bab iii analisis model - digilib.itb.ac.id · optimasi logistik seringkali malah menambah biaya....

39
BAB III ANALISIS MODEL Analisis model yang dilakukan berbasis pada cara pendefinisian rencana dan arsitektur di EAP (lihat gambar II.2), yang terdiri dari empat langkah yaitu persiapan, analisis kondisi saat ini, analisis tujuan ke depan (data, aplikasi, dan teknologi), dan diakhiri dengan metode implementasinya. Adapun analisis yang dilakukan pada penelitian ini tidak mencakup metode implementasi. Di antara analisis kondisi saat ini dan analisis tujuan ke depan akan disisipkan kegiatan observasi model yang saat ini sudah ada. Pemetaan dari cara pendefinisian rencana dan arsitektur di EAP dengan langkah- langkah analisis model yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pada tahap persiapan (planning initation), akan dilakukan penentuan lingkup dari model. 2. Pada tahap business modeling, akan dilakukan analisis tentang kondisi supply chain pertanian Indonesia saat ini. 3. Pada tahap identifikasi current system & technology, akan dilakukan identifikasi tentang teknologi pendukung yang saat ini sudah digunakan untuk mendukung supply chain pertanian Indonesia saat ini. 4. Pada tahap identifikasi data, application & technology architecture, akan dilakukan analisis terhadap elemen-elemen model. Aspek data, aplikasi, dan teknologi akan menjadi bagian dari elemen-elemen penyusun model. Sebelum melakukan analisis terhadap elemen-elemen penyusun model, akan dilakukan beberapa kegiatan yaitu: a. Observasi model CPFR b. Identifikasi kebutuhan model c. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap supply demand komoditas pertanian Indonesia d. Analisis elemen model 24

Upload: vuongngoc

Post on 16-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

BAB III

ANALISIS MODEL

Analisis model yang dilakukan berbasis pada cara pendefinisian rencana dan

arsitektur di EAP (lihat gambar II.2), yang terdiri dari empat langkah yaitu

persiapan, analisis kondisi saat ini, analisis tujuan ke depan (data, aplikasi, dan

teknologi), dan diakhiri dengan metode implementasinya. Adapun analisis yang

dilakukan pada penelitian ini tidak mencakup metode implementasi. Di antara

analisis kondisi saat ini dan analisis tujuan ke depan akan disisipkan kegiatan

observasi model yang saat ini sudah ada.

Pemetaan dari cara pendefinisian rencana dan arsitektur di EAP dengan langkah-

langkah analisis model yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pada tahap persiapan (planning initation), akan dilakukan penentuan lingkup

dari model.

2. Pada tahap business modeling, akan dilakukan analisis tentang kondisi supply

chain pertanian Indonesia saat ini.

3. Pada tahap identifikasi current system & technology, akan dilakukan

identifikasi tentang teknologi pendukung yang saat ini sudah digunakan untuk

mendukung supply chain pertanian Indonesia saat ini.

4. Pada tahap identifikasi data, application & technology architecture, akan

dilakukan analisis terhadap elemen-elemen model. Aspek data, aplikasi, dan

teknologi akan menjadi bagian dari elemen-elemen penyusun model. Sebelum

melakukan analisis terhadap elemen-elemen penyusun model, akan dilakukan

beberapa kegiatan yaitu:

a. Observasi model CPFR

b. Identifikasi kebutuhan model

c. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap supply demand

komoditas pertanian Indonesia

d. Analisis elemen model

24

Page 2: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

Gambar III.1 menunjukkan skema analisis penelitian ini berdasarkan cara EAP

dalam mendefinisikan rencana dan arsitektur suatu enterprise.

Menentukan Lingkup Model

Analisis Kondisi Saat Ini

• Supply Chain Pertanian Indonesia Saat Ini

• Teknologi Pendukung Saat Ini

Analisis Tujuan ke Depan

• Observasi Model CPFR• Identifikasi Kebutuhan

Model• Analisis Faktor• Analisis Elemen Model

Planning InitiationBusiness Modelling, Current System & 

Technology 

Data, Application, and Technology Architecture

Gambar III.1 Skema Analisis

III.1 Identifikasi Tujuan dan Lingkup Model

Fase pertama dari EAP adalah initiation planning. Salah satu aktivitas pada fase

ini adalah melakukan identifikasi tujuan dan lingkup dari enterprise. Dalam

penelitian ini, tahapan analisis yang pertama kali dilakukan adalah melakukan

identifikasi tujuan dan lingkup dari model supply demand komoditas pertanian di

Indonesia.

Tujuan dari model yang akan dibangun adalah menggambarkan suatu proses

kolaborasi supply demand suatu komoditas pertanian antar wilayah di Indonesia.

Suatu wilayah dapat berperan sebagai produsen, dapat pula berperan sebagai

konsumen. Untuk menyederhanakan model, tidak akan dimasukkan unsur

perantara (misal distributor, retailer, pasar induk, dan lain-lain) ketika suatu

komoditas berada di suatu wilayah hingga komoditas tersebut sampai di tangan

konsumen akhir (orang atau organisasi).

Lingkup model yang dimaksud adalah lingkup dari enterprise. Sedangkan

enterprise yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu lingkungan supply

chain komoditas pertanian yang terdiri dari partisipan supply chain seperti yang

25

Page 3: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

disebutkan pada bab II.3.3, yaitu produsen, distributor, retailer, konsumen, dan

service provider. Dalam penelitian ini, akan ditambahkan satu partisipan lain yaitu

regulator. Regulator disini berfungsi perencana dan pengatur proses kolaborasi

antar partisipan yang lain dalam melakukan aktivitas-aktivitas supply chain

komoditas pertanian di Indonesia.

Dalam penelitian ini, tidak semua partisipan akan menjadi konsiderasi dalam

pembuatan model. Service provider tidak menjadi konsiderasi karena fungsinya

yang hanya sebagai pendukung aktivitas partisipan yang lain. Distributor dan

retailer juga tidak menjadi konsiderasi sesuai dengan pernyataan pada awal sub

bab ini.

Oleh karena itu, lingkup enterprise yang sekaligus menjadi lingkup model dalam

penelitian ini adalah regulator, produsen, dan konsumen.

III.2 Analisis Kondisi Saat Ini

Layer kedua dari EAP fokus pada kondisi enteprise saat ini. Dalam penelitian ini,

tahapan analisis yang kedua adalah melakukan identifikasi analisis terhadap

kondisi supply chain pertanian Indonesia saat ini. Sesuai dengan tahapan pada

layer kedua dari EAP, analisis dilakukan terhadap model bisnis dan teknologi

pendukung yang saat ini digunakan.

III.2.1 Supply Chain Pertanian Indonesia Saat Ini

Tahapan pertama dari layer kedua EAP adalah memodelkan bisnis. Dalam

analisis model yang akan dibangun, pemodelan bisnis dilakukan dengan

melakukan identifikasi terhadap kondisi supply chain pertanian Indonesia saat ini.

Berikut identifikasi supply chain pertanian Indonesia saat ini:

1. Di akhir tahun, pemerintah menetapkan target jumlah produksi suatu

komoditas pertanian untuk dihasilkan oleh suatu wilayah di tahun berikutnya.

2. Tidak ada pengaturan dari pemerintah pusat tentang distribusi suatu komoditas

pertanian dari suatu wilayah yang memiliki kelebihan jumlah produksi ke

wilayah lain yang kekurangan komoditas tersebut. Untuk mendapatkan

26

Page 4: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

komoditas pertanian dari wilayah yang lain, suatu wilayah mengikuti lelang

komoditas pertanian.

3. Impor suatu komoditas belum secara lengkap melihat jumlah produksi

komoditas tersebut di seluruh wilayah Indonesia, sehingga seringkali terjadi

produksi lokal menjadi mubazir karena adanya produk dari luar.

4. Tidak tersedianya informasi atas jumlah produksi untuk suatu komoditas

pertanian secara cepat dan tepat.

5. Tidak tersedianya informasi atas jumlah yang telah dikonsumsi untuk suatu

komoditas pertanian secara cepat dan tepat.

6. Distribusi bibit dan pupuk bersubsidi ke suatu wilayah seringkali tidak

mencukupi atau berlebihan dan terlambat, sehingga dapat mengganggu proses

produksi.

7. Petani di Indonesia tidak memiliki akses terhadap informasi yang cukup

terhadap kondisi supply demand pertanian di Indonesia secara umum, di

wilayahnya secara khusus.

III.2.2 Teknologi Pendukung Saat Ini

Tahapan kedua dari layer kedua EAP adalah analisa sistem dan teknologi saat ini.

Dalam analisis model yang akan dibangun, tahapan ini dilakukan dengan

melakukan identifikasi terhadap teknologi informasi yang saat ini sudah

diterapkan untuk mendukung aktivitas supply chain pertanian di Indonesia.

Saat ini, untuk mendukung aktivitas supply chain pertanian di Indonesia

sebenarnya sudah mulai diterapkan beberapa teknologi informasi pendukung. Hal

ini bisa dilihat dari sudah diimplementasikannya Sistem Informasi Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Pertanian (SINGOSARI), yang bisa diakses di

http://agribisnis.net/singosari/index.php. Selain itu, juga sudah diterapkannya

teknologi mobile, yaitu informasi harga beras via SMS.

27

Page 5: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

Sistem-sistem yang sudah disiapkan tersebut memiliki fungsi untuk

mengumpulkan informasi mengenai supply, demand, harga, distribusi, dan lain

sebagainya dari suatu komoditas pertanian yang didapat atau diisi langsung oleh

petugas atau operator di daerah. Sayangnya, sistem tersebut masih jarang sekali

dimutakhirkan datanya.

III.3 Observasi Model CPFR

Untuk memudahkan dalam analisis model yang akan dibangun, akan dilakukan

observasi terhadap model yang sudah ada terlebih dahulu. Observasi ini

merupakan pra analisis model yang merupakan pelaksanaan dari layer ketiga dari

EAP yaitu data, application & technology architecture. Model yang akan

diobservasi adalah model CPFR (Collaborative, Planning, Forecasting, and

Replenishment). Model ini dipilih karena:

1. Model ini adalah salah satu contoh model supply chain

2. Model ini menggunakan prinsip kolaborasi antar partisipannya

3. Pada model ini, supply suatu produk berdasarkan atas demand terhadap

produk tersebut.

Sebelum membahas CPFR terlebih dahulu harus dilakukan pembahasan terhadap

konsep ECR yang melatarbelakangi konsep CPFR.

III.3.1 ECR

ECR (Effective Consumer Response) adalah konsep manajemen yang

komprehensif berbasis kolaborasi vertikal di proses manufaktur dan retail dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara efisien.

Komponen utama dari ECR adalah supply chain management (SCM) dan

category management (CM). SCM melihat dari sisi logistik, sedangkan CM

melihat dari sisi pemasaran. Dalam penelitian ini, yang diobservasi hanyalah

bagian SCM-nya saja (Seifert, 2003).

28

Page 6: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

III.3.1.1 Tujuan Konsep ECR

Tujuan utama dari ECR adalah untuk mentransformasi solusi individu yang

kurang optimal pada rantai pasok (supply chain) individu menjadi solusi yang

komprehensif. Tujuan konkritnya, dalam dunia logistik kooperatif dan kemudian

di SCM, adalah untuk menghapus ketidakefisienan yang terjadi karena sekuens

yang terkoordinasi pada rantai pasok, misalnya inventori atau informasi yang idle

untuk waktu yang lama atau penggudangan atas stok yang tidak perlu (Seifert,

2003).

Dalam pemasaran kooperatif, tujuannya adalah untuk mengoreksi kecenderungan

yang salah dalam aktivitas promosi, pensortiran keputusan, dan pengenalan

produk. Permasalahan utamanya adalah tidak adanya atau tidak cukupnya

informasi atas kebutuhan konsumen.

Sasaran dari ECR adalah untuk memungkinkan produsen, retailer, dan konsumen

berpartisipasi dalam pembentukan nilai untuk mendapatkan win-win solution di

antara ketiganya (Seifert, 2003).

III.3.1.2 Prinsip Push ke Prinsip Pull pada Supply Chain

ECR melakukan rekayasa ulang terhadap supply chain. Yang berkembang saat ini

adalah aliran proses di supply chain menggunakan prinsip push. Yaitu volume

produk di-push dari pihak produsen. Hal ini menyebabkan (Seifert, 2003):

1. Produksi tidak sinkron dengan demand terhadap produk tersebut yang

menyebabkan tidak efisiennya penggudangan di sisi retailer dan produsen.

2. Retailer membeli produk dalam jumlah besar untuk mendatkan discount,

tetapi menyebabkan pembengkakan biaya di sisi lain di supply chain.

3. Tidak tentunya rencana produksi dan rendahnya level layanan ke konsumen.

Permasalahan ini akan menjadi lebih besar jika produsen terus-menerus

meningkatkan jumlah produksi. Hal ini dapat menyebabkan penuhnya gudang

retailer yang memaksa retailer untuk menurunkan harga untuk meningkatkan

29

Page 7: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

demand konsumen yang dapat menurunkan keuntungan di sisi retailer dan

produsen.

Dengan ECR, akan terjadi kebalikannya. Prinsip pull menggunakan konsumen

sebagai referensi dan tidak berusaha untuk menekan produksi ke channel

distribusi. Kebutuhan dan perilaku konsumen menjadi konsiderasi utama. Demand

ditentukan melalui pengukuran yang didapatkan dari riset pasar dan analisis data.

Produksi dan distribusi di supply chain disinkronkan dengan informasi yang

didapatkan oleh retailer. Distribusi ditujukan untuk produsen dan konsumen.

Terjadi pertukaran informasi antar tiap partisipan di supply chain. Penjelasan

terhadap reengineering atas prinsip ini (Seifert, 2003) dapat dilihat pada gambar

III.2.

Gambar III.2 Reengineering Rantai Pasok (Supply Chain)

III.3.1.3 ECR-Supply Chain Management

Kerjasama antar partisipan seringkali menimbulkan konflik. Setiap partisipan

ingin meminimalkan biayanya. Optimasi logistik seringkali malah menambah

biaya. Optimasi pada suatu tahap di supply chain tidak membawa optimasi di

keseluruhan tahap di supply chain. SCM menawarkan solusi optimasi yang

komprehensif di supply chain dengan tujuan efisiensi sistem secara total (Seifert,

2003).

30

Page 8: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, proses suppy chain planning (SCP)

yang merupakan bagian awal dari SCM harus dilakukan. Tabel III.2 memaparkan

aplikasi-aplikasi utama di SCP (Seifert, 2003).

Tabel III.1 Aplikasi Utama di Supply Chain Planning Aplikasi SCP Keterangan

Perencanaan Kebutuhan

(Demand Planning)

Optimasi kuantitas demand.

Perencanaan Distribusi

(Distribution Planning)

Perencanaan distribusi berorientasi demand, misalnya

memperhitungkan gap produksi dan keterlambatan

pengiriman.

Perencanaan Sumber Daya

Terbatas

(Constraint-Based Master

Planning)

Menghasilkan perencanaan secara real time dengan

konsiderasi keterbatasan material, kapasitas, dan

individu dalam jaringan distribusi, manufaktur, dan

pemasok yang terintegrasi.

Perencanaan Transportasi

(Transportation Planning)

Perencanaan transportasi memberikan transparansi

yang diperlukan dan hal itu dapat mengakomodasi

setiap perpindahan produk.

Perencanaan dan

Penjadwalan Proses

Manufaktur

(Manufacturing Planning and

Scheduling)

Rencana detail atas produksi. Memastikan rencana

dependensi dan rencana waktu secara tepat.

Perancangan dan Optimasi

Jaringan

(Network Design and

Optimization)

Memodelkan keseluruhan supply chain dan situasi

bisnisnya dalam rangka untuk merekomendasikan

strategi yang paling ekonomis. Dengan demikian,

perusahaan dapat dengan cepat dan mudah melihat

keadaan supply chain.

Tersedia untuk Janji

(Available to Promise)

Ikatan akan ketersediaan dan perjanjian waktu

pengiriman menjadi mungkin melalui pandangan yang

terintegrasi di supply chain. Dengan demikian, semua

inventori, pesanan, sumber daya (transportasi,

kapasitas produksi, personel, dll) yang tersedia, dan

alternatif supplier harus diperhitungkan.

31

Page 9: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

III.3.2 CPFR

III.3.2.1 Definisi

Collaborative, Planning, Forecasting, and Replenishment (CPFR) adalah inisiatif

dari semua partisipan di supply chain yang ingin meningkatkan hubungan antar

partisipan melalui proses perencanaan bersama dan berbagi informasi.

CPFR merupakan evolusi dan perbaikan dari konsep ECR. CPFR melibatkan

tingkat kepercayaan antar partisipan yang lebih tinggi dibandingkan ECR dan

sepakat bukan hanya berbagi data, tetapi juga mendapatkan perbaikan terukur atas

kualitas data.

CPFR dikembangkan karena adanya kesempatan untuk mengendalikan dan

mengoptimasi keseluruhan proses supply chain dengan lebih baik, dikarenakan

adanya internet dan B2B marketplace.

CPFR dan Collaborative Customer Relationship Management (CCRM)

melahirkan konsep bisnis generasi kedua dari ECR. CCRM merupakan

pengembangan di sisi demand yang memungkinkan terjadinya koordinasi

manajemen di semua touch point konsmen (point of sales, TV, radio, call center,

email, internet, dll).. Ciri utama dari CPFR adalah memiliki hubungan yang kuat

pada perhitungan di sisi demand. Komponen perencanaan (planning) dan

forecasting membutuhkan pertukaran informasi secara intesif, bukan hanya pada

level logistik, tetapi juga di perencanaan manajemen, pemasaran, dan keuangan.

Manajemen senior dapat menggunakan CPFR atas kelebihannya di efisiensi pada

SCM strategis (Seifert, 2003).

III.3.2.2 Model Proses CPFR

Proses model CPFR dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama adalah fase

perencanaan/planning (langkah 1 dan 2), fase kedua adalah fase

perkiraan/forecasting (langkah 3 – 8), dan fase ketiga adalah replenishment

(langkah 9). Gambar III.3 menunjukkan model proses CPFR (Seifert, 2003).

32

Page 10: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

Gambar III.3 Model Proses CPFR

III.3.3 Kesimpulan Observasi

Dari observasi yang dilakukan terhadap konsep ECR dan CPFR, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Konsep ECR yang melibatkan semua partisipan supply chain sesuai dengan

kebutuhan dari model yang akan dibangun dalam penelitian ini yang

33

Page 11: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

mensyaratkan terjadinya kolaborasi antar titik, dimana titik ini dapat berperan

sebagai produsen atau supplier dan dapat juga berperan sebagai konsumen.

2. Konsep CPFR yang menerapkan perencanaan dan perkiraan (forecasting)

sesuai dengan kebutuhan dari model yang akan dibangun yang bertujuan agar

tidak terjadi over supply atau supply yang kurang untuk suatu komoditas di

suatu wilayah. Karena dengan adanya perencanaan dan perkiraan yang baik

diharapkan supply suatu komoditas di suatu titik dapat dipenuhi sesuai dengan

demand di titik tersebut.

3. Model proses CPFR tidak menangani partisipan regulator yang menjadi

lingkup penelitian ini.

4. Dari model CPFR dapat dirangkum langkah-langkah aktvitas kolaborasi

supply chain sebagai berikut:

a. Membuat kesepakatan kolaborasi.

b. Pada tahap perencanaan, setelah kesepakatan kolaborasi dilakukan, yang

pertama kali dilakukan adalah membuat rencana bisnis bersama. Dalam

membuat rencana bisnis bersama, yang paling penting adalah mengetahui

kemampuan masing-masing partisipan kolaborasi untuk membuat rencana

bisnis yang efektif. Dapat disimpulkan bahwa pada tahap perencanaan

yang pertama kali dilakukan adalah melakukan identifikasi potensi

masing-masing partisipan kolaborasi.

c. Setelah potensi semua partisipan kolaborasi teridentifikasi, yang

selanjutnya dilakukan adalah membuat perkiraan penjualan, atau dengan

kata lain membuat perkiraan demand dari pasar yang akan dituju.

Perkiraan yang dibuat harus disertai dengan identifikasi kesalahan yang

mungkin terjadi. Oleh karena itu, pada suatu saat perkiraan demand

tersebut harus dapat dikoreksi.

d. Langkah berikutnya adalah membuat perkiraan pemesanan atau dapat

dikatakan dengan membuat target produksi. Sama seperti membuat

perkiraan demand, membuat target produksi juga harus disertai dengan

34

Page 12: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

identifikasi kesalahan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, pada suatu

saat target produksi tersebut harus dapat dikoreksi.

e. Setelah target produksi ditetapkan, berikutnya adalah proses produksi.

f. Setelah produksi dilakukan, langkah terakhir adalah melakukan

pengiriman produk.

5. Model proses CPFR dapat digunakan sebagai acuan untuk membangun model

sesuai tujuan penelitian ini.

III.4 Identifikasi Kebutuhan Model

Sebelum memulai analisis faktor yang berpengaruh terhadap model, harus

didefinisikan terlebih dahulu kebutuhan dari model yang akan dibangun.

Kebutuhan model ini akan menjadi arahan dalam menentukan faktor-faktor yang

berpengaruh dan elemen-elemen penyusun model. Identifikasi kebutuhan model

ini merupakan pra analisis model yang merupakan pelaksanaan dari layer ketiga

dari EAP yaitu data, application & technology architecture.

Model supply demand komoditas pertanian di Indonesia harus memenuhi

kebutuhan sebagai berikut:

1. Model yang dibuat adalah model supply demand sehingga harus mencakup

proses supply yang berdasarkan pada demand, seperti prinsip pull yang

ditunjukkan pada gambar III.2.

2. Karena supply berdasarkan pada demand, maka model harus mencakup

aktivitas perencanaan yang berskala nasional.

3. Aktivitas perencanaan harus disertai dengan koreksi atas perencanaan.

4. Model yang dibuat memanfaatkan dukungan teknologi informasi.

5. Aktivitas operasi pada model harus lengkap sesuai dengan kategori operasi

supply chain pada bab II.3.4.

35

Page 13: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

6. Model yang dibuat harus dapat melibatkan partisipasi masyarakat atau

organisasi masyarakat yang ingin berkontribusi untuk kemajuan pertanian di

Indonesia.

7. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia pada umumnya,

masyarakat petani pada khususnya, model yang dibuat harus dilengkapi

dengan aktivitas berbagi pengetahuan (sharing knowledge).

8. Model yang dibuat harus dapat menunjukkan hubungan supply demand di

Indonesia dengan manca negara.

9. Model yang dibuat harus dapat memberikan solusi terhadap permasalahan

masih terjadinya over supply suatu komoditas pertanian di suatu wilayah dan

kekurangan pasokan atas komoditas yang sama di wilayah yang lain.

III.5 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Supply Demand Komoditas

Pertanian

Untuk mendefinisikan faktor-faktor yang mempengaruhi supply demand

komoditas hasil pertanian di Indonesia, akan dilihat dari perspektif pada

framework pemodelan ARCON. Faktor-faktor ini akan menjadi dasar dalam

penentuan elemen-elemen penyusun model. Aktivitas ini merupakan salah satu

aktivitas dari analisis model yang merupakan pelaksanaan dari layer ketiga dari

EAP yaitu data, application & technology architecture.

Berikut adalah analisa untuk mendefinisikan faktor-faktor yang mempengaruhi

supply demand komoditas pertanian di Indonesia.

III.5.1 Perspektif Daur Hidup

Faktor daur hidup supply chain akan mempengaruhi supply demand komoditas

pertanian di Indonesia karena pendefinisian daur hidup dari suatu supply chain

akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas dalam supply chain tersebut.

36

Page 14: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

III.5.2 Perspektif Karakteristik Lingkungan

III.5.2.1 Endogenous Elements

Faktor-faktor yang mempengaruhi supply demand komoditas pertanian sesuai

dengan dimensi yang terdapat pada endogenous elements adalah:

1. Faktor Struktural

Faktor struktural adalah partisipan dari kolaborasi supply demand komoditas

pertanian Indonesia. Faktor ini menjadi penting karena partisipan inilah yang

melakukan aktivitas-aktivitas pada supply chain komoditas pertanian.

Semakin lengkapnya dan semakin baiknya hubungan antar partisipan, maka

semakin baik pula aktivitas kolaborasi tersebut.

2. Faktor Fungsional

Faktor fungsional adalah aktivitas-aktivitas yang terjadi pada kolaborasi

supply demand komoditas pertanian Indonesia. Faktor ini merupakan salah

satu faktor yang paling penting karena semakin lengkapnya dan semakin

terintegrasinya fungsi-fungsi atau aktivitas-aktivitas pada kolaborasi maka

semakin efektif dan efisien pula kegiatan kolaborasi tersebut.

3. Faktor Komponensial

Faktor komponensial terdiri dari beberapa faktor:

a. Faktor Sumber Daya Informasi

Sumber daya informasi menjadi faktor penting dalam supply demand

komoditas pertanian sesuai dengan penjelasan pada bab 2.3.2 tentang area

SCM.

b. Faktor Perangkat Lunak

Faktor perangkat lunak menjadi faktor yang penting dalam supply demand

komoditas pertanian karena perangkat lunak dibutuhkan dalam mengelola

data dan informasi yang dibutuhkan pada poin (a) dalam melakukan

aktivitas supply chain.

37

Page 15: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

c. Faktor Perangkat Keras

Faktor perangkat keras dapat mempengaruhi supply demand komoditas

pertanian sebagai perangkat teknologi yang menjalankan perangkat lunak

pada poin (b).

d. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM)

Faktor SDM dapat mempengaruhi supply demand komoditas pertanian

sebagai pengguna yang menggunakan perangkat lunak pada poin (b).

4. Faktor Tingkah Laku

Faktor tingkah laku menjadi penting karena budaya dan perilaku dari setiap

partisipan pada kolaborasi supply demand komoditas pertanian dapat

mempengaruhi aktivitas di dalam kolaborasi.

III.5.2.2 Exogenous Interactions

Faktor-faktor yang mempengaruhi supply demand komoditas pertanian sesuai

dengan dimensi yang terdapat pada exogenous interactions adalah:

1. Faktor Pasar

Faktor pasar (market) yang tentunya akan sangat mempengaruhi kegiatan

supply chain karena akhir dari aktivitas supply chain adalah memasarkan atau

menjual produknya ke pasar.

2. Faktor Dukungan

Faktor dukungan misalnya dukungan asuransi dan dukungan manajemen

keuangan dapat mempengaruhi supply demand komoditas pertanian karena

dengan dukungan yang sesuai dari pihak ketiga, dapat meningkatkan kinerja

dari aktivitas supply demand komoditas pertanian.

3. Faktor Masyarakat

Suatu aktivitas supply chain pasti akan dipengaruhi oleh kondisi dan peran

dari masyarakat di sekitarnya, misalnya kondisi sosial politik, kondisi

ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat peranan dari masyarakat, dan

38

Page 16: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

sebagainya. Semakin sesuai antara kondisi dan peran masyarakat dengan

kondisi yang diharapkan oleh aktivitas supply chain komoditas pertanian,

maka akan semakin baik aktivitas tersebut.

4. Faktor Konstitusi

Faktor konstitusi dapat mempengarui aktivitas kolaborasi supply demand

pertanian di Indonesia, karena faktor ini dapat menarik partisipan lain untuk

menggabungkan diri dalam kolaborasi supply demand pertanian.

III.6 Analisis Elemen Model

Untuk mendefinisikan elemen model supply demand komoditas hasil pertanian di

Indonesia, akan menggunakan framework pemodelan ARCON. Oleh karena itu,

berikut adalah analisa untuk tiga perspektif yang terdapat pada framework

pemodelan ARCON. Setiap elemen model ini merupakan pencerminan dari hasil

yang didapat dari layer ketiga EAP yaitu arsitektur data dan aplikasi. Sedangkan

arsitektur teknologi akan menjadi bahasan khusus setelah analisis elemen model.

III.6.1 Perspektif Daur Hidup

Salah satu faktor yang mempengaruhi supply demand komoditas pertanian di

Indonesia adalah daur hidup dari proses kolaborasi dari enterprise pertanian di

Indonesia. Daur hidup ini merupakan salah satu dari entitas arsitektur data di EAP

tentang enterprise pertanian di Indonesia.

Berikut analisa daur hidup enterprise pertanian di Indonesia.

1. Creation

Pada tahap ini akan mencakup proses inisiasi dan pembentukan enterprise

pertanian Indonesia. Sebelum tahap ini dilakukan diasumsikan enterprise

pertanian belum terbentuk, dan pada tahap ini dilakukan inisiasi pembentukan

enterprise pertanian yaitu dengan menentukan visi dari enterprise pertanian

dan bentuk kerjasama antar partisipan di kolaborasi di dalam enterprise

pertanian.

39

Page 17: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

2. Operation

Sesuai dengan kategorisasi operasi supply chain yang telah dijelaskan pada

sub bab 2.3.4, terdapat empat langkah operasi supply chain, yaitu:

a. Plan atau perencanaan

Aktivitas-aktivitas pada tahap ini misalnya pengumpulan informasi,

melakukan perkiraan terhadap demand, dan penentuan target produksi.

b. Source atau pengadaan

Untuk domain permasalahan pertanian, aktivitas-aktivitas pada tahap

pengadaan misalnya pengadaan bibit dan pupuk dari pemerintah pusat ke

daerah-daerah.

c. Make atau produksi

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas yang menghasilkan

komoditas pertanian yang siap untuk didistribusikan ke wilayah-wilayah

yang membutuhkan.

d. Deliver atau distribusi

Yaitu tahapan supply chain yang terdiri atas operasi pengiriman komoditas

ke wilayah-wilayah yang membutuhkan hingga ke konsumen akhir.

Sebagai batasan pada model ini, aktivitas distribusi hanya dari suatu

wilayah ke wilayah yang lain, tidak sampai ke konsumen akhir.

3. Evolution

Tahap evolution seharusnya ada dalam suatu CNO atau dalam hal ini

enterprise pertanian, karena aktivitas-aktivitas yang terjadi di tahap operation

pasti akan mengalami perubahan seiring dengan berjalannya proses kolaborasi

di enteprise pertanian. Akan tetapi, untuk membatasi permasalahan, tahap

evolusi ini tidak menjadi bagian dari model yang akan dibangun.

4. Dissolution

Kolaborasi supply demand pertanian bukanlah kolaborasi dalam waktu yang

singkat, sehingga tahap ini tidak menjadi bagian dari model yang akan

dibangun.

40

Page 18: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

5. Metamorphosis

Tahap ini seharusnya ada dalam suatu CNO atau dalam hal ini enterprise

pertanian, karena seiring dengan berjalannya proses kolaborasi di enterprise

pertanian, kemungkinan besar akan terdapat perubahan visi dan misi dari

proses kolaborasi, misalnya karena bergabungnya aspek perdagangan,

perindustrian, atau yang lainnya. Tahap ini juga tidak menjadi bagian dari

model untuk membatasai permasalahan.

Gambar III.4 menjelaskan daur hidup enterprise pertanian yang seharusnya dan

gambar III.5 menjelaskan daur hidup enterprise pertanian yang menjadi lingkup

dalam model yang dibangun. Pada aktivitas operation di kedua gambar

sebenarnya terjadi siklus yang selalu berulang di setiap periode perencanaan

tertentu, yaitu tiap satu tahun.

Creation-Visi, MisiKolaborasi

-Kontrak Kerjasama

Aktivitas Harian

Operation-Perencanaan-Pengadaan-Produksi-Distribusi

Evolution

Metamorphosis

Gambar III.4 Daur Hidup Enterprise Pertanian yang Lengkap

Sesuai dengan analisa daur hidup, maka daur hidup enterprise pertanian yang

menjadi lingkup dalam model ini adalah creation dan operation.

Creation-Visi, MisiKolaborasi

-Kontrak Kerjasama

Aktivitas Harian

Operation-Perencanaan-Pengadaan-Produksi-Distribusi

Gambar III.5 Daur Hidup Enterprise Pertanian pada Lingkup Model

41

Page 19: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

III.6.2 Perspektif Karakteristik Lingkungan

Berikut analisa karakteristik lingkungan enterprise pertanian di Indonesia.

III.6.2.1 Endogenous Elements

Terdapat empat buah dimensi untuk dapat menggambarkan karakteristik internal

enterprise pertanian di Indonesia, yaitu:

1. Dimensi Struktural

Sesuai dengan identifikasi lingkup model yang sudah dilakukan, partisipan

yang terlibat di dalam model ini adalah regulator, produsen, dan konsumen.

a. Regulator adalah partisipan yang berfungsi dalam pengaturan proses

kolaborasi supply demand pertanian antar wilayah di Indonesia. Dalam

model ini, yang berperan sebagai regulator adalah pemerintah pusat.

Pemerintah pusat dipilih sebagai pengatur dan pembuat keputusan dalam

supply chain komoditas pertanian karena seperti yang ditunjukkan pada

gambar III.6, pemerintah pusat yang menjadi pemimpin atau pengendali

partisipan-partisipan yang lain.

b. Produsen adalah partisipan yang berfungsi dalam proses produksi

komoditas pertanian. Dalam model ini, produsen diwakili oleh suatu

wilayah, karena partisipan kolaborasi yang terlibat dalam model ini adalah

suatu wilayah atau daerah.

c. Konsumen adalah partisipan yang mendapatkan supply komoditas

pertanian dari produsen. Dalam model ini, konsumen diwakili oleh suatu

wilayah, karena partisipan kolaborasi yang terlibat dalam model ini adalah

suatu wilayah atau daerah. Sehingga, suatu wilayah atau daerah dapat

berfungsi sebagai produsen maupun konsumen.

Lingkup wilayah (baik produsen maupun konsumen) dalam model ini adalah

wilayah provinsi. Lingkup wilayah provinsi dipilih karena pembagian

teritorial terbesar dari wilayah Indonesia adalah wilayah provinsi. Adapun

42

Page 20: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

yang mewakili wilayah provinsi sebagai partisipan dari model adalah

pemerintah provinsi (pemprov).

Hubungan struktural antara regulator, produsen, dan konsumen dapat dilihat

pada gambar III.6 berikut.

Regulator (Pemerintah Pusat)

Pemprov A

Produsen Konsumen

Pemprov B

Produsen Konsumen

Pemprov XX

Produsen Konsumen

Gambar III.6 Hubungan Struktural Partisipan

Partisipan yang telah didefinisikan di atas merupakan salah satu dari entitas

arsitektur data di EAP tentang enterprise pertanian di Indonesia, yaitu entitas

tempat atau konsep.

2. Dimensi Fungsional

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari observasi model CPFR,

aktivitas-aktivitas utama dalam proses kolaborasi supply chain antara lain:

persetujuan kontrak kolaborasi, identifikasi potensi partisipan kolaborasi yang

disertai dengan koreksi, membuat perkiraan demand pasar yang disertai

dengan koreksi, menentukan target produksi, produksi, dan distribusi.

Dalam supply chain komoditas pertanian Indonesia, aktivitas-aktivitas yang

dilakukan mengikuti aktivitas-aktivitas pada model proses CPFR dengan

beberapa tambahan dan modifikasi sesuai dengan kebutuhan daur hidup yang

telah didefinisikan sebelumnya. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah:

Tahap Creation : Visi, Misi Kolaborasi

a. Membuat visi, misi, dan tujuan kolaborasi supply demand pertanian.

Sebelum terjadinya persetujuan kontrak kolaborasi, regulator atau

pemerintah pusat harus mendefinisikan terlebih dahulu visi, misi, dan

tujuan dari kolaborasi supply chain komoditas pertanian Indonesia agar

43

Page 21: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

setiap provinsi yang menjadi partisipan kolaborasi ini memiliki visi yang

sama untuk mensukseskan tujuan dari kolaborasi.

Tahap Creation : Kontrak Kerjasama

b. Membentuk kerjasama kolaborasi

Setelah visi, misi, dan tujuan ditetapkan, kemudian akan dilakukan

persetujuan kontrak kolaborasi antar peserta kolaborasi, yaitu antara

pemerintah pusat sebagai regulator dengan pemerintah provinsi sebagai

produsen dan konsumen, serta antar pemerintah provinsi.

Tahap Operation : Perencanaan

c. Identifikasi potensi wilayah (provinsi) yang disertai dengan koreksi

Yang dilakukan pada aktivitas ini adalah memperkirakan potensi suatu

provinsi untuk menghasilkan suatu komoditas pertanian. Perkiraan

didasarkan pada informasi terkait, seperti luas tanah, iklim, dan lainnya.

Karena dasarnya adalah perkiraan, maka harus ditangani jika ternyata

perkiraan yang dilakukan meleset dari realisasi yang terjadi di lapangan.

Oleh karena itu, dibutuhkan koreksi atas perkiraan potensi jika terjadi

ketidaksesuian antara perkiraan dengan realisasi.

d. Membuat perkiraan demand yang disertai dengan koreksi

Yang dilakukan pada aktivitas ini adalah membuat perkiraan atas

kebutuhan (demand) dari penduduk di suatu provinsi akan suatu

komoditas pertanian. Perkiraan didasarkan pada informasi terkait, seperti

jumlah penduduk, data historis tentang demand komoditas tersebut di

tahun-tahun yang lalu, dan lainnya. Karena dasarnya adalah perkiraan,

maka harus ditangani jika ternyata perkiraan yang dilakukan meleset dari

realisasi yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu, dibutuhkan koreksi atas

perkiraan demand jika terjadi ketidaksesuian antara perkiraan dengan daya

konsumsi masyarakat akan komoditas tersebut.

44

Page 22: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

e. Identifikasi potensi impor dan kebutuhan ekspor

Karena wilayah manca negara tidak menjadi bagian dari partisipan

kolaborasi, maka identifikasi potensi wilayah manca negara dalam

menghasilkan suatu komoditas pertanian serta kebutuhan (demand)

wilayah manca negara akan ekspor suatu komoditas pertanian ditangani

secara khusus.

f. Identifikasi metode distribusi terbaik

Yang dilakukan pada aktivitas ini adalah menentukan metode distribusi

terbaik untuk mendistribusikan suatu jenis komoditas dari provinsi

produsen ke provinsi lain yang membutuhkan. Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pemilihan metode distribusi antara lain alternatif

metode distribusi yang mungkin, umur kesegaran hasil komoditas, dan

lainnya.

g. Menentukan target produksi

Dari empat aktivitas sebelumnya, maka akan ditentukan besaran jumlah

produksi suatu komoditas pertanian yang harus dihasilkan oleh suatu

provinsi. Dari besaran yang telah ditentukan tersebut, harus ditentukan

pula berapa bagian untuk konsumsi internal provinsi tersebut, berapa

bagian yang harus didistribusikan ke provinsi lain, provinsi yang

menerima tersebut terdiri dari provinsi apa saja dan berapa bagian dari

masing-masing provinsi penerima, serta berapa bagian yang akan diekspor

ke manca negara.

Tahap Operation : Pengadaan

h. Distribusi bibit dan pupuk

Yang dilakukan pada oleh pemerintah pusat pada aktivitas ini adalah

mendistribusikan bibit dan pupuk ke seluruh provinsi di Indonesia dengan

jumlah dan waktu berdasarkan target produksi tiap provinsi yang telah

ditetapkan pada aktivitas penentuan target produksi.

45

Page 23: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

Tahap Operation : Produksi

i. Produksi

Yaitu aktivitas produksi atau budi daya pertanian. Di dalam model yang

akan dibangun, aktivitas produksi hanya menjadi bagian dari proses supply

chain, tidak dibahas secara mendetail.

Tahap Operation : Distribusi

j. Distribusi

Yang dilakukan pada aktivitas ini adalah mendistribusikan hasil produksi

komoditas pertanian yang telah dihasilkan sesuai dengan besaran dan

wilayah tujuan yang telah ditetapkan pada aktivitas penentuan target

produksi.

Pada tahap operation akan terbentuk suatu siklus yang selalu berulang setiap

tahun. Artinya, di akhir suatu periode tahunan akan dilakukan lagi aktivitas

identifikasi potensi wilayah, perkiraan demand, dan lainnya untuk

pelaksanaan produksi di periode tahun berikutnya.

Aktivitas-aktivitas yang tercakup pada model yang akan dibangun ditunjukkan

pada gambar III.7.

Membuat visi, misi, dan tujuan

Membentuk kerjasama

Identifikasi potensi wilayah

Memperkirakan demand wilayah

Identifikasi potensi impor dan kebutuhan ekspor

Identifikasi metode distribusi

terbaik

Menentukan target

produksi

Distribusi bibit dan pupuk

Produksi

Distribusi

Gambar III.7 Aktivitas Supply Chain Pertanian Indonesia

46

Page 24: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

Aktivitas yang telah didefinisikan di atas merupakan salah satu dari entitas

arsitektur data di EAP tentang enterprise pertanian di Indonesia, yaitu entitas

kegiatan.

3. Dimensi Komponensial

Elemen pada dimensi komponensial yang terlibat pada model ini adalah :

a. Sumber Daya Informasi (Information Resources)

Seperti yang disebutkan pada bab 2.3.2, informasi merupakan basis dalam

pembuatan keputusan di empat area yang lain (produksi, inventori, lokasi,

dan transportasi). Informasi merupakan hal yang menghubungkan semua

aktivitas dan operasi di supply chain. Ketika hubungan tersebut kuat (data

yang akurat, tepat waktu, dan lengkap), maka pembuat keputusan dapat

menghasilkan keputusan yang baik untuk operasinya dan cenderung

membawa keuntungan terhadap semua proses supply chain secara

keseluruhan.

Dalam model yang akan dibangun, informasi ditujukan untuk mendukung

aktivitas-aktivitas perencanaan pada tahap operation, karena dengan

dukungan informasi, aktivitas perencanaan diharapkan akan menjadi lebih

baik. Dengan perencanaan yang lebih baik, aktivitas-aktivitas berikutnya

diharapkan akan menjadi lebih baik pula.

Informasi yang dibutuhkan dalam model yang akan dibangun untuk

mendukung aktivitas-aktivitas perencanaan antara lain:

1. Informasi wilayah secara umum

Informasi ini digunakan sebagai salah satu parameter untuk

menghitung potensi wilayah dalam memproduksi suatu komoditas

pertanian. Yang termasuk ke dalam informasi wilayah secara umum

adalah:

47

Page 25: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

a. Luas wilayah

b. Iklim wilayah (termasuk curah hujan, kelembaban, dan faktor-

faktor lain yang mempengaruhi kemampuan produksi suatu

komoditas pertanian.

c. Luas wilayah yang sudah digunakan untuk pertanian

d. Luas wilayah yang berpotensi untuk digunakan sebagai lahan atau

area pertanian

e. Jumlah petani

2. Informasi tentang karakteristik suatu komoditas

Informasi ini digunakan sebagai salah satu parameter untuk

menghitung potensi wilayah dalam memproduksi suatu komoditas

pertanian yang pada akhirnya berpengaruh terhadap penetapan target

produksi suatu komoditas di suatu wilayah. Yang termasuk ke dalam

informasi karakteristik suatu komoditas adalah:

a. Masa panen dalam setahun

b. Iklim yang cocok

c. Masa penyimpanan maksimal

d. Sarana transportasi yang dapat digunakan untuk mengangkut hasil

komoditas

e. Jenis-jenis produk yang dapat dihasilkan dari komoditas beserta

harga rata-rata dari masing-masing produk tersebut

f. Harga standar dari produk utama komoditas tersebut yang

ditetapkan oleh regulator (pemerintah pusat).

3. Informasi potensi wilayah terhadap suatu komoditas

Informasi ini digunakan sebagai salah satu parameter untuk

menghitung potensi wilayah dalam memproduksi suatu komoditas

pertanian yang pada akhirnya berpengaruh terhadap penetapan target

48

Page 26: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

produksi suatu komoditas di suatu wilayah. Yang termasuk ke dalam

informasi wilayah secara umum adalah:

a. Luas tanah sudah digunakan untuk produksi komoditas tertentu di

suatu wilayah

b. Jumlah produksi komoditas dari tahun ke tahun (data historis) di

wilayah tersebut

c. Jumlah petani yang memproduksi komoditas tertentu di suatu

wilayah

4. Informasi demand wilayah terhadap suatu komoditas

Informasi ini digunakan sebagai parameter untuk memperkirakan

(forecast) demand dari suatu komoditas pertanian di suatu wilayah

yang pada akhirnya berpengaruh terhadap penetapan target produksi

suatu komoditas di suatu wilayah. Yang termasuk ke dalam kelompok

informasi ini adalah:

a. Jumlah penduduk di suatu wilayah yang dilengkapi dengan sebaran

umur, jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan

b. Jumlah produksi dari komoditas yang terserap di pasar dari tahun

ke tahun (data historis)

5. Informasi distribusi antar wilayah

Informasi ini digunakan sebagai parameter untuk menentukan jalur

distribusi terbaik untuk menyalurkan komoditas pertanian ke wilayah-

wilayah yang membutuhkan. Yang termasuk ke dalam kelompok

informasi ini adalah:

a. Metode-metode distribusi yang dapat digunakan dari suatu wilayah

ke wilayah yang lain (n ke n).

b. Biaya distribusi dari masing-masing metode

c. Lama waktu distribusi dari masing-masing metode

49

Page 27: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

6. Informasi kuantitas hasil produksi

Yaitu informasi jumlah atau kuantitas hasil komoditas yang telah

diproduksi pada suatu waktu (per tiga bulan atau per bulan). Dengan

adanya informasi ini diharapkan dapat menjadi koreksi atas perkiraan

potensi wilayah atas suatu komoditas pertanian.

7. Informasi kuantitas hasil produksi terserap

Yaitu informasi jumlah produksi dari komoditas di tahun ini yang

sudah terserap oleh konsumen akhir yang selalu dipantau per periode

waktu tertentu (misalnya per bulan atau per tiga bulan). Dengan

adanya informasi ini diharapkan dapat menjadi koreksi atas perkiraan

(forecast) demand atas suatu komoditas pertanian di suatu wilayah

yang telah ditetapkan sebelumnya.

8. Informasi supply demand dari manca negara

Informasi ini digunakan sebagai parameter untuk menentukan

kebijakan ekspor dan impor komoditas pertanian yang pada akhirnya

menjadi salah satu faktor yang menentukan target produksi suatu

komoditas di suatu wilayah. Yang termasuk ke dalam kelompok

informasi ini adalah:

a. Informasi penawaran kerjasama impor suatu komoditas pertanian

dari manca negara.

b. Informasi permintaan kerjasama ekspor suatu komoditas pertanian

ke manca negara.

Beberapa informasi (seperti informasi harga) tidak menjadi bagian dalam

perhitungan potensi, perkiraan demand, atau perhitungan target produksi,

melainkan hanya sebagai informasi bagi petani dan masyarakat umum.

Dengan mengetahui harga pasar dan harga standar dari komoditas yang

mereka hasilkan, diharapkan dapat meningkatkan daya jual petani.

50

Page 28: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

Gambar III.8 menunjukkan hubungan antar informasi yang dibutuhkan dan

peran dari informasi tersebut.

Informasi Wilayah secara

Umum

Informasi Tentang Karakteristik suatu

Komodtias

Informasi Potensi Wilayah terhadap suatu Komoditas

Informasi DemandWilayah terhadap suatu Komoditas

Informasi Distribusi Antar Wilayah

Informasi Kuantitas Hasil

Produksi

Informasi Supply Demand Manca Negara

Identifikasi Potensi Wilayah

Menentukan Target Produksi

Memperkirakan DemandWilayah

Identifikasi Metode

Distribusi Terbaik

koreksi

Informasi Kuantitas Hasil

Produksi Terserap

koreksi

Identifikasi Potensi Impor dan Kebutuhan Ekspor

Gambar III.8 Hubungan antara Peran yang Diharapkan dengan Informasi yang

Dibutuhkan

Informasi yang dibutuhkan yang telah didefinisikan di atas merupakan

salah satu dari entitas arsitektur data di EAP tentang enterprise pertanian

di Indonesia.

b. Sistem Informasi Berbasis Komputer

Sistem informasi berbasis komputer berperan sebagai enabler dalam

aktivitas-aktivitas yang akan digambarkan dalam model. Sistem informasi

supply demand komoditas pertanian Indonesia terdiri atas empat sub

sistem yaitu:

1. Sub Sistem Pengumpul Data

Sub sistem ini harus dapat mengumpulkan data dengan efektif dan

efisien dari berbagai sumber yang memiliki perhatian atau

51

Page 29: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

berkepentingan terhadap supply chain pertanian di Indonesia. Sistem

ini harus dapat menampung segala jenis informasi yang dibutuhkan

untuk perkiraan demand dan penetapan target produksi atas suatu

komoditas pertanian di suatu wilayah.

Dari delapan kelompok informasi yang sudah diidentifikasi, berikut

adalah kelompok informasi yang harus dikelola pada sub sistem ini:

a. Informasi wilayah secara umum

b. Informasi tentang suatu komoditas

c. Informasi potensi wilayah terhadap suatu komoditas

d. Informasi demand wilayah terhadap suatu komoditas

e. Informasi distribusi antar wilayah

f. Informasi supply demand dari manca negara

Owner atau pemilik dari sub sistem pengumpul data ini adalah

pemerintah pusat dan pengelola sistem ini adalah pemerintah pusat dan

seluruh pemerintah provinsi.

Sub sistem pengumpul data ini selain digunakan oleh pemerintah pusat

dan pemerintah provinsi yang bertanggungjawab untuk memasukkan

data primer, harus dapat pula digunakan oleh masyarakat luas dengan

memanfaatkan segala jenis media yang biasa digunakan, misalnya via

SMS, web (internet), ataupun laporan manual ke lembaga yang

ditunjuk di suatu wilayah sebagai data sekunder atau data

pembanding.

Informasi yang diperoleh di sub sistem ini menjadi masukan untuk sub

sistem pendukung pembuatan keputusan dan portal informasi pasar.

2. Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan

Sub sistem pendukung pembuatan keputusan dibutuhkan untuk

aktivitas-aktivitas perencanaan, yaitu identifikasi potensi wilayah,

52

Page 30: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

memperkirakan demand wilayah, identifikasi metode distribusi terbaik,

identifikasi potensi impor dan kebutuhan ekspor, serta menentukan

target produksi. Dengan adanya sub sistem ini diharapkan dapat

membantu pihak regulator dalam melakukan penentuan target produksi

di suatu wilayah dan wilayah yang harus di-supply oleh wilayah

tertentu (termasuk besarannya) untuk suatu komoditas tertentu.

Sub sistem pendukung pembuatan keputusan ini akan mendapatkan

input dari sub sistem pengumpul data untuk membantu dalam

memperkirakan demand komoditas dan menetapkan target produksi di

suatu wilayah. Selain itu, sistem ini juga akan mendapatkan input dari

sub sistem pelaporan hasil produksi dan konsumsi hasil produksi

sebagai koreksi atas potensi wilayah dan koreksi atas perkiraan

demand wilayah.

Owner atau pemilik dari sub sistem ini adalah pemerintah pusat,

karena pemerintah pusat-lah yang berperan sebagai pembuat keputusan

tentang target produksi suatu komoditas di suatu wilayah bekerjasama

dengan pemerintah provinsi di wilayah tersebut.

3. Sub Sistem Realisasi Produksi dan Konsumsi

Sub sistem ini digunakan oleh setiap provinsi di Indonesia untuk

memberikan laporan tentang jumlah produksi komoditas pertanian

yang telah dihasilkan serta laporan jumlah hasil produksi komoditas

pertanian yang telah dikonsumsi atau dibeli oleh konsumen akhir

sampai saat pelaporan dilakukan. Pelaporan harus dilakukan setiap

bulan sehingga dapat dilihat trend produksi dan konsumsi suatu

komoditas di suatu wilayah dan dapat dilihat untuk rekapitulasi seluruh

Indonesia. Dengan adanya sistem pelaporan produksi dan konsumsi

yang terintegrasi dengan sub sistem pendukung pembuatan keputusan,

maka dapat diprediksi error yang terjadi antara target produksi dengan

realisasi produksi, dan error yang terjadi antara perkiraan demand

dengan daya konsumsi yang sebenarnya. Prediksi error tersebut

53

Page 31: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

berguna untuk koreksi atas target produksi suatu komoditas di suatu

wilayah.

Owner atau pemilik dari sub sistem ini adalah pemerintah pusat,

sedangkan pengelolanya adalah masing-masing pemerintah provinsi di

Indonesia. Setiap pemerintah provinsi bertanggungjawab dalam meng-

update laporan hasil produksi suatu komoditas yang dihasilkan oleh

provinsinya dan laporan konsumsi komoditas yang sama setiap

bulannya.

Seperti halnya sub sistem pengumpul data, sub sistem ini juga harus

melibatkan masyarakat umum atau lembaga terkait untuk memberikan

laporan produksi dan konsumsi suatu komoditas sebagai data

pembanding atas data primer yang diinputkan oleh operator di

pemerintah provinsi.

4. Portal Informasi Pasar

Sub sistem ini merupakan suatu portal informasi supply demand

komoditas pertanian, termasuk di dalamnya harga produk suatu

komoditas, bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Selain itu, di dalam

portal informasi pasar ini juga terdapat berita-berita dan artikel-artikel

yang terkait pertanian dan forum diskusi. Dengan adanya portal

informasi ini diharapkan fungsi kontrol selain dilakukan oleh regulator,

juga dapat dilakukan oleh masyarakat umum. Fungsi lain dari portal

informasi ini adalah adanya sharing knowledge antar pengguna sistem

serta sebagai salah satu media bagi pemerintah dalam menyebarkan

informasi yang berguna tentang pertanian di Indonesia.

Portal informasi pasar ini akan mendapatkan input dari sub sistem

pengumpul data dan sub sistem realisasi produksi dan konsumsi.

Owner atau pemilik dari sub sistem ini adalah pemerintah pusat,

sedangkan pengelolanya adalah masing-masing pemerintah provinsi di

Indonesia. Adapun penggunanya selain owner dan pengelola adalah

54

Page 32: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

masyarakat umum yang memiliki perhatian atau berkepentingan

terhadap supply demand pertanian di Indonesia. Setiap orang dapat

berdiskusi dan menuliskan ide dan pendapatnya tentang supply

demand pertanian di Indonesia baik dalam forum maupun dalam

bentuk artikel.

Keempat sub sistem tersebut harus saling terintegrasi seperti ditunjukkan

pada gambar III.9 .

Sub Sistem Pengumpul Data

Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan

Sub Sistem Realisasi Produksi dan Konsumsi

Target Produksi

KoreksiRencana

Portal Informasi Pasar

Gambar III.9 Hubungan Antar Sistem Informasi

Hubungan antara sistem informasi dengan informasi yang dibutuhkan

ditunjukkan pada gambar III.10.

Sub Sistem Pengumpul Data

Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan

Sub Sistem Realisasi Produksi dan Konsumsi

Portal Informasi Pasar

Informasi Wilayah secara

Umum

Informasi Tentang Karakteristik suatu

Komodtias

Informasi Potensi Wilayah terhadap suatu Komoditas

Informasi DemandWilayah terhadap suatu Komoditas

Informasi Distribusi

Antar Wilayah

Informasi Kuantitas Hasil

Produksi

Informasi Supply Demand Manca Negara

Informasi Kuantitas Hasil

Produksi Terserap

Berita dan Artikel

Gambar III.10 Hubungan antara Sistem Informasi dengan Informasi yang

Dibutuhkan

55

Page 33: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

Sedangkan hubungan antara sistem informasi dengan aktivitas-aktivitas

perencanaan ditunjukkan pada gambar III.11.

Sub Sistem Pengumpul Data

Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan

Sub Sistem Realisasi Produksi dan Konsumsi

Portal Informasi Pasar

Identifikasi Potensi Wilayah

Menentukan Target

Produksi

Memperkirakan DemandWilayah

Identifikasi Metode

Distribusi Terbaik

Identifikasi Potensi Impor dan Kebutuhan Ekspor

supply data

supply data

Gambar III.11 Hubungan antara Sistem Informasi dengan Aktivitas Perencanaan

Sistem informasi yang telah didefinisikan di atas merupakan salah satu

dari entitas arsitektur aplikasi di EAP tentang enterprise pertanian di

Indonesia. Adapun penjelasan tentang keempat sub sistem yang tercakup

di dalam sistem informasi supply demand komoditas pertanian Indonesia

dapat dilihat pada lampiran B.

c. Sumber Daya Manusia

Salah satu elemen yang harus diperhatikan pada dimensi komponensial

adalah elemen sumber daya manusia (SDM). SDM yang terlibat dalam

model ini adalah:

1. Operator dari pemerintah pusat sebagai regulator

Merupakan SDM di bawah koordinasi pemerintah pusat yang

bertanggungjawab untuk mengelola:

a. Informasi tentang karakteristik suatu komoditas.

56

Page 34: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

b. Informasi supply demand dari manca negara.

c. Informasi distribusi antar wilayah, berkoordinasi dengan

pemerintah provinsi yang terkait.

Selain informasi tersebut, pemerintah pusat juga memiliki peran dalam

sharing knowledge yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas supply

chain komoditas pertanian di Indonesia.

Dari identifikasi tanggung jawab informasi di atas, dapat disimpulkan

bahwa operator pemerintah pusat bertanggungjawab untuk mengelola

sub sistem sebagai berikut:

a. Sub sistem pengumpul data

b. Portal informasi pasar

Selain kedua sub sistem tersebut, operator pemerintah pusat juga

menggunakan sub sistem pendukung pembuatan keputusan sebagai

sistem yang dapat membantu dalam aktivitas perencanaan kolaborasi

supply demand komoditas pertanian Indonesia.

2. Operator dari pemerintah provinsi

Merupakan SDM di bawah koordinasi pemerintah provinsi yang

bertanggungjawab untuk mengelola:

a. Informasi wilayahnya secara umum

b. Informasi potensi wilayah terhadap suatu komoditas

c. Informasi demand wilayah terhadap suatu komoditas

d. Informasi kuantitas hasil produksi

e. Informasi kuantitas hasil produksi yang terserap atau telah

dikonsumsi

f. Informasi distribusi antar wilayah, berkoordinasi dengan

pemerintah pusat

57

Page 35: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

Selain sejumlah informasi tersebut, masyarakat umum juga memiliki

peran dalam sharing knowledge yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas supply chain komoditas pertanian di Indonesia.

Dari identifikasi tanggung jawab informasi di atas, dapat disimpulkan

bahwa operator pemerintah provinsi bertanggungjawab untuk

mengelola sub sistem sebagai berikut:

a. Sub sistem pengumpul data

b. Sub sistem realisasi produksi dan konsumsi

c. Portal informasi pasar

Selain ketiga sub sistem tersebut, operator pemerintah pusat juga

enggunakan sub sistem pendukung pembuatan keputusan sebagai

sistem yang dapat membantu dalam aktivitas perencanaan kolaborasi

supply demand komoditas pertanian Indonesia.

Hubungan antara SDM dengan informasi yang dibutuhkan ditunjukkan

pada gambar III.12 dan hubungan antara SDM dengan sistem informasi

ditunjukkan pada gambar III.13.

Informasi Wilayah secara

Umum

Informasi Tentang Karakteristik suatu

Komodtias

Informasi Potensi Wilayah terhadap suatu Komoditas

Informasi DemandWilayah terhadap suatu Komoditas

Informasi Distribusi Antar

Wilayah

Informasi Kuantitas

Hasil Produksi

Informasi Supply Demand Manca Negara

Informasi Kuantitas Hasil

Produksi Terserap

Operator Pemerintah Pusat

Operator Pemerintah Provinsi

Sharing Knowlegde

Gambar III.12 Hubungan antara SDM dengan Informasi yang Dibutuhkan

58

Page 36: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

Sub Sistem Pengumpul Data

Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan

Sub Sistem Realisasi Produksi dan Konsumsi

Portal Informasi Pasar

Operator Pemerintah Pusat

Operator Pemerintah Provinsi

Gambar III.13 Hubungan antara SDM dengan Sistem Informasi yang Digunakan

SDM yang telah didefinisikan di atas merupakan salah satu dari entitas

arsitektur data di EAP tentang enterprise pertanian di Indonesia, yaitu

entitas orang.

d. Hardware atau perangkat keras

Perangkat keras tidak menjadi bagian dari model karena hanya sudah

menjadi bagian dari sistem informasi yang telah disebutkan.

4. Dimensi Tingkah Laku

Elemen yang terlibat pada dimensi ini adalah dimensi kontrak dan persetujuan

kerjasama (termasuk batasan dan kondisi). Elemen budaya dan tingkah laku

tidak menjadi pembahasan pada penelitian ini.

III.6.2.2 Exogenous Interactions

Terdapat empat buah dimensi untuk dapat menggambarkan interaksi enterprise

pertanian Indonesia dengan lingkungan sekitarnya, yaitu:

1. Dimensi Market

Partisipan yang terlibat pada dimensi ini adalah wilayah di luar lingkungan

kolaborasi, atau dalam hal ini manca negara sebagai sumber impor dan atau

target ekspor.

Interaksi yang terjadi dengan pihak luar negeri itu antara lain:

59

Page 37: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

a. Identifikasi potensi impor

b. Membuat perkiraan (forecasting) kebutuhan (demand) ekspor

Interaksi-interaksi tersebut dilakukan oleh partisipan pemerintah pusat. Dalam

model ini, partisipan luar negeri dapat diwakilkan oleh partisipan pemerintah

pusat.

Seperti halnya partisipan pada dimensi struktural, elemen pada dimensi market

ini juga merupakan salah satu dari entitas arsitektur data di EAP tentang

enterprise pertanian di Indonesia, yaitu entitas tempat atau konsep.

2. Dimensi Dukungan

Model yang dibuat tidak melibatkan dimensi dukungan (support) sebagai

batasan dari penelitian ini.

3. Dimensi Masyarakat

Partisipan yang terlibat pada dimensi ini adalah masyarakat umum dan

organisasi masyarakat yang memiliki perhatian atau kepentingan terhadap

kondisi supply demand pertanian di Indonesia. Organisasi masyarakat yang

mungkin berada pada dimensi ini antara lain: Koperasi Unit Desa (KUD),

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bidang pertanian, karang taruna,

kelompok tani, gabungan kelompok tani, kelompok pedagang pasar, dan

yayasan lembaga konsumen.

Organisasi masyarakat dapat memberikan sejumlah informasi antara lain:

a. Informasi potensi wilayah terhadap suatu komoditas

b. Informasi demand wilayah terhadap suatu komoditas

c. Informasi kuantitas hasil produksi

d. Informasi kuantitas hasil produksi yang terserap atau telah dikonsumsi

Selain sejumlah informasi tersebut, masyarakat umum dan organisasi

masyarakat juga memiliki peran dalam sharing knowledge yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas supply chain komoditas pertanian di Indonesia.

60

Page 38: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

Dengan adanya tambahan partisipan masyarakat umum dan organisasi

masyarakat, maka hubungan antara SDM dengan informasi yang dibutuhkan

di gambar III.12 menjadi seperti yang ditunjukkan pada gambar III.14.

Informasi Wilayah secara

Umum

Informasi Tentang Karakteristik suatu

Komodtias

Informasi Potensi Wilayah terhadap suatu Komoditas

Informasi DemandWilayah terhadap suatu Komoditas

Informasi Distribusi Antar

Wilayah

Informasi Kuantitas

Hasil Produksi

Informasi Supply Demand Manca Negara

Informasi Kuantitas Hasil

Produksi Terserap

Operator Pemerintah Pusat

Operator Pemerintah Provinsi

Masyarakat Umum

Organisasi Masyarakat

Sharing Knowlegde

Gambar III.14 Hubungan antara SDM Internal dan Eksternal dengan Informasi

yang Dibutuhkan

Selain itu, dengan adanya tambahan partisipan masyarakat umum dan

organisasi masyarakat, maka hubungan antara SDM dengan sistem informasi

supply demand komoditas pertanian Indonesia pada gambar III.13 menjadi

seperti yang ditunjukkan pada gambar III.15.

Sub Sistem Pengumpul Data

Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan

Sub Sistem Realisasi Produksi dan Konsumsi

Portal Informasi Pasar

Operator Pemerintah Pusat Operator Pemerintah Provinsi

Masyarakat Umum

Organisasi Masyarakat

Gambar III.15 Hubungan antara SDM Internal dan Eksternal dengan Sistem

Informasi yang Digunakan

61

Page 39: BAB III ANALISIS MODEL - digilib.itb.ac.id · Optimasi logistik seringkali malah menambah biaya. Optimasi pada suatu tahap di . supply chain. tidak membawa optimasi di keseluruhan

62

Seperti halnya dimensi SDM, elemen pada dimensi masyarakat juga

merupakan salah satu dari entitas arsitektur data di EAP tentang enterprise

pertanian di Indonesia, yaitu entitas orang.

4. Dimensi Konstitusi

Model yang dibuat tidak melibatkan dimensi konstitusi sebagai batasan dari

penelitian ini.

III.6.3 Perspektif Level Abstraksi

Level abstraski yang akan dibuat adalah level spesifik, karena model yang dibuat

adalah model spesifik untuk kolaborasi supply demand di domain yang spesifik

yaitu pertanian. Selain itu, model yang dibuat tidak menggambarkan rencana

implementasi dari seluruh atau sebagian dari aktivitas supply demand pertanian.

Pada bab selanjutnya, perspektif level abstraksi ini tidak akan dibawa lagi menjadi

pembahasan karena sudah ditetapkan bahwa level abstraksi yang akan digunakan

adalah level spesifik.

III.7 Arsitektur Teknologi

Arsitektur terakhir dari layer ketiga EAP adalah arsitektur teknologi. Arsitektur

teknologi bukanlah analisis detail kebutuhan atau rancangan jaringan dan

perangkat lunak enteprise, akan tetapi teknologi apa yang dapat mendukung bisnis

di dalam lingkungan yang berbagi informasi. Di dalam arsitektur teknologi ini

akan mencerminkan bagaimana platform dari teknologi yang akan mendukung

model supply demand komoditas pertanian di Indonesia.

Arsitektur teknologi dari model supply demand komoditas pertanian di Indonesia

dapat dilihat pada lampiran C.