bab iii gambaran umum pondok pesantren mambaus …digilib.uinsby.ac.id/3087/6/bab 3.pdf · masbuhin...

38
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MAMBAUS SHOLIHIN DAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Mambaus Sholihin 1. Sejarah Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin dirintis oleh ayah KH. Masbuhin Faqih, yaitu KH. Abdullah Faqih Suci sekitar tahun 1969, yang pada mulanya berupa surau kecil untuk mengaji AI-Qur’an dan Kitab Kuning di lingkungan desa Suci dan sekitarnya. Pada tahun 1976 Masbuhin Faqih (anak pertama Abdullah Faqih Suci) yang baru mendapatkan izin dari Abdullah Faqih Langitan untuk berjuang di tengah masyarakat, namun ia masih mempertimbangkan kembali untuk mendirikan sebuah Pesantren, meskipun pada saat itu ssemangatnya untuk mendirikan Pesantren sangat besar. Hal ini didasari oleh perasaan khawatir pada dirinya akan timbulnya nafsu (hanya menginginkan banyaknya santri), karena mendirikan pondok harus didasari oleh ketulusan hati yang hanya untuk Nasrul Ilmi (untuk menegakkan Agama Allah), bukan atas dorongan nafsu, apalagi mempunyai keinginanan mendapatkan santri yang banyak.

Upload: lamhanh

Post on 12-Jul-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MAMBAUS

SHOLIHIN DAN HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Mambaus Sholihin

1. Sejarah Pondok Pesantren Mambaus Sholihin

Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin dirintis oleh ayah KH.

Masbuhin Faqih, yaitu KH. Abdullah Faqih Suci sekitar tahun 1969, yang

pada mulanya berupa surau kecil untuk mengaji AI-Qur’an dan Kitab

Kuning di lingkungan desa Suci dan sekitarnya.

Pada tahun 1976 Masbuhin Faqih (anak pertama Abdullah Faqih

Suci) yang baru mendapatkan izin dari Abdullah Faqih Langitan untuk

berjuang di tengah masyarakat, namun ia masih mempertimbangkan kembali

untuk mendirikan sebuah Pesantren, meskipun pada saat itu ssemangatnya

untuk mendirikan Pesantren sangat besar. Hal ini didasari oleh perasaan

khawatir pada dirinya akan timbulnya nafsu (hanya menginginkan

banyaknya santri), karena mendirikan pondok harus didasari oleh ketulusan

hati yang hanya untuk Nasrul Ilmi (untuk menegakkan Agama Allah), bukan

atas dorongan nafsu, apalagi mempunyai keinginanan mendapatkan santri

yang banyak.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Berkat dorongan dari guru-gurunya yaitu KH. Abdul Hadi Zahid,

KH. Abdullah Faqih Langitan, KH. Abdul Hamid Pasuruan, KH. Usman Al-

Ishaqi, serta keinginan luhurnya untuk Nasrul Ilmi, maka didirikanlah

sebuah pesantren yang akan diberi nama Mambaus Sholihin. Adapun dana

pertama kali yang digunakan untuk membangun pondok adalah pemberian

gurunya, Abdullah Faqih Langitan.

Pada tahun 1402 H atau tepatnya pada tahun 1983 M, barulah

dilakukan pembangunan Musholla Pondok Pesantren Mambaus Sholihin

(sekarang merupakan Pondok Barat Putri). Saat itu Masbuhin Faqih sedang

menunaikan lbadah haji yang pertama. Adapun yang menjadi modal awal

pembangunan ini berasal dari materi yang dititipkan kepada adik

kandungnya (Asfihani Faqih) yang masih mencari Ilmu di Pondok Pesantren

Romo KH. Abdul Hamid Pasuruan.

Pada pembangunan Tahap selanjutnya, KH. Agus Ali Masyhuri

(Tulangan Sidoarjo) membeli sepetak tanah yang baru dibelinya dari salah

seorang anggota Darul Hadits, yang kemudian tanah yang terletak disebelah

Masjid Jami' Suci "Roudhotus Salam" itu menjadi bakal dari Pesantren Putra

Mamba'us Sholihin.1

2. Letak Geografis dan Keadaan Masyarakat Sekitar 1 Dokumentasi pondok

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Mambaus Sholihin adalah sebuah institusi yang terletak di kawasan

pegunungan Suci, bersuhu udara cukup hangat, ± 25 °C. Kawasan ini berada

kurang lebih 3 Km dari terminal Bunder (jalur utama Surabaya-Jakarta). Dan

2 Km dari Pertigaan Desa Tenger Sukomulyo yang terletak di jalur pantura

ini termasuk kawasan yang cukup makmur ekonominya. 2 Dengan sumber

daya alamnya serta pasokan air yang melimpah ruah, (merupakan sumber

mata air yang muncul pada saat Sunan Giri hendak berwudhu), dan

merupakan aset yang sangat berharga bagi masyarakat sekitar dan juga bagi

Pesantren.

Mambaus Sholihin berdiri di areal perkebunan cukup luas, yang

dipisahkan oleh ruas jalan utama Bunder-Tenger menjadi dua bagian, untuk

kompleks Putra di sebelah barat jalan, dan untuk kompleks Putri di sebelah

timur jalan, pemisahan ini menjadikan situasi yang kondusif dan

memudahkan pengaturan antara santri Putra dan Putri. 3

Mengingat letaknya yang strategis (tepat disebelah jalan utama) dan

mudah dijangkau dari berbagai penjuru, menjadikan Mambaus Sholihin

adalah sebuah institusi yang tergolong cepat perkembangannya.

3. Rekapitulasi Jumlah Santri dan Pendidik

2 Dokumentasi desa Suci. 3 Observasi, 20 November 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Jumlah Santri Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci Manyar

Gresik berasal dari seluruh penjuru tanah air, dari ras yang berbeda dan latar

belakang ekonomi yang berbeda pula, mereka menyatu dalam tempat,

undang-undang, peraturan, kultur dan pola hidup yang sama, yang satu

menghormati lainnya walaupun dari strata ekonomi dan ras yang berbeda,

karena mereka yakin bahwa tujuan utama mereka adalah mendapatkan

pemahaman tentang Ilmu pengetahuan dari berbagai bidang, lebih-lebih

dalam bidang keagamaan. Berikut table jumlah santri dan ustadzah yang ikut

andil dan masih berperan di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin.

Table. 3.1

No Jenjang Putra Putri Jumlah

1. Madrasah Ibtidaiyah (MI) 27 37 64

2. Madrasah Tsanawiyah (MTs) 856 969 1825

3. Madrasah Aliyah (MA) 793 988 1781

4. INKAFA (Mahasiswa) 368 574 942

5. Ustadz/Ustadzah 37 40 77

6. Jumlah 2081 2608 4689

Sumber : Diambil dari dokumentasi data terakhir bulan November 2013

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dari segi ruangan atau kamar para santri telah diatur dan masing-

masing kamar terdapat ketua kamar dan pengurus yang bertanggung jawab

kepada anggotanya untuk menjalankan kegiatan, hak dan kewajiban selama

bermukim dan menjadi santri di Pondok Mambaus Sholihin. Namun tidak

jarang ditemukan perselisihan antar para santri karena faktor emosi dari

masing-masing santri yang masih dalam situasi labil (remaja).

Untuk mengimbangi pesatnya arus santri masuk, maka pengelola

pesantren mengimbanginya dengan mengangkat sekitar 800 pengurus

pengabdian (pengurus dalam masa pengabdian setelah lulus dari Madrasah

Aliyah) yang dibantu oleh sekitar 50 asatidz asatidzah dari menjalankan

kewajibannya sebagai pengurus, mayoritas pengurus dan asatidz asatidzah

adalah alumni Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik,

lain halnya dengan guru formal baik dari jenjang MI sampai INKAFA juga

mengambil tenaga edukatif dari luar dan alumni, hal ini bertujuan agar santri

betul-betul dapat merasakan pengajaran yang layak sesuai dengan standart

pendidikan nasional. Tenaga pendidik dari luar alumni umumnya

didatangkan untuk memberikan bimbingan dan pengajaran kategori

pelajaran umum seperti Matematika, Fisika, Biologi dan Kimia, sedangkan

diluar empat mata pelajaran tersebut, umumnya tenaga pendidik adalah

alumni Pondok Mambaus Sholihin sendiri.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Alasan paling penting mengapa kemudian alumni yang dijadikan

sebagai tenaga pendidik, karena alumni lebih faham dan mengetahui kultur

Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik, jadi penanaman

budi pekerti dan akhlakul karimah tetap dikedepankan, lebih-lebih

loyalitasnya terhadap Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci Manyar

Gresik.

ALOKASI KEGIATAN SANTRI PON.PES. MAMBAUS SHOLIHIN SUCI

MANYAR GRESIK

Table.3.2.

MADRASAH ALIYAH

WAKTU KEGIATAN

03.00 Bangun Tidur

03.00-04.00 Sholat Tahajud, Rotib al-Hadad

04.00-05.00 Sholat Subuh Berjama’ah

05.00-05.30 Mengaji Kitab (Kiai)

05.30-06.00 Persiapan Kursus Bahasa

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

06.00-06-30 Kursus Bahasa (Arab, Inggris)

06.30-07.15 Mandi, Makan Persiapan Sekolah

07.15-12.30 Sekolah Formal

12.30-13.30 Sholat Dhuhur berjama’ah, Hizb Nashr

13.30-15.00 Makan Siang + Istirahat

15.00-16-00 Sholat Asar Berjama’ah, Rotib al-Attash

16.00-17.15 MengajiKitab Kuning (Hj. Musyafa’ah)

17.15-18.00 Istirahat

18.00-19.00 Sholat Maghrib berjama’ah, Rotib al-Haddad

19.00-19.30 Sholat Isya’ berjama’ah

19.30-20.00 Mengaji Kitab Kuning (Kiai)

20.00-22.10 Drill

22.10-23.00 Hafalan Alfiyah

23.00-03.00 Istirahat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Jadwal kegiatan santri setiap hari pada table diatas, kecuali pada hari

Selasa dan Jum’at jadwal kegiatan tersebut berbeda, yaitu.

Jadwal hari Selasa.

Table 3.3.

05.00-05.15 Wirdul Lathif

05.15-06.00 Menghafal Alfiyah

06.00-06.30 Percakapan (dua bahasa)

19.00-20.00 Membaca Burdah

20.00-21.00 Khitobah

Jadwal hari Jum’at.

Table 3.4.

05.00-05.15 Wirdul Lathif

05.15-05.40 Menghafal Alfiyah

05.40-07.30 Percakapan ( dua bahasa)

07.30-08.00 Olahraga

13.15-13.40 Membaca Surah Kahfi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18.00-19.00 Membaca Yasin

19.00-selesai Manaqib, Dziba’

Adapun jadwal kegiatan santri tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Mambaus Sholihin:

Table 3.5.

MADRASAH TSANAWIYAH

WAKTU KEGIATAN

03.00 Bangun Tidur

03.00-03.45 Sholat Tahajud, Hadad dll

03.45-05.00 Sholat Subuh Berjama’ah

05.00-06.00 Mengaji Al Qur’an

06.00-06.30 Kursus Bahasa

06.30-07-30 Istirahat, Makan

07.30-08.00 Sholat Dhuha Berjama’ah, Hizb Nashr

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

08.00-11.00 Diniyah

11.00-11.30 Istirahat, Persiapan Sekolah

11.30-12.00 Sholat Dhuhur Berjama’ah

12.00-16.30 Sekolah Formal

16.30-17.00 Sholat Asar Berjama’ah, Wirid Al- Atthos

17.00-18.00 Istirahat

18.00-19.00 Sholat Maghrib Berjamaah, Wirid Al Haddad

19.00-19.30 Sholat Isya’ Berjama’ah

19.30-21.00 Musyawarah

21.00-21.30 Menghafal Imrithi Maqsud

21.30-22.00 Istirahat

22.00-03.00 Tidur

Sumber: Dokumentasi Pondok Pesantren Mambaus Sholihin

Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa proses kegiatan sehari-

hari santri mulai dari hal belajar mengajar sampai makan, tidur dan lainnya

sudah diatur dan ada kode etiknya tersendiri, ini dimaksudkan bahwasanya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

memudahkan dan membantu para pengurus dan asatidz asatidzah dalam

mengatur dan mendidik para santri terlebih santri baru.

4. Struktur Organisasi Pesantren

Struktur organisasi sangat diperlukan dalam sebuah organisasi,

biasanya struktur organisasi disesuaikan dengan fungsional atau besar

kecilnya volume pekerjaan. Struktur organisasi berguna untuk menentukan

tugas dan fungsi masing-masing anggota organisasi sehingga akan menjadi

jelas tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

Organisasi Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin merupakan

Organisasi yang bersifat struktural yang terdiri atas Majlis Penasihat,

Pengasuh, Ketua Yayasan, Mahkamah Santri (Pembimbing), Ketua Umum

dan Pengurus hingga terbagi menjadi berbagai departemen-departemen.

Roda kepengurusan OSPPMS dilaksanakan oleh para alumni Madrasah

Aliyah yang baru saja melaksanakan pengabdian di tengah masyarakat

(Imtihanul Amaly) dengan masa khidmah selama 1 tahun yang dibantu oleh

Mahkamah Santri (Pembimbing), Ketua Yayasan, dan Ketua Umum pondok

pesantren, OSPPMS pertama kali berdiri pada tahun 1989 hingga saat ini

OSPPMS mengalami perkembangan dalam segala bidang. Berikut susunan

organisasi yang ada di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin. Berikut bagan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

struktur kepengurusan Organisasi Pondok Pesantren Mambaus Sholihin

Masa Khitmah 2013-2014 M,

Majlis Penasihat

KH. Minanur Rohman

KH. Ubaidillah Faqih

KH. Fahmi Faqih

Pengasuh

KH. Masbuhin faqih

Ibu Nyai Afifah MF

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dari susunan organisasi diatas antara majlis dengan majlis lainnya,

Dan diantara departemen (wizaroh) satu dengan departemen lainnya saling

ada keterkaitan yang bertujuan mewujudkan tujuan dari Pondok Pesantren

sendiri atas inisiatif yang telah diatur oleh Pengasuh dan dijalankan oleh

Ketua Yayasan

H. Muhammad Ma’ruf M.Pd.I

Ketua Umum

Siti Dzurrotun Nashihah

Dzurriyatut Thoyyibah

Mahkamah Santri I

KH. Zainul Arifin

Mahkamah Santri II

H. Abdul Hafidz, BA

Mahkamah Santri III

Maulidatur Rofiqoh

Bendahara Umum

Siti Ainun Ni’mah

Fatimah Nur Hamidah

Sekretaris Umum

Shofiyatus S{a>lihah

Qurrotul Aini

Laila Nur Rizqo

Majlis Pertimbangan

H. Fahrul Anam MF

Wizaroh Lughoh, W. Ta’lim wa Ta’allum, W. Jam’iyah, Tandhim, W. Shihah, W. Nadhofah, W.

Nisa’, W. Ma’iyah, Isti’lamah

Pengurus Marhalah

Marhalah Juwairiyah, M. Fathimah, M. Shofiah, M. Aisyah, M. Romlah, M. Khodijah, M. Maimunah

Anggota/Santri

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Ketua Umum dan anggotanya (Pengurus) dalam Pondok Pesantren

Mambaus Sholihin.

Majlis Penasihat merupakan kalangan di luar Pondok Pesantren

Mambaus Sholihin tetapi sangat berperan dan berpengaruh dalam

pelaksanaan kegiatan di Pondok Mambaus Sholihin, antara lain Majlis

Penasihat terdiri dari KH. Minanur Rohman Surabaya, KH. Ubaidillah Faqih

Langitan, KH. Fahmi Faquh Suci. Sedangkan untuk Majlis Pengasuh adalah

Pimpinan Tertinggi Pondok Mambaus Sholihin yaitu Masbuhin Faqih, Ketua

Yayasan diambil dari keluarga ndalem yang dianggap mampun dan

berpengaruh dalam pelaksanaan Pondok

Mahkamah Santri diambil dari asatidz dan keluarga ndalem yang ikut

andil dalam berjalannya kegiatan Pondok. Ketua Umum diambil dari mereka

yang merupakan pengabdian wajib bagi santri yang telah lulus Madrasah

Aliyah selama 1 tahun masa pengabdian.4 Untuk pengurus marhalah (jenjang

Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah kelas 1,2,3, jenjang Madrasah

Aliyah kelas 1,2,3 dan jenjang perguruan tinggi swasta (INKAFA)) diambil

dari tiap-tiap jenjang dan tingkah per marhalah/komplek yang bekerjasama

dengan ketua umum. Yang masing-masing mempunyai tanggungjawab

dalam mewujudkan dan mengembangkan visi, misi, tujuan serta nilai-nilai

yang ada pada pondok pesantren Mambaus Sholihin. 4 Siti Dzurrotun Nashihah, Wawancara, 30 Desember 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Budaya Organisasi Pondok Pesantren Mambaus Sholihin

Budaya organisasi membantu mengarahkan sumberdaya manusia pada

pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. Di samping itu akan

meningkatkan kekompokan team antar anggota yang ada dalam unit

organisasi, sehingga mampu menjadi perekat yang mengikat orang dalam

organisasi bersama-sama. Sebagaimana budaya organisasi pesantren yang

telah ada di Pondok Mambaus Sholihin.

1. Bentuk-bentuk budaya organisasi pesantren yang ada di Pondok

Mambaus Sholihin

Setiap (organisasi) mempunyai budaya organisasi yang

mempengaruhi semua aspek organisasi dan perilaku anggotanya secara

individual dan kelompok. Pengaruh budaya organisasi dapat dirasakan

orang, dan keberhasilan kepemimpinan sebagian ditentukan oleh

kemampuan pemimpin untuk mengembangkan budaya organisasinya. 5

Adapun model-model budaya organisasi pesantren yang ada di Pondok

Mambaus Sholihin, penulis kelompokkan menjadi.

a. Artefak, meliputi;

1) Kode etik santri yang berisi tentang ketentuan yang mengatur

tentang kewajiban, larangan, hak dan ta’dib bagi santri. 5 Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi ( Jakarta: Salemba Empat, 2008),7-8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Yayasan Pondok

Mambaus Sholihin yang berisi tentang berbagai masukan dari

pimpinan lembaga, hasil rapat pimpinan.

3) Ta’dib santri adalah hukuman yang mendidik yang dijatuhkan

oleh mahkamah santri yang berwenang terhadap santri yang

melakukan pelanggaran.

4) Lembaga Pendidikan yang meliputi lembaga pendidikan formal

atau non formal di lingkungan Yayasan Pondok Pesantren

Mambaus Sholihin yang mencakup TK, MI, MTs, MA, INKAFA

dan Madrasah Diniyah.

5) Unit usaha adalah unit usaha di lingkungan Yayasan Pondok

Pesantren Mamba’us Sholihin meliputi Koperasi Pesantren,

Pengelolaan air minum, peternakan santri, pabrik tempe, serta

klinik pondok pesantren.

b. Nilai-nilai, meliputi; nilai keikhlasan, kesederhanaan, berdikari,

uswatun hasanah, toleransi , keadilan dan kepastian, persamaan

(equality), kepatuhan, tanggungjawab, menegakkan disiplin santri,

dan nilai kepercayaan, visi dan misi pondok pesantren Mambaus

Sholihin.

c. Asumsi Dasar, meliputi;

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1) Bentuk perbuatan yang berhubungan dengan santri (mentaati dan

menghormati pengasuh, guru dan pengurus, menjaga nama baik

Yayasan Pondok Pesantren Mambaus Sholihin (Berakhlakul

karimah).

2) Bentuk kegiatan yang berada di lingkungan Yayasan Pondok

Pesantren Mambaus Sholihin (berkomunikasi dua bahasa,

memahami kitab kuning) melaksanakan dan mewujudkan Syari’at

Islam ala ahli sunnah wal jama’ah (pembacaan al qur’an, tahlil,

wirid, dziba’ dan manaqib).

Pengembangan budaya organisasi pesantren yang dilakukan oleh

Ketua Umum dan anggota-anggotanya (Pengurus) sebagai penggerak

berjalannya budaya organisasi pesantren yang bertanggungjawab kepada

pengasuh berupaya untuk memberikan pemahaman mendasar tentang visi

dan misi pesantren, kepada semua anggota-anggotanya dan santri. Visi

dan misi inilah yang hendaknya dihayati dan diimplementasikan kepada

semua komponen pesantren hingga terwujud dalam budaya organisasi

yang kuat. Untuk itulah dalam setiap kesempatan ketua umum

mengingatkan kepada semua komponen pesantren tentang pentingnya visi

dan misi pesantren sebagai ikatan moral terhadap pondok pesantren

Mambaus Sholihin.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Visi dan misi pesantren hendaknya dipahami oleh semua

komponen pesantren, yaitu pengasuh, mahkamah santri (pembimbing),

ketua yayasan, ketua umum, pengurus, anggota (santri) dan masyarakat.

Dengan pemahaman dan komitmen yang kuat pada misi dan visi

pesantren, maka diharapkan lahir kebersamaan dan tanggungjawab untuk

mewujudkandan mengembangkannya.

Tanpa visi dan misi yang kuat pondok pesantren tersebut akan

kehilangan arah dalam membangun masa depan organisasi dan anggota

khususnya santri. Untuk itulah kedua hal tersebut menjadi arah budaya

organisasi pesantren yang ingin dicapai dan dikembangkan di masa

mendatang. Secara tegas dan lugas visi dan misi pondok pesantren

Mambaus Sholihin disebutkan dalam dokumen madrasah sebagai berikut:

Visi pondok pesantren “Mencetak dan menyiapkan santri yang Alim

Sholeh Kafi”.

Pada visi tersebut sudah dapat dipahami bahwa pesantren

Mambaus Sholihin ini mempunyai tanggungjawab untuk

menggembangkan para santri menjadi seorang yang Alim dengan Ilmu

Agama, imtaq dan iptek yang dibangun pada pesantren. Kemudian

menjadi seorang yang Sholeh dengan amaliah yang ditanamkan di

pesantren tersebut, dan Kafi yang artinya cukup yaitu cukup dalam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

keilmuwannya yang menyeimbangkan ilmu agama dan ilmu umumnya

sehingga tidak ketinggalan dengan sumberdaya manusia lain.

“Alim, Sholeh Kafi itu merupakan motto dari pondok Mambaus Sholihin, kurang lebih mengandung arti Alim itu adalah orang mengerti (baik ilmu agama, ilmu umum, imtaq dan ipteknya), Sholeh sebuah amaliyah setiap hari yang dilaksanakan oleh program pondok pesantren ini diharapkan dapat menjadikan seorang yang mempunyai kesholehan dalam hidupnya (berperilaku baik) dant terakhir adalah Kafi (cukup) dalam hal amaliyah serta ilmu agama dan ilmu umum yang ada dipondok pesantren sehingga menjadikan imbang diantaranya”. 6

Sedangkan misi pesantren merupakan bagian dari upaya untuk

menterjemahkan visi pesantren dalam bentuk yang lebih aplikatif sebagai

acuan bagi pengasuh, Mahkamah santri (pembimbing), ketua yayasan,

ketua umum dan pengurus dalam melaksanakan program pesantren, baik

tahunan, jangka pendek dan jangka panjang. Misi pondok pesantren

Mambaus Sholihin disebutkan berikut:

1) Menjadikan santri yang berjiwa islami dan siap berjuang demi

agama.

2) Menjadikan Santri yang bermodal DUIT (Do’a Usaha Ikhtiyar dan

Tawakkal).

3) Menjadikan Santri yang berakhlaqul karimah.

4) Menjadikan santri yang berlandaskan IMTAQ dan IPTEK.

6Roudhotun Ni’mah (menantu Pengasuh Pondok Mambaus Sholihin), Wawancara, 30 Desember 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5) Menjadikan Santri yang cakap dalam berorganisasi. 7

Dalam sosialisasi visi, misi tujuan dan nilai-nilai kepemimpinan

pesantren, melalui media cetak, seperti buku pedoman, brosur, pamflet

dan sebagainya. Di samping itu melalui pertemuan rutin setiap jum’at

malam antara pengurus dan anggota-anggotanya.

Dalam implementasi visi, misi, tujuan, dan nilai-nilai

kepemimpinan pesantren, pengasuh pesantren selalu memotivasi seluruh

mahkamah santri (pembimbing), ketua yayasan, ketua umum dan

pengurus dan menciptakan lingkungan yang kondusif. Biasanya hal ini

dilakukan pada rapat pimpinan tahunan yang membahas tentang program

tahunan dan hal apa saja yang ingin dicapai. Dan dihadiri oleh semua

jajaran pengurus mulai dari RA, TK, MI, MTs, MA dan INKAFA yang

langsung dipimpin oleh pengasuh pondok Mambaus Sholihin. Dan

selanjutnya di aplikasikan oleh penanggung jawab masing-masing jenjang

dalam meimplementasikan visi, misi, tujuan, dan nilai-nilai budaya

organisasi pesantren.

Dalam kepemimpinan pondok Mambaus Sholihin memiliki nilai-

nilai yang diyakini sebagai landasan berfikir dan bertindak dalam

memimpin pesantren sehingga melahirkan budaya organisasi pesantren

7 Dokumen Pondok Pesantren Mambaus Sholihin.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

yang khas. Atas dasar nilai-nilai tersebut maka roda organisasi

berlangsung untuk meningkatkan budaya organisasi pesantren.

Nilai-nilai dan misi pesantren merupakan faktor yang sangat kuat

dalam suatu budaya organisasi pesantren, bahwa budaya merupakan suatu

yang dibangun atas nilai-nilai yang dianut oleh organisasi termasuk

pesantren. Antara lain nilai-nilai yang ada pada budaya organisasi

pesantren Mambaus Sholihin, sebagai berikut:

1) Keikhlasan

Ikhlas merupakan nilai bathiniah yang menjadi landasan kerja

setiap orang. Ikhlas mengandung makna, segala pekerjaan itu tujuan

utamanya adalah untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT. Pengasuh

pesantren dalam memajukan pesantren, tujuan utamanya bukan untuk

mendapatkan popularitas, pujian atau untuk mencari keuntungan

materiil, namun untuk mencari ridha Allah SWT. Dari hasil

wawancara dengan Pengasuh OSPPMS:

“Tujuan hidup itu harus ditata, dalam meningkatkan pengabdian pada pesantren ini. Sebagaimana halnya para pengurus dan dewan asatidz mereka tidak mendapatkan jatah tiap bulannya, dengan pengabdian tenaga dan ilmu setiap harinya. Kalau thoh ada itu semata-mata rizki dari Allah, karena iuran pondok tiap bulannya pun juga dibuat kebutuhan santri tiap harinya dari makan sampai air bersih, kalau dipikir-pikir dengan kalkulasi Rp. 250.000/perbulan, tidak akan mathuk untuk membiayai jumlah pengurus dan dewan asatidz tiap bulannya. Ya.....oleh karenanya alfaqir (pengasuh) hanya bisa meminta keikhlasan dari para pengurus dan dewan asatidz untuk pengabdiannya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pada pondok ini, insyaallah Alllah akan mengganti sesuai dengan usaha, niat baik serta keikhlasan dari tiap masing-masing”. 8

Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa nilai

keikhlasan beramal di Pondok Mambaus Sholihin itu sangat melekat

pada setiap pengurus. Karena notabennya seorang santri yang tidak

mungkin berharap imbalan dari pondok pesantren maupun pengasuh

pondok Mambaus Sholihin, melainkan sikap ikhlas dalam menjalannya

amanah besar tersebut.

2) Kesederhanaan

Nilai kesederhanaan, dalam hal ini adalah sederhana dalam

hidup baik sandang maupun pangan. Terlebih nilai kesederhaan yang

terdapat pada pesantren sangat identik dalam kesehariannya. Tanpa

bersikap berlebihan, terlihat dari jatah makan tiap harinya hanya dua

kali yaitu pagi dan sore hari, ini dimaksudkan bahwa sebagai santri

dibentuk suatu sikap tirakat dan tidak serakah dalam hal dunia, hanya

sekadar dan secukupnya kita menggunakannya. Sehingga

menumbuhkan kesederhanaan dalam kehidupan santri kelak dihari

depan terlebih ketika santri-santri tersebut tumbuh menjadi pemimpin

dan panutan dimasyarakatnya.

3) Berdikari

8 Masbuhin Faqih (Pengasuh Pondok Mambaus Sholihin), Wawancara, 19 Desember 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Berdikari ini dimaksudkan prinsip tidak menggantungkan diri

kepada orang lain dalam dari segi materi seperti halnya mewajibkan

setiap santri untuk memiliki peralatan kebutuhan masing-masing tanpa

harus merepotkan orang lain, maupun nonmateri yakni santri

dianjurkan untuk mandiri dalam belajar dalam melaksanakan kegiatan

pesantren sesuai jadwal tapi bergantung pada lainnya, yang

menumbuhkan sikap berdikari kelak ketika santri-santri sudah tidak

tinggal dilingkungan pesantren Mambaus Sholihin.

“Setiap santri diwajibkan untuk memiliki peralatan kebutuhan setiap hari, ini dikarenakan adalah untuk mengantisipasi meminjam tanpa izin dari pemiliknya (baju, buku dan lain-lain)”.9

Dari paparan tersebut, disimpulkan bahwa tiap individual santri

harus mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri setiap harinya tanpa

mengantungkan kepada yang lain.

4) Uswatun Hasanah

Sifat dan pribadi KH.Masbuhin Faqih seperti rajin, tekun, giat

bekerja, ramah, rendah hati, suka hidup dan bekerja dengan teratur

serta disiplin menjadi cermin bagi para santri bahkan masyarakat

sekitar. Ia dinilai oleh masyarakat dan santri sebagai orang yang patut

dipercaya, dijadikan pemimpin, bahkan ia sering dianggap orang tua,

tempat bertanya dan mengadu, mendiskusikan persoalan-persoalan 9 Mutamimatul Khoir (Pengurus Keamanan), Wawancara, 30 Desember 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

yang mereka hadapi. Sebagaimana salah satu masyarakat sekitar

menyebutkan;

“Pak Buhin…. Memang dari dulu tekun dan rajin dalam segala hal baik belajar maupun bekerja, sampai beliau pernah demi menghidupi keluarganya ia memikul kayu bakar sendiri untuk dijual dipasar, bukan hanya itu ia juga tidak akan menolak orang yang meminta bantuan kepadanya, baik berupa materiil atau pun nonmaterial, sebagaimana para santri yang meminta keringanan biaya di pondok, beliau pun memberi lahan sebagai khodam (pembantu) dipondok seperti membantu memasak didapur atau membantu dikoperasi pondok itu sendiri” 10

Oleh karena, nilai uswatun hasanah tersebut, bagi pengasuh,

mahkamah santri (pembimbing), ketua yayasan, ketua umum dan

pengurus dianjurkan agar mampu mengembangankan nilai pesantren

ini, yaitu menjadi dan memberi panutan yang baik terhadap orang lain

(khususnya santri baru).

5) At-Tasamuh (toleransi)

Dalam menghadapi persoalan kebudayaan barat, pengasuh

memiliki pandangan yang luas dan sabar serta penuh toleransi dalam

menghadapinya. Disamping pengajian kitabnya, dipesantren ini

diajarkan dan berlaku bahasa inggris dalam komunikasi setiap hari dan

ilmu umum yang mengikuti depag dan diknas. Sikap toleransi inilah

yang menyebabkan pengasuh selalu memberi kesempatan kepada

santri senior yang maju untuk merealisasikan ide-ide tersebut. Tetapi 10 Abdul Ghofur (Warga desa Suci), Wawancara, 31 Desember 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dengan adanya program tersebut tidak mengubah orientasi pondok

pesantren Mambaus Sholihin sebagai lembaga tafaqquh fi al-din

(pendalaman agama).

Evaluasi visi, misi dan nilai-nilai kepemimpinan pesantren

adalah melalui pertemuan rutin bagi para pemimpin setiap malam

Kamis dan rapat rutin oleh para pengurus pada hari Jumat. Dan

evaluasi juga dilaksanakan setiap semester yang melibatkan pengasuh

pesantren, mahkamah santri (pembimbing), ketua yayasan, ketua

umum dan pengurus pesantren. Hal ini sebagai mana jadwal dalam

musyawarah kerja awal kepengurusan;

“Jadi begini mb…pesantren mempunyai visi, misi, tujuan, program dan nilai-nilai kepemimpinan pesantren yang harus dipahami dan dilaksankan oleh seluruh warga pesantren, maka kami sebagai ketua yayasan menugaskan ketua umum dan anggota-anggotanya sebagai tim evaluator. Kami melakukan evaluasi rutin mingguan, yakni kamis malam, dan untuk ketua umum dengan anggota-anggotanya pada jum’at pagi, evaluasi semesteran maupun tahunan untuk mengetahui permasalahan dan solusinya serta sejauh mana keberhasilan pencapaian visi dan misi pesantren serta implementasi nilai-nilai budaya organisasi pesantren yang dikembangkan oleh pesantren”.11

Dari ungkapan ketua yayasan bahwa dalam melaksanakan

evaluasi visi, misi dan nilai-nilai kepemimpinan pesantren ini, ketua

yayasan melibatkan ketua umum serta anggota-anggotanya. Evaluasi

dilaksanakan secara rutin melalui observasi, diskusi/tanya jawab dalam

11 Muhammad Ma’ruf (Ketua Yayasan), Wawancara, 20 November 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pertemuan rutin tiap minggu, triwulan, semesteran dan tahunan. Dan

evaluasi dengan menganalisis keberhasilan program pesantren, hasil

prestasi pesantren maupun menganalisis hasil ujian santri dalam

bidang formal.

Jadi, dalam paparan diatas pengembangan budaya organisasi

pesantren melalui tahap persiapan (merumuskan visi, misi pondok

pesantren), tahap penerimaan dan komitmen (sosialisasi dan

implementasi visi, misi serta nilai-nilai pondok pesantren), dan terakhir

adalah tahap evaluasi (melalui tapat dan musyawaroh kerja) pondok

pesanten Mambaus Sholihin.

2. Kepemimpinan Pondok Pesantren dalam Mengembangkan Budaya

Organisasi Pesantren Mambaus Sholihin

Mambaus Sholihin yang bercirikan Salaf Modern diambil dari

pengalaman dalam mendalami Ilmu Oleh K.H.Masbuhin Faqih dari Pesantren

Modern ke Pesantren Salaf. Sehingga menghasilkan perpaduan pendalaman Ilmu

kitab kuning dan tata Bahasa Arab, Inggris sebagai bahasa keseharian dalam

berkomunikasi. Dan dalam mengikuti program pendidikan yang ditetapkan

pemerintah juga dikembangkan pada pondok pesantren Mambaus Sholihin ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sehingga untuk menjalankan pesantren yang bercirikan salaf modern dibutuhkan

pengurus untuk mewujudkannya yang didukung oleh pimpinan pondok pesantren.

Lembaga pesantren biasanya dikelola secara turun-temurun,

pengelolaannya dilakukan dengan tetap memperhatikan keunggulan pendidikan

pesantren sejak didirikannya. Oleh karena dalam Organisasi Pondok Pesantren

Mambaus Sholihin (OSPPMS) yang baru berumur kurang lebih 30 tahun dan dua

generasi, maka kepemimpinan tertinggi selanjutnya pun mulai dirintis dari

pematangan dalam keilmuwan dan kepemimpinan dari keluarga maupun santri.

Dalam pengelolaan ini sudah mulai tertata rapi mulai jenjang PAUD sampai

INKAFA, walaupun terkadang masih ditemukan proses kegiatan yang belum

sesuai dengan tujuan antar jenjang lembaga yang ada.

Latihan keorganisasian diselenggarakan juga pada forum-forum orda

(Organisasi Daerah). Dalam orda tersebut ustadz ustadzah menjadi penasehat dan

Pembina organisasi sesuai dengan daerah asal masing-masing. Untuk organisasi

marhalah keterlibatan mereka berkaitan dengan fungsi mereka sebagai wali dan

Pembina marhalah. Dari hal ini dalam disimpulkan bahwa proses kepemimpinan

pondok pesantren dalam mengembangkan budaya organisasi pesantren sudah

mulai ditanamkan tidak hanya kepada pengurus namun kepada santri lewat

kegiatan pondo pesantren.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Selain adanya organisasi daerah, para santri juga mempunyai organisasi

komplek yang terdiri dari satu jenjang dan satu kelas. Masing-masing organisasi

mempunyai kegiatan rutin yang diselenggarakan satu minggu sekali yang biasa

disebut dengan jamiyah. Kegiatan yang dilakukan antara lain latihan pidato

(khitobah), baca puisi, drama, latihan kepemimpinan, sholawat, diskusi yang

dilakukan di setiap komplek dan juga musholla.

Selain kegiatan jamiyah, kegiatan rutin lainnya adalah pembacaan tahlil,

maulid, dan manaqib setiap Jumat malam. Dan acara tahunan yakni pada bulan

Muharrom yang dilakukan dengan berbagai perlombaan berupa qiraatul kutub

sampai telling story. Kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi para santri baru

agar lebih bersemangat dalam belajar dan mengikuti kegiatan pondok, disamping

itu juga bertujuan untuk menyaring para kader untuk mengikuti perlombaan yang

diadakan oleh wilayah kecamatan sampai nasional.

Pengkaderan ini juga terlihat dengan kerelaan hati untuk mengabdi di

pesantren sebagai bentuk kepatuhan santri terhadap Kiainya, bahkan juga dalam

rangka mendapat barokah Kiai. Dan mereka dengan ikhlas membantu pondok

tanpa mengharapkan pamrih dan tidak mengantungkan hidupnya dari pondok,

tetapi dalam kenyataan di lapangan tidak sedikit para santri yang tidak melakukan

sepenuhnya pengabdian ini yang bermacam-macam faktornya, baik dalam segi

ekonomi atau lainnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Untuk mengatasi pengabdian yang tidak tuntas maka pimpinan dan para

ustadz mengambil angkah bijaksana yakni dengan mewajibkan santri lulusan

Madrasah Aliyah yang selama masa pengabdian satu tahun dengan mengikuti

program lanjutan yaitu tingkat perguruan tinggi swasta yang ada pada lingkungan

pondok itu sendiri yaitu Intitut Keislaman Abdulah Faqih.

Organisasi Pondok Pesantren Mambaus Sholihin menerapkan konsep-

konsep yang khas dalam rangka pengembangan budaya organisasi pesantren.

Upaya secara formal dalam mengembangkan budaya organisasi pesantren dimulai

pada saat organisasi akan menyeleksi anggota baru. Pimpinan pesantren tentunya

tidak mau mengambil resiko dan berspekulasi dalam menyeleksi anggota baru

yang belum diketahui asal usul dan latar belakangnya. Pemimpin pesantren tidak

tidak mau menyeleksi anggota yang dianggap tidak cocok dengan kondisi dan

budaya pesantren, untuk itu tujuan secara eksplisit dari proses seleksi, bukan saja

proses mengidentifikasi tingkat pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan

anggota organisasi baru, tetapi juga untuk mengetahui latar belakang dan nilai-

nilai individual dan kepribadian individual.

Proses seleksi ini dilakukan dalam rangka mengelola komunitas pesantren

dan mengembangkan budaya organisasi pesantren yaitu berlakunya komunikasi

dua bahasa (Arab, Inggris) yang diadopsi dari Pondok Modern Gontor, sistem

salaf yang diadopsi dari Pondok Langitan dengan kitab-kitab salafnya dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

amaliyahnya mengambil dari pondok sawahpolo Surabaya. Dari kriteria diatas

dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mengembangkan budaya organisasi

pesantren pemimpin dan pengurus pondok pesantren Mambaus Sholihin

mengambil sikap saling pengertian diantara kedua belah pihak antara calon

anggota dengan organisasi artinya sebelum bergabung dengan organisasi

pesantren Mambaus Sholihin, calon anggota baru diharapkan terlebih dahulu

mengetahui kondisi kultural pesantren tersebut. Sebagaimana melalui mekanisme

interview, perusahaan bisa memahami kondisi kultural calon karyawannya.

Dengan pemahaman sejak awal diantara kedua belah pihak memungkinkan

pencari kerja dan calon pemberi kerja melakukan kontak psikologis.

Proses seleksi ini bertujuan tidak saja untuk mengetahui tingkat

pengetahuan, kemampuan dan keterampilan, tetapi lebih kepada untuk

mengetahui latar belakang nilai-nilai individu dan kepribadian para calon santri

dan ustad. Sehingga diharapkan kedepannya mereka bisa menjadi pengurus yang

mengerti kewajibannya dan mampu mengembangkan budaya organisasi

pesantren.

Sistem seleksi yang dilakukan Pondok Pesantren Mambaus Sholihin,

terutama pada proses seleksi calon ustad dan pengurus pondok ini mensyaratkan

bahwa semua ustad dan pengurus pondok pesantren harus lulusan pondok itu

sendiri. Dalam proses seleksi yang lebih dipentingkan adalah santri memiliki

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

nilai-nilai kepribadian yang kuat, walaupun juga tidak mengesampingkan

kelebihan pada tingkat pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Oleh karena

dengan menyeleksi dari orang-orang dalam sendiri (lulusan lembaga sendiri)

ditengarai sudah mengenal akan budaya organisasi yang sudah dibangun oleh

pendiri pesantren. Hal ini akan lebih mudah dalam mengembangkan budaya

organisasi pesantren yang dengan susah payah dibangun oleh pendiri yang telah

berhasil membangun citra lembaga sehingga lembaga berhasil membangun

karakter lembaga yang membedakan dengan pesantren lainnya. Oleh karenanya

harapan pemimpin pondok pesantren Mambaus Sholihin adalah adanya kesadaran

dan tindak lanjut pengurus dalam menjalankan budaya organisasi pesantren yang

telah ada agar mampu mengembangkannya sehingga menjadi budaya organisasi

pesantren yang memuaskan.

Salah satu kompetensi pemimpin organisasi adalah menerapkan

kepemimpinan dalam pekerjaan. Oleh karenanya Kiai sebagai motivator sangat

diperlukan dalam suatu kepemimpinan agar visi, misi serta tujuan Pesantren dapat

terealisasikan. Untuk memenuhi tujuan pesantren, dari observasi yang peneliti

lakukan tentang pengembangan budaya organisasi pesantren memandang bahwa

mereka (bawahan/pengurus dan dewan asatidz) adalah mitra yang harus

dikembangkan secara bersama untuk maju.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pengembangan budaya organisasi pesantren sangat bergantung dengan

bentuk kepemimpinan pengasuh (KH. Masbuhin Faqih) dalam memimpin

pesantren ini salah satunya adalah dengan cara memberikan motivasi, nasihat

dalam pengembangan budaya organisasi pesantren agar tidak tertinggal jauh

dengan sumber daya manusia diluar pesantren. Dan pemimpin yang demikian

adalah dengan cara meningkatkan motivasi bawahan, bahkan pemimpin pun tidak

segan-segan memberikan pujian kepada mereka.

Pimpinan mengadakan evaluasi dari hasil rencana dan pelaksanaan tugas

dengan mengadakan rapat secara bersama dan meminta untuk saling

mengemukakan hasilnya masing-masing kemudian dibicarakan secara bersama-

sama.

Oleh karena kesempatan asatidz-asatidazh untuk mengemukakan

pendapatnya adalah terbuka dalam forum rapat tersebut sejak perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Dari rapat tersebut kebebasan merupakan salah satu

faktor utama jalannya rapat, tetapi tidak bebas yang kelewatan, pengasuh juga

demikian dalam mengadakan rapat terlebih demi pengembangan pesantren

(budaya organisasi pesantren). Sehingga dalam menentukan kebijakan tidak

sewenang-wenang secara sepihak dengan memaksakan para dewan Pembina,

pembimbing dan pengurus dalam menentukan kebijakan juga tidak di dominasi

secara sepihak dari pimpinan tetapi lebih dalam forum rapat, atau paling tidak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

diadakan rapat dengan pimpinan tingkat atas, baru pada pengurus. Ini terlihat

sebagaimana tindakan yang dilakukan pengasuh (pimpinan pondok pesantren

Mambaus Sholihin) sebelum memutuskan sebuah kebijakan dalam hubungan

dengan budaya organisasi pesantren.

Jadi perencanaan (musyawarah kerja) berjalan saling memberi

kesinambungan antara pengasuh, mahkamah santri (pembimbing), ketua yayasan,

ketua umum serta pengurus dalam menjalankannya. Dari semua pihak saling

memberi masukan dan membantu satu sama lain demi berjalannya rencana-

rencana yang telah dijadwalkan dalam musyawarah kerja (muker). Tidak

tertinggal pula pengasuh pondok pesantren Mambaus Sholihin selalu memberi

motivasi serta kepercayaan terhadap mereka dalam menjalankan tugas dan

tanggungjawab.

3. Faktor Determinan dan Solusi kepemimpinan pondok pesantren dalam

mengembangkan budaya organisasi pesantren Mambaus Sholihin

Dalam pengembangan budaya organisasi pesantren selalu ada

penunjang dan penghambat dalam pengembangan budaya organisasi pesantren,

antara lain dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling mempengaruhi satu sama

lain yaitu orang, posisi dan situasi. Faktor penunjang dalam pengembangan

budaya organisasi pesantren Mambaus Sholihin, antara lain:

a. Kondisi Kepemimpinan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dalam sebuah kepemimpinan pasti melibatkan beberapa orang untuk

menjadikan organisasi tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah

direncanakan, oleh karenanya kondisi kepemimpinan meliputi antara lain;

pemimpin.

Pemimpin tertinggi pada organisasi pesantren Mambaus Sholihin

adalah pengasuh (Kiai) yang cenderung lebih memperlihatkan penilaian baik,

yakni dengan menjadi uswatun hasanah (tauladan yang baik) agar menjadi

contoh dan panutan terhadap orang lain, terlebih lingkungan pondok pesantren

sendiri yang terdiri dari pengurus dan santri dan masyarakat sekitar.

Sebagaimana salah satu masyarakat menyebutkan;

“Pak Buhin…. Memang dari dulu tekun dan rajin dalam segala hal baik belajar maupun bekerja, sampai beliau pernah demi menghidupi keluarganya ia memikul kayu bakar sendiri untuk dijual dipasar, bukan hanya itu ia juga tidak akan menolak orang yang meminta bantuan kepadanya, baik berupa materiil atau pun nonmaterial, sebagaimana para santri yang meminta keringanan biaya di pondok, beliau pun memberi lahan sebagai khodam (pembantu) dipondok seperti membantu memasak didapur atau membantu dikoperasi pondok itu sendiri” 12 Oleh karena sebagai seorang pemimpin tertinggi pesantren

memberikan contoh yang baik kepada pembimbing, ketua yayasan, ketua

umum, pengurus dan santri sehingga mereka dapat meniru sikap

pemimpinnya yang merupakan salah satu penunjang dalam pengembangan

budaya organisasi pesantren melalui nilai-nilai pesantren. 12 Abdul Ghofur (Warga desa Suci), Wawancara, 31 Desember 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Adapun penghambat dari hal ini adalah minimnya para pengurus yang

dapat mengambil contoh dari sikap yang telah ada pada diri pemimpin karena

mereka (pengurus) merasa lebih mengerti dan pintar dibandingkan dengan

santri-santri yang belum tahu seluk-beluk dalam organisasi pondok pesantren

Mambaus Sholihin dan mereka beranggapan bahwa strata sosial menjadi

pengurus adalah suatu hal yang bergengsi dalam kehidupan di pesantren.

Sedangkan dalam kenyataan di lapangan masih ditemukan pula pengurus

yang belum faham dengan kewajibannya dalam menjalankan tugas yang telah

diamanatkan selama masa pengabdian.

b. Faktor posisi dalam organisasi

Setiap individu kiranya mempunyai semacam bayangan (image)

mengenai cara ia harus bertindak dalam posisi tertentu seperti kualitas apa

akan merangsang mereka untuk bekerja sebaik mungkin. Sebagaimana tugas

dari pembimbing (Mahkamah Santri), antara lain:

1) Menegakkan sunnah dan disiplin OSPPMS.

2) Bertanggungjawab langsung kepada Pengasuh Pondok Pesantren

Mamba'us Sholihin.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3) Memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara pelanggaran kode

etik santri yang dilakukan oleh santri berstatus Ustadzah. 13

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas pembimbing

adalah memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara pelanggaran kode etik

santri yang mayoritas dari pembimbing tersebut sudah mampun menjalankan

tugasnya secara baik. Sedangkan tugas dari pengurus, antara lain:14

1) Bertanggungjawab atas jalannya OSPPMS dan program kerja

masing-masing bagian

2) Bertanggungjawab terhadap tugas-tugas masing-masing Wizaroh

demi tercapainya tujuan organisasi

3) Menjalankan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan

kemaslahatan OSPPMS

4) Mengontrol kinerja masing-masing pengurus dalam setiap kegiatan

5) Mengadakan kerja sama dengan instansi lain

6) Meningkatkan kesadaraan pengurus dalam melaksanakan tugas

masing – masing

Dari observasi peneliti dalam kegiatan pelaksanaan tugas pengurus

tersebut masih ditemukan beberapa pengurus yang tidak melaksanakan

tugasnya dengan alasan sudah ada pihak lain yang lebih aktif dalam

menjalankan tugas-tugas tersebut. Sehingga perlu adanya peningkatan

kesadaran antar pengurus melalui musyawarah rutinan untuk membahas

kinerja kepengurusan pondok pesantren Mambaus Sholihin.

13 Dokumentasi Organisasi Pesantren Mambaus Sholihin (OSPPMS) tahun 2013-2014. 14 Dokumentasi Organisasi Pesantren Mambaus Sholihin (OSPPMS) tahun 2013-2014.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

c. Situasi dari organisasi

Pemimpin yang cerdik dan mampu menggapai masa depan merupakan

pemimpin yang dapat menggunakan pendekatan situasi. Pendekatan ini untuk

dapat mengkondisikan fleksibilitas dalam kepemimpinan untuk menyesuaikan

diri dengan berbagai macam situasi. Perubahan dalam menjalankan

kepemimpinan itu banyak ditentukan waktu, tempat dan kondisi lingkungan

menuntutnya. Sebagaimana dalam penetapan suatu kebijakan pondok

pesantren Mambaus Sholihin;

“Kalau perencanaan itu jelas kami yang merencanakan terlebih dahulu. Sebelumnya juga kita konsultasikan terlebih dulu kepada pengasuh, mahkamah santri (pembimbing) dan pengurus. Kemudian rencana pemimpin ini dijabarkan kepada dewan pengurus dalam suatu rapat. Biasanya rapat ini dilaksanakan menjelang awal tahun ajaran yang membahas program kerja mendatang. Disitu, kita kemukakan rencana-rencana yang akan dicapai pada tahun yang akan datang dengan mengemukakan hasil-hasil yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Sehingga kita bisa mengevaluasi, pengasuh, mahkamah santri (pembimbing), ketua umum dan pengurus juga bisa mengevaluasi kinerjanya masing masing. Misalnya dengan mengemukakan, bagaimana kinerja Organisasi Pengurus Pesantren Mambaus Sholihin (OSPPMS) tahun ini sesuai dengan program atau tidak. Dan bagaimana target untuk masa yang akan datang. Itu selalu kita kemukakan sehingga ada rencana kerja dari setiap orang, setiap pengurus juga punya keinginan untuk lebih mencapai target yang telah ditentukan. Jadi setiap tahun dapat kita berusaha untuk meningkatkannya. 15

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemimpin tertinggi

pondok pesantren Mambaus Sholihin adalah merupakan penentu kebijakan

15 Zainul Huda (Pembimbing OSPPMS), Wawancara,21 November 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pondok yang dilakukan secara kekeluargaan dan keterbukaan ketika kebijakan

itu ditetapkan dan diberlakukan.

Sedangkan penghambat dari situasi dalam organisasi ini adalah

kurangnya kedisiplinan dari pengurus dalam menjalankan kebijakan yang

telah ditetapkan oleh pengasuh pondok pesantren Mambaus Sholihin.