bab iii analisis - · pdf filefaktor kunci keberhasilan, identifikasi hubungan kausal, ......
TRANSCRIPT
III-1
BAB III
ANALISIS
Pada bab ini akan diuraikan analisis dari tugas akhir dengan mengacu pada metode
balanced scorecard yang meliputi kerangka kerja, identifikasi lingkungan industri,
pemahaman komprehensif visi dan misi, penentuan tujuan strategis, identifikasi faktor-
faktor kunci keberhasilan, identifikasi hubungan kausal, penentuan ukuran strategis,
pembobotan dan pengukuran.
3.1 Kerangka Kerja
Kerangka kerja penyusunan BSC [OLV99] yang diidentifikasi dan dianalisis pada bab
III adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Mendefinisikan lingkungan industri dan perkembangannya
Tahap 2 : Menampilkan visi dan misi
Tahap 3 : Menentukan perspektif
Tahap 4 : Memformulasikan tujuan strategis.
Tahap 5 : Mengidentifikasi Key Success Factors (KSF)
Tahap 6 : Mengidentifikasi hubungan sebab-akibat
Tahap 7 : Menentukan ukuran-ukuran strategis
dan dapat terlihat pada Gambar III.1 berikut ini:
Mendefinisikan
lingkungan industriMemahami visi dan misi Menentukan perspektif
Menentukan tujuan strategisMengidentifikasi KSFMengidentifikasikan hubungan sebab-
akibat
Menentukan ukuran-ukuran strategis
Gambar III.1 Kerangka Kerja Penyusunan BSC Tahap Analisis
III-2
Ukuran-ukuran strategis yang telah dihasilkan dalam kerangka kerja BSC, dilanjutkan
dengan beberapa langkah terkait dengan penggunaan metode pembobotan Borda dan
model OMAX seperti terlihat pada Gambar III.2 untuk selanjutnya dilakukan proses
pengukuran kinerja dan analisis kinerja yang akan dibahas pada BAB IV.
Mendefinisikan
lingkungan industri
Ukuran-ukuran strategis/
parameter pengukuran
...
1: Kerangka Kerja BSC
Kinerja tiap parameter Kinerja tiap perspektif Kinerja global perusahaan3: B-O 4: B-O2: B-O
5: Penyusunan basis pengetahuan6: Penyusunan basis pengetahuan
Basis pengetahuan
Analisis kinerja perusahaan
7: Forward chaining
Keterangan:
B-O: Pengukuran dengan Borda dan OMAX
Gambar III.2 Kerangka Kerja Pengukuran Kinerja Perusahaan
Pada terlihat ada beberapa tahapan dalam pengukuran kinerja perusahaan, yaitu:
Tahap 1 : Kerangka kerja BSC dan menghasilkan ukuran-ukuran strategis
Tahap 2 : Melakukan pengukuran kinerja tiap parameter
Tahap 3 : Melakukan pengukuran kinerja tiap perspektif
Tahap 4 : Melakukan pengukuran kinerja global perusahaan
Tahap 5 : Penyusunan basis pengetahuan dengan menurunkan perspektif
yang mempengaruhi kinerja global perusahaan
Tahap 6 : Penyusunan basis pengetahuan dengan menurunkan parameter
yang mempengaruhi kinerja tiap perspektif
Tahap 7 : Melakukan analisis kinerja perusahaan dengan penelusuran
basis pengetahuan secara forward chaining
3.2 Identifikasi Lingkungan Industri
Industri makanan merupakan salah satu industri yang berkembang sangat pesat dewasa
ini dan menjadi lahan bisnis yang sangat menggiurkan bagi para pelakunya. Salah satu
III-3
industri makanan yang berkembang dengan pesat adalah industri mie instan yang dapat
ditemui di setiap toko baik itu yang berskala kecil (misalnya toko kelontong) maupun
besar (minimarket, supermarket, dan sejenisnya).
Perkembangan industri mie instan ini berkembang seiring dengan bertambah banyaknya
variasi rasa seperti rasa kaldu ayam, rasa soto, dan sebagainya, atau jenis/ varian produk
baru dengan rasa yang baru dari produk-produk sejenisnya di pasaran. Jika ditilik lebih
dalam, rasa-rasa yang ada di dalam bumbu mie instan disuplai oleh sebuah industri
lainnya, yaitu industri bahan perasa makanan (essence). Industri ini merupakan industri
bahan baku bagi industri makanan khususnya mie instan dan selalu berinovasi terus-
menerus untuk menciptakan rasa yang pas dan cocok dengan selera konsumen (target
pasar) yang dituju.
Seiring maraknya industri bahan perasa makanan ini, persaingan yang terjadi di pasar
antar pelaku bisnisnya menjadi sangat ketat. Dibutuhkan sebuah keunikan dan
keunggulan kompetitif untuk menguasai pasar dengan produk (rasa) yang dikeluarkan.
Selain itu, segi pelayanan juga menjadi daya tarik dan pemuas bagi para konsumen
khususnya industri mie instan. pembeli dan pelanggan. Selain itu, perlu ditopang dengan
keinginan dan kemampuan untuk belajar dan bertumbuh untuk menciptakan produk-
produk baru yang inovatif yang dapat menjawab kebutuhan dan selera konsumen.
Dengan beberapa fakta sebelumnya, maka penulis merasakan pengukuran kinerja
perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri ini dengan tujuan untuk meningkatkan
performansi usahanya sehingga pada akhirnya akan menghasilkan tingkat keuntungan
yang lebih maksimal. Seperti dijelaskan pada bab II, kinerja perusahaan dapat diukur
dengan menggunakan metode balanced scorecard dengan empat perspektif utama.
Keempat perspektif tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan lingkungan industri dan
visi dan misi perusahaan. Berdasarkan lingkungan industri di atas, keempat perspektif
balanced scorecard secara global dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Perspektif keuangan: kondisi keuangan yang sehat sehingga dapat digunakan untuk
perluasan usaha
2. Perspektif pelanggan: tingkat pelayanan yang bagus
III-4
3. Perspektif proses bisnis internal: proses kerja (operasional) yang efisien
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan: keinginan untuk belajar dan bertumbuh
dalam meningkatkan kemampuan
3.3 Pemahaman Komprehensif Visi dan Misi
Visi dan misi merupakan dasar utama dalam pengukuran kinerja di mana visi dan misi
akan menjadi tolak ukur dan berikutnya akan diturunkan ke dalam indikator-indikator
kinerja yang menjadi target dan harus dicapai untuk dapat mencapai keberhasilan. Visi
dan misi secara komprehensif yang dimilki oleh perusahaan yang bergerak di industri
bahan perasa makanan adalah sebagai berikut:
3.3.1 Visi Perusahaan
Perusahaan yang menyediakan produk yang unggul, kompetitif, dan memuaskan
3.3.2 Misi Perusahaan
a. Menjadikan setiap produk yang dihasilkan sebagai citra (brand image) yang kuat di
mata konsumen
b. Bekerja secara profesional dengan penuh komitmen, disiplin, dan tanggung jawab
untuk melayani pembeli dan pelanggan
c. Menjawab keinginan dan kebutuhan konsumen
Visi dan misi yang telah dirumuskan di atas dapat dijelaskan dengan detil sebagai
berikut:
1. Produk yang Unggul
Produk yang unggul ditandai dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan konsumennya. Keunggulan dalam bidang makanan dapat dikenali dari
citarasa dan kualitas (ketahanan), serta bentuk dan kemasan yang sesuai. Dalam
menciptakan produk yang unggul tentunya dibutuhkan inovasi di mana terkandung
kreativitas di dalamnya untuk menciptakan dan membuatnya menjadi sebuah produk
yang riil dan dapat dipasarkan. Inovasi yang berkesinambungan sangatlah perlu
untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan unggul di mata para
konsumen.
III-5
2. Produk yang Kompetitif
Kompetitif berarti dapat bersaing di pasar dan menjadi produk yang sukses dan
dikenal secara luas. Tingkat persaingan dapat ditunjukkan dengan penguasaan pasar
(market share) di mana kondisi pasar dapat dipetakan atas pelaku-pelakunya dengan
faktor utama penilaian adalah tingkat penjualan dari masing-masing perusahaan.
Sementara itu pengenalan akan produk juga merupakan bagian dalam artian
kompetitif dan dikenal juga sebagai brand image, di mana calon konsumen dan
konsumen akan memilki citra khusus tentang sebuah produk dan menjadi daya tarik
utama untuk proses transaksi pembelian. Sebagai contohnya adalah kue molen yang
diproduksi oleh Kartika Sari Bandung sebagai pemimpin pasar sehingga setiap kali
orang berbicara tentang kue molen pasti akan merujuk kepada perusahaan tersebut.
3. Produk yang Memuaskan
Pembeli dan pelanggan adalah raja dan menjadi sasaran dan faktor utama dalam
perkembangan sebuah industri termasuk industri makanan. Jika kebutuhan
konsumen tidak dapat dipenuhi maka cepat atau lambat sebuah perusahaan akan
tutup. Setelah kebuthan konsumen dapat terpenuhi maka muncul pertanyaan
selanjutnya, apakah konsumen puas? Kepuasan konsumen merupakan modal bagi
perusahaan untuk menjamin bahwa konsumen akan loyal dan menjadi aset yang
sangat berharga bagi keberlangsungan usaha. Jadi sangat jelas bahwa perusahaan
harus menciptakan produk yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan
konsumen dengan tujuan untuk meningkatkan loyalitas.
3.4 Penentuan Tujuan Strategis
3.4.1 Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan atau disebut juga finansial merupakan faktor utama dalam setiap
perusahaan baik perusahaan yang berorientasi profit maupun nonprofit. Seringkali
pengukuran tradisional mengutamakan pengukuran dalam bidang keuangan ini sebagai
tolak ukur utama kesehatan perusahaan. Jadi jelaslah bahwa keuangan merupakan faktor
yang layak dan penting untuk dikaji dan dianalis lebih lanjut. Dalam perspektif
keuangan, terdapat tiga tujuan utama strategis keuangan, yaitu:
III-6
a. Bauran produk/ jasa dan pertumbuhan pendapatan
b. Penghematan biaya/ peningkatan produktifitas
c. Pemanfaatan aktiva/ strategi investasi
Mengacu pada visi dan misi yang telah dirumuskan dapat dihasilkan tujuan strategis
perusahaan yang bergerak di industri bahan perasa makanan dalam perspektif keuangan,
yaitu sebagai berikut:
a. Bauran produk/ jasa dan pertumbuhan pendapatan
Bauran produk/ jasa dan pertumbuhan pendapatan adalah berbagai usaha dalam
pengembangan produk dengan perluasan pasar, teknologi, pelanggan, dan segala
penciptaan nilai tambah yang tinggi. Berdasarkan visi dan misi yang telah
dirumuskan, perusahaan makanan pada intinya ingin meningkatkan pendapatan
dengan cara menjawab kebutuhan konsumen dengan produk-produk yang
dikeluarkan. Dengan demikian, profitabilitas konsumen akan meningkat dengan
tingkat kepuasan yang tinggi sehingga dapat dirumuskan tujuan strategis sebagai
berikut: ”Peningkatan pertumbuhan laba melalui peningkatan profitabilitas
konsumen”
b. Penghematan biaya/ peningkatan produktifitas
Penghematan biaya dapat dilakukan dengan cara menurunkan biaya operasional dan
juga menjaga keseimbangan antara kas masuk dan kas keluar. Selain itu
penghematan biaya juga dapat dilakukan dengan usaha peningkatan produktivitas
terutama peningkatan produktivitas pegawai. Dengan demikian, tujuan strategis
dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Penurunan dan optimalisasi biaya operasional”
c. Pemanfaatan aktiva/ strategi investasi
Strategi investasi dapat dilakukan dengan cara pengelolaan investasi yang tepat
yaitu dengan cara peningkatan produktivitas aset yang dimiliki yaitu optimalisasi
pemanfaatan harta tak bergerak. Namun, pertumbuhan investasi harus lebih rendah
daripada pertumbuhan laba sehingga terjadi peningkatan return of investment (ROI).
Tujuan strategis yang dapat disusun adalah ”Pengelolaan strategi investasi dengan
peningkatan produktivitas aset”
III-7
3.4.2 Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar
yang dimasuki di mana segmen pasar merupakan komponen penghasil tujuan finansial
perusahaan. Persepektif pelanggan memungkinkan perusahaan menyelaraskan berbagai
ukuran pelanggan utama, yaitu kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi, dan profitabilitas
dengan pelanggan dan segmen pasar sasaran. Adapun tujuan strategis yang dapat
dihasilkan berdasarkan visi dan misi yang telah dirumuskan, yaitu:
a. Atribut produk/ jasa
Atribut ini mencakup fungsionalitas produk, harga, dan mutu. Atribut-atribut
tersebut disesuaikan dengan keinginan konsumen. Atribut produk yang dikeluarkan
oleh perusahaan makanan adalah sisi harga, kualitas, dan ketersediaan varian
produk. Konsumen akan dapat tertarik dengan tawaran produk yang berkualitas dan
harga yang cocok sesuai dengan segmen pasar yang ditargetkan. Selain itu,
perusahaan juga harus mengeluarkan produk yang bervariasi sehingga dapat
menjawab kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan demikian, dapat
dirumuskan tujuan strategis sebagai berikut: ”Pemenuhan kebutuhan pelanggan
dengan produk dan variannya yang berkualitas dengan harga yang sesuai”
b. Hubungan pelanggan
Hubungan dengan pelanggan mencakup komitmen jangka panjang untuk melayani
konsumennya. Fokus dari hubungan dengan pelanggan ini adalah meningkatkan
retensi konsumen yaitu mempertahankan konsumen pada segmen pasar yang
dimasuki. Selain itu, akuisisi konsumen juga menjadi fokus. Bagaimana cara untuk
menarik dan mendapatkan konsumen baru atau pengguna baru produk yang
ditawarkan oleh perusahaan. Kedua fokus tersebut sangat dipengaruhi kepuasaan
pelanggan. Apabila produk yang ditawarkan dapat menjawab kebutuhan bahkan
memuaskannya, konsumen akan loyal dan terus menggunakan peroduk tersebut dan
pada akhirnya akan menarik juga konsumen-konsumen baru dengan adanya citra
produk yang berkualitas dan memuaskan. Tujuan strategis yang dapat dirumuskan
dari hubungan pelanggan adalah sebagai berikut: ”Peningkatan retensi dan akuisisi
pelanggan melalui peningkatan kepuasan”.
III-8
c. Citra
Dimensi citra menggambarkan faktor-faktor tak berwujud yang mempengaruhi dan
membuat pelanggan tertarik pada suatu perusahaan. Preferensi pelanggan akan suatu
merek tertentu mengungkapkan citra perusahaan bagi segmen pelanggan sasaran.
Perusahaan makanan tentunya sangat peduli akan citra karena dalam hal makanan,
apabila konsumen merasa cocok dengan citarasa dari suatu produk maka konsumen
tersebut akan menjadi pelanggan tetap dan setia. Dapat disimpulkan tujuan strategis
yang dirancang adalah ”Pembangunan citra penyedia bahan makanan yang unggul
dan berkualitas”.
3.4.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Proses bisnis internal dalam balanced scorecard memperlihatkan proses penciptaan
nilai (bersifat internal) untuk memuaskan pelanggan dan pemilik perusahaan. Beberapa
tujuan strategis perusahaan yang bergerak di industri bahan perasa makanan sebagai
berikut:
a. Inovasi
Inovasi merupakan hal utama bagi perusahaan bahan perasa makanan untuk dapat
menjalankan usahanya. Inovasi menjadi tuntutan mutlak yang harus dipenuhi oleh
perusahaan makanan untuk dapat terus menjawab kebutuhan konsumen dengan cara
menciptakan variasi dari produk-produk yang telah ada. Pada akhirnya, kepuasan
pelanggan yang hendak dicapai oleh perusahaan dengan cara terus berinovasi dalam
menghasilkan produk yang berkualitas dan juga dapat berkompetisi di pasar dengan
perusahaan lainnya. Inovasi harus dilakukan terus-menerus dan tentunya harus
didukung oleh proses internal. Dapat disimpulkan tujuan strategis yang dirumuskan
adalah ”Peningkatan kepuasan pelanggan dengan inovasi yang berkelanjutan”.
b. Operasi
Manajemen operasional perusahaan menjadi faktor penting untuk dapat
menjalankan perusahaan. Operasional mencakup bagaimana proses bisnis yang
terjadi yang dilakukan oleh pegawai di dalamnya untuk dapat menciptakan dan
mendistribusikan produk dari perusahaan kepada pihak pelanggan dan tentunya
dengan waktu yang tidak lama. Dengan demikian, dapat dirumuskan tujuan strategis
III-9
sebagai berikut: ”Efisiensi kegiatan operasional untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan”.
c. Layanan Purnajual
Layanan purnajual mencakup pelayanan yang diberikan setelah produk di tangan
pelanggan. Untuk perusahaan makanan, layanan purnajual ini berbeda dengan
perusahaan lain dengan produk-produk fisik yang dapat diperbaiki, ditukar, dan
sebagainya. Perusahaan makanan memberikan layanan purnajual dengan cara
menerima setiap masukan dari pelanggan yang kemudian akan diakomodasi.
Perusahaan juga dapat melakukan riset pasar untuk dapat mengetahui keinginan
konsumen pada segmen tertentu mencakup keinginan tambahan atau lebih lanjut
akan produk yang telah dibuat oleh perusahaan. Tujuan strategis yang dapat
dirumuskan dari layanan purnajual adalah sebagai berikut: ”Peningkatan kepuasan
pelanggan dengan layanan purnajual”.
3.4.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif keempat dari balanced scorecard ini menggambarkan intangible assets yang
dimiliki oleh suatu perusahaan dan peranannya dalam strategi intangible assets dapat
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu human capital, information capital, dan
organizational capital. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan juga merupakan
faktor yang menyediakan infrastuktur bagi tercapainya tujuan dari tiga perspektif
lainnya. Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, terdapat tiga tujuan utama
strategis, yaitu:
a. Kepuasan pekerja
b. Retensi pekerja
c. Produktivitas pekerja
Mengacu pada visi dan misi yang telah dirumuskan dapat dihasilkan tujuan strategis
perusahaan yang bergerak di industri bahan perasa makanan dalam perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu sebagai berikut:
a. Kepuasan pekerja
Tujuan kepuasan pekerja menyatakan bahwa moral pekerja dan kepuasan kerja
secara keseluruhan saat ini dipandang sangat penting oleh perusahaan. Pekerja yang
III-10
puas merupakan prakondisi bagi meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu,
dan layanan pelanggan. Perusahaan biasanya dapat mengukur kepuasan pekerja
dengan survei tahunan atau survei rutin (bulanan, triwulanan, dan sebagainya)
dengan beberapa unsur di dalamnya, antara lain:
Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
Penghargaan karena telah melakukan pekerjaan dengan baik
Akses yang memadai kepada informasi untuk melaksanakan pekerjaaan
dengan baik
Dorongan aktif untuk bekerja kreatif dan menggunakan inisiatif
Tingkat dukungan dari fungsi staf
Kepuasan keseluruhan dengan perusahaan
Kepuasan pekerja dibutuhkan agar proses–proses yang terjadi pada perusahaan
dapat dijalankan dengan baik dan secara bersamaan pekerja akan memiliki retensi
yang tinggi terhadap perusahaan. Adapun tujuan strategis yang dapat dirumuskan
adalah ”Peningkatan kepuasan kerja untuk meningkatkan produktivitas”
b. Retensi pekerja
Tujuan retensi kerja adalah untuk mempertahankan selama mungkin para pekerja
yang diminati perusahaan. Teori yang menjelaskan ukuran ini adalah bahwa
peusahaan membuat investasi jangka panjang dalam diri pekerja sehingga setiap kali
ada pekerja yang berhenti bukan atas keinginan perusahaan merupakan sebuah
kerugian modal intelektual bagi perusahaan. Para pekerja yang bekerja dalam jangka
waktu yang lama dan loyal membawa nilai perusahaan, pengetahuan tentang
berbagai proses organisasional dan diharapkan sensitivitasnya (peka dan mengerti)
terhadap kebutuhan para pelanggan. Retensi pekerja pada umunnya diukur dengan
persentase keluarnya pekerja yang memegang jabatan kunci. Dengan demikian,
dapat dirumuskan tujuan strategis sebagai berikut: ”Peningkatan retensi kerja”.
c. Produktivitas pekerja
Produktivitas pekerja adalah suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan usaha
peningkatan moral dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan kepuasan
pelanggan. Tujuannya adalah membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para
pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran
tersebut. Dengan semakin produktifnya pekerja perusahaan dalam menjual lebih
III-11
banyak produk dan jasa dengan nilai tambah yang meningkat, pendapatan
perusahaan juga tentu akan meningkat. Karena itu, dapat dirumuskan tujuan
strategis ”Produktivitas kerja yang tinggi”.
3.5 Identifikasi Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan
Faktor kunci keberhasilan atau sering disebut juga key success factors (KSF) merupakan
faktor yang sangat penting bagi kesuksesan pencapaian tujuan strategis dalam
mendukung visi, misi dan strategis perusahaan. Ukuran-ukuran yang akan digunakan
pada model BSC tergantung pada faktor-faktor kunci keberhasilan tersebut. KSF
diturunkan dari setiap tujuan strategis yang telah didefinisikan untuk masing-masing
perspektif. Mengacu kepada visi, misi, dan tujuan strategis untuk setiap perspektif di
atas, dapat dirumuskan faktor kunci keberhasilan perusahaan yang bergerak di bidang
bahan perasa makanan sebagai berikut:
a. Perspektif Keuangan
Faktor-faktor kunci keberhasilan pada perspektif keuangan adalah:
Kemampuan menghasilkan laba
Profitabilitas pelanggan
Penurunan total biaya
Produktivitas pekerja
Produktivitas aset
b. Perspektif Pelanggan
KSF yang berhasil didefiniskan pada perspektif pelanggan adalah:
Kepuasan pelanggan
Retensi pelanggan
Akuisisi pelanggan
Citra yang kuat (brand image)
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
Faktor-faktor kunci keberhasilan pada perspektif proses bisnis internal adalah:
Inovasi berkelanjutan
Efisiensi operasional
Layanan purnajual
III-12
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
KSF yang berhasil didefinisikan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
adalah:
Kepuasan pekerja
Retensi pekerja
Produktivitas pekerja
3.6 Identifikasi Hubungan Kausal
Hubungan sederhana sebab dan akibat (kausal) di antara setiap tujuan strategis dari
perusahaan makanan yang telah dirumuskan sebelumnya adalah sebagai berikut :
Gambar III.3 Hubungan Kausal Tujuan Strategis Tiap Perspektif
1. Jika kompetensi (keahlian dan ketrampilan) pekerja ditingkatkan, informasi yang
menyangkut seluruh kemajuan maupun masalah perusahaan diberikan serta sasaran
individu diselaraskan dengan sasaran perusahaan, sehingga kepuasan kerja pekerja
meningkat.
2. Apabila pekerja telah merasa puas dengan pekerjaannya sehingga loyal terhadap
perusahaan, maka produktivitas pekerja juga akan meningkat.
3. Bila produktivitas meningkat maka pekerja akan mampu mempersembahkan usaha
dan kinerjanya yang terbaik dalam proses bisnis internal.
III-13
4. Peningkatan mutu produk serta pelayanan pada pelanggan akan terkendali, seiring
meningkatnya waktu dan kualitas proses yang semakin baik disertai dengan proses
pengembangan produk.
5. Jika keandalan produk dan pelayanan ke pelanggan meningkat, maka pelanggan
akan merasa lebih percaya dan terpuaskan.
3.7 Penentuan Ukuran Strategis
Tujuan strategis dari keempat perspektif BSC di atas merupakan kriteria yang masih
belum dapat terukur secara kuantitatif. Dalam penyusunan BSC, kelebihan yang dapat
diperoleh para eksekutif perusahaan maupun pihak lain yang ingin mengetahui
performansi perusahaan yang sebenarnya adalah bahwa ukuran-ukuran strategis yang
dimuat berupa ukuran kuantitatif yang dapat terukur. Ukuran ini tidak akan
menimbulkan kerancuan penafsiran informasi bagi yang membutuhkannya. Untuk
memenuhi persyaratan tersebut maka langkah selanjutnya adalah menentukan ukuran
strategis yang sesuai dengan tujuan strategis perusahaan makanan yang telah disebutkan
pada bagian sebelumnya. Proses penentuan ukuran strategis (strategic measure)
dilakukan dengan mengidentifikasi ukuran kuantitatif [TRA04] yang dapat
mencerminkan keberhasilan tujuan strategis yang telah ditentukan sebelumnya.
3.7.1 Ukuran Strategis Perspektif Keuangan
Ukuran strategis perspektif keuangan yang telah ditentukan diperlihatkan pada Tabel
III.1 di bawah ini:
Tabel III.1 Ukuran Strategis Perspektif Keuangan
No Tujuan Strategis No Ukuran Strategis Satuan
TS
F-1 Kemampuan peningkatan laba
US
F-1
Pendapatan penjualan
(sales revenue) rupiah
US
F-2 Gross Margin rupiah
US
F-3
Net Income After Tax
(NIAT) rupiah
US
F-4 Kas
rupiah
III-14
No Tujuan Strategis No Ukuran Strategis Satuan
US
F-5 Penjualan
rupiah
TS
F-2 Efisiensi biaya
US
F-6 Biaya produksi
rupiah
TS
F-3 Pertumbuhan aset
US
F-7 Aset
rupiah
US
F-8 Inventori
rupiah
US
F-9 Hutang
rupiah
3.7.2 Ukuran Strategis Perspektif Pelanggan
Ukuran strategis perspektif pelanggan yang telah ditentukan diperlihatkan pada Tabel
III.2 di bawah ini:
Tabel III.2 Ukuran Strategis Perspektif Pelanggan
No Tujuan Strategis No Ukuran Strategis Satuan
TS
C-1 Retensi pelanggan lama
US
C-1 Jumlah pelanggan lama jumlah/ tahun
TS
C-2 Akuisisi pelanggan baru
US
C-2 Jumlah pelanggan baru %
TS
C-3
Peningkatan kepuasan
pelanggan
US
C-3 Jumlah komplain komplain/ bulan
TS
C-4
Pembangunan citra
perusahaan makanan
US
C-4 Pangsa pasar %
3.7.3 Ukuran Strategis Perspektif Proses Bisnis Internal
Ukuran strategis perspektif proses bisnis internal yang telah ditentukan diperlihatkan
pada Tabel III.3 di bawah ini:
Tabel III.3 Ukuran Strategis Perspektif Proses Bisnis Internal
No Tujuan Strategis No Ukuran Strategis Satuan
TS
I-1 Inovasi produk
US
I-1 Jumlah produk baru produk/ tahun
III-15
No Tujuan Strategis No Ukuran Strategis Satuan
US
I-2 Biaya riset rupiah
TS
I-2 Efektivitas operasional
US
I-3 Biaya pekerja rupiah
TS
I-3 Riset pasar
US
I-4 Jumlah riset pasar riset/ tahun
TS
I-4 Penanganan komplain
US
I-5 Penanganan komplain %
3.7.4 Ukuran Strategis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Ukuran strategis perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang telah ditentukan
diperlihatkan pada Tabel III.4 di bawah ini:
Tabel III.4 Ukuran Strategis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
No Tujuan Strategis No Ukuran Strategis Satuan
TS
L-1 Kepuasan dan retensi pekerja
US
L-1 Jumlah pekerja yang keluar pekerja/ tahun
US
L-2 Rata-rata masa kerja tahun
TS
L-2 Produktivitas pekerja
US
L-3 Produktivitas pekerja ton
TS
L-3
Pelaksanaan training/
pelatihan sesuai kebutuhan
US
L-4 Biaya pelatihan pekerja rupiah
3.8 Pembobotan dan Pengukuran
3.8.1 Pembobotan
Pembobotan tujuan strategis yang telah disusun perlu dilakukan untuk dapat
menentukan prioritas aspek-aspek kinerja yang dianggap penting untuk dicapai
targetnya. Dari semua tujuan strategis yang telah ditentukan, tiap-tiap tujuan tersebut
mempunyai prioritas yang berbeda-beda. Perbedaan prioritas mengandung artian tujuan
strategis mana yang harus diberikan perhatian, waktu, dan energi yang lebih banyak
dalam kurun waktu tertentu sehingga dapat memberi nilai (dampak) terbesar bagi
III-16
perusahaan. Untuk membedakan prioritas antar tujuan strategis tersebut, dilakukan
pembobotan tujuan strategis pada setiap perspektif BSC yang telah ditentukan.
Pembobotan dapat dilakukan dengan menggunakan metode Borda [WIK07] dengan
mengacu kepada setiap perspektif BSC perusahaan yang telah dibuat pada tahap
sebelumnya seperti terlihat pada subbab 3.7. Metode Borda dipilih dengan
pertimbangan bahwa metode ini merepresentasikan perbandingan antar alternatif, tetapi
dengan mekanisme yang relatif mudah dipahami dengan cepat oleh para responden
karena Borda menggunakan sistem rangking untuk menghasilkan bobot dengan
menggunakan rumus 2.4 pada subbab 2.4. Mekanisme pembobotan Borda yang tidak
rumit bagi responden juga menjadi keunggulan tambahan mengingat responden adalah
pihak manajemen perusahaan yang notabene sangat sibuk dan tidak memiliki banyak
waktu. Pembobotan yang dihasilkan dengan dengan metode BORDA akan menjadi
salah satu masukan dalam pengukuran dengan model objective matrix (OMAX) pada
bagian bobot untuk kemudian dikalkulasikan untuk setiap item ukuran strategis
sehingga menghasilkan hasil penilaian kinerja.
3.8.2 Pengukuran
Pengukuran setiap ukuran strategis yang telah didefinisikan sebelumnya dilakukan
dengan pendekatan model Objective Matrix (OMAX) untuk masing-masing perspektif
BSC. Langkah yang dilakukan untuk melakukan pengukuran kinerja dengan OMAX
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan nilai parameter dari skala 0, 3, dan 10 untuk masing-masing ukuran
strategis
b. Mentukan nilai dari setiap skala (0-10) untuk masing-masing ukuran strategis
dengan interpolasi
c. Menentukan bobot untuk masing-masing ukuran strategis yang diperoleh dengan
cara pembobotan seperti dijelaskan pada subbab 3.8.1
d. Memasukkan kinerja perusahaan untuk masing-masing ukuran strategis
e. Menentukan nilai OMAX untuk masing-masing ukuran strategis dengan cara
menentukan posisi data kinerja yang dimasukkan berdasarkan kisaran (range)
OMAX
III-17
f. Menentukan skor/ nilai dengan cara mengalikan nilai OMAX dengan bobot untuk
masing-masing ukuran strategis
Langkah-langkah di atas dilakukan untuk setiap perspektif dan nantinya akan diukur
indeks kinerja setiap perspektif. Hasil dari indeks setiap perspektif akan diformulasikan
untuk dapat menghasilkan hasil pengukuran kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Mengacu pada skala nilai OMAX, nilai indeks kinerja dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
0 < indeks < 3, artinya secara keseluruhan perusahaan mengalami penurunan
kinerja.
indeks = 3, artinya secara keseluruhan kinerja perusahaan sama dengan periode
sebelumnya atau tidak mengalami peningkatan.
3 < indeks < 10, artinya secara keseluruhan perusahaan mengalami peningkatan
kinerja, tetapi belum semua komponen penilaian dapat mencapai target yang
ditetapkan.
indeks = 10, artinya secara keseluruhan perusahaan mengalami peningkatan kinerja
dimana semua komponen pengukuran mengalami peningkatan atau sesuai dengan
target yang ditetapkan.
3.8.3 Rancangan Pengukuran Kinerja
Rancangan pengukuran kinerja untuk setiap ukuran strategis dengan menggunakan
pembobotan Borda dan OMAX dapat dilihat pada Tabel III.5 dan pengisiannya
mengacu pada langkah-langkah pengukuran kinerja seperti diuraikan pada subbab 3.8.2.
Tabel III.5 Rancangan Pengukuran Kinerja
No Ukuran Strategis Skala OMAX
Kinerja Nilai
OMAX Bobot
Skor/
Nilai 0 3 10
Perspektif Keuangan
1 Pendapatan penjualan
2 Gross Margin
3 Net Income After Tax (NIAT)
4 Kas
5 Penjualan
III-18
No Ukuran Strategis Skala OMAX
Kinerja Nilai
OMAX Bobot
Skor/
Nilai 0 3 10
6 Biaya produksi
7 Aset
8 Inventori
9 Hutang
Total
Perspektif Pelanggan
1 Jumlah pelanggan lama
2 Jumlah pelanggan baru
3 Jumlah komplain
4 Pangsa pasar
Total
Perspektif Proses Bisnis Internal
1 Jumlah produk baru
2 Biaya riset
3 Biaya pekerja
4 Jumlah riset pasar
5 Penanganan komplain
Total
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
1 Jumlah pekerja yang keluar
2 Rata-rata masa kerja
3 Produktivitas pekerja
4 Biaya pelatihan pekerja
Total