bab iii hasil penelitian dan pembahasan · 2020. 10. 15. · dilakukan usaha pertambangan dan...

14
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi Milik Pemerintah Daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pada Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ditegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. 69 Dasar hukum yang lebih spesifik mengatur mengenai keselamatan kerja adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja mengatur mengenai keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana: 1. Dibuat, dicoba, dipakai, atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan, atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran, atau peledakan. 2. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak dan mudah terbakar. 69 Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 50

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada

Proyek Konstruksi Milik Pemerintah Daerah di Kecamatan Pujud

Kabupaten Rokan Hilir Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pada Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan ditegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk

memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.69

Dasar hukum yang lebih spesifik mengatur mengenai keselamatan kerja

adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja mengatur

mengenai keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam

tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara, yang berada di dalam

wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku

dalam tempat kerja dimana:

1. Dibuat, dicoba, dipakai, atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,

perkakas, peralatan, atau instalasi yang berbahaya atau dapat

menimbulkan kecelakaan, kebakaran, atau peledakan.

2. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau

disimpan bahan atau barang yang dapat meledak dan mudah terbakar.

69

Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

50

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

3. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan, atau

pembongkaran rumah, gedung, atau bangunan lainnya, termasuk

bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah, dan

sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.

4. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan

hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan,

perikanan, dan lapangan kesehatan.

5. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam

atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau mineral

lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi maupun di dasar

perairan.

6. Dilakukan pengangkutan barang, binatang, atau manusia, baik di

daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air, maupun di

udara.

7. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,

dok, stasiun, atau gudang.

8. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda, dan pekerjaan lain di

dalam air.

9. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau

perairan.

10. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi

atau rendah.

11. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur, atau lobang.

51

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

12. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,

kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut,

atau terpelanting.

13. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap,

uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, atau

getaran.

14. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.

15. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar,

televisi, atau telepon.

16. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan, atau riset

(penelitian) yang menggunakan alat teknis.

17. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan, atau

disalurkan listrik, gas, minyak, atau air.

18. Diputar film, dipertunjukkan sandiwara, atau diselenggarakan rekreasi

lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik, atau mekanik.70

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja, ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

70

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

52

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,

sinar atau radiasi, suara, dan getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik

fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,

cara, dan proses kerjanya.

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,

tanaman, atau barang.

15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan,

dan penyimpanan barang.

17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.71

71

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

53

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

Sedangkan, dasar hukum yang lebih spesifik mengatur mengenai

kesehatan kerja adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar

hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang

diakibatkan oleh pekerjaan.72

Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja. Pengelola tempat kerja

wajib menaati standar kesehatan kerja tersebut dan menjamin lingkungan kerja

yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.73

Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan

melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi

tenaga kerja. Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja

yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja. Dalam

penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi, hasil

pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.74

Pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan,

peningkatan, pengobatan, dan pemulihan, serta wajib menanggung seluruh

biaya pemeliharaan kesehatan pekerja. Pengusaha menanggung biaya atas

gangguan kesehatan akibat kerja yang diderita oleh pekerja sesuai dengan

72

Pasal 164 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 73

Marihot Pahala Siahaan, Hukum Bangunan Gedung di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,

2008), hlm. 21. 74

Pasal 165 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

54

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

peraturan perundang-undangan. Pemerintah memberikan dorongan dan

bantuan untuk perlindungan pekerja sebagaimana dimaksud di atas.75

Dari observasi awal yang dilakukan di Kecamatan Pujud Kabupaten

Rokan Hilir, peneliti menemukan permasalahan bahwa pada proyek konstruksi

milik Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang ada di Kecamatan Pujud, yaitu

proyek renovasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) M. Yunus Pujud,

perusahaan pelaksana proyek tersebut tidak melaksanakan standar Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) kepada para pekerja/buruh, sebagaimana yang telah

diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan.

CV Wido Star sebagai perusahaan pelaksana proyek yang mengerjakan

proyek renovasi SMK M. Yunus Pujud yang telah membiarkan para

pekerja/buruh tidak ada yang menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja

yang safety untuk melindungi keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja

tentunya telah melanggar ketentuan dalam Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang

menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

Instansi pemerintah sebagai pemilik proyek seharusnya melakukan

pemeriksaan terhadap peralatan dan perlengkapan kerja setiap perusahaan yang

mengikuti tender proyek agar memenuhi standar keselamatan dan kesehatan

kerja sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun

75

Pasal 166 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

55

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

2003 tentang Ketenagakerjaan. Peralatan dan perlengkapan kerja perusahaan

dijadikan salah satu syarat wajib untuk dapat mengikuti proses tender proyek di

instansi pemerintahan.

Gambar I.1.

Proyek Renovasi SMK M. Yunus Pujud

Gambar di atas menunjukkan bahwa para pekerja/buruh yang sedang

mengerjakan proyek renovasi SMK M. Yunus Pujud tanpa menggunakan

peralatan dan perlengkapan kerja yang safety sesuai dengan standar

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk melindungi keselamatan dan

kesehatannya dalam bekerja.

Menurut Pasal 86 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, diselenggarakan upaya

keselamatan dan kesehatan kerja, yang dimaksudkan untuk memberikan

56

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh

dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian

bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.76

Para pekerja, terutama buruh kasar (kuli bangunan), tidak dapat

disalahkan dalam hal tidak dilaksanakannya standar keselamatan dan kesehatan

kerja oleh perusahaan. Buruh kasar hanya bekerja mengandalkan tenaganya

dengan peralatan dan perlengkapan kerja yang telah disediakan oleh

perusahaan. Mereka tidak akan berani untuk protes karena mereka sangat

membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan

keluarganya.

Pada Pasal 87 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan ditegaskan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem

manajemen perusahaan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang

meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab,

prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan

penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan

dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan

produktif.77

76

Pasal 86 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 77

Pasal 87 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

57

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

B. Perlindungan Hukum bagi Pekerja/Buruh pada Proyek Konstruksi

Milik Pemerintah Daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir

yang Sesuai Dengan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa hak-hak bagi pekerja/buruh yang

merupakan tenaga kerja kontrak adalah sebagai berikut:

1. Perlakuan yang sama tanpa diskriminasi. (Pasal 6)

2. Pelatihan kerja. (Pasal 12 Ayat 3)

3. Penempatan kerja. (Pasal 31)

4. Tidak ada masa percobaan. (Pasal 58 Ayat 1)

5. Waktu kerja. (Pasal 77 Ayat 2)

6. Waktu kerja lembur. (Pasal 78 Ayat 1)

7. Upah kerja lembur. (Pasal 78 Ayat 2)

8. Waktu istirahat dan cuti. (Pasal 79 Ayat 2)

9. Waktu untuk beribadah wajib. (Pasal 80)

10. Tenaga kerja perempuan yang haid. (Pasal 81 Ayat 1)

11. Tenaga kerja perempuan yang melahirkan. (Pasal 82)

12. Tenaga kerja perempuan yang menyusui. (Pasal 83)

13. Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. (Pasal 86 Ayat 1)

14. Penghasilan yang layak. (Pasal 88 Ayat 1)

15. Upah minimum. (Pasal 90 Ayat 1)

58

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

16. Jaminan sosial tenaga kerja. (Pasal 99 Ayat 1)

17. Hak uang pesangon. (Pasal 156 Ayat 2)

18. Hak uang penghargaan masa kerja. (Pasal 156 Ayat 3)

Adapun hambatan-hambatan dalam pelaksanaan standar keselamatan dan

kesehatan kerja pada proyek konstruksi pemerintah di Kecamatan Pujud

Kabupaten Rokan Hilir adalah sebagai berikut:

1. Mahalnya harga safety tools yang merupakan peralatan dan

perlengkapan kerja yang memenuhi standar keselamatan dan

kesehatan kerja.

2. Para pekerja terbiasa bekerja tanpa menggunakan safety tools.

3. Lemahnya pengawasan dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Rokan

Hilir terhadap pelaksanaan standar keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Terbatasnya jumlah pegawai yang ada pada Seksi Norma K3 Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Rokan Hilir.

Pekerjaan konstruksi sangat rentan terhadap kecelakaan, sehingga

merupakan hal yang mustahil untuk menyatakan bahwa dalam proyek

konstruksi tidak akan terjadi kecelakaan kerja. Pembangunan yang

dilaksanakan dengan teknologi tingkat tinggi maupun dengan teknologi

sederhana pasti memiliki risiko yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Dalam mengatasi masalah-masalah tersebut, pemerintah telah mengeluarkan

undang-undang dan berbagai peraturan menyangkut keselamatan dan

kesehatan kerja.

59

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

C. Penegakan Hukum dan Sanksi terhadap Pelanggaran Standar

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi Milik

Pemerintah Daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan

Adapun penegakan hukum terhadap pelanggaran dalam pelaksanaan

standar keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi pemerintah

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

adalah sebagai berikut:

1. Mewajibkan setiap perusahaan yang ingin mengikuti proses

lelang proyek di Kabupaten Rokan Hilir harus memiliki

peralatan dan perlengkapan kerja yang memenuhi standar

keselamatan dan kesehatan kerja.

Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir sebagai penyedia proyek dapat

membuat kebijakan yang mewajibkan setiap perusahaan yang ingin mengikuti

proses lelang proyek konstruksi yang terdapat pada semua instansi di

Kabupaten Rokan Hilir harus memiliki peralatan dan perlengkapan kerja yang

memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Pemerintah dapat

melakukan sidak ke masing-masing kantor perusahaan untuk membuktikan

bahwa perusahaan tersebut telah memiliki peralatan dan perlengkapan kerja

yang memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja.

Peralatan dan perlengkapan kerja yang memenuhi standar keselamatan

dan kesehatan kerja dapat dijadikan salah satu persyaratan wajib bagi setiap

60

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

perusahaan yang ingin mengikuti proses lelang proyek di Kabupaten Rokan

Hilir. Kebijakan tersebut tentunya akan sejalan dengan ketentuan yang

diamanatkan oleh Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk

memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Pemberian sanksi yang tegas sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Rokan Hilir,

berdasarkan Pasal 190 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, perusahaan yang melanggar ketentuan mengenai keselamatan

dan kesehatan kerja dapat dikenai sanksi administratif berupa:

1. Teguran.

2. Peringatan tertulis.

3. Pembatasan kegiatan usaha.

4. Pembekuan kegiatan usaha.

5. Pembatalan persetujuan.

6. Pembatalan pendaftaran.

7. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi.

8. Pencabutan izin.

Sejalan dengan itu, setiap penyedia jasa dan/atau pengguna jasa yang

tidak memenuhi standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan

dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dapat dikenai sanksi administratif

berupa:

61

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

1. Peringatan tertulis.

2. Denda administratif.

3. Penghentian sementara kegiatan layanan jasa konstruksi.

4. Pencantuman dalam daftar hitam.

5. Pembekuan izin.

6. Pencabutan izin.78

Apabila ada perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi yang

tidak melaksanakan standar keselamatan dan kesehatan kerja, sebaiknya

Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir langsung saja mencabut izin usaha

perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut telah melakukan

kejahatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), yaitu dengan sengaja

membiarkan para pekerjanya bekerja dengan peralatan dan perlengkapan

seadanya sedangkan tingkat risiko bekerja di bidang konstruksi cukup tinggi

berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja.79

3. Peningkatan pengawasan Dinas Tenaga Kerja terhadap

pelaksanaan standar keselamatan dan kesehatan kerja oleh

perusahaan.

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Rokan Hilir harus lebih meningkatkan

pengawasannya terhadap pelaksanaan standar keselamatan dan kesehatan kerja

pada perusahaan-perusahaan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir, khususnya

pada proyek-proyek konstruksi pemerintah yang dikerjakan oleh perusahaan

78

Pasal 96 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi. 79

Nazarkhan Yasin, Penyelesaian Sengketa Konstruksi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2004), hlm. 40.

62

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak, atau

swasta. Hal ini sesuai dengan tupoksi dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Rokan Hilir, khususnya Seksi Norma K3.

Selain itu, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Rokan Hilir juga harus rutin

melakukan sidak ke setiap perusahaan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir

untuk memastikan bahwa standar keselamatan dan kesehatan kerja benar-benar

dijalankan oleh setiap perusahaan kepada para pekerjanya.

4. Penambahan jumlah pegawai di Seksi Norma K3.

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Rokan Hilir sebaiknya mengadakan

penambahan jumlah pegawai, khususnya yang bertugas di Seksi Norma K3.

Hal ini sangat mendesak untuk segera dilakukan mengingat terbatasnya jumlah

pegawai di seksi tersebut dan sangat banyaknya jumlah perusahaan-perusahaan

yang ada di Kabupaten Rokan Hilir yang akan rutin disidak untuk memastikan

bahwa pelaksanaan standar keselamatan dan kesehatan kerja telah dijalankan

oleh masing-masing perusahaan.

Apabila penambahan jumlah pegawai pada Seksi Norma K3 belum dapat

dilaksanakan dalam waktu dekat, sebaiknya Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Rokan Hilir melakukan kerja sama lintas sektoral dengan Badan Satpol PP

Kabupaten Rokan Hilir agar pengawasan terhadap pelaksanaan standar

keselamatan dan kesehatan kerja di Kabupaten Rokan Hilir dapat berjalan

dengan baik.

63