bab iii hasil penelitian dan analisis -...

25
47 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran Tentang Kasus Dalam Putusan Hakim Pengadilan Negeri Salatiga No.08/PID.B/AN/2010/PN.SAL Kasus yang terjadi adalah kasus pencurian yang dilakukan oleh seorang anak di wilayah hukum Pengadilan Negeri Salatiga. Sebagai terdakwa dalam kasus ini adalah Nur Rohman bin Sugiyono, yang masih berumur 14 tahun 2 bulan, anak putus sekolah dan belum pernah menikah, sedangkan yang menjadi korban bernama Nugroho Widianto. Selama proses penyidikan sampai putusan hakim, terdakwa tidak ditahan, terdakwa didampingi Ristiani Gani Mendofa, SH selaku Penasihat Hukum. Secara singkat, kasus pencurian ini terjadi pada hari Selasa tanggal 15 Juni 2010 sekitar pukul 04.20 WIB. Saat itu terdakwa bangun tidur dan keluar rumah berjalan kaki menuju rumah korban dengan maksud untuk mencuri satu set PS2. Sesampainya di rumah korban, terdakwa memanjat batu bata yang ada di sekitar jendela dan membuka jendela dengan cara menarik paksa. Setelah jendela terbuka, terdakwa masuk kedalam ruangan tempat persewaan PS2 tersebut, kemudian terdakwa mengambil PS2 yang berada di rak yang selanjutnya terdakwa membungkus PS2 dengan plastik warna hitam yang sudah terdakwa persiapkan dari rumah. Setelah berhasil mengambil PS2, terdakwa selanjutnya keluar dari rumah korban dan membawa pulang PS2 tersebut dan disimpan di dalam kamar terdakwa. Atas

Upload: danghanh

Post on 31-Jan-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

47

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Gambaran Tentang Kasus Dalam Putusan Hakim Pengadilan Negeri

Salatiga No.08/PID.B/AN/2010/PN.SAL

Kasus yang terjadi adalah kasus pencurian yang dilakukan oleh

seorang anak di wilayah hukum Pengadilan Negeri Salatiga. Sebagai

terdakwa dalam kasus ini adalah Nur Rohman bin Sugiyono, yang masih

berumur 14 tahun 2 bulan, anak putus sekolah dan belum pernah menikah,

sedangkan yang menjadi korban bernama Nugroho Widianto. Selama proses

penyidikan sampai putusan hakim, terdakwa tidak ditahan, terdakwa

didampingi Ristiani Gani Mendofa, SH selaku Penasihat Hukum.

Secara singkat, kasus pencurian ini terjadi pada hari Selasa tanggal

15 Juni 2010 sekitar pukul 04.20 WIB. Saat itu terdakwa bangun tidur dan

keluar rumah berjalan kaki menuju rumah korban dengan maksud untuk

mencuri satu set PS2. Sesampainya di rumah korban, terdakwa memanjat

batu bata yang ada di sekitar jendela dan membuka jendela dengan cara

menarik paksa. Setelah jendela terbuka, terdakwa masuk kedalam ruangan

tempat persewaan PS2 tersebut, kemudian terdakwa mengambil PS2 yang

berada di rak yang selanjutnya terdakwa membungkus PS2 dengan plastik

warna hitam yang sudah terdakwa persiapkan dari rumah. Setelah berhasil

mengambil PS2, terdakwa selanjutnya keluar dari rumah korban dan

membawa pulang PS2 tersebut dan disimpan di dalam kamar terdakwa. Atas

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

48

perbuatan terdakwa tersebut mengakibatkan korban mengalami kerugian

yang ditafsir sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).

Terhadap kasus yang diuraikan di atas maka pada tanggal 31

Agustus 2010 oleh Wuryanti, SH sebagai Hakim memutus pidana penjara

selama 1 (satu) bulan dan memutus terdakwa bersalah melakukan tindak

pidana “Pencurian Dalam Keadaan Memberatkan”. Putusan hakim tersebut

tertuang dalam putusan No.08/Pid.B/AN/2010/PN.SAL. Adapun dalam

memutus perkara tersebut pertimbangan-pertimbangan hakim adalah

sebagai berikut :

1. Menimbang, bahwa terhadap permohonan Penasihat Hukum Terdakwa

tersebut, Penuntut Umum secara lisan dipersidangan menyatakan tetap

pada tuntutannya, demikian pula Penasihat Hukum Terdakwa tetap pada

Permohonannya semula;

2. Menimbang, bahwa terdakwa telah didakwa dengan dakwaan tunggal

oleh Penuntut Umum tertanggal 20 Agustus 2010;

3. Menimbang, bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum tersebut,

Penasihat Hukum Terdakwa menyatakan telah mengerti dan tidak

mengajukan eksepsi;

4. Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum di

Persidangan telah diajukan barang bukti berupa:

a. 1 (satu) buah Play Station 2;

b. 2 (dua) buah kabel Play Station 2;

c. 2 (dua) buah stik Plat Station 2.

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

49

5. Menimbang, bahwa selain barang bukti tersebut di atas Penuntut Umum

telah mengajukan saksi-saksi yang didengar keterangannya di

persidangan di bawah sumpah;

6. Menimbang, bahwa dipersidangan telah didengar keterangan Terdakwa;

7. Menimbang, bahwa dari hasil pemeriksaan persidangan berupa

pengajuan barang bukti, keterangan saksi-saksi, dan keterangan

terdakwa, akan dipertimbangkan apakah terhadap Terdakwa dapat secara

sah dan meyakinkan dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana

sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum;

8. Menimbang, bahwa Terdakwa didakwa dengan dakwaan tunggal yaitu

melanggar pasal 363 ayat (1) ke-3 dan ke-5 KUH Pidana sebagai berikut:

a. unsur “Barang siapa”;

b. unsur “mengambil sesuatu”

c. unsur “yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain”

d. unsur “yang dilakukan di waktu malam hari dalam sebuah rumah atau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang

yang ada disitu tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang

berhak”

e. unsur “yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan atau untuk

sampai pada barang yang diambil dilakukan dengan merusak,

memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu,

perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

50

9. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “barang siapa” adalah

orang atau subyek hukum, yang sehat akal dan jasmaninya dan mampu

bertanggung jawab dari perbuatan yang dilakukannya;

10. Menimbang, bahwa dengan demikian maka hakim berpendapat bahwa

unsur “barang siapa” telah terpenuhi secara sah dan meyakinkan;

11. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “mengambil” adalah

bermaksud untuk menguasai barang yang sebelumnya belum ada

ditangannya dan barang tersebut telah berpindah tempat;

12. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “sesuatu barang” adalah

segala sesuatu yang berujud ataupun tidak berujud, baik yang

mempunyai harga ekonomi maupun tidak;

13. Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan bahwa pada hari

selasa tanggal 15 Juni 2010 sekitar jam 04.30 WIB Terdakwa ke rumah

saksi Nugroho dan membongkar jendela belakang lalu Terdakwa masuk

dengan memakai alat bantu bata untuk naik;

14. Menimbang, bahwa kemudian Terdakwa melompat masuk rumah dan

mengambil 2 (dua) buah Play Station 2, 2 (dua) buah kabel Play Station

2, dan 2 (dua) buah stik Play Station2 kemudian Terdakwa

memasukkan dalam tas plastik dan Terdakwa pulang ke rumah

melewati jendela lagi;

15. Menimbang, bahwa Terdakwa mengambil stik di dalam almari karena

Terdakwa tahu letak stik yang bagus di dalam almari dan almari

tersebut tidak dikunci;

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

51

16. Menimbang, bahwa pada hari Selasa tanggal 15 Juni 2010 sekitar jam

19.30 WIB saksi Nugroho pulang ke rumah;

17. Menimbang, bahwa kemudian saksi Nugroho melapor ke ketua RT

kemudian saksi Nugroho bersama istrinya saksi Kiswanti, saksi

Sidijono, saksi Solehan ke rumah Terdakwa dan ternyata ada PS 2, dua

stik, dua kabel yang mana nomor seri PS2 tersebut sama dengan milik

saksi Nugroho, namun saat itu Terdakwa tidak mengaku;

18. Menimbang, bahwa akibat perbuatan Terdakwa, saksi Nugroho

menderita kerugian sekitar Rp.1.500.000,-(satu juta lima ratus ribu

rupiah);

19. Menimbang, bahwa 1(satu) buah Play Station2, 2(dua) buah kabel Play

Station 2, dan 2 (dua) buah stik Play Station 2 merupakan benda

berujud yang memiliki nilai ekonomis;

20. Menimbang, bahwa berdasarkan fakta tersebut di atas hakim

berpendapat bahwa barang milik saksi Nugroho telah berpindah tempat

dari rumah saksi Nugroho dan barang tersebut memiliki nilai ekonomis;

21. Menimbang, bahwa dengan demikian maka Unsur “Mengambil sesuatu

barang” telah terpenuhi secara sah dan meyakinkan;

22. Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi dan Terdakwa

sendiri bahwa 1 (satu) buah Play Station2, 2 (dua) buah kabel Play

Station2, 2 (dua) buah stik Play Station 2 yang diambil Terdakwa

adalah milik korban Nurgoho Widianto;

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

52

23. Menimbang, bahwa dengan demikian maka Hakim berpendapat bahwa

Unsur “Yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain” telah

terpenuhi secara sah dan meyakinkan;

24. Menimbang, bahwa yang dimaksud melawan hak adalah terdakwa tidak

berhak, tidak ada ijin dari yang berwenang dan tidak dibenarkan

menurut Undang-Undang;

25. Menimbang, bahwa dengan demikian maka Hakim berpendapat bahwa

Unsur “dengan maksud akan memiliki barang dengan melawan hukum”

telah terpenuhi secara sah dan meyakinkan;

26. Menimbang, bahwa Terdakwa mengambil barang milik saksi Nugroho

Widianto pada jam 04.30WIB yaitu pada malam hari dimana matahari

belum terbit;

27. Menimbang, bahwa denga demikian Unsur “yang dilakukan di waktu

malam hari dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada

rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak diketahui

atau tidak dikehendaki oleh yang berhak;

28. Menimbang, bahwa Terdakwa mengambil barang tersebut dengan cara

membongkar jendela belakang lalu Terdakwa masuk dengan memakai

alat bantu bata untuk naik;

29. Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di atas tersebut Hakim

berpendapat bahwa Terdakwa telah mengambil barang milik saksi

Nugroho Widianto dengan cara membongkar jendela dan memanjat

dengan bantuan bata, dengan demikian maka unsur “yang untuk masuk

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

53

ketempat melakukan kejahatan atau untuk sampai pada barang yang

diambil dilakukan dengan merusak, memotong, atau memanjat, atau

dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan

palsu” telah terpenuhi secara sah dan meyakinkan;

30. Menimbang, bahwa karena unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 363

ayat (1) ke-3 dan ke-5 KUHP telah terbukti, maka Hakim berpendapat

bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang didakwakan kepada

Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan oleh karenanya

harus dipidana;

31. Menimbang, bahwa berdasarkab Penelitian Kemasyarakatan dan

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Kantor Wilayah Jawa

Tengah Balai Permasyarakatan (BAPAS) Semarang terhadap

Terdakwa, tertanggal 9 Juli 2010 memberikan kesimpulan sebagai

berikut:

a. klien (Nur Rohman bin Sugiyono) berusia 14 tahun 2 bulan,

tersangka pencurian PS2 di rumah/ rental PS milik Nugroho

Widianto (Psl 363 KUHP). Klien tidak ditahan tetapi menjalani

wajib lapor di Polsek Tingkir setiap hari senin dan kamis;

b. klien anak putus sekolah, ekonomi orang tuanya tergolong miskin

dan berpendidikan rendah sehingga berpengaruh terhadap

pengawasan klien;

c. motif klien mencuri PS2 karena ingin memiliki dan dipergunakan

untuk bermain sendiri;

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

54

d. klien baru pertama kali berurusan dengan aparat penegak hukum,

telah menyesali perbuatannya dan berjanji tidak mengulangi lagi;

e. orang tua klien dan pamong setempat berharap masalah klien cepat

selesai serta klien mau belajar dari kasus ini. Proses hukum yang

sedang dijalani klien diharapkan bisa membuat klien jera dan tidak

mengulangi perbuatannya lagi. Mereka juga berharap klien diberi

keringanan hukuman;

f. dari kesimpulan di atas kami selaku Pembimbing Kemasyarakatan

memberikan saran klien dipidana bersyarat dalam Bimbingan Bapas

Klas I Semarang dan instansi terkait.

32. Menimbang, bahwa terhadap tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang

menuntut Terdakwa selama 2 (dua) bulan, Hakim berpendapat tuntutan

tersebut terlalu berat karena tidak sesuai dengan perbuatannya,

mengingat Terdakwa masih anak-anak dan Terdakwa telah menyesali

perbuatannya;

33. Menimbang, bahwa disamping itu maksud dan tujuan pemidanaan saat

ini adalah bukan upaya balas dendam atas perbuatan Terdakwa

melainkan sebagai upaya pembinaan agar Terdakwa menyadari

kekeliruannya dan memeperbaiki dirinya menjadi lebih baik

dikemudian hari;

34. Menimbang, bahwa terhadap diri Terdakwa terdapat kemampuan

bertanggung jawab atas perbuatannya dan tidak terdapat alasan pemaaf

ataupun pembenar yang dapat menghapuskan sifat melawan hukum atas

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

55

perbuatannya, oleh karenanya sudah sewajarnya apabila kepada

Terdakwa dijatuhi pemidanaan yang sesuai dan setimpal dengan

kesalahannya;

35. Menimbang, bahwa ada alasan yang sah untuk memerintahkan setelah

putusan ini dijatuhkan, Terdakwa untuk ditahan;

36. Menimbang, bahwa barang bukti yang diajukan dalam perkara ini

merupakan barang milik saksi Nugroho yang keberadaannya di tangan

Terdakwa tanpa seijin pemikiknya, maka barang bukti tersebut haruslah

dikembalikan kepada pemiliknya yaitu saksi Nugroho Widianto;

37. Menimbang, bahwa dikarenakan Terdakwa terbukti bersalah, maka

kepadanya dibebankan pula untuk membayar biaya perkara;

38. Menimbang, bahwa sebelum putusan ini dijatuhkan, maka perlu

dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang

meringankan Terdakwa.

Ada tiga unsur yang harus selalu diperhatikan dalam menegakkan

hukum yaitu: yuridis (kepastian hukum), filosofis (keadilan) dan sosiologis

(kemanfaatan). Demikian juga putusan hakim untuk menyelesaikan suatu

perkara yang diajukan di Pengadilan, bahwa putusan yang baik adalah yang

memperhatikan tiga nilai unsur yaitu yuridis (kepastian hukum), filosofis

(keadilan) dan sosiologis (kemanfaatan)1. Ketiga unsur di atas harus

mendapat perhatian secara proposional dan seimbang.

1 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty, 1991:134

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

56

B. ANALISIS

1. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Proses Penjatuhan Pidana

terhadap Anak pada Perkara No.08/PID.A/AN/2010/PN.SAL

berdasarkan Tinjauan Yuridis

Yuridis (kepastian hukum) menekankan agar hukum atau

peraturan itu ditegakan sebagaimana yang diinginkan oleh bunyi

hukum/ peraturannya. Faktor yuridis didasarkan atas fakta-fakta

hukum yang terungkap di persidangan. Fakta-fakta hukum diperoleh

selama proses persidangan yang didasarkan pada kesesuaian dari

keterangan saksi, keterangan terdakwa mapun barang bukti yang

merupakan satu rangkaian. Fakta hukum ini oleh hakim menjadi dasar

pertimbangan yang berhubungan dengan apakah perbuatan seorang

anak telah memenuhi seluruh unsur tindak pidana yang didakwakan

kepadanya. Unsur-unsur ini akan menunjukkan jenis pidana yang telah

dilakukan si anak. Selain itu faktor yuridis ini juga berkaitan dengan

berat ringannya pidana yang dijatuhkan serta lamanya ancaman pidana.

Dalam kasus pencurian yang dilakukan oleh terdakwa Nur

Rohman bin Sugiyono, sebagaimana diketahui bahwa hakim telah

menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa selama 1 (satu) bulan.

Berdasarkan landasan yuridis, menurut penulis penjatuhan pidana

terhadap terdakwa kurang tepat. Pidana penjara yang diberikan oleh

hakim terhadap terdakwa menunjukkan bahwa hakim dalam

memutuskan perkara lebih mengacu pada Pasal 22 UU No3 Th 1997

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

57

tentang Peradilan Anak. Penjatuhan penjara ini menunjukkan bahwa

pidana hanya dipandang sebagai usaha untuk menanggulangi kejahatan,

bahkan terkadang pemidanaan dipandang sebagai pembalasan. Hal ini

terlihat dari dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana

penjara lebih mengarah pada hal-hal yang memberatkan setiap perkara

anak nakal yakni bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh anak cukup

meresahkan masyarakat. Padahal semestinya hakim perlu juga

mempertimbangkan secara bijak hal-hal yang dapat meringankan

terdakwa seperti dalam kasus ini adalah bahwa terdakwa bersikap sopan

dan mengakui terus terang perbuatannya sehingga melancarkan

jalannya persidangan, terdakwa belum pernah dihukum sebelumnya,

dan terdakwa masih muda usianya sehingga diharapkan bisa

memperbaiki perilakunya kelak di kemudian hari.

Sesungguhnya dalam pembangunan hukum pidana positif

Indonesia, selain sanksi Pidana memang telah diakui keberadaan sanksi

Tindakan, walaupun dalam KUHP menganut Single Track System yang

hanya mengatur tentang satu jenis saja yaitu sanksi Pidana (Pasal 10

KUHP). Pengancaman sanksi Tindakan dalam UU No.3 Tahun 1997

menunjukkan bahwa ada sarana lain selain pidana sebagai sarana dalam

penanggulangan kejahatan. Jika fokus sanksi pidana tertuju pada

perbuatan salah seorang lewat pengenaan penderitaan (agar yang

bersangkutan menjadi jera); maka fokus sanksi tindakan terarah pada

upaya memberi pertolongan agar dia berubah. Jika sanski pidana

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

58

bertujuan memberi penderitaan istimewa kepada pelanggar supaya ia

merasakan akibat perbuatannya. Selain ditujukan kepada pengenaan

penderitaan terhadap pelaku, sanski pidana juga merupakan bentuk

pernyataan pencelaan terhadap perbuatan si pelaku. Sedangkan sanksi

tindakan tujuannya lebih bersifat mendidik. Jika ditinjau dari sudut

teori-teori pemidanaan, maka sanksi tindakan merupakan sanksi yang

tidak membalas. Ia semata-mata ditujukan pada prevensi khusus, yakni

melindungi masyarakat dari ancaman yang dapat merugikan

kepentingan masyarakat itu.

Sehubungan dengan pemahaman tersebut di atas, berdasar pada

UU No3 Th 1997 tentang Peradilan Anak, akan lebih baik jika hakim

dalam memutuskan perkara pencurian yang dilakukan terdakwa lebih

mengacu kepada Pasal 24 ayat (1) yakni dengan memberikan tindakan

berupa: (a) mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh,

(b) menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan,

pembinaan dan latihan kerja atau, (c) menyerahkan kepada Departemen

Sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak di bidang

pendidikan, pembinaan dan latihan kerja.

Hakim juga semestinya dalam memutuskan perkara pencurian

yang dilakukan terdakwa perlu memperhatikan Pasal 45 KUHP yaitu

bahwa dalam hal penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa

yang berumur di bawah enam belas tahun karena melakukan suatu

perbuatan, hakim dapat menentukan: memerintahkan supaya yang

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

59

bersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, watinya atau

pemeliharanya, tanpa dikenakan suatu pidana apa pun; atau

memerintahkan supaya yang bersalah itu diserahkan kepada pemerintah

tanpa pidana apa pun.

Mengingat anak yang bersinggungan dengan hukum, tidak

hanya sebagai pelaku tetapi juga korban (victimogen) atas perbuatan

yang dilakukan, maka hakim dalam memutus perkara anak harus

memahami dengan benar kedudukan anak tersebut, sehingga putusan

yang dijatuhkan semata-mata demi untuk kepentingan anak (the best

interest of child).

Penjatuhan sanksi terhadap anak yang melakukan tindak pidana

haruslah diperlakukan berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu

perlu diperhatikan pendekatan khusus dalam menangani anak. Disini

hakim sebaiknya tidak terburu-buru memandang anak yang melakukan

tindak pidana tersebut sebagai seorang penjahat, hakim juga sebaiknya

memikirkan bentuk hukuman yang sifatnya mendorong perbaikan

dalam diri anak dan dapat mewujudkan kesejahteraan anak. Putusan

hakim tidak boleh sekedar memenuhi formalitas hukum, apalagi

sekedar memelihara ketertiban, menanggulangi kejahatan, atau bahkan

sebagai bentuk pembalasan. Dengan demikian putusan pidana penjara

terhadap terdakwa dalam kasus pencurian sebagaimana tertuang pada

Perkara No.08/PID.A/AN/2010/PN.SAL menurut penulis kurang tepat.

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

60

Oleh karena itu ada baiknya pendekatan yang digunakan oleh

hakim dalam memutuskan perkara pencurian yang dilakukan oleh anak

bisa mengacu pada pendapat Muladi dan Barda Nawawi Arief sebagai

berikut:2

a. Anak yang melakukan tindak pidana/kejahatan (juvenile offender)

jangan dipandang sebagai seorang penjahat (criminal), tetapi harus

dilihat sebagai orang yang memerlukan bantuan, pengertian dan kasih

sayang.

b. Pendekatan yuridis terhadap anak hendaknya lebih mengutamakan

pendekatan persuasif-edukatif dan pendekatan kejiwaan (psikologis)

yang berarti menghukum, yang bersifat degradasi mental dan

penurunan semangat (discouragement) serta menghindari proses

stigmatisasi yang dapat menghambat proses perkembangan,

kematangan dan kemandirian anak dalam arti yang wajar.

Hukum memang pada dasarnya bersifat normatif dan setiap

aturannya dibuat untuk mengatur masyarakat dan hukum harus

dijalankan sebagaimana mestinya keberlakuan hukum tersebut. Tetapi

selain mengedepankan pertimbangan normatif, seharusnya hukum juga

mempertimbangkan faktor bahwa terdakwa adalah anak dibawah umur.

Karena biar bagaimanapun juga anak yang melakukan tindak pidana

tetaplah seorang anak yang dalam melakukan sesuatu mereka lebih

mengedepankan perasaan daripada logika. Dan hal ini membuat

2 Muladi dan Barda Nawawi, Teori‐Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni, 1984 : 2

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

61

mereka terkadang tidak mengerti akibat apa yang akan mereka dapatkan

dari perbuatan yang telah mereka lakukan. Sehingga, hukum

seharusnya bisa berlaku lebih fleksibel agar tidak terkesan kaku dan

menjadi alat penguasa untuk memenuhi kepentingannya.

Kepastian hukum harus ditegakkan agar tidak timbul keresahan.

Tetapi terlalu menitikberatkan pada kepastian hukum atau dengan kata

lain terlalu ketat mentaati hukum akibatnya akan kaku dan akan

menimbulkan rasa ketidakadilan. Dengan demikian meskipun sanksi

pidana penjara terhadap anak dapat saja dipilih oleh hakim dalam

mengambil keputusan, namun alangkah baiknya seorang hakim juga

harus melihat kemanfaatan penahanan tersebut dari sisi filosofis (nilai-

nilai keadilan) dan dari sisi sosiologis (kemasyarakatan) baik untuk si

anak selaku terdakwa maupun untuk masyarakat, hal ini karena

terdakwa juga mempunyai hak atas keadilan.

2. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Proses Penjatuhan Pidana

terhadap Anak pada Perkara No.08/PID.A/AN/2010/PN.SAL

berdasarkan Tinjauan Filosofis

Suatu kaidah hukum dapat dikatakan berlaku secara filosofis

apabila kaidah itu sesuai atau tidak bertentangan dengan cita-cita

hukum suatu masyarakat sebagai nilai positif tertinggi dalam falsafah

hidup masyarakat itu. Dalam hal falsafah hidup masyarakat Indonesia,

yang dijadikan ukuran tentunya adalah falsafah Pancasila yang dalam

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

62

studi hukum dikenal sebagai sumber dari segala sumber hukum dalam

konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di

Indonesia.3 Penjabaran nilai-nilai Pancasila di dalam hukum

mencerminkan suatu keadilan yang diinginkan oleh masyarakat

indonesia.

Nilai dasar keadilan juga harus ada dalam sebuah putusan hakim

bersamaan dengan adanya kepastian hukum karena orang-orang yang

berperkara di pengadilan datang untuk mencari sebuah keadilan tidak

hanya kemenangan dalam siding semata. Hakim sebagai pembuat

keputusan tidak dapat hanya langsung mengambil dari Undang-Undang

(hakim menjadi corong Undang-Undang) tapi hakim harus

menggunakan perasaan dan hati nuraninya di dalam memutuskan

sebuah perkara karena dengan adanya keadilan berbarengan dengan

kepastian hukum maka hukum di Indonesia dapat ditegakkan dengan

seadil-adilnya.

Hukum dilaksanakan bertujuan untuk mencapai keadilan,

sehingga dalam penegakkan hukum hendaknya memberikan rasa

keadilan bagi masyarakat. Meskipun sebenarnya rasa keadilan itu

sendiri bersifat subyektif dan individualistis.

Dalam kasus pencurian yang dilakukan oleh terdakwa Nur

Rohman bin Sugiyono, sebagaimana diketahui bahwa hakim telah

menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa selama 1 (satu) bulan.

3 Jimly Assiddiqie, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia : Studi tentang Bentuk-Bentuk Pidana

dalam Tradisi Hukum Fiqh dan relevansinya Bagi Usaha Pembaharuan Hukum KUHP Nasional,

Bandung:Angkasa, 1995 : 12

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

63

Berdasarkan landasan filosofis, menurut penulis penjatuhan pidana

terhadap terdakwa kurang tepat. Unsur keadilan bagi terdakwa

sepertinya kurang mendapatkan perhatian dari Hakim dalam

menjatuhkan putusannya tersebut. Setidaknya keadilan legal (legal

justice), keadilan moral (moral justice) dan keadilan sosial (social

justice) tidak diperoleh terdakwa dalam kasus ini.

Keadilan legal (legal justice) merujuk pada keadilan yang sesuai

dengan hukum. Pandangan ini dapat dilihat dari peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan dari putusan hakim pengadilan yang

mencerminkan keadilan hukum negara dalam bentuk formal. Akan

tetapi adil tidaknya suatu peraturan perundang-undangan atau putusan

hakim sangat pula ditentukan oleh representasi keadilan moral (moral

justice) dan keadilan sosial (social justice), sebagai dua sudut pandang

yang lain melihat keadilan itu sendiri. Dalam kasus anak nakal seperti

dalam kasus yang diamati dalam penelitian ini, tampaknya kurang adil

jika atas perbuatannya, terdakwa harus menerima sanksi pidana penjara,

disaat masih ada pilihan bentuk sanksi tindakan yang juga secara legal

tercantum dalam peraturan perundan-undangan dalam hal ini khususnya

Pasal 10 KUHP dan Pasal 24 ayat (1) UU No3 Th 1997 tentang

Peradilan Anak.

Keadilan moral (moral justice) tidak lain dari keadilan yang

berdasarkan moralitas yang berbicara tentang baik dan buruk. Moralitas

dapat dilihat dari berbagai sumber seperti kriminologi maupun

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

64

psikologi. Dari sisi kriminologi, seseorang yang tidak tunduk pada

hukum (termasuk dalam terdakwa dalam kasus pencurian) bukan hanya

karena ia tidak mengetahui peraturan perundang-undangan, tetapi juga

karena faktor-faktor yang mempengaruhi dirinya. Salah satu

argumentasi adalah bahwa seseorang bisa melanggar hukum karena

lingkungan pergaulan mendorongnya untuk melakukan kejahatan.

Dalam kasus anak nakal seperti dalam kasus yang diamati dalam

penelitian ini, seringkali motif kejahatan yang dilakukan lebih

disebabkan oleh faktor di luar diri anak, seperti pengaruh lingkungan

pergaulan, keluarga, sekolah, hingga tuntutan gaya hidup di lingkungan

pertemanan. Dengan demikian tampaknya kurang adil jika atas

perbuatannya, terdakwa harus menerima sanksi pidana penjara, disaat

masih ada pilihan bentuk sanksi tindakan yang dapat lebih mendidik

moral anak tersebut. Dari sisi psikologis, hakim semestinya perlu

memiliki pemahaman terhadap psikologis anak, tidak saja pada saat

anak melakukan suatu tindak pidana namun hakim juga harus

memahami anak nakal dari suatu perspektif psikologi anak setelah

dipidana. Persepsi hakim dalam memahami psikologis anak setelah

anak tersebut dijatuhi pidana sangat perlu untuk diperhatikan. Perhatian

ini berhubungan dengan dampak atau akibat yang ditimbulkan terhadap

anak setelah anak tersebut dipidana dari segi kejiwaan/ psikis. Jika

hakim tidak memperhatikan perkembangan jiwa anak setelah

menjalani pidana maka dikhawatirkan perkembangan jiwa anak tidak

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

65

semakin baik melainkan semakin buruk. Dengan demikian tampaknya

kurang adil jika atas perbuatannya, terdakwa harus menerima sanksi

pidana penjara, disaat masih ada pilihan bentuk sanksi tindakan yang

tidak memberikan dampak buruk bagi perkembangan jiwa anak

tersebut.

Terkait dengan keadilan sosial (social justice), hakim

seharusnya menyadari bahwa ia tidak hidup di singgasana melainkan

hidup bersosialisasi dengan masyarakat lingkungannya yang bersifat

heterogen. Oleh karenanya sudah sepatutnya hakim wajib menggali

nilai-nilai hukum yang hidup di masyarakat. Dengan demikian hakim

dalam menegakkan hukum positif dapat mewujudkan keadilan sosial,

sehingga putusan hakim dalam perkara tindak pidana anak berdimensi

memberikan keadilan bagi kepentingan anak tersebut, juga kepada

lingkungan sosialnya termasuk orang tua, wali atau orang tua asuhnya

serta masyarakat sekitarnya. Putusan yang adil itu tentunya akan dapat

mempengaruhi tumbuh kembang dari anak selaku terdakwa demi masa

depan perkembangan intelektual, sosial dan emosionalnya. Dengan

kata lain, putusan hakim yang memenuhi unsur keadilan sosial maka

akan menjamin perlindungan hak anak tanpa mengesampingkan

kepastian hukum, sehingga supremasi hukum tetap ditegakkan terhadap

anak sehingga kelak ia bisa berguna bagi bangsa dan negara guna

meraih tujuan bernegara yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Dengan demikian dalam kasus pencurian yang dikaji dalam

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

66

penelitian ini, tampaknya kurang adil jika atas perbuatannya, terdakwa

harus menerima sanksi pidana penjara, disaat masih ada pilihan bentuk

sanksi tindakan yang dapat saja lebih mencerminkan unsur keadilan

sosial.

Penjatuhan pidana penjara yang kurang selektif atau

mengabaikan asas ultimum remedium bertentangan dengan ketentuan

ketentuan dalam The Riyadh Guidelines yang menyatakan bahwa

pidana penjara hanya dapat dijatuhkan berdasarkan pertimbangan

bahwa orang tua anak tersebut tidak dapat memberikan jaminan

perlindungan. Selain itu diperlukan pemahaman yang baik dari hakim

akan filosofi pemidanaan anak. Jika filosofi pemidanaan anak

dipahami secara benar oleh hakim anak, diantisipasi penjatuhan pidana

penjara terhadap anak nakal dapat dieliminasi.

Pada akhirnya, terkait dengan dasar filosofis ini alangkah

baiknya jika hakim perlu mengingat bahwa penafsiran terhadap kaedah

hukum ditujukan untuk mencapai tujuan hukum yaitu terciptanya

keadilan dalam masyarakat. Tuntutan keadilan yang diajukan

masyarakat agar penerapan hukum sesuai dengan apa yang dianggap

adil oleh masyarakat dalam setiap kasus pidana di depan hakim. Ini

biasanya terkait dengan situasi konkrit dan kondisi sosial setempat.

Masyarakat tidak akan menilai menurut prinsip-prinsip abstrak sebagai

dirumuskan hukum, melainkan menurut apa yang dalam situasi konkrit

terasa adil. Jadi tuntutan keadilan disini agar hakim mempunyai

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

67

kebebasan penuh untuk memperhatikan semua unsur konkrit dalam

kasus yang dihadapi.

Dapat saja putusan hakim sesuai dengan norma-norma hukum,

tapi tidak sesuai dengan keadilan menurut pandangan masyarakat.

Dalam kondisi dan situasi demikian maka hakim hendaklah

membebaskan diri pengaruh tekanan baik yang datang dari pemerintah,

maupun pejabat pembuat undang – undang serta pada rasa keadilan

yang dirumuskan waktu itu, yaitu apa yang dirasakan adil menurut

perasaan keadilan hakim itu sendiri.

3. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Proses Penjatuhan Pidana

terhadap Anak pada Perkara No.08/PID.A/AN/2010/PN.SAL

berdasarkan Tinjauan Sosiologis

Nilai sosiologis menekankan kepada kemanfaatan bagi

masyarakat. Masyarakat mengharapkan bahwa pelaksanaan hukum

harus memberi manfaat, hukum dibuat adalah untuk manusia, maka

dalam melaksanakan hukum jangan sampai justru menimbulkan

keresahan dalam masyarakat.4

Putusan hakim juga harus memenuhi unsur nilai dasar

kemanfaatan dalam putusan hakim karena putusan hakim selain

memenuhi unsur kepastian hukum dan keadilan juga harus bermanfaat

bagi seluruh pihak dan tidak berpihak kepada siapapun sehingga dapat

4 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta, Liberty, 1991

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

68

dijadikan referensi oleh hakim lain untuk memutuskan suatu perkara

dalam materi yang sama (yurisprudensi).

Dasar sosiologis berguna untuk mengkaji latar belakang sosial

mengapa seorang anak melakukan suatu tindak pidana. Dasar

pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi terhadap anak nakal ini,

diperoleh dari laporan kemasyarakatan yang didapat dari BAPAS.

Laporan kemasyarakatan ini berisikan mengenai data individi anak,

keluarga, pendidikan dan kehidupan sosial serta kesimpulan dari

pembimbing kemasyarakatan. Dalam Undang-Undang Pengadilan

Anak, pembacaan laporan kemasyarakatan ini telah diatur dalam Pasal

56 UU No3 Th 1997, sehingga laporan kemasyarakatan ini menjadi

pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi. Faktor sosiologis ini

menjadi juga menjadi dasar pertimbangan hakim akan pengaruh bentuk

sanksi yang dijatuhkan di masa yang akan datang terhadap anak nakal,

sehingga bentuk sanksi yang diambil akan dipertimbangankan matang-

matang.

Dalam kasus pencurian yang dilakukan oleh terdakwa Nur

Rohman bin Sugiyono, sebagaimana diketahui bahwa hakim telah

menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa selama 1 (satu) bulan.

Berdasarkan landasan sosiologis, menurut penulis penjatuhan pidana

terhadap terdakwa kurang tepat. Hal ini terlihat dimana hakim bisa

dikatakan kurang mempertimbangkan dengan baik hasil penelitian

kemasyarakatan dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

69

Kantor Wilayah Jawa Tengah Balai Pemasyarakatan (BAPAS)

Semarang terhadap terdakwa dalam mengambil keputusannya.

Beberapa poin dalam hasil penelitian BAPAS Semarang yang dapat

saja tidak dipertimbangan secara baik oleh hakim diantaranya: (a) klien

tidak ditahan tetapi menjalani wajib lapor di Polsek Tingkir setiap hari

Senin dan Kamis, (b) klien baru pertama kali berurusan dengan aparat

penegak hukum, telah menyesali perbuatannya dan berjanji tidak

mengulangi lagi, (c) motif klien mencuri PS2 karena ingin memiliki dan

dipergunakan untuk bermain saja, (d) Orang tua berharap agar klien

diberi keringanan hukuman.

Dalam kenyataannya, anak pidana yang ditempatkan di lembaga

pemasyarakatan dapat menimbulkan resiko yang besar bagi anak.

Mengingat bahwa kondisi di Lembaga Pemasyarakatan, baik sarana

dan prasarananya sangat kurang. Lembaga Pemasyarakatan menjadi

tempat berkumpulnya para narapidana yang melakukan berbagai

macam kejahatan. Dengan demikian, akan sangat berbahaya bagi anak

nakal yang dikumpulkan menjadi satu di tempat seperti itu.

Seharusnya, pemberian pidana penjara merupakan upaya

terakhir atau ultimum remedium dan berorientasi pada kesejahteraan

anak. Pemberian pidana walaupun dalam jangka waktu pendek dapat

memberikan dampak yang buruk kepada pelaku dalam hal ini anak

yang harus dilindungi kepentingannya (masa depan anak). Setidaknya

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

70

ada dua dampak buruk yang harus ditanggung anak sebagai dampak

dari putusan pidana penjara yang diberikan oleh hakim, yaitu:

1. Dehumanisasi

Yaitu proses pengasingan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap

mantan narapidana (anak). Dehumanisasi hakikatnya merupakan

penolakan terhadap kehadiran seorang mantan narapidana baik secara

psikis maupun secara sosiologis. Dengan demikian, dehumanisasi akan

menempatkan mereka dalam keterasingan terhadap lingkungannya.

2. Stigmatisasi

Stigmatisasi pada dasarnya merupakan pemberian label atau cap jahat

kepada mereka yang pernah mengalami penerapan pidana khususnya

pidana perampasan kemerdekaan. Dalam konteks masyarakat,

stigmatisasi tidak dapat dihindarkan, mengingat kultur masyarakat yang

tidak begitu bersahabat dengan mantan narapidana. Stigmatisasi oleh

masyarakat justru seringkali menjadi social punishment yang jauh lebih

berat ketimbang pidana yang diberikan oleh lembaga pengadilan, sebab

stigmatisasi biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama,

bahkan seumur hidupnya.

Melihat dampak negatif di atas, maka hakim yang diminta oleh

UU Pengadilan Anak yang diyakini lebih memahami segala hal ikhwal

anak, seharusnya tidak begitu saja menjatuhkan pidana penjara yang di

dalam aturan positif Indonesia adalah sebagai upaya yang terakhir.

Terkait kasus anak nakal, hakim sebaiknya harus lebih bijak melihat

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/3/T1_312006025_BAB II… · HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS . A. Gambaran Tentang Kasus Dalam

71

bahwa putusan yang diberikan semata-mata memperhatikan

kepentingan yang terbaik bagi anak sebagai asas yang mendasar yang

berlau universal terhadap anak yang berkonflik dengan hukum. Hal

tersebut mengingat dampak negatif pidana perampasan kemerdekaan

yang dapat menghambat perkembangan fisik, psikis, dan sosial anak.