d adpen 0707361 chapter3 -...
TRANSCRIPT
151
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan descriptive survey dan
explanatory survey yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi,1989).
Rancangannya adalah deskriptif-verifikatif, yang dimaksudkan untuk
menggambarkan kondisi ciri-ciri objek atau variabel-variabel penelitian
sebagaimana adanya, dan menguji hipotesis.
Penelitian ini terdiri atas tiga variabel bebas, yaitu kepemimpinan kepala
sekolah (X1), budaya organisasi (X2), komitmen guru (X3), dan peranserta
masyarakat (X4); satu variabel intervening yaitu prose pembelajaran (Y); dan
variabel terikat, yaitu mutu SMP berkategori RSSN (Z). Sesuai dengan
penjelasan teoretik sebagaimana yang telah dikemukakan dalam bab kedua,
dimensi dan indikator masing-masing variabel tersebut diringkaskan dalam
tabel 3.1.
Tabel 3.1 KISI-KISI VARIABEL PENELITIAN
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Tanggung jawab • Penataan lembaga • Pembinaan Akademik • Berani mengambil resiko
Manajemen • Perencanaan Program • Pengorganisasian Masalah • Pelaksanaan Program • Efektivitas dalaam Pengawasan
152
Proses Komunikasi • Sistem komunikasi • Target komunikasi • Efektivitas komunikasi
Otonomi pengelolaan • Peningkatan Mutu • Efisiensi Pengelolaan • Relevansi pembelajaran
Pemberdayaan Warga sekolah
• Peran Guru • Peran Tenaga Kependidikan • Memotivasi siswa
Budaya Organisasi (X2)
Karakteristik • Kerjasama • Penghargaan • Percaya diri • Inovatif
Penerapan • Membiasakan beretika • Adanya iklim kondusif • Meningkatkan peran • Meemperkuat prestasi
Nilai
• Membentuk aturan • Menerima nilai • Memahami tujuan
Menunjukkan Usaha • Membuat pilihan dan prioritas • Menyesuaikan diri dengan misi organisasi. • Melakukan upaya sesuai harapan organisasi.
Komitmen Guru (X3)
Melaksankan tujuan sekolah
• Mendukung kebijakan sekolah • Melaksanakan peraturan sekolah • Menunjukkan profesionalisme kerja
Tanggung jawab • Memiliki rasa kepemilikan • Menciptakan semangat kerja • Mempertahankan kesuksesan • Kepercayaan
Melakukan pengorbanan pribadi
• Menempatkan kepentingan organisasi • Melakukan pengorbanan pribadi • Mendukung keputusan organisasi • Teguh terhadap aturan
Peranserta Masyarakat (X4)
Dukungan Masyarakat • Kemitraan dalam menyusun program • Memahami kepentingan sekolah • Mempertahankan keberhasilan sekolah • Mendukung pengembangan organisasi
Kepengurusan • Anggota • Pemilihan Pengurus • Pelaksanaan tugas • Mekanisme kerja
Meningkatkan tanggung jawab
• Peningkatan Partisipasi • Transparansi • Akuntabilitas • Peduli kualitas • Akses Sumber daya
Proses Pembelajaran (Y)
Pencitraan belajar • Menegakkan aturan sekolah • Menjalankan tugas tepat waktu • Menegakkan aturan bealajar • Strategi mengajar yang bervariasi
153
Menekankan keberhasilan
• Melakukan hal terbaik untuk mencapai hasil belajar • Selalu mencari bahan pembelajaran yang aktual • Memperoleh ketrampilan yang esensial
Penilaian
• Penilaian PBM dilaksanakan dari berbagai segi • Memberikan penghargaan bagi yang berprestasi • Memberi penguatan terhadap perilaku positif siswa
Peningkatan layanan PBM
• Peningkatan sarana pendidikan • Pembelajaran yang efektif • Bimbingan khusus • Pengembangan budaya belajar • Penanaman Nilai
Mutu Sekolah (Z)
Produktivitas • Mutu akademik • Mutu non Akademik • Peningkatan Akses • Akuntabilitas • Adanya penghargaan
Mutu Lulusan Content Knowledge
• Menguasai Bahan ajaran • Mengembangkan hasil Pengajaran • Evaluasi Belajar tinggi • Memiliki Pengayaan wawasan hasil belajar
Affective Skills • Memiliki daya saing • Kinerja belajar tinggi • Mampu mengambil peluang • Siap mengambil resiko
Psychomotor Skill • Taqwa • Berakhlak mulia • Berbudaya • Bekerjasama • Optimisme
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif analitik. Deskripsi adalah hal-hal yang
nyata berdasarkan pengamatan, hasil penelitian kuantitatif lebih menekankan
pada penyajian dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka
statistik. Penelitian deskriptif analitik lebih menuturkan/menguraikan suatu
secara sistematis tentang data atau karakteristik tertentu atau bidang tertentu
secara faktual dan cermat, menganalisis serta menginterpretasikan data yang
ada pada saat penelitian dilakukan. Dengan kata lain penelitian deskriptif
analitik memusatkan pada masalah-masalah yang bersifat aktual, untuk
melukiskan variabel atau kondisi apa yang ada dalam situasi tertentu.
154
Proses penelitian dengan pendekatan deskriptif analitis melalui metode
kuantitatif menekankan, bahwa penentuan pemilihan subyek dari mana
informasi atau data akan diperoleh, teknik yang digunakan untuk pengumpulan
data, prosedur untuk pengumpulan bahan kajian yang ingin dijadikan penelitian
sudah ada di lapangan. Oleh karena itu tidak diperlukan adanya suatu
manipulasi ataupun kontrol terhadap variabel yang ada untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan. Penggunaan metode ini dirasakan tepat dan relevan,
oleh karena data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan kejadian
yang sedang berlangsung.
B. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah batasan yang digunakan untuk
menguraikan makna dari beberapa variabel penelitian. Definisi operasional
adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi
bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-
variabel tersebut. Definisi operasional memungkinan sebuah konsep yang
bersifat abstrak menjadi operasional sehingga memudahkan peneliti dalam
melakukan pengukuran (http://komunitasmahasiswa.info/tag/definisi-
operasional). Pendapat lain mengatakan: definisi operasional dapat
memberikan jawaban atas pertanyaan untuk menguji hipotesis, dapat dikatakan
lebih tegas “operational definition tell the researcher and read what is
necessary for answering the question or testing the hypothesis “ (MacMillan &
Schumacher, 2001: 84)
155
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan merupakan proses pemimpin mempengaruhi pengikut
untuk: (1) menginterpretasikan keadaan (lingkungan organisasi); (2) memilih
tujuan organisasi; (3) pengorganisasian kerja dan memotivasi pengikut untuk
mencapai tujuan organisasi; (4) mempertahankan kerjasama dan tim kerja; (5)
mengorganisasi dukungan dan kerjasama orang dari luar organisasi. Dalam
lingkungan pendidikan, secara spesifik kepemimpinan pendidikan dimaknai
sebagai kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya
tujuan pendidikan.
Fungsi kepemimpinan pendidikan di sekolah sebagai kepemimpinan
manajerial adalah pengelola mutu, yang meliputi perencanaan mutu,
pengembangan produk dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhaan pelanggan. Oleh karena itu pemimpin pendidikan harus memiliki
kemampuan sebagai berikut: (1) mengorganisasikan; (2) membangkitkan dan
memupuk kepercayaan; (3) membina dan memupuk kerjasama dalam
mengajukan dan melaksanakan program-program supervisi; dan (4)
mendorong dan membimbing guru beserta staf agar bertanggungjawab pada
setiap usaha untuk mencapai tujuan sekolah.
Proses kepemimpinan kepala sekolah meliputi: (1) mengambil
keputusan; (2) mengembangkan imajinasi; (3) mengembangkan kesetiaan
pengikutnya; (4) memprakarsai, menggiatkan, dan mengendalikan rencana;
(5) melaksanaan keputusan dengan memberikan dorongan kepada para
pengikutnya; (6) memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber-sumber
156
lainnya; (7) melaksanakan kontrol dan perbaikan-perbaikan atas kesalahan;
(8) memberikan tanda penghargaan; (9) mendelegasikan wewenang kepada
bawahannya.
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap bawahannya dalam
organisasi, meliputi: (1) iklim saling mempercayai; (2) penghargaan terhadap
ide bawahan; (3) memperhitungkan perasaan bawahan; (4) perhatian pada
kenyamanan kerja bagi para bawahan; (5) perhatian pada kesejahteraan
bawahan; (6) pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan
profesional; (7) memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya.
2. Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah sistem makna bersama terhadap nilai-nilai
primer yang dianut bersama dan dihargai organisasi, yang berfungsi
menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi
lainnya, menciptakan rasa identitas bagi para anggota organisasi,
mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap organisasi,
meningkatkan kemantapan sistem sosial, serta menciptakan mekanisme
pembuat makna dan kendali yang memandu membentuk sikap dan perilaku
para anggota organisasi.
Karakteristik budaya organisasi sebagai berikut: (1) peraturan-peraturan
perilaku yang harus dipenuhi; (2) norma-norma; (3) nilai-nilai yang dominan;
(4) filosofi; (5) aturan-aturan; dan (6) iklim organisasi.
157
Ada tiga tipe budaya organisasi, pertama budaya kuat dan budaya lemah,
nilai-nilai, norma-norma dan asumsi-asumsi yang terinternalisasi dan dipegang
teguh oleh para anggota organisasi dapat melahirkan perasaan tenang,
committed, loyalitas, memacu kerja lebih keras, kohesivitas, keseragaman
sasaran (goal alignment), dan mengendalikan perilaku anggota organisasi, serta
produktivitas. Kekuatan budaya berhubungan dengan kinerja meliputi tiga
gagasan, yaitu: (1) penyatuan tujuan; (2) menciptakan motivasi, komitmen, dan
loyalitas luar biasa dalam diri pegawai; dan (3) memberikan kontrol yang
dibutuhkan dan dapat menekan tumbuhnya motivasi serta inovasi.
Kedua budaya yang secara strategis cocok, budaya yang cocok dan serasi
dengan kondisi objektif perusahaan dimana perusahaan itu berada. Semakin
besar kecocokan dengan lingkungan, maka semakin baik kinerjanya,
sebaliknya semakin kurang kecocokannya dengan lingkungan, maka semakin
jelek kinerjanya. Ketiga budaya yang adaptif dan tidak adaptif. Yakni budaya
yang dapat membantu organisasi mengantisipasi dan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan (adaptif), yang diasosiasikan dengan kinerja tinggi
dalam periode waktu yang panjang. Kondisi ini mengarahkan budaya
organisasi untuk senantiasa bersikap adaptif dan inovatif sesuai dengan
perubahan lingkungan yang terjadi.
3. Komitmen Guru
Komitmen adalah keyakinan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai
organisasi, keamanan menggunakan segala upaya untuk mewujudkan
kepercayaan pada organisasi, serta sebuah keyakinan yang kuat untuk tetap
158
menjadi anggota organisasi. Ada tiga bentuk komitmen yaitu: 1) kepercayaan
dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, 2)
kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi, 3) keinginan yang kuat
untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Komitmen guru adalah pernyataan kesiapan diri menjadi seorang guru
yang baik: (1) memiliki misi; (2) memiliki suatu keyakinan positif; (3)
mengenal bahwa pemikirannya memiliki dampak yang mendalam terhadap
keberhasilan; (4) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah; (5)
mengetahui penggunaan waktu dan usaha untuk memperoleh hasil yang
terbaik.
Dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengembangkan komitmen
guru adalah keadaan psikologis individu yang berhubungan dengan keyakinan,
kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai
pendidikan, kemauan yang kuat untuk bekerja demi sekolah dan keinginan
yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari pengabdiannya sebagai
pendidikmemberi keteladanan, terutama kejujuran. Seorang guru yang baik
seharusnya: (1) memiliki misi; (2) memiliki suatu keyakinan positif; (3)
mengenal bahwa pikiran yang dibuat memiliki dampak yang mendalam
terhadap keberhasilan dirinya; (4) mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah yang memungkinkan bagi guru untuk mengatasi setiap tantangan yang
dihadapi.
159
4. Peranserta Masyarakat
Peranserta masyarakat dapat dipahami dengan konsep Community
Based Education (CBE), yang merupakan pendekatan inovatif bahwa sektor
pendidikan harus dipandang dengan pendekatan: (1) kemanusiaan dengan
asumsi bahwa manusia memiliki dinamika internal dan kapasistas yang tak
terbatas; (2) kolaboratif dengan asumsi bahwa kerja sama antarlembaga dengan
visi dan misi menolong masyarakat; (3) partisipatif dengan asumsi bahwa
masyarakat setempat terlibat dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
program sekolah; (4) berkelanjutan dengan asumsi bahwa CBE akan
diterapkan secara berkesinambungan; (5) perpaduan program lembaga
pendidikan yang ada dengan budaya setempadapat
Lebih jelas peranserta masyarakat dapat didefinisikan sebagai lembaga
mandiri yang beranggota berbagai unsur masyarakat yang peduli pendidikan.
Sedangkan komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggota orang tua/wali
peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
Ada tujuh tingkatan peranserta masyarakat, yaitu: (1) peranserta dengan
menggunakan jasa pelayanan yang tersedia; (2) peranserta dengan memberikan
kontribusi dana, bahan, dan tenaga; (3) peranserta secara pasif; (4) peranserta
melalui adanya konsultasi; (5) peranserta dalam pelayanan; (6) peranserta
sebagai pelaksana kegiatan; dan (7) peranserta dalam pengambilan keputusan.
160
5. Mutu Proses Pembelajaran
Mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk
(hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible
maupun yang intangible. Mutu proses pembelajaran yakni upaya yang
mengarah pada tercapainya kurikulum dan suksesnya proses pembelajaran
sangat terkit, tergantung dan dipengaruhi oleh delapan
unsur/komponen/subsistem yang lainnya. Organisasi/lembaga sekolah akan
dapat berdiri tegak jika, kurikulum dan pembalajaran, manajemen dan
administrasi, keteganaan, peserta didik, pembiayaan, sarana dan prasarana,
peranserta masyarakat dan iklim/budaya sekolah semuanya ada dan berjalan
dengan baik
Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-
buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap,
perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan
pendidikannya, mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu: “(1)
kesesuaian, (2) daya tarik, (3) efektivitas, (4) efisiensi dan (5) produktivitas
pembelajaran
6. Mutu Hasil Pendidikan
Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Mutu
dalam konteks "hasil pendidikan" yaitu mengacu pada prestasi yang dicapai
oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir
tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil
161
pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis
(misalnya ulangan umum, UN atau US). Dapat pula prestasi di bidang lain
seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan
tertentu misalnya: komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi
sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible). Hasil
belajar siswa merupakan kompetensi individu yang rasional sebagai harmoni
dan pemilihan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan
oleh tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
dengan penuh keberhasilan.
Untuk mengukur kompetensi di sekolah dapat digunakan parameter
akademik dan nonakademik. Kompetensi akademik meliputi pengetahuan,
sikap, kemampuan, dan ketrampilan yang diperlukan untuk mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan kompetensi
nonakademik dapat ditelusuri dari minat dan kesungguhan siswa dalam
mengikuti program pembelajaran di sekolah yang dapat ditinjau dari
keikutsertaan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Maret sampai dengan Mei 2010 di
Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Total SMP di Kabupaten
Indramayu adalah ada 145 unit, terdiri atas 75 SMP Negeri dan 70 SMP
Swasta. Dilihat dari kategorinya, SMP Negeri di kabupaten tersebut terdiri atas
satu unit berkategori Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), 36 unit
SMP Potensial, dan 15 SMP Rintisan USB dan SMPN Satu Atap. Objek
162
penelitan ini adalah SMP Negeri yang berkategori Rintisan Sekolah Standar
Nasional (RSSN), berjumlah 22 unit, sebagaimana diperinci dalam tabel di
bawah.
Sampel penelitian ini difokuskan pada SMP yang melaksanakan
program Rintisan Sekolah Standar Nasional ( RSSN ), seperti tergambar dalam
table 3.2.
Tabel 3.2 DAFTAR SMP PROGRAM RSSN DI KABUPATEN INDRAMAYU
No. Nama Sekolah Rombel Alamat Tipe
1 SMPN 1 Arahan 14 Jl. Raya Arahan Kec.Arahan B 2 SMPN 1 Balonga 24 Jl. Raya Balongan Kec. Balongan A 3 SMPN 1 Kedokanbunder 21 Jl. Kabonjati Kec, Kedokan Bunder B 4 SMPN 1 Cantigi 14 Jalan Cantigi Kec.Cantigi B 5 SMPN 1 Gabuswetan 21 Jalan Raya Gabuswetan No1 B 6 SMPN 1 Indramayu 24 Jl. Raya Pahlawan No 11 A 7 SMPN 1 Juntinyuat 21 Jl. Juntikebon Kec. Juntinyuat B 8 SMPN 1 Kandanghaur 27 Jl. Raya Kandanghaur No 38 A 9 SMPN 1 Karangampel 24 Jl. Raya Karangampel No 11 A 10 SMPN 1 Kroya 21 Jl. Raya Pejaten Kec. Kroya B 11 SMPN 1 Lelea 27 Jl. Larangan Kec. Lelea A 12 SMPN 1 Losarang 27 Jl. Raya Santing Kec. Losarang Kab. A 13 SMPN 1 Sindang 24 Jl. Murahnara No 1 Kec.Sindang A 14 SMPN Terisi 1, 2, 4 18/21/9 Jl. Pejagan Kec. Terisi Kab B/B/C
15 SMPN 1 Widasari 21 Jl. Widasari No 11 Kec. Widasari B
16 SMPN 2 Haurgeulis 20 Jl. Kertanegara No 8 Kec. Haurgeulis B 17 SMPN 2 Tukdana 9 Jl Tukdana Kec. Tukdana C 18 SMPN 3 Jatibarang 16 Jl Pasar Jatibarang Kec.Jatibarabg B
19 SMPN Kertasemaya 24 Jl. Bypas Kertasemaya Kec Kertasemaya A
20 SMPN Unggulan Sindang 24 Jl. Terusan- Sindang Indramayu A Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, 2010
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru di 22 SMP Negeri yang
berkategori RRSN di Kabupaten Indramayu, berjumlah 1200 orang. Dari
seluruh anggota populasi tersebut yang dijadikan sampel penelitian berjumlah
163
603 orang. Karakteristik responden berdasarkan sekolah, tingkat pendidikan,
dan masa kerja, disajikan dalam gambar-gambar berikut ini.
Gambar 3.1 PERSENTASE RESPONDEN BERDASARKAN SEKOLAH
Gambar 3.2
PERSENTASE RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
164
Gambar 3.3
PERSENTASE RESPONDEN BERDASARKAN MASA KERJA
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik-teknik studi
dokumentasi, observasi, wawancara dan angket. Teknik-teknik pengumpulan
data yang disebut pertama lebih merupakan alat pengumpulan data sekunder
sebagai bahan triangulasi dengan data primer.
Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari,
menelaah berbagai peraturan-peraturan, buku-buku, serta dokumentasi yang
ada relevansinya dengan masalah yang diteliti. Observasi yaitu pengumpulan
data dengan cara mengadakan pengamatan langsung di lapangan dan mencatat
masalah-masalah penting yang ada hubungannya dengan penelitian.
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan
secara lisan kepada orang-orang yang dipilih berdasarkan pertimbangan
tertentu. Wawancara dapat dijadikan alat kontrol data yang dianggap
165
meragukan yang diperoleh melalui angket maupun observasi. Adapun
wawancara dalam penelitian ini dilakukan khusus dengan para pejabat yang
terkait dengan aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian ini.
Angket merupakan instrumen utama untuk pengumpulan data primer.
Angket memuat pertanyaan tertulis dengan lima alternatif jawaban. Setiap
alternatif jawaban diberikan bobot nilai seperti berikut: Sangat Setuju (SS)
dengan bobot nilai 5, Setuju (S) dengan bobot nilai 4, Ragu-ragu (R) dengan
bobot nilai 3, Tidak Setuju (TS) dengan bobot nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju
(STS) dengan bobot nilai 1. Pemberian bobot ini sangat diperlukan sebagai
langkah awal untuk kemudian dilakukan perhitungan secara statistik.
Pengujian validitas angket difokuskan kepada aspek item validity dengan
maksud untuk mengetahui: (1) derajat kesesuaian antara suatu item dengan
item-item lainnya; (2) ukuran validitas item adalah korelasi antara skor suatu
item dengan skor total itemnya; dan (3) makna validitas item sebagai daya
pembeda suatu item (Suryabrata, 2000). Rumus yang digunakan adalah
Pearson’s Correlation, yang berfungsi untuk menafsirkan: (1) signifikansi
tingkat kepercayaannya dengan harga r-kritis pada tabel acuan statistika; (2)
koefisien-determinasi (r2), menjelaskan proporsi/persentase tingkat kecermatan
prediksi pada kedua pihak varian-variabel yang akan berkorelasi.
Pengujian reliabilitas angket dimaksudkan untuk memastikan bahwa
angket tersebut cukup baik untuk mengungkap data yang dapat dipercaya.
Selain itu, agar angket benar-benar merupakan alat pengumpul data yang
bercirikan: (1) memiliki validitas yang baik; (2) tidak tendensius mengarahkan
166
responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu; dan (3) apabila datanya
benar-benar sesuai dengan kenyataannya, maka keterandalannya akan bersifat
ajeg (Arikunto, 1998). Reliabilitas pengukuran menunjukkan sejauh mana
perolehan skor setiap subjek ukur memiliki taraf keajegan ukuran (Suryabrata,
2000). Pengujian reliabilitas angket menggunakan rumus Alpha Cronbach:
n ∑ V in - 1 V tα = x 1 -
α : Koefisien Reliabilitas; n : Banyak Item; Vi : Varian Skor-Item; Vt : Varian Skor-Total
Untuk memperkecil pengukuran pada peningkatan harga koefisien
realiabilitasnya, digunakan rumus standard error of measurement:
( )nxm r1σSSE −=
SEM : standard error of measurement, Sx : standard deviasi skor, rn : koefisien realibilitas ( α )
TABEL 3.3
HASIL PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Variabel X1 Pearson's Correlations
Matrix Items Validity Stat Validity Stat
Total X1
01 0.454 Val 0.577 Val
02 0.500 Val 0.658 Val
03 0.508 Val 0.650 Val
04 0.558 Val 0.655 Val
05 0.581 Val 0.710 Val
06 0.549 Val 0.674 Val
07 0.537 Val 0.621 Val
08 0.483 Val 0.595 Val
09 0.503 Val 0.635 Val
10 0.538 Val 0.671 Val
11 0.517 Val 0.587 Val
12 0.585 Val 0.695 Val
13 0.575 Val 0.671 Val
14 0.490 Val 0.600 Val
15 0.595 Val 0.647 Val
167
16 0.577 Val 0.684 Val
17 0.632 Val 0.690 Val
18 0.594 Val 0.642 Val
Listwise N=603
r kritis 95% >=0.080
Reliability Stat Reliability Stat
Cronbach's Alpha N of Items
0.971 Real 0.918 Real
83 18
Variabel X2 Pearson's Correlations
Matrix Items Validity Stat Validity Stat
Total X2
01 0.443 Val 0.536 Val
02 0.601 Val 0.662 Val
03 0.605 Val 0.646 Val
04 0.597 Val 0.647 Val
05 0.455 Val 0.535 Val
06 0.552 Val 0.656 Val
07 0.622 Val 0.724 Val
08 0.590 Val 0.710 Val
09 0.653 Val 0.735 Val
10 0.590 Val 0.688 Val
11 0.579 Val 0.644 Val
12 0.501 Val 0.593 Val
13 0.634 Val 0.672 Val
14 0.654 Val 0.665 Val
Listwise N=603
r kritis 95% >=0.080
Reliability Stat Reliability Stat
Cronbach's Alpha N of Items
0.971 Real 0.894 Real
83 14
Variabel X3 Pearson's Correlations
Matrix Items Validity Stat Validity Stat
Total X3
01 0.592 Val 0.679 Val
02 0.632 Val 0.679 Val
03 0.457 Val 0.653 Val
04 0.518 Val 0.717 Val
05 0.610 Val 0.689 Val
06 0.566 Val 0.706 Val
07 0.614 Val 0.767 Val
08 0.573 Val 0.674 Val
09 0.574 Val 0.711 Val
10 0.563 Val 0.640 Val
11 0.600 Val 0.716 Val
Listwise N=603
r kritis 95% >=0.080
168
Reliability Stat Reliability Stat
Cronbach's Alpha N of Items
0.971 Real 0.891 Real
83 11
Variabel X4 Pearson's Correlations
Matrix Items Validity Stat Validity Stat
Total X4 01 0.563 Val 0.700 Val
02 0.591 Val 0.715 Val
03 0.567 Val 0.802 Val
04 0.646 Val 0.780 Val
05 0.582 Val 0.702 Val
06 0.531 Val 0.757 Val
07 0.552 Val 0.796 Val
08 0.588 Val 0.718 Val
09 0.548 Val 0.715 Val
10 0.624 Val 0.755 Val
11 0.623 Val 0.740 Val
12 0.590 Val 0.746 Val
Listwise N=603
r kritis 95% >=0.080 Reliability Stat Reliability Stat
Cronbach's Alpha N of Items
0.971 Real 0.927 Real
83 12
Variabel Z Pearson's Correlations
Matrix Items Validity Stat Validity Stat
Total Z 01 0.609 Val 0.623 Val
02 0.650 Val 0.710 Val
03 0.639 Val 0.684 Val
04 0.530 Val 0.662 Val
05 0.486 Val 0.655 Val
06 0.448 Val 0.599 Val
07 0.556 Val 0.654 Val
08 0.633 Val 0.675 Val
09 0.496 Val 0.643 Val
10 0.552 Val 0.655 Val
11 0.513 Val 0.604 Val
12 0.558 Val 0.679 Val
13 0.518 Val 0.621 Val
14 0.604 Val 0.687 Val
15 0.646 Val 0.686 Val
Listwise N=603
r kritis 95% >=0.080
Reliability Stat Reliability Stat
Cronbach's Alpha N of Items
0.971 Real 0.902 Real
83 15
169
Selain validitas dan reliabilitasnya, angket penelitian ini diuji pula daya
pembedanya. Pengujian aspek ini bertujuan untuk memastikan bahwa unit
ukuran yang diberlakukan pada setiap unit item atau unit variabel memiliki
kemampuan membedakan antarsubjek responden, terutama pada kelompok
skor teratas terhadap skor terbawahnya.
Proses penentuan daya pembeda sebagai berikut: (1) berdasar skor total
seluruh perangkat subjek dikelompokkan menjadi kelompok atas, kelompok
tengah, kelompok bawah, dengan proporsi kelompok sbb; atas 27%, bawah
27% dan tengah 46%; (2) dihitung perbedaan rerata pasangan kelompok atas
terhadap kelompok bawah; (3) validitas daya pembeda diuji pada tabel t-test
satu ujung, dan diberlakukan baik pada setiap unit-item atau unit-bentukan
variabelnya. Perbedaan rerata perbedaan kelompok dihitung dengan rumus t-
test:
S2A S2
B
NA NB
t = +Ö( )
MA - MB
MA = Rerata Kelompok Atas MB = Rerata Kelompok Bawah S2
A = Varian Kelompok Atas S2
B = Varian Kelompok Bawah NA = Jumlah Subjek Kelompok Atas NB = Jumlah Subjek Kelompok Bawah
170
Tabel 3.4 HASIL PENGUJIAN DAYA PEMBEDA
Items Group N Mean Std. Deviation t
t 0.95 (1-tail) >= 1.645
X1_01 tinggi 164 3.89 .024
13.212 discriminative rendah 164 3.25 .042
X1_02 tinggi 164 3.98 .012
13.629 discriminative rendah 164 3.19 .056
X1_03 tinggi 164 3.86 .027
16.979 discriminative rendah 164 3.10 .035
X1_04 tinggi 164 3.93 .020
19.564 discriminative rendah 164 3.20 .032
X1_05 tinggi 164 3.92 .021
17.850 discriminative rendah 164 3.12 .039
X1_06 tinggi 164 3.88 .025
16.005 discriminative rendah 164 3.12 .041
X1_07 tinggi 164 3.90 .025
16.092 discriminative rendah 164 2.99 .050
X1_08 tinggi 164 3.93 .029
13.666 discriminative rendah 164 3.29 .037
X1_09 tinggi 164 3.85 .028
14.956 discriminative rendah 164 3.12 .040
X1_10 tinggi 164 3.86 .034
14.678 discriminative rendah 164 3.11 .038
X1_11 tinggi 164 3.91 .031
15.690 discriminative rendah 164 3.12 .039
X1_12 tinggi 164 3.87 .034
18.670 discriminative rendah 164 3.00 .032
X1_13 tinggi 164 3.91 .023
19.976 discriminative rendah 164 3.07 .035
X1_14 tinggi 164 3.78 .039
12.585 discriminative rendah 164 3.03 .045
X1_15 tinggi 164 3.90 .023
19.893 discriminative rendah 164 3.06 .035
X1_16 tinggi 164 3.95 .018
18.174 discriminative rendah 164 3.18 .038
X1_17 tinggi 164 3.95 .017
22.494 discriminative rendah 164 3.07 .035
X1_18 tinggi 164 3.85 .031
18.244 discriminative rendah 164 2.91 .041
X1 tinggi 164 70.12 .198 38.495 discriminative
171
rendah 164 55.93 .311
X2_01 tinggi 164 3.59 .047
10.015 discriminative rendah 164 2.83 .060
X2_02 tinggi 164 3.74 .041
16.192 discriminative rendah 164 2.76 .045
X2_03 tinggi 164 3.91 .023
20.100 discriminative rendah 164 3.10 .033
X2_04 tinggi 164 3.71 .038
16.005 discriminative rendah 164 2.85 .038
X2_05 tinggi 164 3.81 .031
11.293 discriminative rendah 164 3.24 .040
X2_06 tinggi 164 3.85 .028
15.943 discriminative rendah 164 3.01 .045
X2_07 tinggi 164 3.92 .030
23.398 discriminative rendah 164 2.95 .029
X2_08 tinggi 164 3.90 .023
24.279 discriminative rendah 164 2.99 .029
X2_09 tinggi 164 3.88 .027
20.579 discriminative rendah 164 2.88 .040
X2_10 tinggi 164 3.82 .030
16.843 discriminative rendah 164 2.96 .041
X2_11 tinggi 164 3.85 .028
19.051 discriminative rendah 164 3.05 .031
X2_12 tinggi 164 3.76 .041
12.601 discriminative rendah 164 3.05 .038
X2_13 tinggi 164 3.94 .019
21.272 discriminative rendah 164 3.10 .035
X2_14 tinggi 164 3.92 .021
22.730 discriminative rendah 164 2.97 .036
X2 tinggi 164 53.62 .194
40.704 discriminative rendah 164 41.74 .218
X3_01 tinggi 164 3.90 .023
22.369 discriminative rendah 164 3.06 .030
X3_02 tinggi 164 3.93 .020
22.822 discriminative rendah 164 2.99 .036
X3_03 tinggi 164 3.88 .026
11.804 discriminative rendah 164 3.33 .039
X3_04 tinggi 164 3.88 .025
14.752 discriminative rendah 164 3.16 .042
X3_05 tinggi 164 3.89 .024
20.164 discriminative rendah 164 3.11 .030
172
X3_06 tinggi 164 3.87 .027
17.620 discriminative rendah 164 3.13 .032
X3_07 tinggi 164 3.93 .020
23.659 discriminative rendah 164 3.10 .028
X3_08 tinggi 164 3.87 .026
19.236 discriminative rendah 164 2.98 .038
X3_09 tinggi 164 3.84 .036
15.085 discriminative rendah 164 2.95 .048
X3_10 tinggi 164 3.85 .035
19.262 discriminative rendah 164 3.06 .021
X3_11 tinggi 164 3.91 .022
18.127 discriminative rendah 164 3.08 .041
X3 tinggi 164 42.76 .137
36.135 discriminative rendah 164 33.96 .201
X4_01 tinggi 164 3.76 .035
19.022 discriminative rendah 164 2.83 .034
X4_02 tinggi 164 3.72 .036
17.144 discriminative rendah 164 2.77 .042
X4_03 tinggi 164 3.74 .034
15.537 discriminative rendah 164 2.81 .049
X4_04 tinggi 164 3.91 .022
21.137 discriminative rendah 164 2.90 .043
X4_05 tinggi 164 3.83 .029
18.395 discriminative rendah 164 2.94 .038
X4_06 tinggi 164 3.81 .031
18.067 discriminative rendah 164 2.80 .046
X4_07 tinggi 164 3.81 .034
18.270 discriminative rendah 164 2.85 .040
X4_08 tinggi 164 3.83 .029
18.988 discriminative rendah 164 2.91 .038
X4_09 tinggi 164 3.77 .041
15.104 discriminative rendah 164 2.90 .041
X4_10 tinggi 164 3.79 .033
17.919 discriminative rendah 164 2.87 .039
X4_11 tinggi 164 3.77 .033
16.845 discriminative rendah 164 2.81 .046
X4_12 tinggi 164 3.85 .028
17.863 discriminative rendah 164 2.88 .046
X4 tinggi 164 45.59 .196
28.629 discriminative rendah 164 34.27 .344
Y_01 tinggi 164 3.91 .023 18.722 discriminative
173
rendah 164 3.12 .035
Y_02 tinggi 164 3.91 .022
23.460 discriminative rendah 164 3.05 .030
Y_03 tinggi 164 3.90 .024
23.566 discriminative rendah 164 3.03 .028
Y_04 tinggi 164 3.72 .039
14.506 discriminative rendah 164 2.96 .035
Z_05 tinggi 164 3.66 .039
12.258 discriminative rendah 164 2.92 .046
Y_06 tinggi 164 3.74 .034
13.937 discriminative rendah 164 3.05 .035
Y_07 tinggi 164 3.89 .032
16.537 discriminative rendah 164 3.15 .031
Y_08 tinggi 164 3.94 .019
22.886 discriminative rendah 164 3.05 .034
Y_09 tinggi 164 3.78 .039
14.540 discriminative rendah 164 3.07 .030
Y_10 tinggi 164 3.90 .024
17.793 discriminative rendah 164 3.17 .033
Y_11 tinggi 164 3.61 .043
14.401 discriminative rendah 164 2.71 .046
Y_12 tinggi 164 3.81 .032
16.687 discriminative rendah 164 3.00 .037
Y_13 tinggi 164 3.74 .038
15.105 discriminative rendah 164 2.69 .058
Y_14 tinggi 164 3.95 .018
22.410 discriminative rendah 164 3.12 .032
Y_15 tinggi 164 3.85 .028
21.405 discriminative rendah 164 2.91 .034
Y tinggi 164 57.30 .206
40.457 discriminative rendah 164 45.00 .223
Z_01 tinggi 164 3.51 .061
10.510 discriminative rendah 164 2.62 .059
Z_02 tinggi 164 3.77 .034
16.912 discriminative rendah 164 2.83 .044
Z-03 tinggi 164 3.58 .054
12.052 discriminative rendah 164 2.71 .048
Z_04 tinggi 164 3.70 .044
14.133 discriminative rendah 164 2.76 .049
Z_05 tinggi 164 3.72 .035
15.082 discriminative rendah 164 2.86 .045
174
Z_06 tinggi 164 3.53 .042
13.594 discriminative rendah 164 2.62 .052
Z_07 tinggi 164 3.23 .080
5.542 discriminative rendah 164 2.69 .056
Z_08 tinggi 164 3.70 .048
12.611 discriminative rendah 164 2.84 .049
Z_09 tinggi 164 3.76 .034
14.864 discriminative rendah 164 2.96 .041
Z_10 tinggi 164 3.70 .044
12.169 discriminative rendah 164 2.85 .054
Z_11 tinggi 164 3.58 .050
13.657 discriminative rendah 164 2.63 .048
Z_12 tinggi 164 3.77 .033
18.642 discriminative rendah 164 2.96 .029
Z_13 tinggi 164 3.88 .033
16.486 discriminative rendah 164 3.02 .041
Z tinggi 164 47.43 .331
23.684 discriminative rendah 164 36.35 .331
F. Teknik Analisis Data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan
langkah-langkah analisis data dan pengujian hipotesis melalui olah data
statistik berbantuan SPSS versi 11.0 for windows dan Eviews 4.1. Prosedur
analisis data yang penulis tempuh diringkaskan berikut ini.
1. Pengolahan Data
Tahap pengolahan data penelitian ini meliputi proses-proses tabulasi dan
transformasi data dengan metode succesive interval, yaitu multi serial interval
(MSI) transformation. Tujuan transformasi MSI adalah menghilangkan
keraguan peneliti ketika memerlukan perhitungan aritmatika yang
mengharuskan bentuk datanya dalam skala ukur rasio (rasional). Teknik
175
perhitungan yang digunakan adalah teknik transformasi acuan norma t (T-
score), dengan prosedur sebagai berikut:
(1) transformasi setiap nilai ordinal-skor menjadi harga Deviasi Standar
Distribusi Normal (Z-score), tujuannya untuk mengubah skala ukur ordinal
menjadi skala rasio sehingga memiliki harga nol mutlak. Rumus untuk
mendapatkan Z-score:
Xi - MxSx
Z-score =
Xi : raw skor individu, Mx : rerata skor item/variabel, Sx: simpangan baku skor item/variabel,
(2) menetapkan secara arbiter harga-harga; rerata dan simpangan-baku yang
dikehendaki (Acuan-Norma). Rumus mendapatkan acuan norma (T-score):
T-score = Z-score x Sb + Mb
Sb: Acuan Simpangan Baku yang diinginkan, Mb: Acuan Mean Baku yang diinginkan
Langkah-langkah pengolahan data ini menghasilkan seperangkat data
berupa: raw score item, raw score variabel, z score variabel, t score
variabel, dan sort skala ukur variabel.
2. Analisis Regresi Korelasional dan Path Analysis
Analisis regresi yang digunakan adalah regresi ganda, yaitu untuk
meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel
terikat (untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan
kausal antara dua atau lebih variabel bebas X1, X2, …., Xi terhadap suatu
variabel terikat Y. Persamaan regresi ganda untuk n variabel bebas dirumuskan
sebagai berikut :
176
nn XbXbXbaY ++++= .......ˆ2211
Nilai-nilai a, b0, b1, dan b2 pada persamaan regresi ganda untuk tiga
variabel bebas dapat ditentukan dari rumus-rumus berikut (Sudjana, 1996: 77):
∑∑∑∑ ++= 3132122
111 xxbxxbxbyx
∑∑∑∑ ++= 3232
222112 xxbxbxxbyx
∑∑∑∑ ++= 2333222113 xbxxbxxbyx
332211 XbXbXbYa −−−=
Sebelum rumus-rumus di atas digunakan, terlebih dahulu dilakukan
perhitungan-perhitungan yang secara umum berlaku rumus:
( )n
XXx i
ii
2
22 ∑∑∑ −=
( )n
YYy
2
22 ∑∑∑ −=
n
YXYXyx i
ii∑ ∑∑∑ −=
n
XXXXxx ji
jiji∑ ∑
∑∑ −=
Pemeriksaan kebermaknaan pada analisis korelasi ganda dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut :
(1) Menentukan rumusan hipotesis Ho dan H1.
Ho: R = 0 : Tidak ada pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y.
H1: R ≠ 0 : Ada pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y.
(2) Menentukan uji statistika, yaitu: 22
21
S
SF =
Untuk menentukan nilai uji F di atas, adalah (Sudjana, 1996: 91):
177
a. Menentukan Jumlah Kuadrat Regresi dengan rumus:
∑∑∑ +++= yxbyxbyxbJK kkg ...2211)(Re
b. Menentukan Jumlah Kuadrat Residu dengan rumus:
( ))(Re
2
2)(Re gs JK
n
YYJK −
−= ∑ ∑
c. Menghitung nilai F dengan rumus:
1)(Re
)(Re
−−
=
kn
JKk
JK
Fs
g
hitung
k = banyaknya variabel bebas
(3) Menentukan nilai kritis (α) atau nilai tabel F dengan derajat kebebasan
untuk db1 = k dan db2 = n-k-1.
(4) Membandingkan nilai uji F terhadap nilai tabel F dengan kriteria
pengujian: Jika nilai uji F ≥ nilai tabel F, maka tolak H0
3. Membuat Kesimpulan
Selanjutnya, untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung dari
variabel-variabel penyebab (exogenous variabel) terhadap variabel lainnya
yang merupakan variabel akibat (endogenous variabel), digunakan Path
Analysis. Analisis tersebut menurut Al Rasyid ( 2005), hendaknya
memperhatikan asumsi-asumsi sebagai berikut: (1) hubungan antarvariabel
harus linier dan aditif; (2) semua variabel residu tidak punya korelasi satu sama
lain; (3) pola hubungan antarvariabel adalah rekursif atau hubungan yang tidak
melibatkan arah pengaruh yang timbal balik; dan (4) tingkat pengukuran semua
178
variabel sekurang-kurangnya adalah interval. Adapun langkah kerja yang
dilakukan untuk menghitung koefisien jalur adalah sebagai berikut:
(1) Menggambarkan diagram jalur yang mencerminkan proposisi hipotetik
yang diajukan, dengan persamaan strukturalnya. Adapun hubungan
hipotetik antarvariabel disajikan dalam gambar 3.4.
Gambar 3.4 HUBUNGAN HIPOTETIK ANTARVARIABEL PENELITIAN
(2) Menghitung matriks korelasi antarvariabel.
Formula untuk menghitung koefisen korelasi menggunakan Product
Moment Coefficient dari Karl Pearson. Penggunaan teknik koefisien
korelasi tersebut didasari alasan bahwa variabel-variabel yang hendak
dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval. Rumusnya:
[ ][ ]∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−−
−=
2222 )(.)(
)).((
YYNXXN
YXXYNrxy
Z
1
2
3
4
.
Y X
X
X
X
R =
… XXX
1
...1
...1
...1
2
121
u
u
xx
xxxx
r
rr
179
(3) Mengidentifikasi sub-struktur dan persamaan yang akan dihitung koefisien
jalurnya. Misalkan saja dalam sub-struktur yang telah kita identifikasi
terdapat k buah variabel eksogenus, dan sebuah (selalu hanya sebuah)
variabel endogenus Xu yang dinyatakan oleh persamaan: Xu = p1xxux1 + p
2xxux2 + … + p
ku xx xk + ε.
Kemudian meng hitung matriks korelasi antarvariabel eksogenus yang
menyusun sub-struktur tersebut.
(4) Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogenus, dengan rumus :
(5) Menghitung semua koefisien jalur piu xx , di mana i = 1,2, … k; melalui
rumus:
=
ku
u
u
xx
xx
xx
ρ
ρρ
...2
1
kk
k
k
C
CC
CCC
......
...
...
222
11211
ku
u
u
xx
xx
xx
r
r
r
...2
1
R1-1 =
… Xk X2 X1
kk
k
k
C
CC
CCC
......
...
...
222
11211
R =
Xk X2 X1
1
...1
r...1
r...r1
k2
k121
xx
xxxx
…
180
Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta
pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus secara parsial,
dapat dilakukan dengan rumus:
� Besarnya pengaruh langsung variabel eksogenus terhadap variabel
endogenus = piu xx x p
iu xx
� Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogenus terhadap variabel
endogenus = piu xx x r x p
iu xx
� Besarnya pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus
adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung dengan besarnya pangaruh
tidak langsung = [piu xx x p
iu xx ] + [piu xx x r x p
iu xx ]
Selanjutnya pengaruh bersama-sama (simultan) variabel eksogenus
terhadap variabel endogenus dihitung menggunakan rumus:
( )kuuuku xxxxxxxxxxR ρρρ ...
2121 ),...,(2 =
ku
u
u
xx
xx
xx
r
r
r
...2
1
���� R2)...,( 21 ku xxxx adalah koefisien determinasi total X1, X2, … Xk terhadap Xu atau besarnya
pengaruh variabel eksogenus secara bersama-sama (gabungan) terhadap variabel endogenus. ���� ( )
kuuu xxxxxx ρρρ ...21
adalah koefisien jalur
���� ( )kuuu xxxxxx rrr ...
21 adalah koefisien korelasi variabel eksogenus X1, X2, … Xk
dengan variabel endogenus Xu. Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang
telah dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, serta
menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus
terhadap variabel endogenus, dilakukan dengan langkah kerja berikut :
21xx
21xx
181
(1) Menyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diuji.
Ho: piu xx = 0, tidak terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu) terhadap
variabel endogenus (Xi).
H1: piu xx ≠ 0, terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu) terhadap variabel
endogenus (Xi).
u dan i = 1, 2, … , k
(2) Menguji Koefisien Parsial dan Koefisien Gabungan
� Untuk menguji setiap koefisien jalur :
1)1( )...(
221
−−−
=
kn
CR
pt
iixxxx
xx
ku
iu
i = 1,2, … k k = Banyaknya variabel eksogenous dalam substruktur yang sedang diuji t = Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k – 1
Kriteria pengujian: Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai
tabel t. (t0 > ttabel (n-k-1)).
� Untuk menguji koefisien jalur gabungan:
)1(
))(1(
),...,(2
),...,(2
21
21
ku
ku
xxxx
xxxx
Rk
RknF
−−−=
i = 1,2, … k k = Banyaknya variabel eksogenus dalam substruktur yang sedang diuji t = Mengikuti tabel distribusi F Snedecor, dengan derajat bebas (degrees of
freedom) k dan n – k – 1 Kriteria pengujian: Ditolak H0 jika nilai hitung F lebih besar dari nilai
tabel F. (F0 > Ftabel (k, n-k-1)).
� Untuk menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel
eksogenus terhadap variabel endogenus.
182
1
)2)(1( )...(2
21
−−−+−
−=
kn
CCCR
ppt
ijjjiixxxx
xxxx
ku
juiu
Kriteria pengujian:
Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel t. (t0 > ttabel (n-k-
1)).
(3) Menarik kesimpulan.