bab iii hasil dan pembahasan gambaran umum lokasi...

46
91 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam proses sertifikasi halal dan labelisasi, lembaga yang berwenang dalam terhadap hal ini adalah BPOM yang mencakup produk aman dan LPPOM MUI yang mencakup produk halal. Dua kelembagaan tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 1. Gambaran Umum BPOM Surabaya Balai Besar POM di Surabaya merupakan salah satu Unite Pelaksana Teknis (UPT) Badan POM yang dibentuk berdasarkan SK Kepala Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tanggal 17 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan 41 . Balai Besar POM di Surabaya berada di Provinsi Jawa Timur tepatnya di Jl. Karangmenjangan No. 20 dan 22 Surabaya. Untuk kelembagaan mengenai BPOM yang mencakup sejarah pembentukannya dan struktur organisasi akan dijelaskan sebagai berikut: a. Sejarah Pembentukan BPOM Sebagai tindak lanjut terbentuknya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), maka telah ditetapkan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM melalui Keputusan Kepala Badan POM No: 05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan 41 Balai Besar POM Surabaya, Profil Balai Besar POM di Surabaya, hal.3

Upload: vanthuy

Post on 21-Jul-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

91

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dalam proses sertifikasi halal dan labelisasi, lembaga yang berwenang

dalam terhadap hal ini adalah BPOM yang mencakup produk aman dan

LPPOM MUI yang mencakup produk halal. Dua kelembagaan tersebut akan

dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Gambaran Umum BPOM Surabaya

Balai Besar POM di Surabaya merupakan salah satu Unite

Pelaksana Teknis (UPT) Badan POM yang dibentuk berdasarkan SK

Kepala Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tanggal 17 Mei 2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan

Pengawas Obat dan Makanan41. Balai Besar POM di Surabaya berada di

Provinsi Jawa Timur tepatnya di Jl. Karangmenjangan No. 20 dan 22

Surabaya. Untuk kelembagaan mengenai BPOM yang mencakup sejarah

pembentukannya dan struktur organisasi akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Sejarah Pembentukan BPOM

Sebagai tindak lanjut terbentuknya Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM), maka telah ditetapkan Unit Pelaksana Teknis di

lingkungan Badan POM melalui Keputusan Kepala Badan POM No:

05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan

41 Balai Besar POM Surabaya, Profil Balai Besar POM di Surabaya, hal.3

92

Makanan setelah mendapat persetujuan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara No: 119/M.Pan/5/2001 tahun 2001. Keputusan

Kepala Badan POM ini memuat penyempurnaan organisasi dan tata

kerja BPOM menjadi Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM

yang terdiri dari Balai Besar POM.

Menyadari akan pentingnya tugas dan tanggungjawab Badan

Pengawas Obat dan Makanan, Unit Pelaksana Teknis (UPT) di

provinsi dalam hal ini Balai Besar POM membantu pelaksanaan setiap

program, diantaranya regulasi/pengaturan; standarisasi mutu,

keamanan dan kemanfaatan bahan baku dan produk jadi; standarisasi

dan pedoman sarana produksi, distribusi dan ritel; pedoman cara

produksi dan distribusi yang baik, penilaian dan evaluasi terhadap

mutu, keamanan, khasiat/kemanfaatan semua produk sebelum

diedarkan; sampling dan pengujian produk beredar; monitoring efek

samping produk; penelitian obat dan makanan; sertifikasi;

inspeksi/pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan ritel; penyidikan

pelanggaran pidana di bidang obat dan makanan; penindakan;

penilaian dan pemanfaatan iklan obat dan makanan; public warning;

informasi/penyuluhan/edukasi kepada publik, yang pada akhirnya

diharapkan dapat memberikan jaminan perlindungan dan keselamatan

masyarakat dari peredaran produk obat, alat kesehatan, obat

tradisional, produk komplemen dan kosmetika yang tidak memenuhi

93

syarat serta penyalahgunaan produk obat dan bahan berbahaya atau

sejenisnya.

b. Struktur Organisasi BPOM

Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah sebuah

lembaga unit pelayanan pengaduan konsumen yang juga dapat

digunakan oleh konsumen ketika mereka merasa dirugikan oleh

pelaku usaha. Hal ini dikarenakan BPOM merupakan salah satu

lembaga yang memiliki tugas untuk mengawasi atau memberikan

pengawasan terhadap peredaran produk makanan ataupun obat-obatan

yang diedarkan dan diperdagangkan oleh pelaku usaha42.

Struktur organisasi disusun berdasarkan Keputusan Kepala

BPOM No: 05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

Kepala BPOM No. 14 Tahun 201443.

Struktur Organisasi Balai Besar POM di Surabaya terdiri dari

Sub Bagian Tata Usaha, Bidang Pengujian Terapetik, Narkotika,

Psikotropik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen,

Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya, Bidang Pengujian

Mikrobiologi, Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan, Bidang Sertifikasi

42 Eli Wuria Dewi, Hukum Perlindungan Konsumen, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015, hlm. 119-120 43 Keputusan Kepala Balai Besar POM di Surabaya No. HK.04.970.05.15.2701 tentang Penetapan Rencana Strategis Balai Besar POM tahun 2015-2019, hlm 5

94

dan Layanan Informasi Konsumen, serta kelompok jabatan

fungsional.

95

Struktur Organisasi

Badan Pengawas Obat dan Makanan Surabaya

Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

IGN Bagus Kusuma Dewa, S. Si, Apt, MPPM

Kabid. Pengujian

Pangan dan

Bahan Berbahaya

Dra. Edi

Kusumastuti, Apt

Kabid. Pengujian Terapetik, Napza,

OT, Kosm dan Prod. Komplemen

Dra. Endah Setijowati, Apt

Kabid. Pengujian

Mikrobiologi

Dra. Puryani

Kabid Sertifikasi dan Layanan

Informasi Konsumen

Dra. Retno Chatulistiani P, Apt

Kepala Seksi Sertifikasi

Dra. Any Koosbudiwati, Apt

Kelompok jabatan Fungsional

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Meliza Miranda Widiasari, S. Si, Apt

Kabid. Pemeriksaan dan

Penyidikan

Dra. Retno Kurpaningsih, Apt

Kepala Seksi Pemeriksaan

Joni Edrus Setiawan, S. si, Apt

Kepala Seksi Layanan

Informasi Komsumen

Dra. Lindawati, Apt

Kepala Seksi

Penyidikan

Dra. Siti Amanah, Apt

Sumber data: BPOM Surabaya

96

Tugas pokok dan fungsi masing-masing bidang dan sub bagian

dijabarkan sebagai berikut44:

1. Bidang Pengujian Terapetik, Narkotika, Psikotropik, Obat

Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen

Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan

program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di

bidang produk terapetik, narkotik, psikotropika dan zat adiktif lain,

obat tradisional, kosmetika dan produk komplemen.

2. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya

Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan

program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di

bidang pangan dan bahan berbahaya.

3. Bidang Pengujian Mikrobiologi

Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan

program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

secara mikrobiologi.

4. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan

program serta evaluasi dan penyusunan laporan pemeriksaan

44 Balai Besar POM di Surabaya, Laporan akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011, hlm 6

97

setempat, pengambilan contoh untuk pengujian dan pemeriksaan

sarana produksi, distribusi dan instansi kesehatan serta penyidikan

kasus pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika,

produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

5. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen

Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan

program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu dan

layanan informasi konsumen.

6. Sub Bagian Tata Usaha

Mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan

administrasi di lingkungan Balai Besar Pengawas Obat dan makanan

Surabaya.

Bagan diatas menjelaskan mengenai struktur organisasi Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya yang diatur pada

Keputusan Kepala Balai Besar POM di Surabaya No: HK

04.970.05.15.2701 tentang Penetapan Rencana Strategis Balai Besar

POM di Surabaya tahun 2015-2019. Struktur organisasi tersebut

dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan Surat Keputusan Kepala

Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan

Makanan.

98

2. Gambaran Umum LPPOM MUI Surabaya

Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia (LPPOM MUI) merupakan lembaga yang dibentuk oleh

Majelis Ulama Indonesia yang mempunyai fungsi utama melaksanakan

sertifikasi halal. Kelahiran LPPOM MUI berangkat dari kesadaran bahwa

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, utamanya berkaitan

dengan perkembangan bidang teknologi pangan telah menyebabkan

masalah kehalalan menjadi komplek sehingga tidak setiap orang muslim

mampu mengetahuinya. LPPOM MUI Surabaya dibentuk pada tanggal 29

Juni 1995 yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Majelis Ulama

Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur No. 2630/MUI/JTM/95 tanggal 29

Juni 1995. LPPOM MUI di Surabaya berada di Provinsi Jawa Timur

tepatnya di Jl. Dharmahusada No. 05 Surabaya. Untuk kelembagaan

mengenai LPPOM MUI yang mencakup sejarah pembentukannya dan

struktur organisasi akan dijelaskan sebagai berikut

a. Sejarah Pembentukan LPPOM MUI

LPPOM MUI Provinsi Jawa Timur semula bernama Lembaga

Pengujian, Pemantauan, Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan

Kosmetika (LP4OK) MUI Jawa Timur. Dibentuk pada tanggal 29 Juni

1995 yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Majelis Ulama

Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur No. 2630/MUI/JTM/95 tanggal

29 Juni 1995. Ketua Umum LP4OK MUI Jawa Timur yang pertama

adalah Prof. Dr. Ir. H. Tri Susanto, M.App.Sc.

99

Pada tanggal 3 September 1995 nama LP4OK diubah menjadi

LPPOM MUI Provinsi Jawa Timur dengan Keputusan MUI No.

2635/Ch/MUI/JTM/1995 tanggal 3 September 1995, yang

berkedudukan di Jalan Dharmahusada Selatan No. 5 Surabaya. Untuk

mendukung kerja LPPOM MUI Provinsi Jawa Timur, melalui MUI

Provinsi Jawa Timur telah dibuat kesepakatan kerjasama dengan

Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Brawijaya Malang, dan

ITS Surabaya, tertanggal 27 November 2001. Ruang lingkup

kerjasama tersebut meliputi sumberdaya manusia dan sumberdaya

pendukung lain seperti fasilitas laboratorium, antara lain Laboratorium

Biomolekuler Veteriner FKH Unair, Unit Layanan Pengujian Fak.

Farmasi Unair, Lab. Dasar bersama Unair, Lab Kimia dan Fisika

FMIPA Unair, ITS dan UB, Lab. Mikrobiologi Fak. Farmasi Unair

dan FTP UB.

b. Struktur Organisasi LPPOM MUI

LPPOM MUI Surabaya melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya berdasarkan Surat Keputusan dari Dewan Pimpinan Majelis

Ulama Indonesia No: Kep-164/MUI/IV/2003 tentang ketentuan

pembentukan dan lingkup tugas LPPOM MUI Daerah/Provinsi.

LPPOM MUI bekerjasama dengan MUI dalam hal penerbitan

sertifikat halal terhadap produk yang didaftarkan oleh perusahaan

yang berkedudukan di wilayah provinsi. Yang mana MUI

mengeluarkan fatwa halal untuk produk tersebut.

100

Susunan pengurus LPPOM MUI Surabaya dapat digambarkan

sebagai berikut:

Struktur Organisasi

“Pengurus Harian” LPPOM MUI Jawa Timur

Ketua Umum

Prof. Dr. H. Sugijanto, M.S.

Sekretaris Umum

Ainul Yaqin, S.Si., Apt.

Bidang Humas dan Adm.

Dr. R.Y. Perry Burhan

Bidang Keuangan

Yusuf Syah, Drs., M.S.

Bidang Kerjasama

H. Adam Wiryawan, Ir.,

M.S

Bidang Pembinaan

H. Imam Utomo

Bidang Perencanaan dan pengembangan

H. Harjana, Drs, M.Sc.

Sumber data: LPPOM MUI Jawa Timur

101

Rincian tugas Pengurus Harian LPPOM MUI Surabaya adalah

sebagai berikut:

Ketua Umum

1. Membuat kebijakan umum lembaga;

2. Menjaga kesamaan visi dan misi antara MUI Surabaya dengan

LPPOM MUI Surabaya;

3. Membina Hubungan dan kerjasama yang baik dengan LPPOM

MUI Pusat;

4. Membina hubungan baik dengan pihak luar (instansi dan

perusahaan;

5. Pertanggungjawaban seluruh kegiatan lembaga kepada MUI

Surabaya.

Sekretaris Umum

1. Membuat kebijakan operasional lembaga;

2. Bersama dengan pengurus, pengurus harian membuat rencana

kerja dan anggaran biaya (RKAB) tahunan meliputi semua

kegiatan divisi/bidang dan mengawasi pelaksanaannya;

3. Pengurus harian menciptakan tata hubungan kerja (Standart

Operasional Procedure) serta mengawasi pelaksanaannya;

4. Melakukan koordinasi harian tertutama dengan bidang humas dan

administrasi serta bidang keuangan;

5. Membantu ketua umum dalam menyiapkan dan melaksanakan

rapat/pertemuan dengan pihak ekstern(instansi pemerintah) dan

pihak intern (rapat anggaran, RAT, dsb) dan menggantikanya

apabila berhalangan hadir;

6. Bertanggungjawab kepada ketua umum.

102

Bidang Keuangan

1. Membantu ketua umum dalam menyusun kebijakan di bidang

keuangan (termasuk pencarian sumber-sumber dana dan

pengawasan penggunaannya);

2. Menyusun sistem dan prosedur keuangan;

3. Pemegang kas besar lembaga;

4. Memeriksa laporan keuangan lembaga setiap bulan

5. Bertanggungjawab kepada ketua pelaksana harian.

Bidang Humas dan Administrasi

Membantu Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Tahunan

(RKAB) serta mengkoordinasi staf sekretariatan yang mempunyai

tugas sebagai berikut:

1. Bidang Perencanaan dan Pengembangan

a. Membuat RKAB meliputi pekerjaan-pekerjaan yang

berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan lembaga;

b. Membuat database potensi lembaga;

c. Mengefesiensikan dan mengembangkan potensi jaringan

dengan lembaga/instansi;

d. Mengadakan klinik konsultasi bagi konsumen dan produsen.

e. Mencari alternative sponsor bagi kegiatan yang dilaksanakan.

2. Bidang Pelatihan

a. Melakukan pelatihan system manajemen halal baik terhadap

konsumen maupun produsen, serta jenis pelatihan lain dan

upaya pengembangan kualitas SDM internal lembaga, baik

secara regular maupun incidental;

b. Melakukan monitoring dan evaluasi, serta membuat laporan

setiap kali selesai melakukan kegiatan pelatihan dan/atau

upaya pengembangan SDM yang lain;

103

c. Membuat database setiap alumni pelatihan;

d. Mengembangkan media-media dan saranan pelatihan yang

dimiliki lembaga

3. Koordinator Perguruan Tinggi

a. Menjalin dan membina hubungan baik serta meningkatkan

kerjasama dengan perguruan tinggi asal koordinator yang

bersangkutan;

b. Mengkoordinir segala kegiatan yang berada di perguruan

tinggi asal;

c. Dalam pelaksanaan kepentingan tersebut, koordinator

perguruan tinggi dapat meminta bantuan kepada personalia

pengurusan lainnya;

d. Bertanggungjawab kepada ketua pelaksanaan harian

Bagan diatas menggambarkan struktur organisasi LPPOM MUI

Surabaya, yang mana struktur organisasi LPPOM MUI Surabaya diatur

dalam Surat Keputusan Dewan Pimpinan MUI Prov. Jawa Timur No:

Kep-03/MUI/JTM/II/2006. Struktur organisasi LPPOM MUI Surabaya

dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan Surat Keputusan dari Dewan

Pimpinan Majelis Ulama Indonesia No: Kep-164/MUI/IV/2003 tentang

ketentuan pembentukan dan lingkup tugas LPPOM MUI

Daerah/Provinsi.

A. Perlindungan Preventif Terhadap Konsumen Untuk Peredaran Pangan

Yang Aman dan Halal

Upaya perlindungan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap

peredaran pangan yang aman dan halal dalam tahap awal yaitu perlindungan

104

preventif. Dimana perlindungan ini dilakukan pada awal pelaku usaha

mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikat halal maupun label.

Adapun bentuk perlindungan preventif akan dijelaskan secara rinci sebagai

berikut:

1. Perlindungan Preventif Terhadap Konsumen Untuk Peredaran

Pangan Yang Aman dan Halal Oleh LPPOM MUI

Bentuk perlindungan preventif yang dilakukan oleh LPPOM MUI

guna melindungi masyarakat terhadap peredaran produk yang tidak halal

yaitu meliputi sosialisasi yang dilakukan kepada perusahaan, IKM, serta

dinas terkait, pelatihan mengenai system jaminan halal serta dilakukannya

penyeleksian berkas atau dokumen produk yang akan dimintakan

sertifikasi halal oleh pelaku usaha. Berikut penjelasan mengenai

sosialisasi dan proses sertifikasi halal yang dilakukan LPPOM MUI

Surabaya:

a. Sosialisasi

LPPOM MUI mengadakan sosialisasi kepada IKM (Industri

Kecil Menengah) maupun perusahaan. Tujuan diadakannya sosialisasi

adalah untuk memberikan pendidikan dalam wujud kegiatan

penyuluhan dan seminar mengenai pentingnya sertifikasi halal dan

tatacara perolehan sertifikasi halal dari LPPOM MUI. Berdasarkan

data yang diperoleh dari LPPOM MUI Surabaya, kegiatan sosialisasi

yang diadakan pada tahun 2016 sebanyak 20-30 kali. Hal ini

dilakukan mengingat industri kecil dan menengah di wilayah Jawa

105

Timur sangat banyak. Berikut beberapa penyuluhan dan seminar yang

sudah dilakukan oleh LPPOM MUI Surabaya. diantaranya:

1) Pada bulan Mei 2016 dilakukan sosialisasi Sertifikat Halal pada

IKM di bidang pangan di Kediri dalam bentuk kerjasama dengan

Dinas Pemasaran Kabupaten Kediri. Sosialisasi ini bertujuan

agar pemilik IKM mengetahui prosedur dan tata cara pemasaran

produk dengan benar;

2) Pada bulan Agustus 2016 dilakukan sosialisasi Sertifikat Halal

pada IKM di bidang pangan serta melakukan kerjasama dengan

Departemen Agama Kabupaten Sidoarjo mengenai pentingnya

sertifikat halal. Kegiatan ini ditujukan untuk pemilik Industri

Kecil Menengah (IKM) di Sidoarjo;

3) Pada bulan September 2016 dilakukan sosialisasi ke dinas-dinas

yang bekerjasama dengan LPPOM MUI diantaranya Dinas

Perindustrian, Dinas Koperasi, Dinas Perdagangan, Dinas

Kelautan dalam rangka fasilitasi Sertifikasi Halal bagi IKM

dengan materi tentang pengetahuan halal dan tata cara sertifikasi

halal di LPPOM MUI di Surabaya, Sidoarjo, Tulungagung,

Madiun. Kegiatan ini ditujukan untuk pemilik Industri Kecil

Menengah (IKM);

4) Pada bulan November 2016 dilakukan sosialisasi mengenai

produk pangan mana saja yang layak dan halal dipakai untuk

106

dikonsumsi yang bekerjasama dengan Asosiasi Perusahaan Jasa

Boga Jawa Timur;

Kegiatan sosialisasi diatas merupakan wujud dari pelaksanaan

agenda LPPOM MUI sebagaimana yang disepakati dalam Rapat

Kerja LPPOM MUI Surabaya. Hal ini sejalan dengan tugas dan

peranan LPPOM MUI berdasarkan Surat Keputusan Kep-

164/MUI/IV/2003 tentang Lingkup Tugas LPPOM MUI

Daerah/Provinsi yang dijelaskan dalam pasal 1 huruf (a) yaitu

menyebarluaskan informasi kepada masyarakat di daerah tentang

perlunya mengkonsumsi pangan halal, tata cara pemeriksaan pangan

halal dan ketentuan lainnya.

b. Pelatihan oleh LPPOM MUI

Sebelum pelatihan dilakukan, LPPOM MUI akan

mengumumkan akan diadakannya pelatihan melalui media massa

(web LPPOM MUI atau media cetak seperti brosur dan pamflet).

Untuk kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh LPPOM MUI

diadakan selama tiga hari dengan tanggal yang sudah terjadwal,

yaitu:

1) Tanggal 12-14 januari 2016

2) Tanggal 26-18 januari 2016

3) Tanggal 9-11 februari 2016

4) Tanggal 23-25 februari 2016

5) Tanggal 15-17 maret 2016

107

6) Tanggal 29-31 maret 2016

7) Tanggal 12-14 april 2016

8) Tanggal 26-28 april 2016

9) Tanggal10-12 mei 2016

10) Tanggal 31 mei-2 juni 2016

Pelatihan mencakup proses Sistem Jaminan Halal (SJH) saja.

System ini dimaksudkan untuk menjaga konsistensi kehalalan

produk yang dihasilkan.

Pelatihan ini dilaksanakan oleh Bidang Training dan

Sertifikasi Personal LPPOM MUI. Yang dipandu oleh Catur

Prasetyo, S. TP dan dengan narasumber dari tim auditor halal

LPPOM MUI, diantaranya:

1) Ir. Sumunar Jati

2) Ir. Hj. Muti Arintawati, M.Si

3) Dr. Ir. Hj. Mulyorini, M.Si

4) Dr. Ir. H. Muslich, M.Si

5) Prof. Dr. Hj. Purwantiningsih, M.S

6) Prof. Dr. Iwan K Syamsu, M. Sc

7) Ir. Nur Wahid, M. Si

8) Cucu Rina Purwaningrum, S. TP

Dalam rangka memfasilitasi berbagai pihak yang

memerlukan pelatihan SJH, maka LPPOM MUI menyelenggarakan

pelatihan SJH yang dapat diikuti oleh tim manajemen halal atau

108

auditor halal internal perusahaan, komunitas peduli halal (LSM),

perguruan tinggi, serta masyarakat. Dengan jumlah peserta 40 orang

dengan tujuan untuk menjaga efektifitas pelatihan. Jika kuota telah

terpenuhi maka calon peserta yang belum mendapatkan kesempatan

dapat mengikuti pelatihan pada gelombang berikutnya.

Pada tahun 2016, dilakukan pelatihan SJH dengan tujuan

peningkatan kompetensi, pengetahuan, ketrampilan, sikap dan

komitmen terhadap kehalalan produk melalui penerapan SJH sesuai

HAS 23000; mampu untuk merencanakan dan

mengimplementasikan SJH melalui proses manajemen yang efektif

dan efisien serta untuk monitoring dan mengevaluasi penerapan SJH

pada produk yang dihasilkan. Topic yang diangkat pada pelatihan

auditor ini adalah

1) Pengantar Sertifikat halal dan implementasi Sistem Jaminan

Halal;

2) Kebijakan dan prosedur Sertifikasi Halal;

3) Pemahaman terhadap pemenuhan 11 kriteria SJH (HAS

23000:1);

4) Penilaian terhadap penerapan SJH;

5) Penyusunan manual, implementasi dan evaluasi SJH;

6) Studi kasus penerapan SJH di perusahaan.

Hasil yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan yaitu

mendapatkan sertifikat, Buku HAS 23000, CD materi pelatihan, dan

109

modul pelatihan. Sertifikat yang diperoleh dapat digunakan untuk

mendaftar menjadi auditor. Karena salah satu syarat untuk menjadi

auditor halal adalah mempunyai sertifikat pelatihan.

c. Sertifikasi Oleh LPPOM MUI

Sertifikat halal merupakan syarat untuk mendapatkan ijin

pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi

pemerintah yang berwenang. Secara nominal biaya sertifikat halal

sebesar Rp. 2.000.000 sampai Rp. 4.500.000 per jenis produk. Bagi

usaha kecil dan menengah berkisar Rp. 500.000 sampai Rp.

2.000.000, bagi usaha kecil yang tidak mampu, dimungkinkan untuk

mendapat subsidi biaya. Bagi perusahaan yang mempunyai jumlah

merk/nama dagang atau model kemasan yang cukup banyak (di atas 5

macam), dikenakan biaya tambahan sebesar maksimal Rp 100.000

(Seratus ribu rupiah) per merk atau model kemasan. Bagi perusahaan

kecil/menengah yang mempunyai pabrik lebih dari satu akan di

kenakan biaya tambahan sebesar maksimal Rp 500.000. Adapun

rinciannya sebagai berikut:

Tabel 1

Rincian Biaya Sertifikasi

Bentuk usaha Biaya Keterangan

Usaha Besar Rp 4.000.000-Rp 4.500.000 a. Badan usaha berbentuk PT dan CV

b. Luas pemasaran internasional

110

Usaha

menengah

Rp 2.500.000- Rp 3.000.000 a. Badan usaha berbentuk PT, CV dan UD

b. Luas pemasaran secara nasional

Usaha kecil Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 a. Badan usaha berbentuk PIRT

b. Luas pemasaran dibawas 3 provinsi

c. Hanya ada satu tempat produksi

Adapun bagan prosedur penerbitan sertifikat halal oleh LPPOM

MUI beserta penjelasannya sebagai berikut:

111

Prosedur Perolehan Sertifikasi Halal Oleh LPPOM MUI

1

2

9

5

4

3

7

6

8

Sumber data: Website LPPOM MUI

112

Penjelasan:

1. Sebelum produsen mengajukan Sertifikat halal terlebih dahulu harus

mempersiapkan Sistem Jaminan halal

2. Setiap produsen yang mengajukan permohonan sertifikat halal bagi

produknya harus mengisi formulir yang telah disediakan. Formulir

tersebut berisi informasi tentang data perusahaan, jenis dan nama

produk serta bahan yang digunakan serta melengkapi persyaratan

seperti:

a. Fotocopy KTP pemilik/penanggung jawab

b. Fotocopy Surat Ijin Usaha

c. Fotocopy Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)

d. Fotocopy tanda daftar industry (TDI)

e. Fotocopy sertifikat penyuluhan dan sertifikat PIRT khusus untuk

industry rumah tangga

f. Fotocopy MD untuk industry selain industry rumah tangga

g. Fotocopy auditor halal internal

h. Fotocopy sertifikat halal yang akan diajukan (apabila melakukan

perpanjangan)

i. Bagan alir proses produksi untuk seluruh produk yang diajukan

j. Dokumen sertifikat halal/keterangan asal usul/spesifikasi seluruh

bahan yang digunakan dalam proses produksi (bahan baku, bahan

tambahan, bahan penolong)

113

k. Manual halal (pedoman pelaksanaan system jaminan halal

perusahaan) dan penerapamnya mengacu pada panduan

penyusunan SJH LPPOM MUI

l. Fotocopy kemasan seluruh produk

m. Menyerahkan contoh produk

3. Borang yang sudah diisi beserta dokumen pendukungnya

dikembalikan ke sekretariat LPOOM MUI untuk diperiksa

kelengkapannya, dan bila belum memadai perusahaan harus

melengkapi sesuai dengan ketentuan

4. LPPOM MUI akan memberitahukan perusahaan mengenai jadwal

audit. Tim Auditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan/audit

ke lokasi produsen dan pada saat audit, perusahaan harus dalam

keadaan memproduksi produk yang disertifikasi

5. Hasil audit yang belum memenuhi persyaratan diberitahukan kepada

perusahaan melalui audit memorandum.

6. Hasil pemeriksaan/audit dan hasil laboratorium (bila diperlukan)

dievaluasi dalam rapat auditor LPPOM MUI. Jika telah memenuhi

persyaratan, auditor akan membuat laporan hasil audit guna diajukan

pada sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status

kehalalannya

7. Laporan hasil audit disampaikan oleh pengurus LPPOM MUI dalam

Sidang Komisi Fatwa MUI pada waktu yang telah ditentukan

114

8. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika

dianggap belum memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan,

dan hasilnya akan disampaikan kepada produsen pemohon sertifikasi

halal

9. Sertifikat halal dikeluarkan oleh MUI setelah ditetapkan status

kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI

Proses penerbitan sertifikasi halal masih dilakukan oleh LPPOM

MUI, walaupun sudah dikeluarkannya undang-undang terbaru

mengenai jaminan produk halal yang menjelaskan bahwa lembaga yang

mengeluarkan sertifikat halal yaitu BPJPH. Namun dalam

pelaksanaannya masih dilakukan dengan menggunakan ketentuan lama

yang tercantum dalam KMA No. 518 tahun 2001 tentang pedoman dan

tatacara pemeriksaan dan penetapan pangan halal, hal ini dibuktikan

dengan peraturan peralihan UU JPH pada pasal 59 yang menyebutkan

bahwa

“Sebelum BPJPH dibentuk, pengajuan permohonan atau perpanjangan sertifikat halal dilakukan sesuai dengan tata cara memperoleh sertifikat halal yang berlaku sebelum undang-undang ini diundangkan”.

Berdasarkan data dari LPPOM MUI Surabaya, jumlah pelaku

usaha yang mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikat

halal dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut45:

45 Hasil Wawancara dengan Ketua Umum LPPOM MUI Surabaya Bapak Prof. Sugijanto

115

Tabel 2

Produk Yang Disertifikasi Antara Tahun 2012-2016 Di LPPOM MUI Jawa Timur

Tahun Jumlah Pendaftaran

HASIL PENYEBAB

Diterima Ditolak Diterima Diterima

2012 328 (14,2%)

328 (14,4%) -

Telah memenuhi syarat administrasi yaitu syarat kelengkapan dokumen SJH dan syarat prosedur

Tidak memenuhi syarat administrasi yaitu syarat kelengkapan dokumen SJH dan syarat prosedur

2013 389 (16,9%)

378 (16,6%)

11 (45,5%)

2014 401 (17,4%)

401 (17,6%)

-

2015 450 (19,5%)

442 (19,4%)

8 (33,3%)

2016 729 (31,7%)

724 (31,8%)

5 (20,8%)

Jml 2297 2273 24 Sumber: LPPOM MUI Jawa Timur

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat jumlah

pendaftaran untuk memperoleh sertifikat halal mengalami kenaikan

pada tahun 2012-2016. Dibuktikan pada tabel diatas bahwa jumlah

pendaftar paling banyak terjadi pada tahun 2016 dengan presentase

31,7% (729) sedangkan jumlah pendaftar paling sedikit terjadi pada

tahun 2012 dengan presentase sebesar 14,2% (328) dari total

pendaftar sebanyak 2297.

Dari sekian banyak pendaftaran yang dilakukan terdapat

pendaftaran yang diterima dan ditolak. Pertama, pendaftaran diterima

karena syarat administrasi yang berupa kelengkapan data dokumen

SJH dan prosedur telah lengkap. Dibuktikan dengan data diatas

116

bahwa jumlah pendaftaran yang diterima paling banyak terjadi pada

tahun 2016 sebesar 31,8% (724) sedangkan pendaftaran yang diterima

paling sedikit terjadi pada tahun 2012 sebesar 14,4% (328) dari total

keseluruhan sebesar 2273. Kedua, pendaftaran ditolak dengan alasan

karena syarat administrative yaitu syarat kelengkapan dokumen SJH

dan syarat prosedur belum terlengkapi. Paling banyak pendaftaran

ditolak pada tahun 2013 sebesar 45,3% (11) sedangkan paling sedikit

terjadi pada tahun 2016 sebesar 20,8% (5) dari total keseluruhan

sebesar 24 pendaftaran yang ditolak. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa dalam rentang waktu lima tahun jumlah permohonan

pendaftaran mengalami kenaikan dan jumlah pendaftaran yang ditolak

mengalami penurunan.

Berdasarkan data, Jumlah sertifikasi halal di LPPOM MUI

Jawa Timur dan jumlah sertifikasi halal secara nasional tahun 2016

dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

117

Diagram 1

Perbandingan Jumlah Sertifikasi Halal Secara Nasional dan Jawa

Timur Tahun 2016

Sumber data: LPPOM MUI Jawa Timur

Berdasarkan diagram diatas, jika sertifikasi halal yang dikeluarkan

oleh LPPOM MUI Surabaya dibandingkan dengan jumlah sertifikasi

halal yang dilakukan secara nasional maka dapat dikatakan bahwa

produk yang mendapatkan sertifikasi halal di Provinsi Jawa Timur besar.

Dibuktikan dengan jumlah produk pada skala nasional sebesar 169.115

dengan rata-rata tiap provinsi dengan presentase 14% (4473 produk)

sedangkan di Jawa Timur sendiri produk yang telah mendapatkan

sertifikat halal sebesar 14,6% (24.697) produk. Untuk jumlah sertifikat

halal yang dikeluarkan sebesar 5,8% (982) dari jumlah rata-rata nasional

sebesar 15.962 Sertifikat Halal. Serta jumlah perusahaan yang

mendaftarkan produknya sangat besar jika dibandingkan dengan skala

nasional. Dalam skala nasional tiap perusahaan yang mendaftarkan

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

Jumlah SH JumlahProduk

JumlahPerusahaan

Nasional

Jawa Timur24.697

932 13.905 15.962

169.115

792

118

produknya untuk mendapatkan sertifikat halal sebesar 2,9% (408) dari

13.905 perusahaan, sedangkan di Jawa Timur perusahaan yang

mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikat sebesar 5,6%

(792). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa produk di Jawa Timur

yang sudah mendapatkan sertifikat halal jumlahnya besar jika

dibandingkan dengan skala nasional. Hal ini dibuktikan dengan adanya

kesadaran dari produsen akan kehalalan produk yang dibuatnya.

Sangat beragam produk makanan yang didaftarkan untuk

mendapatkan sertifikat halal. Sehingga dapat di klasifikasikan, dalam

rentang waktu satu tahun, berikut produk yang sudah mendapatkan

sertifikat halal:

Tabel 3

Produk Yang Sudah Mendapatkan Sertifikat Halal Tahun 2016 Di LPPOM MUI Jawa Timur

No Kelompok Produk Jumlah Produk

1 Tepung 10251

2 Rumah Makan 1855

3 Minuman dan Minuman Olahan 1508

4 Bumbu Instan 1141

5 Tumbuhan beserta Olahannya 1239

6 Makanan Ringan 1343

7 Minyak 1033

8 Ekstrak 869

9 Coklat beserta olahannya 351

Sumber: Website LPPOM MUI Pusat

119

Berikut daftar nama beberapa produk sesuai dengan klasifikasinya,

diantaranya:

Tabel 4

Daftar Beberapa Nama Produk Yang Sudah Mendapatkan Sertifikat Halal Tahun 2016 Di LPPOM MUI Jawa Timur

No klasifikasi Nama produk Nomor registrasi Berlaku

1 Tepung

Tepung terigu “wilis” 0722002000314 3 april 2018 Tepung beras merek putri 07220032470316 10 maret 2018

Tepung beras merah 07220032880416 3 april 2018

2 Rumah Makan Catering kita kita 07160032510316 10 maret 2018 Amanda catering 29160001861212 30 des 2017 Wahyuni catering 29160000500212 18 maret 2017

3 Minuman dan Minuman Olahan

Minuman susu rasa coklat 07100033060416 10 april 2018

Minuman erbuk jovem gluberry 07120032700416 3 april 2018

The alga antitoks 07120032700416 3 april 2018

4 Bumbu Instan Terasi instan sella 07030028001015 4 okt 2017 Sasa 0006007870398 20 juli 2018 Saori saus tiram 00060008910908 27 sept 2018

5 Tumbuhan beserta Olahannya

Soybean derivative product 00190074921115 17 nov 2017

Ayam brand jagung manis pipil dalam air 00190067381213 2 Des 2017

Sweet potato paste 00190074531115 9 juli 2017

6 Makanan Ringan

Sale pisang 07100028681015 27 okt 2017 Keripik jamur rahwana 07100029101115 19 nov 2017

Snack extruder 07100027881015 4 okt 2017

7 Minyak

Minyak wijen kuda lie guon long 07080028021015 4 okt 2017

Minyak goring mega mas 07080028241115 8 nov 2017

Minyak goring gading mas 07080037151116 22 nov 2018

8 Ekstrak Oat extract 00190054840410 9 sept 2017 Plant extract 00190051910909 11 nov 2017 Malt extract 00190051910909 11 nov 2017

9 Coklat beserta Coklat praline isi keju 07110034340616 9 juni 2018

120

olahannya Coklat matur dark nut 07110034740716 19 juli 2018 Meises coklat 07110013260312 31 mei 2018

Sumber: Daftar Produk Halal LPPOM MUI

Daftar produk diatas merupakan produk yang mendapatkan

sertifikasi halal dari MUI, dengan ditunjukkan adanya nama produk,

nomor sertifikat dan nama produsen serta masa berlakunya.

2. Perlindungan Preventif Terhadap Konsumen Untuk Peredaran

Pangan Yang Aman dan Halal Oleh BPOM

Bentuk perlindungan preventif yang dilakukan oleh BPOM

meliputi sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat serta penyeleksian

berkas produk yang akan diajukan label halal oleh perusahaan. Berikut

penjelasan mengenai sosialisasi dan labelisasi yang dilakukan BPOM:

a. Sosialisasi

Sosialisasi merupakan bentuk pencegahan awal terhadap

peredaran produk yang tidak sesuai dengan ketentuan. Dengan adanya

sosialisasi, dimaksudkan agar masyarakat mengerti betapa pentingnya

pemakaian bahan-bahan yang baik untuk menghasilkan produk yang

bermutu. BPOM mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat dengan

tujuan untuk memberikan pendidikan dalam wujud kegiatan

penyuluhan dan seminar. Berikut beberapa penyuluhan dan seminar

yang sudah dilakukan oleh BPOM Surabaya, diantaranya:

1. Pada 20 September 2016 dilakukan sosialisasi mengenai

“Masyarakat harus sadar produk berbahaya” yang bekerjasama

dengan Dinas Kesehatan. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan di

121

Kota Tuban, yang ditujukan kepada Industri Kecil Menengah

(IKM) Tuban;

2. Pada 26 Maret 2016 dilakukan sosialisasi mengenai Sistem

Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) dan penyinergian

Jaminan Produk aman dan halal yang dilaksanakan di UMM

Malang. kegiatan sosialisasi ini bekerjasama dengan Pusat Studi

Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) yang ditujukan untuk

mahasiswa UMM khususnya Program Studi Biologi;

3. Pada 17 Februari 2016 dilakukan sosialisasi mengenai

peningkatan kapasitas pengaturan keamanan pangan untuk

Industri Rumah Tangga (IRT). Materi yang disampaikan

mengenai cara pengolahan pangan yang baik untuk industry

rumah tangga (CPPB IRT). Kegiatan sosialisasi ini bekerjasama

dengan Dinas Kesehatan Surabaya yang ditujukan kepada

gabungan pengusaha makanan dan minuman seluruh Indonesia

yang ada di Jawa Timur (GAPMMI Jatim) serta UKM yang

melakukan pelanggaran terkait produk pangan yang diproduksi;

4. Pada 11 maret 2016 dilakukan sosialisasi tentang pemahaman

keamanan pangan. Materi yang disampaikan mengenai keamanan

mutu dan gizi pangan. Kegiatan sosialisasi ini bekerjasama

dengan Dinas Kesehatan Surabaya dengan sasaran warga

Kecamatan Kenjeran Surabaya;

122

5. Pada 9 Februari 2016 dilakukan sosialisasi tentang peningkatan

kapasitas pengetahuan keamanan pangan untuk industry rumah

tangga. Kegiatan ini bekerjasama dengan Dinas Kesehatan

Surabaya yang ditujukan untuk IRT Pangan yang belum punya

SPP-IRT di Surabaya

Kegiatan sosialisasi diatas merupakan wujud dari pelaksanaan

agenda BPOM sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala Balai

POM No. HK.04.970.05.15.2701 tentang Penetapan Rencana

Strategis Balai Besar POM di Surabaya Tahun 2015-2019. Hal ini

sejalan dengan visi dan misi BPOM yang dijelaskan dalam sub bab

arah kebijakan dan strategi Balai Besar POM di Surabaya yaitu

peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi,

informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat dan pelaku usaha di

bidang obat dan makanan.

b. Labelisasi Oleh BPOM

Pelaku usaha yang akan mencantumkan label halal harus

memiliki sertifikat halal terlebih dahulu. Tanpa sertifikasi halal MUI,

ijin pencantuman label halal tidak akan diberikan. Ijin dari Badan

POM untuk mencantumkan label atau tanda halal harus didasarkan

pada Sertifikasi Halal dari MUI yang diperoleh melalui pemeriksaan

dan proses sertifikasi halal yang dilakukan oleh LPPOM MUI.

Ketentuan tersebut tercantum dalam Kepmenkes RI No.

82/Menkes/SK/I/1996 pada pasal 8. Setelah proses audit dilakukan

123

dan dinyatakan produk layak untuk dikonsumsi maka BPOM

mengeluarkan ijin pencantuman label halal pada produk makanan

tersebut.

Tatacara persetujuan pencantuman label halal pada label

makanan dengan mengajukan surat permohonan ijin pemasangan

label halal dilampiri dengan fotocopi sertifikat halal kepada Balai

POM. Adapun prosedur untuk mendapatkan label halal, sebagai

berikut:

124

Prosedur Labelisasi Halal

8

4

3 2

1

5

7

6

Sumber data: Jurnal BPOM

125

Penjelasan:

1. pemohon mengajukan permohonan ke Badan Pengawas Obat

dan Makanan dengan persyaratan:

a. surat permohonan pencantuman tulisan label halal pada label makanan

b. nama dan alamat pemohon dan/atau nama dan alamat sarana produksi

c. nama dagang dan jenis pangan d. pernyataan kesediaan memenuhi peraturan pencantuman

tulisan pada label pangan e. matrik bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan

pangan f. sertifikat halal bahan baku, bahan penolong, dan bahan

tambahan g. spesifikasi asal bahan h. bagan alir proses produksi i. tata letak proses produksi j. fotocopi nomor persetujuan pendaftaran (MD/ML/P-IRT)

dan label yang dilegalisir k. prosedur kerja (SOP)/ system jaminan mutu

2. setelah data-data diberikan, maka BPOM akan memeriksa

kelengkapan data yang diajukan oleh pemohon

3. jika data yang diajukan kurang lengkap maka BPOM akan

mengembalikan kepada pemohon untuk melengkapi data

tersebut

4. setelah berkas dinyatakan lengkap maka tim auditor akan

melaksanakan audit. Pelaksanaan audit dilakukan pada waktu

pabrik sedang produksi dan tidak renovasi

5. proses audit dilakukan oleh Badan POM, Departemen Agama

dan LPPOM MUI. Dalam pelaksanaan audit Badan POM

melakukan audit terhadap penerapan cara produksi pangan

yang baik (CPPB), LPPOM MUI melakukan audit terhadap

kehalalan bahan yang digunakan, proses produksi dan

penerapan system jaminan halal, serta Departemen Agama

126

melakukan audit dalam bentuk bimbingan syariah kepada

manajemen perusahaan dan karyawan muslim.

6. Proses audit tidak dilaksanakan secara serentak, dimana

pemohon setelah mendapatkan ijin edar dari BPOM harus

mengurus sertifikat halal produk ke LPPOM MUI. Setelah

semua berkas yang diajukan dan proses audit memenuhi syarat

maka MUI mengeluarkan fatwa halal dan sertifikat halal

diterbitkan.

7. sertifikat halal yang dikeluarkan digunakan untuk syarat

permohonan pencantuman label halal pada kemasan produk.

8. Setelah semua prosedur terpenuhi maka Badan POM akan

memberikan persetujuan tulisan halal pada label pangan

Pada pelaksanaan permohonan pencantuman tulisan halal pada

makanan yang dilakukan sudah sesuai dengan peraturan yang ada

yaitu Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

82/Menkes/SK/I/1996 yang telah dirubah menjadi No.

924/Menkes/SK/I/1996 tentang Pencantuman Tulisan Halal Pada

Label Makanan

Ketentuan atas sertifikasi dan labelisasi halal terdapat pada

pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Pangan dan pasal 8 huruf (h)

Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Dalam ketentuan ini benar

tidaknya pernyataan halal dalam label atau iklan tentang pangan tidak

hanya dibuktikan dari segi bahan baku pangan, bahan tumbuhan, atau

bahan baku lain yang dipergunakan dalam memproduksi pangan,

tetapi mencakup pula proses pembuatannya.

127

Dalam kurun waktu 2011-2015 jumlah permohonan pendaftaran

dari tahun ke tahun terjadi peningkatan, berikut data yang diperoleh46:

Tabel 5

Jumlah Permohonan Pendaftaran Tahun 2011-2015 Tahun Permohonan

pendaftaran

(%)

Keputusan diterbitkan

Persetujuan pendaftaran

(%)

Perubahan data

(%)

Pendaftaran ditolak

(%)

2011 16.348 (19,1%)

8.079 (12,3%)

6.563 (27,5%)

1.706 (81,5%)

2012 13.014 (15,2%)

16.285 (24,9%)

2.666 (11,1%)

123 (5,8%)

2013 13.527 (15,8%)

9.868 (15%)

3.540 (14,8%)

119 (5,6%)

2014 15.479 (18,1%)

10.914 (16,6%)

4.482 (18,7%)

83 (3,9%)

2015 26.878 (31,5%)

20.213 (30,9%)

6.603 (27,6%)

62 (2,9%)

Jumlah 85.246 65.359 23.854 2.093

Sumber: Laporan Tahunan BPOM Tahun 2011-2015

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa permohonan

pendaftaran antara kurun waktu 2011-2015 mengalami kenaikan

jumlah permohonan pendaftaran setiap tahunnya. Berdasarkan data

diatas permohonan pendaftaran paling banyak terjadi pada tahun 2015

dengan jumlah presentase 31,5% (26.878) dan jumlah permohonan

paling sedikit terjadi pada tahun 2012 yaitu dengan jumlah presentase

15,2% (13.014).

46 Balai POM Surabaya, Laporan Tahunan BPOM Surabaya Tahun 2011-2016

128

Dalam permohonan pendaftaran tersebut tidak semua berkas

yang dimohonkan diterima. Pada permohonan pendaftaran terdapat

tiga hasil keputusan yang diterbitkan yaitu pertama, persetujuan

pendaftaran yaitu data yang diberikan ke BPOM sudah lengkap. Data

yang diberikan diantaranya jenis produk, data perusahaan, data

pemilik perusahaan, serta diagram alir proses produksi. Persetujuan

pendaftaran terjadi paling banyak pada tahun 2015 dengan jumlah

presentase 30,9% (20.213) dan jumlah persetujuan pendaftaran paling

sedikit terjadi pada tahun 2011 dengan presentase sebesar 12,3%

(8.079). Kedua, perubahan data yaitu data yang semula sudah

diberikan ke BPOM ditarik kembali oleh produsen untuk dilakukan

perubahan data. Perubahan data meliputi perubahan bahan yang

digunakan, perubahan jenis produk yang akan didaftarkan. Untuk

jumlah perubahan data paling banyak terjadi pada tahun 2015 dengan

presentase sebesar 27,6% (6.603) dan jumlah paling sedikit terjadi

pada tahun 2012 dengan jumlah presentase sebesar 11,1% (2.666).

Ketiga, pendaftaran ditolak yaitu data yang diberikan tidak lengkap

dan ketika Badan POM melakukan evaluasi, bahan yang digunakan

atau proses produksi yang dilakukan tidak sesuai dengan data yang

diberikan sebelumnya. Jumlah pendaftaran ditolak paling banyak

terjadi pada tahun 2011 dengan presentase sebesar 81,5% (1706) dan

jumlah pendaftaran ditolah paling sedikit terjadi pada tahun 2015

dengan presentasi sebesar 2,9% (62). Sehingga dapat ditarik

129

kesimpulan dalam rentang lima tahun permohonan pendataran

mengalami kenaikan dan untuk keputusan yang diterbitkan mengenai

pendaftaran yang ditolak mengalami penurunan

Adapun beberapa produk yang mendapatkan persetujuan ijin

edar, dapat dilihat pada diagram dan tabel berikut:

Tabel 6

Beberapa Produk Yang Mendapatkan Persetujuan Ijin Edar

pada Tahun 2016

Nomor Registrasi Produk Pendaftar

MD 243213005430 Tahu Ikan UD. Berkah Adi Putra

MD 243213005430 Bakso Ikan UD. Berkah Adi Putra

MD 243213005430 Sosis Ikan UD. Berkah Adi Putra

MD 273013167016 Malkist Salut Coklat PT Garudafood Putra

Putri Jaya

MD 273013167016 Wafer Roll Coklat PT Garudafood Putra Putri Jaya

MD 204113036368 Es Loli rasa Jeruk PT. Jatim Van Houten

MD 204113036368 Es krim stick kacang

merah

PT. Jatim Van Houten

MD 235413011066 Roti Nanas Perusahaan Phoenix

MD 235413011066 Roti isi krim Perusahaan Phoenix

Sumber: website cek BPOM

Berdasarkan tabel diatas, beberapa nama produk yang telah

mendapatkan persetujuan ijin edar oleh BPOM yang dibuktikan

dengan adanya nomor registrasi BPOM.

130

Adapun beberapa produk yang dicabut ijin edarnya oleh

BPOM maupun oleh perusahaan, dapat dilihat pada diagram dan

tabel berikut:

Tabel 7

Produk Yang Dibatalkan Tahun 2016

Nomor registrasi Produk Pendaftar Status

MD 265213001223 Air Minum dalam kemasan

UD. Sumber Sehat Alami

Dicabut atas permohonan perusahaan

MD 352211404010 Sediaan pemanis

PT. Konimex Dicabut atas permohonan perusahaan

ML 830505018501 Sereal sarapan PT Sukanda Jaya Dicabut atas permohonan perusahaan

ML 243201002830 Ikan olahan PT. Indomas Jaya Dicabut karena keamanan mutu

ML 256409085008 Takoyaki sauce

PT. masuya graham trikencana

Dicabut karena keamanan mutu

ML 256409085008 Yakisoba sauce

PT. masuya graham trikencana

Dicabut karena keamanan mutu

Sumber: Website Cek Produk BPOM

Berdasarkan tabel diatas, tercantum beberapa produk

yang dicabut ijin edarnya. Disebutkan adanya produk yang dicabut

ijin edarnya oleh BPOM dengan alasan mutu produk yang kurang

baik, serta dicabut atas permohonan perusahaan sendiri. Untuk

pencabutan permohonan oleh perusahaan dikarenakan perusahaan

sudah tidak berproduksi kembali dan/atau produk yang dihasilkan

kurang diminati oleh konsumen.

131

C. Perlindungan Pangan Aman dan Halal Yang Sudah Mendapatkan

Sertifikasi

Upaya perlindungan terhadap masyarakat dari peredaran produk

pangan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan, mengandung

bahan berbahaya, secara terus menerus dan berkesinambungan selalu

dilakukan dengan melakukan pengawasan pasca mendapatkan sertifikasi

(represif). Pengawasan represif yang dilakukan adalah dengan pengawasan

terhadap produk yang beredar di pasaran serta melakukan sidak ke tempat

yang terindikasi melakukan pelanggaran. Berikut upaya represif yang

dilakukan oleh BPOM dan LPPOM MUI akan dijelaskan secara rinci:

1. Perlindungan Pangan Aman dan Halal Yang Sudah Mendapatkan

Sertifikasi Oleh BPOM

Dalam hal pengawasan post-market dilakukan setelah produk

mendapatkan ijin edar dari BPOM. Pengawasan yang dilakukan yaitu

melakukan sidak atas dasar aduan dari masyarakat. Sidak yang telah

dilakukan oleh BPOM pada tahun 2016 terkait adanya aduan masyarakat

diantaranya47:

1. Pada bulan Maret 2016, melakukan sidak di gudang jamu illegal di

Banyuwangi;

2. Pada bulan April 2016, melakukan sidak di outlet penjualan kosmetik

dan suplemen makanan illegal di Surabaya;

3. Pada bulan Mei 2016, melakukan sidak di toko jamu di Mojokerto;

47 BPOM, Berita Aktual, www.pom.go.id, diunduh 2 Maret 2017

132

4. Pada bulan Juni 2016, melakukan sidak ke sarana distribusi pangan

dan distribusi pangan jelang hari raya di Surabaya dan Malang;

5. Pada bulan September 2016, melakukan sidak ke gerai pizza yang ada

di Surabaya terkait adanya issu di media social mengenai bahan yang

digunakan diragukan mutu dan kualitasnya.

Dari hasil sidak yang dilaksanakan, BPOM menemukan produk

yang menyalahgunakan ketentuan pangan, diantaranya48:

Tabel 8

Hasil Inspeksi Mendadak (SIDAK) BPOM Tahun 2016 Terkait

Produk Yang Tidak Memiliki Ijin Edar

NO. Jenis Produk Jumlah

1 Obat tradisional tanpa ijin edar 15.413 kemasan

2 Obat tanpa ijin edar 1.351 kemasan

3 Pangan tanpa ijin edar 360 kemasan

4 Label obat tradisional tanpa ijin edar 74.450 lembar

5 Kemasan tanpa ijin edar 3.314 lembar

6 Bahan baku tanpa ijin edar 28 lembar

7 Alat produksi tanpa ijin edar 22 buah

Sumber: Website Cek BPOM

Berdasarkan data diatas masih banyaknya pelanggaran mengenai

produk tanpa ijin edar yang dikeluarkan oleh pelaku usaha. Produk

tersebut tidak didaftarkan ke BPOM dengan alasan bahwa bahan-bahan

yang digunakan adalah aman untuk di konsumsi dan peredaran produk

tersebut laku dipasaran tanpa adanya ijin edar dari BPOM. Dalam

menyikapi hal ini, dilakukannya operasi gabungan yang dilakukan oleh

48 Ibid

133

BPOM dengan melibatkan lintas sektor terkait (kepolisian daerah, dinas

kesehatan, dinas perdagangan).

Mengenai tatacara pelaksanaan inspeksi mendadak (sidak) yang

dilakukan oleh BPOM Surabaya sudah sesuai dengan Keputusan Kepala

Badan POM RI No. HK 04.1.72.10.12.6842 tentang petunjuk teknis

pelaksanaan operasi gabungan daerah dan operasi gabungan nasional.

Dari hasil sidak yang dilakukan oleh tim gabungan untuk selanjutnya

dilakukan tindak lanjut penarikan dan pemusnahan produk, peringatan,

pro-justitia serta pembinaan untuk produsen. Sehingga dengan adanya

tindaklanjut ini dapat meminimalisir pelanggaran yang dilakukan oleh

produsen. Pembinaan yang diberikan dalam bentuk penyuluhan mengenai

penerapan cara produksi pangan olahan yang baik (CPPOB), regulatory

assistance untuk memahami dan menerapkan ketentuan secara konsisten,

agar produk yang dihasilkan memenuhi criteria keamanan, mutu dan gizi

dan melakukan pendampingan untuk proses pendaftaran pangan di

BPOM.

2. Perlindungan Pangan Aman dan Halal Yang Sudah Mendapatkan

Sertifikasi Oleh LPPOM MUI

Dalam hal pengawasan represif bagi perusahaan yang telah

mendapatkan sertifikat halal, LPPOM MUI berhak mengadakan sidak ke

tempat-tempat yang terindikasi memproduksi produk dengan

menggunakan bahan yang tidak halal. Sidak yang dilakukan atas dasar

adanya aduan dari masyarakat dan dilakukan secara kondisional. Dalam

134

hal pelaksanaan sidak LPPOM MUI dibantu dengan aparat penegak

hukum serta BPOM jika produk tersebut memiliki label halal.

Sidak yang dilakukan BPOM terkait kehalalan produk hanya

sebatas produk kemasan yang mempunyai label halal saja. Untuk

perusahaan dan/atau rumah potong hewan dan/atau rumah makan yang

melakukan pelanggaran maka yang berwenang melakukan sidak hanyalah

LPPOM MUI beserta aparat penegak hukum. Sehingga pengawasan yang

dilakukan oleh LPPOM MUI sudah sesuai dengan Keputusan Mentri

Agama No. 519 tahun 2001 tentang Lembaga Pelaksana Pemeriksaan

Pangan Halal. Dan tindak lanjut dari sidak yaitu pemberian peringatan

tertulis sampai pencabutan sertifikat halal oleh LPPOM MUI. Jika

peringatan tertulis yang diberikan oleh LPPOM MUI ke produsen

sebanyak tiga kali tidak diindahkan dan produsen tetap melakukan proses

produksi tidak sesuai dengan ketentuan maka LPPOM MUI akan

mencabut sertifikat halal tersebut.

Pengawasan untuk pangan kemasan yang berlabel halal dilakukan

oleh BPOM berdasarkan data pendaftaran yang disetujui terhadap

informasi yang diberikan oleh produsen. Pengawasan terhadap label halal

didasarkan pada aturan Peraturan Menteri Kesehatan No. 924 tahun 1996.

Pengawasan yang dikakukan oleh BPOM terhadap produk halal

dikategorikan dalam tidak memebuhi ketentuan (TMK) yang artinya

apakah label halal yang dicantumkan oleh perusahaan sudah memiliki

sertifikat halal seperti yang telah ditetapkan. Sehingga dalam hal sidak

135

yang dilakukan oleh BPOM terkait produk kemasan yang memiliki label

halal sudah sesuai dengan ketentuan yang ada.

Berdasarkan data dari LPPOM MUI Surabaya, terdapat beberapa

nama produk yang melanggar ketentuan berproduksi secara halal. Berikut

ini adalah data nama produk-produk yang ditertibkan karena melanggar

ketentuan berproduksi secara halal:

TABEL 9

DAFTAR NAMA PRODUK YANG MELANGGAR KETENTUAN BERPRODUKSI SECARA HALAL

No Jenis Produk Nama Produsen Alasan

1 Ajinomoto PT. Ajinomoto Indonesia

Karena aduan masyarakat

2 Beef Jerky Lezaat CV. Masa Depan Cerah

Karena aduan masyarakat

3 Dendeng Sapi Istimewa No. 1 Cap 999

S. Hendropurnomo Karena aduan masyarakat

Sumber: LPPOM MUI Jawa Timur

Berdasarkan data diatas, masih adanya pelaku usaha yang

melakukan produksi tidak sesuai dengan ketentuan halal. Walaupun

perusahaan tersebut terdapat auditor halal internal yang mengawasi

proses produksi. Dengan adanya produk-produk yang melanggar

ketentuan berproduksi secara halal bisa diakibatkan karena kelalaian dari

auditor halal internal perusahaan sendiri. Yang mana auditor halal tidak

menyusun Sistem Jaminan Halal sesuai dengan prosedur produksi yang

ada diperusahaan. Sehingga jika memang produk tersebut terindikasi

menggunakan bahan haram, maka LPPOM MUI akan mencabut sertifikat

halal yang dimiliki perusahaan tersebut.

136

Berikut peranan LPPOM MUI Surabaya dalam menertiban Pelaku

Usaha yang melanggar ketentuan produksi halal49:

1. LPPOM MUI Surabaya bekerjasama dengan lembaga lain dengan

melibatkan Industri Kecil Menengah (IKM);

2. Memberikan masukan kepada BPOM yang didasarkan atas

pertimbangan banyaknya pelaku usaha yang menggunakan label

produk halal palsu dan berkenaan dengan upaya tindak lanjut BPOM

terhadap pelaku usaha yang melanggar;

3. Mempermudah pelaku usaha untuk mendapatkan sertifikat halal yang

salah satunya diwujudkan dengan pemberian sertifikat gratis kepada

pelaku usaha kecil dan menengah sehingga dengan ini dapat

meminimalisir.

49 Wawancara dengan Bapak Prof. Sugijanto selaku Ketua Umum LPPOM MUI Surabaya