.

    Dapat penulis katakan bahwa dengan jawaban yang diberikan oleh

    Pelaku Bisnis Kuliner 1 ini, Dinas Perdagangan belum melakukan

    tugasnya dalam penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan terhadap

    para pelaku bisnis kuliner.

    2. Pelaku Bisnis Kuliner 2 (Family Restoran – Menengah)

    Pelaku bisnis kuliner ini berada di daerah Tlogomas. Pemilik Rumah

    Makan ini tidak merespon sama sekali terkait dengan ajakan penulis

    untuk melakukan wawancara terkait dengan “Pelaksanaan Iktikad Baik

    Pelaku Bisnis Kuliner Yang Tidak Mencantumkan Daftar Harga. Selain

  • 74

    via sms atau telepon, penulis juga datang beberapa kali untuk bertemu

    dengan pemilik Rumah Makan tersebut. Akantetapi, sang pelayan selalu

    mengatakan bahwa pemilik Rumah Makan ini sedang tidak berada disini

    dan dia memang jarang datang ke Rumah Makan.

    3. Pelaku Bisnis Kuliner 3 (Inn Tavern - Menengah)

    Karena dengan alasan pelaku bisnis kuliner tidak ingin disebut nama

    aslinya maka penulis menyebut pelaku bisnis kuliner yang satu ini

    dengan sebutan Ibu Mawar. Ibu mawar yang berpenghasilan kotor senilai

    Rp.700.000,- (tujuh ratus ribu) dalam sehari atau sekitar Rp.21.000.000,-

    (dua puluh satu juta) dalam sebulan ini mengungkapkan bahwa pelaku

    bisnis kuliner tidak mengetahui dengan adanya Undang-Undang

    Perlindungan Konsumen yang mewajibkan mencantumkan daftar harga

    dan ibu mawar bukan dari latar belakang hukum atau memiliki keluarga

    yang berlatar belakang hukum sehingga pelaku bisnis kuliner tidak

    mengerti dengan isi Undang-Undang tersebut serta belum pernah adanya

    sosialisasi oleh Dinas Perdagangan ke Rumah Makan ataupun kepada

    pelaku bisnis kuliner yang memperkuat ketidak tahuan Ibu Mawar

    mengenai pencamtuman harga pada daftar menu.

    Namun meski begitu Ibu Mawar tidak berencana menyesatkan konsumen

    dalam hal harga yang akan diabayarkan oleh konsumen, ibu mawar

    mengungkapan bahwa harga yang telah diabayarkan oleh konsumen telah

    sesuai dengan komposisi makanan, proses dalam pembuatan makanan,

    pajak kepada konsumen, dan juga keuntungan terhadap makanan tersebut

  • 75

    disalurkan pada upah karyawan, serta biaya listrik yang di keluarkan

    tempat usaha kuliner tersebut.

    4. Pelaku Bisnis Kuliner 4 (Family Restoran – Menengah)

    Pelaku bisnis kuliner ini berada di daerah Sukoharjo dan dimiliki oleh

    Bapak Joko. Penghasilan kotor yang diperoleh oleh pelaku bisnis kuliner

    ini sekitar Rp.35.000.000,- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) dalam 1

    bulan. Pelaku bisnis kuliner ini mengatakan bahwa tidak mengetahui

    tentang adanya peraturan yang mewajibkan adanya daftar harga dalam

    bisnis kuliner. Pihak Dinas Perdagangan pun belum pernah datang untuk

    melakukan sosialisasi di tempatnya. Sehingga pelaku bisnis kuliner

    membiarkan bisnis kulinernya tanpa mencantumkan daftar harga. Pelaku

    bisnis kuliner beralasan bahwa dengan tidak stabilnya bahan pokok

    membuatnya enggan untuk mencantumkan daftar harga.

    5. Pelaku Bisnis Kuliner 5 (Inn Tavern – Menengah)

    Pelaku bisnis kuliner ini berada di daerah Tirto dan dimiliki oleh Ibu

    Siska. Penghasilan kotor yang diperoleh oleh pelaku bisnis kuliner ini

    sekitar Rp.30.000.000,- (Tiga Puluh Juta Rupiah) dalam 1 bulan. Pelaku

    bisnis kuliner mengaku bahwa tidak mengetahui tentang adanya

    peraturan yang mewajibkan adanya daftar harga dalam bisnis kuliner.

    Pihak Dinas Perdagangan Kota Malang selama ini belum pernah

    melakukan sosialisasi di daerah tempatnya. Sehingga pelaku bisnis

    kuliner membiarkan bisnis kulinernya tanpa mencantumkan daftar harga

    dan tanpa daftar menu. Pelaku bisnis kuliner juga malas untuk

  • 76

    membuatkan daftar menu beserta harganya dan lebih ingin konsumen

    yang bertanya langsung tentang harganya, konsumen dapat mengetahui

    secara langsung menu yang disediakan oleh pelaku bisnis kuliner.

    Sesuai hasil wawancara yang penulis paparkan diatas, pada Pasal 1 angka

    1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

    menyebutkan bahwa “Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang

    menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

    konsumen”. Segala upaya memberikan jaminan akan kepastian hukum,

    ukurannya secara kualitatif ditentukan oleh Undang-Undang lainnya yang juga

    dimaksudkan dan masih berlaku untuk memberikan perlindungan konsumen,

    baik dalam bidang Hukum Perdata (privat) maupun yang lainnya.103

    Kata

    “kepastian hukum” dalam Pasal 1 angka 1 tersebut bisa diaplikasikan juga

    dalam kepastian harga makanan di rumah makan/restoran/warung. Salah satu

    hak konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 huruf c Undang-Undang

    Perlindungan Konsumen adalah konsumen berhak atas informasi yang benar,

    jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Dari pasal

    tersebut terlihat bahwa konsumen dari pelaku bisnis kuliner tersebut

    mempunyai hak informasi yang benar, jelas dan jujur, baik mengenai menu

    makanan dan minuman yang ditawarkan juga termasuk di dalamnya informasi

    tentang harga makanan dan minuman yang ditawarkan oleh pelaku bisnis

    kuliner tersebut. Oleh karenanya menjadi tidak berlebihan apabila Pemerintah

    lebih khusus Pemerintah Daerah tidak hanya membuat Peraturan Daerah

    103

    Rudyanti Dorotea Tobing. 2015. Hukum, Konsumen dan Masyarakat. Yogyakarta.

    LaksBang Mediatama. Hal. 33.

  • 77

    tentang Pajak Restoran, tetapi juuga Peraturan Daerah tentang kewajiban

    mencantumkan harga makanan/minuman pada rumah makan/restoran/warung,

    demi kepastian hukum dan perlindungan terhadap konsumen.104

    Dalam Pasal

    30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

    Konsumen pun menyebutkan bahwa pengawasan terhadap penyelenggaraan

    perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-

    undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat dan lembaga

    perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

    Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama

    berdasarkan 5 asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu:

    1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya

    dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan

    manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha

    secara keseluruhan.

    2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

    diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

    konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

    melaksanakan kewajibannya secara adil.

    3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

    antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti

    materiil ataupun spiritual.

    104

    Migiel M. Tampanguma. 2016. Pentingnya Pencantuman Harga Makanan Untuk

    Perlindungan dan Kepastian Hukum Terhadap Konsumen. Lex Privatium Jurnal. Vol. 4 No. 5.

    Hal. 39.

  • 78

    4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

    memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen

    dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

    yang dikonsumsi atau digunakan.

    5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun

    konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

    penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin

    kepastian hukum.

    Bahwa, dengan tindakan pelaku bisnis kuliner tersebut yang tidak

    mencantumkan daftar harga akan membuat konsumen ragu. Terutama jika

    makanan yang disajikan itu harganya tidak sepadan dengan cita rasa yang

    dinikmati konsumen. Sehingga, konsumen akan dirugikan akibatnya. Akibat

    hukum adalah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu

    akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum.105

    Tindakan

    yang dilakukannya merupakan tindakan hukum yakni tindakan yang dilakukan

    guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki hukum. Akibat hukum

    dapat berupa (1) lahir berubah atau lenyapnya suatu keadaan hukum, (2) lahir,

    berubah, atau lenyapnya suatu hubungan hukum dan (3) sanksi apabila

    melakukan tindakan melawan hukum.106

    Dalam kaitannya dengan adanya perbuatan melawan hukum berupa tidak

    dicantumkannya harga makanan/minuman pada daftar menu yang disediakan

    oleh pelaku usaha, maka timbulah sanksi akibat adanya norma yang dilanggar.

    105

    Soedjono Dirdjosisworo. 2003. Pengantar Ilmu Hukum. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

    Hal. 131. 106

    Surojo Wignjodipuro. 1983. Pengantar Ilmu Hukum. PT. Gunung Agung. Jakarta. Hal. 38.

  • 79

    Adapun sanksi yang timbul bagi pelaku usaha yang melakukan perbuatan

    tersebut adalah sanksi yang bersifat keperdataan, yakni memberikan ganti rugi

    kepada konsumen yang merasa dirugikan, sesuai dengan ketentuan Pasal 19

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.107

    Pasal 11 Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 tentang

    Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Indonesia menerangkan

    tentang kewajiban pencantuman label harga pada barang dan/atau jasa dalam

    bentuk rupiah. Tujuan utama dari pencantuman harga pada barang adalah

    memberikan transparansi harga dalam rangka perlindungan konsumen.

    Pencantuman label harga pada barang dapat mempermudah konsumen untuk

    memperoleh informasi akan harga barang dan dapat membandingkannya

    dengan penjual yang lain sehingga konsumen dapat menentukan barang yang

    akan dibeli dengan harga terbaik. Kewajiban mengenai penerapan

    pencantuman harga pada barang yang diperdagangkan telah diatur di dalam

    Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35/M-DAG/PER/7/2013 Tentang

    Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa yang Diperdagangkan.

    Tujuan dari peraturan ini adalah agar konsumen dapat memperoleh

    informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai harga barang dan/atau tarif jasa

    yang ditawarkan atau diperdagangkan oleh pelaku usaha, sehingga konsumen

    bisa mendapatkan barang dan/atau jasa yang sesuai dengan nilai tukar dan

    kondisi serta jaminan yang diperjanjikan. Disamping itu, pelaku usaha juga

    dapat bertanggung jawab atas kebenaran harga barang dan/atau tarif jasa yang

    107

    I Gede Arya Pratama dan Made Nurmawati. Perlindungan Konsumen Terhadap Daftar

    Menu Yang Tidak Mencantumkan Harga. Fakultas Hukum. UDAYANA. Hal. 4-5.

  • 80

    dicantumkan.108

    Pada peraturan tersebut disebutkan juga bahwa pelaku usaha

    yang tidak mencantumkan harga barang dan/atau tarif jasa sesuai dengan

    ketentuan yang telah diatur dalam peraturan tersebut dapat dikenakan sanksi

    administratif berupa pencabutan izin usaha di bidang perdagangan oleh pejabat

    yang berwenang. Pencabutan izin usaha dilakukan setelah pemberian

    peringatan secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dalam tenggang waktu masing-

    masing peringatan paling lama 1 (satu) bulan.109

    Peraturan terkait dengan pencantuman harga pada barang dan atau jasa

    yang diperdagangkan dilandasi oleh semangat untuk meningkatkan

    keberdayaan konsumen dalam memilih dan menentukan barang dan atau jasa

    yang akan dikonsumsi. Hal ini juga tertuang dalam Undang-Undang Nomor 8

    Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan bahwa salah

    satu hak dari konsumen adalah untuk memilih serta mendapatkan barang dan

    atau jasa sesuai dengan nilai tukar serta jaminan yang dijanjikan. Terkait

    dengan hal tersebut, konsumen juga memiliki hak atas informasi yang benar,

    jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa yang

    diperdagangkan (Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

    Perlindungan Konsumen). Untuk mendukung konsumen dalam memperoleh

    haknya tersebut, pemerintah menerbitkan peraturan yang khusus mengatur

    tentang pencantuman harga pada barang dan atau jasa yang tertuang dalam

    Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 35 Tahun 2013 Tentang

    Pencantuman Harga pada Barang dan Tarif Jasa yang Diperdagangkan.

    108

    Kementrian Perdagangan. 2015. Analisis Penerapan Pencantuman Harga Pada Barang.

    Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri. Jakarta. Hal. 13. 109

    Ibid. Hal. 14.

  • 81

    Peraturan ini diterbitkan pada Juli 2013, dan mulai berlaku pada Januari 2014.

    Kewajiban pelaku usaha terkait dengan pencantuman harga, dengan jelas

    dinyatakan pada Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35

    Tahun 2013 Tentang Pencantuman Harga pada Barang dan Tarif Jasa yang

    Diperdagangkan bahwasannya Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan

    barang secara Eceran dan/atau Jasa kepada Konsumen wajib mencantumkan

    harga Barang dan Tarif Jasa secara jelas, mudah dibaca dan mudah dilihat.110

    Permendag ini juga mengatur secara lebih jelas mengenai teknis

    pencantuman harga pada barang dan jasa. Beberapa hal yang diatur dalam

    peraturan ini antara lain sebagai berikut:

    1. Harga barang harus dilekatkan/ditempelkan pada barang atau kemasan,

    disertakan, dan/atau ditempatkan dekat dengan barang serta dilengkapi

    jumlah satuan atau jumlah tertentu (Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri

    Perdagangan Nomor 35 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Harga pada

    Barang dan Tarif Jasa yang Diperdagangkan).

    2. Apabila barang yang diperdagangkan dikenakan pajak atau biaya

    tambahan lainnya, maka pencantuman harga juga harus memuat

    informasi bahwa harga tersebut sudah termasuk atau belum termasuk

    pajak atau biaya tambahan lainnya (Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri

    Perdagangan Nomor 35 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Harga pada

    Barang dan Tarif Jasa yang Diperdagangkan).

    110

    Ibid. Hal. 17-18.

  • 82

    3. Pelaku usaha yang memperdagangkan barang secara eceran wajib

    mencantumkan harga barang dalam satuan Rupiah, kecuali bila

    ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan (Pasal 6 ayat (1)

    Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35 Tahun 2013 Tentang

    Pencantuman Harga pada Barang dan Tarif Jasa yang Diperdagangkan).

    4. Penetapan harga barang dan atau tarif jasa harus menggunakan mata

    uang dan nominal Rupiah yang berlaku. Apabila memuat pecahan

    nominal yang tidak berlaku maka pelaku usaha wajib membulatkan harga

    dengan tetap memperhatikan pecahan nominal yang beredar, dan

    menginformasikan hal tersebut kepada konsumen (Pasal 6 ayat (2), (3)

    dan (4) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35 Tahun 2013 Tentang

    Pencantuman Harga pada Barang dan Tarif Jasa yang Diperdagangkan).

    Dalam hal kebenaran informasi harga barang dan tarif jasa, pelaku usaha

    wajib bertanggung jawab akan kebenaran harga barang dan tarif jasa yang

    dicantumkan. Apabila terdapat perbedaan antara harga barang dan tarif jasa

    yang dicantumkan dengan yang dikenakan saat pembayaran, maka yang

    berlaku adalah harga atau tarif yang terendah (Pasal 7 ayat (1) dan (2)

    Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35 Tahun 2013 Tentang Pencantuman

    Harga pada Barang dan Tarif Jasa yang Diperdagangkan).

    Untuk mendukung pelaksanaan pencantuman harga oleh para pelaku

    usaha, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan memiliki kewenangan

    untuk melakukan pembinaan dan juga pengawasan. Pembinaan dilakukan tidak

    hanya kepada pelaku usaha tetapi juga kepada konsumen. Pembinaan dapat

  • 83

    dilaksanakan melalui konsultasi, edukasi dan penyebaran informasi, baik

    kepada pelaku usaha maupun konsumen. Untuk meningkatkan efektivitas

    pelaksanaan Permendag ini, Pemerintah menetapkan sanksi administratif

    berupa pencabutan izin usaha di bidang perdagangan bagi pelaku usaha yang

    tidak menerapkan pencantuman harga dan tidak menetapkannya dalam mata

    uang yang berlaku (Rupiah). Sanksi administratif tersebut diberikan setelah

    diberikan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu

    masing-masing peringatan paling lama 1 (satu) bulan (Pasal 9 ayat (1) dan (2)

    Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35 Tahun 2013 Tentang Pencantuman

    Harga pada Barang dan Tarif Jasa yang Diperdagangkan).111

    Perlu kita ketahui bahwa pada dasarnya, konsumen harus mendapat

    informasi yang sejelas-jelasnya terkait dengan menu yang diberikan mulai dari

    harga, kualitas dan lain sebagainya. Seperti yang tertuang dalam Pasal 4 huruf

    b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

    menjelaskan bahwa Hak Konsumen adalah hak untuk memilih barang dan/atau

    jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar

    dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Dituliskan dalam Pasal 7 huruf a

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bahwa

    kewajiban pelaku usaha adalah beriktikad baik dalam melakukan kegiatan

    usahanya. Sedang dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

    tentang Perlindungan Konsumen huruf a, pelaku usaha dalam menawarkan

    barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang

    111

    Ibid. Hal. 19-20.

  • 84

    menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang

    tidak benar atau menyesatkan mengenai harga atau tarif suatu barang dan/atau

    jasa. Adapaun peraturan lain yang menerangkan dalam Peraturan Bank

    Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di

    Wilayah Negara Indonesia Romawi II huruf A SE BI mengatur bahwa, setiap

    pelaku usaha di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib

    mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah dan dilarang

    mencantumkan harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah dan mata uang asing

    secara bersamaan (dual quotation). Dan Pasal 11 PBI Nomor 17/3/PBI/2015

    Bab V mengenai Pencantuman Harga Barang dan/atau Jasa yaitu, dalam

    rangka mendukung pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), pelaku usaha wajib mencantumkan harga

    barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah. Pengenaan sanksi tertuang dalam

    Pasal 19 PBI Nomor 17/3/PBI/2015, pelanggaran atas kewajiban pencantuman

    harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    11 dan kewajiban penyampaian laporan, keterangan, dan/atau jasa data

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dikenakan sanksi administratif

    berupa teguran tertulis.

    Penulis membuat kuisioner dengan menggunakan Google Form agar

    dapat mempermudah penulis dalam melakukan penghitungan presentase.

    Adapun hasil dari kuisioner yang dilakukan oleh penulis terkait kewajiban

    pencantuman daftar harga adalah sebagai berikut:

  • 85

    Dari 94 responden, diketahui 64,1 % berjenis kelamin perempuan dan

    35,9 % adalah laki-laki. Yang diantaranya 85,9 % adalah mahasiswa/pelajar,

    8.7% adalah pegawai swasta, 4 % adalah lain-lain dan wiraswasta, 1,4 % nya

    adalah PNS.

    Tabel 2. Tabel Terkait Arti Penting Pencantuman Daftar Harga Oleh

    Konsumen

    No. Pertanyaan Jawaban

    Ya Tidak

    1. Apakah anda lebih suka

    Rumah Makan yang

    mencantumkan daftar harga?

    98,9 % 1,1 %

    2. Pernahkah anda menemukan

    Rumah Makan yang tidak

    mencantumkan daftar harga?

    81,7 % 18,3 %

    Sumber Tabel: Data diolah dari 94 responden

    Apabila kita lihat dari dari kuisinoner tersebut menggambarkan bahwa

    98,9 % konsumen lebih mengingkan adanya pencantuman daftar harga di

    Rumah Makan tersebut supaya merasa tidak merasa dirugikan dengan tidak

    adanya daftar harga itu. Ada konsumen yang beranggapan jika Rumah Makan

    tersebut tidak mencantumkan daftar harga, dan ternyata harga makanan yang

    dipesannya itu mahal, konsumen itu akan kesusahan dengan hal tesebut karena

    tidak semua Rumah Makan yang berada di dekat ATM. Jikalau ada ATM pun

    tidak semua konsumen akan memiiki jenis bank yang sama. Adapula

    konsumen yang beranggapan jika Rumah Makan tersebut tidak mencantumkan

    daftar harga, pelaku bisnis kuliner itu akan melihat konsumen dari segi

    penampilan. Rumah Makan yang sering dijumpai oleh konsumen yang tidak

    mencantumkan daftar harga, seperti halnya daerah sekitar kampus ataupun

    tempat wisawatan berkunjung.

  • 86

    Tabel 3. Tabel Terkait Keingintahuan Akan Daftar Harga Dan Kerugian

    Yang Pernah Dialami Konsumen

    No. Pertanyaan Jawaban

    Ya/Pernah Tidak/Tidak

    Pernah

    Mungkin

    1. Apakah anda akan

    bertanya terlebih dahulu

    ketika akan memesan

    makanan di Rumah

    Makan yang tidak ada

    daftar harganya?

    30,1 % 24,7 % 45,2 %

    2. Apakah anda pernah

    dirugikan terhadap

    harga makanan yang

    mahal karena Rumah

    Makan tersebut tidak

    mencantumkan daftar

    harga?

    76,1 % 22,8 % 1,1 %

    Sumber Tabel: Data diolah dari 94 responden

    Kebanyakan juga konsumen enggan untuk menanyakan harga makanan

    tersebut kepada pelayan ataupun pelaku bisnis kuliner tersebut dengan jawaban

    yang beragam, seperti malas, malu, gengsi dengan pacar, ada juga yang

    berpendapat bahwa hal tersebut bukanlah hal yang wajar untuk menanyakan

    daftar harga ataupun karena sudah merasa lapar maka konsumen tidak

    menanyakannya.

    Tabel 4. Tabel Terkait Respon Konsumen Terhadap Harga Makanan

    Mahal

    Pertanyaan Jawaban

    Protes Cuek Saja Membatin Other

    Bagaimanakah respon anda

    apabila ada Rumah Makan

    yang harganya terbilang

    “mahal”?

    3,2 % 10,8 % 74,2 % 11,8 %

    Sumber Tabel: Data diolah dari 94 responden

    Untuk protes yang dilakukan konsumen terhadap pelaku bisnis kuliner

    pun dengan jawaban yang beragam pula. Sepertia diantaranya ada yang

  • 87

    mengatakan “harusnya pelaku bisnis kuliner tersebut mencantumkan daftar

    harga”, “butuh duit nemen a pak/ibu? (apakah bapak/ibu butuh uang banget?)”,

    “kenapa sangat mahal padalah makanan tidak enak?”, dan lain sebagainya.

    Tabel 5. Tabel Terkait Fakta Pencarian Yang Dilakukan Konsumen

    Terhadap Rumah Makan

    Pertanyaan Jawaban

    Harga Menu Tempat Pelayanan Tren Other

    Apa yang anda lihat

    jika akan pergi ke

    Rumah Makan?

    22,6

    %

    50,5

    %

    14 % 9,7 % 2 % 1,2 %

    Sumber Tabel: Data diolah dari 94 responden

    Dan untuk kuisioner terakhir ini mendapat 23 % konsumen lebih memilih

    Rumah Makan dengan menu yang sesuai ataupun Rumah Makan yang

    memperlihatkan daftar harganya.

    Jadi, hasil kesimpulan diatas menerangkan bahwa pelaku bisnis kuliner

    tidak memiliki iktikad baik dalam menjalankan bisnis kulinernya dilihat dari

    alasan para pelaku bisnis kuliner tidak mencantumkan daftar harga. Kerusakan

    menu seharusnya segera diperbaiki demi kenyamanan para konsumen. Bukan

    malah membiarkan dan malah meniadakan daftar harga dalam daftar menu.

    Tidak stabilnya bahan pokok dan kesesuaian komposisi atau kualitas dari

    makanan juga tidak bisa dijadikan alasan tidak mencantumkan daftar harga.

    Karena dengan begitu para konsumen merasa tidak nyaman dan dirugikan.

    C. Upaya Yang Dilakukan Oleh Dinas Perdagangan Dalam Pengawasan Dan

    Penindakan Terkait Dengan Kewajiban Mencantumkan Daftar Harga

    Penulis melakukan wawancara dengan salah satu staff Dinas

    Perdagangan guna memperkuat argumen dan hasil yang diperoleh. Adapun

    hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut:

  • 88

    Wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu Luh Putu Eka W, S.H.,

    M.Hum dari Bidang Stabilisasi Harga dan Perlindungan Konsumen

    mengatakan bahwa untuk saat ini masih belum adanya peraturan-peraturan

    turunan yang mengatur terkait dengan kewajiban pencantuman daftar harga

    tersebut. Dan untuk rencana kedepannya akan mengadakan ISO COPOLCO

    (Komite Kebijakan Standardisasi Internasional yang terkait dengan konsumen)

    dimana Kota Malang sendiri yang akan menjadi tuan rumahnya dan dihadiri

    dari 121 Negara. Dimana sekilas rencana akan menetapkan kewajiban bagi

    pelaku bisnis kuliner untuk mencantumkan daftar harga, menyediakan fasilitas

    wastafel dan juga toilet. Selama ini, Dinas Perdagangan sendiri tidak pernah

    melakukan pengawasan ataupun pemantauan terkait Rumah Makan atau

    sejenisnya yang tidak mencantumkan daftar harga. Beliau berpendapat bahwa

    pelaku bisnis kuliner tersebut sudah seharusnya memiliki iktikad baik dalam

    menjalankan usahanya dan salah satu caranya yaitu dengan mencantumkan

    daftar harga. Karena dengan tidak adanya daftar harga tersebut dapat

    mengecoh konsumen yang datang.

    Adapun faktor yang tidak kalah penting yaitu harga. Apabila konsumen

    melakukan pembelian, faktor harga merupakan faktor yang cukup

    mempengaruhi pertimbangan konsumen melakukan pembelian. Hal ini sejalan

    dengan pendapat Chairul Hidayat112

    bahwa restoran tidak semata berpegang

    pada mutu produk, pelayanan dan kebersihan, tetapi juga memperhatikan

    masalah harga. Akan tetapi saat ini banyak pelaku bisnis kuliner yang tidak

    112

    Chairul Hidayat. Loc.cit.

  • 89

    mencantumkan harga pada daftar menu dan itu seringkali membuat masyarakat

    merasa dirugikan karenanya. Apabila pelaku bisnis kuliner tersebut

    mencantumkan pada daftar menunya, maka ia sudah menerapkan prinsip

    Iktikad baik dalam menjalan bisnis kuliernya. Iktikad baik sendiri dalam

    bahasa Romawi dikenal dengan Bona Fide yang artinya kedua pihak harus

    berlaku yang satu terhadap yang lain seperti patut saja antara orang-orang yang

    sopan, tanpa tipu muslihat, tanpa cilat-cilat, akal-akal tanpa mengganggu pihak

    lain, tidak dengan melihat kepentingan sendiri saja tetapi juga dengan melihat

    kepentingan pihak lain.113

    Dalam Bahasa Indonesia, iktikad baik dalam arti

    subyektif disebut kejujuran. Hal itu terdapat dalam pasal 530 KUHPerdata dan

    seterusnya yang mengatur mengenai kedudukan berkuasa (bezit). Iktikad baik

    dalam arti subyektif ini merupakan sikap batin atau suatu keadaan jiwa. Asas

    iktikad baik ini menuntut adanya kepatutan dan keadilan, dalam arti tuntutan

    adanya kepastian hukum yang berupa pelaksanaan kontrak tidak boleh

    melanggar norma-norma kepatutan dan nilai-nilai kedilan.114

    Pengertian iktikad

    baik dalam pengertian objektif iktikad baik adalah pelaksanaan suatu perjanjian

    harus didasarkan pada norma kepatuhan atau apa yang dirasakan sesuai dengan

    yang patut dalam masyarakat.115

    Berdasarkan ketentuan Pasal 1338 ayat (3)

    KUHPerdata tersebut di atas dapat dikatakan kejujuran (iktikad baik) dalam

    arti objektif tidak terletak pada keadaan jiwa manusia, akan tetapi terletak pada

    tindakan yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam melaksanakan janji

    113

    Marcel Seran & Anna Maria Wahyu Setyoawi’. Loc.cit. 114

    Ibid. 115

    Syamsudin Qirom Meliala. Loc.cit.

  • 90

    yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut.116

    Selain itu, pengertian iktikad

    baik secara objektif yang lain adalah praktek pelaksanaan suatu perjanjian yang

    telah tertulis baik di dalam akta autentik maupun akta di bawah tangan

    termasuk apabila ternyata di dalam pelaksanaannya terjadi perubahan-

    perubahan yang tidak termuat di dalam akta perjanjian tersebut maka para

    pihak harus punya niat baik dan jujur dalam menyikapi perubahan-perubahan

    praktek pelaksanaan perjanjian yang terjadi di lapangan tersebut.117

    Dalam hal ini KUHPerdata melindungi bagi pihak pembeli yang

    beriktikad baik dikala ada iktikad buruk yang terjadi tanpa sepengetahuan

    pihak pembeli. Pembeli mendapatkan hak melakukan gugatan untuk menuntut

    ganti kerugian. Dan diperbolehkan untuk mengajukan tidak berlakunya segala

    tindakan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh debitur/penjual, dengan

    alasan apapun itu dapat merugikan pembeli asalkan dibuktikan atas perbuatan

    tersebut. Dan penjual berkewajiban untuk mengembalikan segala biaya yang

    telah dikeluarkan oleh pembeli. Sehingga, meskipun telah diperjanjikan bahwa

    penjual tidak akan menanggung apapun, tetapi penjual akan tetap bertanggung

    jawab atas akibat dari perbuatan yang dilakukannya. Dan sudah tentu bahwa

    akibat dari persetujuan yang telah dibuat atas dasar jual beli tersebut apabila

    tidak dilandasi dengan adanya iktikad baik maka dianggaplah perjanjian itu

    tidak memiliki kekuatan dan dinyatakan batal demi hukum.118

    Dinas Perdagangan Kota Malang selama menjalankan tugas

    kedinasannya, mereka masih belum pernah melakukan pengawasan ataupun

    116

    Ismijati Jenie. Loc.cit. 117

    Nindya Sari Usman. Loc.cit. 118

    Hanifudin Sujana. Loc.cit.

  • 91

    sosialisasi terhadap para pelaku bisnis kuliner di Kota Malang. Salah seorang

    pegawai Dinas Perdagangan mengatakan bahwa pada bagian Pasal 3 ayat (2)

    huruf d Peraturan Walikota Malang Nomor 41 Tahun 2016 tentang

    Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas

    Perdagangan yang berbunyi, “Pelaksanaan pembinaan, pengembangan dan

    pengawasan kelembagaan di bidang perdagangan dan ekonomi kreatif”. Makna

    kata pengawasan di bidang perdagangan tersebut terkait dengan harga sembako

    di Pasar. Bukan terkait dengan perdagangan lain yang berada di Kota Malang.

    Seorang dari Dinas tidak patut untuk memberikan makna yang sempit seperti

    itu, karena pada dasarnya ruang lingkup dari Dinas Perdagangan sendiri sangat

    luas. Semua hal yang berkaitan dengan perdagangan. Tidak bisa jika hanya

    mengatakan di bagian tertentu saja yang akan di awasi.

    Penulis juga membandingan dengan tugas dari Seksi Perlindungan

    Konsumen yang berada di Kota Metro, dengan penjabaran tugas sebagai

    berikut:

    1. Menyusun bahan kebijakan teknis dibidang pembinaan dan pelayanan

    perlindungan konsumen;

    2. Menyusun dan melaksanakan rencana kegiatan perlindungan konsumen;

    3. Melaksanakan pembinaan, sosialisasi, informasi dan publikasi

    perlindungan konsumen;

    4. Melaksanaan pendaftaran dan pemberdayaan Lembaga Perlindungan

    Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM);

  • 92

    5. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan UTTP, BDKT dan Satuan

    Ukuran.

    6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan

    fungsinya.119

    Dapat dilihat dari point nomor 3 tugas dari Seksi Perlindungan

    Konsumen adalah,” melaksanakan pembinaan, sosialisasi, informasi dan

    publikasi perlindungan konsumen.” Maka dapat kita ketahui bahwa terkait

    masalah kewajiban pencantuman daftar harga juga termasuk dalam lingkup

    tugasnya. Jadi, tidak sepatutnya Dinas Perdagangan mengatakan bahwa

    lingkup tugasnya hanya disektor pasar saja. Karena arti dari perlindungan

    konsumen dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

    tentang Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

    kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Pengertian

    lain hukum perlindungan konsumen adalah di mana tujuan hukum

    perlindungan konsumen secara khusus mengatur dan melindungi kepentingan

    konsumen atas barang dan/atau jasa yang ada di masyarakat.120

    Sehingga

    cakupan dari pengawasan Dinas Perdagangan bukan hanya lingkup pasar,

    tetapi pengawasan terhadap para pedagang di rumah makan dan lainnya juga.

    119

    Pemerintah Kota Metro. Dinas Perdagangan. http://info.metrokota.go.id. diakses tanggal 22

    Mei 2017 120

    Agus Suwandono. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen. In: Ruang Lingkup Hukum

    Perlindungan Konsumen. Jakarta. Universitas Terbuka. Hal. 1.6.

    http://info.metrokota.go.id/