bab iii analisis komposisi a. konsep penyusunan ......baru klinthing kembali menjadi ular untuk...

16
14 BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan Komposisi Baru KlinthingKomposisi musik program “Baru Klinthing” merupakan representasi cerita rakyat “Baru Klinthing”. Pergerakan alur komposisi disesuaikan dengan tiap bagian cerita rakyat tersebut. Komposisi ini dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan urutan peristiwa yang menjadi tema utama pada bagian-bagian cerita. Bagian pertama yakni “Kelahiran Baru Klinthing” cerita ini berawal dari sebuah desa bernama Ngasem, hiduplah sepasang suami istri yang sudah lama menikah namun belum dikaruniai seorang anak, sang suami akhirnya memutuskan untuk pergi bertapa agar segera dikarunia seorang anak, cerita berlanjut dengan kelahiran bayi yang diberi nama Baru Klinthing, namun bayi ini berwujud ular, ajaibnya meski berwujud ular, Baru Klinthing dapat berbicara layaknya manusia. Seiring berjalanya waktu Baru Klinthing mulai mencari siapa ayahnya selama ini, ditemuilah ayahnya yang masih bertapa di lereng gunung Telomoyo, namun ayahnya tidak pecaya bahwa Baru Klinthing adalah anak yang dilahirkan oleh istrinya. Untuk meyakinkan ayahnya, Baru Klinthing melingkari gunung Telomoyo dengan tubuhnya atas perintah sang ayah dan akhir dari bagian pertama ini ditutup dengan pertapaan Baru Klinthing untuk menjadi manusia seutuhnya di Bukit Tugur. Bagian kedua yakni Pertempuran di Bukit Tugur, secara garis besar bagian kedua ini menceritakan tentang peperangan Baru Klinthing dengan penduduk desa Pathok yang menjadikan Baru Klinthing akhirnya mati dan menjelma menjadi anak laki-laki yang tubuhnya kotor dan penuh luka. Bagian ketiga yakni Tenggelamnya Desa Pathok, ini menceritakan tentang ketidakterimaan Baru Klinthing atas perlakuan penduduk desa Pathok terhadapnya, ia melakukan sayembara penancapan lidi di tengah-tengah penduduk yang menghidangkan dagingnya untuk santapan pesta, barang siapa yang bisa mencabut lidi tersebut, bisa sekehendak hati melakukan apapun

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

14

BAB III

ANALISIS KOMPOSISI

A. Konsep Penyusunan Komposisi “Baru Klinthing”

Komposisi musik program “Baru Klinthing” merupakan representasi

cerita rakyat “Baru Klinthing”. Pergerakan alur komposisi disesuaikan dengan

tiap bagian cerita rakyat tersebut. Komposisi ini dibagi menjadi tiga bagian

berdasarkan urutan peristiwa yang menjadi tema utama pada bagian-bagian

cerita.

Bagian pertama yakni “Kelahiran Baru Klinthing” cerita ini berawal dari

sebuah desa bernama Ngasem, hiduplah sepasang suami istri yang sudah lama

menikah namun belum dikaruniai seorang anak, sang suami akhirnya

memutuskan untuk pergi bertapa agar segera dikarunia seorang anak, cerita

berlanjut dengan kelahiran bayi yang diberi nama Baru Klinthing, namun bayi

ini berwujud ular, ajaibnya meski berwujud ular, Baru Klinthing dapat

berbicara layaknya manusia. Seiring berjalanya waktu Baru Klinthing mulai

mencari siapa ayahnya selama ini, ditemuilah ayahnya yang masih bertapa di

lereng gunung Telomoyo, namun ayahnya tidak pecaya bahwa Baru Klinthing

adalah anak yang dilahirkan oleh istrinya. Untuk meyakinkan ayahnya, Baru

Klinthing melingkari gunung Telomoyo dengan tubuhnya atas perintah sang

ayah dan akhir dari bagian pertama ini ditutup dengan pertapaan Baru

Klinthing untuk menjadi manusia seutuhnya di Bukit Tugur.

Bagian kedua yakni Pertempuran di Bukit Tugur, secara garis besar

bagian kedua ini menceritakan tentang peperangan Baru Klinthing dengan

penduduk desa Pathok yang menjadikan Baru Klinthing akhirnya mati dan

menjelma menjadi anak laki-laki yang tubuhnya kotor dan penuh luka.

Bagian ketiga yakni Tenggelamnya Desa Pathok, ini menceritakan

tentang ketidakterimaan Baru Klinthing atas perlakuan penduduk desa Pathok

terhadapnya, ia melakukan sayembara penancapan lidi di tengah-tengah

penduduk yang menghidangkan dagingnya untuk santapan pesta, barang siapa

yang bisa mencabut lidi tersebut, bisa sekehendak hati melakukan apapun

Page 2: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

15

kepadanya. Namun tidak ada satupun yang berhasil mencabut kecuali dirinya

sendiri, begitu lidi itu tercabut air menyembur begitu kuat dari bekas tancapan

lidi tersebut, seluruh warga berusaha menyelamatkan diri namun gagal, karena

banjir telah menenggelamkan seluruh isi desa. Seketika desa tersebut berubah

menjadi rawa, yang kini dikenal dengan Rawa Pening. Setelah peristiwa itu

Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening.

Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting yang

berfungsi menggambarkan simbol dan tokoh-tokoh dalam cerita, berikut ini

adalah leitmotif yang digunakan dalam “Baru Klinthing” Komposisi Musik

Progam Untuk Kuartet Gesek, guna menggambarkan para tokoh:

1.Tokoh Nyi Skarlanta

Gambar 3.1.

2.Tokoh Ki Hajar

Gambar 3.2.

3.Tokoh Baru Klinthing

Gambar 3.3.

Komposisi ini menggunakan format kuartet gesek yang terdiri dari biola

satu, biola dua, biola alto, dan cello. Leitmotif Nyi Sekarlanta dimainkan oleh

biola dua, leitmotif tokoh Ki Hajar dengan karakter seorang kepala keluarga di

mainkan oleh instrument cello yang memiliki register suara rendah,besar dan

menjadi root yang menandakan sebagai pemimpin. Instrumen biola satu

dengan karakter suaranya yang nyaring, dan memiliki register suara yang

Page 3: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

16

paling tinggi diantara instrument gesek lainya mewakili leitmotif Baru

Klinthing, ketiga leitmotif tersebut muncul bergantian sesuai dengan alur

munculnya tokoh yang diwakili oleh tiga instrument tersebut.

Bentuk program yang digunakan dalam komposisi ini adalah narative,

yakni musik yang disusun sesuai bagian-bagian alur cerita.

B. Analisis Bentuk dan Struktur Komposisi “Baru Klinthing”

1. Bagian I “Kelahiran Baru Klinthing”

Dalam bagian pertama terdapat pengenalan tokoh, Nyi Skarlanta yang

merupakan ibu Baru Klinthing, Ki hajar adalah ayah Baru Klinthing dan tokoh

utama yakni Baru Klinthing, dalam bagian ini berawal dari kebahagiaan

sepasang suami istri yang hidup dalam sebuah desa bernama Ngasem.

Gambar 3.4. Birama 1-8 Suasana pagi

Cerita ini dimulai dengan tonalitas G mayor untuk mendeskripsikan

suasana pedesaan yang indah tenang dan damai.1 menggunakan sukat 4/4

1 Rita S teb lin “Affective Key Characterictics of G Major” A History of Key Characterictics

in the 18th and Early 19th Centuries UMI Research Press (1983)

http://www.wmich.edu/mus-theo/courses/keys.html (diakses 5 Maret 2017).

Page 4: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

17

dengan tempo sedang, pada birama tiga ketukan kedua biola alto memainkan

melodi untuk menggambarkan suasana angin di pagi hari, pengolahan

dinamika cresscendo dan decresscendo digunakan untuk menguatkan suasana.

Gambar 3.5. Birama 9-17 Pengenalan tokoh Nyi Skarlanta dan Ki Hajar

Birama 9-12 pengenalan leitmotif tokoh Nyi Skarlanta, masih dalam

tonalitas G mayor yang dimainkan oleh instrument biola dua dan diteruskan

dengan leitmotif Ki Hajar dibirama 13-17 pada instrument cello yang diakhiri

dengan kadens otentik yakni dari akor V-I.

Page 5: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

18

Gambar 3.6. Suasana Kesedihan

Birama 18-31 mendeskripsikan suasana sedih belum dikaruniainya

seorang anak dengan mengunakan tonalitas Am harmonis2 pada birama 24

terdapat kandens setengah yakni pergerakan dari akor iV ke akor V yang

menandakan kesedihan belum berahir, berlanjut Pada birama 31 penggunakan

akor VI yakni nada E mayor dimaksudkan untuk menggambarkan kesedihan

yang akan berujung pada suka cita, dengan mengiring kepergian Ki Hajar

untuk bertapa agar segera dikaruniai seorang anak.

Gambar 3.7. Suasana Pertapaan

2 Am harmonis adalah tangga nada yang terdiri dari A,B,C,D,E,F,G#,A.

Page 6: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

19

Birama 32-40 mendeskripsikan suasana ketenangan dalam pertapaan,

yang mana pada instrument cello hanya menahan satu nada menggunakan

tehnik legato dengan menggunakan tonalitas Em harmonis.3 Penggunaan akor

ini mengarah pada suasana ratapan penuh harap, yang berahir pada akor I,

penggunaan tanda staccato pada birama 40 mengartikan berahirnya pertapaan.

Gambar 3.8. Birama 41-53 Kelahiran Baru Klinthing

Birama 41-53 terdapat perubahan tanda sukat dari 4/4 menuju sukat 3/4

dan perubahan tempo dari lento menuju pada tempo 100, terdapat pula tehnik

glissando4 pada birama 41 yang diartikan sebagai kelahiran tokoh utama yakni

Baru Klinthing, serta penggunaan teknik staccato untuk menggambarkan

suasana ketegangan saat kelahiran berlangsung, pada birama 47-49 muncul

leitmotif Baru Klinthing yang dimainkan oleh instrument biola satu yang

dimodulasi pada tonalitas A mayor.

3 Em harmonis adalah tangga nada yang terdiri dari E,F#,G,A,B,C,D#.E.

4 Glissando : tehnik meluncurkan bunyi dari sebuah nada menuju nada lainyayang umunya

cukup jauh menyentuh sebanyak mungkin nada-nada yang dilaluinya.

Page 7: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

20

Gambar 3.9.. Birama 54-57 Pertumbuhan Baru Klinthing

Cerita berlanjut dengan tumbuhnya Baru Klinthing menjadi seekor ular ,

kini kembali menggunakan tonalitas G mayor, penggunaan tehnik trill5 pada

birama 54 ketukan ke empat diartikan sebagai pertumbuhan ular kecil yang

semakin lama semakin membesar, seiring berjalanya waktu Baru Klinthing

tumbuh dewasa ia mulai mencari siapa ayahnya, suasana penuh tanya ini

muncul pada birama 62-67 yang digambarkan pada biola satu dan biola dua,

ditonalitas Bbm. Cerita berlanjut pada pertemuan baru klinthing dengan sang

ayah yang ditandai dengan munculnya leitmotif Ki Hajar dibirama 68-72 pada

tonalitas A mayor.

Gambar 3.10. Birama 73-80 Melingkari Gunung

Namun karena berwujud ular Ki Hajar sempat tidak percaya, akhirnya

Baru Klinthing diutus melingkari gunung Telomoyo untuk membuktikan

bahwa ia benar anaknya, suasana ini digambarkan dengan adanya perubahan

dari tempo lento menjadi tempo 120 serta munculnya potongan leitmotif Baru

Klinthing yang dikembangkan dan diubah menjadi sukat 4/4 pada biola satu,

5 Trill : hiasan yang berupa perulangan cepat dari sebuah nada yang diseling dengan nada

terdekat di atasnya.

Page 8: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

21

dan pada biola dua memainkan tone painting untuk penggambaran gunung

yang dilingkari oleh Baru Klinthing.

Gambar 3.11. Birama 82-87 Pertapaan Baru Klinthing

Akhirnya Baru Klinthing mampu meyakinkan bahwa ia benar-benar anak

yang selama ini diharapkan Ki Hajar dalam pertapaanya, lalu Ki Hajar

mengutus Baru Klinthing untuk bertapa agar kelak wujudnya dapat berubah

menjadi manusia yang utuh, penggambaran suasana ini masih dalam tonalitas

A mayor, instrumen viola dan cello hanya memainkan satu nada dengan

pemakaian teknik legato untuk menggambarkan suasana tenang, menutup

bagian satu ini penggunaan not utuh pada birama 87 menandakan keinginan

Baru Klinthing untuk menjadi manusia seutuhnya.

2. Bagian II “Pertempuran di Bukit Tugur”

Secara garis besar bagian kedua ini menceritakan peperangan Baru

Klinthing tepat dimana dia sedang melakukan pertapaan untuk menjadi

manusia seutuhnya.

Page 9: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

22

Gambar 3.12. Birama 1-10 Suasana Pesta

Cerita berlanjut didekat bukit dimana Baru Klinthing bertapa, terdapat

sebuah desa yang akan menyelenggarakan pesta sedekah bumi, bagian ini

disampaikan pada birama 1-10 dengan tempo allegreto, ditangga nada D

mayor dengan sukat 4/4.

Gambar 3.13. Birama 11-23 Perburuan.

Pada birama 11-23 merupakan gambaran penduduk desa melakukan

perburuan dihutan untuk dijadikan hidangan pesta, kemudian ditemuilah Baru

Page 10: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

23

Klinthing yang sedang dalam pertapaanya menjadi manusia, bagian ini

disampaikan pada tonalitas Bm natural.6

Gambar 3.14. Birama 24-31 Peperangan

Berlanjut pada birama 24-31 yakni peperangan penduduk dengan Baru

Klinthing masih dalam tonalitas Bm natural penggunaan triplet7 dinada F pada

biola satu dan biola dua yang bergantian menggambarkan peperangan antara

Baru Klinthing dan penduduk desa, berlanjut pada birama 30 semua instrument

memainkan tehnik tremolo dengan dinamika deccresendo untuk menandakan

puncak peperangan sekaligus kekalahan Baru Klinthing, dalam bagian ini

diakhiri dengan kadens setengah yakni mengarah kepada akor V. Cerita

berlanjut pada birama 31-51 masih dalam tangga nada Bm meceritakan

kematian Baru Klitnhing yang dagingnya dipotong-potong oleh penduduk

6 B minor natural adalah tangga nada yang terdiri dari : B, C#, D,E,F#,G,A,B

7 Triplet : tiga nada yang dikelompokan menjadi satu bagian.

Page 11: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

24

desa, suasana ini ditandai dengan dimunculkanya kembali suasana perburuan

pada birama 11 namun terdapat tehnik pizzicato8 yang dimainkan oleh biola

satu untuk menggambarkan tubuh Baru Klinthing yang sudah dipotong-potong

dan dibawa kedesa untuk santapan pesta.

Gambar 3.15 Birama 52-58 Penjelmaan Baru Klinthing.

Birama 52-58 merupakan transisi perubahan tempo dari allegreto

menjadi tempo lento disertai munculnya bentuk vareasi leitmotif Baru

Klinthing yang di augmentasi9 menjadi sukat 4/4 pada tonalitas F# minor untuk

menggambarkan suasana kesedian penjelmaan Baru Klinthing menjadi anak

laki-laki kecil yang kotor dan terdapat banyak luka ditubuhnya, digunakanya

kandens otentik yakni dari akor V menuju ke akor I untuk menandai

berakhirnya bagian dua ini.

8 Pizzicato : dipetik.

9 Augmentasi : Tehnik pengolahan motif berupa penambahan harga not atau tanda istirahat

pada sebuah motif atau tema.

Page 12: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

25

3. Bagian III “Tenggelamnya Desa Pathok”

Secara garis besar bagian terahir ini menceritakan tentang ketidak

terimaan Baru Klinthing atas perlakuan penduduk desa kepadanya, diadakanya

sayembara pencabutan lidi yang akhirnya tidak ada seorang pun yang mampu

mencabutnya kecuali dirinya sendiri, setelah lidi itu tercabut terjadilah bencana

banjir yang menenggelamkan seluruh isi desa.

Gambar 3.16. Birama 1-12 Bertemunya Baru Klinthing Dengan Nyi Latung.

Babak ini diawali dengan bertemunya Baru Klinthing dengan seorang

nenek tua bernama Nyi Latung, nenek inilah yang menolong Baru Klinthing

dalam keadaanya yang menyedihkan. Suasana ini digambarkan pada tonalitas

F#m dengan menggunakan tempo Lento dan sukat 4/4, pada birama 8-11

muncul leitmotif penjelmaan Baru Klinthing yang diakhiri dengan kadens

otentik pada birama 12.

Page 13: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

26

Gambar 3.17. Birama 12-31 Penancapan Lidi

Pada bagian cerita selanjutnya Baru Klinthing mendatangi acara pesta

sedekah bumi yang sedang berlangsung dengan membawa rasa kekecewaan

kepada penduduk desa atas perlakuan terhadapnya, untuk menggambarkan

peristiwa tersebut pada birama 12-17 dimunculkan kembali suasana pesta yang

ada pada bagian II namun untuk bagian III ini menggunakan tonalitas A mayor

dengan tempo Allegretto yang disabung dengan modulasi pada tonalitas F#

minor pada birama 18-27 untuk menggambarkan penancapan lidi yang

dilakukan oleh Baru Klinthing ditengah ramainya pelaksanaan pesta sedekah

bumi, pemakaian tehnik staccato dan penggunaan not 1/8 pada instrument

viola dan cello dibangun untuk menguatkan suasana tegang tersebut,

sayembara itu dilakukan Baru Klinthing kepada seluruh penduduk desa.

Barang siapa yang mampu mencabut lidi tersebut berhak berbuat sekehendak

hati kepadanya

Page 14: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

27

Gambar 3.18. Birama 28-31 Pencabutan Lidi

Seluruh penduduk desa tertantang untuk mencabut lidi tersebut namun

tidak ada satupun yang berhasil, suasana ini digambarkan dengan penggunaan

triplet pada birama 28-29 disertai aksen pada birama 30 untuk menimbulkan

kesan kebingungan seluruh penduduk desa, karena Baru Klinthing mampu

mencabutnya sendiri tanpa beban. Suasana ini digambarkan dengan pemakaian

fermata pada not utuh dibirama 31.

Gambar 3.18. Birama 32-48 Keluarnya Air Bah Dari Bekas Tancapan Lidi.

Air menyembur begitu kuat dari bekas lidi yang ditancapkan oleh Baru

Klinthing, seluruh penduduk desa berusaha menyelamatkan diri namun mereka

semua gagal karena air telah menenggelamkan seluruh isi desa dengan

seketika. Suasana riuh ini digambarkan pada birama 32-48 dengan penggunaan

triplet yang dimainkan oleh biola satu dan dua.

Page 15: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

28

Gambar 3.19. Birama 49-54 Terbentuknya Rawa Pening

Seketika desa Ngasem berubah menjadi danau atau yang kini disebut

dengan Rawa Pening, penggunaan tone painting not 1/32 yang dimainkan oleh

biola satu pada birama 49 bertujuan untuk menggambarkan gulunggan air yang

menyerupai ombak, berlanjut pada birama 53 terdapat trill yang dimainkan

oleh biola satu dan biola dua ini menggambarkan kembalinya Baru Klinthing

menjadi seekor ular yang diyakini menjadi ular penjaga Rawa Pening, kadens

yang menutup cerita ini adalah kadens otentik.

Page 16: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan ......Baru Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga Rawa Pening. Komposisi ini menggunakan kombinasi leitmotif dan tone painting

29