bab iii hasil penelitian dan analisis - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/t1... ·...

25
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi gambaran mengenai hasil penelitian dan analisis Penulis terhadap peraturan peraturan yang mengatur tentang Bantuan Hukum yang berlaku hingga saat ini hingga munculnya undang-undang Bantuan Hukum dan diterbitkan pada saat ini. Sesuai dengan judul Bab ini, peraturan peraturan yang akan Penulis kemukakan dalam Bab ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. Selain peraturan peraturan yang berkaitan dengan hasil penetitian, Penulis juga melengkapi analisis untuk untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan dalam tujuan penetitian dalam Bab I skripsi ini. Bab ini terdiri dari dua bagian besar. Pertama mengenai gambaran hasil penelitian. Kedua berisi analisis. Dalam dua bagian besar itu Bab ini terdiri dari beberapa Sub Bab antara lain; pertama, sub Bab tentang struktur mengenai hasil penelitian. Kedua, sub Bab mengenai UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP. Sub Bab ketiga, mengenai UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokad. Keempat mengenai UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU yang lama). 1 1 Memang pada prinsipnya Penulis mengetahui bahwa tidak ada undang-undang yang lama dan undang-undang yang baru. Hanya saja seperti yang telah dikemukakan di depan bahwa bantuan Hukum dilihat dalam skripsi ini dalam kurun waktu Indonesia merdeka, maka Penulis merasa penting untuk membedakan undang-undang yang lama dengan undang-undang yang baru.

Upload: nguyenthien

Post on 21-May-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Bab ini berisi gambaran mengenai hasil penelitian dan analisis Penulis

terhadap peraturan – peraturan yang mengatur tentang Bantuan Hukum yang

berlaku hingga saat ini hingga munculnya undang-undang Bantuan Hukum dan

diterbitkan pada saat ini.

Sesuai dengan judul Bab ini, peraturan – peraturan yang akan Penulis

kemukakan dalam Bab ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan

Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. Selain peraturan – peraturan yang berkaitan

dengan hasil penetitian, Penulis juga melengkapi analisis untuk untuk menjawab

rumusan masalah yang telah dirumuskan dalam tujuan penetitian dalam Bab I

skripsi ini.

Bab ini terdiri dari dua bagian besar. Pertama mengenai gambaran hasil

penelitian. Kedua berisi analisis. Dalam dua bagian besar itu Bab ini terdiri dari

beberapa Sub Bab antara lain; pertama, sub Bab tentang struktur mengenai hasil

penelitian. Kedua, sub Bab mengenai UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP. Sub

Bab ketiga, mengenai UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokad. Keempat

mengenai UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU yang lama).1

1 Memang pada prinsipnya Penulis mengetahui bahwa tidak ada undang-undang yang lama dan

undang-undang yang baru. Hanya saja seperti yang telah dikemukakan di depan bahwa bantuan

Hukum dilihat dalam skripsi ini dalam kurun waktu Indonesia merdeka, maka Penulis merasa

penting untuk membedakan undang-undang yang lama dengan undang-undang yang baru.

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

Kelima, mengenai UU No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU

yang baru). Keenam,UU No.16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Ketujuh,

mengenai Persyaratan dan Tata Cara Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

Kedelapan, SEMA No. 10 tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan

Hukum. Kesembilan, mengenai Perwalkot Semarang No. 10 tahun 2010.

Kesepuluh, tentang perbedaan Perwalkot dengan Peraturan lain tentang Bantuan

Hukum. Kesebelas, mengenai Bantuan Hukum di Kota Salatiga. Keduabelas,

mengenai Hakikat Bantuan Hukum cuma-cuma. Ketigabelas, mengenai kapan

perikatan pemberian bantuan hukum. Serta yang terakhir keempatbelas, mengenai

dasar hukum penyelenggaraan Bantuan Hukum.

3.1. Struktur Mengenai Hasil Penelitian

Adapun Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Bantuan Hukum yang

telah ada selama ini yaitu sebagai berikut: (1) UU No. 8 Tahun 1981 tentang

KUHAP, (2) UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokad, (3) UU No. 4 tahun 2004

tentang Kekuasaan Kehakiman (lama), (4) UU No. 48 tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman (baru), (5) UU No. 16 tahun 2011 tentang Bantuan hukum,

(6) PP No. 83 tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara

Cuma – Cuma, (7) Surat Edaran Makamah Agung No. 10/Bua.6/Hs/SP/VIII/2010,

(8) Perda Kota Semarang No. 4 tahun 2008 tentang Penanggulangan Kemiskinan

di Kota Semarang. (9) Serta Peraturan Walikota Salatiga No. 51 tahun 2008

tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada

Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

Salatiga. Peraturan-peraturan yang berstruktur seperti telah disebutkan ini masuk

di dalam sub bab hasil penelitian. Setelah hasil penelitian maka dalam sub bab

berikut yaitu analisis. analisis merupakan penguraian suatu peraturan menurut

berbagai bagiannya (break down) dan penelaahan bagian – bagian itu untuk

memperoleh pemahaman sebaik – baiknya. Dalam hal ini, sesuai dengan tujuan

penelitian, yang dimaksud dengan pemahaman yang sebaik – baiknya tersebut

adalah guna mengetahui bagaimana pemberian bantuan hukum sebagai suatu

perikatan yang bersifat cuma – cuma.

3.2. UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP

Dalam KUHAP pengaturan mengenai pemberian bantuan hukum cuma-cuma

tertuang dari pasal 54-56. Pasal 54-56 KUHAP berbunyi sebagai berikut;

“Pasal 54, “Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa

berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat

hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan,

menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini”.

Pasal 55, “Untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam

Pasal 54, tersangka atau terdakwa berhak memiih sendiri penasihat

hukumnya”.

Pasal 56, “(1) Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau

didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana

mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi

mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun

atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat

yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses

peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka. (2) Setiap

penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), memberikan bantuannya dengan cuma-

cuma.”

Memperhatikan hasil penelitian di atas, penulis berpendapat bahwa

pertama, Bantuan Hukum kepada masyarakat sesungguhnya sudah tertuang

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

secara jelas. Hanya saja ada beberapa kelemahan terhadap pengaturan yang

dimuat dalam KUHAP. Ketika membaca rumusan Pasal 56 Ayat (1) KUHAP

terlihat bahwa KUHAP hanya mengakomodir kepentingan terdakwa tidak

mampu yang dipidana lebih dari 5 tahun? Dengan adanya peraturan yang

demikian maka muncul persoalan, bagaimana dengan terdakwa tidak mampu yang

dipidana kurang dari 5 tahun. Apakah mereka itu kemudian dibiarkan saja oleh

Negara sebagai pihak (the party to contract) dalam perikatan bersisi satu? Padahal

UUD 1945 menjamin warga negara dengan persamaan dihadapan hukum. Maka

dengan demikian KUHAP secara tidak langsung sudah melakukan diskriminasi

atau membeda–bedakan pihak yang berhak atas bantuan hukum kepada warga

negara dengan pembedaan kateori subjek penerima bantuan hukum tersebut.

Kedua, selain adanya diskriminasi yang telah disebutkan di atas, KUHAP

ternyata hanya mengatur mengenai hak terdakwa saja. KUHAP tidak mengatur

tentang bagaimana hak korban. Padahal, seperti yang telah diketahui, bahwa

masyarakat bukan hanya terdakwa saja, korban dari kejahatan juga tidak dapat

dipungkiri banyak yang berasal dari golongan tidak mampu, dalam pengertian

membutuhkan Bantuan Hukum.

Ketiga, tentang Bantuan Hukum secara cuma-cuma, apakah hal itu berarti

bahwa pihak yang dibebani dengan perikatan untuk memberikan bantuan hukum

secara cuma-cuma dalam hal ini Negara harus benar-benar menjamin bahwa

sudah akan ada Bantuan Hukum sejak suatu kasus dibawa hingga pengadilan

dimana warga negara atau orang tidak memiliki Bantuan Hukum? Hal ini menjadi

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

permasalahan serius karena ketika undang – undang telah mengatur namun

prakteknya tidak terlaksana dengan baik.

Pengaturan tentang Bantuan Hukum di dalam KUHAP harus dapat

mengakomodir kepentingan atas Bantuan Hukum tersebut apabila ada kekurang

jelasan tentang makna pengaturan yang ada dalam KUHAP dapat menjadi salah

satu sebab tidak terpenuhinya hak atas Bantuan Hukum cuma–cuma yang sejak

tahun 1981.

3.3. UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat

Bantuan Hukum dalam undang – undang advokat mengatur pemberian

bantuan hukum cuma – cuma kepada masyarakat yang wajib dilakukan oleh

advokad. Dalam Undang – Undang Advokat itu bantuan hukum cuma – cuma

diatur dalam BAB VI, yaitu dalam Pasal 22 Ayat (1) dan Ayat (2).

Adapun Pasal 22 Ayat (1) UU No. 18 tahun 2003 adalah sebagi berikut

“Advokad wajib memberikan bantuan hukum secara cuma – cuma kepada pencari

keadilan yang tidak mampu”. Sedangkan dalam Pasal 22 Ayat (2), diatur berikut

“ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara

cuma – cuma sebagaimana yang telah dimaksud pada Ayat (1), diatur lebih lanjut

dengan peraturan pemerintah”.

Dengan rumusan Pasal 22 Ayat (1) tersebut maka pengaturan mengenai

pelaksanaan bantuan hukum dalam Undang – Undang Advokat itu akan

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

dijabarkan lebih jelas dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah

sebagaimana telah disebutkan akan Penulis gambarkan dalam tulisan ini.2

3.4. UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman memuat

pengaturan mengenai Bantuan Hukum yang terdapat dalam BAB VII yang

tertuang dari Pasal 37 hingga Pasal 40. Dalam Pasal 37 UU No. 4 tahun 2004

dijelaskan bahwa setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh

Bantuan Hukum. Namun, dengan melihat pasal-pasal selanjutnya tidak ada

pengaturan yang jelas mengenai bagaimana pemberian Bantuan Hukum tersebut.

Seperti halnya yang dapat dilihat dalam Pasal 38. Dalam pasal ini hanya

menjelaskan bahwa tersangka yang terkait dalam perkara pidana berhak

menghubungi advokad dan meminta bantuan sejak saat dilakukan penangkapan

dan/atau penahanan. Sedangkan dalam Pasal 39 UU No. 4 tahun 2004 hanya

memberikan penekanan adanya kewajiban dari advokad untuk membantu

penyelesaikan perkara dengan menjunjung tinggu hukum dan keadilan.

Dari penjelasan tersebut maka jika dilihat dalam Undang – Undang

Kekuasaan Kehakiman,3 dalam dokumen yang secara fomal tidak berlaku lagi

tersebut hanya memberi ketegasan bahwa pemberian bantuan hukum disini

merupakan kewajiban dari advokad. Dalam undang-undang Kekuasaan

Kehakiman (lama) belum terlihat menyentuh peran serta Pemerintah (Negara)

2 Lihat sub judul 3.7. dalam Bab ini.

3 UU No. 4 tahun 2008 tentang Kekuasaan kehakiman (lama)

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

dalam Bantuan Hukum. Hanya saja memang dalam prespektif hukum sebagai

satuan sistem, maka hal itu dapat dikaitkan dengan peraturan atau UU yang lain.

3.5. UU No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (baru)

mengatur lebih rinci mengenai Bantuan Hukum dibandingkan UU tentang

Kekuasaan Kehakiman yang lama sebagaimana telah diuraikan diatas. Walaupun

dalan UU tentang Kekuasaan Kehakiman yang baru hanya terdapat dua pasal yang

mengatur mengenai Bantuan Hukum. Namun, dalam undang – undang yang baru

tersebut sudah menyinggung mengenai siapa atau pihak (the party to contract)

yang bertanggung jawab atas pemberian Bantuan Hukum kepada masyarakat

tersebut.

Pasal yang menjelaskan tentang Bantuan Hukum dalam undang-undang ini

yaitu Pasal 56 dan Pasal 57 Undang – Undang No. 48 tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman. Pengaturan dalam pasal tersebut yaitu sebagai berikut;

“ Pasal 56 (1) Setiap orang yang tersangkut perkara berhak

memperoleh bantuan hukum. (2) Negara menanggung biaya

perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu. Pasal 57 (1)

Pada setiap pengadilan negeri dibentuk pos bantuan hukum

kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh

bantuan hukum. (2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), diberikan secara Cuma-cuma pada semua tingkat

peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah

memperoleh kekuatan hukum tetap. (3) Bantuan hukum dan pos

bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.”

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

Melihat rumusan Pasal 56, UU tersebut telah mengakomodir mengenai

siapa yang menanggung biaya atau dana dalam bantuan hukum bagi masyarakat

tersebut. Pasal 56 Ayat (2) menjelaskan bahwa Negara menanggung biaya perkara

bagi pencari keadilan yang tidak mampu. Dengan begitu dalam Pasal tersebut

pembuat UU mengatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas pemberian

bantuan hukum kepada masyarakat yang tersangkut masalah hukum.

Namun, persoalannya adalah apa yang sudah diatur atau pacta sunt

servanda, mengikat, berjalan dengan lancar? Walaupun peraturan telah dibuat

namun apakah pasti akan ada jaminan bahwa tidak lagi bakal ditemukan

masyarakat miskin yang harus menjalani proses hukumnya sendiri tanpa ditemani

oleh penasehat hukum?

Menurut pendapat Penulis, Dengan begini maka tanggung jawab atau

perikatan, atau perjanjian dari Negara itu sendiri belum ada jaminan bakal

terlaksana dengan baik. Sehingga apa yang seharusnya terjadi dengan baik justru

hanya menjadi sebuah aturan yang masih harus ditunggu ketegasan dalam

pelaksanaan.

3.6. UU No. 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum

Kaitan dengan pernyataan sebagaimana telah dikemukakan diatas, UU

Bantuan Hukum ini secara khusus mengatur tentang pemberian bantuan hukum

cuma-cuma kepada masyarakat. Undang – undang dimaksud muncul dengan dasar

untuk menjamin hak konstitusional bahwa setiap orang berhak untuk

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil

serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

Dalam konsideran undang – undang Bantuan Hukum huruf (b) disebutkan

bahwa “negara bertanggung jawab atas pemberian bantuan hukum bagi orang

miskin sebagai perwujudan terhadap akses keadilan”. Dalam undang – undang

Bantuan Hukum itu, “Bantuan Bukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh

pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum”.4

Pasal 1 Ayat (2) UU No. 16 tahun 2011 ini menjelaskan bahwa Penerima

Bantuan Hukum yang dimaksud dalam UU itu adalah masyarakat miskin.

Sedangkan Pemberi Bantuan Hukum adalah Lembaga Bantuan Hukum atau

Organisasi Kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum berdasarkan

undang undang ini5. Hal yang lebih rinci untuk menjabarkan mengenai Pemberi

Bantuan Hukum ini terdapat pada pasal berikutnya.

Tujuan dari penyelenggaraan Bantuan Hukum ini tertuang dalam Pasal 3

undang-undang Bantuan Hukum tersebut. Bantuan Hukum yang diberikan

berdasar undang undang-undang Bantuan Hukum itu bertujuan untuk menjamin

dan memenuhi hak penerima bantuan hukum untuk mendapatkan akses keadilan.

Serta guna menjamin hak konstitusional warga negara dan menjamin kepastian

dari penyelenggaraan Bantuan hukum di seluruh wilayah Indonesia.6 Dalam

4 Pasal 1 Ayat (1) UU No 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

5 Pasal 1 Ayat (2) UU No. 16 tahun 2011 tentang Bantuan hukum.

6 Pasal 3 Ayat (1) dan Ayat (2) UU No. 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

kenyataannya hingga hampir satu tahun undang-undang ini muncul, dalam

pelaksanaannya masih belum berjalan sebagaimana yang diinginkan. Masih ada

masalah hukum yang berjalan tanpa adanya Bantuan Hukum bagi pencari

keadilan yang membutuhkan.

Dalam Bab II Pasal 4 Ayat (2) UU No. 16 tahun 2012 tentang Bantuan

Hukum menjelaskan mengenai ruang lingkup yang diberikan oleh undang-

undang itu. Bantuan Hukum dalam undang-undang itu diberikan bagi masalah

hukum keperdataan, pidana dan tata usaha negara, baik dengan jalur litigasi

maupun dengan jalur non-litigasi.

Pasal 5 Ayat (1) UU No. 16 tahun 2012 tentang Bantuan Hukum ini juga

menjelaskan bahwa Penerima Bantuan Hukum menurut undang – undang itu

adalah setiap orang atau kelompok miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar

secara layak dan mandiri. Dalam Ayat (2) dijelaskan hak dasar meliputi atass

pangan, sandang, layanan kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan berusaha, maupun

perumahan.

Penyelenggaraan Bantuan Hukum dalan undang-undang Bantuan Hukum

tersebut diselenggarakan oleh menteri dan dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan

Hukum. Hal ini sesuai yang tertuang dalam pasal 6 Ayat (4) UU No. 16 tahun

2011. Sedangkan yang dimaksud dengan Pemberi Bantuan Hukum dalam Pasal 1

Ayat (3) yaitu adalah Lembaga Bantuan Hukum atau Organisasi Kemasyarakatan

yang memberi Layanan Bantuan Hukum sesuai dengan apa yang telah ditetapkan

dalam undang-undang Bantuan Hukum tersebut.

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

UU No. 16 tahun 2011 dengan tegas mengatur bahwa Bantuan Hukum

yang diberikan sesuai aturan dalam UU Bantuan Hukum ini bersifat cuma-cuma.

Dalam Pasal 20 menegaskan adanya larangan bagi Pemberi Bantuan Hukum

untuk menerima ataupun meminta bayaran apapun dari Penerima Bantuan

Hukum. larangan dalam Pasal 20 tersebut dipertegas dengan adanya aturan pidana

yang terdapat dalam pasal 21.7

3.7. PP Persyaratan dan Tata Cara Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

Peraturan Pemerintah RI No. 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan

Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma, berisikan bagaimana

dan seperti apa pemberian Bantuan Hukum cuma-cuma yang akan di terapkan di

Indonesia. Peraturan Pemerintah itu muncul guna menjadi peraturan pelaksana

atas kewajiban pemberian Bantuan Hukum yang terdapat dalam undang-undang

Advokad. Adapun isi dari Peraturan Pemerintah ini sebagai berikut;

Pasal 1 dari Peraturan pemerintah ini berisi tentang ketentuan umum,

ketentuan tersebut termasuk mengatur mengenai pengertian Bantuan Hukum serta

siapa yang berhak mendapat Bantuan Hukum. Dalam ketentuan umum ini

ditegaskan bahwa bantuan hukum yang diatur dalam Peraturan Pemerintah itu

meruakan bantuan hukum cuma-cuma.

Dalam Pasal 1 Angka (3) PP tersebut didefinisikan bahwa mengingat

orang antara lain dapat memahami hakikat sesuatu dengan memperhatikan

definisi dari sesuatu tersebut, maka menurut Penulis, PP tersebut di atas

7 Pasal 20 dan Pasal 21 UU No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

tercantumkan hakikat atau sifat-sifat dan kharakteristik bantuan hukum yang

cuma-cuma. Bantuan Hukum secara cuma-cuma adalah jasa hukum yang

diberikan Advokat tanpa menerima pembayaran honorarium meliputi pemberian

konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan

melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak

mampu.

Sedangkan dalam Pasal 1 Angka (4) PP di atas pembuat PP itu

menetapkan bahwa, Pencari Keadilan yang Tidak Mampu yang selanjutnya

disebut Pencari Keadilan adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang

secara ekonomis tidak mampu yang memerlukan jasa hukum Advokat untuk

menangani dan menyelesaikan masalah hukum. Pasal itu dengan demikian hanya

membatasi arti tidak mampu dari sudut pandang ekonomis.

Dalam Pasal 2 PP 83 tahun 2008 dijelasakan mengenai siapa yang

dimaksud dengan Pemberi Bantuan Hukum cuma-cuma kepada masyarakat. Pasal

2 menjelaskan bahwa bantuan hukum cuma – cuma wajib diberikan oleh Advokat

kepada pencari keadilan. Dengan pernyataan tersebut berarti Pemberian Bantuan

Hukum cuma-cuma merupakan tanggung jawab dari Advokat.8

Pasal 3 Ayat (1) mencatat berdasarkan tahap-tahap Bantuan Hukum Secara

cuma-cuma sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 meliputi tindakan hukum

untuk kepentingan Pencari Keadilan di setiap tingkat proses peradilan. Pasal 3

Ayat (2), Bantuan Hukum secara cuma-cuma berlaku juga terhadap pemberian

8 Pasal 2 PP. No. 83 tahun 2008.

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

jasa hukum juga diberikan kepada pencai keadilan yang membutuhkan jasa

bantuan hukum di luar pengadilan.

Bantuan Hukum cuma-cuma yang diatur dalam Peraturan Pemerintah itu

diberikan baik untuk Bantuan Hukum di luar pengadilan maupun di dalam

pengadilan. Pemberian Bantuan Hukum di dalam pengadilan akan diberikan pada

setiap tingkatan dari proses peradilan.

3.7.1. Prosedur Pemohonan Bantuan Hukum

Sedangkan di dalam Pasal 4 Ayat (1), pembuat regulasi itu menyatakan

bahwa untuk memperoleh Bantuan Hukum secara cuma-cuma, Pencari Keadilan

mengajukan permohonan tertulis yang ditujukan langsung kepada Advokat atau

melalui Organisasi Advokat atau melalui Lembaga Bantuan Hukum. Dalam Pasal

4 Ayat (2) diatur, Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) sekurang-

kurangnya harus memuat; (a) nama, alamat, dan pekerjaan pemohon dan, (b)

uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan bantuan hukum.

Pasal 4 ayat (3) dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2), Pencari

Keadilan harus melampirkan keterangan tidak mampu yang dibuat oleh pejabat

yang berwenang.

Pasal 5, Permohonan Bantuan Hukum secara cuma-cuma dapat diajukan

bersama-sama oleh beberapa Pencari Keadilan yang mempunyai kepentingan

yang sama terhadap persoalan hukum yang bersangkutan. Pasal 6 Ayat (1), Dalam

hal Pencari Keadilan tidak mampu menyusun permohonan tertulis, permohonan

dapat diajukan secara lisan. Pasal 6 Ayat (2), Permohonan yang diajukan secara

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

lisan dituangkan dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh pemohon dan

Advokat atau petugas pada Organisasi Advokat atau Lembaga Bantuan Hukum

yang ditugaskan untuk itu. Pasal 6 Ayat (3), Permohonan Bantuan Hukum yang

diajukan langsung kepada Advokat, tembusan permohonan disampaikan kepada

Organisasi Advokat.

Pasal 7 (1), Advokat, Organisasi Advokat, atau Lembaga Bantuan Hukum

wajib menyampaikan jawaban terhadap permohonan kepada pemohon dalam

waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak permohonan diterima. Pasal 7 Ayat

(2) dijelaskan, dalam hal kejelasan mengenai pokok persoalan yang dimintakan

Bantuan Hukum belum jelas maka Advokat, Organisasi Advokat, atau Lembaga

Bantuan Hukum dapat meminta keterangan tambahan kepada pemohon dalam

waktu sebagaimana dimaksud pada Ayat (1).

Pasal 8 Ayat (1), dalam hal permohonan diajukan kepada Organisasi

Advokat atau Lembaga Bantuan Hukum maka Organisasi Advokat atau Lembaga

Bantuan Hukum tersebut menetapkan Advokat yang ditugaskan untuk

memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma. Pasal 8 Ayat (2), Advokat yang

ditugaskan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) namanya dicantumkan dalam

jawaban terhadap permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Ayat (1).

Pasal 9 ayat (1), Keputusan mengenai pemberian Bantuan Hukum secara

cuma-cuma ditetapkan secara tertulis dengan menunjuk nama Advokat. Pasal 9

ayat (2), Keputusan pemberian bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada Ayat

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

(1) disampaikan kepada pemohon dan instansi yang terkait dengan pelaksanaan

pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma.

3.7.2. Standarisasi Kualitas Jasa

Pasal 10, Advokat dalam memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma

harus memberikan perlakuan yang sama dengan pemberian Bantuan Hukum yang

dilakukan dengan pembayaran honorarium. Dalam kaitannya dengan standarisasi

kualitas jasa Bantuan Hukum, Pembuat regulasi itu juga menegaskan kalau PP

tersebut dalam Pasal 11 ayat (1) bahwa Pemberian Bantuan Hukum secara cuma-

cuma dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kode

etik advokat, dan peraturan organisasi Advokat. Pasal 11 Ayat (2), Pelaksanaan

pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma dilaporkan oleh Advokat kepada

Organisasi Advokat atau Lembaga Bantuan Hukum.

Pasal 12 ayat (1), Advokat dilarang menolak permohonan Bantuan Hukum

secara cuma-cuma. Pasal 12 ayat (2) pembuat regulasi menyatakan bahwa dalam

hal terjadi penolakan permohonan pemberian Bantuan Hukum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), pemohon dapat mengajukan keberatan kepada Organisasi

Advokat atau Lembaga Bantuan Hukum yang bersangkutan.

3.7.3. Larangan Menerima Pemberian

Pasal 13 Advokat dalam memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma

dilarang menerima atau meminta pemberian dalam bentuk apapun dari Pencari

Keadilan. Sedangkan Pasal 14 Ayat (1), Advokat yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13 dijatuhi sanksi oleh

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

Organisasi Advokat. Pasal 14 Ayat (2), sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat berupa: (a) teguran lisan; (b) teguran tertulis; (c) pemberhentian

sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai dengan 12 (dua belas) bulan

berturut-turut; atau (d) pemberhentian tetap dari profesinya. Pasal 14 Ayat (3),

Sebelum Advokat dikenai tindakan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), kepada

yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk melakukan pembelaan diri. Pasal

14 Ayat (4) Ketentuan mengenai tata cara pembelaan diri dan penjatuhan sanksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Organisasi Advokat.

Pasal 15 Ayat (1), organisasi Advokat mengembangkan program Bantuan

Hukum secara cuma-cuma dapat bekerja sama dengan Lembaga Bantuan Hukum.

Pasal 15 Ayat (2), Untuk melaksanakan program sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Organisasi Advokat membentuk unit kerja yang secara khusus mengenai

Bantuan Hukum secara cuma-cuma. Pasal 15 Ayat (3), Ketentuan lebih lanjut

mengenai susunan organisasi dan tata kerja unit kerja sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diatur dengan peraturan Organisasi Advokat.

Pasal 16 Dalam hal Organisasi Advokat dan Lembaga Bantuan Hukum

belum memiliki unit kerja, penanganan permohonan dan pelaksanaan Bantuan

Hukum Secara Cuma-Cuma dilakukan oleh unit kerja lain yang ditetapkan oleh

Organisasi Advokat atau Lembaga Bantuan Hukum.

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

Pasal 17, Pada saat Peraturan Pemerintah itu mulai berlaku, pemberian

Bantuan Hukum secara cuma-cuma yang sedang ditangani Advokat, dilaporkan

kepada Organisasi Advokat atau Lembaga Bantuan Hukum.

Pasal 18, Unit kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) harus

sudah ditetapkan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan

Pemerintah ini diundangkan.”

Pasal 4 – Pasal 18 PP No. 83 tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata

Cara Pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma hanya mengatur mengenai

teknis pemberian Bantuan Hukum. Peraturan pemerintah ini secara tegas

menyatakan bahwa pemberian bantuan hukum cuma-cuma dalam peraturan ini

menjadi tanggung jawab dari Advokat maupun organisasi Advokat. Sehingga

dalam hal ini peran serta Negara secara langsung tidak terlihat perannya. Bentuk

perikatan negara atas bantuan hukum yang bersifat cuma-cuma tidak nampak

dalam adanya peratuan ini.

3.8. SEMA No. 10 tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum

Surat Edaran Makamah Agung (SEMA) itu muncul dalam setelah adanya

pengaturan hukum mengenai pemberian Bantuan Hukum dalam Undang-Undang

kekuasaan kehakiman yang baru. SEMA itu memiliki fungsi untuk mengatur lebih

rinci mengenai bagaimana pemberian Batuan Hukum dilaksanakan.

Dalam SEMA No 10 Tahun 2010 itu diatur mengenai pengadaan pos

pemberian bantuan hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan negeri. Seperti

halnya yang telah diterangkan dalam Pasal 1 Angka 3 SEMA No 10 Tahun 2010,

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

pos bantuan hukum merupakan ruang yang disediakan oleh dan pada setiap

pengadilan negeri bagi advokad yang piket dalam memberikan layanan bantuan

hukum kepada pemohon bantuan hukum untuk pengisian formulir permohonan

bantuan hukum, bantuan pembuatan dokumen hukum, advis atau konsultasi

hukum, memberikan rujukan lebih lanjut tentang pembebasan perkara, dan

memberikan rujukan lebih lanjut mengenai bantuan jasa advokat.9 SEMA

mendefinisikan bantuan jasa advokad itu sendiri sebagai jasa hukum yang

diberikan secara cuma-cuma untuk mewakili, mendampingi, membela, dan

melakukan tindakan hukum lainnya berdasar peraturan perundang-undangan

untuk kepentingan pemohon bantuan hukum dalam perkara pidana amupun

perkara perdata, yang diberikan oleh advokat berdasar ketetapan ketua

pengadilan.10

Menurut Pasal 1 Angka (3) SEMA tersebut, pihak berperkara yang

dihadapi oleh pemohon hanya menerima bantuan bila yang tersangkut masalah

perdata, pidana dan tata usaha negara. Sedangkan untuk permasalahan di luar

perkara pidana dan perdata belum mendapat perhatian yang lebih. Sedangkan

sesungguhnya berdasarkan undang – undang dasar 1945 setiap orang berhak atas

persamaan di muka hukum tanpa adanya diskriminasi apapun.

Dalam SEMA tersebut, dalam pasal 31 telah menjelaskan bahwa bila

sudah disahkan, ketentuan tentang bantuan hukum maka Bantuan Jasa Advokat

9 Pasal 1 angka (3) Surat Edaran Mahkamah Agung No 10 tahun 2010.

10

Ibid., Pasal 1 angka (7).

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

sebagaimana diatur dalam pedoman ini akan menyesuaikan dengan kebutuhan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku tersebut.

3.8.1. Perbedaan antara SEMA dan PP tentang Bantuan Hukum

Dalam SEMA No 10 tahun 2010 itu ada perbedaan mendasar dengan PP

No. 83 Tahun 2008. Dalam PP No 83 Tahun 2008 tindak dijelaskan mengenai

pendanaan dari penyelenggaraan bantuan hukum cuma-cuma yang diberikan.

Sedangkan dalam SEMA No. 10 tahun 2010 justru dijelaskan secara tegas dalam

Pasal 1 Angka (12) ketentuan itu menegaskan bahwa anggaran bantuan hukum

merupakan alokasi negara yang berada dalam lingkup peradilan umum yang

dibiayai Mahkamah Agung melalui DIPA bantuan hukum Direktorat Jenderal

Badan Peradilan Umum yang dialokasikan pada Pengadilan Negeri.11

Penganggaran untuk bantuan hukum oleh Negara tersebut juga ditekankan

pada bagian dua Pasal 9 Lampiran (A) SEMA No. 10 Tahun 2010 ini yaitu

mengenai biaya penyelenggaraan pos bantuan hukum digunakan untuk pengadaan

advokad piket diperoleh melalui APBN.12

Melalui apa yang telah dijelaskan di atas berarti bahwa pemberian bantuan

hukum dalam SEMA No 10 Tahun 2010 ini merupakan tanggung jawab Negara

yang dilaksanakan melalui Pengadilan Negeri. Ini berarti bahwa Negara

mengikatkan diri untuk memberikan prestasi kepada masyarakat miskin dalam

bentuk bantuan hukum secara cuma-cuma. Negara mengikatkan diri kepada

11

Pasal 1 Angka 12 Lampiran (A) Surat Edaran Mahkamah Agung No. 10 tahun 2010.

12

Pasal 9 Ayat (1) SEMA No. 10 tahun 2010.

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

masyarakat sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk menanggung kepentingan

bersama.

3.9. Perwalkot Fasilitasi Bantuan Hukum Bagi Warga Kota Semarang

Peraturan wali kota semarang itu mengatur mengenai pemberian fasilitas

bantuan hukum bagi warga kota semarang. Peraturan pemerintah kota semarang

itu muncul sebelum diberlakukan UU No 18 Tahun 2003 tentang Bantuan

Hukum.

Adapun sebab dari munculnya berbagai ketentuan bantuan hukum di

daerah-daerah tersebut adalah bahwa sebelum munculnya undang – undang

bantuan hukum pemberian bantuan hukum bagi masyarakat miskin tidak diatur

secara terpusat oleh negara sehingga setiap daerah berhak mengatur secara

tersendiri aturannya mengenai pemberian bantuan hukum. Antara lain dilakukan

oleh Kota Semarang yang memunculkan peraturan walikota tersebut sebagai dasar

pelaksanaan tugas dan wewenang bagian hukum pemerintah Kota Semarang.

3.10. Perbedaan Perwalkot dengan Peraturan Lain tentang Bantuan Hukum

Dalam Peraturan Walikota Semarang No. 10 tahun 2010 ada perbedaan

kata yang digunakan untuk menyebutkan pemberian bantuan hukum yang biasa

digunakan dalam peraturan perundangan lainnya. Pemberian bantuan hukum

cuma – cuma dalam Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2010 ini disebut

fasilitasi bantuan hukum.

Peraturan Walikota Semarang Nomor 10 tahun 2010 tentang Fasilitasi

Bantuan Hukum Bagi Warga Miskin Kota Semarang muncu sebagai tindak lanjut

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

atas adanya Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 4 Tahun 2008 Tentang

Penanggulangan Kemiskinan Di Kota Semarang.

Dalam Pasal 1 Angka (11) Peraturan Walikota No. 10 tahun 2010 itu

dijelaskan mengenai pengertian fasilitasi bantuan hukum. Fasilitasi bantuan

hukum merupakan progam bantuan hukum yang diberikan oleh Pemerintah

Daerah melalui Advokat/Pengacara kepada warga miskin yang terkena perkara

pidana. baik dalam proses pemeriksaan dan atau proses persidangan sampai pada

Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang atau Pengadilan Tinggi

Jawa Tengah atau Mahkamah Agung Republik Indonesia yang berkekuatan

hukum tetap.

Pasal 2 Peraturan Walikota No. 10 Tahun 2010 mengatur mengenai

maksud dan tujuan atas pemberian fasilitasi bantuan hukum tersebut. Pasal 2 ayat

(1) dalam Peraturan Walikota ini berisi mengenai Maksud pemberian fasilitasi

bantuan hukum itu sendiri. Dalam ayat ini menjelaskan bahwa bantuan hukum

adalah untuk memberikan perlindungan bagi warga miskin Kota Semarang yang

terkena perkara pidana.

Dalam Pasal 2 Ayat (2) memuat tujuan dari pemberian fasilitasi bantuan

hukum tersebut. Tujuan dari fasilitas bantuan hukum untuk memberikan bantuan

hukum bagi warga miskin yang membutuhkan perlindungan hukum melalui jasa

Advokat / pengacara untuk mendampingi baik pemeriksaan oleh aparat penegak

hukum maupun di dalam proses persidangan.13

13

Pasal 2 Peraturan Walikota Semarang No. 10 tahun 2010.

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

Biaya yang digunakan untuk memberikan bantuan hukum ini, sesuai

dengan pasal 5 Peraturan Walikota Semarang Nomor 10 Tahun 2010 digunakan

APBD Kota Semarang.14

Melihat dari pendanaan tersebut maka di dalam peraturan ini Negara

bertangung jawab atas pemberian bantuan hukum yang diberikan oleh warganya

yang membutuhkan.

Pemerintah Kota sebagai kepanjangan tangan dari Negara harus mampu

mewujudkan kontrak (perikatan) yang telah diberikan kepada masyarakatny,

mengingat Negara telah memiliki kontrak membuat suatu perikatan voluntir yang

telah dibuat kepada warganya melalui peraturan yang telah dibuat ini.

3.11. Bantuan Hukum di Kota Salatiga

Peraturan pemerintah Kota Salatiga No. 31 tahun 2008 tentang

sesungguhnya tidak secara khusus mengatur mengenai pemberian bantuan hukum

cuma-cuma yang diberikan oleh Pemerintah Kota Salatiga kepada warga kotanya.

Namun, sesungguhnya peraturan itu hanya berisi tugas pokok dan uraian tugas

pejabat struktural pada sekretariat daerah, termasuk dalam hal ini mengenai tugas

bagian hukum dalam pemerintah Kota Salatiga yang menangani soal pemberian

bantuan hukum kepada warga Kota Salatiga.

Pengaturan mengenai pemberian bantuan hukum itu sendiri terrdapat

dalam bagian 3 Pasal 11 Ayat (2) huruf (c), yang menyebutkan sebagai berikut,

untuk melaksanakan tugas pokok, bagian hukum menyelenggarakan fungsi, c.

14

Pasal 5 Peraturan Walikota Semarang No. 10 tahun 2010.

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

Penyiapan bahan pertimbangan dan bantuan hukum. Yang termasuk tugas bantuan

hukum dalam Pasal 11 Ayat (3) Huruf (e) dijelaskan yaitu memberikan

pertimbangan, bantuan dan konsultasi hukum kepada massyarakat dan aparat

dilingkungan pemerintah daerah atas permasalahan hukum, baik didalam maupun

di luar pengadilan, guna penyelesaiannya.15

Dalam pelaksanaan progam bantuan hukum oleh bagian hukum

pemerintah kota salatiga ini dilakukan dengan cara memberi bantuan finansial

yang berasal dari APBD kepada Advokad yang telah ditunjuk oleh penerima

bantuan hukum. Dengan begitu maka progam bantuan hukum bagi masyarakat

miskin di Kota Salatiga adalah progam yang diberikan oleh Negara melalui

pemerintah daerah.

3. 12. Hakikat Bantuan Hukum Cuma-Cuma

Memerhatikan tinjauan pustaka dalam Bab II serta pengetian bantuan

hukum sebagaimana tela dikemukakan dalam Bab III tentang hasil penelitian,

maka penulis berpendapat bahwa bantuan hukum cuma-cuma itu pada hakekatnya

adalah suatu (perikatan) yang lahir bukan karena perjanjian, tetapi karena undang-

undang.

Penulis juga berpendapat bahwa mengingat kewajiban yang dipikul oleh

pihak Negara (Menkumham), apabila hal itu dilihat dari prespektif UU Bantuan

Hukum, lahir karena ada UU, maka dapat dikatakan bahwa hakekat dari

pemberian bantuan hukum sebagai suatu perikatan itu adalah beregi satu

15

Peraturan Walikota Salatiga Nomor 51 Tahun 2008.

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

(Unilatateral Vouluntary Oblogation). Dalam hal ini seperti yang telah penulis

kemukakan dalam tinjauan pustaka, sub bab 2.8, perjanjian itu memberikan

keuntungan kepada pihak lain, tanpa perlu adanya penerimaan suatu manfaat di

orang yang memberi (Negara). Perikatan voluntir ini hanya bisa terjadi bila pihak

yang melaksanakan tugas (kewajiban) adalah pihak yang memiliki kapasitas

untuk mengikatkan diri secara sah. Dalam hal ini pihak yang memiliki kapasitas

dalam perikatan atas pemberian bantuan hukum ini adalah Negara.

3.13. Kapan Perikatan Pemberian Bantuan Hukum

Mengingat hakikat (the nature) dari Bantuan Hukum cuma-Cuma adalah

suatu kontrak, dalam hal ini suatu perikatan yang termasuk sebagai unilateral

voluntary obligation, maka analisa selanjutnya dari bantuan hukum cuma-cuma,

atau break-down terhadap unsur-unsur dari bantuan hukum sebagai suatu

perikatan yang bersifat cuma-cuma akan dilakukan menurut struktur suatu

kontrak.

Pada prinsipnya struktur suatu kontrak dimulai dengan dasar hukum di

mana perikatan tersebut dicantumkan; selanjutnya diikuti dengan pihak (the parti

to contract) kemudian diikuti dengan kapasitas (capacity) dan kekuasaan (power

to contract); hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam kontrak/perikatan

tersebut; kapan lahir perikatan itu; kapan berakhir perikatan tersebut; serta

mekanisme penyelesaian sengketa apabila ada pelanggaran terhadap perikatan

tersebut, misalnya apabila perikatan itu tidak dilaksanakan.

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2669/4/T1... · Penulis untuk penyusunan Skripsi ini. ... UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, (2)

3.14. Dasar Hukum Penyelenggaraan Bantuan Hukum

Sebagaimana telah diucapkan di atas, berikut ini Penulis berpendapat

bahwa penyelenggaraan bantuan hukum sejak diundang-undangkannya UU

Bantuan Hukum adalah UU No. 16 tahun 2011 dan UU No 18 tahun 2003 tentang

advokad. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 6 ayat (1) UU No. 16 tahun 2011

dimana pembuat UU itu menegaskan bahwa: “Bantuan Hukum diselenggarakan

untuk membantu penyelesaian permasalahan hukum yang dihadapi Penerima

Bantuan Hukum”.

Sedangkan penyelenggaran bantuan hukum sebelum diundang-undangkannya UU

Bantuan Hukum mendasarkan diri kepada beberapa peraturan perundang-

undangan tersendiri, yang ada sebelum UU Bantuan Hukum. Seperti yang telah

Penulis gambarkan dalam bagian hasil penelitian, penyelenggaraan bantuan

hukum dalam perkara pidana sebelum UU Bantuan Hukum diundangkan

mendasarkan diri kepada KUHAP. Pasal 56 KUHAP,16

seperti telah dikemukakan

di depan, mencatat kehendak pembuat UU untuk menyerahkan penyelenggaraan

bantuan hukum kepada pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat

pemerikasaan dalam proses peradilan pidana. Berbeda dengan pasal 56 KUHAP,

dalam pasal 6 Ayat (2) UU Bantuan Hukum, pihak penyelenggara bantuan hukum

adalah Menkumham sedangkan pelaksanaan bantuan hukum adalah lembaga

bantuan hukum (LBH) atau organisais kemasyarakatan (LSM) yang memberi

layanan bantuan hukum berdasarkan UU Bantuan Hukum

16

Pasal 56 Ayat (1) KUHAP “Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa

melakukan tindakan pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pisada lima belas

tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau

lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua

tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka”.

Pasal 56 Ayat (2) KUHAP “Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana

yang dimaksud dalam Ayat (1), memberikan bantuannya dengan cuma-cuma”.